JOKO WIBOWO H3409015

(1)

commit to user MANAJEMEN

DI CV K

PROGRAM DIPL FA UNIVE

i

TUGAS AKHIR

EN PEMBERIAN PAKAN SAPI POTONG CV. SUMBER BAJA PERKASA

KLATEN JAWA TENGAH

Oleh : JOKO WIBOWO

H 3409015

PLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

IVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user MANAJEMEN

DI CV K

Sebagian Persyaratan G Pr Unive

Program

PROGRAM DIP F UNIV

ii

TUGAS AKHIR

EN PEMBERIAN PAKAN SAPI POTONG CV. SUMBER BAJA PERKASA

KLATEN JAWA TENGAH

Guna Memperoleh Sebutan Ahli Madya Peterna Program Diploma III Pertanian

niversitas Sebelas Maret Surakarta

am Studi Agribisnis Minat Peternakan

Oleh : JOKO WIBOWO

H 3409015

IPLOMA III AGRIBISNIS PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN

IVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012


(3)

commit to user


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayatnya penulis mampu menyelesaikan laporan Tugas Akhir ini. Dalam menyelesaikan penulisan laporan Tugas Akhir ini tentunya tidaklah lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ketua Program Studi D-III Agribisnis Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Ibu Aqni Hanifa,S.Pt.,M.Si. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji I.

4. Bapak Ir. Sudiyono,M.S., selaku Dosen Penguji II.

5. Bapak H. Zainal Fanani, selaku Pimpinan CV Sumber Baja Perkasa, yang

telah memberikan ijin dalam kegiatan magang.

6. Bapak Muhammad Ardiasyah S.Pt, yang memberikan bimbingan dan

pengarahan selama berlangsungnya kegiatan magang di CV Sumber Baja Perkasa.

7. Orang tua serta semua keluarga yang ada di rumah, terima kasih atas semua

kasih sayang dan dorongan semangat yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat kata-kata yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.

Surakarta, Agustus 2012011


(5)

commit to user

v

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PENGESAHAN………... ii

KATA PENGANTAR………... iii

DAFTAR ISI………... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR……….. DAFTAR LAMPIRAN………... vii viii BAB I. PENDAHULUAN……….. 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Tujuan Magang……… 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………... 4

A. Sapi Potong……….. 4

B. Pakan Sapi Potong………... 7

C. Manajemen Pemberian Pakan………. 14

1. Jumlah Pemberian………. 14

2. Imbangan Hijauan dan Konsentrat……….... 14

3. Frekuensi Pemberian………. 15

4. Sistem pemberian………... 15

BAB III. TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN ……… 17

1. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan………. 17

2. Materi dan Metode……….. 17

3. Cara Pengambilan Data………... 18

4. Sumber Data……… 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……….... 20

A. Keadaan Umum Lokasi………... 20

1. Sejarah Perusahaan……… 20

2. Struktur organisasi………. 21


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

4. Populasi Ternak………. 23

5. Pakan………. 24

B. Uraian Kegiatan Magang………. 25

1. Populasi Sapi………. 25

2. Pengadaan Bahan Pakan………... 25

3. Penyimpanan Bahan Pakan………... 27

4. Pengolahan Bahan Baku……… 29

5. Pemberian Pakan Pada Ternak……….. 30

C. Pembahasan………. 30

1. Jenis Pakan……… 30

2. Pengadaan Bahan Pakan……… 33

3. Jumlah Pemberian Pakan………... 35

4. Frekuensi Pemberian Pakan……….. 36

5. Sistem Pemberian Pakan………... 36

6. Pemberian Air Minum………... 37

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN……… 38

A. Kesimpulan……….. 38

B. Saran……….... 39

DAFTAR PUSTAKA... 40


(7)

commit to user

vii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Populasi Ternak di CV. Sumber Baja Perkasa………... 25

2. Komposisi Nutrien Konsentrat………... 27

3. Jumlah Bahan Pakan Konsentrat Fermentasi………... 32

4. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum…………... 33


(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Proses Pembuatan Pakan Jerami Fementasi……….. 31


(9)

commit to user

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Susunan Organisasi CV. Sumber Baja Perkasa... 43

2. Denah Lokasi CV. Sumber Baja Perkasa... 44

3. Lay Out Kandang CV. Sumber Baja Perkasa... 45

4. Bangunan Perkandangan CV Sumber Baja Perkasa... 46

5. Foto Dokumen dan Kegiatan Magang... 47

6. Quisioner Magang di CV. Sumber Baja Perkasa... 50

7. Brosur Pakan Nutrifeed... 54


(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i ABSTRAK

Joko Wibowo, H3409015, Manajemen Pemberian Pakan Sapi Potong Di CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah. Laporan Tugas Akhir. Jurusan Diploma III Agribisnis Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret 2012, 56 halaman.

Kegiatan magang ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pemberian pakan sapi potong pada CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah . Pelaksanaan kegiatan magang ini, dilakukan di CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah. Metode pengamatan yang digunakan adalah deskripsi kualitatif yaitu pengamatan yang studi kasusnya mengarah pada pendeskripsian secara rinci dan mendalam mengenai potret kondisi tentang apa yang sebenarnya terjadi menurut apa adanya di lapangan studinya. Sumber data yang diperoleh berdasarkan narasumber, peristiwa/aktifitas, dokumen dan lokasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, observasi dan perekaman. Analisis data yang digunakan dalam pengamatan ini adalah analisis data kualitatif, yaitu merupakan pengolahan data berupa pengumpulan data, penguraiannya kemudian membandingkan dengan teori yang berhubungan masalahnya, dan akhirnya menarik kesimpulan.

Berdasarkan pada hasil analisis data di CV. Sumber Baja Perkasa Klaten Jawa Tengah disimpulkan bahwa manajemen pemberian pakan sapi potong di CV Sumber Baja Perkasa adalah Pengadaan bahan pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa untuk rumput gajah, singkong, jagung di panen dari ladang sendiri serta untuk konsentrat jadi di beli dari pabrik pakan puspetasari sedangkan jerami dibeli dari para petani. Frekuensi pemberian pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa adalah empat kali sehari yaitu konsentrat pada pukul 08.00 WIB dan pada pukul 14.00 WIB sedangkan untuk hijauan pada pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB dengan imbangan konsentrat dan hijauan dalam ransum adalah 70% dan 30% . Bahan pakan yang diberikan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa berupa hijauan yaitu rumpuh gajah dan jerami fermentasi serta konsentrat berupa konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung, premix, tetes yang dicampur menjadi satu. Jumlah pemberian pakan di CV. Sumber Baja Perkasa untuk sapi peranakan ongole (PO) mendapat konsentrat 10 kg/ekor/hari dan hijauan 8 kg/ekor/hari dan untuk sapi Limousin dan Sapi Simmental (METAL) mendapat konsentrat 12 kg/hari/ekor dan hijauan 10 kg/ekor/hari. Sistem pemberian pakan hijauan di CV. Sumber Baja Perkasa diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam. Pemberian air minum untuk sapi di CV. Sumber baja perkasa terpenuhi karena air minum diberikan secara ad libitum.


(11)

commit to user

i

ABSTRACT

Joko Wibowo, H3409015, Granting Management in Beef Cattle Feeding CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java. Final Project Report. Diploma III Program. Animal Husbandry and Agribusiness Department. Farm Faculty. Sebelas Maret University. 2012., 56 pages.

This internship aims to determine the feeding management of beef cattle on the CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java. Implementation of this internship, conducted in the CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java sources. Observation method used is a qualitative description of the observations that led to the description of the case studies in detail and depth portrait of the conditions of what actually happened according to what it is in the field studies. Source of data obtained by resource persons, events / activities, documents and locations. Data collection techniques used were interviews, documentation, observation and recording. Analysis of the data used in this observation is a qualitative data analysis, data processing is a form of data collection, and then compared with theoretical decay-related problems, and finally draw conclusions.

Based on the results of data analysis in the CV. Sumber Baja Perkasa Klaten in Central Java sources concluded that the feeding management of beef cattle in the cv is the source of the mighty steel Procurement cattle feed ingredients in CV. Sumber Baja Perkasa sources for elephant grass, cassava, corn on the harvest of the field itself and to concentrate so purchased from feed mills, while hay puspetasari purchased from farmers. Frequency of feeding cattle in the CV. Mighty Steel source is four times a day that is concentrated at 08.00 pm and at 14.00 pm while to forage at 10.00 am and 15.00 pm with a proportion of concentrates and forages in the ration is 70% and 30%. Cattle feed ingredients given in the CV. Sumber Baja Perkasa source of forage that is rumpuh elephants and hay and concentrates in the form of concentrated fermentation finished, rice bran, cassava, corn, premix, drops mixed into one. The number of feeding on CV. Mighty Steel sources for cattle Peranakan Ongole (PO) received 10 kg of concentrate / head / day and forage 8 kg / head / day and for the cow Limousin and Simmental cows (METAL) received 12 kg of concentrate / day / cow and 10 kg of forage / cow / day. Forage feeding system in CV. Sumber Baja Perkasa source is given approximately two hours after administration of concentrate in the morning and be done gradually at least four times a day and night. Provision of drinking water for cattle in the CV. Sumber Baja Perkasa because the source of the mighty steel drinking water provided ad libitum.


(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(13)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Usaha penggemukan sapi potong saat ini mempunyai kencenderungan semakin berkembang. Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya masyarakat di daerah yang mengusahakan penggemukan sapi. Usaha penggemukan sapi dapat dilakukan secara perseorangan maupun secara perusahaan dalam skala besar. Seiring semakin berkembangnya perusahaan peternakan dan juga kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi demi kesehatan dan diimbangi dengan daya beli masyarakat yang meningkat pula, permintaan akan daging sapi untuk konsumsi sehari-hari pun juga meningkat dari tahun ke tahun. Itu ditandai dengan makin banyaknya perusahaan peternakan khususnya perusahaan yang bergerak dalam bidang feedlot (penggemukan). Hal ini disebabkan prospek usaha penggemukan sapi potong cukup menguntungkan terbukti dari kebutuhan akan konsumsi daging sapi setiap tahun selalu meningkat. Sementara itu pemenuhan akan kebutuhan daging terutama daging sapi selalu kurang, dengan kata lain permintaan daging sebagai konsumsi terus bertambah. Tiga hal pokok yang perlu diperhatikan agar dapat menjadi peternak sukses sehingga kelangsungan usaha ternak tersebut dapat berjalan. Ketiga hal tersebut yaitu breeding (bibit/bakalan), feeding (pakan), dan management (manajemen), yang saling terkait satu sama lain dan saling melengkapi. Usaha untuk meningkatkan pengadaan daging sapi dapat dilakukan dalam usaha feedlot. Feedlot adalah pemeliharaan sapi di dalam kandang tertentu, tidak diperkerjakan tetapi hanya diberi pakan dengan nutrien yang optimal untuk menaikkan berat badan dan kesehatan sapi (Darmono, 1993). Usaha ternak sapi potong akan berhasil apabila faktor penunjangnya (pakan) memperoleh perhatian penuh, disamping faktor genetis.

