Perbedaan Lama Penyinaran Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus Pectoralis

PERBEDAAN LAMA PENYINARAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BENIH IKAN SEPAT SIAM Trichopodus
pectoralis

NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perbedaan Lama
Penyinaran terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Nyoman Alit Putra Wirawan
NIM C14110005

ABSTRAK
NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN. Perbedaan Lama Penyinaran terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis. Dibimbing oleh
EDDY SUPRIYONO dan LIES SETIJANINGSIH.
Ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis) merupakan ikan yang
diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1934. Produksi ikan sepat siam menurun
akibat menurunnya produksi dari kegiatan penangkapan, sehingga diperlukan
peningkatan produksi dari kegiatan budidaya. Teknik manipulasi lingkungan
dengan lama penyinaran dibutuhkan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyinaran optimum untuk
pertumbuhan ikan pada kegiatan pendederan benih ikan sepat siam (Trichopodus
pectoralis). Ikan uji adalah benih ikan sepat siam dengan rata-rata panjang awal
6,38±0,09 cm dan bobot awal 5,48±0,83 gr. Penelitian ini terdiri dari perlakuan
lama penyinaran: 6 jam (A), 12 jam (B), 18 jam (C) dan kontrol (K). Lama

penyinaran 18 jam merupakan lama penyinaran optimum untuk kegiatan
pendederan benih ikan sepat siam ditunjukkan oleh laju pertumbuhan spesifik
tertinggi yaitu 2,6%, pertumbuhan bobot mutlak tertinggi 4,0 gr dan pertumbuhan
panjang total tertinggi 1,1 cm.
Kata kunci: ikan sepat siam, produksi, lama penyinaran, pertumbuhan

ABSTRACT
NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN. Different Photoperiod on Growth of
Juvenile Snakeskin Gourami Trichopodus pectoralis. Supervised by EDDY
SUPRIYONO and LIES SETIJANINGSIH.
Snakeskin gourami (Trichopodus pectoralis) is a fish that is introduced to
Indonesia in 1934. Production of Snakeskin gourami is declining due to decreased
production of fishing activities, necessitating an increase in the production of
aquaculture. Environmental manipulation techniques by photoperiod are required
to increase growth of fishes. The purpose of this research was to determine the
optimum photoperiod for growth of fish in nursery activities of Snakeskin gourami
(Trichopodus pectoralis). Snakeskin gourami with the initial average of length and
body weight of 6.38±0.09 cm and 5.48±0.83 gr were used. This research consisted
of photoperiod treatment: 6 hours (A), 12 hours (B), 18 hours (C) and control (K).
The optimum photoperiod for juvenile Snakeskin gourami was 18 hours showed by

the highest specific growth rate is 2.6%, the highest growth in absolute weight 4.0
grams, and the highest growth in total length 1.1 cm.
Keywords: Snakeskin gourami, production, photoperiod, growth.

PERBEDAAN LAMA PENYINARAN TERHADAP
PERTUMBUHAN BENIH IKAN SEPAT SIAM Trichopodus
pectoralis

NYOMAN ALIT PUTRA WIRAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Perikanan
pada
Departemen Budidaya Perairan

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2015

--!0(')0 (%0 $0%/%(%0 +('0 (+-$-%0 %0  %0
',0 $0 

  

$0

0 /&$%0 !+0 -+(0(.%0


0

 

*+--0 &"0

(0 *0
$$%0

0

%# -!-*0


  

0

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Januari 2015 di Kelompok Tani Ikan Sejahtera, Kampung
Binong, Desa Iwul, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor ini adalah lama
penyinaran, dengan judul “Perbedaan Lama Penyinaran terhadap Pertumbuhan
Benih Ikan Sepat Siam Trichopodus pectoralis”.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada,
1. Bapak Dr Ir Eddy Supriyono, MSc dan Ibu Ir Lies Setijaningsih, MSi selaku
dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan
kepada penulis.

