Produksi Dan Kualitas Biomassa Murdannia Bracteata Sebagai Dampak Aplikasi Pupuk Daun Magneisum

PRODUKSI DAN KUALITAS BIOMASSA Murdannia bracteata
SEBAGAI DAMPAK APLIKASI PUPUK DAUN MAGNESIUM

TENTI RAHMAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produksi dan Kualitas
Biomassa Murdannia bracteata sebagai Dampak Aplikasi Pupuk Daun Magnesium
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2015
Tenti Rahmawati
NIM D251140256

iv

RINGKASAN
TENTI RAHMAWATI. Produksi dan Kualitas Biomassa Murdannia bracteata
sebagai Dampak Aplikasi Pupuk Daun Magneisum. Dibimbing oleh LUKI
ABDULLAH dan IWAN PRIHANTORO.
Murdannia bracteata merupakan salah satu jenis hijauan yang belum
banyak diteliti. Tanaman M. bracteata memiliki kandungan mineral magnesium
yang cukup tinggi. Magnesium merupakan salah satu mineral makro yang
dibutuhkan oleh hewan maupun tumbuhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengevaluasi penambahan pupuk daun magnesium terhadap pertumbuhan,
produktivitas, dan kualitas tanaman. Pupuk ini memiliki daya insersi yang baik

sehingga dapat segera langsung dimanfaatkan oleh tanaman. Dengan penambahan
pupuk daun pada tanaman, diharapkan proses fotosintesis pada tanaman meningkat
dan kandungan magnesium juga meningkat. Magnesium pada tanaman ini
diharapkan dapat menjadi sumber mineral organik bagi ternak ruminansia.
Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dan 4 ulangan polibag tanaman. Dosis pupuk
daun magneisum yang diberikan adalah 0 ppm, 2000 ppm, 4000 ppm, 8000 ppm,
dan 12000 ppm. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium lapang
Agrostologi, Fakultas Peternakan IPB. Peubah yang diamati adalah pertumbuhan
vegetatif dan generatif, produktivitas tanaman, serta kualitas tanaman yang
mencakup kandungan mineral dan klorofil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk daun magnesium
pada M. bracteata tidak memberikan pengaruh yang signifikan (P>0.05) terhadap
petumbuhan dan produktivitasnya. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman ini
toleransi terhadap toksisitas pupuk magnesium. Pemberian pupuk magnesium
mempengaruhi kandungan mineral M. bracteata (P0.05). Pemberian pupuk daun magnesium
mengakibatkan kenaikan kandungan mineral magnesium, dan menurunkan
kandungan mineral kalsium, kalium, dan seng. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
tubuh tanaman sudah ada gejala keracunan magneisum, namun belum
diekspresikan secara fenotipe. Serapan mineral pada setiap tanaman tidak

menunjukkan tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
kandungan mineralnya berbeda, namun jumlah mineral yang diserap setiap
tanaman sama. Hal ini juga yang diduga menyebabkan pemberian pupuk daun
magnesium tidak memberikan dampak yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan,
produktivitas, dan kandungan klorofil tanaman. Simpulan dari penelitian ini adalah
penambahan pupuk daun magnesium hingga 12000 ppm dapat ditoleransi oleh
tanaman sehingga tidak mengganggu pertumbuhan dan produktivitasnya, meskipun
dalam tanaman itu sendiri terjadi antagonisme beberapa mineral.

Kata kunci: magnesium, Murdannia bracteata, pertumbuhan, produktivitas

v

SUMMARY
TENTI RAHMAWATI. Production and quality of Murdannia bracteata biomass
as impact of magnesium foliar fertilizer. Supervised by LUKI ABDULLAH and
IWAN PRIHANTORO.
Murdannia bracteata is useful plant that has not been widely studied. M.
bracteata plants contain some mineral in high level, such as magnesium.
Magnesium is one of the macro minerals needed by animals and plants. The purpose

of this study was to evaluate the addition of magnesium foliar fertilizer on growth,
productivity, and quality of M. bracteata. This fertilizer has a good insertion so it
can be directly used by plants. With the addition of foliar fertilizer on crops, is
expected to increase photosynthesis in plants and magnesium content. Magnesium
content of this plant can be source of organic mineral for ruminant.
The experimental design was completely randomized design (CRD), with
5 treatments and 4 replications polybag plants. Magnesium foliar fertilizer levels
given in this experiment were 0 ppm, 2000 ppm, 4000 ppm, 8000 ppm and 12000
ppm. The study was conducted in a greenhouse, field laboratory Agrostologi,
Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agricultural University.Variables measured
is vegetative and generative growth, productivity, and quality of crops including
minerals and chlorophyll content.
The results showed that the magnesium foliar fertilizer on M. bracteata had
no significant effect (P> 0.05) on growth and productivity. This indicated that these
plants tolerance to the toxic level of magnesium. Magnesium fertilizer application
on M. bracteata affected the mineral content (P 0.05). Giving magnesium foliar fertilizer resulted in the
increase in the mineral content of magnesium, and reduce the mineral content of
calcium, potassium, and zinc. This showed that magnesium inside of plants can
interfere the other of minerals, but it had not been expressed in the phenotype of
plants. Mineral uptake at each plant wasn’t significantly different. This showed that

despite the different mineral content, but the amount of minerals that are absorbed
at each plant. It is also thought to cause leaf magnesium fertilizer does not give a
significantly different impact on growth, productivity, and the chlorophyll content
of plants. The conclusion from this study is the addition of magnesium foliar
fertilizer up to 12000 ppm can be tolerated by plants so it does not interfere with
the growth and productivity, although the plant itself happens antagonism some
minerals.
Keywords: magnesium, Murdannia bracteata, growth, productivity

vi

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


vii

PRODUKSI DAN KUALITAS BIOMASSA Murdannia bracteata
SEBAGAI DAMPAK APLIKASI PUPUK DAUN MAGNESIUM

TENTI RAHMAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Nutrisi dan Pakan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

viii


Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. rer. nat Nur Rochmah Kumalasari, SPt,
MSi

ix

x

xi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya tulis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret hingga Juni 2015 ini ialah
Hijauan, dengan judul Produksi dan Kualitas Biomassa Murdannia bracteata
sebagai Dampak Aplikasi Pupuk Daun Magnesium. Sebagian hasil penelitian ini
dalam proses publikasi di Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner (JITV) dengan judul
Produksi dan Kualitas Biomassa Murdannia bracteata sebagai Dampak Aplikasi
Pupuk Daun Magnesium.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof Dr Ir Luki Abdullah dan
Bapak Dr Iwan Prihantoro selaku pembimbing yang telah banyak memberikan

saran, motivasi, dan arahan hingga terselesaikannya tugas akhir ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada DIKTI yang terlah memberikan kesempatan
sebagai penerima Beasiswa Fresh Graduate melalui Program Sinergi (Fastrack)
IPB pada tahun 2013. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh
crew agrostologi, Staf pegawai Pascasarjana teman-teman Pascasarjana, dan Nutrisi
Empat Tujuh yang telah banyak membantu. Penulis mengucapkan terimakasih yang
terdalam kepada Ayahanda Diran dan Ibunda Sri Sayekti yang telah memberikan
doa, kasih sayang, semangat, nasehat, bimbingan moral dan materi yang tiada henti
kepada penulis. Terima kasih juga kepada mas Debri dan yuk Hana, serta seluruh
keluarga yang terus memberikan doa dan semangatnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Desember 2015
Tenti Rahmawati

xii

xiii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

xv

DAFTAR GAMBAR

xv

DAFTAR LAMPIRAN

xvi

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

1
1
2


2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Alat dan Bahan
Prosedur Penelitian

2
2
2
4

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Murdannia bracteata
Produktivitas Murdannia bracteata
Kualitas Murdannia bracteata

7
7
8
9


4 SIMPULAN
Simpulan
Saran

13
13
13

DAFTAR PUSTAKA

14

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

20

xiv

DAFTAR TABEL
1 Hasil analisis tanah
3
2 Pertumbuhan vegetatif M. bracteata berdasarkan dosis pemupukan
magnesium
7
3 Pertumbuhan generatif M. bracteata berdasarkan dosis pemupukan
magnesium
8
4 Produksi biomassa segar dan kering M. bracteata berdasarkan dosis
pemupukan magnesium
8
5 Serapan mineral makro daun M. bracteata terhadap dosis pupuk daun
magnesium
12
6 Kandungan klorofil M. bracteata berdasarkan dosis pemupukan
magnesium
13

DAFTAR GAMBAR
1 Bibit M. bracteata (kiri), M. Bracteata yang sudah tumbuh pada umur 8
minggu (kanan)
3
2 Pencampuran pupuk (kiri) dan media yang telah dimasukkan ke dalam
polibag (kanan)
4
3 Serbuk magnesium sulfat (kiri) dan larutan magnesium sulfat (kanan) 5
4 Korelasi penambahan pupuk daun magnesium dengan kandungan
mineral M. bracteata
10
5 Antagonisme kandungan mineral Mg2+ dengan K+ dan Zn2+
11
6 Mekanisme pengaruh stress Mg2+, Na+, dan K+ dalam sel
11

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Hasil sidik ragam pertambahan panjang tanaman
Hasil sidik ragam pertambahan jumlah daun
Hasil sidik ragam lebar daun
Hasil sidik ragam pertambahan jumlah bunga
Hasil sidik ragam pertambahan jumlah tunas
Hasil sidik ragam panjang stolon
Hasil sidik ragam berat segar
Hasil sidik ragam berat kering
Hasil sidik ragam phosphor
Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial kalsium
Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial magnesium
Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial kalium
Hasil sidik ragam natrium
Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial zink
Hasil sidik ragam klorofil A
Hasil sidik ragam klorofil B
Hasil sidik ragam antosianin
Hasil sidik ragam karoten

16
16
16
16
16
16
17
17
17
17
17
18
18
18
18
18
19
19

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Murdannia bracteata merupakan salah satu jenis hijauan yang belum banyak
diteliti. Tanaman yang berpeluang sebagai pakan fungsional bagi ternak ruminansia
ini termasuk dalam bangsa Commelinales, suku Commelinaceae, marga Murdannia,
jenis M. bracteata (C.B. Clarke) Kuntze ex D.Y. Keunggulan tanaman ini selain
sebagai sumber serat kasar yakni dapat digunakan sebagai anti-inflamatori dan
tinggi kandungan mineralnya (Wang et al. 2007, Rahmawati 2014). M. bracteata
yang ditanam dengan penambahan pupuk organik 10 ton ha-1 dan naungan 37%
memberikan pengaruh tingginya kandungan mineral kalsium (Ca), Magnesium
(Mg), Kaliun (K), dan Zink (Zn). Kandungan mineral Ca, Mg, K, can Zn secara
berturut turut adalah 16847 ppm, 4566 ppm, 29323 ppm, dan 44 ppm. Kandungan
mineral tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan hijauan lainnya seperti
Brachiaria humidicola dan Indigofera sp. Mineral yang terkandung dalam tanaman
ini berpotensi sebagai sumber magnesium organik bagi ternak.
Magnesium (Mg) merupakan jenis mineral makro yang dibutuhkan oleh
ternak ruminansia. Magnesium merupakan mineral yang berkaitan erat dengan
kalsium selain fosfor. Sekitar 70% magnesium ditemukan di tulang. Mineral ini
berperan dalam aktivator enzim dan kunci dalam proses biokimia sel (McDonald
et al. 2010). Penambahan 10 %BK M. bracteata sebagai sumber magnesium pada
ransum sapi potong dapat meningkatkan produksi VFA, kecernaan bahan kering
dan bahan organik, serta sintesis protein mikroba (Rais 2015).
Pada tanaman, magnesium juga memiliki beberapa peranan penting,
diantaranya sebagai unsur utama penyusun klorofil, berperan dalam metabolisme
nitrogen, mengaktifkan enzim yang berkaitan dengan metabolisme karbohidrat, dan
sebagai katalisator (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Oleh karena itu magnesium
harus tersedia dalam jumlah yang cukup untuk menunjang beberapa peranan
tersebut. Sumber mineral utama pada tanaman berasal dari tanah. Ada beberapa
jenis tanah yang kandungan haranya rendah, salah satunya adalah tanah latosol
dramaga. Kandungan magnesium pada tanah ini rendah, seperti yang tercantum di
Tabel 1. Pemberian pupuk magnesium diberikan ke tanaman dapat dilakukan
dengan beberapa cara, salah satunya adalah melalui daun atau lebih sering dikenal
sebagai pupuk daun. Pupuk daun adalah pupuk yang dilarutkan dengan air dan
diberikan dengan cara disemprotkan pada permukaan daun (Hanadyo et al. 2013).
Cairan pupuk masuk ke dalam daun dengan proses penyerapan ke dalam jaringan
kutikula melalui stomata (Aghtape et al. 2011). Pupuk ini memiliki kelebihan yakni
hara yang diberikan langsung dapat diserap melalui mulut daun. Namun pemberian
pupuk dengan cara seperti ini dosisnya tidak boleh tinggi.
Tanaman M. bracteata memiliki kandungan mineral magnesium yang cukup
tinggi. Pada penelitian ini, penambahan pupuk daun dilakukan untuk melihat
sampai sejauh mana tanaman ini dapat meningkatkan kandungan magnesium tanpa
menganggu pertumbuhan, produktivitas, dan kualitasnya.

2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pertumbuhan,
produktivitas, dan kualitas biomassa M. bracteata dengan pemupukan magnesium
melalui daun.

2 METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2015. Penanaman
M. bracteta dilakukan di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, analisa
berat kering, bahan organik dan analisa mineral di Laboratorium Nutrisi Ternak
Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Analisa kandungan klorofil
dilakukan di Laboratorium Pascapanen, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Alat dan Bahan
Alat
Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu budidaya dan analisa kualitas M.
bracteata. Materi yang digunakan dalam tahap penanaman adalah tanah latosol
dramaga, pupuk organik (petroganik) dengan dosis 10 ton ha-1, pupuk anorganik
yang terdiri dari urea 60 kg ha-1, KCl 120 kg ha-1, dan SP36 120 kg ha-1, kapur 15 g/
5 kg tanah, pupuk daun magnesium. Pada penelitian analisa kualitas M. Bracteata,
analisa yang dilakukan adalah analisa kandungan klorofil dan analisa kandungan
mineral Ca, P, K, Mg, Na, dan Zn. Analisa mineral menggunakan sampel daun
kering M. bracteata yang telah digiling kering, bahan bahan kimia, dan alat
laboratorium yang digunakan untuk analisa kandungan mineral. Analisa kandungan
klorofil daun menggunakan daun segar yang dipetik sebelum tanaman dipanen,
bahan bahan kimia, dan alat laboratorium yang digunakan untuk analisa kandungan
klorofil.
Bahan
a. Bibit Murdannia bracteata, Tanah Latosol Dramaga
Penelitian ini menggunakan bibit M. bracteata berjumlah 20 batang yang
berasal dari hasil pengembangan sendiri. Stolon M. bracteta yang memiliki
mempunyai kisaran bobot 1.7 – 1.9 g, panjang 12-17 cm, dan jumlah daun 3-5 helai
dipotong kemudian ditanam tanah latosol dramaga selama 1 bulan. Setelah itu bibit
dipindahkan ke media tanam untuk diberi perlakuan. Tanah latosol yang dipakai
dalam penelitian ini sebanyak 5 kg per polibag. Bibit M. Bracteata yang sudah
tumbuh pada umur 8 minggu tersaji dalam Gambar 1. Komposisi tanah yang
digunakan sama dengan yang dilaporkan oleh Utami (2015), dengan sifat kimia dan
fisik ada pada Tabel 1.

3

Gambar 1 Bibit M. bracteata (kiri), M. Bracteata yang sudah tumbuh pada umur
8 minggu (kanan)
Tabel 1 Hasil analisis tanah
Jenis Tanah
Tekstur (pipet)
Pasir (%)
Debu (%)
Liat (%)
Ph
H2O
KCl
Bahan Organik
C Walkley & Black (%)
N Kjeldahl (%)
C/N
Nilai Tukar Kation (NH4-Acetat 1N,
pH 7)
Ca (cmolc/kg)
Mg (cmolc/kg)
K (cmolc/kg)
KTK (cmolc/kg)
Total (HNO3 + HClO4)
P (%)
K (%)
Mg (%)
N (%)
Sumber : Utami (2015)

Nilai
35
39
26
4.6
3.8
0.44
0.04
11

1.19
0.29
0.07
12.59
0.11
0.01
0.06
0.02

b. Pupuk Organik, Pupuk NPK, dan Pupuk Daun MgSO4.7H2O
Pupuk Organik yang digunakan adalah pupuk petroganik dengan dosis 10 ton
ha-1. Jumlah pupuk organik yang digunakan sebanyak 25 g/ polibag 5 kg. Pupuk
urea yang digunakan sebanyak 0.15 g/ polibag 5 kg, pupuk KCl 0.3 g/ polibag 5 kg,
dan pupuk SP36 sebanyak 0.3 g/ polibag 5 kg, kapur 15 g/ polibag 5 kg. Pupuk daun
MgSO4.7H2O yang digunakan dilarutkan dengan aquades. Jumlah bubuk
MgSO4.7H2O disesuaikan dengan konsentrasi perlakuan pupuk daun.

4
Prosedur Penelitian
Persiapan Media Tanam
Persiapan media tanam diawali dengan mencampur 5 kg tanah latosol
dramaga dengan pupuk organik (Petroganik) 10 ton/ha, sumber nitrogen (urea) 60
kg/ha, sumber phospor (SP36) 120 kg/ha, sumber kalium (KCl) 120 kg/ha, dam
kapur 15 g/ 5 kg tanah. Media yang telah tercampur ditimbang 5 kg kemudian
dimasukkan ke dalam polibag.

Gambar 2 Pencampuran pupuk (kiri) dan media yang telah dimasukkan ke dalam
polibag (kanan)
Penanaman
Bibit M. bracteata ditanam secara langsung pada media yang telah siap. Pada
masing-masing perlakuan ditanam bibit tanaman ini sebanyak 4 batang dengan
polybag yang berbeda. Setiap bibit mempunyai kisaran bobot 1.7 – 1.9 g, panjang
12-17 cm, dan jumlah daun 3-5 helai.
Pemupukan
Pada penelitian ini dilakukan penambahan pupuk kandang dan pupuk daun
MgSO4.7H2O. Pupuk kandang ditambahkan satu kali selama penelitian, yakni
seminggu sebelum tanam, sedangkan pupuk daun disemprotkan ke daun setelah
tanaman berumur 21 hari. Pemberian pupuk daun dilakukan setiap minggunya pada
jam 07.00 WIB. Pupuk daun yang diberikan dengan dosis sebagai berikut:
P0
P1
P2
P3
P4

: kontrol (kandungan Mg 600 ppm)
: P0 + Mg2+ 2000 ppm
: P0 + Mg2+ 4000 ppm
: P0 + Mg2+ 8000 ppm
: P0 + Mg2+ 12000 ppm

Penetapan dosis pupuk magnesium tersebut berasal dari kandungan
magnesium pada penelitian Rahmawati (2014). Kandungan magnesium pada
penelitian tersebut 4566 ppm. Agar tanaman ini tidak mengalami stress magnesium
yang berlebihan, dosis magnesium ditetapkan pada 0, 2000, 4000, 8000, dan 12000
ppm.

5

Gambar 3 Serbuk magnesium sulfat (kiri) dan larutan magnesium sulfat (kanan)
Penyiangan
Penyiangan atau kegiatan pembersihan gulma yang tumbuh di sekitar
tanaman dilakukan setiap minggu dengan metode pencabutan. Penyiangan ini
bertujuan mengurangi tanaman pengganggu agar M. bracteata dapat tumbuh
optimal.
Pemanenan dan Persiapan Sampel
Pemanenan M. Bracteata dilakukan umur 2 bulan setelah tanam. Sebelum
dilakukan pemotongan tanaman diukur panjang, jumlah daun, jumlah bunga,
jumlah tunas, dan lebar daun. Selain itu, pada setiap ulangan perlakuan juga diambil
satu helai daun secara acak untuk dianalisis kandungan klorofilnya. Kemudian
bagian tanaman di atas 1 cm dipotong menggunakan gunting untuk mendapatkan
produksi biomassa tanaman. Produksi biomassa tanaman terdiri dari bagian edible
dan non edible. Bagian edible terdiri dari daun, batang, dan bunga, sedangkan
bagian non edible terdiri dari stolon dan akar. Pada sat pemanenan juga dilakukan
pengukuran stolon. Setiap bagian yang telah dipisahkan, ditimbang berat segarnya
dan selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk mendapatkan berat kering tanaman
dengan menggunakan oven suhu 60 0C selama 48 jam. Setelah dioven, bagian daun
tanaman digiling sampai halus selanjutnya dilakukan analisa mineral M. Bracteata.
Analisa Pertumbuhan Murdannia bracteata
Pengamatan terhadap pertumbuhan meliputi panjang tanaman, jumlah daun,
lebar daun, jumlah bunga, dan jumlah tunas setiap minggunya menggunakan
meteran, sedangkan pengukuran panjang stolon dilakukan saat pemanenan.
Pengukuran dilakukan mulai minggu ke-2 setelah penanaman.

Analisa Produktivitas Murdannia bracteata
Berat segar
Biomassa M.bracteata dipotong dan dipisahkan bagian daun, batang, akar,
serta bunga untuk kemudian ditimbang berat segarnya. Penimbangan dilakukan
berdasarkan setiap ulangan pada masing-masing perlakuan.

6
Berat kering
M. bracteata yang sudah dipanen selanjutnya diangin-anginkan (kering
matahari) untuk menurunkan kadar airnya. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam
kantong kertas yang sudah diberi kode untuk dimasukkan ke dalam oven 60 0C
selama ±48 jam. Setelah 48 jam, sampel didinginkan sampai suhu stabil kemudian
ditimbang untuk diperoleh berat keringnya.
Bahan Organik
Analisa bahan organic tanaman M. bracteata hanya dilakukan pada daun.
Daun yang telah kering kemudian diblender hingga halus. Analisa ini merujuk pada
AOAC (1995). Sampel sebanyak 3-5 g dimasukkan ke dalam cawan porselin yang
telah diketahui bobotnya, kemudian diabukan ke dalam tanur bersuhu 600 0C
selama 4 jam. Setelah itu cawan didinginkan dalam desikator sampai suhu ruang
dan ditimbang.

% =


Analisa Kualitas Murdannia bracteata

Analisa kualitas klorofil Murdannia bracteata
Analisa kualitas klorofil merujuk pada metode Sims dan Gamon (2002).
Sampel M. bracteata dianalisis dengan metode spektrofotometri dengan langkahlangkah sebagai berikut: sebanyak 0.0016-0.024 g daun M. bracteata ditimbang
dan disimpan sementara dalam cooling box. Cooling box tersebut diisi dengan es,
pelarut ekstrak (85% aseton, 15% tris stock buffer), serta 1.5 mL eppie tubes kosong.
Sampel bahan dihaluskan di dalam mortar kemudian ditambahkan nitrogen cair
yang telah dididihkan hingga setengah volume mortar. Kemudian ditambahkan 1
mL pelarut ekstrak dan diaduk hingga merata. Setelah itu 1.5 mL larutan
dimasukkan kedalam eppie tubes dan disimpan dalam cooling box. Sampel yang
telah siap disentrifugasi dengan kecepatan 1000 rpm selama 3 menit. Setelah itu
dilihat absorbansinya dengan menggunakan spektrofotometer. Sampel dilihat pada
absorbansi 537, 663, dan 647 nm. Kadar klorofil dihitung dengan rumus:
Antosianin = 0.08173 x A537 – 0.00697 x A647 – 0.002228 x A663
Klorofil a (Chl a) = 0.01373 x A663 – 0.00089 x A537- 0.003046 x A647
Klorofil b (Chl b) = 0.02405 x A647 – 0.004305 x A537 – 0,005507 x A663
�4 −
. � �ℎ� +�ℎ� −9.4 9∗
� �
Karoten =
9.

Analisa Mineral
Kandungan mineral daun M. bracteata yang dianalisis adalah Ca, P, K, Mg,
Na, dan Zn. Pengukuran kadar mineral Ca, Mg, Na, K, dan Zn dilakukan dengan
cara pengabuan basah (wet ashing) (Reitz et al. 1960). Sampel yang telah ditimbang
1 g dimasukkan kedalam tabung erlenmeyer dan ditambahkan 5 mL HNO3, lalu
dibiarkan selama 1 jam sampai menjadi bening atau tidak ada buih. Labu
erlenmeyer dipanaskan pada hot plate selama kurang lebih 4 jam. Setelah dingin

7
ditambahkan 0.4 mL H2SO4 98%, labu erlenmeyer dipanaskan kembali. Pada saat
terjadi perubahan warna volume akan berkurang diteteskan larutan HClO4 dan
HNO3 (perbandingan 2:1). Perubahan warna dimulai dari warna coklat menjadi
kuning dan bening. Setelah bening, dipanaskan kembali selama 15 menit, lalu
ditambahkan dengan 2 mL aquades dan 0.6 mL HCl pekat dan dipanaskan kembali
hingga larut. Setelah didinginkan, ditambahkan dengan aquades hingga 100 mL.
Pengukuran mineral P dilakukan dengan menggunakan spektrofotometer
(UV Visible) 200 RS dengan panjang gelombang 660 nm, sedangkan untuk analisis
Ca, Mg, Na, K, dan Zn dibaca konsentrasinya pada spektrofotometer serapan atom
(AAS).
Rancangan Percobaan dan Analisis Data
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan 4 ulangan. Data dianalisis menggunakan
analisis ragam (ANOVA), selanjutnya jika terdapat perbedaan yang nyata
dilakukan uji lanjut Polinomial orthogonal (Matjik dan Sumertajaya 2006). Analisis
data dilakukan menggunakan program statistik dengan perangkat lunak SPSS 16.0.

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Pertumbuhan Murdannia bracteata
Pertumbuhan tanaman terdiri atas 2 fase, yakni vegetatif dan generatif. Fase
vegetatif tanaman meliputi perkembangan akar, daun, dan batang, sedangkan fase
generatif merupakan fase reproduktif tanaman yang meliputi pembentukan dan
perkembangan bunga dan tunas. Pertumbuhan tanaman merupakan hasil
metabolisme sel-sel hidup yang memerlukan karbohidrat yang dapat diukur secara
kuantitatif. Pertumbuhan M. bracteata dengan penambahan magnesium pada level
yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 2 Pertumbuhan vegetatif M. bracteata sebagai dampak aplikasi pupuk daun
magnesium pada level yang berbeda
Level
magnesium
(ppm)

Pertambahan
panjang tanaman
(cm minggu-1)

Pertambahan
jumlah daun (cm
minggu-1)

Panjang
stolon (cm)

Lebar daun
(cm)

0

2.7±0.5

16.6±2.6

66.9±37.7

1.9±0.1

2000

3.3±0.4

19.1±2.8

88.0±22.4

2.0±0.1

4000

3.1±0.3

20.8±3.4

71.0±2.8

2.0±0.1

8000

2.9±0.4

19.3±4.1

89.1±9.8

1.9±0.1

12000

3.0±0.2

22.2±2.0

108.4±29.2

2.0±0.1

Penambahan pupuk daun magnesium dengan level yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan vegetatif M. bracteata
(P>0.05). Penambahan pupuk daun magnesium hingga 12000 ppm memberikan

8
pengaruh pertumbuhan vegetatif yang sama terhadap kontrol. Hal ini menunjukkan
bahwa penambahan magnesium dengan dosis tersebut tidak mengganggu
pertumbuhan M. bracteata. Terganggunya pertumbuhan akibat toksisitas
magnesium ditandai dengan terganggunya pertumbuhan tinggi tanaman dan
pertumbuhan luas daun meningkat karena terjadi antagonisme antara magnesium
dan kalisum (Fitriyatno et al. 2012). Lebar daun tidak memberikan respon yang
signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa daun dapat melakukan proses fotosintesis
yang baik tanpa terganggu oleh pemberian pupuk daun magnesium.
Penambahan pupuk daun magnesium dengan level yang berbeda juga tidak
memberikan pengaruh yang signifikan pada pertumbuhan generatif M. bracteata
(P>0.05). Penambahan pupuk daun magnesium hingga 12000 ppm tidak
mengganggu pertumbuhan generatif M. bracteata. Hal ini menjukkan bahwa
penambahan pupuk daun magnesium hingga level tersebut masih dapat ditoleransi
oleh tanaman. Tanaman yang kurang toleran akan menunjukkan respon negatif
seperti penurunan pertumbuhan generatif dengan peningkatan dosis magnesium
yang diberikan. Penurunan pertumbuhan generatif ini sebagai dampak dari
antagonisme mineral Mg dan Zn dalam metabolisme karbohidrat dalam tanaman.
Namun, toksisitas magnesium pada tanaman jarang terjadi. Hal ini dikarenakan
kelebihan magnesium pada tanaman akan disimpan dalam vakuola (Tang et al.
2015).
Tabel 3 Pertumbuhan generatif M. bracteata sebagai dampak aplikasi pupuk daun
magnesium pada level yang berbeda
Level magnesium
(ppm)
0
2000
4000
8000
12000

Pertambahan jumlah bunga
(minggu-1)

Pertambahan jumlah tunas
(minggu-1)

3.2±2.8
5.4±2.0
4.9±2.6
2.9±0.5
2.9±0.4

2.7±0.6
2.7±0.5
3.4±0.2
2.9±1.0
3.8±0.9

Produktivitas M. bracteata
Produksi biomassa M. bracteata dibedakan atas berat segar dan berat kering
tanaman. Berat segar dan berat kering merupakan salah satu indikator pertumbuhan
tanaman karena berat kering merupakan indikator banyaknya bahan organik yang
berhasil disintesis oleh tanaman dari bahan anorganik. Rataan berat segar dan berat
kering M. bracteata tersaji dalam Tabel 4.
Tabel 4 Produksi biomassa segar dan kering M. bracteata sebagai dampak aplikasi
pupuk daun magnesium pada level yang berbeda
Level Magnesium
(ppm)
0
2000
4000
8000
12000

Berat segar (g)
Edible
Non-edible
136.5±34.7
32.6±16.6
142.3±26.3
35.1±11.5
161.1±30.8
46.5±16.6
120.3±30.4
27.4±16.7
158.1±13.8
43.0±12.8

Berat kering (g)
Edible
Non-edible
14.2±6.8
4.7±3.1
13.23±8.7
8.2±3.2
16.5±7.0
5.4±3.7
13.1±1.2
4.1±3.9
9.9±1.7
5.8±4.1

9
Penambahan pupuk daun magnesium dengan level yang berbeda tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap produksi biomassa M. bracteata
(P>0.05). Laju pertumbuhan vegetatif dan generatif tidak menunjukkan perbedaan
yang signifikan sehingga produktivitas M. bracteata juga tidak berbeda nyata. Hal
ini menujukkan bahwa M. bracteata tahan terhadap stress magnesium. Tanaman
yang tidak tahan terhadap stress magnesium akan menunjukkan respon negatif
seperti menurunnya produktivitas tanaman karena metabolisme karbohidrat
terganggu akibat dari turunnya kandungan mineral Zn dalam tanaman. Peningkatan
kandungan magnesium dalam tanaman dapat menurunkan kandungan mineral Zn
yang erakibat pada terhambatnya enzim carbonic anhidrase sehingga karbohidrat
hanya terkonsentrasi di tajuk (Barker dan Eaton 2015). Berat segar dan berat kering
non-edible pada penelitian ini tidak dipengaruhi oleh pemupukan magnesium. Hal
ini menunjukkan bahwa metabolisme karhohidrat pada pada tanaman ini tidak
terganggu dengan tingginya dosis pupuk daun magnesium yang diberikan.
Metabolisme karbohidrat di akar dan di tajuk masih berjalan normal. Terhambatnya
metabolisme karbohidrat tentunya akan mengganggu metabolisme sel tanaman
untuk bekerja normal sehingga pertumbuhan tanaman menurun dan nantinya akan
berdampak pada produktivitas tanaman.
Pada Tabel 4 terlihat pola penurunan bahan kering tanaman. Pemberian
pupuk magnesium hingga level 8000 ppm, tanaman masih dapat mempertahankan
berat kering 11-12%, namun pada penambahan pupuk magnesium 12000 ppm
menurun menjadi 8%. Pemberian dosis magnesium 12000 ppm mengakibatkan
tingginya kandungan magnesium dalam tanaman sehingga diduga dapat
meningkatnya kadar air tanaman. Magnesium merupakan ion yang mempunyai 2
kation. Kedua kation tersebut mempunyai afinitas yang tinggi untuk berbagai jenis
ligand dan dikelilingi oleh 2 lapisan melekul air, yakni lapisan dalam dan luar.
Lapisan dalam terdiri dari 6 molekul air dan membentuk komplek magnesium
berbentuk oktahedral [Mg(H2O)6]2+. Lapisan luar terdiri dari 12 molekul air.
(Grzebisz 2015).
Kualitas M. bracteata
Kualitas M. bracteata dilihat dari kandungan mineral, serapan mineral, dan
klorofil sebagai dampak dari pemberian magnesium pada level yang berbeda.
Kandungan mineral tersaji dalam Gambar 4, serapan mineral dalam Tabel 5, dan
kandungan klorofil dalam Tabel 6.
Hasil sidik ragam kandungan mineral M. bracteata dengan penambahan
magnesium pada level yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan (P0.05). Penambahan dosis pupuk daun magnesium mengakibatkan
meningkatnya kandungan mineral magnesium dan menurunkan mineral kalsium,
kalium, dan seng. Hal ini menunjukkan bahwa penyemprotan pupuk daun
memberikan dampak langsung terhadap kandungan nutrien yang ada di daun. Jika
dibandingkan dengan pemberian pupuk melalui tanah, pemupukan melalui daun
memberikan reaksi yang lebih cepat. Pemanfaatan nutrien dari tanah sangat
bergantung pada ketersediaan air dan bentuk mineral di dalam tanah (Dordas 2009).
Penyerapan ion-ion unsur hara melalui daun terjadi karena adanya
mekanisme pompa. Mekanisme ini menyebabkan aktivitas seluler dan respirasi
yang mempengaruhi kebutuhan air di daun meningkat. Peningkatan penyerapan air

10

1600
1550
1500

0

2
4
6
8 10 12
Dosis Magnesium (x1000 ppm)

30000
y=
24000

-120,81x2

+ 2750,2x +
12799
R² = 0,9489

18000
12000
0

2
4
6
8 10 12
Dosis Magnesium (x1000 ppm)

270
240
210
180
0

2
4
6
8 10 12
Dosis Magensium (x1000 ppm)

Kandungan Ca (ppm)

1650

Kandungan K (ppm)

1700

20000
y = -494,08x + 18181
R² = 0,8638

18000
16000
14000
12000
0

2
4
6
8 10 12
Dosis Magnesium (x1000 ppm)

115000
107500
y = 193,81x2 - 4443,6x +
114539
R² = 0,9362

100000
92500
85000
0

2

4

6

8

10

12

Dosis Magnesium (x1000 ppm)

Kandungan Zn (ppm)

Kandungan Na (ppm)

Kandungan Mg (ppm)

Kandungan P (ppm)

akan membawa ion-ion hara dalam pupuk daun masuk ke tanaman melalui sistem
vaskuler (Ratri 2003).

96
92
88
84 y = -0,0212x2 - 0,709x + 92,394
R² = 0,9249
80
0
2
4
6
8
10 12
Dosis Magnesium (x1000 ppm)

Gambar 4 Korelasi penambahan pupuk daun magnesium dengan kandungan
mineral M. bracteata
Mineral mempunyai sifat sinergitik dan antagonistik satu dengan yang
lainnya. Peningkatan salah satu jumlah mineral yang terkandung dalam tanaman
akan meningkatkan dan menurunkan kandungan mineral lainnya. Penambahan
magnesium akan mengakibatkan meningkatnya kandungan magnesium itu sendiri
dalam tanaman dan menurunkan mineral kalsium, kalium, dan seng. Hal ini
menunjukkan bahwa magnesium yang disemprotkan melalui daun terinsersi ke
dalam daun sehingga dapat meningkatkan kandungan magnesium dan menurunkan
mineral lainnya (Gambar 5). Pada Gambar 4 juga terlihat bahwa adanya pola
antagonisme antara kandungan Mg, K, dan Zn yang hampir sama. Pada kedua
grafik tersebut terlihat bahwa pada penyemprotan pupuk daun 2000 dan 4000 ppm
terjadi penjenuhan kandungan magnesium sehingga pada kedua level tersebut
kandungan magnesium tidak jauh berbeda. Hal ini berakibat pada kandungan
kalium dan seng tanaman pada level tersebut tidak memperlihatkan penurunan
jumlah yang signifikan. Hal serupa juga terdapat pada penyemprotan magnesium
dengan dosis 8000 dan 12000 ppm.

130000
110000

y = -1,5024x + 132512
R² = 0,8277

90000
70000
9000,0 19000,0 29000,0 39000,0

Kandungan Mg (ppm)

Kandungan Zn (ppm)

Kandungan K (ppm)

11

100
95

y = -0,0007x + 102,11
R² = 0,6907

90
85
80
75
7500,0

17500,0

27500,0

37500,0

Kandungan Mg (ppm)

Gambar 5 Antagonisme kandungan mineral Mg2+ dengan K+ dan Zn2+
Pada gambar 5 terlihat hubungan keeratan antara kandungan mineral
magnesium dengan mineral kalium dan seng dengan nilai korelasi secara berturutturut -0,91 dan -0,83, serta grafik arah negatif. Peningkatan satu satuan kandungan
magnesium tanaman dapat menurunkan kandungan kalium sebesar 1,5024 ppm dan
mineral seng menurun 0,0007 ppm. Peningkatan penyerapan magnesium yang
berdampak pada peningkatan kandungan magnesium tanaman dapat menyebabkan
penurunan kandungan mineral lainnya.
Mineral pada tanaman diserap dalam bentuk ion. Konsentrasi magnesium
yang tinggi dapat menimbulkan gejala kekurangan kation penting lainnya. Gejala
keracunan magnesium erat kaitannya dengan penurunan kandungan kalsium dan
kalium (Merhaut 2007). Namun meskipun menunjukkan gejala keracunan,
pertumbuhan dan produktivitas M. bracteata tidak menunjukkan respon negatif.
Tanaman dapat mempertahankan keseimbangan anion-kation jika ditambahkan
beberapa jenis mineral kecuali kalium (Mengel 2007). Hal ini menunjukkan bahwa
penambahan Mg2+ dalam tanaman menggantikan posisi kation lainnya sehingga
menyebabkan turunnya kandungan kation mineral kalsium, kalium, dan seng.
Penyemprotan magnesium pada tanaman mengakibatkan kandungan magnesium
dalam tanaman meningkat. Tingginya kandungan magnesium diluar sel
mengakibatkan sensor stress magnesium yang ada di plasma membran aktif. Sensor
strees magnesium tersebut adalah calcineurin B-like (CBL) 2 dan 3. CBL-2 dan
CBL-3 akan berinteraksi dengan calcineurin protein kinase (CPIK) untuk mengatur
penyerapan magnesium ke dalam vakuola. Di sekitar vakuola juga terdapat sensor
lainnya, diantaranya CBL-10 untuk natrium dan CBL 1 & CBL9 untuk kalium.
Ketika kandungan natrium meningkat, CBL-10 akan memberi sinyal kepada
membran plasma untuk menyerap kelebihan natrium dan disimpan dalam vakuola
dan CIPKs24 akan memberi sinyal untuk mengurangi kandungan natrium dalam
membran plasma. Ketika konsentrasi kalium di membran sel turun, sensor CBL-1
& CBL 9 akan memberi sinyal kepada membran plasma untuk meningkatkan
penyerapan kalium dalam membran sel (Gao et al. 2015a). Vakuola merupakan
organ yang memiliki beberapa fungsi, diantaranya menyimpan nutrisi dan metabolit,
degradasi protein, dan pertahanan tanaman (Gao et al. 2015b).

12

Gambar 6 Mekanisme pengaruh stress Mg2+, Na+, dan K+ dalam sel (Gao et al.
2015a)
Hasil sidik ragam Tabel 5 menunjukkan bahwa penambahan level magnesium
memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap serapan mineral daun
tanaman (P>0.05). Namun, dari hasil tersebut juga terlihat bahwa setiap mineral
memiliki titik optimum penyerapan. Pada tanaman ini, Mineral P, Na, dan Zn
optimum pada dosis magnesium 4000 ppm, Ca dan K pada 0 ppm, dan Mg pada
8000 ppm. Magnesium yang disemprotkan pada M.bracteata hanya mampu diserap
secara optimum hingga level 8000 ppm. Serapan mineral adalah hasil perkalian
antara kandungan mineral tanaman dengan berat kering daun. Hal ini menunjukkan
bahwa jumlah mineral yang diserap oleh semua tanaman dengan level magnesium
yang berbeda menunjukkan hasil yang sama. Produksi berat kering tanaman tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antar perlakuan sehingga jumlah mineral
yang diserap oleh tanaman menunjukkan hasil yang sama. Hal ini mengakibatkan
pertumbuhan dan produktivitas tanaman dari setiap perlakuan tidak menunjukkan
beda nyata. Mineral yang digunakan oleh tanaman untuk mendukung proses
kimiawi dan biologis dalam tanaman sama. Hal inilah yang mengakibatkan tidak
munculnya respon negatif akibat dari stress magnesium. M. bracteata masih dapat
tumbuh dan berproduksi normal meskipun ditambah magnesium hingga level
12000 ppm.
Tabel 5 Serapan mineral makro daun M. bracteata sebagai dampak aplikasi pupuk
daun magnesium pada level yang berbeda
Level
Magnesium
(ppm)
0
2000
4000
8000
12000

P

16.8±8.7
11.1±7.6
20.0±11.6
13.0±2.9
9.5±4.3

Ca

Mg

K

Na

Zn

------------------------ mg tanaman-1---------------------182.8±92.8 121.8±53.9 1128.8±468.7 1.8±0.9 0.9±0.4
159.9±145.9 171.5±143.4 869.0±743.9 1.9±1.4 0.7±0.6
136.1±122.8 218.1±133.8 931.3±477.4 2.4±0.9 1.0±0.5
122.8±74.5 235.1±83.7 752.3±289.6 2.0±0.8 0.7±0.3
73.7±15.4 162.5±32.5 533.7±176.1 1.4±0.2 0.5±0.2

13
Magnesium merupakan mineral inti yang ada di dalam klorofil. Pada tanaman
terdapat 2 macam klorofil, yakni klorofil a (C55H72O5N4Mg) yang berwarna hijau
tua dan klorofil b (C55H70O5N4Mg) yang berwarna hijau muda (Wihermanto dan
Handayani 2011). Atom magnesium yang merupakan penentu proses fotosintesis
sangat menentukan produktivitas tanaman (Gransee dan Fuhrs 2013). Peningkatan
level magnesium dapat meningkatkan proses fotosintesis dalam tamaman yang
ditandai dengan meningkatnya kandungan klorofil tanaman (Dordas 2009). Namun
pada penelitian ini, penambahan pupuk daun magnesium dengan level yang berbeda
tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kandungan klorofil M.
bracteata (P>0.05). Hal ini disebabkan mineral magnesium yang diserap oleh
tanaman menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata sehingga jumlah magnesium
yang digunakan untuk pembentuk klorofil ada tanaman dari setiap perlakuan
menujukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Magnesium yang digunakan oleh
tanaman untuk proses fotosintesis sekitar 20% dari total magnesium yang ada dalam
tanaman, sedangkan 80% dibiarkan mobile dalam tanaman (Marschner 2012). Pada
tanaman ini, kelebihan magnesium disimpan dalam vakuola.
Tabel 6 Kandungan klorofil M. bracteata sebagai dampak aplikasi pupuk daun
magnesium pada level yang berbeda
Level magnesium
(ppm)
0
2000
4000
8000
12000

Klorofil A

Klorofil B

Antosianin

Karoten

----------------------------- mg g-1 -----------------------------0.5±0.14
0.22±0.06
0.02±0.01
0.16±0.04
0.5±0.09
0.20±0.04
0.03±0.01
0.14±0.02
0.5±0.10
0.21±0.05
0.03±0.01
0.14±0.03
0.6±0.06
0.25±0.02
0.02±0.00
0.18±0.02
0.7±0.04
0.24±0.03
0.03±0.01
0.17±0.01

4 SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
Pemberian pupuk daun magnesium hingga dosis 12000 ppm meningkatkan
kandungan magnesium dan tidak memberikan pengaruh negatif terhadap
pertumbuhan, produktivitas, serta kualitas tanaman. Peningkatan level magnesium
mengakibatkan penurunan beberapa kandungan mineral dalam tanaman, seperti
kalsium, kalium dan seng.
SARAN
Pemberian pupuk daun magnesium M. bracteata optimal diserap pada level
8000 ppm. Pada level tersebut menunjukkan hasil pertumbuhan, produksi biomassa,
dan kualitas terbaik.

14

DAFTAR PUSTAKA
Aghtape AA, Ahmad G, Alireza S, Baratali S, Mohammadreza A, Abolfazi T. 2011.
Effect of irrigation with wastewater and foliar fertilizer application on some
forage characteristic of foxtail millet (Setaria italica). J Plant Physio
Biochemist 3(3):34-42.
AOAC. 1995. Official Methods of Analysys. Washington (US): Bejnamin Franklin
Station.
Barker AV, Eaton TE. (2015). Zink. Dalam: Handbook of Plant Nutrition 2nd Ed.
Barker AV & Pilbeam DJ, editor. New York (NY): Taylor & Francis Group.
Dordas C. 2009. Foliar application of calcium and magnesium improves growth,
yield, and essential oil yield of oregano (Origanum vulgare ssp. Hirtum). Ind
crop prod 29:559-608.
Fitriyatno, Suparti, Sofyan A. 2012. Uji pupuk organik cair dari limbah pasar
terhadap pertumbhan tanaman selada (Lactuca sativa L.) dengan media
hidroponik. Seminar Nasional IX Pendidikan Biologi FKIP UNS.
Gao C, Zhao Q, Jiang L. 2015a. Vacuoles protect plants from high magnesium
stress. Proc Natl Acad Sci USA 112(10):2931-2932.
Gao C, Zhuang X, Cui Y, Fu X, He Y, Zhao Q, Zeng Y, Shen J, Lio M, Juang L.
2015b. Dual roles of an Arabidopsis ESCRT component FREE 1 in regulating
vacuolar protein transport and autophagic degradation. Proc Natl Acad USA
112(6):1886-1891.
Gransee A, Fuhrs H. 2013. Magnesium mobility in soils as a challenge for soil and
plant analysis, magnesium fertilization and root uptake under adverse growth
condition. Plant soil 368:5-21.
Grzebisz W. 2015. Magnesium. Dalam: Handbook of Plant Nutrition 2nd Ed.
Barker AV & Pilbeam DJ, editor. New York (NY): Taylor & Francis Group.
Hanadyo R, Hadiastono T, Martosudiro M. 2013. Pengaruh pemberian pupuk daun
cair terhadap intensitas serangan tobacco mosaic virus (TMV), pertumbuhan,
dan produktivitas tanaman tembakau (Nicotina tabacum L.). JHPT 1(2): 2835.
Marschner H. 2012. Mineral Nutrition of Higher Plants. Third Edition. San Diego
(US): Academic, Elsevier.
Matjik AA, Sumertajaya M. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS
dan Minitab. Edisi ke-2. Bogor (ID): IPB Pr.
McDonald P, Edwards RA, Greenhalgh JFD, Morgan CA, Sinclair LA, Wilkinson
RG. 2010. Animal Nutrition edisi ke-7. New York (US): Longman Scientific
and Technical.
Mengel K. 2007. Pottasium. Dalam: Handbook of Plant Nutrition. Barker AV &
Pilbeam DJ, editor. New York (US): Taylor & Francis Group.
Merhaut DJ. 2007. Magnesium. Dalam: Handbook of Plant Nutrition. Barker AV
& Pilbeam DJ, editor. New York (US): Taylor & Francis Group.
Rahmawati T. 2014. Respon tanaman Murdannia bracteata terhadap aplikasi
pupuk organik dan naungan. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rais H. 2015. Karakteristik fermentasi rumen dan sintesis protein mikroba In-vitro
dengan penggunaan Murdannia bracteata sebagai hijauan fungsional. [tesis].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

15
Ratri DT. 2003. Pengaruh konsentrasi larutan pupuk kandang sapi sebagai pupuk
daun (Glycinemax (L) err.). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Reitz LL, Smith WH, Plumlee MP. 1960. A Simple, Wet Oxidation Procedure for
Biological Materials. Indiana (US): Purdue University.
Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta (ID):
Kanisius
Sims DA, Gamon JA. 2002. Relationships between leaf pigment content and
spectral reflectance across a wide range of species, leaf structures and
development stages. Remote Sens Environ. 81:337-354.
Tang RJ, Zhao FG, Garcia VJ, Kleist TJ, Yang L, Zhang HX, Luan S. 2015.
Tonoplast CBL CIPK calcium signaling network regulates magnesium
homeostasis in Arabidopsis. Proc Natl Acad Sci USA 112:3134–3139.
Utami Y. 2015. Produktivitas dan kualitas hijauan Indigofera zollingriana yang
diinokulasi fungi mikoriza arvuskula dengan berbagai level boron. [tesis].
Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.
Wang GJ, Chen SM, Chen WC, Chang YM, Lee TH. 2007. Selective inducible
nitric oxide synthase suppression by new bracteanolides from Murdannia
bracteata. J Ethnopharmacol. 112:221-227.
Wihermanto, Handayani T. 2011. Pengaruh naungan paranet terhadap sifat
toleransi tanaman kecapi (Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr. Seminar
Nasional HUT Kebun Raya Cibodas ke-19.

16

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil sidik ragam pertambahan panjang tanaman
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Ket.
Perlakuan
0.755
4
0.189
1.384
3.056
NS
Galat
2.045
15
0.136
Total
2.800
19
Keterangan: NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 2 Hasil sidik ragam pertambahan jumlah daun
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Ket.
Perlakuan
69.199
4
17.300
1.850
3.056
NS
Galat
130.944
14
9.353
Total
200.143
18
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 3 Hasil sidik ragam lebar daun
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan
0.017
4
0.004
0.615
3.056
Galat
0.105
15
0.007
Total
0.121
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata

Ket.
NS

Lampiran 4 Hasil sidik ragam pertambahan jumlah bunga
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Ket.
Perlakuan
22.630
4
5.657
1.453
3.056
NS
Galat
58.389
15
3.893
Total
81.028
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 5 Hasil sidik ragam pertambahan jumlah tunas
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Ket.
Perlakuan
4.119
4
1.030
1.996
3.056
NS
Galat
7.740
15
0.516
Total
11.859
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 6 Hasil sidik ragam panjang stolon
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan
3970.007
4
992.502
1.497
3.056
Galat
8617.062
13
662.851
Total
12587.069 17
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata

Ket.
NS

17
Lampiran 7 Hasil sidik ragam berat segar
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan 9072.083
4
2268.021
1.710
3.056
Galat
18573.182 14
1326.656
Total
27645.265 18
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 8 Hasil sidik ragam berat kering
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan
99.833
4
24.958
0.404
3.056
Galat
865.407
14
61.815
Total
965.240
18
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 9 Hasil sidik ragam phosphor
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan 283449.775 4
70862.444 0.850
3.056
Galat
1167128.725 14
83366.338
Total
1450578.500 18
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata

Ket.
NS

Ket.
NS

Ket.
NS

Lampiran 10 Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial kalsium
Sumber
JKT
db KT
F
F 0.05
Ket.
Perlakuan
8.009E7
4 2.002E7
3.609
3.056
**
Linear
94462627.75 1 94462627.75 19.63787 4.543077 **
Kuadratik 13867498.09 1 13867498.09 2.88292 4.543077 NS
Kubik
6940617.926 1 6940617.926 1.442888 4.543077 NS
Kuartik
3442849,375 1 3442849.375 0.715735 4.543077 NS
Galat
8.323E7
15 5548650.723
Total
1.633E8
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 11 Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial magnesium
Sumber
JKT
db KT
F
F 0.05
Ket.
Perlakuan
6.996E8
4
1.749E8
10.571
3.056
**
Linear
639437984.4 1
639437984.4 47.35089 4.543077 **
Kuadratik 214510612.4 1
214510612.4 15.88468 4.543077 **
Kubik
432447.3084 1
432447.3084 0.032023 4.543077 NS
Kuartik
57745553.03 1
57745553,03 4.276104 4.543077 NS
Galat
2.482E8
15 1.654E7
Total
9.478E8
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata

18
Lampiran 12 Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial kalium
Sumber
JKT
db KT
F
F 0.05
Ket.
Perlakuan
2.534E9
6.335E8
10.055
3.056
**
Linear
1675759814 1
1675759814 33,6935
4,543077 **
Kuadratik 428133230,7 1
428133230,7 8,608219 4,543077 **
Kubik
23404389,34 1
23404389,34 0,470578 4,543077 NS
Kuartik
183395698
1
183395698
3,687428 4,543077 NS
Galat
9.450E8
15 6.300E7
Total
3.479E9
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 13 Hasil sidik ragam natrium
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan 2208.623
4
552.156
0.420
3.056
Galat
18397.769 14
1314.126
Total
20606.392 18
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata

Ket.
NS

Lampiran 14 Hasil sidik ragam dan uji lanjut polinomial zink
Sumber
JKT
db KT
F
F 0.05
Perlakuan
346.504
4 86.626
6.346
3.056
Linear
332,0643409 1 332,0643409 21,85893 4,543077
Kuadratik 229,8870339 1 229,8870339 15,13286 4,543077
Kubik
27,93712408 1 27,93712408 1,839028 4,543077
Kuartik
5,727476176 1 5,727476176 0,377025 4,543077
Galat
191.092
14 13.649
Total
537.597
18
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 15 Hasil sidik ragam klorofil A
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan
0.038
4
0.010
1.121
3.056
Galat
0.128
15
0.009
Total
0.166
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 16 Hasil sidik ragam klorofil B
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan
0.007
4
0.002
1.099
3.056
Galat
0.024
15
0.002
Total
0.031
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata

Ket.
**
**
**
NS
NS

Ket.
NS

Ket.
NS

19
Lampiran 17 Hasil sidik ragam antosianin
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan
0.000
4
0.000
0.128
3.056
Galat
0.002
15
0.000
Total
0.002
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata
Lampiran 18 Hasil sidik ragam karoten
Sumber
JKT
db
KT
F
F 0.05
Perlakuan
0.005
4
0.001
2.222
3.056
Galat
0.009
15
0.001
Total
0.014
19
Keterangan : NS= tidak berbeda nyata, ** = berbeda nyata

Ket.
NS

Ket.
NS

20

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Tenti Rahmawati dilahirkan
di Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur pada tanggal 10
Oktober 1992. Penulis merupakan anak kedua dari Bapak
Diran dan Ibu Sri Sayekti. Penulis memulai pendidikan di TK
Dharma Wanita (1998), SDN 1 Sukomoro (2004), SMPN 1
Maospati (2007), dan SMAN 1 Maospati (2010). Tahun 2010
penulis lulus dari SMA 1 Maospati dan pada tahun yang sama
diterima di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan,
Fakultas Peternakan, IPB melalui jalur Ujian Seleksi Masuk
IPB (USMI). Penulis diterima sebagai mahasiswa Sekolah
Pascasarjana Institut Pertanian Bogor pada Program Studi
Ilmu Nutrisi dan Pakan pada tahun 2013 melalui Program Sinergi (Fastrack) IPB
dengan Beasiswa Fresh Graduate pada tahun 2013. Semasa perkuliahan, penulis
menjadi asisten mata kuliah Formulasi Ransum, Metodologi Percobaan, Pengantar
Manajemen Pastura dan Mikrobiolog