Pengaruh Letak Pemberian Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Akar Semai Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)

1

PENGARUH LETAK PEMBERIAN PUPUK NPK TERHADAP
PERTUMBUHAN AKAR SEMAI SENGON (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen)

YAHAYU LESTARI

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014





PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Letak

Pemberian Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Akar Sengon (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014

Yahayu Lestari
NIM E44100037



ABSTRAK
YAHAYU LESTARI. Pengaruh Letak Pemberian Pupuk NPK terhadap
Pertumbuhan Akar Semai Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen).
Dibimbing oleh NURHENI WIJAYANTO.
Pengetahuan mengenai pengaturan sifat-sifat perakaran sangat diperlukan

untuk menghindari persaingan antara tanaman kehutanan dengan tanaman
pertanian pada pola tanam agroforestri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap dimensi tanaman, kedalaman akar
dan pertumbuhan akar semai sengon sesuai letak pemberian pupuk sebagai
simulasi pola tanam agroforestri. Hasil penelitian menunjukkan dimensi tanaman
dan kedalaman akar tertinggi ditemukan pada perlakuan letak pupuk NPK searah
dan tegak lurus larikan dan tanpa pupuk. Pertumbuhan akar tanaman sengon yang
diberikan pupuk NPK akan berkembang mengikuti letak pemberian pupuk
tersebut, hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan akar tanaman sengon yang
ditanam secara agroforestri lebih baik dibandingkan tanaman sengon yang
ditanam secara monokultur.
Kata kunci: agroforestri, akar, letak pupuk, pupuk NPK, sengon

ABSTRACT
YAHAYU LESTARI. Effect Layout of NPK Fertilizer on the Growth of seedling
roots Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen). Supervised by NURHENI
WIJAYANTO
Knowledge about setting of the root characteristic is very necessary to avoid
competition between forest plants with cropping on agroforestry system. This
research aims to determine the effect of fertilizer to the dimensions, depth of the

root and growth of seedling roots of sengon corresponding layout fertilizer as
agroforestry system simulation. The results showed that the highest of root depth
and dimension was found in the plants that have treatment of direction and
perpendicular NPK fertilizer to the line and without fertilizer. The growth of plant
roots sengon given fertilizer NPK will evolve following the layout of the
fertilizer, it showed that the growth of plants roots sengon planted in agroforestry
system better than monocultures.
Keywords: agroforestry, roots, fertilizer layout, NPK fertilizer, P. falcataria



PENGARUH LETAK PEMBERIAN PUPUK NPK TERHADAP
PERTUMBUHAN AKAR SEMAI SENGON (Paraserianthes
falcataria (L.) Nielsen)

YAHAYU LESTARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan

pada
Departemen Silvikultur

DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014





Judul Skripsi : Pengaruh Letak Pemberian Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan
Akar Semai Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)
Nama
: Yahayu Lestari
NIM
: E44100037
Departemen : Silvikutur


Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto MS.
Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Nurheni Wijayanto MS.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:



PRAKATA
Puji dan syukur panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2013 sampai Februari 2014 ini adalah
Pengaruh Letak Pemberian Pupuk NPK terhadap Pertumbuhan Akar Semai

Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen).
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto,
MS selaku pembimbing atas bimbingannya. Ungkapan terima kasih juga
disampaikan kepada keluarga tercinta yang selalu mendoakan dan teman-teman
seperjuangan SVK 47 atas doa dan bantuannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2014

Yahayu Lestari



DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

x

DAFTAR GAMBAR


x

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

1

Tujuan Penelitian

1

Manfaat Penelitian


2

METODE PENELITIAN

2

Lokasi dan Waktu

2

Alat dan Bahan

2

Metode dan Prosedur Penelitian

2

HASIL DAN PEMBAHASAN


5

Hasil Penelitian

5

Dimensi tanaman

6

Diameter tanaman

6

Tinggi tanaman

6

Sistem perakaran tanaman


6

Kedalaman akar tanaman

7

Panjang akar primer tanaman

7

Nisbah pucuk akar

7

Pembahasan

7

Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap dimensi tanaman


7

Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap sistem perakaran

9

Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap nisbah pucuk akar

11

SIMPULAN DAN SARAN

12

DAFTAR PUSTAKA

12

RIWAYAT HIDUP

14



DAFTAR TABEL

1 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap dimensi tanaman dan sistem
perakaran

5

2 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk terhadap diameter tanaman
sengon

6

3 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk terhadap tinggi tanaman
sengon

6

4 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk terhadap kedalaman akar

7

5 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk terhadap panjang akar
primer