Oleh karena itu, bibit sapi yang baik harus diimbangi dengan pemberian pakan yang baik pula dan cukup memenuhi kebutuhan


(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

nutriennya. Adapun fungsi lain dari pakan adalah untuk mempertahankan daya tahan tubuh dan kesehatan. Produktivitas ternak sapi potong sangat peka atau sensitif terhadap perubahan pemberian pakan, oleh karena itu pakan yang diberikan harus sesuai dengan ketersediaan, kesinambungan kualitas maupun jumlahnya. Disamping itu perlu diketahui bahwa biaya pakan dalam usaha penggemukan memberikan konstribusi yang cukup besar. Oleh karena itu, dalam usaha penggemukan peternak harus dapat memberikan pakan yang murah namun bermanfaat bagi peningkatan produksi daging (Siregar, 2003).

Pada dasarnya sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat dan yang terpenting adalah pakan harus memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, dan vitamin serta mineral. Secara alamiah pakan utama ternak sapi baik potong maupun perah adalah hijauan dapat berasal dari rumput alam atau lapang, rumput unggul, leguminosa dan limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya. Dalam pemberiannya harus diperhatikan hijauan tersebut disukai ternak dan tidak mengandung racun atau toxin sehingga dapat membahayakan perkembangan bagi ternak yang mengkonsumsi. Namun, permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah tropis seperti di wilayah Indonesia mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan gizi ternak tersebut perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat (Siregar, 1996). Dalam pemberian pakan di kandang atau di palungan, yang perlu diperhatikan adalah mengetahui berapa jumlah pakan dan bagaimana ransum yang diberikan pada ternak sapi. Untuk itu, telah dibuat feeding standard. Akan tetapi, dalam pemberiannya ada yang dilakukan dengan cara ad libitum, yaitu diberikan dalam jumlah yang selalu tersedia. Ada juga yang diberikan dalam bentuk restricted atau dibatasi (Santosa, 2002).

Mengingat pentingnya manajemen pemberian pakan sapi potong dalam usaha feedlot, maka kegiatan Magang Perusahaan dengan judul Manajemen Pemberian Pakan Sapi Potong pada CV. Sumber Baja Perkasa dilaksanakan


(15)

commit to user

B.Tujuan Magang

1. Tujuan Umum

Magang Perusahaan ini dilaksanakan oleh mahasiswa dengan tujuan:

a. Untuk memperoleh pengalaman yang berharga dengan mengenali

kegiatan kegiatan di lapangan kerja yang ada di bidang peternakan secara umum.

b. Meningkatkan pemahaman mengenai hubungan antara teori dan

penerapannya serta faktor-faktor yang mempengaruhi sehingga dapat sebagai bekal bagi mahasiswa dalam terjun ke masyarakat setelah lulus.

c. Untuk memperoleh ketrampilan kerja dan pengalaman kerja yang

praktis yakni secara langsung dapat menjumpai, merumuskan serta memecahkan permasalahan yang ada dalam kegiatan di bidang peternakan.

d. Meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi, pemerintah, instansi,

terkait dan masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus kegiatan Magang perusahaan adalah :

a. Mengetahui kondisi umum Peternakan Sapi CV. Sumber Baja Perkasa.

b. Mengetahui kegiatan yang dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi

potong CV. Sumber Baja Perkasa.

c. Mengetahui manajemen pemberian pakan pada peternakan sapi potong


(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.Sapi Potong

Setiap proses penggemukan sapi, pada akhirnya sapi akan menjadi penghasil daging. Sapi sapi yang dipekerjakan sebagai pembajak sawah atau ternak perah yang tidak produktif lagi biasanya akan digemukkan sebagai ternak potong. Umumnya, mutu daging yang berasal dari sapi afkiran ini tidak terlalu baik. Meskipun demikian ada beberapa jenis sapi yang memang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristik yang dimilikinya, seperti tingkat pertumbuhannya cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi sapi inilah yang umumnya dijadikan sebagai sapi bakalan, yang dipelihara secara intensif selama beberapa bulan sehingga diperoleh pertambahan berat badan yang ideal untuk dipotong (Abidin, 2002).

Adapun golongan sapi tersebut diklasifikasikan menjadi tiga kelompok

besar sapi yaitu: Bos Sondaicus atau Bos Banteng, sampai sekarang masih

dapat ditemui hidup liar di daerah margasatwa yang dilindungi di Pulau

Jawa, seperti di Pandanaran dan Ujung Kulon. Bos Indicus atau Sapi Zebu,

sampai sekarang mengalami perkembangan di India dan Asia. Bos Taurus

atau Sapi Eropa, sampai sekarang mengalami perkembangan di Eropa.

Bangsa sapi potong Asia diantaranya adalah : Sapi Bali, Sapi Ongole, Sapi

Madura, dan Sapi Brahman. Bangsa sapi potong Eropa diantaranya adalah :

Sapi Hereford, Sapi Shorthorn, Sapi Limousin dan Sapi Charolais (Murtidjo,

1990).

Sapi potong yang berkembang di Indonesia merupakan bangsa sapi tropis, terdiri dari sapi lokal, dan sapi impor (Sarwono dan Arianto, 2002). Menurut Sugeng (2002), ciri ciri bangsa sapi tropis yaitu memiliki gelambir, kepala panjang, dahi sempit, ujung telinga runcing, bahu pendek, garis punggung berbentuk cekung, kaki panjang, tubuh relatif kecil, dengan bobot badan 250-650 kg, tahan terhadap suhu tinggi, tahan terhadap caplak. Jenis

sapi yang banyak dipelihara peternak Indonesia adalah Ongole, sapi Bali,


(17)

commit to user

sapi Madura, sapi Angus, sapi Brahman, sapi Brangus (Brahman Aberdeen

Angus), sapi Peranakan Ongole (PO) dan sapi Simmental ( Djarijah, 1996 ).

1) Sapi Limousin

Sapi Limousin kadang disebut juga Sapi Diamond Limousine (termasuk Bos Taurus), dikembangkan pertama di Perancis, merupakan tipe sapi pedaging dengan perototan yang lebih baik dibandingkan Sapi Simmental. Secara genetik Sapi Limousin adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar,

mempunyai volume rumen yang besar, voluntary intake (kemampuan

menambah konsumsi di luar kebutuhan yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga menuntut tata laksana pemeliharaan lebih teratur. Sapi jenis limousin ini merupakan salah satu yang merajai pasar-pasar sapi di Indonesia dan merupakan sapi primadona untuk penggemukan, karena perkembangan tubuhnya termasuk cepat, bisa sampai 1,1 kg/hari saat masa pertumbuhannya.

2) Sapi PO (Peranakan Ongole)

Sapi PO (singkatan dari Peranakan Ongole), di pasaran juga sering disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India, termasuk tipe sapi pekerja dan pedaging yang disebarkan di Indonesia sebagai sapi Sumba Ongole (SO). Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg. Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg.

Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan),


(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berkelasa dan gelambir. Sesuai dengan induk persilangannya, maka Sapi PO terkenal sebagai sapi pedaging dan sapi pekerja, mempunyai kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap perbedaan kondisi lingkungan, memiliki tenaga yang kuat dan aktivitas reproduksi induknya cepat kembali normal setelah beranak, jantannya memiliki kualitas semen yang baik. Keunggulan sapi PO ini antara lain : Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit; Pertumbuhan relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang; persentase karkas dan kualitas daging baik.

3) Sapi Simmental (METAL)

Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada yang menyebut sapi Brahman. Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging. Sapi jantan dewasanya mampu mencapai berat badan 1150 kg sedang betina dewasanya 800 kg. Secara genetik, sapi Simmental adalah sapi potong yang berasal dari wilayah beriklim dingin, merupakan sapi tipe besar, mempunyai volume rumen yang besar,

voluntary intake (kemampuan menambah konsumsi diluar kebutuhan

yang sebenarnya) yang tinggi dan metabolic rate yang cepat, sehingga

menuntut tata laksana pemeliharaan yang lebih teratur.

Menurut Murtijo (1990) penilaian terhadap keadaan individual sapi potong pada prinsipnya didasarkan pada umur, bentuk tubuh, luas tubuh, pertambahan bobot badan dan temperamen, serta dianjurkan pula mengetahui sejarah yang berkaitan dengan penyakit. Namun, secara praktis pada umumnya penilaian individual sapi dilakukan dengan mengamati bentuk luar sapi seperti bentuk tubuh normal, ukuran normal dari bagian bagian tubuh, dan organ kelamin. Prioritas utama untuk memilih sapi


(19)

commit to user

bakalan adalah berbadan kurus, berumur muda (sapi dara) dan sepasang giginya telah tanggal (Sarwono dan Arianto, 2002). Menurut Santosa (2002) sapi yang paling baik digemukan adalah sapi jantan, karena pertambahan bobot hariannya yang tinggi.

B.Pakan Sapi Potong

Bahan pakan adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak yang sebagian atau keseluruhannnya dapat dicerna tetapi tidak mengganggu kesehatan ternak tersebut. Contoh pakan hijauan (rumput, daun-daunan), limbah pertanian (jerami padi, jerami jagung, jerami kedelai, pucuk tebu), leguminosa (daun Lamtoro, Gliricida, Kaliandra, Turi, dan Kacang-kacangan) limbah industri pertanian (dedak, bekatul, pollard, onggok, bungkilbungkilan) dan lain lain (Anonimous, 2001).

Pada dasarnya sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat yang terpenting adalah pakan yang memenuhi kebutuhan protein, karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral (Sarwono, 2002). Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan yang dapat berupa rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya.

1) Hijauan

Dalam pemilihan hijauan pakan ternak harus diperhatikan

disukai ternak atau tidak, mengandung toxin (racun) atau tidak yang

dapat membahayakan perkembangan bagi ternak yang mengkonsumsi. Namun,permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan nutrien perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat (Siregar, 1996).

a) Rumput Raja

Rumput gajah merupakan sejenis tanaman padang rumput tropis asli Afrika. Rumput gajah mempunyai ciri-ciri yaitu: tumbuh tegak membentuk rumpun, batang tebal dan keras, daunnya relatif besar dan tahan lindungan sedang, hidup pada tanah subur yang tidak


(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

terlalu liat pada pH 6,5 serta kurang tahan terhadap genangan air (Anonimous, 1992). Sifat-sifat rumput gajah antara lain: dapat tumbuh dan beradaptasi pada berbagai macam tanah, membutuhkan hari dengan waktu siang yang pendek, memiliki fotoperiode kritis antara 12-13 jam, tidak tahan hidup di daerah hujan yang terus menerus, dan kecambahnya sedikit dan lambat sehingga banyak ditanam secara vegetatif (Anonimous, 2005).

