Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen

ANALISIS NUTRIEN DAN FITOKIMIA TANAMAN
Murdannia bracteata SERTA PENGARUHNYA PADA
KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN

HARFINA RAIS

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Nutrien dan
Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta Pengaruhnya pada Karakteristik
Fermentasi Rumen adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Harfina Rais
NIM D24090112

ABSTRAK
HARFINA RAIS. Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata
serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen. Dibimbing oleh LUKI
ABDULLAH dan SRI SUHARTI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi nutrisi dan fitokimia
Murdannia bracteata (MB) dan pengaruhnya pada karakteristik fermentasi rumen.
Evaluasi nutrien meliputi analisis proksimat, van soest, mineral dan klorofil,
sedangkan analisis fitokimia meliputi tanin dan saponin. Evaluasi karakteristik
fermentasi secara in vitro menggunakan rancangan acak kelompok dengan 4
perlakuan (Murdannia bracteata, Pennisetum purpureum (PP), Panicum
maximum (PM), Brachiaria humidicola (BH)). Parameter terdiri dari kecernaan
bahan kering (KcBK), kecernaan bahan organik (KcBO), produksi amonia (NH3)
dan total volatile fatty acid (VFA). Hasil menunjukkan MB mengandung bahan

kering, serat kasar, NDF relatif lebih rendah, dan mineral relatif lebih tinggi dari
hijauan lain. Tanin MB relatif lebih rendah dari PP, lebih tinggi dari PM dan BH.
Saponin MB relatif lebih rendah dari BH, lebih tinggi dari PP dan PM.
Kandungan total klorofil yaitu 1.0603 mg g-1. Hasil uji in vitro menunjukkan
KcBK dan KcBO tanaman MB lebih tinggi (P0.05) dengan ketiga jenis hijauan lain yang diuji.
Kata kunci: fermentabilitas, fitokimia, Murdannia bracteata, nutrien

ABSTRACT
HARFINA RAIS. Nutrients and Phytochemicals Analysis of Murdannia
bracteata and Its Effect on the Characteristics of Rumen Fermentation.
Supervised by LUKI ABDULLAH and SRI SUHARTI.
The aim of this study was to evaluate nutrients and phytochemicals
composition of MB and its effect on the characteristics of ruminal fermentation.
Nutrients evaluation included proximate, van soest, mineral, chlorophyll, tannin
and saponin analysis. In vitro fermentation by using a randomized block design
with 4 treatments (Murdannia bracteata (MB), Pennisetum purpureum (PP),
Panicum maximum (PM), Brachiaria humidicola (BH)) was applied. Parameters
measured were organic and dry matter digestibility (OMD, DMD), amonia and
VFA production. The results showed that dry matter content, crude fiber, and
NDF of MB was lower but mineral content was higher than other forages. The

tannin content of MB was relatively lower than PP but higher than PM and BH.
The saponin content of MB was relatively lower than BH, but higher than PP and
PM. The total chlorophyll content of MB was 1.0603 mg g-1. OMD and DMD of
MB was highest (P0.05) among treatments.
Keywords: fermentability, Murdannia bracteata, nutrien, phytocemicals

ANALISIS NUTRIEN DAN FITOKIMIA TANAMAN
Murdannia bracteata SERTA PENGARUHNYA PADA
KARAKTERISTIK FERMENTASI RUMEN

HARFINA RAIS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata
serta Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen
Nama
: Harfina Rais
NIM
: D24090112

Disetujui oleh

Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
Pembimbing I

Dr Sri Suharti, S Pt, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh


Dr Ir Idat Galih Permana, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2012 ini ialah
“Analisis Nutrien dan Fitokimia Tanaman Murdannia bracteata serta
Pengaruhnya pada Karakteristik Fermentasi Rumen”.
Ada beberapa permasalahan yang sering muncul dalam penyediaan hijauan
pakan di Indonesia, yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi yang tidak
stabil. Penganekaragaman hijauan unggul diharapkan dapat membantu
ketersediaan hijauan untuk ternak. Murdannia bracteata merupakan salah satu
jenis tanaman yang sudah digunakan oleh masyarakat Taiwan dan Malaysia untuk
pengobatan tradisional berupa penyakit ginjal, liver, peradangan dan kanker.

Adanya kemampuan Murdannia bracteata sebagai tanaman obat ini berpeluang
untuk menjadikan tanaman ini sebagai sumber hijauan pakan fungsional.
Sehingga diperlukan analisis mengenai potensi tanaman ini sebagai hijauan pakan.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi dunia
peternakan dan pendidikan serta menjadi suatu amal baik.

Bogor, Juli 2013

Harfina Rais

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

xi

DAFTAR GAMBAR

xi

DAFTAR LAMPIRAN


xi

PENDAHULUAN

1

METODE

2

Bahan

2

Alat

2

Lokasi dan waktu Penelitian


2

Prosedur Percobaan

3

Rancangan dan Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Analisis Proksimat

5

Analisis Van Soest


6

Analisis Mineral

7

Analisis Fitokimia

8

Analisis Klorofil

9

Karekteristik Fermentasi Rumen
SIMPULAN DAN SARAN

10
13


Simpulan

13

Saran

13

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

16

RIWAYAT HIDUP

19


UCAPAN TERIMA KASIH

19

DAFTAR TABEL
1 Hasil Analisis Proksimat Hijauan Perlakuan

5

2 Hasil Analisis Van Soest Hijauan Perlakuan

6

3 Kandungan Beberapa Mineral pada Murdannia bracteata

8
a

4 Range kandungan mineral pada rumput pastura di temperate

8

5 Hasil Analisis Tanin dan Saponin Hijauan

9

6 Kandungan Klorofil pada Murdannia bracteata

9

7 Karekteristik Fermentabilitas Hijuan di dalam Rumen

10

8 Analisis Regresi Linear Tanin Terhadap Konsentrasi Amonia

12

9 Analisis Regresi Linear Berganda Tanin, Protein Terhadap Konsentrasi
Amonia

12

DAFTAR GAMBAR
1 Tanaman Murdannia bracteata
2 Grafik Hubungan NDF dan Kecernaan Bahan Kering