7

6 Hasil nisbah pucuk akar terhadap letak pemberian pupuk NPK

7

DAFTAR GAMBAR
1 Tata letak pemberian pupuk NPK terhadap pertumbuhan akar sengon

3

2 Sistem perakaran pada tanaman Leguminosae (Rao dan Ito 1998)

4

3 Kondisi semai sengon pengamatan terakhir

10

4 Penampang akar perlakuan TP, P1, P2, dan P3

11



PENDAHULUAN
Latar Belakang
Laju kerusakan hutan alam di Indonesia setiap tahun semakin meningkat
sehingga kebutuhan pasokan bahan baku kayu untuk industri maupun rumah
tangga semakin berkurang. Untuk memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku
diperlukan lahan yang cukup luas untuk memperbaiki keadaan tempat tumbuh
serta memelihara sumberdaya hutan, tanah, dan air. Salah satu upaya yang perlu
dikembangkan adalah agroforestri. Agroforestri merupakan kombinasi antara
tanaman berkayu dengan tanaman pertanian yang dapat meningkatkan
produktivitas hasil hutan dan hasil pertanian yang beranekaragam.
Sistem agroforestri dicirikan oleh keberadaan komponen pohon dan
tanaman semusim dalam ruang dan waktu yang sama. Komponen kedua jenis
tanaman berkayu dan tanaman semusim harus saling berinteraksi positif agar
pertumbuhan kedua jenis tanaman optimal. Tanaman berkayu yang digunakan
dalam sistem agroforestri harus memiliki perakaran dalam dan berakar tunggang
sehingga dapat diusahakan dengan memanfaatkan tanaman pertanian sebagai
tanaman bawah.
Sengon adalah salah satu jenis tanaman kehutanan yang potensial
dikembangkan di lahan agroforestri. Jenis ini merupakan jenis tanaman yang
cepat tumbuh memiliki kayu yang mudah dikerjakan. Kayunya bisa digunakan
untuk konstruksi ringan, kerajinan tangan, kotak cerutu, veneer, kayu lapis, korek
api, alat musik, pulp. Daunnya sebagai pakan ayam dan kambing. Pohon sengon
umumnya ditanam sebagai pohon pelindung, tanaman hias, reboisasi dan
penghijauan.
Pertumbuhan sengon baik dikembangkan di lahan agroforestri karena
bentuk tajuknya yang perisai dan jarang, sehingga memungkinkan sengon dan
tanaman pertaniannya dapat memperoleh sinar matahari dengan baik. Pohon yang
mempunyai perakaran yang dalam sebaiknya ditanam dengan tanaman
tumpangsari yang berakar dangkal. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian
tentang dimensi dan sistem perakaran tanaman sengon di lahan agroforestri
penting dilakukan.
Perumusan Masalah
Permasalahan yang mendasari penelitian ini antara lain adalah semakin
sempitnya penggunaan lahan untuk pertanian dan kehutanan sehingga diperlukan
adanya sistem agroforestri untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan
mencampurkan tanaman pertanian dan tanaman kehutanan. Selain pengelolaan
yang baik, sistem agroforestri harus memperhatikan atau mengetahui faktor-faktor
pendukung salah satunya adalah sistem perakaran tanaman pokoknya.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak pemberian pupuk
NPK terhadap dimensi tanaman, kedalaman akar, dan pertumbuhan perakaran



semai sengon sesuai letak pemberian pupuk sebagai simulasi letak tanaman
pertanian di lahan agroforestri.
Manfaat Penelitian

1.
2.
3.

Manfaat dari penelitian ini adalah:
Memberikan informasi karakteristik dimensi tanaman dan sistem perakaran
tanaman sengon sesuai letak pemberian pupuk NPK pada lahan agroforestri,
Memberikan informasi pertumbuhan akar tanaman sengon pada lahan
agroforestri,
Sebagai referensi untuk menentukan letak tanaman pertanian yang dapat
ditanam agar tumbuh optimal.
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Silvikultur dan Rumah Kaca
Silvikultur Fakultas Kehutanan IPB. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan
Desember 2013-Februari 2014.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan diantaranya: alat tulis (untuk mencatat data-data), pita
ukur (untuk mengukur dimensi tanaman), kaliper digital (untuk mengukur
diameter tanaman), timbangan (untuk mengukur berat basah dan berat kering
tanaman), kalkulator (untuk menghitung angka-angka), kertas koran (untuk
membungkus contoh uji saat dikeringkan dalam oven), kamera (untuk
dokumentasi), software SAS 9.1.3 (untuk mengolah) dan Miscrosoft Office (untuk
mengolah dan menyusun karya tulis). Bahan yang digunakan yaitu semai sengon,
pupuk NPK, dan media tanam.
Metode dan Prosedur Penelitian
Persiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan merupakan campuran dari tanah dan pasir
dengan perbandingan 2:1. Media yang sudah tercampur secara merata kemudian
dimasukan dalam bak tanam.
Persiapan Bahan Tanaman
Tanaman untuk penelitian ini merupakan bibit sengon umur 1,5 bulan dan
disemaikan di Rumah Kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan, IPB.
Penanaman dan Pemberian Pupuk NPK
Tanaman sengon ditanam pada bak tanam ukuran 30 cm (p) x 25 cm (l) x
50 cm (t) dengan 4 perlakuan letak pemberian pupuk NPK searah larikan (P1),