Keunggulan rumput gajah antara lain: mampu beradaptasi diberbagai macam tanah, merupakan tumbuhan parenial, produksinya tinggi, nilai gizinya tinggi dan tingkat pertumbuhannya tinggi. Produksi hijauan di kebun rumput baik itu rumput gajah ataupun rumput raja bila melebihi atau melewati umur potong akan mengurangi kualitas hijauan tesebut, untuk mengoptimalkan produksi dan menjaga kualitas, pemotongan dilakukan harus tepat waktu. Umur potong rumput yang optimal pada 7 minggu atau 50 hari (Anonimous, 2007). Kandungan nutrien rumput gajah terdiri atas: bahan kering (BK) 19,9%; protein kasar (PK) 10,2%; lemak kasar (LK) 1,6%; serat kasar (SK) 34,2%; abu 11,7%; dan bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 42,3% (Rukmana, 2005).

b)Jerami Padi

Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai makanan ternak terutama sapi dan kerbau dan dangat mudah diperoleh pada musim kemarau (Promma, 1987).

Namun dalam pemanfaatannya beberapa kendala perlu

dipertimbangkan termasuk diantaranya adalah kandungan protein kasar yang rendah, serat kasar tinggi dan kandungan mineralnya yang tidak seimbang (Komar, 1984).

Devendra (1982) melaporkan, bahwa kandungan beberapa varietas jerami padi rata-rata protein kasarnya berkisar 3 sampai 5%, serat kasar 26 sampai 32%, abu 11 sampai 19% dan Gross energinya adalah 14,1 sampai 16,2 MJ/kg. Ruminansia yang imbangan jerami


(21)

commit to user

padi tinggi dalam makanannya, akan menghasilkan pertambahan bobot badan yang rendah dan rendahnya jumlah makanan yang dapat dikonsumsi, dimana disebabkan oleh rendahnya kecernaan dan terbatasnya protein, mineral serta vitamin yang dapat dikonsumsi dari jerami padi, namun hal ini dapat diatasi dengan suplemen zat-zat gizi juga dengan perlakuan urea pada jerami padi dapat memecahkan problema tersebut karena dapat menambah kandungan protein kasar

jerami padi, palabilitas dan kecernaannya serta kegunaannya (Doye et

al., 1986). Untuk meningkatkan pemanfaatan jerami padi dalam produksi ternak, perlu diadakan perlakuan secara fisik, khemis dan biologis ataupun kombinasinya, namun perlakuan khemis lebih banyak digunakan dibanding dengan perlakuan perlakuan lainnya

(Soejono et al., 1988).

2) Ransum

Ransum adalah satu atau campuran beberapa jenis bahan pakan yang disusun sedemikian rupa sehingga mampu memenuhi kebutuhan ternak selama 24 jam. Ransum yang diberikan pada sapi sapi yang digemukan tergantung pada sistem penggemukan yang digunakan.

Penggemukan sapi dengan sistem pasture hanya terdiri dari hijauan

yang diperoleh dengan melepas sapi sapi untuk meruput di padang penggembalaan. Demikian pula dengan sistem kereman yang terdapat dibeberapa daerah di Indonesia, ada diantaranya yang hanya memberikan hijauan saja tanpa pakan tambahan berupa konsentrat (Siregar, 2003). Pakan suplemen merupakan bahan yang mengandung jasad renik (mikroba) hidup yang sengaja ditambahkan dalam pakan sapi atau ruminansia lainya. Dengan diberikan sedikit pakan tambahan, kebutuhan pakan persatuan ternak dapat dikurangi. Apabila setiap hari ternak membutuhkan 10 sampai 11 kg bahan kering (BK) untuk menaikkan 1 kg berat badan maka, penggunaan pakan tambahan mampu mengurangi jumlah pakan (Sarwono, 2002).


(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

a) Jagung

Jagung dalam sistematika tanaman termasuk dalam golongan

Spermatophyta, kelas Monocotyledon, ordo Graminae, familia

Graminaceae, genus Zea. Nama latin jagung adalah Zea mays L. Jagung merupakan tanaman penting kedua setelah padi dan hampir terdapat di seluruh kepulauan di Indonesia. Tanaman jagung relatif mudah dibudidayakan dan dapat tumbuh di semua jenis tanah kecuali tanah liat dan pasir. Berdasarkan warna bijinya, jagung dibedakan menjadi dua macam yaitu jagung kuning dan jagung putih. Kedua jagung ini mempunyai nilai gizi yang relatif sama (Anonimous, 2010).

Menurut Doye et al. (1986), berdasarkan bentuk bijinya

(kernel) jagung dibedakan menjadi enam jenis yaitu: Flour corn atau

soft corn yaitu jagung yang hampir seluruh endospermanya berisi pati

yang lunak dan mudah dibuat tepung. Flint corn yaitu jagung yang

mempunyai biji dengan warna bersinar, tebal dan keras (horny

starch). Zat tepung yang lunak sedikit dan letaknya di tengah. Jagung

ini banyak digunakan untuk pakan ternak. Pop corn yaitu jagung

yang memiliki kernel kecil dan keras seperti jenis flint dengan

kandungan pati yang lebih sedikit. Sweet corn yaitu jagung yang

mengandung sedikit pati dengan endosperma berwarna bening,

mempunyai kandungan gula yang tinggi sehingga terasa manis. Pod

corn yaitu jagung hias dengan kernel tertutup. Dent corn yaitu jagung yang bijinya seperti gigi kuda terjadi akibat pengerutan lapisan bertepung saat biji mengering.

Jagung yang banyak ditanam di Indonesia adalah tipe mutiara (flint) dan semi mutiara (semiflint) (Suprapto dan Marzuki 2005). Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1989) diacu dalam Juniawati

(2008) jenis jagung semiflint (semi mutiara) lebih mudah dibuat

tepung dibandingkan tepung mutiara. Hal ini disebabkan jagung semi mutiara mengandung endosperma lunak yang lebih banyak


(23)

commit to user

dibandingkan endosperma kerasnya. Endosperma keras terdiri dari sel-sel yang lebih kecil dan tersusun rapat, sedangkan endosperma lunak susunan sel-selnya tidak serapat bagian keras. Jagung NK 33 merupakan jagung hibrida yang memiliki bentuk biji semi mutiara. Potensi hasil jagung NK 33 sebesar 12 ton per hektar jagung pipil kering. Biji jagung dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu kulit (pericarp), endosperma, lembaga (germ), dan tudung pangkal (tip cap),

b)Singkong

Singkong atau ubi kayu merupakan tanaman pangan dan

perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu

menghasilkan gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamat, dan tepung aromatik. Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir. Sebagai tanaman pangan, ubi kayu merupakan sumber karbohidrat bagi sekitar 500 juta manusia di dunia. Di Indonesia, tanaman ini menempati urutan ketiga setelah padi dan jagung sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu merupakan penghasil kalori terbesar dibandingkan dengan tanaman lain seperti jagung, beras, sorgum, gandum. Indonesia adalah penghasil ubi kayu urutan keempat terbesar di dunia setelah Nigeria, Brasil, dan Thailand. Namun pasar ubi kayu dunia dikuasai oleh Thailand dan Vietnam. Dalam sistematika tanaman, ubi kayu

termasuk kelas Dicotyledoneae. Ubi kayu masuk dalam famili

Euphorbiaceae yang mempunyai 7.200 spesies beberapa di antaranya

mempunyai nilai komersial, seperti karet (Hevea brasiliensis), jarak

(Ricinus comunis dan Jatropha curcas), umbi-umbian (Manihot,spp),

dan tanaman hias (Euphorbia spp), Klasifikasi tanaman ubi kayu

adalah sebagai berikut : Kelas : Dicotyledoneae Sub kelas : Arhichlamydeae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Sub


(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

Crantz Manihot esculenta Crantz mempunyai nama lain Manihot

utilissima dan Manihot alpi (Anonimous, 2010).

c) Bekatul

Bekatul adalah bagian terluar dari bagian bulir yang terbungkus oleh sekam. Bulir adalah buah sekaligus biji berbagai tumbuhan serealia sejati, seperti padi, gandum dan jelai. Istilah bekatul terutama digunakan pada padi. Asal-usul bekatul secara anatomi adalah lapisan aleuron dan sebagian perikarp yang terikut. Aleuron adalah lapisan sel terluar yang kaya gizi dari endospermium, sementara perikarp adalah bagian terdalam dari sekam. Bekatul padi dapat dilihat pada beras yang diperoleh dari penumbukan. Proses pemisahan bekatul dari bagian beras lainnya dikenal sebagai penyosohan (polishing) untuk memperpanjang masa penyimpanan beras, sekaligus memutihkannya. Kandungan gizi bekatul dikenal luas sejak ditemukannya vitamin B1 (tiamin) dari beras yang belum disosoh, yang bila dikonsumsi terbukti menekan frekuensi penyakit beri-beri oleh Dr. Eijkman. Kandungan gizi lainnya adalah serat pangan, pati, protein, lemak/minyak serta mineral

d)Tetes tebu

Molases adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan

gula tebu (Saccharum officinarum L). Tetes tebu berupa cairan kental

dan diperoleh dari tahap pemisahan Kristal gula. Molases tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral. Tingginya kandungan gula dalam molase sangat potensial dimanfaatkan sebagai bahan baku bioetanol (Anonimous, 2010).

Molase masih mengandung kadar gula yang cukup untuk dapat menghasilkan etanol dengan proses fermentasi, biasanya pH molases berkisar antara 5,5 sampai 6,5. Molase yang masih mengandung kadar gula sekitar 10 sampai 18% telah memberikan hasil yang memuaskan dalam pembuatan etanol (Anonimous, 2010).


(25)

commit to user

Tebu (Saccharum officinarum L.) kedudukannya dalam ilmu

taksonomi tmbuhan adalah : Tebu (Saccharum officinarum L.)

Klasifikasi tanaman ubi kayu adalah sebagai berikut : Kingdom :

Plantea, Subkingdom: Tracheobionta, SuperDivisi : Spermatophyta,

Divis : Magnoliophyta, Kelas : Liliopsida, Sub kelas : Commelinidae,

Ordo : Poales, Famili : Poaceae, Genus : Saccharum, Spesies

:Saccharum officinarum.