2
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Kering

16

2 Uji lanjut Duncan pada KcBK terhadap Jenis Hijauan

16

3 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Organik

16

4 Uji lanjut Duncan pada KcBO terhadap Jenis Hijauan

17

5 ANOVA RAK Konsentrasi Amonia

17

6 Uji Lanjut Duncan Konsentrasi Amonia Terhadap Jenis Hijauan

17

7 ANOVA RAK Konsentrasi Asam Lemak Terbang

18

PENDAHULUAN
Hijauan pakan merupakan bahan utama dalam ransum ternak ruminansia
sehingga kualitas hijauan dapat mempengaruhi produktivitas ternak. Hijauan
dengan kualitas baik akan memberikan intake nutrien yang baik pada ternak. Ada
beberapa permasalahan yang sering muncul dalam penyediaan pakan di Indonesia
terutama hijauan, yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas produksi yang tidak
stabil. Penganekaragaman hijauan unggul diharapkan dapat membantu
ketersediaan hijauan untuk ternak.
Murdannia bracteata (MB) bukan termasuk tanaman dari suku rumputrumputan (Gramminae atau Poaceae). Berdasarkan hasil analisis taksonomi LIPI
(2013) tanaman ini termasuk kedalam genus Murdannia dan family Comelinaceae,
memiliki bentuk daun seperti rumput Axonopus compressus namun sedikit lebih
tebal serta berkembang dengan stolon. Tanaman ini merupakan salah satu jenis
tanaman yang sudah digunakan oleh masyarakat Taiwan dan Malaysia untuk
pengobatan tradisional. Tanaman ini di Malaysia digunakan untuk mengobati
penyakit ginjal, liver, peradangan dan kanker (Yam et al. 2010). Selanjutnya Yam
et al. (2010) mengevaluasi efek antioksidan dan hepatoprotektif dari ekstrak
methanol MB dan melaporkan bahwa tanaman ini memiliki antioksidan dan
mengusir radikal bebas serta mampu menghambat kerusakan hati pada tikus.
Adanya kemampuan tanaman MB sebagai tanaman obat ini berpeluang untuk
menjadikan tanaman ini sebagai sumber hijauan pakan fungsional. Hijauan pakan
fungsional merupakan hijauan yang memiliki fungsi utama sebagai sumber serat
dan mempunyai fungsi lain seperti sebagai tanaman herbal ataupun sebagai
sumber mineral.
Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tanaman ini bisa
dijadikan sebagai hijauan pakan. Pertimbangan utama yang harus diperhatikan
dalam pemilihan bahan pakan termasuk hijauan yang akan diberikan kepada
ternak adalah bahwa hijauan tersebut mengandung nilai nutrisi yang baik yang
bermanfaat dan dapat dimanfaatkan oleh ternak serta tidak membahayakan ternak.
Informasi mengenai nilai nutrisi dan kegunaannya diketahui melalui analisis
komposisi nutrien dan fitokimia tanaman MB serta pengaruhnya terhadap
karakteristik fermentasi rumen.
Penelitian ini merupakan penelitian eksplorasi, sehingga perlu dilakukan
perbandingan kualitas tanaman MB sebagai hijauan pakan dengan hijauan lain
yang sudah biasa digunakan untuk ternak. Hal ini dilakukan agar dapat diketahui
kelebihan ataupun kekurangan tanaman MB dibandingkan dengan hijauan lain
yang sudah biasa digunakan, sehingga nantinya dapat dijadikan sebagai
pertimbangan ketika tanaman MB diaplikasikan kepada ternak. Diantara hijauan
pakan yang sudah umum digunakan hijauan pakan di Indonesia adalah ruput gajah
atau Pennisetum purpureum (PP), rumput benggala atau Panicum maksimum
(PM) dan ruput brachiaria atau Brachiaria humidicola (BH). Spesies hijauan ini
digunakan sebagai hijauan pembanding karena data yang berhubungan dengan
produksi dan kualitasnya sudah memadai untuk studi ini.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi potensi nutrisi dan
fitokimia Murdannia bracteata. Selain itu juga untuk menganalisis pengaruh
Murdannia bracteata pada karakteristik fermentasi rumen yang dibandingkan

2
dengan hijauan pakan lainnya, yaitu Pennisetum purpureum, Panicum maximum
dan Brachiaria humidicola.

METODE
Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Murdannia bracteata
(Gambar1), Pennisetum purpureum, Panicum maksimum dan Brachiaria
humidicola. Cairan rumen, larutan McDougall, gas CO2, HgCl2, vaselin Na2CO3
ml, asam borat (H3BO3) berindikator merah metil, H2SO4 0.005 N, H2SO4 15 %,
NaOH 0.5 N, indikator phenolptalein, HCl 0.5 N, HCl 0.2 % dan kertas saring.
Gambar 1 Tanaman Murdannia bracteata

Sumber: Dokumentasi pribadi
Alat
Alat yang digunakan adalah termos, tabung fermentor, shaker water bath,
sentrifuge, tabung destilasi, erlemeyer, pompa vakum, cawan porselin, oven
105 °C dan tanur 600 °C.
Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI) Cibinong untuk identifikasi nama tanaman; di Laboratorium Ilmu dan
Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB untuk menganalisis kandungan nutrien
dengan metode proksimat dan kandungan fraksi serat dengan metode Van Soest;
di Laboratorium Pakan Terpadu Fakultas Peternakan IPB untuk analisis fitokimia;
di Laboratorium Spektrofotometri Fakultas Pertanian IPB untuk analisis
klorofil;di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan IPB untuk
menganalisis kandungan mineral dan karakteristik fermentasi rumen. Penelitian
dilaksanakan mulai dari bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Juni 2013.

