Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Dan Lintas Batas Antarnegara Di Kabupaten Kapuas Hulu – Provinsi Kalimatan Barat

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
DAN LINTAS BATAS ANTARNEGARA DI KABUPATEN
KAPUAS HULU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

M. YOGIE S

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis dengan judul Strategi Pengembangan
Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas Antarnegara di Kabupaten Kapuas HuluKalimantan Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor


Bogor, Agustus 2015

M. Yogie S
NIM A156110081

RINGKASAN
M.YOGIE.S. Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas
Antarnegara di Kabupaten Kapuas Hulu – Provinsi Kalimatan Barat. Dibimbing oleh
ATANG SUTANDI dan M.ARDIANSYAH
Secara geografis dan administrasi Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan
Barat berbatasan langsung dengan negara tetangga yaitu Sarawak-Malaysia. Kondisi ini
menempatkan Kabupaten Kapuas Hulu menjadi strategis secara nasional terutama
dibidang pertahanan dan keamanan. Berdasarkan tingkat perkembangan wilayahnya,
Kabupaten Kapuas Hulu memiliki tingkat perkembangan yang rendah karena lemahnya
pelayanan sarana dan prasarana dasar, akses transportasi, sumber daya manusia serta
pemanfaaatn SDA dan Ekonomi. Perkembangan kebijakan pembangunan kawasan
perbatasan saat ini mengisyaratkan telah terjadi perubahan paradigma pembangunan di
kawasan perbatasan. Arah pengembangan kawasan perbatasan yang selama ini
cenderung berorientasi inward looking kini menjadi outward looking, Pendekatan
keamanan menjadi pendekatan kesjahteraan. Selain kebijakan nasional, Indonesia juga

terikat dalam kerangka pembangunan kawasan yang disebut dengan Komunitas
ASEAN Community (Security-Economic-Socio-Cultural) Penelitian ini bertujuan untuk
(1) mengetahui Tingkat Perkembangan Kawasan Perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu
(2) mengetahui tipologi interaksi lintas batas dan persepsi pengembangan konektifitas di
kawasan perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu dengan Sarawak-Malaysia dan (3)
merumuskan strategi pengembangan Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas di
Kabupaten Kapuas Hulu.
Untuk menjawab tujuan tersebut diperlukan data pendukung yang terdiri data
sekunder dan data primer. Kebutuhan data diperoleh melalui kegiatan survey lapangan
dan survey instansi yang terdiri dari BAPPENAS, BNPP, BAPPEDA Dinas Pekerjaan
Umum, Kantor Imigrasi, Kantor Kecamatan dan kantor desa. Metode analisis antara lain,
Location Quotient (LQ), Analisis Tipologi EkonomiKklassen, Analisis Skalogram,
Analisis Gravitasi dan AHP dan SWOT.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa berdasarkan tingkat pertumbuhan
ekonomi kawasan perbatasan di Kabupaten di Kapuas Hulu hanya mempunyai 1 (satu )
kecamatan dengan katagori maju dan tumbuh tapi tertekan yaitu putussibau utara
sementara 6 kecamatan lainya merupakan kecamatan yang relatif tertinggal
ekonominya. Hasil analisis Indeks Perkembangan Kecamatan (IPK) menunjukan
Kecamatan Putussibau Utara dan Putussibau Selatan sebagai Hierarki 1 (Pusat Kegiatan
Utama) dan Embaloh Hulu (hierarki2), Badau (hierarki2), Puring Kencana (Hierarki 3),

Empanang (hierarki 3), Batang Lupar (Hierarki 3). Analisis interaksi menunjukan
hubungan interaksi yang cukup erat diberbagai aspek kehidupan antara lain social dan
ekonomi serta penyediaan infrastruktur. Selanjutnya dirumuskan strategi pengembangan
kawasan perbatasan lintas batas dengan strategi utama pembangunan kawasan
perbatasan adalah (a) Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Produksi Komoditas
Unggulan (b) Membangun jaringan pemasaran dan perdagangan untuk produk
pertanian dan perkebunan (c) Pengembangan potensi pariwisata alam berwawasan
lingkungan di Taman Nasional Danau Sentarum dan TNBK (d) Peningkatan kualitas
pelayanan dasar dan jaringan transportasi. Strategi utama dalam pengembangan lintas
batas adalah (a) Pembangunan Infrastruktur untuk meningkatkan interaksi dan
konektifitas antar negara untuk mendukung pergerakan orang dan barang (b)

Meningkatkan pengelolaan dan nilai tambah produksi komoditas unggulan yang
berdaya saing dan berpeluang ekspor. (c) Menyusun regulasi-regulasi terkait
pengelolaan lintas batas sebagai respon terhadap ASEAN dan AEC. (d) Melakukan
kerjasama pengawasan dan keamanan yang lebih intensif di kawasan perbatasan (e)
Meningkatkan kualitas SDM dan daya saing masyarakat lokal perbatasan (f)
Meningkatkan
kualitas
pelayanan

Pos
Lintas
Batas,
antara
lain;Custom,Immigration,Quarantine,Security.
Saran dalam pengembangan kawasan perbatasan kabupaten Kapuas hulu adalah
meningkatkan perekonomian dengan mengoptimalkan potensi lahan dan nilai tambah
produksi komoditas unggulan pertanian dan perkebunan untuk pasar lokal, regional dan
ekspor, meningkatkan pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana dasar serta
optimalisasi hubungan kedua negara dalam rangka memanfaatkan peluang
pembangunan kawasan perbatasan dan lintas batas antar negara.

