Sistem Pemberian Pakan serta Prediksi Kebutuhan Nutrien Sapi Pegon Berdasarkan Bobot Badan

SISTEM PEMBERIAN PAKAN SERTA PREDIKSI KEBUTUHAN
NUTRIEN SAPI PEGON BERDASARKAN BOBOT BADAN

ACHMAD ZAINURI

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Sistem Pemberian Pakan
Serta Prediksi Kebutuhan Nutrien Sapi Pegon Berdasarkan Bobot Badan, benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2015

Achmad Zainuri
NIM D24100014

ABSTRAK
ACHMAD ZAINURI. Sistem Pemberian Pakan serta Prediksi Kebutuhan Nutrien
Sapi Pegon Berdasarkan Bobot Badan. Dibimbing oleh NAHROWI dan SRI
SUHARTI .
Beragamnya bobot badan sapi yang akan digemukkan dan manajemen
pakan serta belum ada standar kebutuhan pakan sapi pedaging lokal menjadi
permasalahan program penggemukan sapi di Indonesia. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengevaluasi sistem pemberian pakan, menganalisis korelasi antara
konsumsi nutrien dan pertambahan bobot badan harian (PBBH), dan memprediksi
kebutuhan nutrien sapi pegon. Penelitian dilakukan di peternakan komersial di
Cariuk, Bogor dengan populasi sapi Pegon sebanyak 971 ekor. Sapi dikelompokkan
berdasarkan bobot badan awal dengan selang 50 kg. Penelitian ini menggunakan
analisis korelasi dan regresi linier berganda. Prediksi konsumsi bahan kering (BK)
menggunakan rataan bobot badan metabolis (ABW0.75) dan PBBH. Hasil penelitian

menunjukkan sistem pemberian pakan sapi Pegon sudah bagus dan cukup untuk
memenuhi kebutuhan ternak. Konsumsi BK dan nutrien memberikan pengaruh
beragam terhadap PBBH, dengan hasil korelasi yg tidak signifikan. Sapi Pegon
membutuhkan konsumsi BK 7-9 kg per ekor per hari, protein kasar sekitar 14 %
dan TDN 61-64 %. Persamaan prediksi kebutuhan BK yang memiliki nilai R2
tertinggi adalah sapi bobot badan 200 – 250 kg dengan persamaan BK = 5.412 –
0.040 ABW 0.75 + 0.154 PBBH.
Kata kunci: Bobot badan awal, korelasi, nutrien, Pegon, regresi

ABSTRACT
ACHMAD ZAINURI. Feeding System and Nutrient Requirement Prediction of
Pegon Cattle Based on Body Weight. Supervised by NAHROWI and SRI
SUHARTI.

The problems in the fattening program of beef cattle in Indonesia are high
variation in body weight, feeding management and the lack of standard for dry
matter and nutrient requirement of local beef cattle. The objectives of this research
ware to evaluate feeding system, to analyze correlation between nutrient intake and
average daily gain (ADG), and to predict nutrient requirement on Pegon cattle. The
research was conducted at commercial Feedlot in Cariuk, Bogor using 971 Pegon

cattles. This research used a correlation and multiple linear regression analysis.
Prediction of DMI consisted of metabolism average body weight (ABW0.75 ) and
ADG. The results showed that feeding system of Pegon cattle was good enough and
meet the requirement. dry matter and nutrient intake influenced ADG varietively
with the correlation was not significant. Pegon cattle needs 7-9 kg per head per day.
DMI of feed with 14 % crude protein and 61-64 % TDN. The regression which has
a highest R2 value was the cattle with body weight 200-250 kg, with prediction
DMI = 5.412 – 0.040 ABW 0.75 + 0.154 ADG.
Keywords: correlation, initial body weight, nutrient, Pegon, regresion

SISTEM PEMBERIAN PAKAN SERTA PREDIKSI KEBUTUHAN
NUTRIEN SAPI PEGON BERDASARKAN BOBOT BADAN

ACHMAD ZAINURI
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN

FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Judul Skripsi : Sistem Pemberian Pakan serta Prediksi Kebutuhan Nutrien Sapi
Pegon Berdasarkan Bobot Badan
Nama
: Achmad Zainuri
NIM
: D24100014

Disetujui oleh

Prof Dr Ir Nahrowi, MSc
Pembimbing I

Dr Sri Suharti, SPt MSi
Pembimbing II


Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Karya ilmiah ini berjudul Sistem Pemberian Pakan Serta Prediksi Kebutuhan
Nutrien Sapi Pegon Berdasarkan Bobot Badan, yang telah dilaksanakan pada bulan
April-Juli 2014. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan
gelar Sarjana Peternakan pada Departeman Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan di masa yang
akan datang. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca pada umumnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, April 2015

Achmad Zainuri

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Materi
Prosedur Penelitian
Observasi Lapang
Sistem Pemeliharaan dan Pemberian Pakan
Koleksi dan Preparasi Data
Analisis Data
Uji Validitas
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Peternakan

Penyiapan dan Pemberian Pakan
Konsumsi Nutrien Sapi Pegon
Kondisi dan Produktivitas Ternak
Korelasi antara Konsumsi Nutrien dan Pertambahan Bobot Badan Harian
Persamaan Prediksi Kebutuhan Bahan Kering dalam Persen Bobon Badan
Uji Validitas
Persamaan Hasil Korelasi Konsumsi PK dan TDN terhadap PBBH
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

vii
vii
1
2
2

2
2
2
2
3
3
4
4
4
4
6
8
9
10
10
11
12
12
12
13

15
21
21

DAFTAR TABEL
1 Komposisi nutrien ransum
2 Kandungan nutrien total mix ration untuk sapi Pegon berdasarkan
periode pemeliharaan dalam BK
3 Konsumsi nutrien sapi Pegon berdasarkan bobot badan bakalan
4 Kebutuhan bahan kering dan nutrien menurut Kearl (1982)
5 Pertambahan bobot badan selama pemeliharaan
6 Nilai korelasi nutrien dan pertambahan bobot badan harian
7 Penentuan model regresi
8 Persamaan konsumsi PK dan TDN terhadap PBBH
9 Prediksi kebutuhan BK, PK dan TDN sapi Pegon berdasarkan
bobot badan

3
5
6

7
8
9
10
11
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel kesimpulan prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75, prediksi berdasarkan bobot badan.
2 Tabel anova prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH dan
ABW0.75 bobot badan 200
3 Tabel anova prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH dan
ABW0.75 bobot badan 250
4 Tabel anova prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH dan
ABW0.75 bobot badan 300
5 Tabel anova prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH dan
ABW0.75 bobot badan 350
6 Tabel anova prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH dan
ABW0.75 bobot badan 400

7 Tabel anova prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH dan
ABW0.75 bobot badan 450
8 Tabel anova prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH dan
ABW0.75 bobot badan 500
9 Tabel koefisien prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75 bobot badan 200
10 Tabel koefisien prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75 bobot badan 250
11 Tabel koefisien prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75 bobot badan 300
12 Tabel koefisien prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75 bobot badan 350
13 Tabel koefisien prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75 bobot badan 400
14 Tabel koefisien prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75 bobot badan 450
15 Tabel koefisien prediksi kebutuhan BK dengan peubah tetap PPBH
dan ABW0.75 bobot badan 500
16 Grafik penyebaran data korelasi antara konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan 200-250 kg