3
Prosedur Percobaan
Penelitian ini dimulai dengan identifikasi taksonomi tanaman utama yaitu
tanaman MB yang dilakukan di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap kandungan nutrien antara lain bahan
kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, Neutral Detergent Fiber (NDF),
Acid Detergent Fiber (ADF), fitokimia berupa tannin dan saponin serta
kandungan mineral dan klorofilnya. Pada tahap selanjutnya dilakukan analisis
kecernaan bahan kering, kecernaan bahan organik, produksi asam lemak terbang
(VFA) dan ammonia (NH3-subskrip) in vitro dengan menggunakan cairan rumen
sapi.
Pengambilan Cairan Rumen
Cairan rumen sapi didapatkan dari rumah potong hewan. Termos diisi
dengan air panas yang mempunyai suhu 39 ºC dan tidak boleh dibuang hingga
cairan rumen berhasil didapatkan. Isi rumen dipindahkan ke dalam termos yang
sebelumnya disaring terebih dahulu. Sebelum isi rumen disaring dan dimasukkan
ke dalam termos, air panas yang ada dalam termos dibuang. Cairan rumen yang
sudah ditampung dalam termos tersebut segera dibawa ke Laboratorium.
Pencernaan Fermentatif
Pencernaan fermentatif dilakukan secara in vitro dengan menggunakan
metode Tilley and Terry (1963). Sebanyak 0.5 g sample perlakuan, 40 ml larutan
McDougall dan 10 ml cairan rumen dimasukkan ke dalam tabung fermentor
sambil dialiri gas CO2 selama 30 detik dan ditutup dengan menggunakan tutup
karet berventilasi. Tabung fermentor tersebut dimasukkan ke dalam shaker water
bath dengan suhu 39 °C dan diinkubasi selama 4 jam untuk analisis VFA dan NH3,
48 jam untuk analisis KcBK dan KcBO. Setelah waktu inkubasi tersebut, tabung
fermentor diambil dan tutup karetnya dibuka dan ditambahkan 0.2 ml HgCl2
untuk mematikan mikroba rumen sehingga proses fermentasi terhenti. Campuran
dalam tabung fermentor disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit
dan supernatan yang dihasilkan digunakan untuk analisa VFA dan NH3.
Analisis Konsentrasi Amonia (NH3)
Analisis konsentrasi amonia dilakukan dengan menggunakan teknik
mikrodifusi Conway (General Laboratory Produce 1966). Cawan Conway terdiri
dari tiga sekat, diolesi vaselin dibagian bibir dan tutupnya. Supernatan hasil in
vitro sebanyak 1 ml dimasukkan ke salah satu ruang, Na2CO3 keruang satunya
lagi, dan ruang yang ditengah dimasukkan 1 ml asam borat (H3BO3) berindikator
merah metal dan hijau bromo kresol pada pH 5.5. Selanjutnya cawan ditutup agar
udara tidak masuk. Cawan diputar agar supernatan dan Na2CO3 tercampur dan
dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar. Ion hidrogen asam borat akan
mengikat N-amonia dari supernatan, dan asam borat dititrasi dengan H2SO4 0.005
N sampai warnanya berubah menjadi merah muda, selanjutnya dihitung kadar
NH3 dengan rumus sebagai berikut:
�� �2��4 � � �2��4 � 100

Kadar NH3 (mM) = �����

������ � �� ������

4
Analisis Konsentrasi Asam Lemak Terbang (VFA)
Analisis VFA dilakukan dengan teknik Destilasi Uap (Steam Destilation)
(General Laboratory Procedure 1966). Sebanyak 5 ml supernatan dimasukkan ke
dalam tabung destilasi, lalu ditambahkan 1 ml H2SO4 15 % dan tabung segera
ditutup. Proses destilasi dilakukan dengan cara menghubungkan tabung dengan
labu yang berisi air mendidih. Uap air panas akan mendesak VFA dan akan
terkondensasi di dalam pendingin. Destilat ditampung dalam labu erlenmeyer
yang berisi 5 ml NaOH 0.5 N sehingga volumenya mencapai 250-300 ml. Setelah
itu ditambahkan indikator phenolptalein sebanyak 2 tetes dan dititrasi dengan HCl
0.5 N sampai warna titrat berubah dari merah jambu menjadi bening.
Konsentrasi VFA dapat dihitung dengan rumus :
(�−�) � � ��� �

VFA total (mM) = �����

Keterangan:
a = Volume titran blanko
b = volume titran sampel

1000
��
5

������ � �� ������

Analisis Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik (KCBK dan KCBO)
Pengukuran kecernaan bahan kering dan bahan organik (KCBK dan
KCBO) dilakukan dengan metode Tilley and Terry (1963). Tahapan analisis sama
seperti yang dilakukan pada fermentasi in vitro, dengan waktu inkubasi hingga 48
jam. Setelah 48 jam fermentasi in vitro, tutup karet dibuka dan ditambahkan 2
tetes HgCl2 jenuh. Campuran disentrifus pada kecepatan 2500 rpm selama 20
menit. Supernatan dibuang, kemudian ke dalam tabung ditambahkan 50 ml larutan
pepsin HCl 0.2 %. Inkubasi dilanjutkan 48 jam secara aerob. Sisa pencernaan
disaring menggunakan kertas saring dan dibantu dengan pompa vakum. Hasil
saringan dimasukkan ke dalam cawan porselin dan dikeringkan di dalam oven
105°C selama 24 jam untuk mengetahui residu bahan kering dan diabukan dalam
tanur 600°C selama 6 jam untuk menghitung bahan organiknya.
Kecernaan bahan kering (KCBK) dan bahan organik (KCBO) dapat
dihitung dengan rumus :
KCBK (%) =
KCBO (%) =

�� ������ (�)− (�� ������ (�)− �� ������ (�))
�� ������ (�)
�� ������ (�)− (�� ������ (�)− �� ������ (�))
�� ������ (�)

Keterangan :
BK = Bahan Kering
BO = Bahan Organik

� 100%

� 100%

Rancangan dan Analisis Data
Data potensi nutrisi tanaman MB yang meliputi komposisi proksimat,
kandungan mineral, kandungan klorofil dan kandungan fitokimia dianalisis secara
deskriptif. Karakteristik fermentasi in vitro diuji menggunakan rancangan acak
kelompok (RAK) yang terdiri atas 4 perlakuan dan 4 kelompok sebagai ulangan.

5
Pengelompokan berdasarkan perbedaan waktu pengambilan rumen. Perlakuan
yang diberikan adalah:
P1
= Murdannia bracteata
P2
= Pennisetum purpureum
P3
= Panicum maximum
P4
= Brachiaria humidicola
Model matematika dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Yij = μ + τi + βj + εij

Keterangan:
= Nilai pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
Yij
µ
= Rataan umum
τi
= Pengaruh perlakuan ke- i
βj
= Pengaruh Kelompok ke- j
ɛij
= Galat pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i
= 1, 2, 3 dan 4
j
= 1, 2, 3 dan 4
Data hasil uji fermentasi in vitro dianalisis dengan menggunakan analisis
sidik ragam (ANOVA), selanjutnya jika terdapat perbedaan yang nyata,
dilanjutkan uji lanjut Duncan (Mattjik dan Sumertajaya 2000).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Proksimat
Hasil analisis proksimat menunjukkan bahwa kandungan bahan kering
hijauan MB relatif rendah dibandingkan dengan bahan kering pada hijauan lain
yang diuji (Tabel 1). Kandungan bahan kering suatu bahan pakan menjadi sangat
penting karena untuk ternak ruminansia penyusunan ransum berbasiskan pada
bahan kering. Hijauan MB termasuk kedalam golongan tanaman sukulen.
Kelebihan dari tanaman sukulen seperti hijauan MB ini adalah dapat terjaga
kesegarannya setelah beberapa waktu dari pemanenan.
Tabel 1 Hasil Analisis Proksimat Hijauan Perlakuan
Kandungan nutrien*
Jenis hijauan
Murdannia bracteata
Pennisetum purpureum
Panicum maximum
Brachiaria humidicola
*

BK
%
7.25
16.77
20.77
23.23

Abu
PK
LK
SK
Beta-N
-----------------------% BK--------------------21.82
13.62
3.37 27.95
33.24
7.17
10.39
3.95 34.77
43.72
5.43
12.92
3.17 41.84
36.64
7.10
10.07
3.33 32.43
47.07

Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013); BK:
bahan kering, PK: protein kasar, LK: lemak kasar, SK: serat kasar, Beta-N: bahan ekstrak tanpa
nitrogen

6
Kandungan protein kasar hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan
protein kasar hijauan MB relatif lebih tinggi dibandingkan ketiga jenis hijauan
dari spesies rerumputan lainnya yaitu 13.62%. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kandungan protein kasar hijauan. Menurut Purbajanti et al. (2011)
jenis rumput berpengaruh nyata terhadap kadar kandungan protein kasar.
Sedangkan Syarifuddin (2000) menyatakan bahwa semakin tua tanaman
kandungan protein kasar akan semakin menurun. Pengolahan pakan juga akan
mengakibatkan perubahan kandungan kadar protein kasar seperti silase.
Kandungan lemak kasar hijauan MB relatif tidak jauh berbeda dengan
ketiga jenis hijauan lain yaitu 3%. Lemak kasar menggambarkan kandungan zatzat yang larut dalam pelarut lemak (Suparjo 2010). Jadi tidak hanya lemak yang
larut tapi juga beberapa zat lain. Diantara zat yang ikut larut dalam pelarut lemak
tersebut adalah karoteniod, steroid, pigmen tanaman, dan vitamin A, D, E, K
(Sutardi 1980)
Hijauan MB mempunyai kandungan serat kasar relatif paling rendah yaitu
27.95% dibandingkan dengan ketiga jenis hijauan lainnya. Kandungan serat kasar
hijauan MB ini relatif lebih tinggi dari pada kandungan serat kasar pada rumput
Paspalum notatum yaitu 21.4% (Despal et al. 2008). Sebagai sumber pakan nilai
serat kasar hijauan MB dinilai masih dalam kisaran nilai serat kasar seperti
umumnya hijauan pakan tropis. Pada ternak ruminansia serat kasar dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi. Sehingga kandungan serat kasar hijauan
menjadi penting. Suatu bahan pakan disebut sebagai sumber serat apabila serat
kasar pada bahan tersebut lebih dari 18%.
Kandungan serat kasar suatu hijauan akan mempengaruhi kecernaan
hijauan tersebut. Selanjutnya perbedaan proporsi komponen serat mengakibatkan
perbedaan kecernaan hijauan. Menurut Purbajanti et al. (2011), dinding sel dan isi
sel merupakan komponen serat yang berhubungan dengan kemampuan cerna.
Komponen serat selanjutnya akan dianalisis menggunakan metode Van Soest.
Hijauan MB memiliki kandungan abu yang relatif jauh lebih tinggi
dibandingkan dengan hijauan lain, yaitu 21.82%. Tingginya kadar abu
menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki kandungan mineral yang tinggi.

