Faktor-Faktor yang Memengaruhi Utang Luar Negeri Pemerintah: Uji Panel Kointegrasi Periode Tahun 2000-2013

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI UTANG LUAR
NEGERI PEMERINTAH: UJI PANEL KOINTEGRASI
PERIODE TAHUN 2000-2013

GANNADY GIRSANG

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Faktor-Faktor yang
Memengaruhi Utang Luar Negeri Pemerintah: Uji Panel Kointegrasi Periode
Tahun 2000-2013 adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2015
Gannady Girsang
NIM H14100023

ABSTRAK
GANNADY GIRSANG. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Utang Luar Negeri
Pemerintah: Uji Panel Kointegrasi Periode Tahun 2000-2013. Dibimbing oleh
NOER AZAM ACHSANI.
Utang luar negeri pada hampir semua negara di dunia menjadi isu yang
populer pada beberapa tahun terakhir ini. Semua negara baik negara berkembang
bahkan negara maju memilih utang luar negeri sebagai opsi dalam mengatasi
defisit anggaran pemerintah atau dalam memberikan stimulus terhadap
pembangunan nasional. Namun masalah yang ditimbulkan adalah alokasi dana
utang luar negeri yang seringkali tidak diberikan pada sektor yang produktif.
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor apa saja yang memengaruhi utang luar
negeri pemerintah pada beberapa negara berkembang dan maju yang mewakili
beberapa kawasan berbeda. Penggunaan metode Panel Kointegrasi bertujuan
untuk mengetahui apakah hubungan yang berlangsung pada model merupakan

hubungan jangka panjang. Hasilnya adalah variabel nilai tukar, GDPP, saving,
inflasi dan suku bunga secara nyata memengaruhi utang luar negeri. Selain itu
semua variabel terkointegrasi sehingga model memiliki hubungan jangka panjang.
Kata kunci: Hubungan jangka panjang, negara berkembang dan maju, Panel
Cointegration, Utang luar negeri

ABSTRACT
GANNADY GIRSANG. Determinant Factors of Government External Debt:
Panel Cointegration Test 2000-2013. Supervised by NOER AZAM ACHSANI.
External debt in almost countries all over the world recently has become a
popular issue. All countries, either developing or developed ones have chosen
external debt as their option in order to tackle budget deficit or even as one of
stimulus ways to escalate performance of national development. However, the
matter comes when the allocation of this so called external debt is usually not
directed to some productive sectors. This study analyses which factors may
properly influence the government external debt of developing and developed
countries which represent some different areas. The Panel Cointegration approach
is employed to investigate whether the existing relationship on the model is long
run relationship or not. Overall, the findings of this study shows that these
variables; exchange rate, GDPP, saving, inflation and interest rate significantly

affect external debt, otherwise inflation and interest have no significant impact on
external debt. Furthermore, all variables are cointegrated so the model has a long
run relationship.
Keywords: Developing and Developed Countries, External Debt, long run
relationship, Panel Cointegration

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI UTANG LUAR
NEGERI PEMERINTAH: UJI PANEL KOINTEGRASI
PERIODE TAHUN 2000-2013

GANNADY GIRSANG

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak November 2014 ini ialah utang
luar negeri dengan judul Faktor-Faktor yang Memengaruhi Utang Luar Negeri
Pemerintah: Uji Panel Kointegrasi Periode Tahun 2000-2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Noer Azam Achsani,
MS selaku pembimbing yang telah banyak memberi motivasi, pengetahuan dan
ilmu yang sangat berharga, kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Juanda, MS
selaku dosen penguji utama dan Bapak Dr. Muhammad Findi A, M.E. selaku
komisi pendidikan atas kritik serta saran yang membangun dan bermanfaat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Heni Hasanah dan Dian Panjaitan
sebagai asisten dosen yang telah memberikan saran dan masukan yang
bermanfaat. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta
seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Penulis juga mengucapkan
terima kasih atas dukungan semangat dari rekan-rekan satu bimbingan, Ilmu

ekonomi 47 dan 48, rekan-rekan alumni pertukaran pelajar Tohoku University,
teman-teman IAAS, hipotesa 2011, serta pihak lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu-persatu
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Mei 2015
Gannady Girsang

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3

Manfaat Penelitian

3


Ruang Lingkup Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA

4

METODE PENELITIAN

7

Jenis dan Sumber Data

7

Metode Analisis Data

7


Pengujian Model Data Panel

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

15

Analisis Deskriptif Data

15

Uji Kointegrasi Data Panel

22

SIMPULAN DAN SARAN

24


Simpulan

24

Saran

24

DAFTAR PUSTAKA

25

LAMPIRAN

27

RIWAYAT HIDUP

57


DAFTAR TABEL
Tabel 1 Hasil Uji Chow ................................................................................. 19
Tabel 2 Hasil Estimasi Model Utang Luar Negeri .......................................... 21
Tabel 3 Hasil Uji Kao .................................................................................... 23