15
15
15
15
16
16
16
16
16
17
17
17
17
18
18
18

17 Grafik penyebaran data korelasi antara
terhadap PBBH bobot badan 250-300 kg
18 Grafik penyebaran data korelasi antara
terhadap PBBH bobot badan 300-350 kg
19 Grafik penyebaran data korelasi antara
terhadap PBBH bobot badan 350-400 kg
20 Grafik penyebaran data korelasi antara
terhadap PBBH bobot badan 400-450 kg
21 Grafik penyebaran data korelasi antara
terhadap PBBH bobot badan 450-500 kg
22 Grafik penyebaran data korelasi antara
terhadap PBBH bobot badan ≥500 kg

konsumsi PK dan TDN

18

konsumsi PK dan TDN

19

konsumsi PK dan TDN

19

konsumsi PK dan TDN

19

konsumsi PK dan TDN

20

konsumsi PK dan TDN

20

1

PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara berkembang yang berbasis pertanian termasuk
di dalamnya peternakan. Berbagai program pengembangan peternakan dilakukan
oleh pemerintah, salah satunya program swasembada daging yang selalu menjadi
target program pembangunan. Pemenuhan kebutuhan daging di Indonesia belum
bisa terpenuhi oleh produk domestik sehingga nilai impor daging sapi ataupun
bakalan sapi masih tinggi. Secara nasional kebutuhan daging sapi dan kerbau tahun
2012 untuk konsumsi dan industri sebanyak 484 000 ton, sedangkan
ketersediaannya sebanyak 399 000 ton (82.4%) dicukupi dari sapi lokal, sehingga
terdapat kekurangan penyediaan sebesar 85 000 ton (17.6%). Kekurangan ini
dipenuhi dari impor berupa sapi bakalan sebanyak 283 000 ekor (setara dengan
daging 51 000 ton) dan impor daging beku sebanyak 34 000 ton (Ditjen Peternakan
dan Keswan 2013).
Usaha penggemukan sapi potong semakin banyak diminati karena peluang
pasar yang masih luas demi terpenuhinya kebutuhan daging di Indonesia. Bakalan
sapi yang digunakan untuk usaha penggemukan berasal jenis sapi baik lokal
maupun impor dengan bobot badan dan umur yang berbeda. Sapi lokal merupakan
sapi yang didatangkan dari dalam negeri, sedangkan sapi impor yaitu sapi yang
didatangkan dari luar negeri. Jenis sapi lokal yang digemukkan yaitu sapi Pegon
dan sapi Simental-Limosin (SL).
Sapi Pegon adalah salah satu nama pasar jenis sapi lokal yang digemukkan.
Sapi pegon merupakan sapi persilangan antara sapi Simental dan sapi Jawa atau
Madura. Sapi ini banyak dikembangkan oleh masyarakat, khususnya daerah Jawa
sehingga mudah untuk mendapatkan bakalan sapi Pegon. Selain itu penggemukan
sapi Pegon dimaksudkan untuk mendukung program pemerintah demi terwujudnya
swasembada daging dan mengurangi nilai impor sapi. Pada usaha penggemukan,
peningkatan bobot badan yang optimal dengan pakan yang sesuai dan waktu yang
singkat menjadi patokan untuk memperoleh keuntungan yang besar.
Pemilihan bakalan untuk program penggemukan serta pakan yang
diberikan ikut menentukan keuntungan atau keberhasilan terkait dengan pencapaian
pertambahan bobot badan yang optimal. Keberagaman bobot badan bakalan sapi
yang digemukkan dan penyediaan pakan menjadi permasalahan tersendiri terkait
dengan efektivitas pemiliharaan dan konsumsi pakan yang diberikan. Pakan
merupakan salah satu faktor terpenting dalam usaha penggemukan sapi potong.
Pakan memegang peranan sekitar 75 % dari total biaya operasional, tergantung
tahap produksi dan performa yang diinginkan. Aspek nutrien pakan merupakan
faktor utama yang mempengaruhi performa ternak (Azevedo et al. 2010)
Pakan yang seimbang adalah pakan dengan kandungan nutrisi dalam jumlah
dan proporsi yang memenuhi kebutuhan fisiologis, reproduksi dan produksi.
Pemberian pakan yang sesuai kebutuhan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan
pakan yg seimbang tanpa menyebabkan gangguan pada ternak dengan biaya yang
lebih efisien. Hal penting selain pemenuhan kebutuhan pakan yaitu penyiapan
pakan, yang meliputi bahan baku pakan, formulasi ransum, proses pembuatan
pakan dan penyimpanan sampai pemberian pakan. Pengenalan dan pengawasan
kualitas bahan baku pakan maupun produk pakan sangat diperlukan oleh para
praktisi dalam bidang peternakan pada umumnya dan ilmu makanan ternak pada
khususnya (Agus 2007).

2

Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis sistem pemberian pakan sapi
Pegon, melihat hubungan atau korelasi antara konsumsi nutrien terhadap
peningkatan bobot badan serta memprediksi kebutuhan bahan kering dan nutrien
berdasar bobot badan yang sesuai kebutuhan sapi Pegon.

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di peternakan penggemukan sapi potong
komersial Kecamatan Cariuk, Bogor, Provinsi Jawa Barat, Laboratorium Ilmu
Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Institut Pertanian
Bogor. Penelitian dilaksanakan pada bulan April - Juni 2014.
Materi
Alat penelitian yaitu hardware berupa komputer dan beberapa software
seperti microsoft word 2013, microsoft excel 2013 dan statistical product and
service solution (SPSS) 16.0. Bahan penelitian yaitu data sekunder pemeliharaan
sapi Pegon di tahun 2013 yang sudah dikelompokkan sesuai bobot badan dengan
selang 50 kg . Populasi sapi Pegon yang digunakan adalah 971 ekor. Jumlah sapi
dengan badan 200-250 kg adalah 29 ekor (3%), 250-300 kg adalah 177 ekor
(18.5%), 300-350 kg adalah 323 ekor (33%), 350-400 kg adalah 252 ekor (26%),
400-450 kg adalah 108 ekor (11%), 450-500 kg adalah 58 ekor (6%), serta 24 ekor
(2.5%) dengan bobot badan lebih dari 500 kg. Pakan yang diberikan berupa hijauan
Pennisetum purpureum (rumput gajah) dan ransum komplit yang terdiri dari
ransum komplit starter dan finisher dengan bahan baku dan kandungan nutrien
pakan yang diberikan selama pemeliharaan.
Prosedur Penelitian
Observasi lapang
Observasi lapang dilaksanakan untuk melihat kondisi umum peternakan
serta manajemen penyiapan dan pemberian pakan, serta mencari informasi
pendukung dengan melakukan wawancara secara langsung kepada manajer
kandang dan manajer pakan serta beberapa karyawan yang bekerja di peternakan.
Pemeliharaan dan pemberian pakan
Sapi Pegon dipelihara dengan diikat dan diberi akses ke tempat pakan dan
minum secara individu. Tipe pemeliharaan sapi Pegon adalah head to head. Sapi
tersebut dikelompokkan kedalam satu blok kandang untuk satu jenis sapi. Setiap
blok akan dibagi menjadi beberapa pen dan setiap pen berisi 8–10 ekor yang sesuai
dengan grade sapi.
Pengamatan sistem pemberian pakan dilakukan dengan mengamati metode
dan frekuensi pemberian pakan. Pemberian pakan dilakukan 5 kali dalam sehari
yaitu ransum komlit pada pukul 07.00, 10.30 dan 13.30 serta hijauan (rumput gajah)
pada pukul 11.00 dan 14.00. Ransum komplit dibagi menjadi 2 jenis yaitu ransum

3

komplit starter dan finisher. Ransum komplit starter diberikan untuk ternak yang
baru datang sampai 20 hari, setelah 20 hari ternak akan diberikan ransum komplit
finisher. Pemberian pakan diberikan secara sesuai dengan patokan konsumsi hari
sebelumnya dan kondisi ternak, sedangkan pemberian air minum diberikan secara
Ad libitum. Kandungan nutrien pakan yang diberikan pada sapi Pegon akan
ditampilkan pada Tabel 1.