tegak lurus larikan (P2), searah dan tegak lurus larikan (P3), serta tanpa pupuk
(TP) sebagai kontrol (Gambar 1). Pemberian pupuk NPK dilakukan saat awal
penanaman dan setiap 1 bulan sekali. Pupuk NPK yang digunakan berupa butiran
dan cara pemupukannya dengan membenamkan pupuk ke dalam tanah.

Jenis Data yang Dikumpulkan

a.
b.
c.
d.

Data yang dikumpulkan adalah:
Dimensi tanaman (diameter dan tinggi tanaman)
Berat basah tiap segmen (akar tunjang, batang/cabang/ranting, dan daun)
Jumlah dan panjang akar (primer, sekunder, dan tersier)
Kedalaman akar (sebelum tanam dan setelah panen)
Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan dengan metode destruktif (pemanenan).
Pengukuran panjang dan diameter akar dilakukan dalam keadaan segar dan bersih
dari kotoran tanah. Perhitungan jumlah akar dilakukan secara manual dengan
menggunakan counter. Jumlah akar dihitung berdasarkan kedudukan akar pada
sistem perakaran (tingkat percabangan) menurut klasifikasi Rao dan Ito (1998)
yang terdiri dari akar utama (tap root), akar primer (promer root), akar sekunder
(seconder root) dan akar tersier (tertier root), dapat dilihat pada Gambar 2.



Gambar 2 Sistem perakaran pada tanaman Leguminosae
(Rao dan Ito, 1998)
Pengolahan Data
Nisbah pucuk akar ditentukan dengan membandingkan berat kering pucuk
semai dengan berat kering akar semai. Berat kering pucuk semai terdiri dari
batang, cabang dan daun yang ditimbang setelah dikeringkan dalam oven. Berat
kering bagian akar diperoleh dengan menimbang bagian akar setelah dikeringkan
dalam oven. Masing-masing contoh yang telah diambil lalu dibersihkan dan
ditimbang sebagai berat basah. Kemudian dikeringkan pada oven dengan suhu
700C selama 72 jam atau sampai berat konstan/berat kering. Perhitungan nisbah
pucuk akar sebagai berikut
Nisbah pucuk akar

Analisis Data
Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Sederhana
dengan ulangan 4 kali. Adapun perlakuan terdiri dari 1 faktor yaitu letak
pemberian pupuk NPK, masing-masing sebanyak empat taraf (tanpa pupuk, letak
pupuk searah larikan, letak pupuk tegak lurus larikan, dan letak pupuk campuran
keduanya).
Model persamaan linier dari percobaan ini adalah sebagai berikut
Yij = µ + α i + β j
Keterangan:
Yij
: respon perlakuan pertumbuhan semai ke-k yang dipengaruhi letak
pemberian pupuk NPK
µ
: rataan umum
αi
: pengaruh faktor perlakuan letak pemberian pupuk NPK ke-i
βj
: pengaruh faktor semai sengon ke-j
i
: TP, P1, P2, dan P3
j
: semai sengon ke 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10



Untuk mengetahui taraf-taraf perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap
respon yang diamati, dilakukan uji beda rata-rata Duncan. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan program SAS 9.1.3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Variabel yang diamati pada penelitian ini adalah diameter tanaman, tinggi
tanaman, diameter akar, kedalaman akar, jumlah dan panjang akar (primer,
sekunder, dan tersier), nisbah pucuk akar serta pertumbuhan akar tanaman. Hasil
pengolahan data sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap variabel dimensi semai
dan sistem perakaran dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil sidik ragam pengaruh perlakuan terhadap dimensi tanaman dan
sistem perakaran
Variabel
Diameter tanaman
Tinggi tanaman
Kedalaman akar
Diameter akar
Jumlah akar primer
Jumlah akar sekunder
Jumlah akar tersier
Panjang akar primer
Panjang akar sekunder
Panjang akar tersier
Nisbah pucuk akar
*: berpengaruh nyata pada taraf 5%, tn : tidak nyata

Perlakuan
*
*
*
tn
tn
tn
tn
*
tn
tn
tn

Berdasarkan Tabel 1 diperoleh hasil bahwa perlakuan letak pemberian
pupuk NPK berpengaruh nyata terhadap diameter, tinggi, kedalaman akar, dan
panjang akar primer. Sehingga untuk mengetahui besarnya pengaruh tersebut,
maka pengolahan data dilanjutkan dengan melakukan uji Duncan.
Dimensi tanaman
Dimensi tanaman yang diamati pada penelitian ini meliputi: diameter dan
tinggi tanaman.
Diameter tanaman
Pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap diameter tanaman disajikan
Tabel 2.