Pemberian pakan yang baik untuk memenuhi beberapa kebutuhan ternak sebagai berikut: Kebutuhan hidup pokok, yaitu kebutuhan pakan yang mutlak dibutuhkan dalam jumlah minimal. Pada hakekatnya kebutuhan hidup pokok adalah kebutuhan sejumlah minimal nutrien untuk menjaga keseimbangan dan mempertahankan kondisi tubuh ternak. Kebutuhan tersebut digunakan untuk bernapas, bergerak, dan pencernaan makanan. Kebutuhan untuk pertumbuhan, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan ternak sapi untuk proses pembentukan jaringan tubuh dan menambah bobot badan. Kebutuhan untuk reproduksi, yaitu kebutuhan pakan yang diperlukan ternak sapi untuk proses reproduksi, misalnya kebuntingan. Untuk kebutuhan nutrien sapi potong dalam praktek penyusunan diperlukan pedoman standar berdasarkan bobot badan dan pertambahan bobot badan (Murtidjo, 1990).

Kualitas jumlah pakan dan cara-cara pemberiannya sangat

mempengaruhi kemampuan produksi sapi pedaging. Untuk mempercepat penggemukan, selain dari rumput, ternak perlu juga diberi pakan penguat berupa konsentrat yang merupakan campuran berbagai bahan pakan umbi umbian, sisa hasil pertanian, sisa hasil pabrik dan lain lain yang mempunyai nilai nutrien cukup dan mudah dicerna (Setiadi, 2001).

Pemberian pakan dimaksudkan agar sapi dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sekaligus untuk pertumbuhan dan reproduksi. Pada umumnya setiap sapi membutuhkan pakan berupa hijauan. Sapi dalam masa pertumbuhan, sedang menyusui dan digunakan sebagai tenaga kerja memerlukan pakan yang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitasnya (Djarijah, 1996). Dalam menyusun ransum harus diusahakan


(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

agar kandungan nutrien di dalam ransum sesuai dengan nutrien yang dibutuhkan ternak untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan dan bereproduksi (Santosa, 2002).

C.Manajemen Pemberian Pakan

1. Jumlah Pemberian

Pemberian pakan pada sapi potong dapat dilakukan secara ad libitum

dan restricted (dibatasi). Pemberian secara ad libitum seringkali tidak efisien karena akan menyebabkan bahan pakan banyak terbuang dan pakan yang tersisa menjadi busuk sehingga ditumbuhi jamur dan sebagainya yang akan membahayakan ternak bila terkonsumsi (Santosa, 2002). Tingkat konsumsi ternak ruminansia umumnya didasarkan pada konsumsi BK pakan, baik dalam bentuk hijauan maupun konsentrat, persentase konsumsi bahan kering memiliki grafik linier sejalan dengan pertambahan berat badan sampai tingkat tertentu kemudian mengalami penurunan. Rata rata kemampuan konsumsi bahan kering bagi ruminansia adalah 2 sampai 3 % dari berat badan (Mc Cullough, 1973). Atau 2,5 sampai 3,2 % menurut (Sugeng, 2002).

2. Imbangan Hijauan dan Konsentrat

Ransum ternak ruminansia pada umumnya terdiri dari hijauan dan konsentrat. Pemberian ransum berupa kombinasi kedua bahan itu akan memberi peluang terpenuhinya nutrien dan biayanya relatif murah. Namun, bisa juga ransum terdiri dari hijauan ataupun konsentrat saja. Apabila ransum terdiri dari hijauan saja maka biayanya relatif murah dan lebih ekonomis, tetapi produksi yang tinggi sulit tercapai, sedangkan pemberian ransum hanya terdiri dari konsentrat saja akan memungkinkan tercapainya produksi yang tinggi, tetapi biaya ransumnya relatif mahal (Siregar, 1996).

Pakan ternak untuk penggemukan sapi merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan produksinya. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein adalah unsur utama dalam pemeliharaan organ tubuh dan pertumbuhan,


(27)

commit to user

sedangkan karbohidrat berguna sebagai sumber energi yang akan digunakan untuk proses metabolisme (Darmono, 1993).

Pada usaha penggemukan sapi, pemberiaan pakan konsentrat lebih banyak daripada hijauan, hal ini bertujuan untuk meningkatkan pertambahan bobot badan yang cepat. Perbandingan jumlah konsentrat dan hijauan dalam ransum penggemukan sapi atas dasar bahan kering adalah 70% dan 30% (Anonimous , 2001).

3. Frekuensi Pemberian

Pemberian konsentrat dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam sehari semalam. Pemberian konsentrat dua kali dalam sehari semalam dapat dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 dan sekitar pukul 15.00. Lain lagi dengan pemberian yang dilakukan tiga kali dalam sehari semalam pada saat pukul 08.00, sekitar pukul 12.00, dan sekitar pukul 16.00. Sedangkan pemberiaan hijauan dilakukan sekitar 2 jam setelah pemberian konsentrat. Pemberian hijauan ini dilakukan secara bertahap dan minimal 4 kali dalam sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi itu untuk mengonsumsi ransum dan juga meningkatkan kencernaan BK hijauan (Siregar, 1996).

Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Pemberian konsentrat dapat dilakukan dua atau tiga kali dalam sehari semalam. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam (Siregar, 1996).

4. Sistem pemberian

Dalam pemberian konsentrat sebaiknya dalam bentuk kering (tidak dicampur air), namun pemberian bentuk basah juga bisa dilakukan. Yang perlu diperhatikan bila pemberian bentuk basah adalah konsentrat tersebut harus habis dalam sekali pemberian sehingga tidak terbuang. Perubahan


(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

jenis pakan yang secara mendadak dapat berakibat ternak stress, sehingga tidak mau makan. Oleh karena itu cara pemberiannya dilakukan sedikit demi sedikit agar ternak beradaptasi terlebih dahulu selanjutnya pemberian ditambah sampai jumlah pakan yang sesuai kebutuhannya,

sedangkan air minum diberikan secara ad libitum (Anonimous, 2001).

Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu sendiri (Mc Cullough, 1973)


(29)

commit to user BAB III

TEMPAT DAN WAKTU PELAKSANAAN

A. Waktu dan Tempat Magang Perusahaan

Kegiatan Magang ini dimulai dari tanggal 6 Februari sampai dengan 8 Maret 2012 di Peternakan sapi potong CV. Sumber Baja Perkasa Sentono. Ngawonggo, Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Kegiatan magang perusahaan ini dipilih di Peternakan CV. Sumber Baja Perkasa. Alasan dipilihnya lokasi ini dengan pertimbangan bahwa CV. Sumber Baja Perkasa merupakan salah satu perusahaan peternakan yang memiliki sumber daya yang cukup baik, baik dari segi permodalan, sumber daya manusia dan pengelolaan usahanya. Kegiatan magang yang dilaksanakan di peternakan CV. Sumber Baja Perkasa mengenai manajemen pemberian pakan sapi potong. Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini mengamati tentang manajemen pemberian pakan yang meliputi jenis pakan yang diberikan, pencampuran pakan, cara memperoleh pakan, jumlah pemberian pakan, frekuensi pemberian pakan, cara pemberian pakan dan pemberian air minum.

B. Materi dan Metode

1. Materi

Materi dalam pelaksanaan kegiatan magang perusahaan ini adalah sebagai berikut :

a. Sapi potong yang dipelihara adalah jenis sapi Simmental, Peranakan

Ongole (PO) dan sapi Limousin.

b. Pakan yang meliputi pakan konsentrat dan hijauan. Konsentrat

dicampur sendiri dengan beberapa bahan pakan seperti Wheat brand, bekatul, jagung, singkong dan tetes. Pakan hijauan yang digunakan adalah rumput Gajah dan jerami padi.

2. Metode

Dalam pelaksanaan kegiatan magang ini mengamati tentang manajemen pemberian pakan meliputi jenis pakan yang diberikan, pencampuran bahan pakan, cara memperoleh pakan, jumlah pemberian


(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pakan, frekuensi pemberian pakan, cara pemberian pakan dan pemberian

air minum.

C. Cara Pengambilan Data

Cara pengambilan data yang digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan adalah :

1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan dilakukan secara langsung terhadap kegiatan yang berhubungan dengan pelaksanaan operasional perusahaan yang berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan Magang guna memperoleh informasi dan pengalaman langsung.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung dengan responden. Responden yang dimaksud dalam kegiatan Magang

Perusahaan ini adalah manajer farm, supervisor produksi, staf

perusahaan dan karyawan kandang.

3. Magang

Kegiatan magang ini merupakan keikutsertaan mahasiswa dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan sehingga mahasiswa memperoleh pengalaman kerja secara langsung dari kegiatan tersebut.

4. Studi pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mencari informasi pendukung yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan dengan cara memanfaatkan data pustaka yang tersedia misalnya buku, jurnal dan majalah ilmiah.

D. Sumber Data

Sumber data yang diperoleh berdasarkan sifat data yang dikumpulkan ada dua jenis data yaitu:

1. Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara secara

langsung dari responden seperti manajer perusahaan, staf, karyawan, dan masyarakat sekitar perusahaan dengan menggunakan alat bantu berupa kuisioner.


(31)

commit to user

2. Data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari

sumber. Dalam kegiatan Magang ini yang menjadi data sekunder adalah data yang diambil dari buku, catatan yang diperoleh selama berada di perusahaan dan jurnal yang berhubungan dengan kegiatan Magang.


(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi

1. Sejarah Perusahaan

Pada tanggal 1 Oktober 2005 didirikan sebuah perusahaan yang bernama CV. Sumber Baja Perkasa dengan pemilik bapak H. Zainal Fanani bergerak di bidang peternakan penggemukan sapi potong (Feedlot). Pada awalnya peternakan ini memelihara 25 ekor sapi dari

berbagai macam jenis antara lain: Sapi Simmental, Peranakan Ongole

(PO), Limousin, Brangus dan Peranakan Friesian Holstein (PFH).

Sampai sekarang jenis sapi yang dipelihara masih sama, dimana bakalan

bakalan sapi tersebut didatangkan dari pasar, pedagang sapi (blantik)

dan warga di daerah sekitar. Untuk mendapatkan bakalan-bakalan

tersebut, Supervisor sekaligus pengelola peternakan yaitu bapak

Ardiansyah terjun langsung ke lapangan. Pengadaan bakalan masih terus saja didatangkan dengan pembelian bakalan menggunakan sistem “jogrokan” atau tafsiran.