Kata kunci: Kawasan perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu, lintas batas, strategi
pengembangan kawasan perbatasan

SUMMARY
M.YOGIE.S. Strategic Regional Development and Cross Border Country In Kapuas
Hulu Regency, West Kalimantan. Under direction of ATANG SUTANDI and
MUHAMMAD ARDIANSYAH.
Geographically and administrative The Regency of Kapuas Hulu, in West

Kalimantan Province bordering neighbouring that is Sarawak-Malaysia .This condition
put Regency of Kapuas hulu be strategic especially in national defense and security.
Based on the level of his regions development, the Regency of Kapuas has a low
development because of bad service facilities base, access transportation , human
resources and usage of natural resources and economic. The policy the development of
the border currently suggested there has been a change the development in the border.
The direction of the development of border areas for this tends to oriented inward
looking has become outward looking, Security approach being prosperity approach
besides national policy, indonesia also bound within the framework of development of
backward which is called community of ASEAN COMMUNITY (security-economicsocio-cultural ).
This study attempts to (1) Knowing the level of development of the border area
in kabupaten kapuas hulu (2) Know interaction cross-border and perception
development of connectivity in the region the border Kapuas Hulu Regency with
Sarawak-Malaysia and (3) Formulate strategy the development of border areas and
cross-border in Kapuas hulu Regency.
To answer the purpose were necessary infromasi advocates consisting primary
and secondary data .The data is collected through the survey the court and survey
agency consisting of it , BAPPENAS, BNPP , BAPPEDA, Public Works Agency ,
Immigration Agency , The District Office And The Village Office .The method of
analysis among others , location quotient (LQ ) , economic typologies klassen analysis ,

skalogram analysis , analysis of gravity and AHP and SWOT
The result of this research is the level of development of the border area in
regency Kapuas Hulu who views based on the economic growth level only have 1 (one)
sub-district of categories forward and grown but depressed namely putussibau utara
while 6 other sub-district is relatively low. According to index the development of
kecamatan ( IPK district north putussibau and south putussibau is a hierarchy 1 (major
activity centers ) and Embaloh Hulu (hierarchy 2), Badau (hierarchy 2), Puring Kencana
( hierarchy 3), Empanang (hierarchy 3), Batang Lupar (hierarchy 3). Related crossborder among countries indonesia and malaysia can have interaction and relationships
closely enough in several aspects of life between other social and economic and
providing infrastructure. Formulated development strategy next border areas cross
border with strategy key development of border areas include (a) increase in quantity
and quality of producing main industries (b) Develop network marketing and trade to
agricultural products and plantation (c) The development of tourism nature
environmentally sound national park in lake sentarum and TNBK (d) Improving the
quality of primary care and transportation network. The main strategies in the
development of cross-border is (a) infrastructure development to increase interaction
and connectivities among countries to support the movement of persons and goods (b)

improving the management and added value of the production of commodities superior
defenseless competitiveness and could export. (c )Composing the regulations related

management cross-border in response to ASEAN and AEC. (d) Have a partnership
supervision and security more intensive border areas. (e) Improve the quality of
resources and competitiveness locals the border (f) Improve the quality of services cross
border post , among other; custom , of the immigration , quarantine , securit
Advice the development of border areas kabupaten kapuas upstream is to
improve economic conditions to optimize potential land and added value of the
production of commodities seed agriculture and an estate to local markets , regional and
exports, increase the fulfillment of service facilities and basic infrastructures and
optimization ties between the two countries in order to use opportunities development of
backward borders and cross-border among countries
Keywords: border area of Kapuas Hulu Regency, cross border, regional development
strategy

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini

dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN
DAN LINTAS BATAS ANTARNEGARA DI KABUPATEN
KAPUAS HULU, PROVINSI KALIMANTAN BARAT

M. YOGIE S

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji Luar Komisi Pada Ujian Tesis: Dr Ir Setia Hadi, MS


Judul Tesis : Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas
Antarnegara di Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat
Nama
: M. Yogie. S
NRP
: A156110081

Disetujui
Komisi Pembimbing

Dr Ir Muhammad Ardiansyah
Anggota

Dr Ir Atang Sutandi M.Si
Ketua

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Ilmu Perencanaan Wilayah

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Santun R.P. Sitorus

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr.

Tanggal Ujian:

24 Juli 2015

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga penelitian yang berjudul “Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan dan
Lintas Batas Antarnegara di Kabupaten Kapuas Hulu-Provinsi Kalimantan Barat”
berhasil diselesaikan.
Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Dr Ir Atang Sutandi dan Dr Ir Muhammad Ardiansyah selaku komisi pembimbing
selaku komisi pembimbing atas dukungan tiada henti, arahan dan bimbingan yang
diberikan mulai dari tahap awal hingga penyelesaian tesis ini.
2. Dr Ir Setia Hadi, MS selaku penguji luar komisi atas masukan dan arahan bagi
penyempurnaan tesis ini
3. Prof. Dr Ir Santun R.P. Sitorus selaku Ketua Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah beserta segenap dosen pengajar, asisten dan staf manajemen Program
Studi Ilmu Perencanaan Wilayah IPB
4. Dosen dan rekan-rekan Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas
Teknik Universitas Pakuan atas dukunganya.
5. Rekan-rekan BILD Consulting atas motivasinya selama ini.
6. Dinas serta instansi yang terkait tesis ini atas kerjasamanya selama pengumpulan
data berlangsung
7. Rekan-rekan PWL Reguler maupun kelas Bappenas angkatan 2011
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta, kedua orang
tuaku, Darani Taufik dan R. Sukarsih, Adik adiku Dwi Sundari, Devi Julianti, Dea
Shinta dan Vera Julia Rachman, serta seluruh keluarga atas dukungan dan doa serta
kasih sayang yang telah diberikan selama ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
karya ilmiah ini baik ilmu serta kemampuan. Akhirnya semoga karya ilmiah ini
bermanfaat.