Tabel 2 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap
diameter tanaman sengon
Letak Pupuk NPK
Tanpa pupuk (TP)
Searah larikan (P1)
Tegak lurus larikan (P2)
Searah dan tegak lurus larikan
(P3)

Jenis tanaman
P. falcataria
P. falcataria
P. falcataria
P. falcataria

Rata-rata diameter tanaman (mm)
2.00a
1.75a
1.18b
1.54ab

Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, rata-rata diameter tanaman yang lebih besar
ditunjukkan pada perlakuan tanpa pupuk.
Tinggi tanaman
Pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap tinggi tanaman disajikan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap tinggi
tanaman sengon
Letak Pupuk NPK
Jenis tanaman
Rata-rata tinggi tanaman (cm)
Tanpa pupuk (TP)
P. falcataria
11.29ab
Searah larikan (P1)
P. falcataria
8.96bc
Tegak lurus larikan (P2)
P. falcataria
7.43c
Searah dan tegak lurus
P. falcataria
11.91a
larikan (P3)
Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, tinggi tanaman sengon tertinggi ditemukan
pada perlakuan letak pemberian pupuk NPK searah dan tegak lurus larikan.
Sistem perakaran tanaman
Sistem perakaran yang diamati pada penelitian ini meliputi jumlah dan
panjang akar (primer, sekunder, dan tersier), dan kedalaman akar masing-masing
perlakuan.
Kedalaman akar tanaman
Kedalaman akar tanaman diperoleh dari kedalaman akar setelah pemanenan
dikurangkan dengan kedalaman akar sebelum penanaman. Pengaruh letak
pemberian pupuk NPK terhadap kedalaman akar tanaman disajikan pada Tabel 4.



Tabel 4 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap
kedalaman akar tanaman sengon
Letak Pupuk NPK

Jenis tanaman

Rata-rata kedalaman akar tanaman
(cm)
31a
21.5b
18.9b
23.5b

Tanpa pupuk (TP)
P. falcataria
Searah larikan (P1)
P. falcataria
Tegak lurus larikan (P2)
P. falcataria
Searah dan tegak lurus
P. falcataria
larikan (P3)
Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, kedalaman akar tanaman sengon tertinggi
ditemukan pada perlakuan tanpa pupuk.
Panjang akar primer tanaman
Pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap panjang akar primer
tanaman disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil uji Duncan pengaruh letak pemberian pupuk NPK terhadap panjang
akar primer tanaman sengon
Letak Pupuk NPK

Jenis tanaman

Rata-rata panjang akar primer
tanaman (cm)
10.68a
8.48ab
6.86b
7.76b

Tanpa pupuk (TP)
P. falcataria
Searah larikan (P1)
P. falcataria
Tegak lurus larikan (P2)
P. falcataria
Searah dan tegak lurus
P. falcataria
larikan (P3)
Huruf sama di belakang angka menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5 %

Berdasarkan hasil uji Duncan, panjang akar primer tanaman sengon
tertinggi ditemukan pada perlakuan tanpa pupuk.
Nisbah pucuk akar
Nilai nisbah pucuk akar disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil nisbah pucuk akar tanaman terhadap letak pemberian pupuk NPK
Perlakuan letak pupuk
Nilai nisbah pucuk akar
12
10
6
5

Tanpa pupuk (TP)
Searah larikan (P1)
Tegak lurus larikan (P2)
Searah dan tegak lurus larikan (P3)

Pembahasan
Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap dimensi tanaman
Dimensi tanaman merupakan perhitungan pertumbuhan diameter dan tinggi
tanaman. Respon pertumbuhan tinggi dan diameter merupakan parameter untuk
mengukur produktivitas suatu tanaman. Pertumbuhan tinggi diawali dengan