Pakan

Tabel 1 Komposisi nutrien pakan dalam BK
BK* Abu* PK* SK* LK* BETN*

TDN

Ransum komplit Starter
85.67 12.85 16.61 18.31 2.90
49.33
64.06**
Ransum komplit Finisher 85.66 15.08 14.66 19.72 2.94
47.60
65.32**
Rumput gajah
15.75 12.46 8.78 31.03 0.07
47.66
54.34***
BK: bahan kering, PK: protein kasar, SK: serat kasar, LK: lemak kasar, BETN: bahan ekstrak tanpa
nitrogen, dan TDN: total digestible nutrient.; *Hasil Analisis di Laboratorium Ilmu dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, IPB.; **TDN = 40.263 + (0.197xPK) + (0.423xBETN) + (1.19xLK) (0.138xSK) (Wardeh 1981).; ***TDN =-21.7656 + (1.4284xPK) + (1.0277xBETN) + (1.2321x LK)
+ (0.4867xSK) (Wardeh 1981)

Koleksi dan preparasi data
Koleksi data dilakukan dengan mengambil data pemeliharaan 971 sapi
Pegon yang dikelompokkan berdasarkan bobot badan dengan selang 50 kg (Kearl
1982). Data 971 ekor sapi yang digunakan adalah data ternak yang sudah dilakukan
eliminasi terhadap data sapi sakit dan yang dipelihara kurang dari 20 hari serta
yang memiliki pertambahan bobot badan negatif untuk mengurangi bias pada data.
Data yang diambil meliputi bobot badan awal sapi, bobot jual sapi, lama
pemiliharaan, pertambahan bobot badan, rataan bobot badan harian serta konsumsi
pakan harian dari rumput dan konsentrat. Selain itu, dilakukan perhitungan
konsumsi bahan kering (BK) dan nutrien yang meliputi protein kasar (PK), serat
kasar (SK), lemak kasar (LK) dan BETN.
Perhitungan konsumsi bahan kering dan nutrien diakumulasikan dari
seluruh pakan yang diberikan. Nilai total nutrien tercerna atau total digestible
nutrient (TDN) dihitung berdasarkan estimasi dari kandungan nutrien yang ada di
dalam pakan (Wardeh 1981).
Analisis data
Data hasil wawancara dan observasi lapang seperti lokasi, kandang dan pakan
dianalisis secara diskriptif. Analisis data diskriptif digunakan untuk
menggambarkan kondisi umum peternakan serta penyiapan dan pemberian pakan.
Data performa ternak seperti bobot badan awal , bobot badan akhir, pertambahan
bobot badan, dan lama pemeliharaan serta konsumsi bahan kering dan konsumsi
nutrien dianalisis secara statistik menggunakan microsoft excel 2013 dan SPSS
16.0 untuk pengujian korelasi dan regresi.
Uji korelasi dilakukan untuk melihat hubungan konsumsi bahan kering,
protein dan TDN ataupun nutrien lain terhadap pertambahan bobot badan harian
(PBBH). Dari hasil korelasi akan dibuat persamaan antara konsumsi PK dan PBBH
serta konsumsi TDN dan PBBH. Konsumsi PK dan TDN digunakan sebagai
variabel Y dan PBBH sebagai variabel X. Persamaan tersebut dibuat untuk
menghitung kebutuhan PK dan TDN sapi pegon untuk menghasilkan PBBH yang
diharapkan.

4

Penentuan persamaan prediksi konsumsi bahan kering dilakukan dengan uji
regresi dengan penentuan variabel konsumsi bahan kering dijadikan sebagai
variabel terikat (Y) atau respon, sedangkan yang menjadi variabel bebas (X) yaitu
bobot badan rata-rata metabolis (ABW0.75) dan pertambahan bobot badan harian
(PBBH) (Hardiyanto 2014). Dari hasil persamaan bahan kering yang sudah valid
akan dikalkulasikan dengan persamaan penyebaran data konsumsi protein dan TDN
untuk memperoleh nilai kebutuhan BK, PK dan TDN
Uji validitas
Uji validitas dimaksudkan untuk menguji seberapa baik instrumen
penelitian mengukur konsep yang seharusnya diukur. Uji validitas digunakan untuk
pengembangan persamaan prediksi baru yang dibuat yang dilakukan dengan cara
melihat trendline antara konsumsi BK observasi sebagai peubah X dan konsumsi
BK prediksi sebagai peubah Y. Konsumsi BK prediksi dan observasi dambil dari
data sekunder pemeliharaan tahun 2012. Pengujian ini dilakukan dengan
menggunakan microsoft exel 2013.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Peternakan
Peternakan terletak di kawasan strategis di pinggir jalan provinsi sehingga
memudahkan untuk proses transportasi maupun akomodasi. Peternakan ini
berfokus pada program penggemukan dengan sistem intensif dengan kapasitas
kurang lebih 3500 ekor. Kondisi kandang membujur dari barat ke timur dan
beratapkan seng. Alas kandang, tempat pakan dan minum terbuat dari beton.
Kawasan ini merupakan kawasan yang memeliki banyak sumber air.
Suhu udara dan kelembaban daerah Cariuk-Jonggol, Bogor rata-rata
mencapai 25.7°C dan 84.1% (BPS 2014). Kondisi tersebut merupakan kondisi yang
cukup ideal untuk ternak sapi potong. Menurut Williamson dan Payne (1993)
bahwa suhu lingkungan yang optimal untuk ternak sapi potong adalah 21-27 oC.
Kelembaban ideal bagi sapi potong adalah 60-80 % (Abidin 2006). Comfort zone
sapi silangan turunan pertama (F1) antara sapi yang berasal dari kawasan tropis dan
sub tropis diperkirakan pada suhu udara 18-28oC (Aryogi 2005).
Selain bangunan kandang, terdapat juga kantor utama, asrama pegawai
untuk tempat tinggal beberapa pegawai, pabrik dan gudang pakan untuk
memproduksi dan menyimpan pakan yang akan diberikan kepada ternak dan juga
terdapat kebun rumput gajah milik perusahaan yang digunakan untuk memasok
sumber pakan hijauan bagi ternak. Selain itu, juga terdapat tempat pengelolaan
limbah dari peternakan yang digunakan untuk pupuk.
Sistem Penyiapan dan Pemberian Pakan
Pakan yang diberikan di peternakan berupa hijauan dan konsentrat.
Hijauan yang digunakan adalah rumput gajah (Pennisetum purpureum) yang
diperoleh dari kebun rumput milik sendiri di sekitar kawasan peternakan.
Pemanenan hijauan biasanya dilakukan pada umur tanaman 40 – 60 hari. Rumput