Perusahaan ini didirikan dengan melihat peluang pasar yang cukup luas yaitu dengan melihat kebutuhan atau konsumsi daging masyarakat Indonesia yang semakin meningkat dari tiap tahunnya. Peternakan ini berencana mengembangkan usaha yaitu dengan mendirikan Rumah Potong Hewan (RPH) dan pengolahan daging menjadi bakso. Kabupaten Klaten khususnya sekitar Kecamatan Ceper merupakan daerah yang mempunyai topografi dan klimatologi yang cukup baik untuk pengembangan usaha ternak khususnya peternakan sapi potong karena daerah ini mempunyai suhu sekitar 28°C dengan curah hujan dan sinar matahari yang cukup sehingga sangat cocok untuk lokasi peternakan. Apalagi daerahnya yang datar sehingga mempermudah akses kegiatan peternakan. Ketersediaan bahan pakan yang cukup banyak untuk sapi potong. Pakan hijauan berasal dari sisa produksi


(33)

commit to user

pertanian yang berupa jerami padi. Pakan hijauan juga mudah didapat yaitu rumput Gajah karena rumput ini sudah dipersiapkan oleh perusahaan dari awal sebelumya, yaitu dengan menanam rumput ini di areal kandang milik perusahaan yang didukung dengan suburnya tanah yang subur di daerah ini. Selain itu, juga didukung ketersediaan tenaga kerja lokal yang cukup banyak dan potensial sehingga dapat menyerap tenaga kerja dari lingkungan sekitar dan membantu perekonomian masyarakat sekitar. Limbah peternakan di perusahaan ini sudah diolah menjadi pupuk kompos dan pestisida cair yang dapat digunakan untuk membasmi atau melindungi tanaman pertanian dari serangan hama. Pupuk organik ini sudah dipasarkan meskipun masih di daerah Klaten khususnya Ceper, hal ini bertujuan agar petani di sekitar CV. Sumber Baja Perkasa tidak tergantung dengan pupuk kimia yang sekarang ini susah diperoleh di pasaran.

2. Struktur organisasi

Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari suatu perencanaan yang terorganisasi, maka untuk menunjang suatu kegiatan operasional perusahaan sangat dibutuhkan struktur organisasi. Fungsi dari struktur organisasi adalah untuk menentukan seorang tenaga kerja yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan dan hasil kegiatannya dilaporkan kepada pemilik perusahaan. Hal ini sangat diperlukan agar setiap tenaga mengetahui hak dan kewajibannya. Bagan struktur organisasi di peternakan CV.Sumber Baja Perkasa seperti terlihat pada lampiran 1. Pemimpin perusahaan tertinggi dari CV. Sumber Baja Perkasa dipegang pemilik sekaligus sebagai direktur yaitu Bapak Zainal Fanani. Direktur dibantu oleh seorang manajer yang dipegang oleh Bapak Ardiansyah. Dalam menjalankan tugas sebagai direktur yang membawahi: a) Manajer, bertugas dan bertanggung jawab sebagai Mengelola usaha penggemukan sapi secara intensif agar mencapai tujuan yang diinginkan, b) Supervisor, bertugas dan bertanggung jawab mengawasi dan melakukan pencatatan terhadap sapi yang masuk


(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

maupun yang keluar peternakandan melakukan transaksi dengan pembeli, dan c) Pekerja kandang, yang bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan semua aktifitas yang ada di peternakan tersebut dan membantu bagian pemasaran dalam proses pemasaran.

Pelaksanaan serta pembagian tugas di CV. Sumber Baja Perkasa sudah terlaksana cukup baik meskipun perusahaan ini belum lama berdiri. Setiap tugas untuk mengontrol jalannya peternakan sudah jelas yang bertanggung jawab sehingga diharapkan kelancaran kerja dapat berjalan baik sesuai yang diharapkan.

3. Lokasi dan Luas Areal Peternakan

Lokasi CV. Sumber Baja Perkasa terletak di dukuh Sentono, desa Ngawonggo, kecamatan Ceper, kabupaten Klaten, provinsi Jawa Tengah. Batas sebelah utara merupakan pemukiman yang cukup padat penduduknya yaitu dukuh Candi, sebelah selatan yaitu dukuh Sentono, sebelah barat dukuh Pandean, sedangkan sebelah timur berbatasan dukuh Tegal Rejo. Lokasi peternakan sebaiknya jauh dari lokasi pemukiman penduduk serta dekat dengan sarana transportasi, dekat dengan sumber air dan dekat dengan sumber pakan. Pemilihan lokasi peternakan sapi tergantung diantaranya pada geografi dan topografi, ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan bahan pakan, ketersediaan air, transportasi dan ketersediaan bakalan yang baik (Santosa, 2000).

Perusahaan ini terletak di daerah dataran rendah dengan topografinya datar, landai dan disekitar kandang merupakan area persawahan yang cukup luas. Rata-rata suhu di daerah tersebut sebesar 28° C dengan curah hujan yang sedang, arah angin dari selatan ke utara dan sinar matahari yang cukup. Ketersediaan air dan bahan pakan untuk konsentrat ( onggok, ketela, tetes, dan jagung) dan hijauan pakan ternak cukup melimpah sehingga sangat mendukung usaha peternakan sapi khususnya sapi potong.

Denah lokasi peternakan CV. Sumber Baja Perkasa terdapat di lampiran 2. Jarak perusahaan dari jalan raya Yogja-Solo adalah sekitar


(35)

commit to user

2 km dan dapat dilalui dua rute perjalan yang berbeda. Lokasi yang tidak jauh memudahkan transportasi baik dalam pengadaan pakan dari dalam dan luar daerah maupun transportasi pemasaran ternak. Lokasi peternakan tersebut dekat dengan pemukiman penduduk sekitar 50 meter sehingga dapat menyebabkan bau yang cukup mengganggu aktivitas pemukiman. Bau tersebut dihasilkan oleh limbah ternak. Letak kandang yang berdekatan dengan rumah penduduk menurut Nitis (1992) akan berdampak pada masalah kesehatan lingkungan. Terutama pencemaran lingkungan dan limbah yang ditimbulkan.

Jenis-jenis bangunan yang dimiliki oleh peternakan CV. Sumber Baja Perkasa terdapat pada Lampiran 4 . Keseluruhan luas area tanah yang dimiliki kurang lebih 3600 m² yang digunakan untuk usaha peternakan sapi potong. Luas areal ini terbagi menjadi dua yaitu 1634,45 m² ( untuk kandang, gudang pakan, tempat pencampuran konsentrat, tempat penggilingan hijauan, dan kamar kecil) serta 1965,55 m² (bangunan gudang yang terpakai, bangunan mess karyawan, jalan, dan taman). Lay out perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3. Semua kandang di peternakan sapi CV. Sumber Baja Perkasa memiliki kapasitas yang sama, yaitu dapat dapat menampung 40 ekor sapi setiap kandangnya dan tidak ada pembedaan tempat untuk jenis sapi dan bobot badannya. Penimbangan bobot badan sapi di peternakan sapi CV. Sumber Baja Perkasa dilakukan dengan menggunakan timbangan elektrik. Penimbangan dilakukan pada saat sapi datang dan akan dijual.

4. Populasi Ternak

Jenis ternak yang dipelihara di CV.Sumber Baja Perkasa adalah

sapi Simmental, Peranakan Ongole (PO), dan Limousin. Pembelian sapi

bakalan tersebut dilakukan dengan sistem “jogrokan” atau tafsiran

bukan dengan timbangan. Orang yang diberi kepercayaan untuk mencari bakalan adalah bapak Suparto bekerja sama dengan rekannya yang

berprofesi sebagai pedagang sapi (blantik). Kebanyakan sapi bakalan


(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pasar Sunggingan (Boyolali), pasar Sumber Lawang (Gemolong). Sapi yang bagus untuk digemukkan selama 6 bulan memiliki kriteria antara lain, dipilih bakalan yang memiliki badan tinggi, agak kurus, badan panjang, tulang besar dan sehat. Apabila sapi memenuhi kriteria bakalan yang baik selanjutnya dilakukan transaksi. Umur sapi yang dipelihara rata-rata 1 sampai 1,5 tahun yang mempunyai bobot badan sekitar 259 kg sampai 313 kg dari berbagai jenis ternak yang ada, sedangkan untuk ternak yang bobot badan sekitar 370 kg sampai 430 kg umur rata-ratanya 1,5 sampai 2 tahun.

Sapi yang baru saja datang langsung masuk ke dalam kandang bersamaan dengan sapi lain tidak dikarantina terlebih dahulu. Hal ini disebabkan areal peternakan tidak menyediakan kandang karantina dan hanya dibiasakan dengan kondisi kandang atau lingkungan setempat dan pakan yang diberikan. Padahal sebaiknya sapi yang baru saja datang di tempatkan di kandang karantina terlebih dahulu hal ini untuk mengantisipasi terjadinya penularan bibit penyakit yang dibawa oleh sapi. Sapi bakalan yang telah sampai di peternakan kemudian diberikan vitamin B-kompleks untuk menambah nafsu makan dan obat cacing, Perlakuan tersebut juga berlaku untuk ternak lainnya dan dilakukan setiap sebulan sekali.

5. Pakan

Pada dasarnya, sumber pakan sapi dapat disediakan dalam bentuk hijauan dan konsentrat. Sumber pakan di peternakan CV. Sumber Baja Perkasa sudah memenuhi untuk usaha penggemukan sapi potong. Pakan hijauan yang diberikan berupa rumput Gajah dan jerami padi, sedangkan konsentrat berupa campuran dari beberapa bahan pakan seperti singkong, jagung, bekatul, konsentrat jadi, dan tetes tebu semua bahan tersebut di campur dan di fermentasi selama 3 hari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2. Dalam usaha penggemukan sapi potong, pemberian pakan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksi. Kebutuhan hidup pokok sangat tergantung dari bobot


(37)

commit to user

badan ternak, yaitu semakin tinggi bobot badan ternak maka semakin tinggi jumlah kebutuhan pakannya.

B. Uraian Kegiatan Magang

1. Populasi Sapi

Pertama masuk magang pada bulan Februari 2012 populasi sapi di Peternakan CV. Sumber Baja Perkasa adalah 125 ekor. Jumlah

tersebut dibagi menjadi 3 line yang setiap line berisi ± 38-40 ekor, sapi

yang di jadikan indukan yaitu sapi limosin yang jumlahnya 4 ekor, pedet 3 ekor adalah sapi limosin. Jumlah sapi yang dimiliki perusahaan bisa berubah setiap saat karena hampir setiap minggu selalu sapi ada pengantinya dari pasar hewan dan dari peternak. Setelah magang berakhir sapi yang terdapat di peternakan CV. Sumber Baja Perkasa Menjadi 119 karena sapi terjual 6 ekor.