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional .................................................... 6
Gambar 2 Gambaran Utang Luar Negeri Negara Berkembang ....................... 15
Gambar 3 Gambaran Utang Luar Negeri Negara Maju .................................. 16
Gambar 4 Plot ULN Dengan Variabel lain ..................................................... 17

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Output Panel Unit Root Test .............................................. 28
Lampiran 2 Uji Normalitas ............................................................................ 46
Lampiran 3 Rangkuman Hasil Uji Stasioneritas ............................................. 47
Lampiran 4 Hasil Uji Chow ........................................................................... 48
Lampiran 5 Hasil Estimasi Model Utang Luar Negeri.................................... 48
Lampiran 6 Hasil Uji Kointegrasi Pedroni ..................................................... 51
Lampiran 7 Hasil Uji Kointegrasi Kao ........................................................... 52

Lampiran 8 Data Nilai Tukar, GDPP, dan Saving .......................................... 53

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Setiap negara akan memilih utang sebagai alternatif terakhir dalam
mengatasi defisit anggarannya. Pinjaman suatu negara kepada negara lain atau
institusi independen internasional yang berasal dari luar negara tersebut dapat
dikategorikan sebagai utang luar negeri. Pada negara berkembang yang sedang
melakukan pembangunan hampir di semua sektor ekonomi tentunya memerlukan
dana yang cukup besar, namun keterbatasan akumulasi modal menjadi kendala
dalam pelaksanaannya. Akumulasi modal yang rendah akan berujung pada vicious
circle atau lingkaran setan (Todaro, 1994). Kegiatan ekonomi merupakan aktivitas
sirkular maka pada negara berkembang pendapatan masyarakat yang rendah
setelah memenuhi konsumsinya hanya akan menyisakan sedikit bagian untuk
ditabung sehingga akumulasi modal untuk investasi rendah menyebabkan
produktivitas dan pendapatan pun rendah, begitu seterusnya membentuk suatu
lingkaran.
Oleh karena itu, ketidakmampuan dalam meningkatkan tabungan domestik
untuk menjalankan kegiatan ekonomi yang produktif merupakan alasan banyak
negara untuk berhutang, sehingga dengan berhutang akan mempercepat
pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas produksi (Vincent, 2011).
Pentingnya utang luar negeri ini dalam jangka pendek berfungsi untuk membiayai
defisit current account yang timbul akibat guncangan eksternal sehingga dapat
menopang cadangan eksternal dan memperkuat posisi likuiditas. Situasi lainnya
yang termasuk dalam kategori pinjaman jangka pendek yang tidak dapat
dihindarkan adalah bencana alam, kelaparan, dan perang
Utang luar negeri di negara-negara belum muncul sampai dengan abad ke
18, karena para ekonom klasik pada saat itu menentang utang. Pada masa keyness,
adanya depresiasi dan pengangguran akibat lesunya permintaan aggregat
memaksa pemerintah untuk melakukan pembiayaan melalui pinjaman dalam
rangka mengatasi masalah tersebut. Pembiayaan tersebut dilaksanakan untuk
memacu penyerapan tenaga kerja melalui lapangan kerja baru (termasuk
memperbaharui mesin-mesin produksi dan peningkatan sumber daya manusia)
dan pendapatan nasional serta pembangunan fasilitas atau infrastruktur yang dapat
meningkatkan produktivitas seperti jalan raya, rel kereta api, dan saluran irigasi.
Pada akhirnya utang secara universal diterima sebagai salah satu metode dalam
pembiayaan pembangunan ekonomi suatu negara.
Kenyataannya utang luar negeri tidak hanya dapat memberi keuntungan
bagi negara untuk mengatasi defisit, tetapi juga memberikan kerugian dan
mengawali krisis ekonomi pada negara tersebut. Apabila terjadi peningkatan
utang secara terus-menerus secara konsisten dan pendapatan nasional tidak
meningkat secara signifikan maka akan terjadi inflasi dan gangguan sistemik pada
sistem ekonomi. Keadaan ini juga disebabkan karena alokasi dana yang diperoleh
dari pinjaman tidak dipakai untuk program-program yang produktif. Apabila
utang luar negeri tersebut digunakan untuk membangun akumulasi aset modal
maka tidak akan meningkatkan inflasi maupun menciptakan beban utang.