5

gajah yang akan diberikan kepada ternak dicacah terlebih dahulu sehingga ukuran
partikelnya lebih kecil. Pengurangan ukuran partikel mampu mempercepat gerak
laju pakan dalam rumen sehingga menaikkan konsumsi pakan serta menurunkan
heat increament karena berkurangnya ruminasi (Utomo 2012).
Ransum komplit yang digunakan yaitu ransum komplit produksi sendiri
dengan menggunakan bahan baku pakan seperti onggok, jagung, dedak padi,
pollard, bungkil kelapa, bungkil kedelai, pelepah sawit, garam dan premix. Bahan
baku tersebut diformulasi sendiri dan diproduksi setiap harinya untuk menjaga
kualitas pakan yang dihasilkan. Ransum komplit tersebut dikemas dalam karung
kemudian disimpan dalam gudang penyimpanan dan untuk diberikan pada ternak
pada hari itu juga atau paling lambat keesokan harinya. Jadi pakan pakan tersebut
diberikan selalu dalam kondisi masih segar sehingga tidak mengurangi kandungan
nutrien pakan.
Komposisi bahan penyusun ransum komplit starter dan finisher tidak jauh
berbeda, yang membedakan hanyalah persentase penggunaan bahan dan juga
kandungan nutrien dari kedua ransum komplit tersebut. Ransum komplit starter
memiliki nilai protein kasar yang lebih tinggi daripada finisher (Tabel 1), namun
kandungan protein kedua ransum komplit tersebut diatas standar yang telah
ditentukan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dalam Standar Nasional
Indonesia (SNI). Persyaratan mutu konsentrat sapi potong untuk program
penggemukan yaitu dengan kadar air maksimal 14%, abu maksimal 12%, protein
kasar minimal 13%, lemak kasar maksimal 7% dan TDN minimal 70%. Kandungan
protein yang tinggi membuat biaya pakan akan terhitung lebih mahal, namun nilai
protein yang tinggi diharapkan mampu mempercepat proses adaptasi ternak
terhadap lingkungan baru ternak.
Rasio hijauan dan konsentrat periode 1 berbeda dengan rasio hijauan dan
konsentrat periode 2. Pada periode 1 rasio hijauan lebih tinggi daripada periode 2,
hal tersebut diharapkan untuk tetap menjaga nilai ransum yang diberikan kepada
ternak dengan capaian protein sekitar 14 %. Pada periode 1 pakan konsentrat
diberikan lebih sedikit daripada periode 2 tetapi dengan kandungan protein dan
energi yang lebih tinggi. Selain itu pada dasarnya konsentrat yang digunakan secara
kandungan nutrisi sudah merupakan ransum komplit sehingga hijauan hanya
digunakan sebagai suplemen serat. Data kandungan nutrien total mix ration untuk
sapi Pegon sesuai periode pemeliharaan disajikan pada Tabel 2.
Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi pemberian lima kali sehari
supaya pakan tidak banyak terbuang serta agar ternak memperoleh pakan yang
selalu segar dan kesempatan makan lebih lama sehingga pakan tidak banyak
terbuang dan bisa dimakan terus. Parakkasi (1999) menyatakan bahwa ternak yang
memiliki kesempatan makan lebih lama dan terus menerus akan mempunyai
pertambahan bobot badan lebih tinggi dibanding yang mempunyai kesempatan
lebih sebentar. Kapasitas rumen akan menentukan tingkat konsumsi pakan karena
ketika rumen telah terisi penuh ternak akan berhenti makan, meskipun kebutuhan
nutriennya belum terpenuhi (Orskov 1998). Menurut Haryanto (2012) kecepatan
degradasi partikel pakan berpengaruh pada kecepatan alir digesta di dalam saluran
cerna dan waktu tinggal (residence time) di dalam rumen.

6

Tabel 2 Kandungan nutrien total mix ration (TMR) untuk sapi Pegon
Bobot badan (kg)

Komposisi

200

250

300

350

400

450

≥500

71.88
12.77
15.07
20.82
2.34
49.00
63.15

72.25
12.78
15.11
20.75
2.36
49.00
63.21

72.08
12.77
15.09
20.78
2.35
49.01
63.19

72.07
12.77
15.09
20.78
2.35
49.01
63.18

81.57
14.93
14.32
20.38
2.77
47.60
63.49

81.43
14.92
14.30
20.40
2.77
47.61
63.47

81.52
14.93
14.31
20.39
2.77
47.60
63.48

Periode 1 ( 1-20 hari)
Kandungan nutrien (%)
Bahan kering
Abu
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasat
BETN
TDN

70.20
12.76
14.88
21.12
2.27
48.97
62.89

71.10
12.77
14.98
20.96
2.31
48.98
63.03

70.82
12.77
14.95
21.01
2.30
48.97
62.99

Periode 2 (21 hari - jual)
Kandungan nutrien (%)
Bahan kering
Abu
Protein kasar
Serat kasar
Lemak kasar
BETN
TDN

80.49
14.89
14.23
20.56
2.73
47.59
63.34

80.81
14.90
14.25
20.50
2.74
47.61
63.38

80.78
14.90
14.25
20.51
2.74
47.60
63.38

81.01
14.91
14.27
20.47
2.75
47.60
63.41

Konsumsi Nutrien Sapi Pegon
Tabel 3 Konsumsi nutrien sapi pegon berdasarkan kelompok bobot badan bakalan
Konsumsi
nutrien
Bahan kering
(% BB)
Bahan kering
(kg/hari)
Abu
(kg/hari)
Protein kasar
(kg/hari)
Serat kasar
(kg/hari)
Lemak kasar
(kg/hari)
BETN
(kg/hari)
TDN
(kg/hari)
BB : bobot badan

200 kg

250 kg 300 kg 350 kg 400 kg 450 kg ≥500 kg

2.72 ±
0.25
7.85 ±
0.56
1.13 ±
0.09
1.16 ±
0.08
1.58 ±
0.11
0.22 ±
0.02
3.76 ±
0.27
5.02 ±
0.36

2.46 ±
0.26
8.05 ±
0.70
1.17 ±
0.11
1.19 ±
0.10
1.61 ±
0.14
0.22 ±
0.02
3.86 ±
0.33
5.15 ±
0.45

2.17 ±
0.24
8.08 ±
0.79
1.17 ±
0.12
1.19 ±
0.12
1.62 ±
0.16
0.22 ±
0.02
3.87 ±
0.38
5.17 ±
0.51

2.02 ±
0.24
8.41 ±
0.94
1.23 ±
0.14
1.24 ±
0.14
1.68 ±
0.18
0.23 ±
0.03
4.03 ±
0.45
5.38 ±
0.60

1.90 ±
0.19
8.84 ±
0.84
1.27 ±
0.12
1.31 ±
0.13
1.77 ±
0.16
0.25 ±
0.02
4.24 ±
0.41
5.66 ±
0.54

1.74 ±
0.17
8.99 ±
0.79
1.30 ±
0.11
1.33 ±
0.12
1.80 ±
0.15
0.25 ±
0.02
4.31 ±
0.38
5.76 ±
0.51

1.66 ±
0.16
9.33 ±
0.74
1.45±
0.10
1.38 ±
0.11
1.87 ±
0.14
0.26 ±
0.02
4.37 ±
0.36
5.97 ±
0.48