Tabel 1. Populasi Ternak di CV. Sumber Baja Perkasa

Sumber : Data Sekunder CV. Sumber Baja Perkasa (2012)

2. Pengadaan Bahan Pakan

2.1. Hijauan

Pemenuhan kebutuhan pakan hijauan yang akan diberikan pada ternak berasal dari lahan milik perusahaan dan menyewa lahan milik warga sekitar untuk ditanami dengan rumput gajah dan ketela. Jerami didapatkan dari limbah pemanenan tanaman padi milik warga di wilayah kecamatan Ceper maupun dari luar wilayah Ceper.

Rumput gajah dipanen dua kali tiap hari, yang diikat menjadi beberapa ikatan sebesar 20 kg. Total rumput gajah yang dipanen

Bangsa Sapi Jumlah (ekor) Keterangan

PO

Simmental

112 4

Jantan (6 ekor di jual) Jantan

Limosin 2 Jantan

Limosin 4 Betina (Indukan)

Limosin 3 Jantan dan Betina (Pedet)

Jumlah Awal 125


(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

tiap hari sebanyak ± 40 ikat. Panen pertama pada rumput gajah dapat di lakukan pada umur 90 hari setelah panen. Panen selanjutnya setiap 40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari sekali pada musim kemarau. Tinggi potongan dari permukaan tanah berkisar antara 10 – 15 cm. Produksi hijauan rumput gajah antara 100 – 200 ton/ha/tahun.

Ketela dipanen tiap setahun sekali, bagian yang

dimanfaatkan adalah buah sedangkan untuk batang pohonnya ditanam lagi. Ketela yang ditanam diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pakan harian ternak jika sedang mengalami musim paceklik pakan. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan ketela perusahaan juga membeli ketela dari luar daerah.

Jerami padi dipanen beberapa saat setelah panen padi yang dilakukan oleh penduduk sekitar. Jerami yang dipanen kemudian diikat menjadi beberapa ikatan seberat 30 kg. Pemanenan jerami tidak dilakukan sekaligus habis untuk satu petak lahan tanaman padi, akan tetapi ditarget per hari sehingga mempermudah dalam pengangkutan maupun penyimpanan selama di gudang pakan.

2.2. Konsentrat

Pengadaan bahan baku konsentrat diawali dengan

perencanaan pembelian bahan baku oleh supervisor dengan mempertimbangkan jumlah persediaan bahan baku, kapasitas gudang penyimpanan, kualitas, dan harga bahan baku. Pembelian bahan baku dilakukan jika terdapat laporan dari kekurangan bahan baku bagian produksi pakan baik jenis maupun jumlah barang sesuai dengan persediaan bahan baku di gudang. Sebelum

pembelian bahan baku, supervisor meminta sampel dari supplier

kemudian dilakukan negoisasi harga bahan baku, jumlah pemesanan, dan cara pembayaran.

Karyawan di bagian pakan melakukan pengecekan terebih dahulu apakah bahan baku tersebut sesuai dengan sampel yang


(39)

commit to user

diberikan atau tidak sehingga dapat menghindari tindakan kecurangan. Jika kualitas bahan baku yang diterima lebih rendah dari sampel yang dikirim maka dimungkinkan akan dilakukan negoisasi harga lagi. Apabila pakan yang dikirim kualitasnya jauh dibawah standar, maka bahan pakan tersebut akan dikembalikan lagi ke pihak penjual pakan. Bahan baku yang telah diterima kemudian dimasukkan ke dalam gudang pakan. Konsentrat jadi yang digunakan CV. Sumber Baja Perkasa adalah Nutrifeed yang dibeli dari KJUB Puspetasari Klepu-ceper. Adapun komposisi nutrien yang terdapat didalam konsentrat tersaji pada Tabel 2 : Tabel 2. Komposisi Nutrien Konsentrat

Nutrien Kandungan Satuan Keterangan

ME 2.500,0 Kkal/kg

NE 1.400,0 Kkal/kg

DE 2.000,0 Kkal/kg

Bahan Kering 86,0 % Minimal

BETA-N 58,0 % Minimal

Serat Kasar 16,0 % Minimal

Protein Kasar 13,5 % Minimal

Lemak Kasar 3,5 % Minimal

Calsium 0,9 % Minimal

Phospor 0,5 % Minimal

Vitamin 0,3 KIU/kg

Sumber : Brosur pakan dari nutrifeed (2012)

3. Penyimpanan Bahan Pakan

Rumput gajah dari hasil panen ditempatkan di gudang pakan dan letaknya dekat dengan mesin chopper, hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses pencacahan rumput. Kondisi gudang pakan cukup terbuka, hal ini cukup bagus untuk proses pelayuan rumput dan tidak menyebabkan kelembaban yang tinggi. Rumput gajah yang dipanen pada sore hari akan diberikan pada pagi harinya dan begitu sebaliknya. Jerami yang telah di panen kemudian ditempatkan di gudang yang berbeda dengan gudang pakan rumput. Lokasi penyimpanan jerami berdekatan dengan tempat penyimpanan konsentrat. Penyimpanan jerami dilakukan dengan kondisi masih terikat dan diletakkan secara


(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

bertumpuk. Kondisi gudang penyimpanan jerami hampir sama dengan gudang penyimpanan rumput, akan tetapi lebih terbuka.

Bahan baku pakan ransum yang diterima oleh perusahaan tidak seluruhnya langsung diproses untuk pencampuran ransum. Bahan-bahan baku pakan tersebut disimpan di gudang penyimpanan untuk persediaan apabila suatu saat bahan baku menipis atau tersendat. Tujuan utama dari penyimpanan adalah untuk persediaan bahan baku dalam jangka waktu tertentu terutama pada saat terjadinya kelangkaan bahan baku. Dalam penyimpanan bahan pakan meliputi bekatul, konsentrat, ketela, jagung dan rumput berjalan dengan baik. Setiap bahan pakan disimpan sesuai jenis. Tujuan dari metode ini adalah agar mudah dalam pengambilan dan membedakan bahan pakan.

Gudang tempat penyimpanan bahan baku yaitu gudang perlu mendapatkan perhatian khusus. Hal ini dikarenakan gudang yang terbuka (tidak ada pintu yang bisa ditutup) dapat menyebabkan masuknya binatang pengerat (tikus), burung maupun kutu-kutu sehingga dapat mengurangi kuantitas maupun kualitas pakan.

Penyimpanan bahan baku di CV. Sumber Baja Perkasa menggunakan sistem kavling atau blok. Pada sistem tersebut, setiap bahan pakan disimpan tersendiri sesuai dengan blok atau kavling yang ditentukan dalam penyusunan bahan baku. Pengangkutan bahan baku yang diterima oleh perusahaan dilakukan dengan cara manual oleh para pekerja. Bahan baku yang datang diturunkan satu persatu dan disusun bertumpuk sesuai dengan kavling yang ditentukan diletakkan diatas kayu atau pallet yang sebelumnya telah dipersiapkan dengan jarak antar kavling 1 meter sehingga memudahkan sirkulasi udara, pengontrolan bahan baku dan pengangkutan bahan baku. Khusus untuk garam disimpan di tempat tersendiri, hal ini dikarenakan garam dapat mempengaruhi kualitas bahan baku pakan jika disimpan secara bersama-sama.


(41)

commit to user

Fasilitas pendukung yang berada di gudang antara lain alas kayu, timbangan duduk, alat pengeruk atau sekop, ember, gayung, dan karung. Gudang tersebut menjadi satu dengan tempat penyimpanan jerami, letaknya di sisi lain dari gudang. Di dalam gudang ini terdapat alat pengayak pupuk yang berdampingan dengan tempat penyimpanan konsentrat dan jerami, jarak dari alat ini sekitar 5 meter. Kompos yang telah jadi dan sudah dibungkus sekaligus disegel diletakkan di gudang tersendiri dan berada di depan kantor.

4. Pengolahan Bahan Baku

Pengolahan bahan pakan hijauan berupa rumput gajah dilakukan pelayuan kemudian dilanjutkan pencacahan dengan menggunakan mesin chooper. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengangkutan sebelum diberikan pada ternak, selain itu dapat mempermudah ternak dalam mencerna rumput yang dikonsumsi. Mesin chooper ini mampu mencacah rumput sebanyak 700-1000 kg/jam dilengkapi mesin penggerak (dinamo) sebesar 16 PK.

Jerami yang disimpan di gudang pakan dilakukan dua perlakuan yang berbeda yaitu jerami fermentasi dan non fermentasi. Fermentasi jerami dilakukan dengan cara pemberian campuran starbio, urea dan jerami dengan perbandingan 1:1:250. Pertama-tama jerami disebar sebagai alas dengan tinggi sekitar 30 cm kemudian ditaburi dengan campuran urea dan starbio, kemudian ditumpuk lagi dengan jerami, dan seterusnya hingga campuran urea dan starbio habis serta terakhir ditutupi dengan jerami yang tersisa. Proses pembuatan jerami fermentasi dibiarkan selam 3 minggu. Sedangkan untuk jerami non fermentasi hanya ditumpuk di gudang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.


(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

5. Pemberian Pakan Pada Ternak

Pemberian pakan dilakukan empat kali dalam satu hari yaitu pada pagi, siang, dan sore. Pukul 08.00 ternak diberi pakan konsentrat. Pukul 10.30 ternak diberi pakan hijauan. Pukul 13.00 ternak diberi pakan konsentrat. Pukul 15.30 ternak diberi pakan jerami yang sudah difermentasi. Sebelum pakan diberikan, pada pagi hari dilakukan pembersihan sisa-sisa pakan yang tidak terkonsumsi oleh ternak, selain itu dilakukan pembersihan tempat air minum. Setelah tempat pakan dan minum bersih kemudian diberikan pakan konsentrat dan air minum bersih.

C. Pembahasan

1. Jenis Pakan

Perusahaan peternakan penggemukan sapi potong CV. Sumber Baja Perkasa dalam memenuhi kebutuhan pakan yang diberikan pada ternak memanfaatkan limbah pertanian atau limbah industri pertanian yang tidak dikonsumsi oleh manusia. Pakan yang digunakan berupa hijauan dan konsentrat.

1.1. Hijauan

Hijauan yang digunakan berupa hijauan segar dan kering. Hijauan segar yang diberikan berupa rumput Gajah karena hijauan segar mempunyai kandungan vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh ternak. Sedangkan hijauan kering berupa jerami padi dalam bentuk fermentasi. Pemberian pakan jerami padi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pakan sumber serat dan menimbulkan rasa kenyang. Jerami padi merupakan limbah pertanian yang cukup potensial sebagai pakan ternak karena tersedia cukup banyak dan mudah diperoleh disekitar lokasi peternakan. Jerami padi di CV. Sumber Baja Perkasa diberikan dalam bentuk jerami padi fermentasi.