2
Adanya kontrak dan keharusan bagi debitor untuk membayar kewajibannya
ditambah biaya jasa pinjaman dengan suku bunga tertentu akan mempersulit
debitor apabila tidak mampu mengatur dan mengelola utang dengan baik sehingga
pembuat kebijakan harus mempertimbangkan dan membandingkan dengan
seksama manfaat yang akan diperoleh terhadap penggunaan dana pinjaman dan
biaya yang harus dibayarkan dengan adanya aktivitas penggunaan pinjaman
tersebut. Hal ini juga mencakup negosiasi yang dilakukan terhadap kreditor
mengenai pola pembayaran, jatuh tempo, dan bunga pinjaman sehingga dapat
mengestimasi kontribusi kewajiban tersebut.
Krisis keuangan yang berkenaan dengan utang luar negeri melanda beberapa
kawasan negara di dunia pada beberapa dekade terakhir ini. Di Asia Tenggara
pada awal tahun 1997-1998 terjadi krisis keuangan yang awalnya berdampak pada
perekonomian Thailand. Penetapan nilai tukar yang berpatok pada US dollar,
membuat Bath mata uang Thailand akan mengikuti apabila terjadi apresiasi dan
depresiasi. Pada saat itu US dollar mengalami apresiasi sehingga Bath juga ikut
terapresiasi sehingga nilai ekspor mereka mengalami penurunan.
Meskipun mengeluarkan kebijakan devaluasi terhadap nilai tukar, tidak
mampu mengembalikan kepercayaan investor yang menarik modalnya akibat
krisis ini. Hal ini berpengaruh terhadap pendapatan negara yang semakin
berkurang dan menimbulkan utang luar negeri. Pada awal tahun 1997, utang luar
negeri Thailand tercatat 94.3 US dollar (50.9 persen dari GDP) dimana terjadi
peningkatan hampir dua kali lipat dibandingkan tahun 1990 (Sussangkarn, 1998).
Hanya butuh waktu beberapa bulan bagi negara Asia Tenggara lainnya terkena
dampak krisis ini termasuk Indonesia.
Krisis utang luar negeri juga pernah melanda negara-negara di kawasan
Afrika Utara (Tunisia, Algeria, Mesir, Maroko, dan Mauritania) pada tahun
2000an. Hal ini karena adanya guncangan ekonomi di negara-negara eropa dan
adanya manifestasi sosial dan politik dari negara-negara Arab. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa utang luar negeri bukan merupakan hambatan dalam proses
pembangunan asalkan dalam ambang batas yang wajar (Ben, 2013). Kualitas
sektor yang dijadikan lokasi untuk berinvestasi menjadi faktor penting dalam
keberhasilan pengelolaan pinjaman.
Lebih lanjut, krisis utang juga tidak hanya melanda negara berkembang
seperti Asia Tenggara dan Afrika Utara, tetapi negara di kawasan eropa. Pada
akhir tahun 2007, Yunani mengalami krisis utang luar negeri akibat adanya defisit
fiskal dimana penerimaan pajaknya berkurang karena penggelapan pajak. Pada
saat yang sama, di Irlandia terjadi krisis surat hutang pemerintah yang awalnya
disebabkan gagal bayar kredit properti oleh swasta. Krisis ini pun melanda negara
eropa lainnya seperti, portugal, Italia, dan juga negara-negara di luar eropa seperti
asia dan afrika. (Ruxandra, 2011)
Perumusan Masalah
Dalam lingkup ekonomi secara makro terdapat pola hubungan yang saling
memengaruhi antara variabel yang satu dengan yang lainnya begitu juga dengan
utang luar negeri terhadap variabel lainnya seperti nilai tukar terhadap US dollar,
Gross Domestic Product Perkapita (GDPP), tabungan, Terms of Trade (ToT),