7

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa semakin besar bobot sapi maka
konsumsi bahan kering dan zat makanan lainya secara jumlah juga semakin
meningkat. Namun, tidak terlihat adanya peningkatan konsumsi yang signifikan
setiap kenaikan bobot badan 50 kg. Jika dilihat konsumsi per persen bobot badan,
semakin tinggi bobot badan maka konsumsi per bobot badan akan semakin
menurun. Menurut Parakkasi (1999) hewan dengan bobot badan yang relatif lebih
kecil menggunakan lebih sedikit (dalam persen) dari makanan yang terkonsumsi
untuk memenuhi hidup pokoknya dibandingkan dengan hewan yang lebih tua dan
lebih besar, dengan demikian makanan yang terkonsumsi akan lebih banyak
digunakan untuk produksi.
Pemenuhan kebutuhan dapat dibandingkan dengan beberapa standar
kebutuhan yang sesuai dengan kondisi Indonesia yang beriklim tropis dan
merupakan negara berkembang. Data standart kebutuhan nutrien diperoleh dari
interpolasi dari standar yang sudah ada supaya data standar sesuai dengan rataan
bobot badan dan pertambahan bobot badan yang dicapai. Data tersebut ditampilkan
pada Tabel 4.
Tabel 4 Standar kebutuhan bahan kering dan nutrien menurut Kearl (1982)
Konsumsi
200 kg 250 kg 300 kg 350 kg 400 kg 450 kg ≥500 kg
nutrien
6.32
7.09
7.46
8.76
9.57
10.45
10.82
Bahan kering
(kg)
2.68
2.54
2.31
2.34
2.28
2.22
2.06
Bahan kering
(%BB)
0.75
0.78
0.83
0.86
0.92
0.95
0.94
Protein kasar
(kg)
4.23
4.58
5.07
5.43
6.16
6.71
6.48
TDN (kg)
Konsumsi pakan merupakan hal mendasar dalam penentuan fungsi dan
respon ternak serta level nutrient penggunaan nutrien dalam pakan (Arora 1995).
Ternak pada umumnya akan mengkonsumsi pakan untuk memenuhi kebutuhan
hidup pokoknya terlebih dahulu, kemudian akan meningkat sejalan dengan
perkembangan performa dan produksi yang dihasilkan.
Konsumsi bahan kering merupakan faktor yang penting diperhatikan dalam
pemberian pakan pada ternak karena pada umumnya kebutuhan ternak
direpresentasikan dalam bentuk bahan kering. Konsumsi bahan kering sapi pegon
ini belum sesuai dengan standar Kearl 1982 karena pada bobot kurang dari 300 kg
melebihi standar kebutuhan (Tabel 4) sedangkan sapi dengan bobot lebih dari 350
kg kurang dari standar kebutuhan (Tabel 4). Hal tersebut dapat terjadi karena sapi
Pegon mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang tidak jauh berbeda yaitu pada
sekitar rataan 7-9 kg BK per hari. Mc Maniman et al. (2009) menyatakan bahwa
banyak faktor yang mempengaruhi keakurasian dalam menentukan kebutuhan
konsumsi bahan kering seperti interaksi antar individu, pakan, hewan ternaknya,
lingkungan dan menejemen.
Protein adalah salah satu nutrien yang sangat penting dan esensial.
Konsumsi protein pada sapi pegon ini melebihi kebutuhan standar yang ada (Tabel
4). Selain protein, konsumsi energi sapi pegon juga masih di atas standar kebutuhan
(Tabel 4). Kebutuhan energi pakan akan semakin meningkat seiring meningkatnya

8

bobot badan ternak (Kearl 1982). Menurut Haryanto (2012) Ukuran tubuh ternak
mempengaruhi kebutuhan energi, dimana ternak dengan ukuran yang lebih besar
memerlukan energi untuk hidup pokok lebih tinggi dibandingkan ternak dengan
ukuran tubuh lebih kecil.
Produktivitas Ternak
Data pemeliharaan dan produktivitas sapi Pegon selama tahun 2013
disajikan dalam Tabel 5.
Tabel 5 Pertambahan bobot badan sapi Pegon selama pemeliharaan
Variabel
Populasi (ekor)
Bobot badan
Awal (kg)
Akhir (kg)
Rataan (ABW)
ABW 0.75
Pemeliharaan
(hari)
PBBH (kg)
Efisiensi pakan

200 kg
29

250 kg 300 kg
177
323

236.41 279.36
± 10.73 ± 13.29
342.97 378.77
± 45.14 ± 44.61
289.93 329.31
± 24.60 ± 24.56
70.24
77.24
± 4.54
± 4.31
102.45 104.90
± 33.11 ± 38.45
1.05
0.95
± 0.30
± 0.28
0.13
0.12

334.24
± 9.44
439.06
± 55.53
386.91
± 29.11
87.1
± 4.91
112.01
± 42.22
0.94
± 0.33
0.12

350 kg
252

400 kg
108

450 kg
58

≥500 kg
24

373.36
± 15.03
463.29
± 54.73
418.59
± 30.41
92.49
± 5.03
104.51
± 39.30
0.86
± 0.39
0.10

419.04
± 14.19
512.63
± 47.70
466.10
± 27.53
100.26
± 4.46
104.28
± 27.84
0.91
±00.37
0.10

469.97
± 14.49
563.98
± 45.17
517.24
± 24.38
108.38
± 3.87
103.28
± 33.29
0.91
± 0.35
0.10

524.96
± 18.51
602.3
± 39.24
563.83
± 26.24
115.67
± 4.06
101.17
± 19.42
0.77
±0.32
0.08

ABW: average body weight (rataan bobot badan), ABW0.75: average body weight metabolic (rataan
bobot badan metabilis), PBBH: pertambahan bobot badan harian

Lama waktu pemeliharaan sapi di peternakan berkisar 100 – 112 hari,
dengan rata rata pertambahan bobot badan harian 0.77 sampai 1.05 kg. Sehingga
diperoleh rataan bobot akhir senilai 446.23 kg (Tabel 5). Field dan Taylor (2002)
menyatakan bahwa penyebab perbedaan bobot badan akhir adalah adanya
perbedaan konsumsi pakan setiap harinya serta pertambahan bobot serta jumlah
otot dan lemak yang disimpan oleh tubuh.
Efisiensi adalah pertambahan bobot badan harian yang dibagi dengan
jumlah komsumsi bahan kering. Artinya semakin tinggi nilai efisiensi maka
semakin bagus ternak menghasilkan bobot badan dari pakan yang dikonsumsi. Dari
data diatas diketahui bahwa semakin tinggi bobot badan maka efisiensi pakan
semakin rendah. Nilai efisiensi tertinggi terdapat pada sapi dengan bobot badan
200-250 kg yaitu sebesar 0.13. Kelebihan dalam penggunaan pakan akan
berdampak pada biaya pakan yang lebih tinggi dan juga beberapa gangguan
metabolis pada tubuh. Hal ini membuat kurang efektifnya penggunaan pakan
terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Menurut Sagala (2011)
efisiensi penggunaan pakan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
kemampuan ternak dalam mencerna bahan pakan, kecukupan zat pakan untuk hidup
pokok, pertumbuhan dan fungsi tubuh serta jenis pakan yang digunakan.

9

Korelasi antara Konsumsi Nutrien dan Pertambahan Bobot Badan Harian
(PBBH)
Analisis korelasi dilakukan untuk melihat hubungan bahan kering dan
nutrien terhadap pertambahan bobot badan harian yang dihasilkan. Tidak ada
hubungan yang signifikan antara konsumsi bahan kering dan nutrien terhadap
pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Namun konsumsi bahan kering dan
nutrien terhadap pertambahan bobot badan harian memiliki nilai yang positif. Data
nilai korelasi konsumsi nutrien dan pertambahan bobot badan ditampilkan pada
Tabel 6.
Tabel 6 Nilai korelasi konsumsi nutrien dan PBBH
PBBH
(kg hari -1)
200
250
300
350
400
450
500

BK
0.377
0.095
0.216
0.208
0.300
0.106
0.042

PK
0.362
0.103
0.222
0.204
0.305
0.095
0.040

Konsumsi nutrien (kg hari -1)
SK
LK
0.383
0.371
0.074
0.139
0.203
0.233
0.206
0.216
0.298
0.290
0.115
0.098
0.051
0.020