Urea berfungsi untuk memperbaiki nilai gizi jerami padi. Pemberian urea pada proses fermentasi dapat meningkatkan


(43)

commit to user

kandungan nitrogen pada jerami, jumlah jerami yang dikonsumsi, dan daya cerna jerami. Urea yang masuk rumen dihidrolisa dengan cepat oleh enzim urease dan mikrobia rumen menjadi amoniak, yang akan digunakan oleh mikrobia rumen untuk aktifitas sintesis protein. Starbio digunakan untuk meningkatkan palatabilitas (tingkat kesukaan) ternak terhadap jerami tersebut. Setelah diproses dengan menggunakan starbio akan dihasilkan jerami yang beraroma seperti karamel dan mudah dicerna sehingga sangat disukai sapi. Daya cerna sapi terhadap jerami padi fermentasi dapat meningkat sampai 40% (Sarwono, 2004).

Adapun proses pembuatan jerami padi fermentasi sebagai berikut :

Gambar 1. Proses Pembuatan Pakan Jerami Fementasi Jerami yang digunakan untuk

fermentasi kadar airnya 45-60 %

Starter dan urea dicampur hingga homogen

Jerami di tumpuk sekitar 30 cm

Stater dan Urea ditaburkan di atas tumpukan sambil diperciki air

secukupnya

Langkah tersebut dilakukan secara terus menerus sampai tumpukan

jerami sekitar 1 m kemudian di tutup dengan jerami kering


(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

1.2. Konsentrat

Pakan konsentrat yang digunakan berupa konsentrat campuran yang terdiri dari konsentat jadi dari puspita, cacahan jagung dan singkong, bekatul, vitamin atau premix dan tetes. Tabel 3 . Jumlah Bahan Pakan Konsentrat Fermentasi

No Bahan Pakan Jumlah Satuan

1 Konsentrat jadi 500 Kg

2 Bekatul 50 Kg

3 Jagung 15 Kg

4 Singkong 15 Kg

5 Premix 5 Kg

6 Air 15 Liter

7 Tetes 5 Liter

Sumber : Data Sekunder CV. Sumber Baja Perkasa (2012)

Semua bahan tersebut dicampur jadi satu hingga homogeny dan di fermentasi. Pencampuran bahan pakan lebih murah penggunaannya lebih banyak, hal ini bertujuan untuk menghemat biaya pakan tanpa harus mengurangi nutrien yang dibutuhkan oleh ternak. Adapun proses pembuatan pakan konsentrat pada CV. Sumber Baja Perkasa sebagai berikut :

Gambar 2. Proses Pembuatan Pakan Konsentrat Bahan pakan ( konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung) dicampur menjadi satu

Bahan pakan ( konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung) yang sudah di campur

kemudian diberi air dan tetes

Bahan pakan yang sudah homogen kemudian difermentasi selama 3 hari


(45)

commit to user

Kandungan nutrien bahan pakan penyusun ransum pada tabel 4 adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kandungan Nutrien Bahan Pakan Penyusun Ransum Bahan Pakan BK (%) PK (%) SK (%) LK (%) Ca (%) P (%) BETN (%) TDN (%)

Singkong3) 32,3 3,3 4,3 3,3 − − 87,7 81,8

Bekatul3) 89,6 15,9 8,5 9,1 67

Tetes 3) 87,5 3,1 2,7 1,0 0,41 85,6 70,7

Wheat brand2)

88,4 17,0 8,8 5,1 0,08 1,23 − 69,9

Jerami padi2)

87,5 4,1 32,5 1,5 0,41 0,29 − 43,2

Sumber : 1) Data CV.Sumber Baja Perkasa 2) Siregar, 2003

3) Parakkasi, 1998

2. Pengadaan Bahan Pakan

Pakan hijauan berupa rumput Gajah diperoleh dari areal perkebunan sendiri, sedangkan untuk jerami padi diperoleh dari lokasi persawahan yang berada di sekitar peternakan dengan harga Rp. 235.000/ truk dengan cara memesan terlebih dahulu. Jerami padi yang diberikan adalah jerami padi fermentasi yang menggunakan starbio dan

urea sebagai fermentornya, dan bahan tersebut didapat dari agen toko

yang ada di daerah Klaten. Konsentrat yang diberikan adalah konsentrat campuran dari beberapa bahan pakan yang diperoleh dari sekitar ceper

dan beberapa daerah lain seperti kulit kedelai dari Bantul, white brand

dari Semarang, ampas kecap dari Karanganyar, bungkil kelapa dari Lampung, bekatul dari Jogjakarta, singkong dari Tawangmangu, kulit kacang dari Wonosari dan Tetes didapat dari agen toko disekitar Ceper.


(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Sirkulasi pengadaan bahan pakan dilakukan dengan

memperhatikan:

a) Aspek penyimpanan bahan pakan

Penyimpanan bahan pakan yang baik didasarkan pada sifatsifatnya, apakah bahan pakan tersebut tahan lama atau tidak. Penyimpanan bahan pakan biasanya dalam jangka waktu yang lama, sehingga bahan pakan yang disimpan tersebut tidak cepat rusak dan tidak menimbulkan bau tengik. Sedangkan bahan pakan yang tidak tahan lama, maka pembeliannya lebih sedikit untuk mengurangi resiko kerugian. Syarat – syarat untuk menyimpan bahan pakan yang baik antara lain, tempat penyimpanan (gudang) sebaiknya dibuat alas model panggung yang tingginya 15 cm, bahan pakan yang baru dibeli sebaiknya diletakkan paling bawah karena bahan pakan yang lama biar lebih dulu habis dan untuk menghindari kerusakan karena terlalu lama dalam penyimpanan (Mc Cullough, 1973).

b) Harga bahan pakan

Konsentrat fermentasi tersusun dari beberapa bahan pakan (seperti konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung dan tetes). Sedangkan untuk jerami fermentasi adalah Rp. 200 / Kg dengan rincian 400 kg jerami basah dengan harga Rp. 180 / kg dicampur dengan starbio harga Rp. 8.750/kg dan urea 0,50 kg dengan harga Rp. 1.200/kg. Bahan pakan yang berharga mahal penggunaannya sedikit, sedangkan bahan yang harganya lebih murah maka penggunaannya akan lebih banyak. Hal ini bertujuan menghemat biaya pakan dan bahan yang harganya murah belum tentu kualitasnya rendah sehingga kebutuhan nutrien yang dibutuhkan ternak dapat tercukupi. Penggunaan pakan konsentrat jadi (buatan pabrik) dapat menambah biaya pakan dan kurang ekonomis. Konsentrat yang dibeli dalam bentuk sudah jadi maka biaya untuk pembelian konsentrat menjadi sangat mahal. Oleh karenanya sedapat mungkin disusun konsentrat sendiri sehingga biaya pakan dapat


(47)

commit to user

ditekan tanpa mengabaikan kebutuhan nutrien ternak (Santosa, 2000). Adapun harga bahan pakan ransum konsentrat dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Daftar Harga Bahan Pakan Penyusun Ransum

No Jenis Pakan Jumlah Harga

1 Konsentrat Jadi 80 % Rp. 1.635/kg

2 Jagung 12 % Rp. 2.000/kg

3 Singkong 12 % Rp. 1.000/kg

4 Starbio 1 % Rp. 9.000/kg

5 Tetes 5 % Rp. 1.000/liter

Sumber: data sekunder CV. Sumber Baja Perkasa ( 2012 )

3. Jumlah Pemberian Pakan

Pemberian pakan di CV. Sumber Baja Perkasa berupa konsentrat dan hijauan. Setiap Sapi PO (Peranakan Ongole) yang berada di CV. Sumber Baja Perkasa diberi konsentrat sebanyak 10 kg dan hijauan sendiri diberi 8 kg setiap harinya sedangkan untuk sapi Limousin dan Sapi Simmental (METAL) diberi konsentrat sebanyak 12 kg dan hijauan diberi 10 kg setiap harinya. Padahal bobot badan setiap sapi tidak sama sehingga kebutuhan akan pakan setiap sapi kurang terpenuhi.

Pemberian hijauan dan jerami padi fermentasi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pakan sumber serat dan menimbulkan rasa kenyang, serta merangsang mikroba selulitik untuk mencerna serat kasar. Perbandingan konsentrat dan hijauan untuk ransum sapi 70 : 30. Total pemberian pakan untuk masing masing jenis sapi berdasarkan bobot badan dari masing – masing jenis sapi. Kemampuan sapi dalam mengonsumsi ransum diukur dalam bentuk bahan kering. Semakin tinggi bobot badan sapi akan semakin menurun persentase kemampuannya mengonsumsi bahan kering ransum. Pada usaha penggemukan sapi potong pemberian pakan diberikan sebesar 2%-3% dari bobot badan sapi (Akoso, 1996).


(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

4. Frekuensi Pemberian Pakan

Pemberian pakan di CV. Sumber baja perkasa yaitu pada pagi hari pukul 08.00 pemberian konsentrat. Setelah konsentrat habis kemudian di beri singkong yang yang sudah dipotong potong sekitar pukul 09.00. Jerami fermentasi diberikan setelah kira kira 2 jam setelah pemberian konsentrat. Kemudian pemberian konsentrat yang kedua pada pukul 14.30. Kemudian yang terakhir diberikan hijauan berupa rumput gajah dan jerami fermentasi. Untuk rumput gajah hanya diberikan pada sore hari saja. Pemberian Konsentrat dan jerami dilakukan dua kali dalam sehari. Pemberian jerami dalam jumlah banyak pada sore hari bertujuan untuk menimbulkan rasa kenyang dan memenuhi sumber pakan serat kasar.

Sapi yang akan digemukkan dan memperoleh ransum yang terdiri dari hijauan dan konsentrat harus diatur pemberiannya agar tercapai hasil yang memuaskan. Pemberian hijauan pada sapi yang digemukkan sebaiknya dihindari pemberian yang sekaligus dan dalam jumlah yang banyak. Pemberian yang demikian akan berakibat pada banyaknya hijauan yang terbuang dan tidak dimakan sapi, sehingga tidak efisien. Menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa frekuensi pemberian pakan lebih dari dua kali sehari hasilnya lebih baik dari pada yang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Frekuensi pemberian pakan semakin sering maka semakin baik, namun dalam jumlah yang sama (Siregar, 2003).

5. Sistem Pemberian Pakan

Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam. Frekuensi pemberian hijauan yang lebih sering


(49)

commit to user

dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu sendiri (Mc Cullough, 1973).

