APLIKASI PUPUK DAUN PADA BIBIT JELUTUNG

APLIKASI PUPUK DAUN PADA BIBIT JELUTUNG RAWA
DI PERSEMAIAN
Oleh:
1*

Nanang Herdiana , Sahwalita1 dan Hengki Siahaan1
1

Balai Penelitian Kehutanan Palembang
Jl. Kol. H. Burlian Km. 6,5 Kotak Pos 179, Puntikayu, Palembang.
*

nanang_herdiana@yahoo.co.id

ABSTRACT
The seedling of jelutung rawa (Dyera lowii Hook.) grows relatively slow, so it requires
fertilization application. One of the potential fertilization techniques is foliar fertilizer
application. The research on the effect of concentration and frequency of foliar fertilizer
application on growth of jelutung rawa seedlings was carried out at nursery and laboratory
of the Palembang Forestry Research Institute, from December 2008 until March 2009. The
experiment was arranged in Randomized Completely Block Design within Factorial

Experiment in 3 replications. The treatments were foliar fertilizer concentration in four levels
(i.e. 0, 1, 2 and 3 grams/liter) and frequency of application in two levels (i.e. once in every
week and once in 2 week). Survival percentage, height growth, diameter growth, dry weight
and seedling quality index were used as parameters of seedling growth. The result showed
that concentration and frequency of foliar fertilizer application significantly affected height
growth, diameter growth, dry weight and seedling quality index of jelutung rawa seedlings.
Each treatment of of 3 grams/liter of foliar fertilizer and frequency of once a week separately
gave the higher growth parameters, however, combination of 2 grams/liter every once a week
resulted the optimum growth of jelutung rawa. Insignificant result of combination effect was
only found on seedling quality index.
Key words: Dyera lowii Hook, foliar fertilizer, concentration, application frequency, growth
ABSTRAK
Pertumbuhan bibit jelutung rawa (Dyera lowii Hook.) termasuk lambat, sehingga dibutuhkan
upaya pemacuan pertumbuhan melalui pemupukan. Salah satu teknik pemupukan yang
potensial untuk diaplikasikan adalah pemberian pupuk melalui daun. Penelitian untuk
mengetahui pengaruh konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan
bibit jelutung rawa telah dilakukan di persemaian dan laboratorium Balai Penelitian
Kehutanan Palembang pada bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009. Racangan
penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan Pola Faktorial diulang
3 kali. Perlakuan yang diuji meliputi 4 taraf konsentrasi pupuk daun (0, 1, 2 dan 3 gram/liter)

dan 2 taraf frekuensi pemupukan (1 dan 2 minggu sekali). Parameter yang diamati adalah
persentase hidup, pertumbuhan tinggi dan diameter, berat kering serta indeks kualitas semai.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dan frekuensi pemberian pupuk daun
dengan sangat nyata mampu meningkatkan pertambahan tinggi, diameter, berat kering serta
indeks kualitas semai. Perlakuan yang memberikan pengaruh terbaik terhadap keempat
parameter pertumbuhan adalah konsentrasi pupuk daun 3 gram/liter dan frekuensi pemupukan
1 minggu sekali. Interaksi antar perlakuan hanya berpengaruh tidak nyata pada parameter
indek kualitas semai. Kombinasi perlakuan optimum adalah konsentrasi pupuk daun 2
gram/liter dan frekuensi pemupukan 1 minggu sekali.

Kata kunci : Dyera lowii Hook., pupuk daun, frekuensi, konsentrasi, pertumbuhan

PENDAHULUAN
Jelutung rawa (Dyera lowii Hook.) merupakan salah satu jenis tanaman lahan rawa
yang tidak hanya menghasilkan kayu saja, tetapi juga dapat menghasilkan getah dengan nilai
ekonomi yang cukup tinggi. Sampai saat ini, getah jelutung banyak diekspor dengan negara
tujuan antara lain Hongkong, Jepang dan Singapura (Departemen Kehutanan, 2004). Dewasa
ini, kondisi hutan dan lahan rawa sebagai habitat jenis ini sebagian besar telah rusak, tidak
produktif dan terlantar, sehingga dibutuhkan upaya rehabilitasi, baik untuk tujuan konservasi
maupun untuk tujuan produkasi. Mengingat potensi ekonomi yang dimiliki jenis ini cukup