BETN
0.374
0.093
0.216
0.206
0.302
0.104
0.043

TDN
0.375
0.098
0.218
0.208
0.300
0.104
0.041

Nilai koefisien korelasi yang dihasilkan dari data diatas tergolong kecil
karena nilai mendekati nol. Nilai korelasi yang mendekati nol memiliki hubungan
yang lemah (Irianto 2004). Menurut Nurgiantoro (2004) koefisien korelasi berkisar
antara -1.00 sampai dengan +1.00, koefisien r 1.00 baik positif atau negatif
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sempurna. Semakin tinggi nilai r maka
hubungan antara kedua variabel semakin erat atau sempurna. Nilai korelasi
dianggap mulai memiliki hubungan erat jika nilai korelasinya diatas 70 % baik dari
+1.00 atau -1.00.
Konsumsi bahan kering dan nutrien terhadap pertambahan bobot badan
harian memiliki hubungan yang linier, namun penyebaran data yang beragam yang
menunjukkan respon berbeda antara setiap sapi dari berbagai bobot badan. Data
tersebut sesuai dengan kondisi di lapang bahwa dengan bobot badan yang seragam
dan jumlah konsumsi yang hampir sama memberikan respon yang sangat beragam
terhadap pertambahan bobot badan yang dihasilkan. Hal tersebut disebabkan karena
perbedaan genetik sapi Pegon yang dapat terlihat dari pertambahan bobot badan
harian yang sangat beragam yaitu dengan kisaran 0.1-1.7 kg. Selain itu juga diduga
dari sistem pemeliharaan sebelumnya yang belum terstandar.
Persamaan prediksi kebutuhan bahan kering dalam persen bobot badan.
Prediksi kebutuhan bahan kering berdasarkan bobot badan bakalan sapi
pegon dikembangkan dari hasil penelitan Hardiyanto (2014). Variabel bebas yang
digunakan dalam penentuan persamaman ini yaitu PBBH dan bobot badan
khususnya bobot badan metabolis (ABW0.75). Penggunaan variabel bebas bobot
badan, dalam hal ini adalah bobot badan metabolis dikarenakan bobot badan
merupakan faktor utama yang mempengaruhi konsumsi bahan kering (Azevedo et
al. 2010). Selain itu, faktor lain yang memengaruhi prediksi konsumsi pakan adalah

10

pertambahan bobot badan (Kolath et al. 2006). Berikut adalah hasil regresi
berdasarkan bobot badan yang dikelompokan dengan selang 50 kg yang disajikan
dalam Tabel 7.

Bobot badan
awal (kg)
200
250
300
350
400
450
500

Tabel 7 Penentuan model regresi
Persamaan regresi
BK = 5,412 – 0.040 ABW 0.75 + 0.154 PBBH
BK = 5.134 – 0.035 ABW 0.75 + 0.008 PBBH
BK = 4.121 – 0.024 ABW 0.75 + 0.053 PBBH
BK = 4.023 – 0.022 ABW 0.75 + 0.075 PBBH
BK = 4.285 – 0.025 ABW 0.75 + 0.152 PBBH
BK = 4.115 – 0.022 ABW 0.75 + 0.050 PBBH
BK = 4.671 – 0.027 ABW 0.75 + 0.152 PBBH

Adjusted R2
33.5
32.6
24.0
15.2
16.5
18.5
27.9

Dari persamaan diatas dapat diprediksi kebutuhan bahan kering dengan
pertambahan bobot badan yang kita harapkan dan juga rataan bobot badan
metabolis ternak yang akan digemukkan. Bobot badan awal yang sesuai dapat
ditentukan berdasarkan hasil regresi tersebut. Penentuan bobot badan awal yang
sesuai melalui persamaan pada Tabel 5 dengan mempertimbangkan nilai adjusted
R2 dari masing masing regresi bobot badan. Adjusted R2 diterjemahkan sebagai R2
yang disesuaikan. Nilai ini menyatakan bahwa adjusted R2 adalah sebuah statistik
yang berusaha mengoreksi R2 agar lebih mendekati ketepatan model dalam
populasi (Herdiyanto 2014).
Nilai Adjusted R2 tertinggi terlihat pada bobot badan awal 200–250 kg yaitu
sebesar 33.55. Rekomendasi untuk pemilihan bobot badan yang sesuai dengan
persamaan tersebut adalah pada bobot badan 200 – 250 kg dengan rataan konsumsi
BK sebesar 2.72 % BB. Menurut Badan Litbang Pertanian (2013), bobot badan
bakalan yang ideal untuk penggemukan sapi yaitu 260 – 300 kg dengan umur 1,5 –
2,5 tahun.
Uji Validitas
Uji validitas merupakan uji untuk mengetahui tingkat ketepatan persamaan
regresi linier berganda. Pengujian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara data
observasi yang tidak digunakan dibandingkan dengan data hasil prediksi. Pengujian
ini akan dilakukan pada salah satu persamaan yang memungkinkan adanya data
observasi lain. Hasil uji validitas akan di tampilkan pada Gambar 5.
Dari hasil validitas didapatkan nilai R2 yang tinggi yaitu 92.18 %. Tingginya
angka validitas menunjukkan sejauh mana data terkumpul tidak menyimpang dari
gambaran peubah yang dimaksud. Dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa
persamaan tersebut sudah valid.

11

3

BK Prediksi 2013 kg (% BB)

2.8
2.6
2.4

y = 0.587x + 0.9865
R² = 0.9218

2.2
2
2

2.2

2.4

2.6

2.8

3

BK observasi 2012 (% BB)

Gambar 1 Validitas persamaan dengan bobot badan 250 – 300 kg.
Persamaan hasil korelasi konsumsi PK dan TDN terhadap PBBH
Persamaan dari penyebaran data hubungan antara konsumsi PK dan TDN
akan digunakan untuk membuat dasar penentuan pola standar konsumsi sapi Pegon
sesuai pertambahan bobot badan harian. Persamaan konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH akan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Persamaan konsumsi PK dan TDN terhadap PBBH
Bobot
badan (kg)
200-250
250-300
300-350
350-400
400-450
450-500
≥500

Persamaan
PK
0.0993 PBBH + 1.0512
0.0388 PBBH + 1.1506
0.0828 PBBH + 1.1140
0.0322 PBBH + 1.2131
0.1060 PBBH + 1.2086
0.0327 PBBH + 1.2980
0.0144 PBBH + 1.3670

TDN
0.4552 PBBH + 4.5429
0.1595 PBBH + 5.0009
0.3527 PBBH + 4.8427
0.3213 PBBH + 5.1049
0.4385 PBBH + 5.2577
0.1506 PBBH + 5.6184
0.0613 PBBH + 5.9274

Persamaan di atas akan digunakan untuk menghitung standar konsumsi
bahan kering, protein kasar dan TDN sapi Pegon untuk pertambahan bobot badan
yang diharapkan. Data standar konsumsi bahan kering , protein kasar dan TDN akan
disajikan pada Tabel 9.
Berdasarkan data Tabel 9 diketahui bahwa bobot badan sapi Pegon tidak
memberikan pengaruh yang signifikan dalam mengkonsumsi bahan kering dan
protein kasar dan TDN dalam menghasilkan pertambahan bobot badan harian. Sapi
pegon membutuhkan konsumsi bahan kering 7-9 kg per hari dengan kebutuhan
Protein kasar sekitar 14 % dan TDN 61 – 64 %. Faktor konsumsi bahan kering,
protein serta TDN bukan menjadi faktor utama dalam menentukan pertambahan
bobot badan.