bertambahnya pucuk yang semakin panjang dan dilanjutkan dengan
perkembangannya menjadi daun dan batang. Menurut Utami et al. (2010) dalam
pertumbuhan pucuk pada tanaman mengalami tiga tahap, yaitu pembelahan sel,
perpanjangan dan diferensiasi atau pendewasaan. Pada fase pembelahan sel,
tanaman memerlukan karbohidrat karena komponen utama penyusun sel terbuat
dari glukosa (karbon) atau dengan kata lain bahwa pembelahan sel bergantung
dari persediaan karbohidrat. Sementara karbohidrat hanya dihasilkan dari proses
fotosintesis yang melibatkan klorofil dan unsur N berperan dalam pembentukan
klorofil.
Pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pembelahan sel (peningkatan
jumlah) dan pembesaran sel (peningkatan ukuran) suatu tanaman. Pertumbuhan
bibit di persemaian dipengaruhi oleh kondisi bibit, perlakuan yang diterapkan, dan
waktu anakan di persemaian. Pertumbuhan bibit akan berpengaruh terhadap
keberhasilan bibit tersebut ditanam di lapangan (Sahwalita 2009). Menurut Jumin
(2005), selain unsur-unsur iklim dan komponen tanah, kemampuan tanah
menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman juga memegang peranan
penting. Hal itu dapat terlihat dari respon tanaman terhadap pemupukan. Setiap
tanaman memiliki respon yang berbeda terhadap pemupukan, hal tersebut
dikarenakan adanya pengaruh faktor iklim maupun faktor tanah dan tanaman itu
sendiri.
Kombinasi antara tanaman berkayu dan tanaman tidak berkayu
menyebabkan adanya interaksi dan kompetisi. Interaksi yang positif pada pola
agroforestri akan menghasilkan peningkatan produksi dari semua komponen
tanaman yang ada pada pola tersebut, akan tetapi apabila bentuk interaksi yang
terjadi adalah negatif maka peningkatan produksi salah satu jenis tanaman akan
menyebabkan penurunan produksi tanaman yang lain (Hairiah et al. 2002). Untuk
meminimalisir dampak dari kompetisi yang dihasilkan dapat dilakukan
pengelolaan lahan agroforestri seperti pengaturan jarak tanam, pengaturan pola
tanam serta pemilihan tanaman semusim.
Jenis tanaman berkayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah sengon.
Variabel dimensi tanaman yang diamati dalam penelitian ini adalah diameter dan
tinggi tanaman. Semua variabel dimensi tanaman dipengaruhi oleh interaksi
tanaman terhadap letak pemberian pupuk NPK. Letak pemberian pupuk NPK
pada penelitian ini sebagai simulasi letak pemilihan tanaman semusim yang akan
ditanam bersama tanaman pokok di lahan agroforestri. Pada penelitian ini,
perbedaan letak pemberian pupuk NPK pada tanaman sengon belum
menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan (riap) diameter
sengon yang telah diamati selama 3 bulan. Hal ini diduga disebabkan oleh
pengamatan dimensi sengon dalam kurun waktu yang singkat, yakni 3 bulan.
Krisnawati et al. (2011) menyatakan bahwa rata-rata riap diameter sengon tiap
tahun berfluktuasi sampai dengan umur 6 tahun sekitar 4 sampai 5 cm.
Hasil uji Duncan dari perlakuan yang terbaik untuk tinggi tanaman
ditemukan pada perlakuan P3 (letak pupuk searah dan tegak lurus larikan), ratarata tinggi tanaman pada perlakuan ini memiliki tinggi yang merata, hal ini
disebabkan karena tanaman mendapatkan nutrisi hara lebih banyak. Sedangkan
perlakuan yang terbaik untuk diameter tanaman ditemukan pada perlakuan tanpa
pupuk, hal ini disebabkan karena kurang telitinya pengamat dalam meletakkan
bak tanam ke empat perlakuan, sehingga diduga pertumbuhan diameter tanaman