Bogor,

Agustus 2015

M. Yogie. S

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................iv
I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah ....................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................3
1.4 Manfaat ......................................................................................................3
1.5 Kerangka Pemikiran ...................................................................................3
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KEBIJAKAN
2.1 Tinjauan Pustaka ........................................................................................5
2.1.1 Konsepsi Pengembangan Wilayah .....................................................5
2.1.2 Definisi Kawasan Perbatasan .............................................................7
2.1.3 Pendekatan Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan Perbatasan .......7
2.1.4 Trans-border/Interaksi Antarnegara ....................................................9
2.1.5 Studi Komparatif Pengelolaan Perbatasan Negara-Negara di Eropa ...12
2.2 Tinjauan Kebijakan ....................................................................................14
2.2.1 Kebijakan Nasional Pengembangan Kawasan Perbatasan...................14
2.2.2 Perjanjian dan Kerjasama Indonesia-Malaysia ...................................17
III. METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian .....................................................................21
3.2 Jenis Data dan Metode Analisis .................................................................22
3.3 Bahan dan Alat ...........................................................................................22
3.4 Metode Pengumpulan Data .........................................................................22
3.5 Teknik Analisis Data ..................................................................................22
3.5.1 Analisis Deskriptif .............................................................................23
3.5.2 Analisis Tipologi Klassen ..................................................................24
3.5.3 Analisis Location Quotient (LQ) ........................................................25
3.5.4 Analisis Skalogram ............................................................................26
3.5.5 Gravitasi ............................................................................................28
3.5.6 SWOT ...............................................................................................29
3.5.7 Analytical Hierarchy Process (AHP) ..................................................33
IV. GAMBARAN UMUM KAWASAN PERBATASAN
4.1 Kawasan Perbatasan Negara di Provinsi Kalimantan Barat .........................34
4.2 Letak Geografis dan Administrasi...............................................................35

4.3 Fisik Kawasan ............................................................................................36
4.4 Kependudukan dan Sosial Budaya ..............................................................37
4.5 Kondisi Perekonomian ...............................................................................39
4.6 Sarana dan Prasarana ..................................................................................40
4.7 Sistem Transportasidi Kawasan Perbatasan.................................................41
4.8 Kondisi Lintas Batas...................................................................................46
4.9 Kondisi Sarawak Malaysia .........................................................................46
V. ANALISIS KAWASAN PERBATASAN DAN LINTAS BATAS
5.1 Analisis Tingkat Perkembangan Kawasan Perbatasan .................................49
5.2 Analisis Lintas Batas Kabupaten Kapuas Hulu- Sarawak (Malaysia) ..........58
5.3 Potensi Pengembangan Kawasan Perbatasan dan Lintas Batas ....................65
5.4 Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan Dan Lintas Batas ..................68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan ................................................................................................85
6.2 Saran ..........................................................................................................85
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................86
LAMPIRAN .............................................................................................................88
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 110

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Tinjauan kebijakan terkait pengembangan kawasan perbatasan....................14
Tabel 2 Perjanjian batas wilayah negara dan lintas batas ..........................................17
Tabel 1 Jumlah penduduk wilayah perbatasa tahun 2012 ..........................................22
Tabel 2 Tujuan, jenis, sumber dan teknik analisis data serta keluaran ......................23
Tabel 5 Klasifikasi Sektor PDRB Menurut Tipologi Klassen....................................25
Tabel 6 Variabel Analisis Sektor Unggulan ..............................................................26
Tabel 7 Variabel Analisis Komoditas Unggulan .......................................................26
Tabel 8 Variabel Analisis Skalogram .......................................................................27
Tabel 3 Matriks Internal Strategic Factor Analysis Summary (IFAS) ........................... 30
Tabel 10 Matriks External Strategic Factor Analysis Summary (EFAS) ...................31
Tabel 11 Administrasi kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu....................35
Tabel 12 Jumlah Penduduk wilayah perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu ............38
Tabel 13 Perkembangan struktur ekonomi Kabupaten Kapuas Hulu (jutaan rupiah) .40
Tabel 14 Transportasi sungai di Kawasan Perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu .......42
Tabel 15 Jumlah terminal di kawasan perbatasan ......................................................42
Tabel 16 Data Jaringan jalan Kawasan perbatasan Kapuas Hulu...............................43

iii

Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel
Tabel

17 Rute pencapaian kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu ..............44
18 Fasilitas pos lintas batas di wilayah perbatasan antarnegara .......................46
19 Fasilitas keamanan di kawasan perbatasan .................................................47
20 Kegiatan keimigrasian Pos Lintas Batas Nanga Badau Tahun 2012 ..........47
21 Indeks Perkembangan Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu ...................50
22 Kondisi struktur dengan tingkat pertumbuhan ekonomi ............................52
23 Typologi Klassen.......................................................................................53
24 Hasil analisis LQ Tahun 2012....................................................................54
25 Komodita Unggulan Tanaman Pangan, Perikanan dan Peternakan .............55
26 Hasil analisis LQ komoditas unggulan perkebunan tahun 2012 ..................56
27 Indeks interaksi kecamatan di kawasan perbatasan dengan Malaysia .........58
28 Analisis aktvitas lintas batas indonesia-malaysia di Kabupaten ..................59
29 Potensi pengembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu ....66
30 Potensi pengembangan lintas batas Kabupaten Kapuas Hulu- Malaysia .....67
31 Faktor internal dan eksternal pengembangan kawasan perbatasan ..............68
32 Internal Strategic Factor Anaysis Summary (IFAS) ..................................70
33 External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)...............................71
34 Hasil analisis matriks SWOT Pengembangan Kawasan Perbatasan............72
35 Program pengembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu ..74
36 Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan Lintas Batas antar negara.....77
37 Internal Strategic Factor Anaysis Summary (IFAS) ...................................78
38. External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS)..............................79
39 Hasil analisis matriks SWOT Pengembangan Lintas Batas ........................80
40 Arahan program pengembangan lintas batas antar negara ....................... 82

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka pikir ..........................................................................................4
Gambar 2 Sistematika konsep-konsep wilayah ..........................................................6
Gambar 3 Enam pilar dalam ilmu pengembangan wilayah ........................................6
Gambar 4 Teory boundary making ............................................................................8
Gambar 5 Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan .........................................8
Gambar 6 Ilustrasi interaksi antarnegara ....................................................................10
Gambar 7 Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan perbatasanmenuju ................11
Gambar 8 Model interaksi kawasa perbatasan (Martinez 1988). ................................11
Gambar 1 Integrasi fungsional dan kelembagaan ......................................................12
Gambar 2 Integrasi fungsional dan kelembagaan Irlandia-Irlandia Utara ...................13
Gambar 11 Peta Rencana Struktur Ruang Kabupaten Kapuas Hulu ...........................16
Gambar 12 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Kapuas Hulu.................................16
Gambar 13 Negara Anggota ASEAN ........................................................................19
Gambar 14 Wilayah studi kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu ...............21
Gambar 15 Matriks SWOT .......................................................................................29