tinggi, maka peluang pengembangan hutan tanaman jelutung rawa untuk tujuan produksi
cukup menjanjikan. Bahkan di beberapa daerah seperti di Jambi dan Sumatera Selatan,
masyarakat dan perusahaan swasta telah membangun hutan tanaman jelutung rawa. Upaya
pengembangan jenis dimaksud akan berimplikasi terhadap ketersediaan bibit dalam jumlah
yang cukup dengan kualitas yang baik dan seragam.
Pertumbuhan bibit jelutung rawa di persemaian termasuk relatif lambat, menurut Tata
el al. (2015), pemeliharaan bibit di persemaian sampai siap tanam membutuhkan waktu
mencapai 10 bulan, sehingga memerlukan upaya pemacuan pertumbuhan, misalnya dengan
pemupukan. Pemacuan pertumbuhan dengan pemberian pupuk tidak hanya ditujukan agar
periode pemeliharaan bibit di persemaian menjadi lebih singkat, tetapi juga agar kualitas bibit
yang dihasilkan menjadi lebih baik dan seragam. Upaya pemacuan pertumbuhan bibit
jelutung rawa yang biasa diguakan adalah dengan pemberian pupuk melaui akar. Penelitian
yang dilakukan Bastoni et al. (2006), pemberian pupuk kandang pada media menghambat
pertumbuhan bibit jelutung rawa, bahkan penambahan pupuk kandang 30% pada media
mengurangi pertumbuhan tinggi 4,57 cm dari kontrol (tanpa pupuk kandang). Sementara
pengujian yang dilakuka oleh Sahwalita et al. (2012), aplikasi pupuk lambat urai dengan dosis
2 gram/bibit mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi dan diameter bibit masing-masing
sebesar 48,03% dan 37,57% dibanding kontrol.
Aplikasi pemupukan melalui akar akan menjadi kurang praktis jika dilakukan pada
persemaian skala besar, karena membutuhkan curahan tenaga kerja yang cukup banyak. Salah

satu teknik pemupukan yang cukup praktis, efektif dan potensial untuk diaplikasikan pada
skala luas adalah pemberian pupuk melalui daun. Beberapa pengujian aplikasi pupuk daun di
persemaian memberikan hasil yang cukup menjanjikan (Junaidah, 2003; Rosman, et al., 2004;
2

Taufiqurrahman, 2006; Herdiana, et al., 2008). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
pengujian untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit jelutung rawa terhadap aplikasi pupuk
daun. Perlakuan yang diuji adalah konsentrasi pupuk daun dan frekuensi pemupukan yang
dilakukan.

BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di persemaian dan laboratorium Balai Penelitian Kehutanan
(BPK) Palembang. Sedangkan bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
bibit jelutung rawa yang berasal kebun masyarakat di Pontianak Provinsi Kalimantan Barat,
media tanam top soil podsolik merah kuning (hasil analisis media selengkapnya disajikan
pada Lampiran 1), pupuk daun (kandungan unsur hara selengkapnya disajikan pada Lampiran
2), polybag ukuran 12 x 15cm, hand sprayer, timbangan analitik, kamera, oven, label kertas,
label plastik, amplop kertas, spidol, kaliper, mistar ukur dan alat tulis.
Benih jelutung rawa hasil ekstraksi dan seleksi dikecambahkan pada bak tabur berisi
media pasir yang sudah disterilisasi dengan penjemuran dan penyemprotan fungisida

berbahan aktif mankozeb. Penyapihan dilakukan setelah kecambah memiliki 2 pasang daun
dengan tinggi yang seragam ke dalam polybag dengan ukuran 12 cm x 15 cm berisi media
sapih berupa top soil. Bibit selanjutnya ditempatkan di persemaian yang ditutupi paranet
dengan intensitas naungan sebesar 60 %. Setelah 2 minggu dari penyapihan, bibit diseleksi
kembali supaya benar-benar seragam dan selanjutnya diatur berdasarkan perlakuan yang akan
diujikan.
Rancangan percobaan yang digunakan pada pengujian ini adalah Rancangan Acak
Kelompok dengan Pola Faktorial berukuran 4 x 2 yang diulang 3 kali. Jumlah satuan
pengamatan pada masing-masing ulangan adalah 10 bibit, sehingga jumlah total satuan
pengamatannya sebanyak 240 batang bibit. Perlakuan yang diuji adalah konsentrasi pupuk
daun dan frekuensi pemupukan. Tingkatan masing-masing faktor perlakuan yang diujikan
adalah sebagai berikut:
a. Faktor K (Konsentrasi pupuk daun) yang terdiri dari:


K0 = 0 gram/liter air



K1 = 1 gram/liter air




K2 = 2 gram/liter air



K3 = 3 gram/liter air
3

b. Faktor F (Frekuensi penyemprotan pupuk daun) yang terdiri dari:
 F1 = 1 minggu sekali
 F2 = 2 minggu sekali
Penyemprotan dilakukan pada seluruh permukaan daun dengan jumlah semprotan
yang seragam, yaitu dua puluh lima kali semprotan untuk masing-masing satuan pengamatan.
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi : persentase hidup, tinggi, diameter dan
berat kering bibit, serta indeks kualitas semai (IKS) pada umur 3 bulan. Nilai IKS dihitung
menggunakan rumus Dickson Quality Index (Santoso, 2006; Puryono dan Setyono, 1996
dalam Herdiana, et al., 2008; Binotto et al., 2010).
IKS




Berat Kering Total
( Kekokohan  Nisbah Pucuk Akar )

Berat Kering Total

Kekokohan



 Berat Kering Pucuk  Berat Kering Akar

Tinggi
Diameter

Nisbah Pucuk Akar




Berat Kering Pucuk
Berat Kering Akar

Untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit jelutung rawa terhadap perlakuan yang
diuji, maka dilakukan analisis keragaman terhadap parameter perlakuan yang diamati.
Sedangkan untuk mengetahui perlakuan-perlakuan yang saling berpengaruh satu dengan yang
lainnya pada suatu parameter tertentu dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa faktor tunggal perlakuan
konsentrasi pupuk daun berpengaruh sangat nyata terhadap semua parameter pertumbuhan.
Perlakuan frekuensi pemupukan hanya berpengaruh sangat nyata pada parameter tinggi dan
diameter semai serta berpengaruh nyata terhadap parameter berat kering total dan indek
kualitas semai jelutung rawa. Interaksi antar perlakuan yang diuji tidak berpengaruh nyata
hanya pada parameter indek kualitas semai, tetapi berpengaruh nyata terhadap parameter
lainnya (tinggi, diameter serta berat kering total semai).
Rekapitulasi parameter pengukuran pada masing-masing perlakuan konsentrasi dan
frekuensi pemupukan selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Sedangkan interaksi antar
perlakuan yang diuji terhadap semua parameter pertumbuhan bibit disajikan pada Tabel 3.


4

Tabel (Table) 1.

Analisis keragaman persentase hidup, pertambahan tinggi, diameter, berat kering dan indek kualitas semai jelutung rawa (Analysis of
variance on survival percentage, height, diameter, dry weight and seedling quality index of jelutung rawa seedling)
Persentase Hidup
(Survival Percentage)

Sumber Keragaman
(Source of Variation)

Blok
Konsentrasi
Frekuensi
Konsentrasi*Frekuensi
Galat
Keterangan / remark:


Kuadrat
Tengah
(Means of
Square)

Fhitung
(Fvalue)

Tinggi
(Height)
Kuadrat
Tengah
(Means of
Square)

Fhitung
(Fvalue)

Diameter
(Diameter)

Kuadrat
Tengah
(Means of
Square)

Fhitung
(Fvalue)

Berat Kering
(Dry Weight)
Kuadrat
Tengah
(Means of
Square)

Fhitung
(Fvalue)

Indek Kualitas Semai
(Seedling Qulity Indek)
Kuadrat
Tengah
(Means of
Square)

Fhitung
(Fvalue)

0
1,1354
5,62 *
0,2254
11,79**
0,0042
0,13 ns
0,0002
0,24 ns
0
18,4406
91,23**
1,0106
52,86**
0,5476
17,11**
0,0106
10,63**
0
16,8840
83,53**
0,4352
22,77**
0,2262
7,07 *
0,0049
4,96 *
0
0,9557
4,73 *
0,0873
4,57 *
0,0689
4,15 ns
0,0018
1,84 ns
0
0,2021
0,0191
0,0320
0,0010
ns = tidak nyata (not significant)
* = nyata (significant) pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Berganda Duncan ( very significant at level of 5 % base on Duncan Multiple Range
Tets)
** = sangat nyata pada taraf 1 % bedasarkan Uji Jarak Berganda Duncan ( very significant at level of 1 % base on Duncan Multiple Range Tets)

5

Tabel (Table) 2. Pengaruh perlakuan konsentrasi pupuk daun dan frekuensi pemupukan terhadap persentase hidup, tinggi, diameter, berat
kering dan indek kualitas semai jelutung rawa (Effect of concentration and frequency of foliar fertilizer application on survival
percentage, height, diameter, dry weight and seedling quality index of jelutung rawa)
No
(No.)

Perlakuan
(Treatments)

Persentase Hidup
(Survival Percentage)
(%)

Tinggi
(Height)
(cm)

Diameter
(Diameter)
(mm)

Berat Kering
(Dry Weight)
(gram)

Indek Kualitas Semai
(Seedling Quality Index)

A. Konsentrasi Pupuk (Fertilizer Concentrations)
1

0,0 gram/liter (grams/litre)

100,00

11,54 a

3,62 a

0,77 a

0,16

a

2

1 gram/ liter (grams/litre)

100,00

13,37 b

3,89 b

1,01 b

0,21

b

3

2 gram/ liter (grams/litre)

100,00

14,12 c

4,24 c

1,22 b

0,24

bc

4

3 gram/ liter (grams/litre)

100,00

15,77 d

4,57 d

1,49 d

0,26

c

B. Frekuensi Pemupukan (Frequency of Leaf Fertilizer Application)
1

1 minggu sekali (once a week)

100,00

14,54 a

4,21 a

1,22 a

0,23 a

2

2 minggu sekali (one times per 2 week)

100,00

12,86 b

3,95 b

1,03 b

0,20 b

Keterangan / remark :
Nilai pada tiap baris yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (values in each row followed by the same letter
are not significantly different at level of 5 % base on Duncan Multiple Range Test)

6

Tabel (Table) 3. Interaksi antar perlakuan yang diuji terhadap semua parameter pertumbuhan
bibit jelutung rawa (Interaction between treatments on growth parameters of
jelutung rawa seedling)

No
(No.)

Perlakuan
(Tretments)

Persentase
Hidup
(Survival
Percentage)
(%)

1.

K3F1

100,00

16,92 a

4,76 a

1,68 a

0,28

2.

K2F1

100,00

15,22 ab

4,59 ab

1,57 ab

0,27

3.

K3F2

100,00

14,62 bc

4,37 b

1,28 bc

0,24

4.

K1F1

100,00

14,19 c

4,06 c

1,08 bcd

0,24

5.

K2F2

100,00

13,02 d

4,02 c

1,06 bcd

0,21

6.

K1F2

100,00

12,55 de

3,72 d

0,95 cd

0,18

7.

K0F2

100,00

11,82 ef

3,57 d

0,81 d

0,18

8.

K0F1

100,00

11,26 f

3,68 d

0,74 d

0,15

Tinggi
(Height)
(cm)

Diameter
(Diameter)
(mm)

Berat Kering
(Dry Weight)
(gram)

Indek Kualitas
Semai
(Seedling Qulity
Indek)

Keterangan / remark :
*) Nilai pada tiap baris yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 % bedasarkan Uji Jarak
Berganda Duncan (values in each row followed by the same letter are not significantly different at level of 5 %
base on Duncan Multiple Range Test)

Persentase hidup bibit jelutung rawa pada pengujian ini sangat tinggi (100%),
menunjukkan bahwa perlakuan yang diterapkan tidak terlalu berpengaruh bagi tanaman dan
kondisi lingkungan yang ada telah mampu mendukung bibit untuk dapat hidup. Hal tersebut
sejalan dengan yang diungkapkan oleh Supriani (1999) dalam Junaidah (2003) bahwa
kemampuan hidup bibit yang tinggi menunjukkan bahwa faktor lingkungan telah memberikan
berbagai sarana yang cukup bagi tanaman, seperti air, hara dan udara serta bebas dari gangguan
hama dan penyakit yang potensial menyerang tanaman. Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa
perlakuan yang diujikan memberikan kecenderungan pengaruh yang sama terhadap semua
parameter pertumbuhan yang diamati, semakin tinggi konsentrasi pupuk daun dan semakin sering
dilakukan pemupukan, maka pertumbuhan semai jelutung rawa akan semakin baik.
Interaksi perlakuan (Tabel 3) yang memberikan pertumbuhan tinggi, diameter, berat
kering dan indeks kualitas semai yang paling baik adalah K3F1 (konsentrasi pupuk daun 3
gram/liter dan dipupuk setiap 1 minggu sekali) dan K2F1 (konsentrasi pupuk daun 2 gram/liter
dan dipupuk setiap 1 minggu sekali). Berdasarkan perhitungan total konsentrasi pupuk daun
dalam kurun waktu tertentu sebagai pendekatan terhadap jumlah ketersediaan unsur hara, kedua
kombinasi perlakuan dengan respon pertambahan tinggi terbaik tersebut memiliki total
7

konsentrasi pupuk per bulan yang paling besar, masing-masing sebesar 12 dan 8 gram/bulan. Hal
tersebut menunjukkan bahwa makin tinggi total konsentrasi pupuk daun yang diberikan, dalam
hal ini menunjukkan besarnya ketersediaan unsur hara bagi tanaman, pertumbuhan semai
jelutung rawa akan makin baik dengan perbedaan respon antar perlakuan yang diujikan cukup
nyata. Perbedaan total masukan unsur hara pada kombinasi perlakuan K 3F1 dan K2F1 mencapai 40
%, tetapi selisih nilai pertumbuhan hanya sekitar 10 %, maka kombinasi perlakuan yang paling
optimum adalah perlakuan konsentrasi pupuk 2 gram/liter yang diaplikasikan setiap 1 minggu
sekali.
Hasil analisis media semai yang digunakan (Lampiran 1) menunjukkan bahwa kandungan
unsur haranya cukup rendah (terutama unsur N dan K yang hanya 0,09 %), sementara kandungan
unsur N dan K pada pupuk daun yang digunakan cukup tinggi, yaitu sekitar 27,32 % dan 10,46 %
(Lampiran 2), sehingga pengaturan konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk daun yang diujikan
cukup signifikan dalam penyediaan unsur N dan K yang dibutuhkan oleh tanaman; makin tinggi
konsentrasi pupuk daun maka unsur N dan K yang disediakan akan makin besar.
Secara umum, Nitrogen (N) merupakan unsur utama pada kebanyakan senyawa organik
tanaman antara lain asam amino, enzim, ADP dan ATP. Selain itu, unsur N dalam tanaman juga
berperan dalam pembentukan klorofil yang dibutuhkan untuk proses fotosintesis, ketersediaan
klorofil yang cukup tidak akan menjadi faktor pembatas terhadap proses fotosintesis yang pada
akhirnya akan berpengaruh terhadap fotosintat yang dapat dihasilkan. Hasil fotosintesis lebih
banyak digunakan untuk tunas baru daripada memperbesar batang dan pertumbuhan akar, karena
pertumbuhan aktif lebih banyak terjadi dibagian pucuk tanaman (Rosman, et al., 2004; Anonim,
2009).
Sementara unsur K berperan penting dalam aktivitas pembelahan sel dan perkembangan
jaringan meristematik tanaman yang berakibat dalam pembesaran batang. Dengan penambahan
unsur K yang diperoleh dari pupuk daun yang diberikan akan membantu dalam proses
perkembangan diameter batang tanaman (Sambas, 1979 dalam Junaidah, 2003; Javid et al.,
2005). Seperti halnya dengan parameter tinggi dan diameter semai jelutung rawa, perbedaan
kandungan unsur hara akibat pengaturan konsentrasi dan frekuensi aplikasi pupuk daun
memberikan pengaruh yang sama secara signifikan terhadap peningkatan nilai berat kering semai
jelutung rawa. Parameter berat kering merupakan parameter yang paling representatif dalam

8

mencerminkan pertumbuhan, karena mengukur pertumbuhan total semai, mulai dari batang, daun
sampai dengan akar (Herdiana, et al., 2008).
Indeks kualitas semai merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan
kelayakan suatu bibit untuk siap tanam di lapangan, tetapi tidak mencerminkan tingkat
pertumbuhan tanaman. Dalam penentuan besaran ini melibatkan beberapa peubah yang terkait
dengan pertumbuan tanaman, yaitu berat kering total, kekokohan bibit yang merupakan
perbandingan tinggi dan diameter bibit serta nisbah pucuk akar (Roller, 1997 dalam Herdiana, et
al., 2008).
Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa walaupun secara tunggal kedua perlakuan
yang diujikan berpengaruh nyata terhadap nilai indek kualitas semai jelutung rawa, tetapi
interaksi keduanya tidak signifikan dalam meningkatkan nilai indek kualitas semai. Sementara
hasil uji lanjut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi pupuk daun yang diujikan, maka
nilai indeks kualitas semainya juga semakin besar. Begitupula dengan perlakuan frekuensi
aplikasi pupuk daun, pemupukan yang dilakukan setiap 1 minngu sekali lebih baik dibandingkan
dengan pemupukan yang dilakukan setiap 2 minggu sekali.
Nilai indeks kualitas semai terbaik diperoleh pada perlakuan konsentrasi pupuk daun 3
gram/liter (K3) sebesar 0,26 dan indeks kualitas semai terkecil diperoleh pada perlakuan kontrol
(K0) sebesar 0,16. Besarnya indeks kualitas semai dalam kontainer yang baik menurut Roller
(1977) dalam Herdiana, et al. (2008) adalah lebih besar daripada 0,09, sedangkan jika nilainya
kurang 0,09 termasuk kurang baik dan biasanya akan sukar tumbuh di lapangan. Nilai indeks
kualitas semai pada perlakuan kontrol (K0) yang sudah jauh di atas batas batas minimal nilai
indeks kualitas semai yang disyaratkan menunjukkan bahwa tanpa dilakukan pemupukan
sekalipun, kualitas semai jelutung rawa termasuk baik. Hal tersebut dikarenakan nilai indeks
kualitas semai hanya mencerminkan penampakan fisik tanaman yang proposional. Sementara
secara umum semai jelutung mempunyai penampakan fisik yang kokoh dan proposional,
sehingga walaupun pertumbuhannya kurang baik, tetap akan memiliki nilai indeks kualitas semai
yang masih baik.

9

KESIMPULAN
1. Perlakuan konsentrasi pupuk daun maupun frekuensi pemberian pupuk mempunyai

kecenderungan pengaruh yang sama terhadap semua parameter pengukuran, makin tinggi
konsentrasi (sampai 3 gram/liter) dan frekuensi pemupukan (sampai seminggu sekali),
pertumbuhan tingi, diameter, berat kering dan indeks kualitas semai jelutung rawa akan makin
baik.
2. Aplikasi pupuk daun sampai dengan konsentrasi 3 gram/liter yang diberikan setiap 1 minggu

sekali mampu meningkatkan pertumbuhan dan kualitas tertinggi pada bibit jelutung rawa.
3. Kombinasi perlakuan paling optimum ditinjau dari pertumbuhan tinggi, diameter, berat kering,

indeks kualitas semai dan biaya yang dibutuhkan adalah konsentrasi pupuk daun 2 gram/liter
yang diberikan setiap 1 minggu sekali.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2009. Fotosintesis. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Fotosintesis. Diakses pada
tanggal 12 Juni 2015.
Bastoni, H. Siahaan, dan A.B. Hidayat. 2006. Penelitian Teknik Budidaya, Persyaratan Tumbuh
dan Sebaran Jenis Jelutung. Balai Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Laporan
Hasil Penelitian. Tidak diterbitkan.
Binotto, AF., Lucio, ADC., dan Lopes SJ. 2010. Correlation Between Growth Variables and the
Dickson Quality Index in Forest Seedlings. Cerne, Lavras, vol. 16, no. 4, p. 457-464,
Desember 2010
Departemen Kehutanan. 2004. Pohon Jelutung (Dyera spp.) Tanaman Dwiguna yang
Konservasionis dan Menghidupi. Siaran Pers No.S.504/II/PIK-1/2004. Jakarta.
Javid, Q.A., Abbasi, N.A., Saleem, N., Hafis, I.A., and Mughal, A.L. 2005. Effect of NPK
Fertilizer on Performance of Zinnia (Zinnia elegans) Wirlyging Shade. International
Journal of Agriculture and Biology Vol. 7 No. 3, 471-473
Junaidah, 2003. Respon Pertumbuhan Semai Meranti Kuning (Shorea multiflora Sym.). terhadap
Pemberian Pupuk Daun Gandasil D dan Mamigro Super N di Shade House Banjarbaru.
Skripsi Fakultas Kehutanan Unlam. Banjarmasin (tidak diterbitkan).
Herdiana, N. A. H. Lukman, K. Mulyadi dan T. Suhendar. 2008. Pengaruh Konsentrasi dan
Frekuensi Aplikasi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Bibit Meranti Belangeran Asal
Cabutan Alam di Persemaian. Jurnal Hutan Tanaman Vo. 5 No. 3, Agustus 2008,
Puslitbang Hutan Tanaman. Bogor.