pada perlakuan tanpa pupuk dipengaruhi oleh faktor luar dari perlakuan yang
diamati. Faktor luar yang memengaruhi perlakuan tanpa pupuk adalah cahaya
matahari yang diterima tanaman. Perlakuan tanpa pupuk menerima cahaya
matahari lebih banyak dibandingkan perlakuan lainnya, sehingga pertumbuhan
diameter tanaman menjadi lebih besar. Simorangkir (2000) menyatakan bahwa
pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh
terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang. Tinggi tanaman lebih
cepat naik di tempat teduh sementara diameter tanaman lebih cepat naik di tempat
tanpa naungan.
Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap sistem perakaran
Berdasarkan Mahendra (2009) bagi tanaman, akar adalah salah satu faktor
penting bagi pertumbuhan, tanpa akar proses fotosintesis untuk memproduksi
karbohidrat dan energi tidak akan bisa berjalan. Adapun fungsi akar bagi tanaman
yaitu membantu tumbuhan agar dapat berdiri kokoh di dalam tanah, menyerap air
dari tanah serta menyerap unsur hara dari tanah. Hardjowigeno (2007)
menyatakan pemberian unsur N dapat memperbaiki pertumbuhan vegetatif
tanaman dan pembentukan protein dan klorofil. Pembelahan sel, perkembangan
akar, dan kekuatan batang agar tidak mudah roboh merupakan fungsi dari
pemberian unsur P, sedangkan unsur K ialah membantu pembentukan protein dan
karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk antibodi
tanaman terhadap penyakit dan kekeringan (Utami et al. 2010).
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah panjang dan jumlah akar
(primer, sekunder, dan tersier) dan kedalaman akar. Semua variabel sistem
perakaran tidak dipengaruhi oleh interaksi tanaman terhadap letak pemberian
pupuk NPK kecuali panjang akar primer dan kedalaman akar. Hasil uji Duncan
dari perlakuan letak pemberian pupuk NPK menunjukkan bahwa perlakuan yang
terbaik untuk panjang akar primer dan kedalaman akar tanaman ditemukan pada
perlakuan tanpa pupuk, hal ini diduga tanaman sengon pada perlakuan tanpa
pupuk berinteraksi lebih besar pada lingkungan dalam memperoleh penyediaan
unsur N dari udara, sedangkan tanaman sengon pada perlakuan P1 (letak pupuk
searah larikan) dan P2 (letak pupuk tegak lurus larikan) berinteraksi lebih rendah
karena unsur N telah tersedia dari letak pemberian pupuk NPK pada masingmasing perlakuan tersebut sehingga diduga pemberian pupuk NPK mengalami
keracunan/kelebihan unsur hara.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lingga (2011) yang menyatakan bahwa
kenaikan reaksi tanah yang berlangsung secara mendadak dapat membuat
tanaman tersiksa. Respon pertumbuhan yang menurun akibat pemberian dosis
yang tinggi berhubungan dengan tingginya sensitivitas akar terhadap kandungan
unsur N dalam pupuk akar NPK. Dengan semakin tingginya asupan unsur hara N
akibat semakin tingginya dosis pupuk akar NPK yang diajukan akan
menimbulkan efek negatif terhadap akar (Sahwalita 2009). Pernyataan ini
didukung oleh Lakitan (2007) yang menyatakan jika jaringan tumbuhan
mengandung unsur hara tertentu dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari
konsentrasi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan maksimum, maka kondisi ini
dikatakan tumbuh dalam kondisi konsumsi mewah. Pada konsentrasi yang terlalu
tinggi, unsur hara esensial dapat juga menyebabkan keracunan bagi tumbuhan.



Perlakuan P1 (letak pupuk searah larikan) dan P2 (letak pupuk tegak lurus
larikan) yang menunjukkan zona keracunan, konsentrasi unsur hara dalam
jaringan berlebih sehingga tanaman mengalami penurunan pertumbuhan. Minggu
pertama setelah pemberian pupuk dengan semua perlakuan menunjukkan
pertumbuhan yang baik, begitu juga perlakuan tanpa pupuk. Namun pada minggu
ke-3 mulai terlihat gejala yang timbul terhadap tanaman sengon pada perlakuan
P1 (letak pupuk searah larikan) dan P2 (letak pupuk tegak lurus larikan) yaitu
mulai menguningnya beberapa daun. Pada minggu ke-4 daun menjadi kering dan
beberapa berguguran. Minggu ke-5 pertumbuhan tinggi tanaman sengon pada P1
(letak pupuk searah larikan) dan P2 (letak pupuk tegak lurus larikan) menjadi
lambat namun tanaman masih tetap bertahan sampai minggu ke-12 pengamatan
(Gambar 3). Pengeringan pada daun dan pertumbuhan tinggi yang lambat
menyebabkan pertumbuhan tanaman mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan
proses metabolisme tanaman terganggu. Mekanisme serapan unsur hara yang
terjadi dalam daun dan batang menjadi tidak maksimal sehingga energi yang
dihasilkan dari proses fotosintesis menjadi berkurang.

TP

P1

P2

P3

Gambar 3 Kondisi semai sengon pengamatan terakhir. Perlakuan TP (tanpa
pupuk), P1 (pupuk searah larikan), P2 (pupuk tegak lurus larikan) dan
P3 (pupuk searah dan tegak lurus larikan)
Sengon merupakan tumbuhan dikotil yang memiliki akar tunggang. Akar
tunggang umumnya memiliki sistem perakaran yang dalam dan memiliki
percabangan akar. Perakaran yang dalam berhubungan dengan aktivitas akar
menemukan air dan unsur hara untuk pertumbuhannya. Arah pergerakan akar
mengikuti letak air dan unsur hara di dalam tanah. Menurut Sitompul (2003),
jumlah unsur hara dan air yang dapat diserap tanaman tergantung pada
kesempatan untuk mendapatkan air dan unsur hara tersebut di dalam tanah. Hasil
pengukuran pertumbuhan akar yaitu panjang dan jumlah akar (primer, sekunder,
dan tersier) tanaman sengon pada semua perlakuan terbukti bahwa arah
pergerakan akar mengikuti letak pemberian pupuk NPK (Gambar 4).



