Analisis Manajemen Kas Pada Dinas Kesehatan Kota Medan

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

ANALISIS MANAJEMEN KAS PADA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Oleh:

TIZA YULANDRI 112101045

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Diploma III

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR

NAMA : TIZA YULANDRI

NIM : 112101045

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III KEUANGAN

JUDUL : ANALISIS MANAJEMEN KAS PADA DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

Tanggal : ... 2014 DOSEN PEMBIMBING

Dra. Friska Sipayung M.Si NIP : 19620117 198603 2 002

Tanggal : ... 2014 KETUA PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN

Dr. Yeni Absah, SE, M.Si NIP : 19741123 200012 2 001

Tanggal : ... 2014 DEKAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak, CA. NIP : 19560407 198002 1 001


(3)

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang berjudul : “Analisis Manajemen Kas Pada Dinas Kesehatan Kota Medan”.

Tugas Akhir ini disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Terselesaikannya Tugas Akhir ini tentu tak terlepas dari berbagai pihak yang telah mendorong dan mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini baik dukungan moril maupun materil. Kepada kedua orang tua ku tercinta, H.Daswar Tambunan dan Hj.Sri Apri Siregar yang selalu melimpahkan doa dan mendukung penulis dengan sepenuh hati serta memotivasi penulis dengan tiada henti untuk menjadi yang terbaik. Tanpa dukungan, motivasi dan doa dari keduanya, penulis tidak mungkin dapat menyelesaikan pendidikan sampai dengan sekarang. Semoga Allah SWT memberikan balasan yang setimpal atas kerja keras Papa dan Mama dengan Surga-Nya. Penulis juga ingin mengungkapkan rasa terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, SE, M.Ec, Ac, Ak, CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi D3 Keuangan dan Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Sekretaris Program


(4)

3. Bapak Drs.Mustafa Munar selaku KaSubBag Keuangan dan Perlengkapan Dinas Kesehatan Kota Medan dan Ibu Elfina Nasroen S.Sos yang telah bersedia menerima penulis untuk mengadakan penelitian di instansi pemerintah tersebut.

4. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, bimbingan, dan bantuan dari awal hingga selesainya Tugas Akhir ini.

5. Teruntuk Aulia Akbar Askam, Amd yang memotivasi penulis agar tetap terus semangat. Only you can make my life change and only you the man who can fix my heart perfectly, Insya ALLAH.

6. Teman seperjuangan Minanda Annisa, Annisa Putri Utami, Indah Pertiwi Siregar, Khairunnisa, dan Sarah Cintya Ananda yang membantu penulis serta teman-teman D3 Keuangan Grup A stambuk 2011 dan Teman-teman Alumni SMA 1 Rantau Utara yang terus selalu memotivasi penulis.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan dan ketulusan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan tugas akhir ini dengan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Akhir kata, penulis berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan bagi semua pihak.

Medan, 2014 Penulis

( Tiza Yulandri ) NIM. 112101045


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

Bab II DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN

A. Sejarah Singkat ... 6

B. Struktur Organisasi ... 8

C. Uraian Pekerjaan ... 11

D. Kinerja Terkini ... 24

BAB III PEMBAHASAN

A. Manajemen Kas 1. Pengertian manajemen kas ... 26

2. Tujuan manajemen kas... 28

3. Motif-motif memiliki kas ... 30

4. Perencanaan kas ... 31

5. Pengendalian kas ... 35

6. Pengawasan kas 6.1 Pengawasan penerimaan kas ... 38

6.2 Pengawasan pengeluaran kas... 39

B. Penerimaan dan pengeluaran kas Dinas Kesehatan Kota Medan 1. Penerimaan kas ... 42

1.1 Sumber dana Dinas Kesehatan Kota Medan ... 45

2. Pengeluaran kas... 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 63


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Laporan Realisasi Anggaran ... 48

Tabel 3.2 Jumlah Realisasi Pendapatan Asli Daerah ... 49

Tabel 3.3 Pendapatan Asli Daerah Dinas Kesehatan Kota Medan ... 51


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap perusahaan atau badan usaha pada umumnya didirikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan yang telah ditetapkan itu antara lain untuk mendapatkan laba yang maksimum sehingga dapat mempertinggi tingkat pertumbuhan perusahaan. Perusahaan perlu mengetahui perkembangan usahanya dari waktu ke waktu khususnya mengenai manajemen kas. Kas diperlukan baik untuk membiayai biaya operasi perusahaan sehari-hari maupun untuk mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap.

Kas merupakan salah satu aktiva yang sangat penting dan sangat berperan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang kapanpun dapat dengan segera dicairkan untuk membayar segala pengeluaran. Oleh karena itu, perlu diadakannya pengawasan dan perencanaan yang tepat didalam pengelolaan kas baik bersifat rutin atau terus menerus dan ada pula yang bersifat insidentil atau tidak terus menerus antara kas yang masuk dan yang keluar dalam bentuk penerimaan (sumber-sumbernya) maupun dalam bentuk pengeluaran.

Laporan sumber dan penggunaan kas dapat digunakan sebagai dasar dalam menaksir kebutuhan kas di masa mendatang dan kemungkinan sumber-sumber yang ada, atau dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan peramalan kebutuhan kas atau cash flow di masa yang akan datang,


(8)

penggunaan kas akan dapat menilai kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atau mengembalikan pinjamannya.

Banyak perusahaan jatuh karena pihak manajemen tidak mampu mengelola dan memanfaatkan kas yang dimiliki dengan baik. Apabila kas yang dikeluarkan untuk begitu banyak biaya-biaya tetapi tidak disesuaikan dengan pendapatan, maka akan mengakibatkan kerugian. Kadangkala uang yang tersedia cukup banyak tetapi tidak digunakan akan mubazir, karena kas tidak produktif. Untuk itu perlu diketahui sistem pengelolaan kas yang tepat.

Pengelolaan kas yang baik dan benar akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan antara lain :

a. Efektivitas dan Efisiensi biaya yang keluar dari kas perusahaan

b. Khusus untuk perusahaan, penggunaan kas secara maksimal untuk meningkatkan laba

c. Menghindari adanya kas yang menganggur dengan mengalokasikannya secara tepat dan menguntungkan tempat lain.

Setiap perusahaan akan berusaha untuk menyediakan uang kas dalam jumlah yang ideal. Artinya tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit, yang dapat menurunkan efisiensi akibat tertanamnya uang dalam kas yang sebenarnya tidak produktif, atau terlampau sedikit karena akan menganggu likuiditas perusahaan.

Kas merupakan harta perusahaan yang paling likuid. Kas mempunyai kedudukan sentral dalam usaha menjaga kelancaran operasi perusahaan. Jumlah kas yang memadai sangat penting. Sebaliknya kas yang berlebihan


(9)

berarti menyerap dana modal kerja yang langka dan mahal, sehingga menaikkan beban tetap perusahaan. Untuk itu diperlukan usaha untuk mengelola kas dengan baik, sehingga sangatlah diperlukan adanya manajemen kas. Menurut Weston JF dan Hermanson RH dalam Arifin ( 2001 : 7 ) pengertian manajemen kas adalah pengawasan investasi harta nyata yang paling lancar, berupa uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan.

Manajemen kas sangat penting dalam mengelola ataupun menyusun suatu anggaran perusahaan. Manajemen kas merupakan fungsi yang dilaksanakan oleh unit perbendaharaan, mulai dari perencanaan sampai pada pelaporan anggaran kas. Agar secara optimal dapat mendukung pelaksanaan pelayanan publik oleh pemerintah daerah, pengelolaan kas Dinas Kesehatan Kota Medan dilaksanakan secara terencana, transparan, dan akuntabel. Pada tahun 2013, laporan jumlah realisasi anggaran Pendapatan Asli Daerah Dinas Kesehatan Kota Medan mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Dikarenakan penambahan program yang direncanakan oleh pemerintah. Untuk itu Dinas Kesehatan tentunya berusaha untuk mengelola manajemen kas sesuai dengan program pemerintah mulai dari penerimaan anggaran kas sampai dengan pengeluaran anggaran kas yang kemudian disusun ke Laporan Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian secara langsung untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan manajemen kas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota


(10)

Medan dengan memilih judul “Analisis Manajemen Kas Pada Dinas Kesehatan Kota Medan”.

B. Perumusan Masalah

Masalah kas dari suatu perusahaan atau instansi pemerintah adalah mengatasi kekurangan dan kelebihan kas sehingga seluruh kewajiban perusahaan atau instansi pemerintah bersangkutan dapat terpenuhi tepat pada waktunya. Adapun perumusan masalah yang diangkat dalam tugas akhir ini adalah : “Bagaimanakah pengelolaan manajemen kas yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Medan?”

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan adalah, untuk mengetahui bagaimana pengelolaan manajemen kas Dinas Kesehatan Kota Medan apakah mampu mengelola dana yang dimiliki sehingga memberi pengertian yang berarti mengenai manfaat manajemen kas.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan penulis dalam meneliti masalah-masalah yang dihadapi suatu perusahaan atau instansi pemerintah dalam hubungannya dengan manajemen kas dan teori-teori yang sudah didapat pada masa perkuliahan.

2. Bagi perusahaan atau instansi pemerintah, tugas akhir ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengambil keputusan serta evaluasi atas sistem manajemen kas yang sudah ditetapkan perusahaan


(11)

tersebut sehingga keputusan-keputusan yang tidak menguntungkan dapat diubah.

3. Bagi pembaca, tugas akhir ini semoga bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan dapat dijadikan sumbangan pemikiran dan bahan referensi.


(12)

BAB II

GAMBARAN UMUM DINAS KESEHATAN

A. Sejarah Dinas Kesehatan

Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kota Medan dalam bidang kesehatan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Sekretaris Daerah. Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan sebagaian urusan rumah tangga daerah dalam bidang kesehatan untuk menunjang tercapainya usaha kesejahteraan masyarakat di bidang Kesehatan dan melaksanakan tugas pembantuan sesuai dengan bidang tugasnya.

Kantor Dinas Kesehatan Kota Medan atau yang biasa disingkat DKK Medan terletak di Jalan Rotan No. 1 Komplek Petisah Medan. Dinas ini membawahi 39 Puskesmas Induk (13 Puskesmas Rawat Inap dan 26 Puskesmas Rawat Jalan) dan 41 Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di 21 Kecamatan se Kota Medan.