Gambar 16 Model matriks eksternal ..........................................................................32
Gambar 3 Metode Matriks Space .............................................................................17
Gambar 18 Peta Kawasan Perbatasan Pulau Kalimantan ...........................................34
Gambar 19 Kondisi jalan menuju Kecamatan Badau dan Puring Kencana .................44
Gambar 20 Bandara Pangsuma Putussibau ................................................................45
Gambar 21 Kondisi PLB Badau, Kecamatan Badau ..................................................46
Gambar 22 Kondisi Kota Sri Aman dan Serian di Sarawak Malaysia Timur ..............48
Gambar 4 Fasilitas pendidikan di Sarawak, Malaysia Timur .....................................48
Gambar 24 Peta Analisis indeks perkembangan kecamatan (Hierarki) .......................51
Gambar 25 Peta analisis sebaran komoditas unggulan perkebunan ............................57
Gambar 5 Perkebunan sawit dan keret di kawasan perbatasan ...................................57
Gambar 6 Ekspor perdana CPO ke Malaysia melalui PLB Badau..............................58
Gambar 28 Analisis bentuk interaksi lintas batas Indonesia-Malaysia .......................59
Gambar 29 Analisis AHP untuk Persepsi pengembangan lintas batas ........................64
Gambar 30 Proses Wawancara Expert .......................................................................64
Gambar 31 Hasil Analisis AHP Faktor Internal dan Eksternal Pengembangan ..........69
Gambar 32 Matriks Strategi Pengembangan Kawasan Perbatasan .............................72
Gambar 33 Hasil analisis AHP faktor internal dan eksternal pengembangan .............78

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Analinis Skalogram ......................................................................88
Lampiran 2 Hasil Analisa LQ...................................................................................93
Lampiran 3 Kuisioner ..............................................................................................94

1

I. PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Secara geografis kawasan perbatasan Kalimantan Barat dengan Malaysia berada
paling utara Provinsi Kalimantan Barat membentang dari barat ke timur sepanjang
sekitar 805 km, meliputi Kabupaten Sambas, Bengkayang, Sanggau, Sintang, dan
Kapuas Hulu. Jika diasumsikan kawasan perbatasan merupakan kawasan yang berjarak
20 km dari garis batas sepanjang 966 km, terhitung dari tanjung Dato, Kabupaten
Sambas yang berada diujung paling barat sampai ke Kabupaten Kapuas Hulu yang
berada diujung paling timur, dengan luasan meliputi 19.320 km2, atau 1.932.000 ha.
Perkembangan kebijakan pembangunan mengisyaratkan perubahan paradigma
pembangunan dikawasan perbatasan. Undang Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang
RPJP Nasional 2005-2025 telah mengembalikan arah pengembangan wilayah
perbatasan negara dari yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi
outward looking, sehingga pendekatan keamanan (security approach) yang digunakan
dimasa lampau dianggap tidak lagi sesuai. Pertimbangan pendekatan kesejahteraan
(prosperity approach) dianggap juga ikut berperan besar dalam menjaga ketahanan
wilayah-wilayah terluar dinegara Indonesia. Penyesuaian juga merupakan jawaban dari
perkembangan dan kebutuhan yang muncul di kawasan perbatasan, karena sumberdaya
alam dan sumberdaya manusia yang tersedia harus dapat dikelola dengan baik agar
tidak memicu timbulnya konflik dan ancaman yang lebih besar.
Reorientasi paradigma pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan
perbatasan menjadi outward looking diwujudkan dalam kebijakan spasial nasional
melalui Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional yang menetapkan kawasan perbatasan sebagai Kawasan Strategis Nasional
(KSN) dalam bidang pertahanan dan keamanan dengan tetap memperhatikan
kesejahteraan masyarakat. Peraturan Pemeritah Nomor 26 Tahun 2008
mengamanatkan bahwa pada tahun 2019 seluruh kawasan perbatasan negara sudah
dapat dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya dalam aspek kesejahteraan,
pertahanan keamanan, dan lingkungan. Untuk mendorong pertumbuhan kawasan
perbatasan, telah ditetapkan 26 kota dikawasan perbatasan diarahkan menjadi Pusat
Kegiatan Strategi Nasional sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pusat pelayanan,
bahkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara
tetangga.
Perkembangan pembangunan kawasan secara global maupun regional juga
mengisyaratkan peningkatan interaksi dan kerjasama antar negara-negara secara
multilateral maupun bilateral. Indonesia memiliki kerjasama di regional kawasan Asia
Tenggara melalui Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara. Salah satu kerjasama
yang diikuti Indonesia adalah Komunitas ASEAN yang bertujuan untuk lebih
mempererat integrasi ASEAN dalam menghadapi perkembangan konstelasi politik
internasional. Negara-negara ASEAN memproklamirkan pembentukan komunitas
ASEAN (ASEAN Community) yang terdiri atas tiga pilar yaitu: Komunitas Keamanan
ASEAN (ASEAN Security Community/ASC), Komunitas Ekonomi ASEAN (ASEAN
Economic Community/AEC), Komunitas Sosial-Budaya ASEAN (ASEAN SocioCultural Community/ASCC).