Analisis Van Soest
Hasil analisis menunjukkan bahwa hijauan MB memiliki kandungan
Neutral Detergen Fiber (NDF) relatif lebih rendah dibandingkan ketiga jenis
hijauan lainnya, sedangkan untuk kandungan Acid Detergen Fiber (ADF) pada
MB tidak jauh berbeda (Tabel 2).
Tabel 2 Hasil Analisis Van Soest Hijauan Perlakuan
Jenis Hijauan
Murdania bracteata
Pennisetum purpureum
Panicum maximum
Brachiaria humidicola
*

NDF (% BK)*
61.22
76.08
85.57
81.03

ADF (% BK)*
60.16
57.31
55.60
60.20

Hasil analisis Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan IPB (2013)

7
Kandungan NDF yang lebih rendah mengindikasikan bahwa tanaman MB
ini memiliki kandungan bahan komponen yang mudah dicerna lebih tinggi.
Kandungan NDF merupakan komponen yang tidak larut pada larutan detergen
netral, sedangkan komponen yang larutnya disebut NDS (Neutral Detergent
soluble). Menurut Suparjo (2010) NDF mewakili kandungan dinding sel yang
terdiri dari lignin, selulosa, hemiselulosa dan protein yang berikatan dengan
dinding sel. Menurut Oktaviani (2008) NDS mengandung lipid, gula, asam
organik, non protein nitrogen, pektin, protein terlarut dan bahan yang larut dalam
air. Menurut Tillman et al. (1989) isi sel hampir seluruhnya dapat dicerna,
sehingga proporsi NDF dan NDS akan menentukan nilai kecernaan bahan pakan
tersebut. Lebih kecilnya kandungan NDF pada hijauan MB mengindikasikan nilai
NDS yang lebih tinggi dibandingkan hijauan lainnya, sehingga komponen yang
larut pada larutan detergen netral atau komponen yang mudah dicerna lebih tinggi.
Menurut Ginting dan Tarigan (2006), NDF atau dinding sel yang tinggi
merupakan indikasi lebih rendahnya kandungan bahan yang mudah dicerna (isi
sel). Selanjutnya NDF terdiri dari ADF dan hemiselulosa. Menurut Puastuti
(2009) Hemiselulosa merupakan komponen yang tidak larut dalam air.
Kandungan ADF merupakan kompenen yang tidak larut pada larutan
detergen asam, sedangkan komponen yang larutnya disebut ADS (Acid detergent
fiber). Komponen ADF mewakili selulosa dan lignin dinding sel tanaman.
Kandungan ADF pada keempat jenis hijauan relatif sama. Menurut Syarifuddin
(2000) ADF yang merupakan komponen dari dinding sel merupakan bagian yang
sukar dicerna bahkan lignin yang rupakan komponen ADF tidak bisa dicerna,
sehingga semakin meningkatnya kandungan ADF akan menurunkan kecernaan.
Dengan mengetahui kandungan NDF dan ADF suatu bahan pakan dapat pula
diketahui kandungan bahan pakan yang dapat mudah dicerna dan sulit dicerna.

Analisis Mineral
Mineral merupakan nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak dalam jumlah
sedikit, kehadiran mineral menjadi sangat penting terkait beberapa fungsi mineral.
Hasil analisis mineral pada hijauan MB ditunjukkan pada tabel 3. Setiap mineral
memiliki fungi yang berbeda. Secara umum menurut Tillman et al. (1989) mineral
berfungsi sebagai bahan pembentuk tulang dan gigi, mempertahankan koloidal
dari beberapa senyawa dalam tubuh, memelihara keseimbangan asam basa,
sebagai aktivator sistem enzim tertentu dan sebagai komponen dari suatu sistem
enzim.
Analisis Mineral pada penelitian ini hanya dilakukan pada hijauan MB
sedangkan pada ketiga hijauan lainnya tidak dilakukan analisis. Hasil analisis
menunjukkan bahwa kandungan mineral pada tanaman tersebut tergolong tinggi.
Kandungan kalsium hijauan MB lebih tinggi namun lebih rendah pada kandungan
phosphor dibandingkan dengan hijauan PM (Ca: 0.618%, P: 0.268%), PP (Ca:
0.475%, P: 0.347%) (Sutardi 1981).
Mineral potassium hijauan MB jauh lebih tinggi dari pada potassium
hijauan BH oleh Mansyur et al. (2006) yaitu berkisar 2.53-7.26 g kg-1 BK
sedangkan hijauan MB yaitu 29.81 g kg-1 BK, begitu juga dengan kandungan
magnesium, pada hijauan BH berkisar 1.76-3.46 mg kg-1 BK sedangkan hijauan

8
MB mencapai 9282.04 mg kg-1 BK, sedangkan untuk kandungan besi sama yaitu
berkisar 177 ppm - 4807.66 ppm pada hijauan BH.
Tabel 3 Kandungan Beberapa Mineral pada Murdannia bracteata
Jenis mineral
Ca
P
K
Mg
Fe
Zn
Na
Cu
S

Kadar (ppm) BKb
20809
994
29813
9282
388
65
1816
5.00
5454

Gradea
Tinggi
Rendah
Sedang
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Sedang
Tinggi

Kadar (% BK)b
2.081
0.099
2.981
0.928
0.039
0.007
0.182
0.000
0.545

a

Grade berdasarkan kandungan range mineral pada rumput pastura di daerah temperate
(McDonald et al. 1995); bHasil analisis Laboratorium Nutrisi ternak Perah Fakultas Peternakan
IPB (2013)

Tabel 4 Range kandungan mineral pada rumput pastura di temperatea
Mineral
Potassium
Kalsium
Phosphor
Sulfur
Magnesium
Besi
Zink
Copper
a

ppm
0.001

Range mineral pada rumput pastura didaerah temperate (McDonald et al. 1995)