3
inflasi dan suku bunga. Hubungan ini dapat berupa satu arah atau mungkin dua
arah tergantung kondisi yang berlaku pada kondisi saat penelitian dilakukan.
Fakta-fakta yang telah disampaikan pada bagian latar belakang mengenai
keuntungan dan kerugian dalam menjalankan utang luar negeri adalah penting
untuk dijadikan penelitian karena topik ini menjadi trend pada masa kini, tidak
hanya bagi negara berkembang tetapi juga bagi negara maju seperti Eropa dan
Amerika.
Dengan demikian diperlukan analisis mendalam dengan memahami betul
faktor-faktor pendorong sebelum dikeluarkannya kebijakan untuk memilih utang
luar negeri. Terkait masalah tersebut, terdapat beberapa hal yang akan dianalisis
dalam penelitian ini:
1. Bagaimana dampak nilai tukar terhadap US dollar, Gross Domestic Product
Perkapita (GDPP), tabungan, Terms of Trade (ToT), inflasi dan suku bunga
terhadap utang luar negeri di negara berkembang dan negara maju?
2. Bagaimana model utang luar negeri yang terbentuk dapat menjelaskan kondisi
jangka panjang utang luar negeri pada negara yang dianalisis?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dirumuskan, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis dampak nilai tukar terhadap US dollar, Gross Domestic Product
Perkapita (GDPP), tabungan, Terms of Trade (ToT), inflasi dan suku bunga
terhadap utang luar negeri di negara berkembang dan negara maju.
2. Menganalisis kemampuan model utang luar negeri yang terbentuk dalam
menjelaskan kondisi jangka panjang utang luar negeri pada negara yang
dianalisis
Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan masukan serta
informasi lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang berhubungan, yaitu nilai tukar
terhadap US dollar, Gross Domestic Product Perkapita (GDPP), tabungan, Terms
of Trade (ToT), inflasi dan suku bunga terhadap utang luar negeri yang
menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan utang luar negeri. Oleh karena itu,
penelitian ini juga diharapkan menjadi referensi untuk merujuk variabel apa saja
yang perlu diperhatikan dalam mengontrol utang luar negeri, sehingga para
otoritas kebijakan mendapatkan pemahaman yang baik dalam menjalankan
kebijakannya.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini terbatas pada ruang lingkup analisis nilai tukar terhadap US
dollar, Gross Domestic Product Perkapita (GDPP), tabungan, Terms of Trade
(ToT), inflasi dan suku bunga terhadap utang luar negeri di kawasan negara

4
berkembang dan negara maju. Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada
pengujian akar unit data panel dan model panel kointegrasiyang berasal dari
beberapa negara berkembang dan maju pada periode tahun 2000 hingga 2013.
Penelitian ini akan memperlihatkan hubungan jangka panjang (kointegrasi) antara
utang luar negeri, nilai tukar terhadap US dollar, Gross Domestic Product
Perkapita (GDPP), tabungan, Terms of Trade (ToT), inflasi dan suku bunga.
Penelitian ini mencakup 10 negara yang mewakili negara berkembang dan maju
serta kawasan Asia tenggara, Asia timur, Amerika Latin, Afrika, dan Eropa.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Nelasco (2012) dalam penelitiannya menganalisis intensitas dari beban
utang luar negeri terhadap 9 negara Asia Selatan, yaitu India, Pakistan,
Bangladesh, Sri Lanka, Nepal, Bhutan, dan Maldhive. Selain itu analisis
mengenai faktor-faktor yang memengaruhi beban utang luar negeri dan
penyesuaiannya terhadap kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan pun
dilakukan. Data tahunan terdiri dari delapan variabel ekonomi makro tahun 20002009 dengan menggunakan metode regresi berganda. Hasil penelitiannya adalah
penjelasan pengaruh variabel pada masing-masing negara dan ditutup dengan
kesimpulan bahwa utang dapat menjadi keuntungan dan kerugian bagi suatu
negara, tergantung tujuaan penggunaannya untuk kepentingan yang produktif atau
tidak.
Ben dan Sadraoui (2013) meneliti tentang peran dan pengaruh utang luar
negeri terhadap pembiayaan dalam pembangunan nasional di negara-negara
kawasan Afrika Utara, yaitu Tunisia, Algeria, Maroko, Mesir, dan Mauritania
dimana pada beberapa tahun terakhir terkena dampak dari krisis eropa. Penelitiaan
ini dilakukan dengan menggunakan metode Generalized Method of Moments
(GMM) dengan data panel selama 21 tahun dari 1990-2010.
Variabel yang digunakan terdiri dari delapan variabel ekonomi dan dua
variabel demografi yang menunjukkan perbedaan tiap-tiap negara. Hasilnya
adalah utang luar negeri bukanlah suatu hambatan bagi pembangunan selama
masih dalam batas yang wajar. Negara dapat terbantu melalui penguatan ekonomi
namun di sisi lain dapat berdampak negatif, tergantung pada kualitas investasi dan
beban yang dikenakan terhadap utang tersebut. Peneliti juga menemukan bahwa
terdapat ambang batas utang yang masih bisa memberikan dampak positif
terhadap pertumbuhan ekonomi, yaitu kurang dari 47 persen dari GDP.
Vincent dan Mojekwu (2011) dalam penelitiannya menginvestigasi
hubungan antara utang luar negeri Nigeria terhadap pertumbuhan ekonominya
dari tahin 1975-2006. Pada awal tahun 1980, perekonomian Nigeria memburuk
dan menghadapi kesulitan dalam meningkatkan pendapatan negara dari sektor
ekspor kelapa sawit sehingga mengganggu pembayaran utang luar negeri, namun
keadaan ini berangsur membaik dengan adanya berbagai kebijakan pengetatan dan
penghapusan utang luar negeri. Error Correction Model (ECM) digunakan dalam