2. Ibu Dr Sri Nuryati, SPi MSi selaku dosen penguji tamu dan perwakilan dari
Komisi Pendidikan yang telah memberikan masukan yang membangun untuk
menyelesaikan skripsi ini.
3. Kelompok Tani Ikan Sejahtera, Kampung Binong, Desa Iwul, Kecamatan
Parung, Kabupaten Bogor yang telah memberikan izin untuk melaksanakan
penelitian.
4. Ibu Dr Ir Mia Setiawati, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah
banyak memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.
5. Keluarga tercinta, kedua orang tua saya, Bapak Gde Sardana dan Ibu Ni Luh
Nyoman Sunarti, dan kakak-kakak saya Luh Santi Udayani dan Made
Suhandana atas cinta, kasih sayang, dukungan, serta doa yang diberikan.
6. Teman-teman Laboratorium Lingkungan 48 Bianingrum, Iyen, Vero, Nurul,
Dessy, Rini, Torong, Sukri, Angga, Heri, Idris, Bang kahfi, Heru, Zul atas
bantuan, dukungan, serta doa yang diberikan.
7. Teman-teman BDP 48, BDP 49, BDP 50 serta kakak-kakak BDP 47 atas
dukungan dan doa yang diberikan selama ini.
8. Teman-teman Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma (KMHD) 48 Santya, Surya,
Putri, Widya, Carlita, Arini, Kadek, Oka, Vivi, Jeje, Sari, Rama, Arpan,
Wawan, Aga, Baskara, Yuko, atas bantuan, kebersamaan, perhatian,
dukungan, semangat dan doa yang telah diberikan.

Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015
Nyoman Alit Putra Wirawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

viii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN


1

Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

2

METODE

2

Waktu dan Tempat

2

Rancangan Penelitian


2

Hewan Uji

2

Prosedur Penelitian

2

Parameter Uji dan Analisis Data

3

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Hasil


5

Pembahasan

9

KESIMPULAN

12

Kesimpulan

12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN


14

RIWAYAT HIDUP

19

DAFTAR TABEL
1 Metode dan alat pengukuran parameter kualitas air
2 Nilai kualitas air pada media pemeliharaan benih ikan sepat siam
3 Perhitungan analisis ekonomi benih ikan sepat siam

4
8
11

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

Penurunan kelangsungan hidup benih ikan sepat siam
Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam
Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat siam
Pertumbuhan bobot mutlak benih ikan sepat siam
Pertumbuhan panjang total benih ikan sepat siam

5
6
6
7
7

DAFTAR LAMPIRAN
1 Desain wadah pemeliharaan benih ikan sepat siam
2 Rincian biaya analisis ekonomi benih ikan sepat siam
3 Hasil uji ANOVA