TP

P1

P2

P3

Gambar 4 Penampang akar perlakuan TP (tanpa pupuk), P1 (pupuk searah
larikan),P2 (pupuk tegak lurus larikan) dan P3 (pupuk searah dan
tegak lurus larikan)
Pertumbuhan akar tanaman sengon pada perlakuan P3 (letak pupuk searah
dan tegak lurus larikan) memiliki jumlah akar yang lebih banyak dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga pada perlakuan P3 (letak pupuk searah
dan tegak lurus larikan) memiliki kandungan hara lebih merata daripada perlakuan
lainnya. Hartoyo (2014) menyatakan bahwa jumlah akar horisontal lebih banyak
ditemukan pada lahan dengan pola tanam agroforestri, sedangkan akar dengan
kedalaman 20 cm.
Sebaliknya, jumlah akar horisontal lebih sedikit daripada jumlah akar vertikal
pada lahan monokultur.
Pengaruh pemberian pupuk NPK terhadap nisbah pucuk akar
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah nisbah pucuk akar. Ratio
antara berat kering pucuk (biomassa di atas permukaan) dengan berat kering akar
(biomassa di bawah permukaan) akan menghasilkan nilai nisbah pucuk-akar.
Nisbah pucuk-akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan yang
mencerminkan perbandingan antara kemampuan penyerapan air dan mineral
dengan proses transpirasi dan luasan fotosintesis dari tanaman (Rochimi 2008).
Nilai nisbah pucuk akar yang diperoleh dari semua perlakuan cenderung memiliki
nilai nisbah pucuk akar lebih dari 1, artinya semua perlakuan memiliki
pertumbuhan pucuk yang lebih baik daripada pertumbuhan akar tanaman. Namun
nilai nisbah pucuk akar terendah ditemukan pada perlakuan P3 (letak pupuk
searah dan tegak lurus larikan), hal ini diduga disebabkan interaksi akar tanaman
sengon berpengaruh positif terhadap letak pemberian pupuk searah dan tegak
lurus larikan dimana keberadaan unsur hara yang tersedia lebih menyebar
sehingga pertumbuhan akar relatif lebih kuat dibandingkan perlakuan lainnya.
Pertumbuhan pucuk dan akar yang seimbang dapat diketahui dengan nilai
nisbah pucuk-akar sebesar 1. Nilai nisbah pucuk yang tinggi menunjukkan bahwa
bagian pucuk mempunyai pertumbuhan yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan bagian akar. Begitu pula sebaliknya, nilai nisbah pucuk akar yang rendah
menunjukkan bahwa bagian akar mempunyai pertumbuhan yang lebih baik
dibandingkan dengan pertumbuhan bagian pucuk (Pribadi 2006). Perlakuan P3
(letak pupuk searah dan tegak lurus larikan) cenderung memiliki pertumbuhan
akar yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya, karena nisbah pucuk akar
yang ditunjukkan sebesar 5. Tanaman yang memiliki nisbah pucuk akar kurang



dari 1 lebih kuat dan tidak mudah roboh karena memiliki perakaran yang kokoh
(Rochimi 2008).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Penelitian mengenai letak pemberian pupuk sebagai simulasi pola tanam
agroforestri menunjukkan pertumbuhan tanaman sengon tumbuh merata secara
optimal baik dimensi maupun kedalaman akar. Pertumbuhan akar tanaman pada
lahan agroforestri memiliki akar horisontal yang lebih banyak. Hal ini terbukti
pada perlakuan letak pemberian pupuk NPK searah dan tegak lurus larikan
dimana akar tanaman sengon berkembang untuk menemukan air dan unsur hara.
Saran
Sebelum melakukan penelitian perlu diperhatikan faktor lingkungan yang
homogen pada perlakuan yang diamati, hal ini untuk melihat ketepatan pendugaan
faktor tersebut yang memengaruhi perlakuan bukan menimbulkan faktor lain
diluar perlakuan yang diamati. Selain itu, penelitian yang sejenis perlu
diujicobakan dengan menguji tingkat kekokohan tanaman terhadap berbagai
tekanan, seperti terpaan angin. Hal ini untuk membuktikan pertumbuhan akar
tanaman pada lahan agroforestri lebih kuat dan kokoh dibandingkan dengan
tanaman monokultur.