5
penelitian ini beserta delapan variabel makro ekonomi lainnya. Hasilnya adalah
terdapat hubungan negatif dalam jangka pendek antara pertumbuhan ekonomi dan
level utang luar negeri. Peneliti juga menemukan bahwa peningkatan 1 persen
dalam utang luar negeri akan menurunkan 0.034 GDP. Variance in
Decomposition menunjukkan bahwa beban utang luar negeri dan biaya jasanya
berkontribusi sebesar 3.79 persen dan 0.61 persen dalam perubahan GDP.
Loganathan dan Sukemi (2010) menganalisis tentang hubungan jangka
panjang dan jangka pendek antara utang luar negeri dan kinerja makro ekonomi di
Malaysia. Kinerja makro ekonomi tersebut diwakili oleh Balance of Payment,
GDP, dan devisa negara. Data tahunan pada periode 1988-2008 digunakan
bersama dengan lima variabel ekonomi dan menggunakan Vector Error
Correction Method (VECM). Hasilnya adalah terdapat hubungan jangka panjang
dan jangka pendek yang signifikan antara utang luar negeri dengan kinerja makro
ekonomi dengan speed of adjustment sebesar 13 persen. Kesimpulan yang didapat
adalah bahwa secara umum utang luar negeri masih memberikan dampak yang
baik terhadap kondisi perekonomian, meskipun menghadapi beberapa guncangan
pada dua dekade terakhir.
Awan dan Ashgar (2011) menganalisis mengenai hubungan antara utang
luar negeri dengan nilai tukar, defisit fiskal dengan ToT pada periode 1974-2008.
Dengan menggunakan pendekatan Johansen Approach, peneliti menganalisis 8
variabel ekonomi di negara Pakistan. Hasil yang diperoleh adalah terdapat
hubungan jangka jangka panjang yang signifikan antara utang luar negeri, nilai
tukar dan ToT. Namun pada jangka pendek semua variabel gagal menunjukkan
hubungan yang signifikan. Selain itu defisit fiskal tidak dapat menunjukkan
hubungan dengan utang luar negeri.
Ruxandra (2011) dalam penelitiannya bertujan untuk meneliti kebijakan
fiskal yang ramah dan berkelanjutan dalam menggadapi defisit fiskal. Suatu
pinjaman dalam lingkup fiskal sudah menjadi pilihan terakhir bagi pemerintah
ketika menghadapi defisit, namun kekonsistenan kebijakan penanggulangan utang
dalam periode pinjaman tersebut ditangggapi berbeda pada masing-masing negara.
Meskipun dikategorikan sebagai negara maju, negara-negara di kawasan eropa
rupanya dapat mengalami krisis keuangan sehingga memaksa pemerintahnya
untuk mengambil kebijakan utang luar negeri.
Penelitiaan ini mengamati 14 negara eropa yang tersebar baik barat dan
timur dengan menggunakan data tahunan pada periode 1970-2011 dengan
menggunakan Fiscal Reaction Test dan OLS. Hasil menunjukkan bahwa sejak
taun 2003 rasio utang publik yang jauh dari ambang batas yang ditetapkan
pemerintah terjadi pada Yunani dan Italia. Pada semua negara kecuali Finlandia,
Denmark, dan Swedia, rasio utang publiknya terlihat lebih dari yang diperlukan
dan diperkirakan hanya sedikit negara saja yang dapat bertahan dari resiko di
masa depan.
Kerangka Pemikiran
Peran positif utang luar negeri yang dapat memberi keuntungan bagi negara
yang mengalami krisis kebutuhan modal merupakan alasan bagi banyak negara
untuk melakukan kebijakan ini, namun terdapat pula dampak negatif yang

6
mungkin terjadi seperti ketergantugan dan bahkan gagal bayar. Berdasarkan fakta
yang ada di beberapa negara terutama negara berkembang menunjukkan bahawa
ada kecenderungan gagal bayar akibat penggunaan dan pengalokasiaan dari dana
pinjaman tersebut yang kurang produktif dimana disalurkan ke sektor-sektor yang
tidak memberikan tingkat pengembalian yang menguntungkan.