2

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata
Ruang Nasional (RTRWN) maka wilayah perbatasan ditetapkan sebagai Kawasan
Strategis dari sudut pandang pertahanan dan keamanan. Salah satu Kabupaten di
Kawasan perbatasan yang strategis adalah Kabupaten Kapuas Hulu. Kabupaten
Kapuas Hulu merupakan kabupaten paling timur yang berbatasan dengan Negara
Malaysia. Kawasan Perbatasan Kabupaten Kapuas Hulu terletak cukup jauh dengan
Pusat Kegiatan Nasional (PKN) Kota Pontianak. Kondisi demikian menyebabkan
akses terhadap pelayanan ke Ibukota provinsi tersebut terbatas karena jarak yang jauh
serta aksessibilitas yang rendah.
Kabupaten Kapuas Hulu mempunyai kepentingan strategis sebagai kawasan
perbatasan dari sudut pandang pertahanan dan keamanan negara, Kawasan Perbatasan
Kabupaten Kapuas Hulu merupakan wilayah dengan tingkat perkembangan rendah
dibandingkan dengan wilayah perbatasan lainnya di Kalimantan Barat. Dengan kondisi
tertinggal, terpencil, serta terbatasnya sarana dan prasarana wilayah, maka wilayah
perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu dikatagorikan agak tertinggal (Bappenas 2007).
Rendahnya dukungan infrastruktur pembangunan maupun infrastruktur pertahanan dan
keamanan menyebabkan lemahnya pengawasan terhadap wilayah perbatasan sehingga
dapat merugikan secara politik, sosial, ekonomi bagi Kabupaten Kapuas Hulu.
Dalam rangka mengejar ketertinggalan perlu dilakukan pembangunan
infrastruktur fisik maupun sumber daya manusia. Reorientasi arah pembangunan yang
lebih mengutamakan kesejahteraan harus dioptimalkan melalui pemanfaatan potensi
sumberdaya. Modal lainya pembangunan kawasan perbatasan adalah hubungan
Indonesia dan Malaysia yang sudah terjalin lama. Adanya kesamaan rumpun suku
mengakibatkan timbulnya interaksi secara sosial, budaya maupun ekonomi, hubungan
tersebut tidak dipandang sebagai ancaman namun sebagai peluang untuk
pengembangan kawasan perbatasan.
Optimalisasi pembangunan kawasan perlu diperhatikan berbagai aspek antara
lain aspek pembangunan kawasan, aspek batas wilayah negara serta aspek lintas batas
antar negara. Dalam rangka tersebut maka penelitian ini dilakukan untuk merumuskan
strategi pengembangan kawasan perbatasan dan pengembangan lintas batas antar
negara. Strategi ini dirumuskan untuk meningkatkan pembangunan kawasan
perbatasan dan optimalisasi hubungan interaksi dengan Malaysia sebagai peluang
pengembangan kawasan.
1.2 Perumusan Masalah
Kondisi kawasan perbatasan kabupaten Kapuas hulu saat ini menuntut adanya
pembangunan setiap sektor-sektor pelayanan yang strategis. Pembangunan sektor
strategis bagi pelayanan dasar kawasan diharapkan dapat mendorong aktifitas
perekonomian yang berdampak pada kesejahteraan masyarakat. Selain persoalan
pemenuhan kebutuhan pembangunan dalam negeri, kawasan perbatasan juga dituntut
untuk mampu mengoptimalkan potensi dirinya sebagai negara yang berbatasan.
Aktifitas lintas batas Indonesia dengan Sarawak Malaysia sudah terjalin cukup lama
yang terangkum dalam beragam bentuk interaksi. Namun demikian potensi interaksi
ini belum dilakukan optimal untuk mengembangkan kawasan perbatasan negara.
Potensi interaksi lintas batas kedua negara diharapkan dapat memicu perkembangan
kawasan perbatasan.

3

Dalam rangka menjawab tantangan pembangunan kawasan perbatasan dan
mengoptimalkan interaksi serta kerjasama antar negara maka perlu dikaji strategi
dalam upaya pengembangan kawasan perbatasan dan lintas batas antar negara di
Kabupaten Kapuas Hulu. Pertanyaan dalam penelitian ini disusun sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu.
2. Bagaimana pengelolaan lintas batas antar negara di kawasan perbatasan
Kabupaten Kapuas Hulu.
3. Bagaimana strategi pengembangan kawasan perbatasan dan lintas batas di
Kabupaten Kapuas Hulu.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Analisis perkembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu.
2. Analisis pengelolaan lintas batas di kawasan perbatasan Kabupaten Kapuas
Hulu.
3. Merumuskan strategi pengembangan kawasan perbatasan dan lintas batas di
Kabupaten Kapuas Hulu
1.4 Manfaat
Manfaat studi pengembangan Wilayah Perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu,
antara lain :
1.
Bagi Pemerintah Kabupaten.
Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu dapat menggunakan hasil penelitian ini
sebagai informasi dan bahan masukan bagi pengembangan wilayah perbatasan
antar negara di Kabupaten Kapuas Hulu.
2.
Bagi Keilmuan.
Studi ini diharapkan dapat memperkaya khasanah bagi perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya disiplin ilmu perencanaan wilayah serta pengetahuan
umum lainnya yang berkaitan dengan perencanaan wilayah dikawasan
perbatasan.
3.
Sebagai acuan bagi pengembangan kegiatan penelitian lanjutan.

1.5 Kerangka Pemikiran
Sebagai langkah pertama, pada kerangka pemikiran yang merupakan gambaran
umum alur berpikir dari studi yang dilakukan ini adalah mendeskripsikan isu,
fenomena dan permasalahan sebagai latar belakang pemilihan tema, yaitu mengetahui
tingkat perkembangan kawasan perbatasan di Kabupaten Kapuas Hulu, baik dari segi
teoritis maupun empiris melalui studi kepustakaan. Tahapan berikutnya adalah
menganalisis terkait pengembangan kawasan perbatasan dan lintas batas. Analisis
dilakukan terhadap tingkat perkembangan kawasan perbatasan dengan menganalisis
indeks tingkat perkembangan wilayah berdasarkan sarana dan prasarana, ekonomi
kawasan serta sektor unggulan dan komoditas unggulan.

4

Analisis kedua adalah analisis interaksi masyarakat kedua negara melalui dengan
melihat jumlah pelintas batas, serta aktifitas lintas batas yang terjadi fisik, sosialbudaya, ekonomi maupun penyediaan infrastruktur Selanjutnya dilakukan penilaian
terhadap tingkat interaksi yang terjadi antar kawasan dikedua negara.Pada kedua
analisis diatas kemudian diperoleh hasil penilaian mengenai potensi pengembangan
kawasan dan tingkat interaksi lintas batas antar negara. Kemudian dirumuskan strategi
pengembangan kawasan perbatasan dan lintas batas di Kabupaten Kapuas Hulu.
Adapun kerangka pemikiran yang mendasari pendekatan tersebut, secara diagramatis
dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir

5

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KEBIJAKAN
2.1

Tinjauan Pustaka

2.1.1 Konsepsi Pengembangan Wilayah
Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengartikan
wilayah sebagai “ruang” yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur
terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administrasi dan aspek
fungsional. Berdasarkan Undang-Undang diatas maka ada dua aspek yang harus
diperhatikan dalam konsepsi wilayah yaitu: Pertama, di dalam wilayah ada unsur-unsur
yang saling terkait,yaitu ruang yang berfungsi lindung dan ruang berfungsi budidaya.
Kedua, adanya pengertian deliniasi fungsi berdasarkan koordinasi geografis dan
wilayah fungsi tertentu lainya. Menurut Rustiadi et al (2011) klasifikasi konsep
wilayah yang dikenal selama ini adalah: (1) Wilayah Homogen (uniform), (2) Wilayah
Sistem/Fungsional, dan (3) Wilayah Perencanaan / Pengelolaan (planning regionatau
programming region). Dalam pendekatan klasifikasi wilayah ini, wilayah modal
dipandang sebagai salah satu bentuk dari konsep wilayah sistem, sedangkan dalam
kelompok konsep wilayah perencanaan, terdapat konsep wilayah administratif politis
dan wilayah perencanaan fungsional. Gambar 2 mendeskripsikan sistematika
pembagian dan keterkaitan berbagai konsep wilayah.
Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai tujuan agar wilayah itu
berkembang menuju tingkat perkembangan yang diinginkan. Menurut Riyadi (2002)
tujuan utama pengembangan wilayah adalah menyerasikan berbagai kegiatan
pembangunan sektor dan wilayah, sehingga pemanfaatan ruang dan sumberdaya yang
ada di dalamnya dapat optimal, mendukung kegiatan kehidupan masyarakat sesuai
dengan tujuan dan sasaran pengembangan wilayah yang diharapkan. Untuk mencapai
tujuan-tujuan pembangunan dalam pengembangan wilayah,upaya-upaya pembangunan
harus diarahkan pada efisiensi (efficiency), pemerataan (equity), dan keberlanjutan
(sustainability) (Anwar 2005; Rustiadi et a. 2007).
Prinsip-prinsip pengembangan wilayah dalam rangka menjawab tantangan
pengembangan wilayah, baik antisipasi terhadap globalisasi dan perdagangan bebas,
kesenjangan wilayah, namun tetap sesuai dengan prinsip desentralisasi, adalah sebagai
berikut: (1) Pengembangan wilayah harus berbasis pada sektor unggulan ;(2)
Pengembangan wilayah dilakukan atas dasar karakteristik daerah ; (3) Pengembangan
wilayah harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu ; (4) Pengembangan
wilayah mutlak harus mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang (forward
and backward linkage) secara kuat, dan (5) Pengembangan wilayah dilaksanakan
sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi.
Pengembangan suatu wilayah atau kawasan harus didekati berdasarkan
pengamatan terhadap kondisi internal dan sekaligus mengantisipasi perkembangan
eksternal. Faktor-faktor kunci yang menjadi syarat perkembangan kawasan dari sisi
internaladalah pada pola-pola pengembangan: (1) sumber daya manusia, (2)
informasi, (3) sumber- sumber daya modal dan investasi, (4) kebijakan dalam
investasi,(5) pengembangan infrastruktur,(6) pengembangan kemampuan kelembagaan
lokal dan kepemerintahan, serta (7) berbagai kerjasama dan kemitraan yang harus
digalang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

6

Gambar 2 Sistematika konsep-konsep wilayah (Rustiadi et al. 2011)
Dalam ilmu pengembangan wilayah, untuk analisis pengembangan wilayah
setidaknya ditopang oleh enam pilar yaitu: (1) analisis biogeofisik; (2) analisis
ekonomi;(3) analisis sosial budaya; (4) analisis kelembagaan ; (5) analisis lokasi dan
(6) analisis lingkungan menurut (Gambar 3).

Gambar 3 Enam pilar dalam ilmu pengembangan wilayah (Budiharsono 2007)

7

2.1.2 Definisi Kawasan Perbatasan
Kata “perbatasan” merupakan kata benda yang berasal dari kata dasar “batas”,
diartikan sebagai “suatu alat/bentuk/tempat pemisah”. Batas adalah tanda pemisah
antara suatu wilayah dengan wilayah lainya, baik berupa tanda alamiah maupun buatan
menurut pendapat ahli geografi dan politik pengertin perbatasan dibedakan menjadi
dua yaitu boundaries dan frontier. Kedua definisi ini mempunyai arti dan makna
yang berbeda meskipun keduanya saling melengkapi dan mempunyai nilai strategi
bagi kedaulatan wilayah negara. Menurut Moodie (1991). Dalam bahasa sehari hari
istilah boundaries dan frontier tidak ada bedanya. Tetapi dalam perspektif geografi
politik kedua istilah tersebut mempunyai makna yang berbeda. Boundaries diartikan
sebagai garis-garis yang mendemarkasikan batas-batas terluar dari suatu wilayah
Negara, sedangkan frointier merupakan zona (jalur) dengan lebar yang berbeda yang
berfungsi sebagai pemisah dua wilayah yang berlainan negara. Menurut Whittersley
(1982) boundary adalah batas wilayah negara atau perbatasan dimana secara aklamasi
letak negara dalam rotasi dunia yang ditentukan, dan mengikat secara bersama-sama
atas rakyatnya dibawah suatu hukum dan pemerintahan yang berdaulat. Frontier
adalah daerah perbatasan dalam suatu negara yang mempunyai ruang gerak terbatas
akan tetapi karena lokasinya berdekatan dengan negara lain sehingga pengaruh luar
dapat masuk kenegara tersebut yang berakibat munculnya masalah pada sektor
ekonomi, politik, social, budaya setempat yang kemudian berpengaruh pula terhadap
kestabilan dan keamanan serta integritas suatu negara.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah
Negara mengartikan Kawasan perbatasan adalah suatu kawasan yang merupakan
bagian dari wilayah negara yang terletak pada sisi dalam sepanjang batas wilayah
Indonesia dengan negara lain, dalam hal batas wilayah negara di darat, kawasan
perbatasan berada di kecamatan. Istilah kawasan perbatasan menurut buku utama
rencana induk pengelolaan perbatasan negara merupakan wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berbatasan dengan negara lain, dan batas-batas
wilayahnya ditentukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Undang Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
menggolongkan wilayah perbatasan menjadi kawasan strategis nasional yaitu sebagai
wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat
penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara,
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Membatasi pengertian diatas maka penulis
dalam studi ini mendefiniskan kawasan perbatasan sebagai kawasan yang secara
geografis berbatasan langsung dengan negara tetangga dan penduduknya mempunyai
interaksi langsung dengan negara tetangga berupa aktifitas lintas (contoh: sosial,
budaya, ekonomi)
2.1.3 Pendekatan Pembangunan dan Pengelolaan Kawasan Perbatasan Negara
Secara teoritis menurut Jones (1945) dalam bukunya A handbook for
statesment, treaty editor and boundery commissioners membagi ruang lingkup
pengelolaan perbatasan dalam 4 (empat) tahapan, yakni allocation/alokasi,
delimitation/delimitasi, demarcatiom/demarkasi, dan administration/administrasi
(manajemen pembangunan). Tahap alokasi, delimitasi, dan demarkasi lebih banyak
terkait pada aspek pengelolaan batas wilayah negara (boundary line), maka tahap
administrasi lebih terkait pada aktivitas pembangunan di kawasan perbatasan
(boundary area), sehingga pembangunan dan pengelolaan merupaan dua hal yang

8

tidak dapat dipisahkan, namun merupakan satu kesatuan konsep dalam proses
perencanaan (Gambar 4)

Gambar 4 Teory boundary making (Jones 1945)
Berdasarkan Desain Besar Pengelolaan Batas Wilayah Negara dan Kawasan
Perbatasan 2011-2025, Pembangunan dan pengelolaan kawasan perbatasan di
Indonesia dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu pendekatan keamanan
pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan lingkungan (Gambar 5). Hal tersebut terkait
dengan fungsi strategis kawasan perbatasan yang merupakan kawasan strategis terkait
integritas dan kedaulatan wilayah negara yang memerlukan pengelolaan secara khusus,
baik dalam konteks keamanan, kesejahteraan, dan lingkungan.
.

Gambar 5 Pendekatan pembangunan kawasan perbatasan (BNPP 2014)
Pengelolaan batas wilayah negara dan kawasan perbatasan diperlukan untuk
memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara, kewenangan
pengelolaan wilayah negara, dan hak–hak berdaulat, serta dilakukan dengan
pendekatan kesejahteraan, keamanan, dan kelestarian lingkungan secara bersamasama. Sejalan dengan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 yang
menyebutkan bahwa upaya pengelolaan batas wilayah negara dan pembangunan

9

kawasan perbatasan diarahkan agar mengedepankan pendekatan kesejahteraan dalam
keseimbangan kepentingan pertahanan keamanan, lingkungan, dan sosial ekonomi
Dalam pengelolaan Wilayah Perbatasan antarnegara dikenal dua pendekatan
pengembangan yaitu pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan
keamanan (security approach). Pengelolaan Wilayah Perbatasan antarnegara telah
mengalami perubahan paradigma yang pada awalnya menggunakan pendekatan
keamanan, menjadi pendekatan kesejahteraan dan pendekatan keamanan secara serasi.
a.
Pendekatan Keamanan (Security Approach)
Pendekatan keamanan dipergunakan dalam pengembangan wilayah perbatasan
karena memandang Wilayah Perbatasan antarnegara sebagai kawasan strategis
yang merupakan batas kedaulatan negara yang harus dilindungi terutama
terhadap munculnya konflik dengan negara tetangga. Penanganan perbatasan
negara, pada hakekatnya merupakan bagian dari upaya perwujudan ruang
wilayah nusantara sebagai satu kesatuan geografis, politik, ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan keamanan .
b.
Pendekatan Kesejahteraan (Prosperity Approach)
Pendekatan keamanan masa lalu mengakibatkan aksesibilitas kawasan
Perbatasan antarnegara dibatasi, dan pembangunan terutama diarahkan untuk
kepentingan pertahanan keamanan negara. Namun kemudian cara pandang
tersebut mengalami pergeseran. Tanpa meninggalkan konsep pertahanan dan
keamanan, pembangunan wilayah perbatasan antar negara di Indonesia mulai
menerapkan prosperity approach. Kawasan perbatasan diharapkan dapat menjadi
kawasan ekonomi yang tumbuh cepat sehingga dapat mendorong percepatan
pembangunan ekonomi seluruh kawasan.
c.
Pendekatan Lingkungan (Ecology Approach)
Pendekatan lingkungan merupakan pendekatan yang mempertimbangan aspek
keberlanjutan ekologis sebagai unsur pengelolaan kawasan perbatasan. Aspek
lingkungan menempatkan perhatian yang besar terhadap pembangunan yang
berbasis pada keberlanjutan dan pertimbangan ekologis sehingga aspek ekologis
dipandang sebagai dasar dan prasyarat untuk semua kehidupan.
2.1.4 Trans-border/Interaksi
Antarnegara
dalam
Pembangunan
dan
Pengelolaan Kawasan Perbatasan
Interaksi antar negara merupakan hubungan perlintasan kedua negara melalui
kepentingan secara sosial-budaya maupun kegiatan perekonomian. Interaksi dilakukan
oleh pelintas batas yaitu penduduk yang diam atau bertempat tinggal dalam wilayah
perbatasan negara serta memiliki kartu identitas lintas batas yang dikeluarkan oleh
instansi yang berwenang. Faktor faktor yang mendukung adanya interaksi lintas batas
dikedua negara antara lain kedekatan geografi, kemudahan sarana, hubungan
kekeluargaan dan keterkaitan sosial budaya. Dalam era globalisasi dewasa ini, cara
pandang pembangunan dan pengelolaan kawasan perbatasan sebagai beranda depan
yang langsung berhubungan dengan negara tetangga harus dipandang dalam konteks
yang lebih luas dari sekedar sebuah wilayah administratif kecamatan, terutama
kaitannya dengan adanya interaksi dengan negara tetangga. Interaksi dengan negara
tetangga ini yang menjadikan pendekatan pembangunan dan pengelolaan kawasan
perbatasan tidak dapat hanya berorientasi pada satu sisi interaksi saja tapi dilakukan
melalui paradigma pendekatan pembangunan yang berorientasi pada dua sisi, baik ke
dalam maupun ke negara tetangga. (Gambar 6)