12

Tabel 9 Prediksi kebutuhan BK, PK dan TDN sapi Pegon berdasarkan bobot badan
Bobot
badan (kg)
200

250

300

350

400

450

500

PBBH
(kg)
0.75
1.00
1.25
0.75
1.00
1.25
0.75
1.00
1.25
0.75
1.00
1.25
0.75
1.00
1.25
0.75
1.00
1.25
0.75
1.00
1.25

Bahan kering
(%)
(kg)
2.72
7.88
2.76
7.99
2.79
8.11
2.44
8.02
2.44
8.03
2.44
8.04
2.07
8.01
2.08
8.06
2.10
8.11
2.04
8.56
2.06
8.64
2.08
8.72
1.97
8.78
2.03
9.06
2.09
9.34
1.77
9.15
1.78
9.21
1.79
9.27
1.66
9.37
1.70
9.58
1.74
9.80

Protein kasar
(kg)
(%)
1.13
14.28
1.15
14.39
1.18
14.50
1.18
14.70
1.19
14.81
1.20
14.92
1.18
14.68
1.20
14.84
1.22
15.00
1.24
14.46
1.25
14.42
1.25
14.38
1.29
14.68
1.31
14.51
1.34
14.36
1.32
14.46
1.33
14.45
1.34
14.44
1.38
14.70
1.38
14.41
1.39
14.13

TDN

(kg)
4.88
5.00
5.11
5.12
5.16
5.20
5.11
5.20
5.28
5.35
5.43
5.51
5.59
5.70
5.81
5.73
5.77
5.81
5.97
5.99
6.00

(%)
61.97
62.53
63.07
63.82
64.26
64.70
63.74
64.43
65.11
62.47
62.83
63.18
63.65
62.89
62.17
62.67
62.64
62.61
63.75
62.48
61.27

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Sistem pemberian pakan di peternakan sudah sesuai standar pemberian
pakan. Pemberian pakan diberikan dalam bentuk segar yang dilakukan lima kali
sehari. Sapi pegon membutuhkan konsumsi bahan kering 7-9 kg (1.66-2.79 %
bobot badan) per hari dengan kebutuhan PK sekitar 14 % dan TDN 61–64 %.
Konsumsi pakan tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap pertambahan
bobot badan. Sapi Pegon dengan bobot badan 200-250 kg merupakan sapi yang
memiliki nilai adj R2 dan nilai efisiensi pakan terbaik diantara bobot badan lainya.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan terkontrol untuk mengetahui korelasi
konsumsi bahan kering dan nutrien terhadap sapi pegon, serta nilai prediksi bahan
kering yang lebih akurat yang sesuai dengan kebutuhan sapi Pegon. Pengawasan
terhadap perkawinan sapi Pegon juga perlu dilakukan untuk mengetahui turunan
dan menghindari inbreeding yang bisa menurunkan kualitas genetik sapi.

13

DAFTAR PUSTAKA
Abidin Z. 2006. Penggemukan Sapi Potong. Jakarta (ID): Agro Media Pustaka.
Agus A. 2007. Membuat Pakan Ternak Secara Mandiri. Yogyakarta (ID): PT. Citra
Adi Parama.
Arora SP. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): Gadjah
Mada University Press.
Aryogi. 2005. Kemungkinan timbulnya interaksi antara genetik dan ketinggian
lokasi terhadap performans sapi potong silangan peranakan ongole di jawa
timur. [tesis]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada.
Azevêdo JAG, Sebastio de Campos VF, Douglas dos SP, Rilene Ferreira DV,
Edenio D. 2010. Prediction of Dry Matter Intake by Cattle in Feedlot
[Internet].[diunduh 2014 April 30]. Tersedia pada: www.BRCorteBrazil.co.id.
[Litbang Pertanian] Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian. 2013.
Formulasi ransum pada usaha ternak sapi penggemukan. Sinar tani.
Agroinovasi. Edisi 4 no 3522 tahun XLIV.
[BPS] Badan Pusat Statistika. 2014. Data suhu dan kelembaban daerah Bogor
[Internet].[diunduh 2015 Januari 15]. Tersedia pada: www.bps suhu dan
kelembaban.co.id.
[Ditjennak] Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Data impor
daging indonesia. [Internet]. [diunduh 2014 Mei 15]. Tersedia pada:
www.pertanian.go.id.
Field TG, Taylor RT. 2002. Beef Production and Management Decisions. Ed ke-4.
New Jersey (US): Prentice Hall.
Hardiyanto Y. 2014. Evaluasi penyiapan pakan dan prediksi kebutuhan bahan
kering pada sapi pegon dan SL. [skripsi]. Bogor (ID): Fakultas Peternakan,
Institut Pertanian Bogor.
Haryanto B. 2012. Perkembangan Penelitian Nutrisi Ruminansia. Bogor (ID): Balai
Penelitian Ternak.
Irianto A. 2004. Statistika Konsep Dasar dan Aplikasinya. Ed ke-1. Cetakan ke-5.
Jakarta (ID): Prenada Media Group.
Kearl LC. 1982. Nutrient Requirement or Ruminant in Developing Countries.
International Feedstuffs Institute Utah. Agric. Exp, Station Utah Satate
University Logan, Utah. USA.
Kolath WH, Kerley MS, Golden JW. 2006. The relationship between
mitochondrial function and residual feed intake in angus steers. J Anim Sci.
84: 861-865.
Mc Maniman JP, Defoor PJ, Galyean. 2009. Evaluation of the national research
council (1996) dry matter intake prediction equations and relationships
between intake and performance by feedlot cattle. J Anim Sci. 87 :11381146.
Nurgiyantoro B, Gunawan, Marzuki. 2004. Statistik Terapan. Yogyakarta (ID):
Gadjah Mada University Press.
Orskov ER. 1998. The Feeding of Ruminant Principles and Practice. Marlow (UK)
: Chalombe publ.
Parakkasi A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Jakarta (ID): Univ
Indonesia Pr.

14

Sagala W. 2011. Analisis biaya pakan dan performa sapi potong lokal pada ransum
hijauan tinggi yang disuplementasi ekstrak lerak (sapindus rarak). [skripsi].
Bogor (ID): Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor.
Utomo R. 2012. Evaluasi Pakan dengan Metode Noninvasif. Yogyakarta (ID): PT
Citra Aji Purnama.
Wardeh MF. 1981. Models for esmating energy and protein utilization for feeds
[disertasi]. Utah (US): Utah State Univ Pr.
Williamson G, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.
Darmadja, penerjemah. Yogyakarta (ID) : Gadjah Mada University Press.

15

LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Kesimpulan Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap
ABW0.75 dan PBBH, Prediksi Berdasarkan Bobot Badan.
Bobot
Model
R
R2
R2
Galat
Durbinbadan
watson
terkoreksi
200
1
0.612
0.374
0.335
0.24255
2.455
250
1
0.577
0.333
0.326
0.21173
1.888
300
1
0.495
0.249
0.240
0.20543
1.433
350
1
0.398
0.158
0.152
0.22112
1.450
400
1
0.425
0.181
0.165
0.17525
2.105
450
1
0.426
0.213
0.185
0.15376
1.494
500
1
0.584
0.342
0.279
0.13748
2.087
BK: bahan kering (peubah respon), PBBH: pertambahan bobot badan harian, ABW0.75: rataan bobot
badan metabolis.