Otoritas
Pemerintah

Otoritas
Moneter

GDP
perkapita

Terms of
Trade

Niai
Tukar

Utang Luar
Negeri

Negara
Berkembang

Pinjaman
Pemerintah

Pinjaman
Swasta

Tabungan

Utang dalam
Negeri

Negara Maju

Pinjaman
Pemerintah

Pinjaman
Swasta

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Operasional

7

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data
panel yang terdiri dari dua bagian yaitu data deret waktu tahunan yang
dikumpulkan dari tahun 2000 hingga 2013 dan data cross section sebanyak 10
negara yang mewakili beberapa benua. Negara-negara tersebut adalah
Indonesia,Vietnam, Venezuela, Kamerun, Chad, Kanada, Inggris, Jepang,
Selandia Baru, dan Swiss. Pemilihan negara tersebut didasarkan pada
kemampuannya dalam mewakili beberapa benua serta penggolongan terhadap
negara berkembang dan negara maju. Tiap kawasan diwakili beberapa negara
yang mampu menggunakan utang dengan baik dan kurang baik. Selain itu,
Keputusan peilihan negara yang dianalisis juga berdasarkan ketersediaan data
yang ada, sehingga tiap negara memiliki ketersediaan data yang sama pada
variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini.
Variabel-variabel ekonomi yang digunakan adalah utang luar negeri
pemerintah, nilai tukar terhadap US dollar, Gross Domestic Product Perkapita
(GDPP), tabungan, Terms of Trade (ToT), inflasi dan suku bunga. Adapun
sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah World Development
Indicator, World Bank dan International Financial Statistic (IFS), International
Monetary Fund (IMF). Selain itu, informasi tambahan juga didapatkan melalui
studi literatur yang dilakukan dengan membaca jurnal internasional, buku,
penelusuran internet, serta berbagai sumber lainnya yang relevan dan berkaitan
dengan permasalahan yang menjadi fokus penelitian. Perangkat lunak yang
digunakan sebagai alat pengolahan data dalam penelitian ini adalah Microsoft
Excel 2007 dan Eviews 8.0
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dan kuantitatif.
Analisis kualitatif dilakukan dengan memberikan pemaparan, plot, tabel, maupun
grafik terhadap observasi yang dilakukan. Dalam penelitian ini analisis kualitatif
digunakan untuk melihat perkembangan utang luar negeri pada negara-negara
yang menjadi fokus analisis serta variabel-variabel lain yang dianggap
memengaruhi. Analisis ini juga memudahkan pembaca untuk mengerti kondisi
yang terjadi sebelum masuk ke analisis yang lebih mendalam.
Sementara itu analisis kuantitatif dilakukan dengan metode pengujian panel
unit root dan panel kointegrasi yang ditemukan oleh Pedroni (1999) dalam
menentukan apakah dalam keseimbangan jangka panjang terdapat hubungan yang
stabil diantara variabel-variabel yang dianalisis, sehingga dapat menghasilkan
model dan penduga yang baik dan konsisten. Data panel merupakan gabungan
antara data deret waktu dan cross section sehingga dapat menghasilkan jumlah
observasi yang lebih banyak daripada data deret waktu atau cross section saja.
Menurut Gujarati (2003) data panel merupakan suatu data individu yang
disusun berdasarkan runtun waktu. Data individu adalah data yang dikumpulkan
pada satu periode terhadap banyak induvidu, sedangkan data deret waktu adalah

8
data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap satu individu tertentu.
Penggunaan panel data dalam analisis menurut Hsio (2004) memberikan beberapa
keuntungan, diantaranya:
1. Menghasilkan jumlah observasi yang lebih besar karena merupakan
gabungan dari data deret waktu dan cross section
2. Mengurangi bias yang dihasilkan oleh individu karena set data lebih
banyak
3. Mengurangi kolinearitas antar variabel
4. Meningkatkan derajat kebebasan yang dapat meningkatkan efisiensi
Data penel lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek secara
sederhana yang tidak dapat teratai dalam deret waktu saja atau cross section saja,
selain itu juga dapat mengontrol heterogenitas individu (Firdaus, 2011).
Panel Unit Root Test (Uji Stasioneritas)
Pada data pooled deret waktu, seperti data uni-variate pada umumnya
berusaha menunjukkan adanya pola waktu yang mengindikasikan data tersebut
non stasioner dimana variabel-variabel yang digunakan memiliki rataan, ragam,
dan kovarian yang tidak time variant (Miguel, 2006). Engle dan Grenger (1987)
berpendapat bahwa aplikasi langsung dari OLS dan GLS terhadap data yang tidak
stasioner akan menghasilkan regresi yang tidak terspesifikasi dengan baik dan
bersifat spurious.Hasil regresi ini akan menghasilkan kinerja statistik yang bias,
seperti R2 yang tinggi dan hasil variabel yang signifikan.
Pada beberapa tahun belakangan ini, terdapat beberapa temuan oleh
beberapa orang seperti Levin, Lin, dan Chu (2002), Breitung (2000), Hadri (1999),
dan Im, Pesaran an Shin (2003) yang telah mengembangkan panel-based unit root
test yang mirip dengan pengujian pada data deret waktu. Selain itu, temuan yang
menarik lainnya adalah pengujian panel unit root lebih kuat dan terpercaya
dibandingkan uji unit root yang diaplikasikan pada data time series karena
informasi pada data deret waktu yang ada dilengkapi lagi oleh data cross section
yang tersedia. Oleh karena itu penggunaan panel unit root digunakan untuk
meningkatkan kualitas dari data yang diuji dalam suatu penelitian tertentu.
Pengambilan keputusan pada pengujian panel unit root mirip dengan
pengujian pada data deret waktu dimana hipotesis nol adanya akar unit, yang
berbeda adalah metode yang dipakai untuk uji statistiknya bukan lagi
menggunakan Augmented Dickey Fuller dan Phillip Perron. Metode yang
digunakan dalam pengujian panel unit root ini teridiri dari dua jenis, yaitu
common unit root yang terdiri dari statistik uji Levin, Lin dan Chu dan Breitung
serta individual unit root yang terdiri dari statistik uji Pesaran an Shin dan PPFisher test. Metode LCC dan Breitung menganalisis unit root dengan persamaan
sebagai berikut:
Keterangan:
yit : Variabel terikat
xit : Variabel bebas
vit : error term