Analisis Fitokimia
Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan tannin dan saponin MB
masih berada diantara ketiga jenis hijauan lain (tabel 5). Kandungan Tanin
hijauan MB relatif lebih tinggi dari pada hijauan PM dan BH, tapi lebih rendah
dari pada hijauan PP. Kandungan saponin hijauan MB relatif lebih rendah dari
pada hijauan BH dan lebih tinggi dari pada hijauan PP dan PM. Kandungan yang
tannin dan saponin yang masih berada dalam kisaran kandungan pada hijauan lain
menunjukkan bahwa dengan kandungan tannin dan saponin hijauan MB masih
dalam batas normal.
Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat disintesis oleh tanaman
dengan karakteristik dapat membentuk senyawa kompleks dengan makromolekul
lainnya (Jayanegara dan Sofyan 2008). Adanya kemampuan berikatan dengan
senyawa lain salah satunya adalah protein mengakibatkan protein yang tersedia
untuk mikroba pada ternak ruminansia menjadi berkurang, sehingga dalam jumlah

9
yang melebihi kapasitasnya keberadaan tannin dapat mengganggu fermentabilitas
ruminansia. Disamping itu, keberadaan tannin dapat berdampak positif yaitu
meningkatkan protein yang lolos degredasi rumen, terutama pada pakan dengan
kualitas protein yang baik.
Tabel 5 Hasil Analisis Tanin dan Saponin Hijauan
Tanin (% BK)*
11.89
15.34
10.74
10.84

Jenis Rumput
Murdania bracteata
Pennisetum purpureum
Panicum maximum
Brachiaria humidicola

Saponin (% BK)*
1.65
1.56
1.29
2.21

*

Hasil analisis Laboratorium Pakan terpadu Fakultas Peternakan IPB (2013)

Saponin merupakan senyawa glikosida kompleks yang mengandung gula
terutama glukosa, galaktosa, xylosa, rhamanosa atau methilpentosa yang berikatan
dengan suatu aglikogen hidrofobik berupa triterpenoid, steroid atau steroid
alkaloid (Suparjo 2008). Saponin banyak terdapat pada tumbuhan. Saponin dapat
berdampak positif dan negatif bagi ternak ruminansia. Dampak positif yaitu
meningkatkan protein yang lolos degradasi rumen, sedangkan dampak negatif
adalah dalam hal kemampuan saponin dalam menurunkan populasi protozoa
(Suparjo 2008). Jika populasi protozoa yang diturunkan melebihi normalnya dapat
mengganggu fermentabilitas pakan.

Analisis Klorofil
Hasil analisis klorofil menunjukkan bahwa kandungan klorofil pada
hijauan MB lebih rendah daripada kandungan klorofil alfalfa pada penelitian
Parman dan Harnina (2008) yaitu berkisar 149.15-208.69 mg 100g-1 atau berkisar
1.4915-2.0869 mg g-1, sedangkan pada hijauan MB yaitu 1.0603 mg g-1. Hasil
analisis klorofil pada hijauan MB ditunjukkan pada tabel 6.
Klorofil merupakan zat hijau daun yang terdapat pada tumbuhan. Tidak
hanya bermanfaat bagi tumbuhan klorofil juga bermanfaat bagi manusia dan
hewan. Menurut Limantara (2004) dalam Parman dan Harnina (2008) klorofil
dapat berfungsi sebagai pembersih, pembentuk sel darah merah, berperan
membantu sistem imunitas dan ketahanan tubuh dari penyakit serta regenerasi dan
regulator sel–sel tubuh, sebagai penguat dan penenang otak.
Tabel 6 Kandungan Klorofil pada Murdannia bracteata
Jenis klorofil
Klorofil a (mg g-1)
Klorofil b (mg g-1)
Antosianin (mikromol g-1)
Karoten (mg g-1)
Total klorofil (klorofil a + b) (mg g-1)
*

Kadar*
0.7004
0.3598
0.1015
0.2334
1.0603

Hasil analisis Laboratorium Spektrofotometri Fakultas Pertanian IPB (2013)

10
Karekteristik Fermentasi Rumen
Kecernaan Bahan Kering
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa hijauan MB memiliki kecernaan
bahan kering paling tinggi (P0.05). Tidak adanya
perbedaan signifikan pada produksi VFA yang merupakan sumber energi bagi
ternak, menujukkan bahwa hijauan MB mampu menghasikan energi yang dapat
mengimbangi energi yang dihasilkan oleh hijuan lainnya. VFA merupakan produk
akhir fermentasi gula didalam rumen yang digunakan sebagai sumber energi oleh
ternak ruminansia.
Ketersediaan VFA menjadi penting di dalam rumen karena selain
dimanfaatkan oleh ternak, VFA juga dimanfaatkan oleh mikroba sebagai sumber
energi dalam pembentukan sel tubuhnya. Menurut Hindratiningrum et al. (2011)
Amonia dimanfaatkan oleh mikroba rumen sebagai sumber nitrogen utama untuk

13
sintesis protein mikroba jika tersedia sumber energi yang mudah terfermentasi.
Sehingga produksi amonia didalam rumen harus diimbangi dengan produksi VFA.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Murdannia bracteata secara deskriptif mengandung mineral yang lebih
tinggi dibandingakan dengan Pennisetum purpureum, Panicum maximum dan
Brachiaria humidicola, serta mengandung serat kasar dan bahan kering lebih
rendah. Pada fermentasi in vitro, Murdannia bracteata menghasilkan kecernaan
bahan kering dan bahan organik nyata lebih tinggi dibandingkan ketiga hijauan
lainnya. Produksi amonia Murdannia bracteata tidak berbeda dengan ketiga jenis
hijauan lain yang diuji, namun konentrasi amonia Panicum maximum lebih tinggi
dari Pennisetum purpureum dan Brachiaria humidicola. Produksi VFA total tidak
berbeda nyata pada keempat hijauan perlakuan. Berdasarkan kandungan nutrien
dan fitokimia serta karakteristik fermentasinya, Murdannia bracteata berpotensi
sebagai sumber hijauan baru bagi ternak ruminansia.
Saran
Perlu dilakukannya analisis komponen mineral mikro pada Murdannia
bracteata dan mengkaji solubilitas mineral organiknya pada rumen, absorbsinya
dan manfaatnya untuk tujuan kesehatan organ dalam ternak. Selanjutnya perlu
juga dilakukaan analisis terhadap pengaruh Murdannia bracteata pada bota
rumen.

DAFTAR PUSTAKA
Arora SP. 1989. Pencernaan Mikroba Pada Ruminansia. Yogyakarta (ID): Gajah
Mada University Pr.
Despal, Permana IG, Sardiana TA, Sigit N, Suryahadi, Toharmat T. 2008. Nutrisi
Ternak Perah. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Evitayani, Warly L, Fariani A, Ichinohe T, Fujihara T. 2004. Study on nutritive
value of tropical forages in North Sumatra, Indonesia. Asian-Aust J Anim
Sci. 17(11):1518–1523.
Ginting SP, Tarigan A. 2006. Kualitas nutrisi rumput Stenotaphrum secundatum
dan Brachiaria humidicola pada kambing. JITV. 11(4):273-279.
Hindratiningrum N, Bata M, Santoso SA. 2011. Produk fgermentasi Rumen dan
Produksi Protein Mikroba Sapi Lokal yang Diberi Pakan Jerami Amoniasi
dan Beberapa Bahan Pakan Sumber Energi. Agripet. 11(2):29-34.
Jayanegara A, Sofyan A. 2008. Penentuan Aktivitas biologis tannin hijauan secara
in vitro menggunakan Hohenheim Gas Test dengan polietilen glikol sebagai
determinan. Media Petern. 31(1):44-52.

14
Lubis D, Nurhayati DP, Manurung. 1999. Potensi nutrisi rumput gajah dari sistim
pertanaman lorong dan kapasitas dukungnya untuk sapi perah laktasi.
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner [Internet]. Bogor (ID): Balai
Penelitian ternak. hal 375-381; [diunduh 2013 Juli 3]. Tersedia pada: http://
peternakan.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&view=artic
le&id=3105%3Asemnas&catid=310%3Asemnas1999&Itemid=26
Mansyur, Djuned H, Dhalika T, Abdullah L. 2006. Konsentrasi potasium,
magnesium dan ferum hijauan rumput Brachiaria humidicola (Rendle
Schweick) pada metode penanaman dan berbagai interval pemotongan. J
Anim Prod. 8(1):34-43.
Mansyur, Abdullah L, Djuned H, Tarmidi AR, Dhalika T. 2007. Konsentrasi
amonia dan asam lemak terbang rumput Brachiaria humidicola (Rendle)
Schweick pada berbagai interval pemotongan (In Vitro). J Ilmu Ternak.
7(1):64-68.
Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2000. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi
SAS dan Minitab Jilid I. Bogor (ID): IPB Pr.
McDonald, Edwards, Greenhalgh, Morgan. 1995. Animal Nutrition edisi ke-5.
New York (US): Longman Scientific and Technical.
Oktaviani S. 2008. Kandungan ADF dan NDF Jerami Padi yang Direndam Air
Laut dengan Lama Perendaman yang Berbeda. [Thesis]. Makasar (ID):
Universitas Hasanuddin.
Parman S, Harnina S. 2008. Pertumbuhan, kandungan klorofil dan serat kasar
pada defoliasi pertama alfalfa (Medicago sativa L ) akibat pemupukan
mikorisa. Bul Anatomi dan Fisiologi. 16(2):1-12.
Puastuti W. 2009. Manipulasi bioproses dalam rumen untuk meningkatkan
penggunaan pakan berserat. Wartazoa. 19(4):180-190.
Purbajanti ED, Soetrisno RD, Hanudin E, Budhi SPS. 2011. Produksi, kualitas,
dan kecernaan in vitro tanaman rumput benggala (Panicum maximum) pada
lahan salin. Bul Peternakan. 35(1):30-37.
Suparjo. 2008. Saponin: peran dan pengaruhnya bagi ternak dan manusia
[Internet]. Jambi (ID): Universitas Jambi. hlm 1-4; [diunduh 2012 Des 12].
Tersedia pada: http://jajo66.files.wordpress.com/2008/06/saponin.pdf
Suparjo. 2010. Analisis bahan pakan secara kimiawi: analisis proksimat dan
analisis serat [Internet]. Jambi (ID): Universitas Jambi. hlm 1-7; [diunduh
2012 Des 12]. Tersedia pada: http:// jajo66.files.wordpress.com /2010/10/
analisis-kimiawi2010.pdf
Sutedi E, Yuhaeni S, Prawiradiputra BR. 2002. Karakterisasi rumput benggala
(Panicum Maximum) sebagai pakan ternak. Seminar Nasional Peternakan
dan Veteriner [Internet]. Bogor (ID): Balai Penelitian ternak. hal 161-164;
[diunduh
2013
Jan
31].
Tersedia
pada: http://peternakan.litbang.deptan.go.id/ fullteks/ semnas/ pronas0232.pdf
Syarifuddin NA. 2000. Nilai Gizi Rumput Gajah Sebelum dan Setelah Ensilase
pada Berbagai Umur Pemotongan. Lampung (ID): Universitas Lampung.
Tilley JMA, Terry RA. 1963. A two stage technique for the in-vitro digestion of
forage crops. J British Grassland Soc. 18: 104-111

15
Tillman AD, Hartadi H, Reksohadiprodjo S, Prawirokusumo S, Lebdosoekojo S.
1989. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada
University Pr.
Widodo, Wahyono F, Sutrisno. 2012. Kecernaan bahan kering, kecernaan bahan
organik, produksi VFA dan NH3 pakan komplit dengan level jerami padi
berbeda secara in vitro. Anim Agr J. 1(1):215-230.
Yam MF, Ang LF, Lim CP, Ameer OZ, Salman IM, Ahmad M, Mohammed MA,
Asmawi MZ, Abdulkarim MF, Abdullah GZ. 2010. Antioxidant and
hepatoprotective effect of murdannia bracteata methanol ekstract. J
Acupunct Meridian Stud. 3(3):197−202.

16
Lampiran 1 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Kering
SK
Model koreksi
Intersep
Jenis hijauan
Kelompok
Galat
Total
Total koreksi

JK
1493.344
60254.007
1453.786
39.558
122.771
61870.122
1616.115

Db
6
1
3
3
9
16
15

KT
F
248.891
18.245
60254.007 4.417E3
484.595
35.524
13.186
.967
13.641

Sig.
.000
.000
.000
.450

JK: Jumlah Kuadrat; db: derajat bebas; KT: Kuadrat Tengah; Sig.: Signifikansi

Lampiran 2 Uji lanjut Duncan pada KcBK terhadap Jenis Hijauan
Jenis hijauan

N

Brachiaria humidicola
Panicum maximum
Pennisetum purpureum
Murdannia bracteata
Sig.

4
4
4
4

Subset
1
53.9135
54.8103
59.2400

2

77.5032
1.000

.083

N: Jumlah perlakuan

Lampiran 3 ANOVA RAK Kecernaan Bahan Organik
SK
Model koreksi

JK

Db

KT

F

Sig.

2021.557

6

336.926

29.895

.000

Intersep

63553.150

1

63553.150

5.639E3

.000

Jenis hijauan

1995.036

3

665.012

59.006

.000

Kelompok

26.521

3

8.840

.784

.532

Galat

101.433

9

11.270

Total

65676.140

16

Total koreksi

2122.990

15

17

Lampiran 4 Uji lanjut Duncan pada KcBO terhadap Jenis Hijauan
Jenis hijauan

N

Brachiaria humidicola
Panicum maximum
Pennisetum purpureum
Murdannia bracteata
Sig.

4
4
4
4

Subset
1
53.9925
56.0525

.408

2

3

56.0525
60.0600
81.9925
1.000

.126

Lampiran 5 ANOVA RAK Konsentrasi Amonia
SK
Model koreksi
Intersep
Jenis hijauan
Kelompok
Galat
Total
Total koreksi

JK
22.075
607.499
7.086
14.989
4.018
633.593
26.093

db
6
1
3
3
9
16
15

KT
3.679
607.499
2.362
4.996
.446

F
8.241
1.361E3
5.290
11.191

Sig.
.003
.000
.022
.002

Lampiran 6 Uji Lanjut Duncan Konsentrasi Amonia Terhadap Jenis Hijauan
Jenis hijauan

N

Pennisetum purpureum
Brachiaria humidicola
Murdannia bracteata
Panicum maximum
Sig.

4
4
4
4

Subset
1
5.5500
5.6675
6.1950
.224

2

6.1950
7.2350
.055

18
Lampiran 7 ANOVA RAK Konsentrasi Asam Lemak Terbang
SK
Model koreksi
Intersep
Jenis hijauan
Kelompok
Galat
Total
Total koreksi

JK
19969.703
400964.402
10995.224
8974.479
30617.368
451551.473
50587.070

db
6
1
3
3
9
16
15

KT
3328.284
400964.402
3665.075
2991.493
3401.930

F
.978
117.864
1.077
.879

Sig.
.491
.000
.407
.487

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Muara Panas, Kabupaten
Solok, Sumatera Barat pada tanggal 16 November 1990
dari pasangan Bapak Rafnis dan Ibu Ratnawilis. Penulis
adalah anak pertama dari 4 bersaudara. Tahun 2009
penulis menyelesaikan studi di MAN 2 Padang.
Selanjutnya, pada tahun yang sama penulis diterima di
Institut Pertanian Bogor (IPB) angkatan 46 Melalui Jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN 2009). Penulis tercatat sebagai mahasiswa di
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas
Peternakan.
Selama masa perkuliahan penulis aktif diberbagai
organisasi kemahasiswaan, seperti anggota (2009-2010) dan bendahara umum
(2010-2011) di UKM Catur IPB. Pada tahun yang sama (2010-2011) penulis aktif
sebagai staf Departemen Sosial lingkungan masyarakat (Soslingmas) BEM-D.
Penulis juga aktif sebagai anggota Teater Kandang pada tahun 2010-2012.
Selanjutnya pada tahun 2011-2012 penulis aktif di himpunan profesi
HIMASITER sebagai sekretaris di biro Nutricom (Nutrisi Community). Penulis
juga aktif dan tercatat sebagai guru pengajar di Lembaga Bimbingan Belajar
Kharisma Prestasi dari tahun 2012. Selain itu, penulis aktif diberbagai
kepanitiaan mahasiswa di Institut Pertanian Bogor. Penulis juga pernah mengikuti
program magang di Balai Peternakan Sapi Perah Cikole, Bandung (2011) dan di
PT. Sierad Produce (2012). Proposal kewirausahaan didanai pada kegiatan
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) 2013 oleh Kementrian Usaha Kecil dan
Menengah Republik Indonesia.

UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapakan terima kasih kepada Dr Ir Luki Abdullah, MScAgr
selaku dosen pembimbing dan membantu sebagian pendanaan penelitian, kepada
Dr Sri Suharti, MSi yang telah membimbing dengan penuh kesabaran. Terima
kasih kepada Ibu, Ayah dan keluarga atas doa dan dukungan penuh kasih
sayangnya. Penulis tak lupa mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
seperjuangan di program fast track (Endah, Dyah, Acho, Ardi) yang tak lupa
untuk saling menguatkan, teman-teman Wisma Balsem (Choti, Bue) yang kece
untuk waktu dan dukungannya selama 4 tahun bersama, kepada Indri, Cungkring,
Ceu Ai atas keceriaannya. Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih kepada
keluarga besar INTP 46 untuk semua warna yang ditorehkan dalam 3 tahun
kebersamaan di FAPET tercinta.