14
14
16

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan sepat siam (Trichopodus pectoralis) merupakan ikan yang berasal dari
lembah sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam dan mulai
diintroduksikan ke Indonesia pada tahun 1934 (Simatupang 2012). Ikan sepat siam
merupakan ikan yang memiliki potensi cukup tinggi untuk dikembangkan menjadi
komoditas budidaya. Menurut Sukadi et al. 2008, salah satu ikan yang potensial
untuk dibudidayakan adalah ikan sepat siam. Beberapa hal yang menjadi
pertimbangan penting suatu komoditas dianggap potensial untuk dibudidayakan
adalah memiliki pasar yang prospektif, bernilai ekonomis serta produksi dan tingkat
konsumsi masyarakat lokal yang tinggi. Ikan sepat siam memiliki harga jual di
pasaran mencapai Rp. 25.000-35.000/kg (Diniya et al. 2013).
Jumlah produksi ikan sepat siam relatif lebih tinggi dibandingkan ikan-ikan
lokal lainnya. Pada periode 2007-2010 tingkat produksi ikan sepat siam meningkat
dari 17.919 ton menjadi 22.306 ton. Tingginya produksi ikan sepat siam sebagian
besar berasal dari tangkapan alam, dan hanya 2.82 – 12.36% yang berasal dari
kegiatan budidaya (Pusdatin KKP 2013). Ikan sepat siam merupakan ikan hasil
tangkapan dan digemari masyarakat sebagai ikan asin di Sumatera maupun
Kalimantan (Kusdiarti et al. 2013). Tingginya penangkapan akan menyebabkan
semakin menurunnya keberadaan ikan sepat siam di perairan alami. Bahkan,
kegiatan penangkapan ikan sepat siam yang dilakukan secara berlebihan dapat
mengancam kepunahan ikan. Hal tersebut juga berakibat pada menurunnya jumlah
produksi ikan sepat siam yang lebih mengandalkan hasil tangkapan dari alam. Hal
ini dibuktikan dengan semakin menurunnya volume produksi ikan sepat siam
antara tahun 2011-2012 dari 21.888 menjadi 21.705 ton (DJPT KKP 2013). Maka,
untuk menjamin produksi ikan sepat siam agar tidak terus menurun dibutuhkan
peningkatan produksi ikan sepat siam dari kegiatan budidaya.
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada kegiatan budidaya ikan sepat
siam adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH,
alkalinitas, dll, dapat direkayasa untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Selain itu
menurut Boeuf and Le Bail (1999), manipulasi cahaya merupakan salah satu teknik
rekayasa lingkungan yang dapat dilakukan pada media pemeliharaan ikan, meliputi
panjang gelombang yang berbeda, intensitas yang berbeda dan lama penyinaran
yang berbeda. Hasil penelitian Safitri (2014), menunjukkan bahwa intensitas
cahaya 500 lux merupakan intensitas cahaya optimum untuk kegiatan pendederan
benih ikan gabus (Channa striata), dan benih ikan sepat siam (Trichopodus
pectoralis) (Bianingrum 2015). Brett (1979) mengemukakan bahwa untuk ikan air
tawar, pengaruh lama penyinaran yang relatif lama (lebih dari 12 jam per hari) dapat
meningkatkan pertumbuhan, sedangkan penurunan lama penyinaran dapat
menghambat pertumbuhan. Ikan sepat siam adalah ikan yang aktif mencari pakan
sepanjang hari (Animal-World 2015).
Suprihatin (1998) menyatakan peningkatan lama penyinaran yaitu 21 jam
menyebabkan laju pertumbuhan paling cepat pada ikan nila (Oreochromis sp).
Pertumbuhan ikan Mirror carp (Cyprinus carpio) lebih baik bila dipelihara pada
lama penyinaran 24 jam (Yagci and Yigit 2009). Beberapa penelitian tentang

2
manipulasi lama penyinaran pada media pemeliharaan ikan telah dapat
meningkatkan pertumbuhannya, maka perlu ditentukan pula lama penyinaran
optimum untuk pendederan benih ikan sepat siam guna mendukung peningkatan
produksinya.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan lama penyinaran optimum untuk
pertumbuhan ikan pada kegiatan pendederan benih ikan sepat siam (Trichopodus
pectoralis).

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Maret 2015 di
Kelompok Tani Ikan Sejahtera, Kampung Binong, Desa Iwul, Kecamatan Parung,
Kabupaten Bogor.

Rancangan Penelitian
Penelitian ini dirancang menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas 3 perlakuan dan 1 kontrol, masing-masing 3 ulangan.
Perlakuan terdiri atas:
Perlakuan A: ikan sepat siam dipelihara pada intensitas cahaya 500 lux dan lama
penyinaran (LP) 6 jam
Perlakuan B: ikan sepat siam dipelihara pada intensitas cahaya 500 lux dan LP 12
jam
Perlakuan C: ikan sepat siam dipelihara pada intensitas cahaya 500 lux dan LP 18
jam
Perlakuan K: ikan sepat siam dipelihara tanpa adanya pemberian perlakuan.
Perbandingan antara waktu terang dan gelap sesuai dengan kondisi
alam.

Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah benih ikan sepat siam (Trichopodus
pectoralis) yang berasal dari Pasar Ikan Parung, Bogor dengan panjang awal
6,38±0,09 cm dan bobot awal 5,48±0,83 gr. Benih ikan sepat siam ditempatkan
dalam 3 wadah penampungan berupa akuarium berukuran 70x45x45 cm selama 7
hari untuk adaptasi sebelum memulai penelitian. Benih ikan sepat siam yang
digunakan pada penelitian sebanyak 30 ekor/ulangan. Lampu yang digunakan yaitu
lampu TL warna putih dengan daya 3 watt.

3
Prosedur Penelitian
Persiapan Wadah
Wadah yang digunakan adalah akuarium berdimensi 39 x 25 x 27 cm
sebanyak 12 unit. Sebelum digunakan, akuarium dicuci dengan air bersih dan
dikeringkan. Akuarium ditutupi dengan plastik hitam untuk mencegah keluarnya
cahaya yang diberi perlakuan. Akuarium perlakuan dan kontrol masing-masing
diisi air dengan volume 19,5 liter serta dilengkapi aerasi dan heater untuk
menstabilkan oksigen terlarut dan suhu media pemeliharaan. Kemudian lampu yang
ditutupi karton berbentuk corong dan memiliki daya 3 watt dipasang menggantung
pada akuarium perlakuan dengan intensitas cahaya 500 lux. Aplikasi lama
penyinaran 6 jam, 12 jam dan 18 jam diatur menggunakan automatic timer yang
dinyalakan serentak pada pukul 06.00 WIB. Sedangkan akuarium kontrol tidak
diberi lampu. Desain wadah pemeliharaan benih ikan sepat siam dapat dilihat pada
Lampiran 1.
Pemeliharaan Ikan Uji
Benih ikan sepat siam dipelihara selama 21 hari pada akuarium yang telah
disiapkan. Selama pemeliharaan, ikan diberi pakan pelet dengan metode restricted
yaitu pemberian pakan dengan jumlah pakan yang diberikan sebanyak 6% dari
biomassa per sampling mingguan. Pemberian pakan dilakukan dengan frekuensi
tiga kali sehari pada pukul 08.00, 12.00, 16.00 WIB. Sebelum diberi pakan, kualitas
air akuarium dijaga dengan dilakukan penyifonan dan pergantian air sebanyak 2575% agar sisa pakan dan feses ikan terbuang. Pengukuran intensitas cahaya
dilakukan satu kali sebelum pemeliharaan, pengukuran pH, suhu, DO, alkalinitas,
kesadahan dan amonia dilakukan setiap 7 hari sekali. Sampling ikan dilakukan
setiap 7 hari sekali dengan cara menimbang bobot dan mengukur panjang ikan sepat
siam, masing-masing dilakukan sampling 10 ekor/ulangan.
Parameter Uji dan Analisis Data
Kelangsungan Hidup (KH)
Kelangsungan hidup merupakan persentase jumlah ikan yang hidup pada
akhir perlakuan dibandingkan dengan jumlah ikan pada awal perlakuan. KH dapat
dihitung dengan rumus (Effendie 1997):
KH = Nt/No x 100%
Keterangan:
KH = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah populasi ikan akhir perlakuan (ekor)
No = Jumlah populasi ikan awal perlakuan (ekor)
Laju Pertumbuhan Spesifik (LPS)
Laju pertumbuhan spesifik merupakan persentase pertambahan bobot tiap
harinya selama pemeliharaan. LPS dapat dihitung dengan rumus (Huisman 1987):