Disamping itu Dinas Kesehatan Kota Medan mempunyai Unit Pelayanan Teknis (UPT) yaitu Gudang Farmasi yang terletak di Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, Laboraturium Kesehatan Lingkungan yang terletak di Jalan Ibus Raya dan Klinik Spesialis Bestari yang juga terletak di Jalan Ibus Raya Medan.

Berikut ini akan dijelaskan visi, misi dan fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan.


(13)

Visi Dinas Kesehatan Kota Medan yang merupakan gambaran organisasi yang ingin diwujudkan di sama depan yaitu : “Kesehatan Mantap (Mandiri, Tanggap dan Profesional)”

2. Misi Dinas Kesehatan Kota Medan

a. Mendorong kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan. b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan

terjangkau.

c. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat agar hidup produktif secara optimal.

d. Mendukung pembangunan Kota Medan yang berwawasan kesehatan. e. Menggalang potensi dan kepedulian masyarakat dalam pembangunan

kesehatan.

f. Menyediakan sistem informasi kesehatan yang baik.

3. Fungsi Dinas Kesehatan Kota Medan yaitu :

a. Merumuskan dan melaksanakan kebijakan teknis di bidang kesehatan; b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan, pemberantasan,

pengawasan penyakit menular dan penelitian kemungkinan terjadinya wabah penyakit;

c. Melaksanakan pelayanan umum bidang kesehatan; d. Melaksanakan pemberian perizinan bidang kesehatan;


(14)

f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.

B. Struktur Organisasi

Sebelum menjalankan suatu aktivitas perusahaan, sangatlah penting untuk menentukan tata hubungan wewenang dan tanggung jawab atau biasa disebut dengan “struktur organisasi”. Hal ini bermanfaat agar pembagian tugas dan tanggung jawab dapat jelas diketahui oleh masing-masing individu dalam organisasi, sehingga akan lebih mudah mengadakan pengawasan dan pengarahan tugas. Dengan kata lain pengadaan struktur organisasi akan mempermudah pengaturan hubungan kerja dalam organisasi.

Organisasi pada suatu perusahaan ataupun instansi merupakan wadah bagi perusahaan atau instansi tersebut untuk menggunakan semua potensi. Wadah ini menetapkan apa yang diperlukan untuk dilaksanakan bagaimana cara melaksankannya. Setelah itu, kemudian pimpinan perusahaan membentuk suatu struktur organisasi yang menunjukkan suatu tanggung jawab setiap pegawai, batas wewenang dan fungsi –fungsinya didalam organisasi tersebut.

Sebagai suatu organisasi terdiri atas orang-orang yang bekerja sama untuk tercapainya tujuan bersama yang telah disetujui bersama pula. Dalam pencapaian tujuan ini, instansi pemerintah melakukan kegiatan yang efektif, yaitu kegiatan yang terencana, terarah didukung sistem pengorganisasian, pengendalian, dan pengawasan yang baik. Hal ini tidak akan tercapai tanpa adanya peran dari semua pihak yang terlibat dalam perusahaan yang melakukan kegiatan yang telah ditentukan sesuai dengan tugas, wewenang,


(15)

dan tanggung jawab yang telah diserahkan kepada masing-masing pihak. Untuk dapat melaksanakan pengawasan dengan baik diperlukan adanya struktur organisasi yang memisahkan secara jelas fungsi operasional, pencatatan, dan penyimpangan. Suatu organisasi haruslah sederhana dan bersifat fleksibel, artinya apabila pengembangannya dapat diadakan penyesuaian tanpa menganggu secara serius struktur organisasi yang ada.

Agar dapat mengelola organisasi perusahaan secara efektif dan efisien, maka perlu diciptakan struktur organisasi yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Hal ini diperlukan guna dijadikan sebagai landasan operasional suatu perusahaan sehari-hari. Semakin baik struktur organisasi suatu perusahaan, maka sistem operasional akan dapat terlaksana secara lebih terkontrol dan terkoordinasi. Dengan adanya struktur organisasi tersebut dapat ditetapkan tugas dan tujuan fungsi kedudukan garis wewenang dari masing-masing fungsi yang ada dalam perusahaan.


(16)

(17)

C. Uraian Pekerjaan (Job Description)

Berikut ini adalah uraian pekerjaan (job description) dari setiap unit bagian pada Dinas Kesehatan Kota Medan yang terdiri atas :

1. Dinas

Dinas merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah, yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada walikota melalui Sekretaris Daerah. Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

2. Sekretaris

Sekretaris berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup Kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan penyusunan program. Sekretaris menyelenggarakan fungsi :

a) Melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kesekretariatan meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan, dan penyusunan program. b) Pengkoordinasian penyusunan perencanaan program Dinas

c) Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya manusia, pengembangan organisasi, dan ketatalaksanaan


(18)

3. Sub Bagian Umum

Dipimpin oleh Kepala Sub Bagian, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris. Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup administrasi umum. Sub Bagian Umum menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan Sub Bagian Umum b) Penyusunan bahan petunjuk teknis pengelolaan administrasi umum c) Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan tata

naskah dinas, penataan kearsipan, urusan rumahtangga, hukum, hubungan masyarakat

d) Penyiapan bahan pembinaan, pengawasan, dan pengendalian

4. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan

Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Sekretariat lingkup pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan. Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan menyelenggarakan fungsi :

a) Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan penyusunan rencana, penyusunan bahan, pemrosesan, pengusulan, dan verifikasi

b) Penyiapan bahan / pelaksanaan koordinasi pengelolaan administrasi keuangan


(19)

d) Pelaksanaan pengelolaan perlengkapan

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

5. Sub Bagian Penyusunan Program

Sub Bagian Penyusunan Program berada di bawah dan bertanggung jawab kepada sekretaris dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup penyusunan program dan pelaporan. Sub Bagian Penyusunan Program menyelenggarakan fungsi :

a) Pengumpulan bahan petunjuk teknis lingkup penyusunan rencana dan program Dinas

b) Penyiapan bahan penyusunan rencana dan program Dinas c) Penyiapan bahan pembinaan pengawasan, dan pengendalian

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh sekretaris sesuai dengan tugas dan fungsinya.

6. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan

Bidang Bina Pelayanan Kesehatan berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus. Bidang Bina Pelayanan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :


(20)

a) Penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut

b) Penyelenggaraan upaya kesehatan perkotaan, kesejahteraan indera, dan usia lanjut

c) Penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan

d) Penyusunan pertunjuk teknis lingkup pelayanan kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan kesehatan khusus

e) Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup pelayanan kesehatan

f) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan dan pengendalian lingkup pelayanan kesehatan

g) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

7. Seksi Kesehatan Dasar

Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan dasar. Seksi kesehatan dasar menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan pembinaan dan upaya kesehatan dasar perkotaan b) Penyiapaan rencana, program dan kegiatan seksi kesehatan dasar c) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan dasar


(21)

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

8. Seksi Kesehatan Rujukan

Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan rujukan. Seksi kesehatan Rujukana menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup kesehatan rujukan

b) Penyiapan bahan dan data pengelolaan upaya kesehatan rujukan perkotaan

c) Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kesehatan rujukan sesuai urusan pemerintahan kota

d) Penyiapan bahan dan data pengelolaan upaya kesehatan rujukan / spesialistik dan sistem rujukan.

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

9. Seksi Kesehatan Khusus

Berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Bina Pelayanan Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Bina Pelayanan Kesehatan lingkup kesehatan khusus. Seksi Kesehatan Khusus menyelenggarakan fungsi :


(22)

a) Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan upaya kesehatan khusus meliputi kesehatan jiwa, kesehatan mata, kesehatan kerja, kesehatan haji, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan indera, dan lanjut usia

b) Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan upaya kesehatan pada daerah perbatasan dan kerjasama lintas batas

c) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya.

10.Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan

Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan. Bidang pengendalian Masalah Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan rencana, program, dan kegiatan bidang pengendalian masalah kesehatan

b) Penyusunan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit, wabah, bencana, dan kesehatan lingkungan

c) Pengendalian dan pemberantasan penyakit meliputi surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit menular langsung, pengendalian penyakit bersumber binatang, pengendalian penyakit tidak menular, imunisasi, kesehatan mata, dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB)


(23)

d) Pengendalian wabah dan bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi, dan kesiapsiagaan, tanggap darurat dan pemulihan

e) Penyelenggaraan penyehatan lingkungan meliputi penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan, penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan, dan bahan pangan serta pengamanan limbah

f) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

11.Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian masalah Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan lingkup pengendalian dan Pemberantasan Penyakit menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit

b) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengendalian dan pemberantasan penyakit

c) Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan pengendalian surveilans epidemiologi, pengendalian penyakit tidak menular, immunisasi, kesehatan mata, dan penyelidikan kejadian luar biasa (KLB)


(24)

12.Seksi Wabah Bencana

Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan lingkup wabah dan bencana. Seksi wabah dan bencana menyelenggarakan fungsi :

a) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengendalian wabah dan bencana

b) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi wabah dan bencana c) Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan pengendalian wabah dan

bencana meliputi kesiapsiagaan, mitigasi dan kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan pemulihan

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

13.Seksi Kesehatan Lingkungan

Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan lingkup kesehatan lingkungan. Seksi kesehatan lingkungan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan pengendalian kesehatan lingkungan meliputi penyehatan air, pengawasan kualitas lingkungan,


(25)

penyehatan kawasan dan sanitasi darurat, sanitasi makanan dan bahan pangan serta pengamanan limbah

b) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup pengendalian kesehatan lingkungan

c) Penyiapan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai

dengan tugas dan fungsinya

14.Seksi Perencanaan dan Pendayagunaan

Berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan lingkup perencanaan dan pendayagunaan. Seksi perencanaan dan pendayagunaan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi perencanaan dan pendayagunaan

b) Penyiapan bahan dan data pemberian rekomendasi tenaga kesehatan strategis

c) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup perencanaan dan pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan

d) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas.


(26)

15.Seksi Pendidikan dan Pelatihan

Dipimpin oleh Kepala Seksi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan lingkup pendidikan dan pelatihan. Seksi pendidikan dan pelatihan menyelenggarakan fungsi : a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi pendidikan dan

pelatihan

b) Penyiapan bahan dan data pelaksanaan registrasi dan akreditasi, pendidikan, dan pelatihan sumber daya manusia kesehatan

c) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan

d) Penyiapan bahan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

16.Seksi Registrasi dan Akreditas

Dipimpin oleh Kepala Seksi, berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia Kesehatan lingkup registrasi dan akreditasi. Seksi registrasi dan akreditasi menyelenggarakan fungsi :


(27)

a) Penyiapan bahan dan data proses penyelenggaraan registrasi dan skreditas serta perijinan lingkup tenaga medis, tenaga para medis, dan tenaga non medis / tradisional terlatih sesuai urusan pemerintahan kota

b) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup registrasi dan akreditas c) Penyiapan bahaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan

tugas

d) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

17.Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan

Dipimpin oleh Kepala Bidang yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas lingkup kefarmasian, jaminan, dan sarana kesehatan. Bidang kefarmasian, jaminan dan sarana kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyelenggaraan jaminan kesehatan b) Pelayanan sarana dan peralatan kesehatan

c) Pelaksanaan proses pelayanan petijinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian, jaminan, sarana, dan peralatan kesehatan sesuai urusan pemerintahan kota

d) Pelaksanaan monitoring, evaluasi, dan pelaporan lingkup bidang kefarmasian, jaminan,dan sarana kesehatan


(28)

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang sesuai dengan tugas dan fungsinya

18.Seksi Kefarmasian

Dipimpin oleh Kepala Seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang Kefarmasian Jaminan dan Sarana Kesehatan. Seksi Jaminan Kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyediaan dan pengelolaan bufferstock obat, reagensia, vaksin, ketersediaan obat, dan perbekalan kesehatan rumah tangga (PKRT) b) Penyelenggaraan kefarmasian meliputi obat, makanan, minuman,

NAPZA, kosmetika dan alat kesehatan sesuai dengan pemerintahan kota

c) Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian sesuai urusan pemerintah kota

d) Pelaksanaan proses rekomendasi ijin industri Kecil Obat Tradisional (IKOT), rekomendasi ijin PBF dan PBF cabang.

e) Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup kefarmasian sesuai urusan pemerintahan kota.

19.Seksi Jaminan Kesehatan

Dipimpin oleh kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang kefarmasian jaminan sarana kesehatan dan


(29)

mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang kefarmasian jaminan dan sarana kesehatan lingkup jaminan kesehatan. Seksi jaminan kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan seksi jaminan kesehatan b) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup jaminan kesehatan

c) Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan jaminan kesehatan meliputi kepersertaan, pemeliharaan kesehatan, dan pembiayaan

20.Seksi Sarana dan Peralatan Kesehatan

Dipimpin oleh kepala seksi yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala bidang kefarmasian jaminan dan sarana kesehatan dan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas bidang kefarmasian jaminan dan sarana kesehatan lingkup sarana dan peralatan kesehatan. Seksi sarana dan peralatan kesehatan menyelenggarakan fungsi :

a) Penyiapan bahan dan data penyelenggaraan registrasi, akreditas, dan peralatan kesehatan

b) Pelaksanaan proses rekomendasi ijin Pedagang Besar Alat Kesehatan (PBAK)

c) Pelaksanaan proses perijinan dan pelayanan lainnya lingkup sarana dan peralatan kesehatan

21.Unit Pelaksanaan Teknis (UPT)


(30)

22.Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

a) Kelompok jabatan fungsional terdiri dari sejumlah tenaga fungsional yang diatur dan ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan

b) Setiap kelompok jabatan fungsional dipimpin oleh tenaga fungsional senior yang ditunjuk

c) Jumlah tenaga fungsional yang ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja

d) Jenis dan jenjang jabatan fungsional diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan.

D. Kinerja Terkini

Pembangunan kesehatan di Kota Medan sekarang ini bila dibandingkan dengan pembangunan kesehatan tahun 2010 telah menunjukkan peningkatan. Selain anggaran pemerintah daerah yang meningkat, bertambahnya anggaran untuk masyarakat tidak mampu melalui Jamkesmas dan Jamkesda telah berhasil meningkatkan upaya peningkatan pelayanan publik-publik disektor kesehatan mulai dari pelayanan dasar sampai dengan pelayanan rujukan.

Upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan sumber daya manusia kesehtan secara berkelanjutan terus dilakukan, diantaranya melalui kegiatan pelatihan dan workshop, dengan tujuan agar petugas kesehatan dapat


(31)

memberikan pelayanan dengan lebih profesional dan sesuai dengan kompetensinya.

Kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat menunjukkan peningkatan dari waktu ke waktu hal ini harus terus kita jaga, mengingat penyebab penyakit yang disebabkan lingkungan dan pola hidup yang tidak sehat masih sangat dominan.

Pelayanan rujukan secara bertahap ditingkatkan kualitasnya melalui peningkatan kemampuan tenaga medis maupun non medis baik secara tehnis maupun manajemen. Hal lain yang perlu disadari bahwa keberhasilan peningkatan kesehatan masyarakat juga dipengaruhi dari dukungan instansi-instansi pemerintah lainnya seperti Dinas Pendidikan, Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKBPP), Dinas Pekerja Umum, Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda), Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD), dan lain-lain. Dengan adanya kerjasama semua instansi yang terkait, maka semakin mempercepat pencapaian Visi Pembangunan Kesehatan Kota Medan, yaitu Kesehatan Mantap (Mandiri, Tanggap, dan Profesional). Kondisi pembangunan kesehatan tahun 2011 secara lintas program dijalankan dengan strategi dan perencanaan yang berpihak pada masyarakat.


(32)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Manajemen Kas

1. Pengertian Manajemen Kas

Menurut Hasibuan ( 2003 : 2 ) pengertian manajemen adalah “ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan.” Manajemen memiliki beberapa fungsi yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Sedangkan pengertian kas adalah suatu harta yang meliputi uang logam, uang kertas, dan pos-pos lainnya yang dapat digunakan sebagai media tukar dan mempunyai dasar pengukiran akuntansi yang sifatnya sangat likuid. Jadi, definisi dari manajemen kas itu adalah suatu proses perencanaan, pengarahan, dan pengendalian kas bersih yang sebenarnya berbeda dari laba akuntansi bersih yang dihasilkan perusahaan dalam periode tertentu, yang pelaksanaannya dilakukan oleh manajer atau bendahara.

Manajemen kas merupakan sebuah proses yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya alam dan sumber-sumber lainnya. Dalam aktivitas manajemen kas, manajer keuangan harus mengetahui besarnya jumlah kas yang diperlukan setiap saat. Keberhasilan pimpinan dalam mengelola kas, ini sangat berpengaruh terhadap hubungan


(33)

dengan pihak ekstern perusahaan dan secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan.

Menurut Riyanto (1999 : 93) yang dimaksud dengan manajemen kas adalah : “suatu proses dan kerangka kerja yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan organisasi”. Jadi, manajemen juga mengandung arti “managing” yakni orang-orang pengelola atau pelaksana yang dilakukan oleh para manajer. Sehubungan dengan pengelolaan kas, ada hubungan kerjasama antara controller dan kepala bagian keuangan. Tugas dan tanggung jawab berbeda, tergantung dari jenis dan besarnya keuangan. Dalam keadaan biasa, staff Kepala Bagian Keuangan yang bertanggung jawab untuk memelihara hubungan yang baik dengan bank para investor lain, dengan menyediakan pembayaran bunga dan pokok pinjaman tepat pada waktunya dan menginvestasikan dana yang berlebihan. Dialah yang biasanya mempunyai tanggung jawab utama untuk penerimaan dan pengeluaran kas.

Manajemen kas yang efisien mensyaratkan tersedianya kas yang terus bekerja dalam siklus operasi atau sebagai suatu investasi jangka pendek atau investasi jangka panjang. Dengan demikian kelancaran operasi perusahaan banyak tergantung kepada kemampuan manajemen didalam menilai kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan kas serta memenuhi kebutuhan operasi kas.


(34)

2. Tujuan Manajemen Kas

Menurut Brooks, Wilson, dan Campbel dalam buku controllership (2000 : 93) tujuan dalam manajemen kas adalah :

a. Penyediaan kas yang cukup untuk operasi jangka pendek dan panjang. b. Penggunaan dana perusahaan secara efektif pada setiap waktu.

c. Penetapan tanggung jawab untuk penerimaan kas dan pemberian perlindungan yang cukup sampai dana disimpan.

d. Penyelenggaraan pengendalian untuk menjamin bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk tujuan yang sah.

e. Pemeliharaan saldo bank yang cukup bila mana cocok untuk mendukung hubungan yang layak dengan bank komersil.

f. Penyelenggaraan catatan-catatan kas yang cukup.

Sedangkan menurut Allen (1998 : 243) tujuan manajemen kas adalah : a. Mengontrol belanja secara keseluruhan

Pengendalian belanja merupakan unsur paling penting dalam manajemen keuangan dan anggaran pada suatu instansi pemerintah. Oleh karena itu harus didukung pula oleh sistem pengelolaan keuangan dan sistem anggaran yang memadai, baik secara manual maupun berkomputerisasi. Untuk dapat melaksanakan manajemen anggaran secara efisien, maka pembayaran setiap kewajiban harus dilakukan sesuai dengan kontrak. Pembayaran akan dapat dilakukan pada saat jatuh tempo apabila dana sudah tersedia seperti diestimasi sebelumnya. Sebisa mungkin harus diminimalkan biaya-biaya yang tidak perlu (transaction cost), melakukan pinjaman pada saat tingkat bunga paling rendah atau menanamkan kas


(35)

yang menganggur (idle cash) pada investasi jangka pendek yang saling menguntungkan.

Dalam penganggaran berbasis kas (cash based budgeting) pembayaran merupakan esensi dari realisasi belanja. Pengakuan atas realisasi belanja didasarkan pada jumlah kas yang dibayarkan sesuai dengan anggarannya. Oleh karena itu, pengaturan kas bermakna sebagai pengaturan atas belanja. Pemahaman atas pengontrolan belanja dalam hal ini dimaksudkan untuk menghindari pembayaran belanja yang tidak tepat waktu hingga pemanfaatan kas dapat lebih optimal. Dengan demikian, penyusunan jadwal pelaksaan program dan kegiatan sangat berkaitan dengan penyediaan dana. Dalam konteks lebih luas, pengontrolan belanja yang baik melalui manajemen kas akan berdampak pada pencapaian kinerja atas pelaksanaan anggaran yang baik pula.

b. Meminimalkan biaya pinjaman pemerintah

Yang dimaksud dengan biaya pinjaman daerah adalah beban yang harus ditanggung oleh pemerintah daerah ketika melakukan pinjaman atau berhutang kepada pihak ketiga sebagai akibat adanya kekurangan kas. Dalam perspektif lebih luas, biaya pinjaman juga mencakup biaya-biaya yang timbul karena adanya transaksi yang tidak dapat dipenuhi secara tunai. Biaya-biaya tersebut bisa berupa hilangnya kesempatan untuk memperoleh potongan harga, harga khusus, penundaan pekerjaan dan sebagainya. Meminimalkan biaya peminjaman dapat dilakukan dengan mengurangi ketergantungan daerah pada pinjaman. Salah satu kebijakan


(36)

yang dapat dibuat adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan aset-aset daerah.

3. Motif-motif Memiliki Kas

Pada dasarnya ada beberapa motif (dorongan) yang menyebabkan perusahaan perlu memiliki sejumlah kas. Motif-motif tersebut antara lain: a. Motif Transaksi ( Transactions Motive )

Motif transaksi dimaksudkan bahwa perusahaan membutuhkan sejumlah uang tunai untuk membiayai kegiatan sehari-hari, seperti untuk membayar gaji dan upah, membeli barang, membayar tagihan dan pembayaran utang kepada kreditur apabila jatuh tempo.

b. Motif Spekulatif (Speculative Motive)

Motif spekulatif dimaksudkan untuk mengambil keuntungan kalau kesempatan itu ada, seperti perusahaan menggunakan kas yang dimilikinya untuk di investasikan pada sekuritas (saham obligasi) dengan harapan setelah membeli sekuritas tersebut harganya akan naik. c. Motif Berjaga-jaga (Safety Motive)

Motif berjaga-jaga yang dimaksudkan untuk berjaga-jaga terhadap kebutuhan yang mungkin terjadi tetapi tidak jelas kapan akan terjadinya. Seperti kerusakan mesin, perubahan harga bahan baku, kebakaran, dan kecelakaan.

d. Motive Compensating Balance

Motif ini sebenarnya lebih merupakan keterpaksaan perusahaan akibat meminjam sejumlah uang di bank, apabila perusahaan meminjam uang


(37)

di bank, biasanya bank menghendaki agar perusahaan tersebut meninggalkan sejumlah uang di dalam rekeningnya.

Dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Medan selaku instansi pemerintah yang mempunyai salah satu misi yaitu memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu menggunakan motif berjaga-jaga (safety motive) dalam pelaksanaan kegiatan operasionalnya. Hal tersebut dilakukan agar ketika biaya pengeluaran lebih besar dari biasanya, maka pihak Dinas Kesehatan Kota medan mampu mengatasinya.

4. Perencanaan Kas

Perencanaan kas merupakan suatu perencanaan yang relatif sederhana, mudah untuk dimengerti tetapi sulit untuk di implementasikan dengan baik, terlebih lagi untuk membuat suatu perencanaan yang akurat yang bisa dipergunakan untuk kepentingan pengambilan keputusan oleh manajemen. Untuk mendapatkan suatu usaha yang konsisten dari instansi yang memberikan data dan pihak yang mengolah data untuk meningkatkan akurasi perencanaan. Peningkatan kualitas / akurasi perencanaan kas sendiri adalah suatu proses belajar terus menerus yang diharapkan akan semakin baik dalam waktu yang lama.

Perencanaan kas bergantung kepada kemampuan sumber daya manusia setiap instansi dalam membuat perencanaan kas. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk perencanaan kas tersebut adalah: a. Penyusunan jadwal kegiatan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran


(38)

Menyusun rencana waktu pelaksanaan kegiatan / sub kegiatan yang terdapat dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA). Jadwal ini sebagai acuan bagi satuan kerja untuk melaksanakan kegiatannya selama satu tahun anggaran. Setelah menyusun Rencana Kerja Anggaran (RKA), satuan kerja harus :

1) Memahami setiap rincian kegiatan dalam Rencana Kerja Anggaran (RKA)

2) Dapat membedakan kegiatan yang bersifat kontraktual dan non kontraktual

3) Menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan dengan memperhatikan sifat dan jenis kegiatan. Adapun jenis kegiatan tersebut adalah :

- Kegiatan bersifat kontraktual harus menyesuaikan dengan peraturan Perpres 54 tahun 2010

- Kegiatan yang rutin tiap bulan seperti gaji dan honor.

- Kegiatan yang insidental seperti sosialisasi disesuaikan dengan jadwal kegiatan satuan kerja pemerintah.

b. Penyusunan Perkiraan Penarikan Dana

1) Membuat perkiraan biaya dari masing-masing kegiatan disesuaikan dengan pagu dan jadwal kegiatan. Setelah membuat jadwal pelaksanaan kegiatan, satuan kerja harus memilah-milah kegiatan yang bersifat kontraktual dan non kontraktual. Kegiatan yang bersifat kontraktual merupakan kegiatan yang cara pembayarannya melalui kontrak dengan pihak ketiga. Kegiatan kontraktual terbagi menjadi kegiatan yang sudah


(39)

dikontrakkan dan akan dikontrakkan (kegiatan yang kira-kira akan di kontrakan/ pada waktu bulan-bulan mendatang).

2) Satuan kerja menentukan besarnya biaya yang dibutuhkan setiap kegiatan disesuaikan dengan pagu dan jadwal kegiatan. Biaya perkegiatan yang sesuai dengan jadwal kegiatan ini yang kemudian menjadi perkiraan penarikan dana.

c. Updating Data

1) Menyesuaikan jadwal pelaksanaan kegiatan dan perkiraan penarikan dana dengan realisasi dan perubahan kondisi di lapangan yang diperkirakan mengubah perkiraan penarikan dana. Jika ada perubahan kondisi yang merubah jadwal kegiatan dan jadwal perkiraan penarikan / penyetiran dana

2) Updating data minimal dilakukan sebulan sekali

3) Contoh beberapa hal yang mengharuskan updating data : - Jika lebih kecil dari perkiraan belanja

- Revisi yang merubah pagu (revisi kuning) - Revisi yang tidak merubah pagu (revisi putih) - Perubahan jadwal pelaksanaan kegiatan - Diperkirakan belanja yang tidak bisa dicairkan

Dengan demikian Dinas Kesehatan melakukan perencanaan kas, yaitu sebagai berikut :


(40)

Program kerja dilaksanakan oleh pihak ketiga atau tender. Dengan perlelangan program kerja ini dinas kesehatan akan mengikat kontrak bisnis dengan perusahaaan lelang tersebut untuk melakukan kerja sama. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan adalah :

a) Penerimaan uang / barang

b) Melampirkan dokumen bukti penerimaan uang

c) Memverifikasikan dokumen pendukung penerimaan uang d) Membuat bukti penerimaan kas / bank dan mencetaknya

e) Memaraf / meminta tanda tangan pengesahan setuju penerimaan di bukti penerimaan kas / bank

f) Meminta pengesahan pejabat / pihak lelang yang berhak menyetujui penerimaan yang di bukti penerimaan kas / bank

g) Mencatat pada buku daftar kasir atau buku harian bank

h) Menyerahkan bukti penerimaan dan pendukungnya ke fungsi akuntansi pemerintah

b. Non kontraktual

Program kerja yang dilakukan tidak melibatkan orang ketiga ataupun pejabat lainnya. Adapun langkah-langkah tersebut secara rinci adalah sebagai berikut :

a) Usulan program kerja oleh tiap seksi-seksi yang ada di Dinas Kesehatan Kota Medan

b) Para seksi-seksi bidang tersebut melaporkan ke bagian kepala bidang tersebut


(41)

c) Kepala Bidang kemudian mengajukan laporan tersebut ke Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Medan yang kemudian dikerjakan oleh Sub Bagian Penyusunan Program

d) Seksi Penyusunan Program membuat Rencana Kegiatan Anggaran (RKA) dan diajukan ke Pemerintah Kota Medan untuk di evaluasi e) Setelah dievaluasi, akan diajukan ke DPRD kota Medan untuk

segera disahkan

f) Setelah disahkan kembali lagi kepada Pemerintah Kota Medan dan diserahkan kepada pihak Dinas Kesehatan

g) Dinas Kesehatan Kota Medan segera menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA)

5. Pengendalian Kas

Kas tidak memiliki identitas kepemilikan dan sangat likuid, sehingga mudah untuk dipindahtangankan. Hal ini menyebabkan kas mudah diselewengkan dan disalahgunakan. Oleh karena itu bagian keuangan perlu menyiapkan sistem pengendalian terhadap kas untuk menjamin bahwa tidak terjadi penyalahgunaan kas, pengeluaran kas harus sesuai dengan tujuan, dan jumlah kas yang ada merupakan jumlah yang benar-benar diterima.

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang sistem Pengendalian adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk


(42)

melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

Tujuan pengendalian menurut PP Nomor 60 Tahun 2008 adalah: 1) Kegiatan yang efektif dan efisien

Kegiatan instansi pemerintah dikatakan efektif apabila telah ditangani sesuai dengan rencana dan hasilnya telah sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Kegiatan instansi pemerintah efisien bila mampu menghasilkan produksi yang berkualitas tinggi dengan bahan baku (sumber daya) yang sesuai dengan standar yang ditetapkan.

2) Laporan keuangan yang dapat diandalkan

Tujuan ini didasarkan pada pemikiran utama bahwa informasi sangat penting bagi instansi pemerintah untuk pengambilan keputusan. Agar keputusan diambil tepat sesuai dengan kebutuhan, maka informasi yang disajikan harus andal dan layak dipercaya, dengan pengertian dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Laporan yang tersaji tidak memadai dan tidak benar akan menyesatkan dan dapat mengakibatkan pengambilan keputusan yang salah serta merugikan organisasi.

3) Pengamanan aset Negara

Aset negara diperoleh dengan membelanjakan uang yang berasal dari masyarakat terutama penerimaan pajak dan bukan pajak yang harus dimanfaatkan untuk kepentingan negara. Pengamanan aset negara menjadi perhatian penting pemerintah dan masyarakat karena kelalaian dalam


(43)

pengamanan aset akan berakibat pada mudahnya terjadi pencurian, penggelapan, dan bentuk manipulasi lainnya.

4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

Setiap kegiatan dan transaksi merupakan perbuatan hukum, sehingga setiap transaksi atau kegiatan yang dilaksanakan harus taat terhadap kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Suatu kebijakan atau prosedur pada instansi pemerintah dapat saja dikembangkan untuk dapat mencapai lebih dari satu tujuan pengendalian. Kebijakan atau prosedur tersebut tertuang dalam sebuah laporan yang terdiri dari :

a. Penyusunan Laporan Realisasi APBD

Laporan realisasi APBD (laporan Realisasi Anggaran) untuk tahun yang berakhir sampai dengan tanggal 31 desember disusun berdasarkan data dari kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan tersebut yang dilakukan oleh bagian keuangan sekretariat daerah di setiap SKPD. b. Penyusunan Neraca Pemerintah Daerah per 31 Desember

Neraca pemerintah daerah seharusnya merupakan kompilasi laporan keuangan SKPD. Namun dalam penyusunannya , data yang digunakan hanya berasal dari daftar inventaris SKPD.

Dengan demikian segala upaya pengendalian kas yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan disusun dengan prosedur yang telah ditetapkan pemerintah. Baik secara penerimaan maupun pengeluaran kas.


(44)

6. Pengawasan Kas

Pengawasan kas merupakan alat pengawasan yang sangat membantu seorang pemimpin perusahaan dalam melaksanakan tugas sehingga mempunyai peran yang sangat penting bagi perusahaan.

Menurut Mulyadi (2001 :163), pengertian pengawasan adalah :

“Sistem pengendalian meliputi organisasi, metode, dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mendorong efisiensi dipatuhinya kebijaksanaan manajemen untuk mendorong tercapainya hal-hal tersebut diperlukan syarat-syarat tertentu yang merupakan unsur dari pengawasan itu sendiri, yang apabila syarat ini dipenuhi maka tujuan perusahaan dapat dicapai secara maksimal dengan menggunakan fasilitas yang ada secara efektif dan efisien.”

a. Pengawasan Penerimaan Kas

Setiap perusahaan mempunyai sumber penerimaan kas, baik yang bersifat rutin maupun tidak. Dengan adanya prosedur penerimaan kas yang baik, maka dapat dipastikan bahwa semua penerimaan kas sudah dicatat, diklasifikasikan secara tepat dan akurat dengan didukung oleh bukti penerimaan kas. Untuk setiap bukti penerimaan kas memuat :

1) Berapa jumlah yang diterima 2) Tanggal penerimaan

3) Transaksi apa yang berhubungan dengan penerimaan itu 4) Nama orang atau perusahaan yang melakukan pembayaran 5) Nama orang atau perusahaan yang menerima kas


(45)

Untuk dapat mengawasi penerimaan kas perlu adanya pemisahan fungsi pencatatan dan pengelola kas. Adapun tujuan dari pengawasan kas adalah :

1) Untuk menjamin bahwa seluruh penerimaan kas benar diterima dan dicatat sebagaimana mestinya.

2) Untuk menciptakan kegunaan sebesar-besarnya dari jumlah uang yang diterima yang dimiliki oleh perusahaan untuk menciptakan pengawasan kas yang baik.

Dalam upaya mengusahakan adanya penerimaan kas pada Dinas Kesehatan Kota Medan melakukan pengawasan antara kas masuk dan kas keluar. Adapun pengawasan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan terhadap penerimaan kasnya yaitu dengan cara :

1) Semua penerimaan kas yang berhubungan dengan penerimaan APBN, APBD, dan bantuan luar negeri harus diterima oleh pemegang kas. 2) Setiap saldo uang kas diperiksa oleh pejabat yang berwenang.

3) Dinas hanya menyimpan sejumlah uang kas sehubungan dengan yang digunakan untuk kebutuhan sehari perusahaan dengan jumlah yang kecil dan selebihnya disetor ke bank.

4) Pada waktu tutup kas, kebenaran buku kas, bukti-bukti pendukung, serta saldo kas yang ada akan diperiksa.

b. Pengawasan Pengeluaran Kas

Sama halnya dengan pengawasan penerimaan kas, pengawasan pengeluaran kas harus dikelola sedemikian rupa sehingga tidak terjadi


(46)

Dengan adanya penerapan sistem pengawasan yang memuaskan akan memberikan kepastian bahwa pengeluaran kas yang dilaksanakan ada hubungannya dengan aktivitas dan benar telah dibuktikan serta adanya persetujuan dari yang berwenang.

Pengeluaran kas adalah antara lain untuk biaya operasi dan biaya di luar operasi. Uang yang dikeluarkan dapat berupa cek, giro, uang tunai yang dibayarkan kepada pihak yang menerima pembayaran dengan waktu pembayaran dan jumlah yang sesuai dengan bukti-bukti pendukung untuk pengeluaran tersebut. Bagian-bagian yang terlibat dalam pengeluaran kas antara lain :

1. Kepala dinas

Kepala dinas berhak untuk mengeluarkan kas, menyetujui permohonan dana serta pemanfaatan dana di bagian keuangan sesuai dengan plafon yang telah ditetapkan. Kebijakan-kebijakan dan prosedur mengenai pengeluaran dan diteliti sedemikian rupa agar tidak terdapat penyelewengan terhadap kas.

2. Bendahara

Bendahara berfungsi sebagai :

a) Mengawasi aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas sesuai dengan bukti-bukti yang ada

b) Membandingkan laporan dengan bukti kas keluar kemudian membuat rekapitulasi pendapatan dan biaya


(47)

3. Tim verifikasi

Tim verifikasi berfungsi sebagai:

a) Memeriksa kebenaran perhitungan sah tidaknya permintaan pembayaran dan menyiapkan bukti pengeluaran kas dengan persetujuan manajer keuangan

b) Membandingkan laporan dengan bukti-bukti kas keluar kemudian dibukukan ke rekening buku besar dengan nomor rekening.

Pengawasan terhadap pengeluaran kas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebagai berikut:

1) Seluruh bukti pengeluaran kas bank ditanda tangani oleh pemegang kas sebagai bukti bahwa pengeluaran kas diketahui dan disetujui oleh dinas.

2) Seluruh transaksi harus dicatat tepat waktu

3) Melakukan cek silang oleh pemegang kas dan bidang keuangan untuk melihat apakah ada perbedaan dalam pencatatan.

4) Semua cek yang dibayar mempunyai nomor, yang umumnya ditetapkan oleh bank.


(48)

B. Penerimaan dan pengeluaran Kas pada Dinas Kesehatan Kota Medan Dinas Kesehatan kota Medan merupakan suatu dinas pelayanan kesehatan milik pemerintah. Dinas ini tidak beroperasi untuk mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya melainkan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Karena itu, penerimaan kas yang ada berasal dari anggaran pemerintah dan pengeluaran kas digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut. Untuk itu dinas kesehatan kota medan tentunya berusaha untuk mengelola manajemen kas sesuai dengan program pemerintah mulai dari penerimaan kas sampai dengan pengeluaran kas yang kemudian disusun ke laporan realisasi anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan.

1. Penerimaan Kas

Menurut Mulyadi (2002:472) ada beberapa prosedur penerimaan kas: a. Penerimaan order penjualan dari pembeli atau konsumen di otorisasi oleh

fungsi penjualan dengan menggunakan formulir faktur penjualan tunai. b. Penerimaan kas di otorisasi oleh fungsi penerimaan kas dengan

membubuhkan cap lunas pada faktur penjualan tunai dan penempelan pita register kas pada faktur tersebut.

c. Penjualan dengan kartu kredit bank didahului dengan permintaan otorisasi dari bank penerbit kartu kredit.

d. Penyerahan barang di otorisasi oleh fungsi pengiriman dengan cara membubuhkan cap “sudah diserahkan” pada faktur penjualan tunai.

e. Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus berdasarkan atas dokumen pendukung yang lengkap.


(49)

f. Pencatatan kedalam catatan akuntansi harus dilakukan oleh karyawan yang diberi wewenang untuk itu.

Berikut ini adalah prosedur-prosedur penerimaan kas pada Dinas Kesehatan Kota Medan, yaitu :

a. Pemegang kas

1. Membuat permintaan Surat Keterangan Operasional (SKO) kepada bagian keuangan Pemerintah Kota Medan

2. Menerima Surat Keterangan Operasional (SKO) dari bagian keuangan Pemerintah Kota Medan

3. Meminta pengesahan Surat Keterangan Operasional (SKO) dari atasan langsung pemegang kas dan dikirim ke Pemerintah Kota Medan bagian keuangan

4. Meminta pemrosesan dan pengoreksian Surat Keterangan Operasional sesuai dengan APBD

5. Menerima Surat Keterangan Operasional (SKO) yang telah dikoreksi dari Pemko

6. Membuat Surat Permintaan Pembayaran (SPP)

7. Mengirimkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Pemko Medan bagian Keuangan untuk disahkan

8. Setelah Surat Permintaan Pembayaran (SPP) di sahkan, Pemko mengeluarkan Surat Perintah Membayar (SPM) yang ditujukan kepada Pemegang kas Dinas Kesehatan Kota Medan


(50)

10. Membukukan Surat Perintah Membayar (rangkap 1) ke buku kas umum

11. Mengirimkan Surat Perintah Membayar (SPM) ke Bendahara Umum Daerah

12. Menerima cek giro dari Bendahara Umum untuk dicairkan di Bank SUMUT

13. Mengirimkan Surat Perintah Membayar (rangkap 2) ke pencatat pembukuan untuk dicatat ke buku pembantu

14. Membukukan transaksi ke rekening buku besar sesuai dengan nomor rekeningnya.

Prosedur-prosedur tersebut dikerjakan sendiri oleh pemegang kas dibantu oleh asistennya. Untuk mengerjakan buku pembantu, pemerintah kota medan mengeluarkan SK pencatat pembukuan untuk dua orang dan pembuat dokumen satu orang.

Buku pembantu yang dicatat oleh pencatat pembukuan nantinya digunakan sebagai pembanding catatan pembukuan yang disusun oleh pemegang kas, sehingga peluang pemegang kas untuk menyalahgunakan kas yang tersedia semakin sedikit.

b. Pencatatan pembukuan

1. Menerima SPM (rangkap 2) yang dikirim oleh pemegang kas dan mencatatnya di buku pembantu

2. Membuat laporan pertanggungjawaban buku pembantu


(51)

a. Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Rencana keuangan tahunan pemerintah daerah di indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaram APBD meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD terdiri atas:

a) Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang meliputi : - Pajak Daerah

- Retribusi Daerah

1. Retribusi Pelayanan Kesehatan (berdasarkan peraturan pemerintah No 30 tahun 2001)

2. Karcis 3. Obat-obatan 4. Persalinan 5. Rawat inap 6. Visum

7. Pengangkutan mobil ambulance 8. Surat keterangan sehat

9. Surat keterangan (sakit,lahir,kematian, dan golongan darah) 10. Pemeriksaan bateriologi

11. Pemeriksaan mendesak sumur air 12. Poliklinik gigi


(52)

15. Pelayanan kesehatan yang dikelola Non Pemerintah / jasa sarana PT.Askes

- Hasil pengelolaan kekayaan daerah - dan penerimaan lain-lain.

b) Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus

c) Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat d) Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan

tugas pemerintahan di daerah

e) Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

b. Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan salah satu program pemerintah melalui Kementrian Kesehatan. Sumber dana Bantuan Operasional Kesehatan yaitu APBN melalui Dana Tugas Pembantuan Kementrian Kesehatan. Bantuan Operasional Kesehatan merupakan upaya pemerintah pusat dalam membantu pemerintah daerah untuk mencapai target nasional di bidang kesehatan yang menjadi tanggung jawab pemerintah daerah.


(53)

Sumber pendapatan ini berupa bantuan alat-alat kesehatan seperti ambulance, obat-obatan, alat-alat kesehatan, alat-alat laboratorium, dan lain-lain. Biasanya bantuan ini berasal dari organisasi kesehatan sedunia (WHO) atau negara-negara maju lainnya seperti Jepang, Amerika, dan negara-negara lainnya. Negara-negara tersebut terlebih dahulu melakukan survey menyeluruh tentang keperluan pengadaan barang-barang kesehatan. Sesuai dengan sumber dana Dinas Kesehatan Kota Medan yang telah disebutkan, penulis akan menyajikan sebuah laporan realisasi anggaran untuk menonjolkan berbagai unsur pendapatan, belanja, surplus / defisit dan pembiayaan penyajian yang wajar. Laporan realisasi anggaran tersebut dijelaskan lebih lanjut dalam catatan atas laporan keuangan yang memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal, moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu dijelaskan. Sesuai dengan data yang diperoleh, penulis akan menyajikan Laporan Realisasi Anggaran Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2013 pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2.


(54)

TABEL 3.1

LAPORAN REALISASI ANGGARAN

DINAS KESEHATAN

s.d 31 Desember 2013

NO URUT URAIAN ANGGARAN

(satuan Rupiah)

REALISASI (satuan Rupiah)

LEBIH / KURANG (satuan Rupiah)

1 PENDAPATAN

1.1 PENDAPATAN ASLI DAERAH

1.1.2 Pendapatan Retribusi daerah 1.327.470.000 513.996.225 813.473.775 1.1.2.1 Retribusi pelayanan kesehatan 1.327.470.000 485.988.525 841.481.475 1.1.2.2 Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran 0 28.007.700 28.007.700

2 BELANJA 218.393.900.000 175.617.224.360 42.776.675.640

2.1 BELANJA OPERASI 212.417.147.600 173.997.134.860 38.420.012.740

2.1.1 Belanja pegawai 138.496.090.000 123.719.774.439 14.776.315.561

2.1.2 Belanja barang 73.921.057.600 50.277.360.421 23.643.697.179

2.2 BELANJA MODAL 5.976.752.400 1.620.089.500 4.356.662.900

2.2.1 Belanja peralatan dan mesin 5.650.602.400 1.293.939.500 4.356.662.900

2.2.2 Belanja bangunan dan gedung 326.150.000 326.150.000 0


(55)

Tabel 3.2

Jumlah Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Dinas Kesehatan Kota Medan

Januari – Desember 2013

No Bulan

Penerimaan

(satuan Rupiah) Pengeluaran

(satuan Rupiah) Askes Jasa konsultasi

Medik Sarana Kesehatan

Jampersal & Jamkesmas

1 Januari - 3.722.500 8.685.000 - 12.407.500

2 Februari - 5.543.500 20.785.000 - 26.328.500

3 Maret 27.717.375 6.141.000 25.015.000 - 58.873.375

4 April - 6.530.500 35.110.000 - 41.640.500

5 Mei 40.959.225 5.697.000 21.625.000 - 68.281.225

6 Juni 13.683.600 5.812.500 21.760.000 - 41.256.100

7 Juli - 6.036.500 23.315.000 - 29.351.500

8 Agustus 27.200.925 4.913.500 14.730.000 - 46.844.425

9 September - 5.992.500 22.390.000 - 28.382.500

10 Oktober 27.092.400 5.335.500 17.585.000 - 50.012.900

11 November - 5.304.500 13.255.000 - 18.559.500

12 Desember 27.298.200 8.425.000 30.965.000 25.370.000 92.058.200

Total 163.951.725 69.454.500 255.220.000 25.370.000 513.996.225 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan 2013 (diolah)


(56)

1. Penjelasan Singkat Pos Laporan Realisasi Anggaran a. Pendapatan

Total anggaran pendapatan setelah perubahan APBD Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun Anggaran 2013 sejumlah Rp. 513.996.225,-

dengan realisasi sampai tutup anggaran sebagai berikut :

- Pendapatan Asli Daerah Rp. 485.988.525,- - Dana Jamkesmas dan Jampersal Rp. 28 007.700,- - Lain-lain pendapatan yang sah Rp. -- ,-

+

Jumlah Rp. 513.996.225,-

b. Belanja

Total anggaran belanja setelah perubahan APBD Dinas Kesehatan Kota Medan tahun anggaran 2013 berjumlah Rp. 218.393.900.000,- dengan realisasi sampai tutup anggaran sebagai berikut :

- Belanja Operasi Rp. 173.997.134.860,- - Belanja Modal Rp. 1.620.089.500,- - Belanja Tak terduga Rp. -- ,- +

Jumlah Rp.175.617.224.360,-

c. Pembiayaan

Total anggaran pembiayaan setelah perubahan APBD Dinas Kesehatan Kota tahun anggaran 2013 berjumlah Rp. 218.393.900.000,-

dengan realisasi anggaran sampai tutup tahun anggaran sebagai berikut:

- Penerimaan Pembiayaan Daerah Rp.218.393.900.000,- - Pengeluaran Pembiayaan Daerah Rp.175.617.224.360,- -


(57)

Tabel 3.3

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dinas Kesehatan Kota Medan Tahun 2013 No Uraian Penerimaan Target

(satuan Rupiah)

Realisasi (satuan Rupiah)

Lebih /kurang (satuan Rupiah) 1 Asuransi Kesehatan 160.000.000 163.951.725 3.951.725 2 Jasa Konsultasi Medik

(karcis berobat) 75.000.000 69.454.500 5.545.500

3

Pendapatan dari Retribusi Perizinan sarana kesehatan

415.000.000 255.220.000 159.780.000

4

Pendapatan dari Dana Pusat (Dana Jamkesmas dan Jampersal)

169.367.500 25.270.000 144.097.500

Jumlah 819.367.500 513.996.225 305.371.275 Sumber : Dinas Kesehatan Kota Medan 2013 (diolah)

Realisasi pendapatan pada Dinas Kesehatan Kota Medan tahun Anggaran 2013 setelah perubahan APBD adalah sebesar Rp. 513.996.225,- atau 62,7% dari target sebesar Rp.819.367.500,- . Jumlah tersebut terdiri dari :

a. Realisasi Angsuran Kesehatan berjumlah Rp.163.951.725,- atau 102,4 % dari target sebesar

Rp.160.000.000,-b. Realisasi Jasa Konsultasi Medik (karcis berobat) berjumlah Rp. 69.454.500,- atau 92,6% dari target sebesar

Rp.75.000.000,-c. Realisasi Retribusi Perizinan sarana kesehatan berjumlah Rp.225.220.000,- atau 61,5 % dari target sebesar

Rp.415.000.000,-d. Realisasi Pendapatan dari Dana Pusat (Dana Jamkesmas dan Jampersal) berjumlah Rp.25.270.000,- atau 14,9 % dari target sebesar


(58)

Rp.169.367.500,-2. Pengeluaran Kas

Pengeluaran kas erat hubungannya dengan pencapaian program dinas melalui anggaran masing-masing bagian. Setiap bagian diberi otorisasi oleh pihak manajemen untuk mengelola anggaran dan dalam menggunakan kas.

Kas yang tersedia pada Dinas Kesehatan Kota Medan digunakan untuk membayar biaya operasi dinas, baik pembayaran non rutin yang dipakai untuk mengatur dan menentukan kebijakan keuangan dan operasi, maupun untuk membayar biaya lain-lain seperti biaya pemeliharaan, biaya pelaksanaan operasi, biaya kesejahteraan dan lain-lain.

Adapun pengeluaran-pengeluaran yang dikeluarkan Dinas Kesehatan Kota Medan adalah:

Tabel 3.4

DINAS KESEHATAN KOTA MEDAN Laporan Pengeluaran Kas

Untuk Periode 2013

Uraian Anggaran

(Rupiah)

Realisasi (Rupiah) 1. Belanja Pegawai

a. Biaya Gaji dan Tunjangan 97.924.600.000 86.055.544.439 b. Biaya Tambahan Penghasilan

PNS

32.323.120.000 31.457.245.000

c. Biaya Insentif Pajak 65.000.000 0

d. Biaya Honoranium PNS 5.179.870.000 3.677.210.000 e. Biaya Honoranium non PNS 3.003.500.000 2.529.775.000


(59)

Lanjutan Tabel 3.4

Uraian Anggaran

(Rupiah)

Realisasi (Rupiah) 2. Belanja Barang dan Jasa

a. Biaya Bahan Pakai Habis 1.203.038.244 495.427.470 b. Biaya Bahan/Material 10.237.337.800 5.760.542.000 c. Biaya Jasa Kantor 1.528.661.000 964.409.809 d. Biaya Perawatan Kendaraan

Bermotor

283.404.800 107.931.800

e. Biaya Cetak dan Penggandaan 628.421.000 372.581.000 f. Biaya Sewa

Rumah/Gedung/Gudang/Parkir

22.100.000 0

g. Biaya Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor

44.800.000 0

h. Biaya Makanan dan Minuman 1.126.015.000 398.513.350 i. Biaya Pakaian Dinas dan

Atributnya

841.500.000 0

j. Biaya Perjalanan Dinas 61.530.000 0

k. Biaya Khusus, pelatihan,

sosialisasi dan bimbingan teknis PNS

22.470.000 0

l. Biaya Pemeliharaan 53.750.500 53.750.500 m.Biaya Pengganti Transport 3.473.470.000 2.725.850.000 n. Biaya Jasa Pihak Ketiga 53.779.991.856 38.929.629.492 3. Belanja Modal Pengadaan

a. Biaya Modal Pengadaan Peralatan Kantor

219.025.000 219.025.000

b. Biaya Modal Pengadaan Komputer


(60)