Lampiran 2 Tabel ANOVA Prediksi kebutuhan BK dengan Peubah Tetap ABW0.75
dan PBBH Bobot Badan 200
Lampiran
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Fhit
Sig.
model
kuadrat
bebas
tengah
1 Regresi
1.125
2
0.563
9,564
0.001
Sisa
1.883
32
0.059
Total
3.008
34
Lampiran 3 Tabel ANOVA Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap ABW0.75
dan PBBH Bobot Badan 250
Lampiran
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Fhit
Sig.
model
kuadrat
bebas
tengah
1 Regresi
3.900
2
1.950
43.429
0.000
Sisa
7.801
174
0.045
Total
11.700
176
Lampiran 4 Tabel ANOVA Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap ABW0.75
dan PBBH Bobot Badan 300
Lampiran
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Fhit
Sig.
model
kuadrat
bebas
tengah
1 Regresi
4.384
2
2.192
51.941
0.000
Sisa
13.504
320
0.049
Total
17.888
322

16

Lampiran 5 Tabel ANOVA Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap ABW0.75
dan PBBH Bobot Badan 350
Lampiran
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Fhit
Sig.
model
kuadrat
bebas
tengah
1 Regresi
2.292
2
1.146
23.435
0.000
Sisa
12.174
249
0.049
Total
14.466
251
Lampiran 6 400 Tabel ANOVA Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap
ABW0.75 dan PBBH Bobot Badan 400
Lampiran
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Fhit
Sig.
model
kuadrat
bebas
tengah
1 Regresi
0.711
2
0.356
11.577
0.000
Sisa
3.255
105
0.031
Total
3.936
107
Lampiran 7 Tabel ANOVA Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap ABW0.75
dan PBBH Bobot Badan 450
Lampiran
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Fhit
Sig.
model
kuadrat
bebas
tengah
1 Regresi
0.352
2
0.176
7.452
0.001
Sisa
1.300
55
0.024
Total
1.652
57
Lampiran 8 Tabel ANOVA Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap ABW0.75
dan PBBH Bobot Badan 500
Lampiran
Jumlah
Derajat
Kuadrat
Fhit
Sig.
model
kuadrat
bebas
tengah
1 Regresi
0.206
2
0.103
5.448
0.012
Sisa
0.397
21
0.019
Total
0.603
23
Lampiran 9 Tabel Koefisien Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap PBBH
dan ABW0.75 Bobot Badan 200
Koefisien tidak
Koefisien
Statistik
distandarisasi
distandarisasi thit
kolinieritas
Model
Sig.
B
Galat
Beta
Toleransi VIF
1
(konstan)
5.142
0.624
8.672 0.000
0.75
ABW
-0.040 0.009
0.494
4.373 0.000
0.646
1.548
ADG
-0.154 0.136
0.322
1.135 0.265
0.646
1.548

17

Lampiran 10 Tabel Koefisien Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap PBBH
dan ABW0.75 Bobot Badan 250
Koefisien tidak
Koefisien
Statistik
distandarisasi
distandarisasi
kolinieritas
Model
Thit
Sig.
B
Galat
Beta
Toleransi VIF
1
(konstan)
5.134
0.302
16.996 0.000
ABW0.75
-0.035 0.004
-0.581
-8.206 0.000
0.763
1.310
ADG
-0.008 0.066
0.008
0.118 0.906
0.763
1.310
Lampiran 11 Tabel Koefisien Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap PBBH
dan ABW0.75 Bobot Badan 300
Koefisien tidak
Koefisien
Statistik
distandarisasi
distandarisasi
kolinieritas
Model
Thit
Sig.
B
Galat
Beta
Toleransi VIF
1
(konstan)
4.121
0.203
20.301 0.000
0.75
ABW
-0.024 0.003
-0.533
-8.926 0.000
0.662
1.310
ADG
0.053
0.045
-0.071
1.186 0.232
0.662
1.511
Lampiran 12 Tabel Koefisien Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap PBBH
dan ABW0.75 Bobot Badan 350
Koefisien tidak
Koefisien
Statistik
distandarisasi
distandarisasi
kolinieritas
Model
Thit
Sig.
B
Galat
Beta
Toleransi VIF
1
(konstan)
4.904
0.320
12.565 0.000
ABW0.75
-0.022 0.004
-0.469
-5.982 0.000
0.550
1.818
ADG
0.075
0.048
-0.121
1.544 0.124
0.550
1.818
Lampiran 13 Tabel Koefisien Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap PBBH
dan ABW0.75 Bobot Badan 400
Koefisien tidak
Koefisien
Statistik
distandarisasi
distandarisasi
kolinieritas
Model
Thit
Sig.
B
Galat
Beta
Toleransi VIF
1
(konstan)
4.285
0.509
8.426 0.000
0.75
ABW
-0.025 0.005
-0.585
-4.587 0.000
0.479
2.086
ADG
0.152
0.066
0.294
2.303 0.023
0.479
2.086

18

Lampiran 14 Tabel Koefisien Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap PBBH
dan ABW0.75 Bobot Badan 450
Koefisien tidak
Koefisien
Statistik
distandarisasi
distandarisasi
kolinieritas
Model
Thit
Sig.
B
Galat
Beta
Toleransi VIF
1
(konstan)
4.115
0.641
6.418 0.000
ABW0.75
-0.022 0.006
-0.508
-3.600 0.001
0.719
1.391
ADG
0.050
0.069
0.102
0.725 0.471
0.719
1.391
Lampiran 15 Tabel Koefisien Prediksi Kebutuhan BK dengan Peubah Tetap PBBH
dan ABW0.75 Bobot Badan 500
Koefisien tidak
Koefisien
Statistik
distandarisasi
distandarisasi
kolinieritas
Model
Thit
Sig.
B
Galat
Beta
Toleransi VIF
1
(konstan)
4.671
1.002
4.660 0.000
0.75
ABW
-0.027 0.009
-0.665
-2.903 0.009
0.597
1.676
ADG
0.074
0.117
0.144
0.629 0.536
0.597
1.676
Lampiran 16 Grafik Penyebaran Data Korelasi antara Konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan 200-250 kg

Lampiran 17 Grafik Penyebaran Data Korelasi antara Konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan 250-300 kg

19

Lampiran 18 Grafik Penyebaran Data Korelasi antara Konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan 300-350 kg

Lampiran 19 Grafik Penyebaran Data Korelasi antara Konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan 350-400 kg

Lampiran 20 Grafik Penyebaran Data Korelasi antara Konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan 400-450 kg

20

Lampiran 21 Grafik Penyebaran Data Korelasi antara Konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan 450-500 kg

Lampiran 22 Grafik Penyebaran Data Korelasi antara Konsumsi PK dan TDN
terhadap PBBH bobot badan ≥ 500 kg

21

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jombang pada tanggal 17 Januari
1992 sebagai anak kedua dari pasangan berbahagia Bapak
Suparman dan Ibu Sri’ah. Tahun 2004 penulis lulus dari
Sekolah Dasar Negeri Plandaan. Tahun 2007 penulis lulus
dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tembelang. Tahun
2010 penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 3
Jombang dan pada tahun yang sama penulis diterima di
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Saringan Masuk Institut (USMI) dan memperoleh beasiswa Bidik Misi dari
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Selama masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam berbagai organisasi
dimulai dari sebagai pengurus himpunan mahasiswa (HIMASITER) sebagai staf
pengembangan sumber daya mahasiswa (PSDM) tahun 2011-2012 kemudian
menjadi ketua HIMASITER pada tahun 2012-2013. Selain itu juga tergabung
dalam formatur dan kepengurusan South East Asia Animal Science Networking
(SEAAS Net) dan juga Klub Sekolah Peternakan Rakyat (KSPR IPB).
Selain Aktif di organisasi penulis juga aktif dalam kegiatan kepanitiaan baik
yang ada di IPB ataupun di lingkup Bogor. Penulis pernah menjadi delegasi dalam
Internship Program di Perlis Malaysia pada bulan Januari – Februari 2013 serta
peserta dalam kegiatan IPB Goes to Field di Wonosalam pada Juli 2013. Penulis
juga menjadi asisten praktikum dalam beberapa mata kuliah.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan