Perencanaan Model Bisnis Industri Premix Kernel Untuk Fortifikasi Beras Di Indonesia

i

PERENCANAAN MODEL BISNIS INDUSTRI PREMIX
KERNEL UNTUK FORTIFIKASI BERAS DI INDONESIA

MUJI BUDIONO

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Model
Bisnis Industri Premix Kernel untuk Fortifikasi Beras di Indonesia adalah benar

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Muji Budiono
NIM F24110095

ii

ABSTRAK
MUJI BUDIONO. Perencanaan Model Bisnis Industri Premix Kernel untuk
Fortifikasi Beras di Indonesia. Dibimbing oleh SLAMET BUDIJANTO.
Dewasa ini defisiensi mikronutrien seperti vitamin A, zat besi, idin dan zinc
menjadi masalah penting bagi kesehatan manusia. Fortifikasi merupakan program
yang dapat menjadi alternatif untuk mengatasi defisiensi mikronutrien. Fortifikasi
zat besi telah dilakukan melalui vehicle beras. Namun perlu dilakukan

komersialisasi melalui perancangan model bisnis. Perancangan model bisnis
industri premix kernel meliputi 9 elemen bisnis model kanvas serta aspek teknis
dan legalisasi. Elemen bisnis model adalah customer segments, value proposition,
channels, customer relationships, revenue streams, key resources, key activities,
key partners, dan cost structure. Pengembangan model bisnis dilakukan dengan test
the problem dan test the solution. Verifikasi model bisnis mencakup elemen value
proposition dan channels. Hasil penelitian menunjukkan bahwa value proposition
dari industri premix kernel adalah memiliki nilai fungsional dan solutif untuk
mengatasi anemia. Channels industri ini adalah toko retail, bisnisman dan agen
pengiriman barang. Harga pokok produksi untuk premix kernel sebesar Rp30
708/kg. Berdasarkan analisis kelayakan finansial NPV proyek ini sebesar Rp 4 232
255 670, IRR 24.88 %, Net B/C 3.30, BEP Rp 1 379 999 999 dan Pay Back Periode
2.16 tahun. Hasil tersebut menunjukkan bahwa industri premix kernel layak untuk
dikembangkan.
Kata kunci: bisnis model kanvas, defisiensi zat besi, premix kernel, studi kelayakan

iii

ABSTRACT
MUJI BUDIONO. Premix Kernel Industry Business Model for Rice Fortification

in Indonesia. Supervised by SLAMET BUDIJANTO.
Nowadays micronutrient deficiency such as vitamin A, iron, iodine and zinc
becomes the crucial problem related to human health. Fortification is an alternative
program to solve micronutrient deficiencies. Iron fortification has been carried out
through the vehicle of rice. However, commercialization through business model
designing should be performed. The business model of premix kernel industry's
consist of 9 elements including technical and legalization aspects. Elements of
business model were customer segments, value propositions, channels, customer
relationships, revenue streams, key resources, key activities, key partners, and cost
structure. Business model development was done by testing the problem and testing
the solution. Verification of business model included value proposition and
channels elements. The results of research showed that value proposition of premix
kernel industry had functional value and solution-for anemia. Channels of this
industry were retail stores, businessmen and delivery agent. Production cost of
premix kernel is Rp 30 708 per kilograms. According to financial feasibility
analysis, NPV of this project implementation Rp 4 232 255 670, IRR 24.88 %, Net
B/C 3.30, BEP Rp 1 379 999 999 and Pay Back Periode 2.16 years. The results
suggest
that
premix

kernel
industry
business
is
feasible.
Keywords: business model canvas, iron deficiency, premix kernel, feasibility study

iv

PERENCANAAN MODEL BISNIS INDUSTRI PREMIX
KERNEL UNTUK FORTIFIKASI BERAS DI INDONESIA

MUJI BUDIONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan


DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga tugas akhir dengan judul “Perencanaan
Model Bisnis Industri Premix Kernel untuk Fortifikasi Beras di Indonesia” ini
berhasil diselesaikan.
Terima kasih penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Ir. Slamet Budijanto, MAgr
selaku dosen pembimbing utama atas bimbingan dan nasihatnya selama
menjalankan perkuliahan hingga penyelesaian tugas akhir. Ir. Sutrisno Koswara,
MSi dan M Syaefudin A, STP, MSi selaku dosen penguji atas arahan dan
masukannya sehingga skripsi ini lebih baik. Bapak Wiryanto, Ibu Parsem, Mba
Yudi, Mas Ludi, Mba Wati dan seluruh keluarga besar atas kasih sayang, doa dan
dukungannya. Teman satu bimbingan Masita Ardi K dan Yustikawati yang telah

membantu dan bekerja sama selama menyelesaikan tugas akhir. Para sahabat M
Abdi Manaf Z, Randy Pramuditha A, Y Indramawan, Sarah Diana, Dewi Emilia,
Mima Uasha, Sahabat Soka Buntu 16 (Aga, Muksin, Farid, Sandi, Ichsan, Hilman,
Yos, Anggun, Ian, dan Brahma) serta teman-teman ITP angkatan 48 lainnya atas
persahabatan, semangat dan dukungannya. Keluarga besar DPPI Himitepa yang
selalu memberi semangat, keceriaan, kekeluargaan dan motivasi kepada penulis.
Serta semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak
langsung.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
membutuhkan serta dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu dan teknologi.
Bogor, Januari 2016
Muji Budiono
F24110095

vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii


DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2


Tujuan Penelitian

2

Manfaat Penelitian

2

Ruang Lingkup Penelitian

2

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3


Proses Pembuatan Premix Kernel

3

Identifikasi Bisnis Model

3

Verifikasi Bisnis Model

3

Analisis Aspek Market

3

Analisis Finansial

4


HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Teknologi Proses Pembuatan Premix Kernel

5

Identifikasi Bisnis Model

6

Hipotesis Elemen Bisnis Model Kanvas

10

Verifikasi Bisnis Model Kanvas

12


Analisis Market

15

Analisis Finansial

18

Kelayakan Bisnis Premix Kernel

19

SIMPULAN DAN SARAN

20

Simpulan

20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

LAMPIRAN

24

RIWAYAT PENULIS

41

viii

DAFTAR TABEL
1 Kebutuhan ruang industri premix kernel
2 Penentuan harga pokok produksi
3 Analisis kelayakan usaha

8
19
20

DAFTAR GAMBAR
Ilustrasi Aktivitas Perusahaan
7
Desain layout industri premix kernel
7
Line produksi premix kernel
9
Hipotesis bisnis model kanvas industri pemix kernel
12
Presentase intensitas pembelian responden terhadap produk pangan
fungsional
13
6 Presentase tingkat kepentingan aspek teknologi dalam keputusan
pembelian
13
7 Hasil uji solusi program fortifikasi zat besi terhadap beras menurut
responden
14
8 Data hasil perbandingan harga jual sesuai pendapat responden
15
9 Bisnis Model Kanvas Industri Premix Kernel di Indonesia
(Osterwalder dan Pigneur 2015)
17
10 Arus distribusi premix kernel
18
1
2
3
4
5

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Mesin dan Peralatan
Daftar Responden
Pertanyaan Wawancara
Asumsi dasar perencanaan bisnis
Perkiraan biaya investasi
Perkiraan biaya produksi
Perkiraan biaya overhead
Proyeksi laba rugi
Laporan arus kas
Angsuran Modal
Profil harga pokok produksi

24
27
29
33
34
35
35
36
38
40
40

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undang-undang Pangan Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan menyebutkan
bahwa “Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya
merupakan hak asasi setiap rakyat Indonesia senantiasa tersedia cukup setiap
waktu, aman, bermutu, bergizi, dan beragam dengan harga terjangkau oleh daya
beli masyarakat”. Berdasarkan definisi tersebut pangan tidak hanya aspek
kuantitatif namun juga kualitatif. Aspek kualitatif erat kaitannya dengan komponen
gizi yang terkandung dalam makanan.
Permasalahan pangan di dunia masih banyak ditemukan. World Health
Report menyatakan bahwa masalah defisiensi mikronutrien di dunia cukup besar
dan beresiko bagi kesehatan manusia. Kasus defisiensi mikronutrien terus
berkembang dan menjadi masalah kesehatan yang cukup penting. Defisiensi
mikronutrien terbesar yaitu vitamin A, zat besi, iodin dan zinc. Salah satu defisiensi
mikronutrien yang cukup besar di Indonesia adalah defisiensi zat besi yng
menyebabkan anemia gizi besi (AGB). Menurut FAO dan WHO (2006), lebih dari
2 milyar penduduk di dunia beresiko anemia gizi besi. Kasus anemia gizi besi
banyak terjadi di negara berkembang. Anemia besi dapat menyebabkan kelelahan
yang berdampak pada rendahnya produktivitas kerja (Dexter 1998). Oleh karena
itu, diperlukan peningkatan status gizi masyarakat dengan melakukan modifikasi
makanan dan penerapan teknologi yang dapat diterima masyarakat luas.
Fortifikasi mikronutrien pada produk pangan dapat menjadi alternatif untuk
memecahkan masalah defisiensi mikronutrien melalui makanan pembawa
(vehicles) (Schmidl dan Theodore 2000). Fortifikasi ditujukan untuk
mempertahankan dan memperbaiki kualitas gizi pada makanan dengan peran utama
pencegahan defisiensi (Siagian 2003). Fortifikasi zat besi merupakan salah satu
fortifikasi yang bersifat wajib (mandatory) sesuai peraturan pangan di Indonesia
untuk mengatasi permasalahan defisiensi zat gizi. Hal ini telah diterapkan pada
produk tepung terigu (BPOM 2004).
Program fortifikasi zat besi telah banyak dilakukan pada produk pangan
pembawa (vehicles) yang disesuaikan dengan pola makan penduduk setempat
seperti tepung, minyak dan lainnya (Soekirman 2011). Namun untuk efektivitas
fortifikasi yang dapat diterima oleh masyarakat luas harus dilakukan dengan produk
yang sering dikonsumsi. Beras merupakan bahan pangan yang paling banyak
dikonsumsi di masyarakat sehingga memudahkan pelaksanaan program fortifikasi.
Selain itu beras memenuhi syarat sebagai makanan pembawa (vehicle). Berikut ini
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam fortifikasi pangan seperti harus
merupakan makanan pokok ataupun makanan yang sering dikonsumsi penduduk,
dapat tetap mempertahankan sifat organoleptik makanan pembawa/vehicle (rasa,
warna ,tekstur dll) setelah proses fortifikasi, adanya monitoring yang tegas terhadap
pelaku fortifikasi, strategi kerjasama yang konkrit antara pemerintah, non
pemerintah dan swasta serta perlu peraturan untuk mendukung fortifikasi (Miller
dan Ross 2013, Untoro 2000)
Fortifikasi mikronutrien dapat dilakukan dengan dusting, coating, dan
ekstrusi (premiks kernel). Metode fortifikasi dengan cara dusting dan coating

2

memiliki kelemahan yaitu mikronutrien mudah hilang karena pencucian dan
pemasakan (Mannar dan Callego 2002). Teknologi hot extrusion dipilih karena
menghasilkan kualitas produk yang lebih baik, biaya murah dan sederhana (Beinner
et al. 2009). Hot extrusion membutuhkan suhu tinggi dalam prosesnya untuk
menggelatinisasi pati dari adonan (Akdogan 1999). Fortifikasi dengan
menggunakan teknologi ekstrusi sering disebut dengan premix kernel. Premix
kernel merupakan butiran menyerupai beras yang mengandung mikronutrien.
Karena dalam bentuk beras merupakan keuntungan tersendiri yaitu dapat
meningkatkan nilai gizi tanpa mengubah kebiasaan konsumsi pangan (Kunz 2009).
Teknologi beras fortifikasi perlu dikomersialisasi untuk memperluas populasi
sasaran. Hal tersebut perlu dukungan organisasi internasional maupun
pemerintahan (Miller dan Ross 2013). Uji coba produksi premix kernel telah
dilakukan di berbagai negara seperti China, Philipina, Mexico dan India (USAID
2008). Pun demikian dilakukan di Indonesia. Namun perlu dilakukan penerapan
model bisnis dan industrialisasi beras premix kernel untuk skala yang lebih besar.
Perancangan bisnis model merupakan media untuk menghasilkan konsep produk
yang tepat. Bisnis model kanvas digunakan sebagai alat bantu untuk
mengorganisasikan ide bisnis untuk mendapatkan konsep produk yang sesuai
(Osterwalder dan Pigneur 2010). Penelitian ini akan membahas perencanaan bisnis
model industri premix kernel di Indonesia yang mencakup aspek pendirian pabrik
dan aspek pasar industri.
Perumusan Masalah
Uji coba fortifikasi zat besi dilakukan pada beras dengan pembuatan premix
kernel. Premix kernel dibuat dengan teknologi hot extrusion. Diperlukan
pengembangan dan perencanaan bisnis model untuk industri premix kernel di
Indonesia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bisnis model industri premix
kernel di Indonesia dan mengubah menjadi bisnis model terverifikasi yang tepat.
Tujuan lain dari penelitian ini adalah merancang pengembangan bisnis produk
premix kernel sehingga dapat diaplikasikan untuk mendirikan industri.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan start up model bisnis untuk
pengembangan bisnis premix kernel dan dapat dijadikan salah satu solusi untuk
mengatasi permasalahan defisiensi mikronutrien di Indonesia.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini meliputi perencanaan bisnis model industri
premix kernel serta pengembangan bisnis produk.

3

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kampus Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor,
Jawa Barat pada bulan Mei 2015 hingga Agustus 2015.
Proses Pembuatan Premix Kernel
Proses pembuatan premix dilakukan tiga tahap yaitu mixing, ekstrusi, dan
pengeringan. Pembuatan premix kernel dilakukan dengan metode hot extrusion
dengan tujuan untuk menghindari kehilangan mineral akibat efek pencucian dan
pemasakan. Premix kernel dibuat dari formula tepung beras dengan campuran
gliseril monostrearat 1 %, air 45 % serta campuran mikronutrien (mineral besi,
vitamin B1, niacin, asam folat, vitamin B12 dan zinc) 6.5 %. Kemudian dilakukan
ekstrusi pada set suhu 80 oC. Pengeringan dilakukan dengan continous dryer selama
15 menit.
Identifikasi Bisnis Model
Langkah awal dalam perancangan bisnis model adalah dengan
memperhatikan aspek teknis yang meliputi lokasi, komposisi, area produksi,
teknologi, proses produksi dan tata letak. Serta aspek legal yang mencakup business
licences dan building permits (Nurmalina et al. 2010).
Bisnis model dibuat untuk mengorganisasikan suatu produk untuk
menggagas bisnis di tingkat abstrak untuk kemudian diuji di tingkat nyata.
Penentuan bisnis model diawali dengan menentukan 9 elemen bisnis model yaitu
Customer segments, Value proposition, Channels, Customer relationships,
Revenue streams, Key Resources, Key Activities, Key partners, dan Cost structure
(Osterwalder & Pigneur 2015). Bisnis model ditentukan secara deskriptif dan
kualitatif (Tjitradi 2015). Pengumpulan data awal dilakukan melalui telaah pustaka.
Verifikasi Bisnis Model
Verifikasi bisnis model dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari
konsumen. Metode pengumpulan informasi yang digunakan adalah metode focus
group interview (Purba 2009). Metode ini mencakup pengambilan data melalui
kuesioner maupun wawancara. Responden yang digunakan dalam penelitian ini
adalah 50 orang.
Analisis Aspek Market
Analisis market yang dilakukan mencakup bauran pemasaran yaitu aspek 4P
(Price, Product, Promotion, dan Place) dan STP (Segmentation, Target, dan
Positioning).

4

Analisis Finansial
Analisis finansial diperlukan untuk melihat kelayakan usaha suatu industri
dari sisi ekonomi. Parameter yang digunakan adalah Net Present Value (NPV),
Internal Rate Return (IRR), Payback Periode (PBP), Breack Event Point (BEP) dan
Net Benefit Ratio (B/C) (Nurmalina et al. 2010).
Net Present Value (NPV)
Net Present Value (NPV) merupakan metode untuk mengukur perbedaan
nilai investasi sekarang dengan biaya dari masa yang akan datang. Formulasi
menghitung NPV adalah:

NPV = ∑
Keterangan:
Bt
= Keuntungan pada tahun ke t
Ct
= Biaya pada tahun ke t
t
= Tahun kegiatan usaha
i
= Discount rate (%)

=


−�

Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return (IRR) adalah tingkat diskon yang menghasilkan nilai
NPV sama dengan nol. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut:

� −

�� = � +



× � −�

Keterangan:
i1
= Discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2
= Discount rate yang menghasilkan NPV negatif
NPV1 = NPV positif
NPV2 = NPV negatif

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan rasio antara jumlah present value yang bernilai positif
dengan jumlah present value yang bernilai negatif. Bisnis dinyatakan layak apabila
memiliki Net B/C lebih besar dari satu dan dinyatakan sebaliknya apabila nilainya
kurang dari satu. Secara umum dirumuskan sebagai berikut:

=





=
=

Keterangan:
Bt
= Keuntungan pada tahun ke t

�− �
+� �

�− �
+� �

=




>
<

5

Ct
t
i

= Biaya pada tahun ke t
= Tahun kegiatan usaha
= Discount rate (%)

Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period (PBP) merupakan perhitungan waktu yang digunakan untuk
mengembalikan investasi awal. Secara matematis, PBP dapat ditentukan dengan
rumus berikut:
=

+



+

+

Keterangan;
n
= periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir
m
= nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir
Bn
= manfaat bruto pada tahun ke-n
Cn
= biaya bruto pada tahun ke-n
Break Even Point (BEP)
Break Even Point (BEP) merupakan titik dimana nilai usaha tidak menderita
kerugian. Total biaya produksi sama dengan total pendapatan atau sering disebut
dengan titik impas. Secara matematis dapat dirumuskan:
� =

















� � �





HASIL DAN PEMBAHASAN
Teknologi Proses Pembuatan Premix Kernel
Teknologi hot extrusion digunakan dalam pembuatan premix kernel untuk
program fortifikasi beras. Hot extrusion dilakukan dengan melewatkan adonan
tepung beras, campuran bahan fortifikasi, dan air melewati ekstruder ulir kemudian
dipotong dengan cutter pada ekstruder menjadi butiran beras artifisial. Teknologi
hot extrusion dipilih karena lebih efektif. Mineral yang difortifikasi lebih homogen
dan tidak mudah tereduksi. Suhu yang digunakan pada proses ini adalah 70o – 110
o
C yang bersumber dari jaket pemanas. Teknik pembuatan beras ekstrusi telah
banyak diaplikasikan sebelumnya di China dan Philipina (USAID 2008). Ekstruder
yang digunakan dalam proses pembuatan beras artifisial ini adalah ekstruder ulir
ganda (twin-screw extruder).
Pembuatan premix kernel dilakukan dengan metode yang sama seperti
pembuatan beras artifisial. Pembuatan beras artifisial meliputi persiapan bahan,
pencampuran, ekstrusi dan pengeringan. Bahan yang digunakan adalah tepung
beras, air 45 %, gliseril monostearat (GMS) 1 %, dan campuran mikronutrien 6.5 %.

6

Fortifikan yang digunakan terdiri dari mineral besi, vitamin B1 (thiamin), niacin,
asam folat, vitamin B12, dan zinc.
Tahap pertama dilakukan pencampuran bahan kering selanjutnya
ditambahkan air hingga merata. Tahapan mixing dilakukan hingga semua bahan
homogen yaitu selama 15-20 menit. Tahap berikutnya dilakukan proses ekstrusi
pada suhu 80 oC. Setelah proses ekstrusi selesai, tahap selanjutnya adalah
pengeringan dengan continous dryer suhu 50 oC hingga kadar air mencapai 13 %
selama 15 menit.
Produk premix kernel dapat disalurkan dalam dua bentuk yaitu beras
fortifikasi dan premix kernel. Beras fortifikasi adalah beras biasa ataupun beras
lokal (non-fortified) yang dicampur premix kernel dengan perbandingan 100:1
(Matthias 2008, de Pee 2014). Premix kernel merupakan campuran vitamin dan
mineral yang berbentuk butiran beras. Perbandingan 100:1 dilakukan agar biaya
produksi tidak terlalu tinggi dan dapat diterima konsumen. Harga yang tidak terlalu
tinggi menjadi salah satu keunggulan selain keunggulan gizinya (Matthias 2008).
Identifikasi Bisnis Model
Bisnis model menjelaskan tentang pemikiran dasar suatu industri/oganisasi
didirikan. Melalui bisnis model dapat dilihat bahwa suatu nilai/produk dapat
diproduksi dan menjamin target konsumen memiliki akses terhadap produk. Bisnis
model dapat digunakan sebagai alternatif strategi perusahaan dalam menentukan
kelayakan usaha. Dalam mendesain bisnis model perlu diperhatikan aspek-aspek
penting terkait pasar seperti aspek teknis, legalitas dan lingkungan.
Aspek Teknis
Aspek teknis merupakan aspek yang berkaitan dengan penggunaan teknologi
maupun kondisi lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi (Hadiguna
2009). Salah satu aspek penting dalam pengembangan bisnis adalah penentuan
lokasi industri. Lokasi yang strategis dapat berpengaruh terhadap efisiensi dan
efektivitas perusahaan. Industri premix kernel ini akan dilokasikan di Kawasan
Industri Karawang, Jawa Barat, Indonesia. Pembangunan industri di kawasan
industri dilakukan karena terkait dengan aspek lingkungan dan legalitas
pertimbangan lain adalah terkait ketersediaan bahan baku, sumber energi listrik
danair, tenaga kerja serta transportasi. Menurut Apple (1977) yaitu penyederhanaan
proses kepemilikan dan masalah pembagian wilayah, kemudahan peizinan, dan
masalah utilitas.

7

Gambar 1 Ilustrasi Aktivitas Perusahaan

Gambar 2 Desain layout industri premix kernel
Keterangan:
A
= Sumber air
B
= Penyimpanan bahan baku
C
= Line produksi
D
= Laboratorium
E
= Ruang pengemasan
F
= Ruang penyimpanan produk
G
= Penanganan limbah
H
= Toilet

8

I
J
K

= Mushola
= Kantor
= Parkir area
Tabel 1 Kebutuhan ruang industri premix kernel

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Ruang
Ruang Produksi
Gudang bahan baku
Laboratorium
Ruang pengemasan
Ruang penyimpanan
Toilet
Mushola
Kantor
Parkir area

Dimensi (m2)
30 x 15
10 x 6
10 x 6
10 x 6
10 x 6
5x5
7x5
7 x 10
15 x 10

Aspek teknis yang lain adalah rancangan pabrik. Perlu dilakukan penyusunan
tata letak agar produksi lebih efektif dan efisien. Tata letak dapat ditentukan
berdasarkan proses maupun produk. Pada kasus ini sistem yang digunakan adalah
tata letak berdasarkan produk. Hal tersebut karena mesin dan peralatan disusun
untuk satu lini produk dan digunakan oleh satu produk dengan skala yang besar.
Gambar 1 dan 2 menunjukkan perencanaan ruang dan perlengkapan perusahaan.
Tata ruang perusahaan terdiri dari tiga fasilitas utama yaitu fasilitas produktif, non
produktif dan pendukung (Griffin dan Ebert 2006). Bagian yang termasuk fasilitas
produktif ialah ruang produksi, gudang bahan baku, dan laboratorium. Fasilitas non
produktif dalam perencanaan adalah ruang pengemasan dan penyimpanan.
Sedangkan fasilitas pendukung yang disediakan adalah kantor, toilet, area parkir
dan mushola.
Penentuan tata letak atau aliran bahan perlu dipertimbangkan dalam pendirian
industri (Machfud dan Agung 1989). Sistem tata letak yang digunakan pada
produksi beras fortifikasi adalah sistem garis lurus (straigth line) atau one stage
production. Pola aliran garis lurus banyak diaplikasikan pada proses produksi yang
pendek (Mahfud dan Agung 1989). Model ini digunakan karena operasi yang
digunakan cukup sederhana dan tidak membutuhkan banyak peralatan dan sedikit
komponen. Model ini juga cukup banyak diaplikasikan pada industri (Gibson et al.
1995).

9

Gambar 3 Line produksi premix kernel
Aspek legalitas dan lingkungan
Aspek legalitas dibutuhkan untuk memastikan kelayakan suatu industri
dijalankan. Karena jika industri tidak layak dijalankan dapat diberhentikan oleh
pihak berwenang. Aspek legalitas mencakup hukum yang mengatur tingkah laku
usaha. Sebelum melakukan kegiatan usaha, perusahaan berkewajiban untuk
memenuhi dokumen penunjang usaha untuk melindungi perusahaan. Dokumen
yang dibutuhkan seperti izin lokasi, izin mendirikan bangunan (IMB), dan pajak
bangunan. Aspek legal lainnya yang pelru dilakukan terkait peredaran produk yaitu
perizinan dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan). Pendaftaran produk
pangan ke BPOM dilakukan secara manual dengan mengisi formulir dan
melakukan pembayaran Rp 3 000 000 untuk mendapatkan nomor registrasi MD
(produk dalam negeri). Berikut merupakan persyaratan pendaftaran nomor
registrasi MD:
1. Sertifikat / Pendaftaran Merek
2. Sampel
3. Komposisi
4. Proses Produksi
5. Spesifikasi Kemasan dan Bahan Baku
6. Hasil Laboratorium produk
7. PSB Pemeriksaan Sarana Balai (dari BPOM Setempat)
8. Foto copy KTP Direktur
9. Foto copy Akta Pendirian Perusahaan
10. Foto copy Domisili, NPWP, SIUP, TDP
11. Foto copy Ijin Usaha Industri / Tanda Daftar Industri (untuk MD)
12. Foto copy Undang-undang Gangguan (untuk MD) (BPOM 2015).
Aspek lingkungan dibutuhkan untuk kelayakan pelaksanaan industri dari segi
keamanan lingkungan. Studi aspek lingkungan meliputi Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) untuk menduga adanya dampak lingkungan dari
kegiatan perusahaan. AMDAL perlu diperhatikan sesuai PP nomor 27 Tahun 1999
Pasal 1 mengenai dampak besar suatu rencana usaha terhadap lingkungan. Arti lain

10

analisis dampak lingkungan adalah teknik untuk menganalisis proyek yang
dijalankan mencemari lingkungan atau tidak mencemari (Kasmir dan Jakfar 2010).
Hipotesis Elemen Bisnis Model Kanvas
Bisnis model kanvas merupakan media yang disusun untuk menggagas ide
bisnis dan biasa digunakan oleh pemula usaha (start-up) untuk fokus pada
pengembangan nilai secara efektif dan efisien. Terdapat sembilan elemen pada
bisnis model kanvas. Berikut merupakan hipotesis awal bisnis model kanvas
industri premix kernel:
Customer segments
Customer merupakan pihak yang memberikan kontribusi dalam hal
peningkatan pendapatan bagi perusahaan. Elemen ini merupakan sasaran yang
ingin dijangkau oleh perusahaan. Hipotesis awal customer segments industri premix
kernel ini adalah masyarakat indonesia secara luas. Namun terdapat sasaran khusus
ialah masyarakat yang menderita anemia gizi besi (AGB). Kalangan masyarakat
kelas menengah ke atas yang peduli terhadap pangan kesehatan juga menjadi
sasaran produk premix kernel.
Value proposition
Elemen ini menggambarkan solusi ataupun keunggulan produk. Tujuan
utamanya adalah kepuasan konsumen. Proporsi nilai merupakan gabungan dari
manfaat dan keunggulan perusahaan yang ditawarkan kepada konsumen
(Osterwalder dan Pigneur 2010). Produk premix kernel ini memiliki keunggulan
teknologi dan nilai fungsional. Premix kernel ini dibuat dengan teknologi yang
sama dengan beras artifisial yaitu menggunakan teknologi hot extrusion. Nilai
fungsional yang didapat dari produk ini adalah memiliki kadar zat besi lebih tinggi
dari beras pada umumnya sehingga dapat dikonsumsi oleh penderita anemia besi
ataupun untuk mencegahnya.
Channels
Elemen ini menggambarkan komunikasi perusahaan dengan customer.
Channels mencakup sarana komunikasi, distribusi dan pemasaran. Channels
merupakan cara bagaimana perusahaan dapat menyampaikan nilai proporsi (value
proposition) kepada customer. Channels bagi premix kernel ini dapat dilakukan dua
cara yaitu secara langsung ataupun tidak langsung. Pemasaran secara langsung
dapat dilakukan di tempat-tempat perbelanjaan seperti retailer (Alfamart,
Indomaret, Giant dan lainnya), maupun Farmer market. Ataupun dapat melalui
program pemerintah seperti beras raskin untuk sasaran masyarakat miskin. Selain
itu dapat pula dikenakan konsep “B to B” atau business to business. Media tidak
langsung seperti menggunakan media sosial ataupun situs belanja online maupun
iklan online. Kemudahan mendapatkan produk merupakan salah satu channel
utama.

11

Customer Relationships
Elemen ini merupakan usaha yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk
menjaga hubungan baik dengan konsumen. Hubungan konsumen dapat dibangun
dengan tiga prinsip menurut Blank dan Dorf (2012) yaitu “Get, Keep, and Grow”.
Get digunakan untuk mendapatkan konsumen yang dilakukan dengan promosi
berbagai media seperti iklan melalui media massa. Keep dengan cara menjaga
kontak dengan kosumen melalui layanan konsumen. Grow dengan mempermudah
akses pembelian dan distribusi produk.
Revenue Streams
Revenue streams merupakan elemen yang cukup vital. Elemen ini
menggambarkan uang tunai yang didapatkan oleh perusahaan. Pendapatan yang
dihasilkan oleh industri premix kernel ini berasal dari penjualan langsung maupun
tidak langsung kepada konsumen. Revenue streams yang diharapkan adalah
penjualan produk langsung maupun dengan cara berlangganan. Dalam satu tahun
diperkirakan mendapat pemasukan dari produksi 486 ton/tahun dengan harga Rp
400/10 gram premix kernel atau Rp 40 943.67 per kilogram.
Key Resources
Key resources merupakan elemen yang meggambarkan aset-aset ataupun
sumber daya yang dimiliki perusahaan dalam menghasilkan value proposition yang
ditawarkan serta meningkatkan pendapatan. Sumber daya dapat berupa sumber
daya finansial seperti modal. Sumber daya investasi berupa peralatan dan bahan
baku. Serta sumber daya intelektual berupa formulasi produk.
Key Activities
Key activities merupakan aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan untuk
menunjang keberhasilan perusahaan dalam mewujudkan value proposition.
Aktivitas yang penting dalam bisnis premix kernel ini adalah pengelolaan bahan
baku dan supply chain untuk menjaga ketersediaan bahan baku. Selain itu juga
dilakukan penelitian untuk mendapatkan produk yang optimal. Serta peningkatan
pemasaran dengan berbagai media. Untuk mendapatkan kepuasan dan kepercayaan
konsumen, perusahaan perlu melakukan sertifikasi seperti Halal dari LPPOM MUI
dan HACCP.
Key Partnership
Key partnership merupakan mitra kerja sama dalam menjalankan perusahaan.
Perusahaan membentuk mitra dengan tujuan mengoptimalkan model bisnis dan
memperoleh sumber daya. Partnership dapat meningkatkan performa perusahaan.
Menjalin kerja sama dengan partner (supplier) dapat menekan biaya produksi
(Dewobroto 2013). Mitra kerja produk premix kernel adalah supplier mikronutrien,
BULOG dan Balai Penelitian Pasca Panen. Banyak studi yang menganjurkan
bahwa kerja sama supplier dan pengembangan produk menghasilkan dampak
positif bagi industri (Bombaywala dan Andra 2014).
Cost Structure
Struktur biaya menggambarkan semua biaya yang dikeluarkan dalam
mengoperasikan model bisnis. Struktur biaya meliputi biaya investasi, biaya

12

produksi, dan biaya operasional. Struktur biaya diperlukan untuk membentuk value
yang dapat diterima konsumen. Selain itu dibutuhkan pula biaya promosi untuk
meningkatkan pasar.
Key Partners
- Supplier
mikronutrien
- Perum
BULOG
- Balai
Penelitian
Pasca Panen

Key Activities
- Pengelolaan
bahan
baku
untuk menjaga
ketersediaan
bahan
- Penelitian dan
pengembangan
produk
- Pemasaran
- Sertifikasi

Value
Customer
Customer
Proposition
Relationships
Segments
- Promosi
di Masyarakat
Memiliki
berbagai media Indonesia
nilai
teknologi dan - Komunikasi
secara
konsumen
nilai
umum atau
melalui
fungsional
secara
layanan
(fortifikasi
khusus
konsumen
besi)
dan
adalah
solutif untuk - Mempermudah masyarakat
akses
mengatasi
kelas
pembelian
anemia gizi
menengah
produk
besi (AGB)
ke atas yang
peduli akan
Key Resources
Channels
kesehatan
- Finansial untuk
- Toko retailer
dan orang
modal
- Industri
- Investasi
- Farmer Market yang
berupa
- Program raskin menderita
anemia gizi
peralatan dan
pemerintah
besi (AGB)
bahan baku
- Intelektual
berupa
pengembangan
produk
Cost Structure
Revenue streams
- Biaya Investasi
Penjualan produk secara langsung dan melalui
- Biaya produksi
biaya distribusi berlangganan
- Biaya
promosi
untuk
pemasaran
Gambar 4 Hipotesis bisnis model kanvas industri pemix kernel
Verifikasi Bisnis Model Kanvas
Pengujian Masalah
Tahap lanjutan dari pembuatan hipotesis bisnis model adalah pengujian
masalah. Tahap ini dilakukan melalui survei/wawancara kepada 50 responden calon
pembeli untuk menguji model bisnis yang dilakukan (Blank dan Dorf 2012).
Pengujian masalah dilakukan untuk memverifikasi hipotesis awal dari bisnis model
serta untuk mendapatkan informasi pengetahuan responden terhadap produk.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan ditemukan bahwa sebanyak 22 %
responden sering mengonsumsi produk pangan fungsional, 54 % di antaranya
kadang-kadang dan sisanya menyatakan tidak pernah mengonsumsi. Betoret et al.

13

(2011) menyatakan bahwa dalam satu dekade terakhir kepedulian manusia terhadap
kesehatan meningkat. Konsumen mulai percaya bahwa makanan dapat
mempengaruhi tingkat kesehatan.

22%

24%

Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah/Tidak
Tahu

54%

Gambar 5 Presentase intensitas pembelian responden terhadap produk pangan
fungsional
Berdasarkan informasi intensitas pembelian diperoleh calon konsumen
potensial untuk melanjutkan uji masalah. Uji masalah lanjutan ini ditemukan
masalah pada elemen bisnis model yaitu value proposition. Hipotesis awal
menyatakan bahwa value proposition produk premix kernel adalah nilai fungsional
dan aspek teknologi. Value proposition pertama adalah nilai fungsional produk.
Dalam wawancara ini uji masalah mengarahkan konsumen terhadap program yang
solutif untuk mengatasi masalah defisiensi zat besi terkait dengan nilai fungsional
produk. Responden menyatakan bahwa program fortifikasi zat besi pada beras lebih
solutif dalam mengatasi defisiensi zat besi. Nilai proporsi terkait aspek teknologi
diuji dengan melihat tingkat kepentingannya terhadap keputusan pembelian.
Setelah dilakukan uji masalah didapatkan value proposition berupa aspek teknologi
tidak terlalu berpengaruh. Berdasarkan tingkat kepentingan dalam keputusan
pembelian, teknologi tidak terlalu penting sehingga dapat dihilangkan dari value
proposition.

0% 0%
16%
Sangat penting
38%

Penting
Cukup penting
Tidak penting
46%

Sangat tidak penting

Gambar 6 Presentase tingkat kepentingan aspek teknologi dalam keputusan
pembelian

14

Hasil pengujian masalah pada poin channels dapat dipertahankan yaitu
dengan melakukan penjualan di berbagai retailer (Giant, Alfamidi, Indomaret dan
lainnya). Selain itu dengan konsep “B to B” memudahkan pemasaran produk. Hal
ini terkait dengan tingkat kepentingan lokasi untuk mendapatkan produk. Hasil
wawancara menyatakan bahwa 62 % responden menyatakan tempat penjualan
produk sangat penting, 26 % lainnya menyatakan penting dan 12 % menyatakan
cukup penting. Menurut Aji dan Widodo (2010), lokasi penjualan dapat
mempengaruhi perilaku konsumen. Lokasi penjualan dipengaruhi beberapa faktor
seperti kemudahan dijangkau serta kemudahan distribusi.
Pengujian Solusi
Pengujian solusi bertujuan untuk memastikan asumsi-asumsi dari hipotesis
bisnis model dapat menyelesaikan masalah. Tahapan ini masih berkaitan dengan
pengujian masalah. Pengujian solusi diberikan terkait elemen value proposition dan
channels. Bentuk pengujian terkait solusi value proposition adalah melalui jawaban
responden terkait solutif atau tidaknya program fortifikasi ini.

28%
Ya
Tidak
10%

62%

Ragu-ragu

Gambar 7 Hasil uji solusi program fortifikasi zat besi terhadap beras menurut
responden
Sebanyak 62 % responden menyatakan bahwa program fortifikasi ini
memberikan solusi kesehatan untuk mengatasi kekurangan zat besi. Menurut Hotz
et al. (2008), program fortifikasi zat besi mampu meningkatan status gizi pada
wanita dan mengatasi anemia gizi besi. Uji solusi dilakukan juga untuk menentukan
harga jual yang diterima konsumen. Harga jual dilakukan dengan pendekatan
produk beras fortifikasi. Hasil pengujian solusi harga jual diperoleh 56 % responden
setuju apabila beras fortifikasi dijual pada kisaran harga Rp 9 000 hingga Rp 10
000, sebanyak 20 % setuju dengan harga Rp 10 000 hingga Rp 12 000 serta
sebanyak 24 % setuju dengan harga Rp 8 000 hingga Rp 9 000. Jika produk
disalurkan melalui beras fotifikasi maka diperkirakan harga per kilogram beras
fortifikasi yang sesuai dengan keinginan konsumen adalah pada kisaran Rp 9 000
hingga Rp 10 000. Sedangkan untuk premix kernel ditetapkan harga jual Rp 400/10
gram produk atau Rp40 943.67 per kilogram.
Hasil pengujian lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang penting dalam
pengambilan keputusan pembelian adalah desain kemasan, lokasi penjualan produk

15

(kemudahan mendapatkan produk), nilai fungsional produk, harga jual, serta
penampilan produk.

20%
24%

8 000 - 9 000
9 000 - 10 000
10 000 - 12 000
56%

Gambar 8 Data hasil perbandingan harga jual sesuai pendapat responden
Verifikasi Model Bisnis
Verifikasi dilakukan untuk perbaikan model bisnis kanvas agar menjadi lebih
layak. Verifikasi dilakukan sesuai hasil uji masalah dan solusi. Hasil verifikasi
model bisnis ini dilakukan pada elemen-elemen yang terdapat ketidaksesuaian.
Elemen value proposition akan mengunggulkan aspek nilai fungsional produk.
Selain itu pada elemen channels, kemudahan mendapatkan produk menjadi penting
sehingga ditambahkan agen (distributor) untuk meningkatkan jangkauan
pemasaran. Dengan menambahkan agen dapat mempermudah penjualan produk
dan lebih tepat sasaran. Efek perubahan pada elemen channels juga mempengaruhi
elemen key partnership yakni dengan ditambahkan mitra jasa distribusi atau jasa
pengiriman untuk menyalurkan produk kepada agen sebelum sampai konsumen.
Hasil verifikasi bisis model dapat diilustrasikan pada Gambar 8.
Analisis Market
Analisis STP (Segmentation, Targeting dan Positioning)
Penentuan strategi STP yang tepat dapat meghasilkan keuntungan yang besar
bagi perusahaan. Pemasaran dapat dikatakan baik jika strategi STP baik.
Segmentasi yang efektif, targeting dan positioining yang strategis dapat
menciptakan daya saing yang baik di pasar (Purba 2009).
1. Segmentation
Segmentation diperlukan untuk membagi konsumen dalam beberapa
kelompok untuk mendapatkan keuntungan. Dasar segmentasi pasar ada dua macam
yatu karakteristik konsumen dan situasi pembelian (Purba 2009). Pada kasus ini
segmentasi pasar didasarkan pada karakteristik konsumen (consumer
characteristic). Variabel pada segmentasi berdasar karakteristik konsumen terdiri
atas faktor geografis, demografis dan psikografis (Kotler 2003). Segmentasi produk
premix kernel ini berdasar pada faktor psikografis yaitu konsumen yang peduli
terhadap kesehatan dan gaya hidup.

16

2. Targeting
Target pasar diperlukan untuk memilih/menyeleksi satu atau lebih kelompok
pasar yang memiliki prospek baik dan dianggap paling potensial untuk
mendapatkan keuntungan. Targeting diidentifikasi setelah dilakukan identifikasi
peluang pasar atau segmentasi pasar (Kasali 2003). Targeting dirancang untuk
mendapatkan potensi penjualan yang besar (Shinta 2011). Target pasar premix
kernel ini adalah masyarakat menengah ke atas yang peduli terhadap kesehatan
serta yang mengalami anemia gizi besi.
3. Positioning
Positioning sering digunakan untuk menunjukkan keunggulan produk yang
disesuaikan dengan keinginan konsumen. Menentukan posisi pasar berarti
menyatakan posisi yang kompetitif untuk produk maupun pasar (Kasmir dan Jakfar
2010). Positioning dilakukan setelah menentukkan sasaran pasar (segmentasi).
Positioning yang diterapkan dalam bisnis ini adalah berdasarkan manfaat produk.
Premiks kernel memiliki nilai fungsional lebih yaitu kandungan mikronutrien yang
lebih tinggi dari produk sejenis.
Bauran Pemasaran (Market Mix Development)
Pemasaran merupakan proses suatu perusahaan menciptakan nilai untuk
konsumennya dan membentuk relasi untuk meningkatkan keuntungan.
Perencanaan pemasaran merupakan usaha untuk merencanakan, implementasi serta
mengendalikan kegiatan pasar secara efektif dan efisien (Shinta 2011). Menurut
Pearce dan Robinson (1997), bauran pemasaran merupakan media bagi pemasar
yang terdiri atas berbagai unsur yang perlu dipertimbangkan untuk kepentingan
implementasi strategi pasar. Berikut ini merupakan bauran pemasaran premix
kernel dengan analisis 4P (Product, Price, Promotion dan Placement).
1. Product
Produk premix kernel merupakan contoh inovasi teknologi. Premix kernel ini
diproduksi dengan teknologi hot extrusion. Selain aspek teknologi, nilai fungsional
dari produk menjadi keunggulan lain dan mampu memberikan dampak baik bagi
kesehatan masyarakat. Produk yang ditawarkan yaitu dalam bentuk premix kernel,
butiran menyerupai beras yang mengandung campuran mikronutrien berupa
mineral besi, vitamin B1 (thiamin), niacin, asam folat, vitamin B12, dan zinc.
2. Price
Price merupakan informasi mengenai harga dan nilai produk. Harga
merupakan suatu nilai guna untuk pertukaran/transaksi yang dibayarkan konsumen
untuk mendapat barang/jasa. Harga produk yang ditawarkan untuk premix kernel
adalah Rp 40 493.67 per kg.
3. Promotion
Promosi yang dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara
langsung melalui event-event ataupun kegiatan pameran (expo) ataupun promosi
langsung kepada bisnisman yang begerak di bidang pangan kesehatan. Promosi
secara langsung lebih efektif karena memiliki keunggulan seperti dapat menjalin
relasi dan kepercayaan konsumen. Secara tidak langsung promosi dilakukan
melalui iklan media online guna menjangkau konsumen yang sulit dijangkau secara
langsung serta memperluas jaringan pemasaran.

17

Key Partners
- Supplier
mikronutrien
- Perum
BULOG
- Balai
Penelitian
Pasca Panen
- Jasa/Agen
distribusi

Key Activities
- Pengelolaan
bahan
baku
untuk menjaga
ketersediaan
bahan
- Penelitian dan
pengembangan
produk
- Pemasaran
- Sertifikasi

Value
Customer
Customer
Proposition
Relationships
Segments
- Promosi
di Masyarakat
Memiliki
berbagai media Indonesia
nilai
- Komunikasi
fungsional
secara
konsumen
(fortifikasi
umum atau
melalui
besi)
dan
secara
layanan
solutif untuk
khusus
konsumen
mengatasi
adalah
anemia gizi - Mempermudah masyarakat
akses
besi (AGB)
kelas
pembelian
menengah
produk
ke atas yang
peduli
Key Resources
Channels
terhadap
- Finansial untuk
- Toko retailer
kesehatan,
modal
- Industri
- Investasi
- Farmer Market orang yang
berupa
- Program raskin menderita
anemia gizi
peralatan dan
pemerintah
besi (AGB)
bahan baku
- Intelektual
berupa
pengembangan
produk
Cost Structure
Revenue streams
- Biaya Investasi
Penjualan produk secara langsung dan melalui
- Biaya produksi
biaya distribusi berlangganan
- Biaya
promosi
untuk
pemasaran

Gambar 9 Bisnis Model Kanvas Industri Premix Kernel di Indonesia (Osterwalder dan
Pigneur 2015)
4. Placement
Media distribusi dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
Distribusi langsung dilakukan dengan menjual di retailer maupun supermarket
sehingga konsumen dapat memperoleh produk secara langsung. Saluran distribusi
yang digunakan merupakan saluran distribusi kompetitif dengan tujuan
meningkatkan keuntungan perusahaan. Produsen premix kernel dapat menyalurkan
melalui BULOG untuk dijadikan beras fortifikasi ataupun industri-industri beras
dan selanjutnya dipasarkan. Ataupun disalurkan kepada perusahaan pangan yang
bergerak di bidang pangan untuk kesehatan atau fortifikasi melalui konsep ”B to B”.
Berikut merupakan jalur distribusi produk premix kernel:

18

Produsen

Agen

Pengecer

Konsumen

Gambar 10 Arus distribusi premix kernel
Analisis Finansial
Analisis finansial bertujuan memilih alternatif pembiayaan melalui prakiraan
biaya dan manfaat kelayakan. Analisis finansial mengacu pada pencapaian biaya
minimum (Hadiguna 2009). Analisis finansial merupakan tahapan yang sangat
penting dalam menentukan kelayakan suatu bisnis dari sisi ekonomi (Ferreira 2012).
Biaya merupakan komponen kelayakan usaha yang perlu dipertimbangkan.
Analisis finansial bertujuan untuk menentukan perencanaan investasi dengan
memperhitungkan biaya dan manfaat dan membandingkan pengeluaran serta
pendapatan (Sutoyo 2003). Untuk mendapatkan perhitungan tersebut diperlukan
asumsi-asumsi yang menjadi dasar perhitungan. Asumsi yang digunakan harus
disesuaikan dengan kondisi saat analisis finansial dilaksanakan untuk studi
kelayakan usaha (Purwoko dan Yandra 2013).
Analisis finansial diawali dengan menentukan biaya investasi. Biaya investasi
meliputi komponen biaya alat produksi, biaya peralatan perkantoran, biaya
bangunan dan infrastruktur serta biaya legalisasi dengan total Rp 4 010 905 000.
Investasi perusahaan yang dimiliki akan mengalami penyusutan sehingga
diperlukan perhitungan biaya penyusutan. Total biaya penyusutan dari aset
perusahaan premix kernel adalah sebesar Rp 312 500 000.
Selanjutnya dilakukan perhitungan biaya operasional yang harus dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mendukung jalannya bisnis. Biaya operasional meliputi
biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang jumlahnya stabil
sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang menyesuaikan proses produksi.
Biaya tetap yang dibutuhkan selama satu tahun adalah Rp1 434 000 000. Rincian
biaya operasional dapat dilihat pada lampiran. Biaya tetap meliputi tenaga kerja,
utilitas, serta administrasi kantor. Biaya variabel yang dibutuhkan sebesar Rp13 177
468 500. Biaya variabel meliputi bahan baku produksi seperti tepung beras, GMS,
air, mikronutrien (mineral dan vitamin) dan kemasan.
Biaya penyusutan, biaya produksi dan biaya operasional digunakan untuk
menentukan harga pokok produksi (HPP). Rincian perhitungan harga pokok
produksi adalah sebagai berikut:

19

Tabel 2 Penentuan harga pokok produksi
Total Biaya per
tahun (Rp)
Rumus

Perhitungan

Hasil

Kapasitas Produksi
per tahun

(Biaya bahan baku + (Kapasitas produksi
biaya penyusutan + per hari x jumlah
biaya overhead)
hari kerja dalam
satu tahun)
13 177 468 500 + 312 1 800 x 270
500 000 + 1 434 000
000
14 869 968 500
486 000

HPP (Rp/kg)
(Total biaya per
tahun : kapasitas
produksi per tahun)
14 923 968 500 : 486
000
30 708

Harga pokok produksi per kilogram premix kernel adalah Rp30 708 sehingga
untuk konsep produk per 10 gram adalah Rp 307.08. Kemudian jika dikemas dalam
bentuk beras fortifikasi dengan perbandingan 100:1 untuk beras dan premix akan
didapatkan HPP Rp8 807.08. Berdasarkan perhitungan ditentukan harga jual untuk
produk premix kernel (fortified kernels) dengan formula berikut:




=
=

=


− .
.





� �� ��





Mark up yang diharapkan pada industri ini adalah 25 % sehingga harga jual untuk
Premix kernel per 10 gram adalah Rp 409.44 atau mendekati Rp 400.
Kelayakan Bisnis Premix Kernel
Studi kelayakan bisnis digunakan untuk melihat dapat atau tidaknya suatu
pendirian usaha dilaksanakan dengan berhasil. Kelayakan bisnis dapat dilakukan
pada usaha yang sudah berjalan maupun dalam tahap perencanaan. Studi kelayakan
dalam tahap perencanaan dilakukan untuk membuat keputusan investor (Jumingan
2011). Studi kelayakan yang dilakukan pada produksi premix kernel ini adalah studi
kelayakan perencanaan. Kriteria layak mencakup kemungkinan bisnis memberikan
benefit yang ditinjau dari aspek keuangan dan sosial (Halim 2012)
Aspek ekonomis meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return
(IRR), Payback Periode (PP), Breack Event Point (BEP) dan Net Benefit Ratio
(B/C). Konsep tersebut dapat diselesaikan melalui konsep time value of money
yakni mengenai tingkat diskon di masa sekarang dan tingkat diskon di masa yang
akan datang (Halim 2012). Teknik analisis kelayakan melibatkan proyeksi net cash
flow karena teknik ini mampu memenuhi konsep time value of money.

20

Tabel 3 Analisis kelayakan usaha

Kriteria Kelayakan
NPV
IRR
Payback periode
Net B/C

Nilai
R 4 232 255 670
24.88 %
2.16 tahun
3.30

Net Present Value merupakan seluruh aliran kas bersih yang dibandingkan
dengan faktor diskon. Berdasarkan perhitungan arus kas didapatkan nilai NPV
sebesar Rp 4 232 255 670. Nilai NPV positif menunjukkan industri layak untuk
dilaksanakan. Internal Rate of return merupakan hasil bunga sebenanya yang
dihasilkan oleh investasi. Jika nilai IRR lebih besar dari diskon faktor maka usaha
layak didirikan. Hasil perhitungan menunjukkan nilai IRR sebesar 24.88 %
sedangkan diskon faktor yang berlaku adalah 11.50 % yang artinya jika uang
diinvestasikan untuk mendirikan perusahaan premix kernel ini dapat memberikan
nilai keuntungan yang lebih tinggi daripada diinvestasikan di bank sehingga usaha
premix kernel layak untuk didirikan. Faktor berikutnya yang perlu diperhatikan
adalah nilai payback periode yang mana menunjukkan jangka waktu yang
dibutuhkan untuk mengembalikkan seluruh investasi yang dikeluarkan. Payback
periode industri ini adalah 2.16 tahun. Nilai NPV yang semakin positif akan
menunjukkan waktu pengembalian semakin cepat. Faktor lain yang perlu
diperhatikan adalah nilai Net B/C yakni perbandingan nilai benefit masa ini dengan
biaya. Nilai investasi dikatakan layak apabila memiliki nilai Net B/C lebih besar
atau sama dengan satu. Industri premix kernel ini memilki nilai Net B/C sebesar
3.30 yang artinya setiap biaya Rp 1 yang dikeluarkan akan mendapatkan tingkat
keuntungan sebesar Rp 3.30 sehingga bisnis premix kernel ini layak untuk didirikan.
BEP proyek ini bernilai Rp 1 379 999 999 dan BEP dalam produk (kg) adalah
8293.27 kg.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Industri premix kernel untuk program fortifikasi beras merupakan industri
yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Berasfortifikasi
merupakan campuran beras lokal (non fortified) dan premix kernel dengan
perbandingan 100:1. Hal ini terkait dengan kasus defisiensi mikronutrien
khususnya zat besi sehingga industri ini mampu menjadi solusi untuk pencegahan
defisiensi zat besi. Bisnis model kanvas digunakan untuk mengorganisasikan nilai
tambah dari produk premix kernel sehingga mendapatkan keuntungan. Hasil
identifikasi model bisnis kanvas menunjukkan elemen value proposition dan
channels menjadi elemen yang cukup penting untuk industri premix kernel ini.
Value proposition industri premix kernel ini adalah memiliki nilai fungsional dan
solutif untuk mengatasi kesehatan. Elemen channels meliputi retail (Alfamart,

21

Indomaret, Giant dan sebagainya) dan agen distribusi. Hasil analisis finansial
menunjukkan nilai harga pokok produksi untuk produk Premix kernel adalah Rp 30
708 dengan mark up 25 % didapatkan harga jual Rp 40 943.67 per kilogram produk.
Studi kelayakan dilakukan dengan melakukan analisis finansial mencakup NPV,
IRR, Net B/C dan PBP. Analisis finansial menunjukkan bahwa nilai NPV bernilai
Rp 4 232 255 670, IRR 24.88 %, Net B/C sebesar 3.30, BEP Rp1 379 999 999
dan Payback Periode 2.16 tahun. Berdasarkan analisis tersebut bisnis dinyatakan
layak untuk didirikan.
Saran
Perlu dilakukan validasi model bisnis yang telah dibuat dengan mel