6. Pemberian Air Minum

Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum, dimana

ketersediaannya tidak pernah kurang bagi ternak atau secara terus menerus. Air dalam bak dikontrol setiap saat sehingga air selalu terisi penuh. Pengontrolan dan pembersihan tempat air minum dilakukan setelah pemberian konsentrat. Kebutuhan air minum untuk ternak sapi didasarkan pada kebutuhan sapi itu sendiri. Air minum sebaiknya disediakan sesaat sebelum makan untuk menghindari terjadinya

kembung perut. Air minum diberikan secara ad libitum, dimana

ketersediaannya tidak pernah kurang bagi ternak. Sapi dewasa rata rata membutuhkan air minum 20-30 liter setiap hari (Akoso, 1996).

Kebutuhan air minum untuk sapi di CV. Sumber baja perkasa

terpenuhi karena air minum diberikan secara ad libitum. Kebutuhan air

untuk kebutuhan ternak baik untuk air minum maupun kebersihan kandang bersumber dari sumur bor yang kemudiaan ditampung ke dalam bak penampungan air.


(1)

commit to user

Sirkulasi pengadaan bahan pakan dilakukan dengan

memperhatikan:

a) Aspek penyimpanan bahan pakan

Penyimpanan bahan pakan yang baik didasarkan pada sifatsifatnya, apakah bahan pakan tersebut tahan lama atau tidak. Penyimpanan bahan pakan biasanya dalam jangka waktu yang lama, sehingga bahan pakan yang disimpan tersebut tidak cepat rusak dan tidak menimbulkan bau tengik. Sedangkan bahan pakan yang tidak tahan lama, maka pembeliannya lebih sedikit untuk mengurangi resiko kerugian. Syarat – syarat untuk menyimpan bahan pakan yang baik antara lain, tempat penyimpanan (gudang) sebaiknya dibuat alas model panggung yang tingginya 15 cm, bahan pakan yang baru dibeli sebaiknya diletakkan paling bawah karena bahan pakan yang lama biar lebih dulu habis dan untuk menghindari kerusakan karena terlalu lama dalam penyimpanan (Mc Cullough, 1973).

b) Harga bahan pakan

Konsentrat fermentasi tersusun dari beberapa bahan pakan (seperti konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung dan tetes). Sedangkan untuk jerami fermentasi adalah Rp. 200 / Kg dengan rincian 400 kg jerami basah dengan harga Rp. 180 / kg dicampur dengan starbio harga Rp. 8.750/kg dan urea 0,50 kg dengan harga Rp. 1.200/kg. Bahan pakan yang berharga mahal penggunaannya sedikit, sedangkan bahan yang harganya lebih murah maka penggunaannya akan lebih banyak. Hal ini bertujuan menghemat biaya pakan dan bahan yang harganya murah belum tentu kualitasnya rendah sehingga kebutuhan nutrien yang dibutuhkan ternak dapat tercukupi. Penggunaan pakan konsentrat jadi (buatan pabrik) dapat menambah biaya pakan dan kurang ekonomis. Konsentrat yang dibeli dalam bentuk sudah jadi maka biaya untuk pembelian konsentrat menjadi sangat mahal. Oleh karenanya sedapat


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

ditekan tanpa mengabaikan kebutuhan nutrien ternak (Santosa, 2000). Adapun harga bahan pakan ransum konsentrat dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Daftar Harga Bahan Pakan Penyusun Ransum

No Jenis Pakan Jumlah Harga

1 Konsentrat Jadi 80 % Rp. 1.635/kg

2 Jagung 12 % Rp. 2.000/kg

3 Singkong 12 % Rp. 1.000/kg

4 Starbio 1 % Rp. 9.000/kg

5 Tetes 5 % Rp. 1.000/liter

Sumber: data sekunder CV. Sumber Baja Perkasa ( 2012 )

3. Jumlah Pemberian Pakan

Pemberian pakan di CV. Sumber Baja Perkasa berupa konsentrat dan hijauan. Setiap Sapi PO (Peranakan Ongole) yang berada di CV. Sumber Baja Perkasa diberi konsentrat sebanyak 10 kg dan hijauan sendiri diberi 8 kg setiap harinya sedangkan untuk sapi Limousin dan Sapi Simmental (METAL) diberi konsentrat sebanyak 12 kg dan hijauan diberi 10 kg setiap harinya. Padahal bobot badan setiap sapi tidak sama sehingga kebutuhan akan pakan setiap sapi kurang terpenuhi.

Pemberian hijauan dan jerami padi fermentasi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pakan sumber serat dan menimbulkan rasa kenyang, serta merangsang mikroba selulitik untuk mencerna serat kasar. Perbandingan konsentrat dan hijauan untuk ransum sapi 70 : 30. Total pemberian pakan untuk masing masing jenis sapi berdasarkan bobot badan dari masing – masing jenis sapi. Kemampuan sapi dalam mengonsumsi ransum diukur dalam bentuk bahan kering. Semakin tinggi bobot badan sapi akan semakin menurun persentase kemampuannya mengonsumsi bahan kering ransum. Pada usaha penggemukan sapi potong pemberian pakan diberikan sebesar 2%-3% dari bobot badan sapi (Akoso, 1996).


(3)

commit to user

4. Frekuensi Pemberian Pakan

Pemberian pakan di CV. Sumber baja perkasa yaitu pada pagi hari pukul 08.00 pemberian konsentrat. Setelah konsentrat habis kemudian di beri singkong yang yang sudah dipotong potong sekitar pukul 09.00. Jerami fermentasi diberikan setelah kira kira 2 jam setelah pemberian konsentrat. Kemudian pemberian konsentrat yang kedua pada pukul 14.30. Kemudian yang terakhir diberikan hijauan berupa rumput gajah dan jerami fermentasi. Untuk rumput gajah hanya diberikan pada sore hari saja. Pemberian Konsentrat dan jerami dilakukan dua kali dalam sehari. Pemberian jerami dalam jumlah banyak pada sore hari bertujuan untuk menimbulkan rasa kenyang dan memenuhi sumber pakan serat kasar.

Sapi yang akan digemukkan dan memperoleh ransum yang terdiri dari hijauan dan konsentrat harus diatur pemberiannya agar tercapai hasil yang memuaskan. Pemberian hijauan pada sapi yang digemukkan sebaiknya dihindari pemberian yang sekaligus dan dalam jumlah yang banyak. Pemberian yang demikian akan berakibat pada banyaknya hijauan yang terbuang dan tidak dimakan sapi, sehingga tidak efisien. Menurut hasil penelitian yang sudah dilakukan bahwa frekuensi pemberian pakan lebih dari dua kali sehari hasilnya lebih baik dari pada yang dilakukan dua atau tiga kali sehari. Frekuensi pemberian pakan semakin sering maka semakin baik, namun dalam jumlah yang sama (Siregar, 2003).

5. Sistem Pemberian Pakan

Teknik pemberian pakan yang baik untuk mencapai pertambahan bobot badan yang lebih tinggi pada penggemukan sapi potong adalah dengan mengatur jarak waktu antara pemberian konsentrat dengan hijauan. Hijauan diberikan sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

dilakukan dapat meningkatkan kemampuan sapi untuk mengkonsumsi ransum dan juga meningkatkan kecernaan bahan kering hijauan itu sendiri (Mc Cullough, 1973).

6. Pemberian Air Minum

Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum, dimana ketersediaannya tidak pernah kurang bagi ternak atau secara terus menerus. Air dalam bak dikontrol setiap saat sehingga air selalu terisi penuh. Pengontrolan dan pembersihan tempat air minum dilakukan setelah pemberian konsentrat. Kebutuhan air minum untuk ternak sapi didasarkan pada kebutuhan sapi itu sendiri. Air minum sebaiknya disediakan sesaat sebelum makan untuk menghindari terjadinya kembung perut. Air minum diberikan secara ad libitum, dimana ketersediaannya tidak pernah kurang bagi ternak. Sapi dewasa rata rata membutuhkan air minum 20-30 liter setiap hari (Akoso, 1996).

Kebutuhan air minum untuk sapi di CV. Sumber baja perkasa terpenuhi karena air minum diberikan secara ad libitum. Kebutuhan air untuk kebutuhan ternak baik untuk air minum maupun kebersihan kandang bersumber dari sumur bor yang kemudiaan ditampung ke dalam bak penampungan air.


(5)

commit to user BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil magang di peternakan CV. Sumber Baja Perkasa dapat disimpulkan, bahwa pada dasarnya manajemen penggemukan sapi potong di CV. Sumber Baja Perkasa sudah cukup baik. Hal ini terlihat dari beberapa kegiatan yang dijalankan diantaranya sebagai berikut:

1. Pengadaan bahan pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa untuk rumput

gajah, singkong, jagung di panen dari ladang sendiri serta untuk konsentrat jadi dibeli dari pabrik pakan puspetasari sedangkan jerami dibeli dari para petani.

2. Frekuensi pemberian pakan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa adalah empat kali sehari yaitu konsentrat pada p ukul 08.00 WIB dan pada pukul 14.00 WIB sedangkan untuk hijauan pada pukul 10.00 WIB dan 15.00 WIB dengan imbangan konsentrat dan hijauan dalam ransum adalah 70% dan 30% .

3. Bahan pakan yang diberikan sapi di CV. Sumber Baja Perkasa berupa hijauan yaitu rumpuh gajah dan jerami fermentasi serta konsentrat berupa konsentrat jadi, bekatul, singkong, jagung, premix, tetes yang dicampur menjadi satu.

4. Jumlah pemberian pakan di CV. Sumber Baja Perkasa untuk sapi Peranakan Ongole (PO) mendapat konsentrat 10 kg/ekor/hari dan hijauan 8 kg/ekor/hari dan untuk sapi Limousin dan Sapi Simmental (METAL) mendapat konsentrat 12 kg/hari/ekor dan hijauan 10 kg/ekor/hari.

5. Sistem pemberian pakan hijauan di CV. Sumber Baja Perkasa diberikan

sekitar dua jam setelah pemberian konsentrat pada pagi hari dan dilakukan secara bertahap minimal empat kali dalam sehari semalam.

6. Pemberian air minum untuk sapi di CV. Sumber baja perkasa terpenuhi


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

B.Saran

1. Pelaksanaan recording atau pencatatan sebaiknya lebih lengkap dan teratur agar mudah melakukan evaluasi.

2. Sebaiknya dalam pemberian pakan disesuaikan dengan bobot badan agar tercapai bobot yang maksimal.

3. Sebaiknya jagung dan singkong di cacah menggunakan mesin bukan secara manual karena memperlambat pembuatan pakan konsentrat.