Lanjutan Tabel 3.4

Uraian Anggaran

(Rupiah)

Realisasi (Rupiah) d. Biaya Modal Pengadaan

Penghias Ruangan Rumah Tangga

199.000.000 196.043.000

e. Biaya Modal Pengadaan Alat-alat Ukur

199.600.000 199.600.000

f. Biaya Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran

4.398.978.977 219.959.000

g. Biaya Modal Pengadaan Alat-alat Laboraturium

306.213.423 147.627.500

h. Biaya Modal Pengadaan Konstruksi/Pembelian Bangunan

326.150.000 326.150.000

Total Biaya 218.393.900.000 175.617.224.360 Sumber: Dinas Kesehatan Kota Medan, 2013 (diolah)


(61)

Belanja terbagi atas dua jenis yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

1. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak secara langsung terkait dengan produktivitas atau tujuan organisasi. Contohnya : Biaya Gaji dan Tunjangan, Biaya Tambahan Penghasilan PNS dan Biaya Insentif Pajak dan Retribusi Daerah.

a. Biaya Gaji dan Tunjangan

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp.86.055.544.439,- sementara yang dianggarkan sebesar Rp.97.924.600.000,- maka sisanya sebesar Rp.11.869. 055.561,-

b. Biaya Tambahan Penghasilan PNS

Pada biaya ini jumlah yang terealisasikan sebesar Rp.31.457.245.000,- sementara yang dianggarkan sebesar Rp.32.323.120.000,- maka sisanya sebesar Rp.865.875.000,-

c. Biaya Insentif Pajak dan Retribusi Daerah

Pada biaya ini jumlah yang dianggarkan sebesar Rp.65.000.000,- tidak direalisasikan karena pada tahun 2013 Dinas Kesehatan belum mencapai target kinerja yang ditentukan, tetapi dibayarkan pada periode berikutnya apabila telah mencapai target yang ditentukan. (PP No. 65 Tahun 2010 pasal 4 ayat 4)

2. Belanja Langsung


(62)

Contohnya : Biaya Honoranium PNS dan non PNS, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal Pengadaan.

a. Biaya Honoranium PNS

Yang termasuk ke dalam biaya ini seperti Honoranium Panitia Pelaksana Kegiatan, Tim Pengadaan Barang dan Jasa, Pengelola Barang, Pelayanan Medik. Pada biaya ini jumlah yang dianggarkan sebesar Rp.5.179.870.000,- yang terealisasi sebesar Rp.6.206.985.000,- sehingga memiliki sisa sebesar Rp.1.976.385.000,-.

b. Biaya Honoranium non PNS

Yang termsuk ke dalam biaya ini seperti Honoranium Tenaga Ahli / Instruktur / Narasumber, Honoranium Pegawai Honorer / Tidak Tetap / Peserta. Pada biaya ini jumlah yang direalisasikan sebesar Rp.2.529.775.000,- sementara yang dianggarkan sebesar Rp.3.003.500.000,- ini menunjukkan sisa sebesar Rp.473.725.000,-.

c. Biaya Barang dan Jasa

Yang termasuk ke dalam biaya ini seperti Belanja Bahan Habis Pakai, Bahan Material, Jasa Kantor, Perawatan Kendaraan Bermotor, Cetak dan Penggandaan, Sewa Rumah / Gedung / Gudang / Parkir, Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor, Makanan dan Minuman, Pakaian Dinas dan Atributnya, Perjalanan Dinas, Pemeliharaan, Jasa Konsultasi, Pengganti Transport, Jasa Pihak Ketiga. Pada biaya ini jumlah yang direalisasikan sebesar Rp.50.277.360.421,- sementara yang dianggarkan sebesar Rp.73.921.057.600,- sehingga memiliki sisa sebesar Rp.23.643.697.179,-.


(63)

Hal ini disebabkan karena pada beberapa jenis biaya yang anggarannya tidak dapat direalisasikan seperti pada pos biaya :

1) Biaya Sewa Rumah / Gedung / Gudang / Parkir, jumlah yang dianggarkan sebesar Rp.22.100.000,- sementara anggaran tersebut tidak dapat direalisasikan karena adanya Undang-Undang yang mengatur Dinas Kesehatan tidak diperbolehkan melakukan kegiatan rapat atau pertemuan di luar gedung instansi tersebut dan hanya menggunakan fasilitas yang tersedia saja.

2) Biaya Sewa Perlengkapan dan Peralatan Kantor, jumlah yang dianggarkan sebesar Rp.44.800.000,- sementara anggaran tersebut tidak terealisasikan karena tidak adanya kegiatan yang dilakukan Dinas Kesehatan yang mengharuskan menyewa tenda, meja, kursi, pakaian adat / tradisional maupun menyewa perlengkapan dan peralatan yang lainnya. 3) Biaya Pakaian Dinas dan Atributnya, jumlah yang dianggarkan sebesar

Rp.841.500.000,- sementara anggaran tersebut tidak direalisasikan karena pada tahun 2013 Dinas Kesehatan tidak membutuhkan pakaian dinas harian yang baru sehingga anggaran tersebut tidak terealisasikan. 4) Biaya Perjalanan Dinas, jumlah yang dianggarkan sebesar

Rp.61.530.000,- sementara pada tahun 2013 Dinas Kesehatan tidak ada melakukan perjalanan dinas dalam daerah maupun ke luar daerah sehingga anggaran tersebut tidak terealisasikan.

5) Biaya Kursus, Pelatihan, Sosialisasi, dan Bimbingan Teknis PNS, jumlah yang dianggarkan sebesar Rp.22.470.000,- sementara pegawai Dinas


(64)

ada mengikuti sosialisasi maupun bimbingan teknis / workshop, sehingga anggaran tersebut tidak terealisasikan.

d. Biaya Modal Pengadaan

Yang termasuk ke dalam biaya ini seperti Biaya Modal Pengadaaan Peralatan Kantor, Pengadaan Komputer, Pengadaan Peralatan Dapur, Pengadaan Penghias Ruangan Rumah Tangga, Pengadaan Alat-alat Ukur, Pengadaan Alat-alat Laboraturium, Pengadaan Konstruksi / Pembelian Bangunan. Pada biaya ini jumlah anggarannya sebesar Rp.5.976.752.400,- sementara jumlah yang direalisasikan sebesar Rp.1.620.089.500,- ini menunjukkan sisa sebesar Rp.4.356.662.900,-Hal ini disebabkan karena pada beberapa jenis biaya yang anggarannya tidak terealisasi seperti:

1) Biaya Modal Pengadaan Komputer, pada rincian modal pengadaan software jumlah yang dianggarkan sebesar Rp.15.000.000,- sementara anggaran tersebut tidak direalisasikan.

2) Biaya Modal Pengadaan Alat-alat Kedokteran, pada biaya ini jumlah yang dianggarkan sebesar Rp.4.398.978.977,- sementara anggaran tersebut hanya digunakan sebesar Rp.219.959.000,- yaitu pada uraian biaya modal pengadaan alat-alat kedokteran umum. Sedangkan pada uraian biaya modal pengadaan alat-alat kedokteran gigi jumlah yang telah dianggarkan sebesar Rp.3.290.935.808,- dan pada biaya modal pengadaan alat-alat kedokteran kebidanan dan penyakit kandungan sebesar Rp.40.000.000,- anggaran tersbut sama sekali tidak digunakan. 3) Biaya Modal Pengadaan Alat-alat Laboraturim, pada biaya ini jumlah


(65)

sebesar Rp.147.627.500,-. Anggaran tersebut hanya direalisasikan untuk uraian biaya modal pengadaan alat-alat laboraturim lingkungan hidup saja sebesar Rp.147.627.500,- sementara anggaran untuk uraian biaya modal pengadaan alat-alat laboraturim kimia sebesar Rp.106.213.423,- tidak direalisasikan.

Terdapat beberapa jenis biaya yang merealisasikan anggarannya sesuai dengan yang telah dianggarkan seperti :

1) Biaya Modal Pengadaan Peralatan Kantor

Pada biaya ini jumlah anggarannya sesuai dengan yang direalisasikan yaitu sebesar Rp.219.025.000,-

2) Biaya Modal Pengadaan Peralatan Dapur

Pada biaya ini jumlah anggaran yang terealisasi sama dengan jumlah yang dianggarkan yaitu sebesar Rp.114.785.000,-

3) Biaya Modal Pengadaan Alat-alat Ukur

Pada biaya ini jumlah yang direalisasi sebesar Rp.199.600.000,- sama dengan jumlah yang dianggarkan.

4) Biaya Modal Pengadaan Konstruksi / Pembelian Bangunan

Yang termasuk ke dalam jenis biaya ini adalah Biaya Modal Pengadaan Konstruksi / Pembelian Gedung Kantor dan Biaya Modal Pengadaan Konstruksi / Pembelian Rumah Dinas. Pada biaya ini jumlah yang dianggarkan sesuai dengan jumlah yang terealisasikan yaitu sebesar Rp.326.150.000,-


(66)

Secara keseluruhan pada tahun 2013 pengeluaran kas pada Dinas Kesehatan Kota Medan mengalami banyak kelebihan dari angka yang telah dianggarkan sebesar Rp.218.393.900.000,- dan realisasinya hanya sebesar Rp.175.617.224.360,- sehingga menunjukkan sisa sebesar Rp.42.776.675.640,- tetapi Dinas Kesehatan Kota Medan tidak mengalami kekurangan anggaran, sehingga tidak ada mata anggaran yang tidak dapat direalisasikan karena kekurangan anggaran.

Setiap tahunnya, Dinas Kesehatan Kota Medan menyusun anggarannya dengan menaikkan 10% dari anggaran tahun sebelumnya guna untuk mendukung program dan seluruh kebutuhan Dinas Kesehatan kota Medan. Selain itu, alasan lainnya adalah untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi karena banyaknya penyimpangan atau kekurangan anggaran yang terjadi pada tahun sebelumnya sehingga Dinas Kesehatan tidak dapat merealisasikan anggaran tersebut. Apabila terjadi kelebihan anggaran seperti yang terjadi pada tahun 2013, Dinas Kesehatan tidak mempunyai hak dengan sisa anggaran tersebut, karena seluruh anggaran tersebut berada di Kas daerah. Sehingga sisa anggaran yang tidak terealisasi tetap berada di kas daerah. Jika Dinas Kesehatan memerlukan biaya, maka Dinas Kesehatan tinggal mengambil berapa besar biaya yang diperlukan ke Bank yang telah ditunjuk oleh Pemko. Misalnya di Kota Medan, Bank yang bisa mengeluarkan anggaran tersebut adalah Bank Sumut.

Dengan demikian, prosedur-prosedur pengeluaran kas yang akan dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebagai berikut:


(67)

a. Pemegang kas

1. Menerima permintaan pengeluaran kas oleh tiap-tiap bagian dengan bukti pendukung pengeluaran kas (fasal, digit, kwitansi, dan faktur pesanan).

2. Memeriksa kebenaran perhitungan, sah, atau tidaknya permintaan pembayaran dan kelengkapan lampiran.

3. Mengajukan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada atasan langsung pemegang kas sebagai “pihak pertama”

4. Menerima Surat Perintah Kerja (SPK) yang telah ditandatangani dari atasan langsung pemegang kas.

5. Mengirim Surat Perintah Kerja (SPK) kepada pemborong (penerima kas) sebagai “pihak kedua” untuk ditandatangani oleh pihak kedua. 6. Mengerjakan Surat Perintah Kerja (rangkap 1) ke bukti kas keluar

yang ditandatangani oleh pihak kedua sebagai penerima kas.

7. Mencatat transaksi ke dalam buku pengeluaran kas dan laporan kas harian.

8. Mengirimkan Surat Perintah Kerja (rangkap 2) ke pencatat pembukuan untuk dicatat dalam buku pembantu

9. Mengirimkan SPK (rangkap 3) ke pembuat dokumen untuk diarsipkan dalam buku pembantu.

10. Membukukan transaksi ke rekening buku besar sesuai dengan nomor rekeningnya.


(68)

b. Pencatat pembukuan

1. Menerima kwitansi dan faktur (rangkap 2) dari pemegang kas. 2. Mencatat transaksi ke buku pembantu.

3. Membuat laporan pertanggungjawaban buku pembantu

Pengeluaran kas agar lebih baik harus mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh dinas dan apabila dinas melibatkan pembayaran atau pengeluaran kas, maka diperlukan adanya salah satu prinsip manajemen kas yaitu bagian pengawasan dan pemeriksaan terhadap bukti-bukti kas keluar. Setiap pengeluaran kas harus dibawah dari anggaran yang telah dibuat dan juga harus diotorisasi oleh atasan langsung yang berwenang (kepala dinas).


(69)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Medan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas pada Dinas Kesehatan Kota Medan dilakukan dengan adanya bukti-bukti outentik dimana digunakan pencatatan langsung dari penerimaan dan pengeluaran kas. 2. Segala transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang dituangkan

kedalam pembukuan akan berhasil mengurangi penyalahgunaan kas 3. Dari hasil laporan realisasi anggaran kas pada Dinas Kesehatan Kota

Medan tahun 2013 menunjukkan bahwa anggaran selalu disusun lebih besar dan realisasinya diusahakan tidak melebihi anggaran yang telah disediakan oleh pemerintah daerah.

4. Dinas Kesehatan Kota Medan telah mampu mengelola manajemen kasnya, adapun gunanya untuk mengetahui dan mengatur bagaimana pengelolaan kas. Agar dapat diketahui adanya anggaran kas dalam keadaan surplus atau defisit.


(70)

B.Saran

Adapun saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya kebiasaan yang baik yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Medan dapat dipertahankan dan diberlakukan agar dapat dijadikan pedoman oleh instansi tersebut dalam menjalankan program pemerintah.

2. Dalam upaya mewujudkan tujuan program pemerintah yang sebenarnya, maka kiranya dapat diambil beberapa kebijaksanaan dalam penyusunan program kerja agar instansi tersebut mampu memperhitungkan estimasi-estimasi kejadian di masa yang akan datang sehingga realisasi dan anggaran tidak jauh berbeda.


(71)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M Faisal, (2005), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Cetakan kelima, penerbit UMM press , Malang.

Ahyari, Agus, (2000), Anggaran Perusahaan, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta

Hasibuan, Malayu S.P., (2009), Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah, cetakan kesepuluh, Jakarta: Toko Gunung Agung.

Ikatan Akuntan Indonesia, (2002).Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, (2001), Auditing, Edisi Kelima, Buku Pertama, Salemba Empat, Jakarta.


(1)

Secara keseluruhan pada tahun 2013 pengeluaran kas pada Dinas Kesehatan Kota Medan mengalami banyak kelebihan dari angka yang telah dianggarkan sebesar Rp.218.393.900.000,- dan realisasinya hanya sebesar Rp.175.617.224.360,- sehingga menunjukkan sisa sebesar Rp.42.776.675.640,- tetapi Dinas Kesehatan Kota Medan tidak mengalami kekurangan anggaran, sehingga tidak ada mata anggaran yang tidak dapat direalisasikan karena kekurangan anggaran.

Setiap tahunnya, Dinas Kesehatan Kota Medan menyusun anggarannya dengan menaikkan 10% dari anggaran tahun sebelumnya guna untuk mendukung program dan seluruh kebutuhan Dinas Kesehatan kota Medan. Selain itu, alasan lainnya adalah untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan yang terjadi karena banyaknya penyimpangan atau kekurangan anggaran yang terjadi pada tahun sebelumnya sehingga Dinas Kesehatan tidak dapat merealisasikan anggaran tersebut. Apabila terjadi kelebihan anggaran seperti yang terjadi pada tahun 2013, Dinas Kesehatan tidak mempunyai hak dengan sisa anggaran tersebut, karena seluruh anggaran tersebut berada di Kas daerah. Sehingga sisa anggaran yang tidak terealisasi tetap berada di kas daerah. Jika Dinas Kesehatan memerlukan biaya, maka Dinas Kesehatan tinggal mengambil berapa besar biaya yang diperlukan ke Bank yang telah ditunjuk oleh Pemko. Misalnya di Kota Medan, Bank yang bisa mengeluarkan anggaran tersebut adalah Bank Sumut.

Dengan demikian, prosedur-prosedur pengeluaran kas yang akan dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan adalah sebagai berikut:


(2)

a. Pemegang kas

1. Menerima permintaan pengeluaran kas oleh tiap-tiap bagian dengan bukti pendukung pengeluaran kas (fasal, digit, kwitansi, dan faktur pesanan).

2. Memeriksa kebenaran perhitungan, sah, atau tidaknya permintaan pembayaran dan kelengkapan lampiran.

3. Mengajukan Surat Perintah Kerja (SPK) kepada atasan langsung pemegang kas sebagai “pihak pertama”

4. Menerima Surat Perintah Kerja (SPK) yang telah ditandatangani dari atasan langsung pemegang kas.

5. Mengirim Surat Perintah Kerja (SPK) kepada pemborong (penerima kas) sebagai “pihak kedua” untuk ditandatangani oleh pihak kedua. 6. Mengerjakan Surat Perintah Kerja (rangkap 1) ke bukti kas keluar

yang ditandatangani oleh pihak kedua sebagai penerima kas.

7. Mencatat transaksi ke dalam buku pengeluaran kas dan laporan kas harian.

8. Mengirimkan Surat Perintah Kerja (rangkap 2) ke pencatat pembukuan untuk dicatat dalam buku pembantu

9. Mengirimkan SPK (rangkap 3) ke pembuat dokumen untuk diarsipkan dalam buku pembantu.

10. Membukukan transaksi ke rekening buku besar sesuai dengan nomor rekeningnya.


(3)

b. Pencatat pembukuan

1. Menerima kwitansi dan faktur (rangkap 2) dari pemegang kas. 2. Mencatat transaksi ke buku pembantu.

3. Membuat laporan pertanggungjawaban buku pembantu

Pengeluaran kas agar lebih baik harus mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh dinas dan apabila dinas melibatkan pembayaran atau pengeluaran kas, maka diperlukan adanya salah satu prinsip manajemen kas yaitu bagian pengawasan dan pemeriksaan terhadap bukti-bukti kas keluar. Setiap pengeluaran kas harus dibawah dari anggaran yang telah dibuat dan juga harus diotorisasi oleh atasan langsung yang berwenang (kepala dinas).


(4)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan penelitian yang dilakukan pada Dinas Kesehatan Kota Medan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas pada Dinas Kesehatan Kota Medan dilakukan dengan adanya bukti-bukti outentik dimana digunakan pencatatan langsung dari penerimaan dan pengeluaran kas. 2. Segala transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang dituangkan

kedalam pembukuan akan berhasil mengurangi penyalahgunaan kas 3. Dari hasil laporan realisasi anggaran kas pada Dinas Kesehatan Kota

Medan tahun 2013 menunjukkan bahwa anggaran selalu disusun lebih besar dan realisasinya diusahakan tidak melebihi anggaran yang telah disediakan oleh pemerintah daerah.

4. Dinas Kesehatan Kota Medan telah mampu mengelola manajemen kasnya, adapun gunanya untuk mengetahui dan mengatur bagaimana pengelolaan kas. Agar dapat diketahui adanya anggaran kas dalam keadaan surplus atau defisit.


(5)

B.Saran

Adapun saran-saran yang dikemukakan adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya kebiasaan yang baik yang dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Medan dapat dipertahankan dan diberlakukan agar dapat dijadikan pedoman oleh instansi tersebut dalam menjalankan program pemerintah.

2. Dalam upaya mewujudkan tujuan program pemerintah yang sebenarnya, maka kiranya dapat diambil beberapa kebijaksanaan dalam penyusunan program kerja agar instansi tersebut mampu memperhitungkan estimasi-estimasi kejadian di masa yang akan datang sehingga realisasi dan anggaran tidak jauh berbeda.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M Faisal, (2005), Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Cetakan kelima, penerbit UMM press , Malang.

Ahyari, Agus, (2000), Anggaran Perusahaan, Edisi Pertama, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta

Hasibuan, Malayu S.P., (2009), Manajemen : Dasar, Pengertian, dan Masalah, cetakan kesepuluh, Jakarta: Toko Gunung Agung.

Ikatan Akuntan Indonesia, (2002).Standar Akuntansi Keuangan, Edisi Keempat, Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi, (2001), Auditing, Edisi Kelima, Buku Pertama, Salemba Empat, Jakarta.