9
Analisis Panel Kointegrasi
Penentuan mengenai keberadaan hubungan kointegrasi telah
dikembangkan secara metodologi oleh Pedroni (1999). Metode pengolahan panel
data telah mengalami berbagai pengembangan dalam rangka memperbaiki hasil
dugaan yang lebh baik dan konsisten. Untuk menutupi beberapa kelemahan
penduga OLS biasa yang bias dan tidak konsisten, maka diterapkan Fully
Modified OLS (FMOLS) dan Dynamic OLS (DOLS) pada metode panel data
kointegrasi. Model data panel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
melalui beberapa pendekatan berikut, yaitu:
Model Pooled Least Square
Metode ini mengkombinasikan data deret waktu dengan cross section menjadi
sebuah gabungan dari seluruh data (pooled), sehingga terdapat N x T observasi. N
menunjukkan jumlah unit cross section, sedangkan T menunjukkan jumlah deret
waktu yang digunakan. Metode ini menghasilkan penduga yang lebih akurat
daripada regresi biasa karena jumlah observasinya yang lebih banyak tersebut.
Kelemahannya adalah tidak terlihat perbedaan yang jelas antar individu karena
merupakan gabungan data secara keseluruhan. Berikut ini merupakan
persamaannya:
Keterangan :
yit : variabel terikat pada waktu t untuk unit i
αi : Intersep antar individu i
Xit : variabel bebas i untuk waktu t
: Parameter untuk variabel bebas tertentu
µit : Komponen error di waktu t untuk unit i
Model Fixed Effect
Kelemahan yang terdapat pada metode Pooled Least Square adalah perbedaan
antar individunya tidak terlihat, sehingga asumsi yang diambil adalah intersep dan
slope dari persamaan dianggap konstan. Untuk mengatasi kelemahan tersebut
maka dapat dilakukan dengan memasukkan variabel dummy atau “boneka” untuk
menghasilkan nilai individu yang berbeda-beda. Metode dengan memasukkan
variabel dummy ini disebut dengan metode Fixed Effext atau biasa juga disebut
dengan Least Square Dummy Variables. Kelebihan dari metode ini adalah dapat
menghasilkan dugaan parameter yang tidak bias dan efisien. Kelemhannya adalah
jika jumlah pengamatannya besar maka akan terlihat cumbersome dan juga
ditandai oleh makin berkurangnya degree of freedom akibat penambahan variabel
dummy pada persamaan. Pendugaan model ini dapat ditunjukkan dalam
persamaan:
Keterangan :
yit : variabel terikat pada waktu t untuk unit i
αi : Intersep antar individu i
Xit : variabel bebas i untuk waktu t
: Parameter untuk variabel bebas tertentu
µit : Komponen error di waktu t untuk unit i

10
Fully-Modified OLS (FMOLS)
Apabila terdapat kombinasi linear yang menggunakan beberapa variabel
bebas dan terikat dengan proporsi tertentu antara yang satu dan lainnya pada
jangka panjang, kita dapat melakukan pengujian untuk menghasilkan dugaan
individu pada persamaan jangka panjang. Analisis OLS yang biasa dilakukan,
umumnya menghasilkan dugaan yang bias dan tidak konsisten pada saat kita
mengaplikasikannya pada model panel kointegrasi. Oleh karena itu dikembangkan
Fully-Modified OLS (FMOLS) yang dikembangkan oleh Pedroni (1999).
FMOLS ttidak hanya menciptakan penduga yang konsisten tetapi juga mengontrol
efek individu (endogeneity) antar objek observasi. Pada umumnya penduga
FMOLS untuk unit i pada waktu t-tertentu adalah sebagai berikut:
(
)
Dimana y adalah transformasi dari variabel endogenous, δ merupakan
parameter dari penyesuaian autokorelasi, dan T adalah jumlah periode yang
diamati.
Dynamic OLS (DOLS)
Metode dengan model DOLS ini dikembangkan oleh Saikkonen (1991)
untuk mengestimasi dan menguji hipotesis tentang vektor kointegrasi pada data
panel. Metode panel DOLS merupakan model yang fully parametric dan
menawarkan alternatif yang lebih baik secara statistik terhadap FMOLS yang
dikemukakan oleh Pedroni (1999) dan Philips dan Moon (1999). Sifat dari DOLS
pada saat terdapat fixed effects pada regresi yang terkointegrasi telah didiskusikan
oleh kao dan Chiang (2000). Penduga panel DOLS (β) dapat dijabarkan pada
persamaan berikut:
[∑ ∑