4
LPS =





��

��

-1

x 100%

Keterangan:
LPS = Laju pertumbuhan spesifik (%)
Wt = Bobot rata-rata pada akhir perlakuan (gram)
Wo = Bobot rata-rata pada awal perlakuan (gram)
t
= Periode pemeliharaan (hari)
Pertumbuhan Bobot Mutlak
Pertumbuhan bobot mutlak merupakan pertambahan bobot (selisih bobot
akhir dan bobot awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan bobot mutlak
dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991):
W = Wt - Wo
Keterangan:
W = Pertumbuhan bobot mutlak (gram)
Wt = Bobot rata-rata ikan pada akhir perlakuan (gram)
Wo = Bobot rata-rata ikan pada awal perlakuan (gram
Pertumbuhan Panjang Total
Pertumbuhan panjang total merupakan pertambahan panjang (selisih panjang
akhir dan panjang awal) selama waktu pemeliharaan. Pertumbuhan panjang total
dapat dihitung dengan rumus (Zonneveld et al. 1991):
L = Lt-Lo
Keterangan:
L = Pertumbuhan panjang total (cm)
Lt = Panjang rata-rata ikan pada akhir perlakuan (cm)
Lo = Panjang rata-rata ikan pada awal perlakuan (cm)
Parameter Kualitas Air
Pengukuran parameter intensitas cahaya dilakukan satu kali sebelum
pemeliharaan, pengukuran pH, suhu dan DO, alkalinitas, kesadahan dan amonia
dilakukan setiap 7 hari sekali. Metode dan alat untuk pengukuran parameter kualitas
air terdapat pada Tabel 1.
Tabel 1 Metode dan alat pengukuran parameter kualitas air
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Parameter
Intensitas cahaya
Suhu (0C)
pH
DO (mg/l)
Amonia (mg/l)
Alkalinitas (mg/l CaCO3)
Kesadahan (mg/l CaCO3)

Metode
Insitu
Insitu
Insitu
Insitu
Spektrofotometri
Titrasi
Titrasi

Alat
Luxmeter
Termometer
pH-meter
DO-meter
Spektrofotometer 630 nm
Alat Titrasi
Alat Titrasi

5
Analisis Ekonomi
Perhitungan biaya keuntungan benih ikan sepat siam yang dipelihara pada
lama penyinaran 6 jam, 12 jam, dan 18 jam dapat dihitung berdasarkan rumus biaya
keuntungan Lipsey RG et al. (1995), yaitu sebagai berikut:
π = TR - TC
Keterangan:
π : Keuntungan (Rp)
TR : Penerimaan (Rp)
TC : Biaya total (Rp)
Analisis Data
Data yang diperoleh diolah dan dianalisis menggunakan Microsoft Excel
2013 dan SPSS 22 yang meliputi Analisis Ragam (ANOVA) pada selang
kepercayaan 95%, untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh perlakuan yang
diberikan terhadap kelangsungan hidup, laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan
bobot mutlak, dan pertumbuhan panjang total. Apabila berpengaruh nyata,
dilakukan uji lanjut Duncan (Lampiran 3). Sedangkan untuk data kualitas air
dianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kelangsungan Hidup
Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21 hari
terus menurun selama pemeliharaan. Benih ikan sepat siam yang paling banyak
mengalami kematian yaitu pada minggu ke-1 pada perlakuan A dan K (gambar 1).
100

Kelangsungan Hidup (%)

80

60
A (6 jam)
B (12 jam)
40

C (18 jam)
K (kontrol)

20

0
0

1

2

3

Minggu ke-

Gambar 1 Penurunan kelangsungan hidup benih ikan sepat siam

6
Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21 hari
dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan uji statistik, nilai kelangsungan hidup
pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (p>0,05).
100

Kelangsungan Hidup (%)

80

71,11±11,71

70,00±8,82

72,22±10,18

a

a

a

a

A (LP 6 jam)

B (LP 12 jam)

C (LP 18 jam)

K (Kontrol)

67,78±10,72

60

40

20

0
Perlakuan

Gambar 2 Kelangsungan hidup benih ikan sepat siam
Laju Pertumbuhan Spesifik
Laju pertumbuhan spesifik benih ikan sepat siam setelah dipelihara selama 21
hari dapat dilihat pada Gambar 3. Berdasarkan uji statistik, nilai laju pertumbuhan
spesifik pada semua perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p