10

Negara
Tetangga

Indonesia

Ibu Kota
Kab/Kota

Ibu Kota Prov

Lokpri
Distrik/Kecamatan

Interaksi antarnegara

Gambar 6 Ilustrasi interaksi antarnegara sebagai pertimbangan pembangunan dan
pengelolaan kawasan perbatasan (Prescot 1987)
Ilustrasi interaksi tersebut menandakan bahwa pembangunan dan pengelolaan
Kawasan Perbatasan sangat erat dengan adanya interaksi dengan negara tetangga. Oleh
karena itu, untuk menciptakan kawasan perbatasan yang berdaya saing dan mampu
berperan menjadi beranda depan NKRI. Dengan adanya pergeseran paradigma
pembangunan dan pengelolaan yang berorientasi dua sisi melalui pendekatan “transborder” (Gambar 7), maka diharapkan program pembangunan dan pengelolaan yang
disusun dapat menghasilkan strategi-strategi yang tepat untuk mengoptimalkan sumber
daya di kawasan perbatasan, mengelola interaksi dengan negara tetangga, serta
mengharmoniskan hubungan sosio-politik dan kerjasama dengan negara tetangga.
Adanya cara pandang berpikir dua sisi ini akan menghasilkan gambaran apakah
kawasan perbatasan berfungsi sebagai produsen atau sebagai market, sebagai pesaing
atau sebagai komplementer bagi negara tetangga, sehingga strategi pengembangan
kedepan lebih mencerminkan kebutuhan kawasan perbatasan yang sebenarnya. Oleh
karena itu cara pandang dan perhatian terhadap interaksi dan hubungan dengan negara
tetangga menjadi penting untuk menghasilkan gambaran “demand”atau kebutuhan
kawasan perbatasan, sebagai pertimbangan perumusan program-program (supply)
pembangunan dan pengelolaan kawasan perbatasan.

11

Pergeseran Paradigma:

Integrasi Kelem bagaan

kebutuhan

Tidak Terint egrasi menjadi Terint egrasi

Saling M enolak menjadi Saling Bekerjasama

Int egrasi Kaw asan Fungsional

Gambar 7

Pergeseran paradigma pengelolaan kawasan perbatasanmenuju integrasi
interaksi antarnegara

Terkait interaksi lintas batas antar negara maka Martinez (1988) membuat
empat model interaksi perbatasan. Pada awalnya model ini digunakan untuk
mencerminkan bagaimana keamanan wilayah perbatasan dikelola. Keempat juga bisa
digunakan untuk menjelaskan tingkat kematangan hubungan kedua negara. Semakin
matang hubungan kedua negara maka semakin terbuka wilayah perbatasan. Ilustrasi
dibawah ini dapat membantu menjelaskan hubungan interaksi resiprokal antara dua
negara, A dan B. (Gambar 8)

Gambar 8 Model interaksi kawasa perbatasan (Martinez 1988).

12

Keterangan:
1. Model Alianated borderland
Suatu wilayah perbatasan yang tidak terjadi aktifitas lintas batas, sebagai akibat
berkecambuknya perang, konflik, dominasi nasionalisme, kebencian ideologis,
permusuhan agama, perbedaan kebudayaan dan persaingan etnik.
2. Model Coexistent borderland
Suatu wilayah perbatasan dimana konflik lintas batas bisa ditekan sampai ke
tingkat yang bisa dikendalikan meskipun masih muncul persoalan yang
terselesaikan misalnya yang berkaitan dengan masalah kepemilikan sumberdaya
strategis di kawasan prbatasan.
3. Interdependent borderland
Suatu wilayah perbatasan yang kedua sisinya secara simbolik dihubungkun oleh
hubungan internasional yang relatif stabil. Penduduk kedua bagian daerah
perbatasan, juga dikedua negara terlibat dalam berbagai kegiatan perekonomian
yang saling menguntungkan dan kurang lebih dalam tingkat yang setara, misalnya
salah satu pihak mempunyai fasilitas produksi sementara yang lain memiliki tenaga
kerja yang murah.
4. Integrated borderland:
Suatu wilayah perbatasan yang kegiatan ekonominya merupakan sebuah kesatuan,
nasionalisme jauh menyurut pada kedua negara dan keduanya tergabung dalam
sebuah persekutuan yang erat.
2.1.5 Studi Komparatif Pengelolaan Perbatasan Negara Negara di Eropa
Negara-negara maju Eropa pengelolaan kawasan perbatasan dilakukan melalui
mekanisme kerjasama antarnegara. Sohn (2009) dalam penelitiannya memaparkan
bahwa proses perenc