]

[∑ ∑

]

Kao danChiang (2000) dalam penelitiannya membandingkan contoh kecil
dari kinerja hasil panel DOLS dan panel FMOLS dengan asumsi fixed effect
dalam contoh kasus single regressor. Mereka menemukan bahwa hasil dari panel
DOLS bekerja lebih baik daripada panel FMOLS dalam mengurangi bias dan
konsistensi dugaan.
Kao Residual Cointegration Test
Pengujian ini pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui apakah model
yang telah kita dapatkan melalui FMOLS dan DOLS sudah terkointegrasi atau
belum. Kao dan Chiang (2000) menemukan bahwa terdapat dua jenis uji
mengenai kointegritas, yaitu melalui uji Dickey Fuller dan Augmented Dickey
Fuller. Kalkulasi yang dilakukan Kao dan Chiang memberikan hasil berikut:




11
Untuk pendugaan parameter jangka panjang saat adanya penduga untuk µit dan ðit
adalah:


[

]

∑∑

Pengujian Model Data Panel
Chow Test
Chow test adalah pengujian yang digunakan untuk memilih model yang
akan dipakai antara Pooled Least Squared atau Fixed Effect. Dalam pengujian ini
hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : Model Pooled Least Squared
H1 : Model Fixed Effect
Dasar penolakan terhadap hipotesis nol (H0) adalah dengan menggunakan
F-Statistik seperti yang dirumuskan oleh Chow:
Dimana:
ESS1 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Pooled Least Square
ESS2 = Residual Sum Square hasil pendugaan model Fixed Effect
N
= Jumlah cross section
T
= Jumlah deret waktu
K
= Jumlah variabel penjelas
Pengujian ini mengikuti distribusi F-statistik yaitu dengan derajat bebas (N-1, NTN-K). Jika setelah penghitungan nilai statistik Chow F-Stat lebih besar daripada FTabel maka cukup bukti untuk menolak hipotesis nol, sehingga model yang
digunakan adalah fixed effect dan begitu pula sebaliknya apabila nilai statistik FStat lebih kecil dari F-Tabel.
Pengujian Asumsi
Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term dari
model menyebar normal dengan menggunakan Jarque Bera Test atau dengan
melihat plot dari residual. Hipotesis dalam pengujian normalitas adalah:
Ho : Residual terdistribusi normal
H1 : Residual tidak terdistribusi normal
Penolakan Ho dilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Bera dengan
taraf nyata α sebesar 0.05 yang mana apabila nilai jarque Bera lebih besar dari
taraf nyata α sebesar 0.05 menyatakan Ho tidak ditolak dan residual berdistribusi
normal
Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah masalah yang timbul akibat adanya korelasi yang
tinggi antara peubah bebas yang satu dengan yang lainnya.Pelanggaran asumsi ini
akan memicu kesulitan dalam menduga model yang diinginkan. Gejala yang

12
muncul dari masalah ini adalah nilai R2 yang tinggi tetapi tidak terdapat atau
sedikit sekali koefisien dugaan yang berpengaruh nyata dan tanda koefisien yang
tidak sesuai dengan teori (Gujarati, 2006). Terdapat beberapa cara yang dapat
mengatasi masalah mutikolinearitas ini, diantaranya menambah atau menurangi
jumlah data observasi, menambah atau mengurangi variabel, mengkombinasikan
data deret waktu dengan cross section, pemberian pembobotan, dan pengujian
kembali model, sehingga parameter dugaan pada taraf uji tertentu menjadi
signifikan.
Autokorelasi
Autokorelasi atau disebut juga korelasi serial merupakan suatu keadaan
dimana kesalahan pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan
kesalahan pengganggu dengan periode lainnya. Gujarati (2006) menyatakan
autokorelasi adalah korelasi antara anggota perangkai observasi yang diurutkan
menurut waktu seperti dalam data deret waktu. Metode untuk melihat adanya
autokorelasi adalah dengan melihat dan membandingkan nilai Durbin Watson
(DW statistik) dalam model dengan DW-tabel. Selang nilai statistik Durbinwatson serta keputusannya adalah:
4-DL