DAFTAR PUSTAKA
Hairiah K, Sardjono MA, Sabarnurdin S. 2003. Pengantar Agroforestry. Bahan
Ajaran 1. Bogor: World Agroforestry Centre (ICRAF).
Hartoyo APP. 2014. Respon Fisiologi dan Produksi Kedelai (Glycine max (L.)
Merrill) Toleran Naungan Berbasis Agroforestri Sengon (P. falcataria (L.)
Nielsen). [Tesis]. Bogor (ID): IPB.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Jumin HB. 2005. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta (ID): PT Raja Grafindo
Persada.
Krisnawati H, Varis E, Kallio M, Kanninen M. 2011. Paraserianthes falcataria
(L.) Nielsen: Ekologi, Silvikultur dan Produktivitas. Bogor: CIFOR.
Lakitan B. 1997. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): PT Raja
Grafindo Persada.



Lingga P. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.
Mahendra F. 2009. Sistem Agroforestri dan Aplikasinya. Yogyakarta: Graha
Ilmu..
Rao.T.P. and O. Ito, 1998. Differences in Root System Morphology and Root
Respiration in Relation to Nitrogen Uptake among Six Crop Species. Japan
Agriculture Research Quartery 32:97-103.
Rochimi DK. 2008. Produksi Bibit Biti (Vitex cofassus Reinw. Ex Blume) melalui
Pembiakan Vegetatif. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sahwalita. 2009. Aplikasi beberapa jenis pupuk pada bibit Aquilaria malacensis
Lamk. asal anakan alam di persemaian. Di dalam: Suhaendi H, Efendi R,
Mindawati N, Wibowo A, Anggraeni I, editor. Peran Iptek Dalam
Mendukung Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat. Prossiding Seminar
Hasil-Hasil Penelitian Balai Penelitian Kehutanan: Palembang, 2 Des
2009. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat
Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. hlm 45-57.
Simorangkir. 2000. Analisis Riap Dryobalanop slanceolata Burck pada Jalur yang
Berbeda di Hutan Koleksi Universitas Mulawarman Lempake. Kalimantan
Timur: Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai.
Sitompul SM. 2003. Radiasi dalam sistem agroforestri. Di dalam: Hairiah K,
Widianto, Utami SR, Lusiana B, editor. Wanulacs: Model Simulasi Untuk
Sistem Agroforestri. Bogor: International Center for Research in
Agroforestry. Hlm. 79-103.
Utami S, Yuna AP, Herdiana N, Rahman T. 2010. Respon pertumbuhan bibit
kayu bawang (Disoxylum mollisimum) pada berbagai aplikasi dosis pupuk
NPK. Di dalam: Rostiwati T, Mindawati N, Anggraini I, Bustomi S, Effendi
R, editor. Prossiding Workshop Sintesa Hasil Penelitian Hutan Tanaman
2010; 1 Des 2010. Bogor (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan, Pusat Litbang Peningkatan Produktivitas Hutan. hlm 193-197.
Pribadi EY. 2006. Produksi Bibit Jati Muna melalui Stek Pucuk pada Bedeng
Persemaan Akar Telanjang [Skripsi]. Bogor (ID): IPB.



RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jawa Barat, pada tanggal 08 Maret 1992 dari
ayah (Alm.) Yandi dan Ibu Elah. Penulis adalah putri ketiga dari lima bersaudara.
Tahun 2010 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Cikarang Utara dan pada tahun yang
sama penulis diterima di Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB melalui
Jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi, yaitu
Badan Eksklutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan (BEM-E) Divisi Public Relation
pada tahun 2012-2013, Himpunan Profesi Tree Grower Community pada tahun
2012-2013, International Forestry Students’ Association (IFSA) LC-IPB pada
tahun 2012-2013, Sylva Indonesia LC-IPB Divisi Kewirausahaan pada tahun
2012-2013 dan Sylva Indonesia LC-IPB Divisi Kewirausahaan pada tahun 20132014. Di bidang akademik, penulis mengabdi sebagai asisten praktikum Mata
Kuliah Silvikultur pada tahun 2013. Selain itu, penulis juga aktif di berbagai
kepanitiaan yang diselenggarakan oleh beberapa organisasi tingkat perguruan
tinggi maupun nasional. Bulan Februari sampai Bulan April 2014, Penulis
mengikuti Praktek Kerja Profesi di PT Restorasi Ekosistem Indonesia, Jambi.
Penulis juga aktif mengikuti lomba Business Plan dan program kreativitas
mahasiswa (PKM). Beberapa prestasi yang diraih oleh penulis, antara lain: finalis
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) 2012, dan finalis PKM-P tingkat IPB
2012.
Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Pupuk NPK tehadap Pertumbuhan
Akar Semai Sengon (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen)” di bawah
bimbingan Prof Dr Ir Nurheni Wijayanto, MS.