10

Roller K.J. 1977. Suggested Minimum Standards for Containerized Seedlings in Nova Scotia.
Fisheries and Environment Canada, Canadian Forestry Service, Maritimes Forest
Research Centre. Information Report M-X-69. 18 p.
Rosman, R., S. Soemono dan Suhendra. 2004. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pemberian
Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan Panili Di Pembibitan. Buletin TRO XV No. 2, 2004.
http://www.balittro.go.id/index.php?
pg=pustaka&child=buletin&page=lihat&tid=5&id=25, diakses tanggal 15 Mei 2007.
Sahwalita, N. Herdiana, . Siahaan dan M. Suparman. 2012. Alikasi Pupuk Majemuk Terkendali
pada Bibit Jelutung Rawa (Dyera lowii Hook.) di Persemaian. Jurnal Penelitian Hutan
Tanaman Vol. 9 No. 1, Maret 2012.
Sambas, S. N. 1979. Fisiologi Pohon. Bagian Penerbitan yayasan Pembina Fakultas Kehutanan
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Santoso B. 2006. Produktivitas dan Kualitas benih Jati Muna. Di dalam: Mahfudz, Nirsatmanto
A, Fauzi MA, editor. Prosding Pertemuan Forum Komunikasi Jati V. Yogyakarta: Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. Balai Penelitian dan Pengembangan
Kehutanan. Departemen Kehutanan. Yogyakarta.
Tata, H.L., Bastoni, M. Sofiyuddin, E. Mulyotami, A. Perdana dan Janudianto. 2015. Jelutung
Rawa: Teknik Budidaya dan Prospek Ekonominya. Kerjasama ICRAF, Puslitbang
Konsevas dan Rehabilitasi, BPK Palembang. Bogor.
Taufiqurrahman. 2006. Pengaruh Konsentrasi dan Frekuensi Pupuk Daun terhadap Pertumbuhan
Bibit Kayu Bawang (Pterospermum javanicum). Skripsi Mahsiswa Jurusan Budidaya
Fakultas Kehutanan STIPER Sriwigama. Palembang (tidak diterbitkan).

11

Lampiran (Appendix) 1.
No.
(No.)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.

Hasil analisis media bibit yang digunakan (Analisys result of seedling medium
used)
Karakteristik
(Characteristics)

pH H2O
pH KCl
C-Organik (C-Organic), %
N-Total, %
P-Bray, ppm
K, me/100 g
Na, me/100 g
Ca, me/100 g
Mg, me/100 g
KTK (CEC), me/100 g
Al-dd (Al-exchangable), me/100 g
H-dd (H-exchangable), me/100 g
Tekstur (Texture):
- Pasir (Sand), %
- Debu (Silt), %
- Liat (Clay), %

Nilai
(Value)
5,23
4,94
1,11
0,09
12,75
0,09
0,22
0,5
0,13
13,9
0,99
0,32
59,42
20,79
19,79

Catatan (Note) : Dinalisis oleh Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Analysed by the Soil
Laboratory Faculty of Agriculture University of Sriwijaya)

Lampiran (Appendix) 2.
Komponen unsur hara pupuk daun (Nutrition components of foliar
fertilizer)
No.
(No.)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

Unsur Hara
(Nutrition Components)
Nitrogen
P2O5
K2O
Karbon organik
SO4
Cl
Fe
Cu
Mg
Ca
Zn
Co
Mn
B
Mo
Debu

Nilai
(Value)
27,32 %
10,46 %
10,40 %
0,61 %
1,57 %
0,02 %
0,12 %
0,06 %
0,09 %
10,43 ppm
0,05 %
< 0,05 ppm
0,06 %
0,02 %
7,46 ppm
15,68 %

12

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25