Faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2015
41
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA (Lembar Kuisioner)
Petunjuk Pengisian :
1. Bacalah setiap pertanyaan dan alternatif jawaban dengan baik 2. Isilah salah satu jawaban yang paling benar
3. Mohon anda periksa kembali semua pertanyaan apakah sudah diisi dengan benar
4. Pertanyaan yang telah diisi lengkap, mohon dikembalikan kepada peneliti A. Data Pribadi
Nama : Umur :
Jenis Kelamin : ( ) Laki-laki ( ) Perempuan B. Data Pendidikan
( ) Akademi/Perguruan Tinggi ( ) SLTA/Sederajat
( ) SLTP/Sederajat ( ) SD/Sederajat
( ) Tidak tamat SD/Sekolah C. Data Pekerjaan
( ) Pegawai Negeri Sipil (PNS) ( ) Petani
( ) Wiraswasta/Pedagang ( ) Tidak Bekerja
(2)
D. Sumber Informasi ( ) Tidak ada
( ) Media Elektronik ( ) Media Cetak ( ) Petugas Kesehatan
KUESIONER II : Faktor Sosial Ekonomi A. Merokok
1. Apakah anda, memiliki kebiasaan merokok? Tidak
Ya
2. Apakah anda masih mempunyai keinginan untuk merokok? Tidak
Ya B. Konsumsi Alkohol
1. Apakah anda memiliki kebiasaan mengkonsumsi alkohol ? Tidak Ya
2. Apakah ketika dinyatakan harus menjalani hemodialisis anda masih mengkonsumsi minuman beralkohol ?
Tidak Ya C. Latihan Fisik/ Olahraga
1. Apakah anda memiliki kebiasaan berolahraga ? Tidak Ya
(3)
43
3. Apakah anda yang sedang menjalani hemodialisis ini masih melakukan olahraga secara teratur ?
Tidak Ya Kuisioner III : Fisiologi
A. Insomnia
1. Apakah anda setelah menjalani hemodialisis mengalami kesulitan untuk memulai tidur
Tidak Ya
2. Apakah anda sering terbangun dan kesulitan untuk memulai tidur kembali? Tidak Ya
3. Apakah anda sering terbangun dini hari ? Tidak Ya
B. Status nutrisi
1. Apakah setiap kali makan anda mengkonsumsi makan protein (misalnya ikan, udang, danging, telur) ?
Tidak Ya
2. Apakah setiap kali makan anda sering mengkonsumsi kalium (misalnya apokat, pisang, nenas)?
Tidak Ya
3. Apakah anda mengkonsumsi cairan yang seimbang sesuai dengan kebutuhan pasien hemodialisis ?
Tidak Ya
(4)
KUISIONER IV: Fatigue Petunjuk pengisisan :
Silakan isi 10 pertanyaan dibawah ini dengan jawaban yang menurut anda paling tepat dalam menggambarkan perasaan anda ketika mengalami kelelahan.
Pilihan jawaban untuk setiap pertanyaan dengan memberi tanda (√) pada kolom kosong di atas angka dalam rentang 0 sampai 10.
Pertanyaan :
1. Pada tingkat manakah keluhan fatigue/kelelahan yang anda rasakan sekarang menyebabkan anda merasa tertekan ?
2. Pada tingkat manakah keluhan kelelahan yang anda rasakan sekarang, menyebabkan anda merasa tergangu dalam menyelesaikan pekerjaan/ kegiatan sehari-hari ?
3. Pada tingkat manakah yang anda dapat menggambarkan keluhan kelelahan yang sedang anda rasakan ?
Tidak merasa tertekan Merasa Tertekan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tidak terganggu Sangat Terganggu 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(5)
45
4. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
5. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
6. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
7. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
8. Pada tingkat manakah anda dapat menggambarkan keluhan kelelahan yang sedang anda rasakan ?
9. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
Segar Lelah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Giat Lesu
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kuat Lemah
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Mampu berkonsentrasi Tidak mampu berkonsentrasi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Normal Tidak normal 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tenang Tidak tenang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(6)
10. Pada tingkat manakah perasaan anda sekarang ?
KUISIONER IV
A. Komplikasi Hemodialisis
Petunjuk pengisisan : Beri tanda check list (√) sesuai pernyatan Ya : Jika pernyataan dianggap benar
Tidak : Jika pernyataan dianggap salah
Komplikasi yang terjadi selama proses hemodialisis :
Komplikasi Ya Tidak
Hipertensi Sakit Kepala Kram Otot
Jantung berdebar-debar Mual Muntah
Demam
Penyakit lainya
Mampu berpikir jernih Tidak mampu berfikir jernih
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(7)
47
Universitas Sumatera Utara
(8)
(9)
49
(10)
Frequencies
Statistics
int_umur
N Valid 112
Missing 0
Mean 1.81
Std. Error of Mean .059
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .623
Variance .388
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 203
int_umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 18-40 34 30.4 30.4 30.4
40-60 65 58.0 58.0 88.4
>60 13 11.6 11.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
Frequencies
Statistics int_Jenis kelamin int_Sumber informasi int_Pekerjaan int_umur
int_pendidika n
N Valid 112 112 112 112 112
Missing 0 0 0 0 0
Mean 1.33 1.92 1.27 1.97 2.64
Std. Error of Mean .045 .114 .095 .060 .089
Median 1.00 2.00 1.00 2.00 3.00
Mode 1 3 1 2 3
Std. Deviation .472 1.209 1.004 .636 .938
Variance .223 1.462 1.009 .405 .880
Range 1 3 3 2 4
(11)
51
Frequencies
Statistics int_umurN Valid 112
Missing 0
Mean 1.81
Std. Error of Mean .059
Median 2.00
Mode 2
Std. Deviation .623
Variance .388
Range 2
Minimum 1
Maximum 3
Sum 203
int_umur
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 18-40 34 30.4 30.4 30.4
40-60 65 58.0 58.0 88.4
>60 13 11.6 11.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
Frequency Table
int_Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-laki 75 67.0 67.0 67.0
Perempuan 37 33.0 33.0 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_Sumber informasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak ada 25 22.3 22.3 22.3
media elektronik 11 9.8 9.8 32.1
media cetak 24 21.4 21.4 53.6
petugas kesehatan 52 46.4 46.4 100.0
Total 112 100.0 100.0
(12)
int_Pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak bekerja 29 25.9 25.9 25.9
wiraswata 40 35.7 35.7 61.6
petani 27 24.1 24.1 85.7
Pegawai negeri sipil 16 14.3 14.3 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_pendidikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak sekolah/tamat SD 1 .9 .9 .9
SD 16 14.3 14.3 15.2
SLTP 22 19.6 19.6 34.8
SLTA 56 50.0 50.0 84.8
Perguruan Tinggi 17 15.2 15.2 100.0
Total 112 100.0 100.0
Frequencies
Statistics int_fatigu e int_meroko k int_alkoh ol int_latihan insomnia
int_nutris i
int_komplik asi
N Valid 112 112 112 112 112 112 112
Missing 0 0 0 0 0 0 0
Mean 2.53 .09 .21 .45 .71 .48 .78
Std. Error of Mean .062 .027 .039 .047 .043 .047 .040
Median 3.00 .00 .00 .00 1.00 .00 1.00
Mode 3 0 0 0 1 0 1
Std. Deviation .657 .286 .412 .499 .454 .502 .418
Variance .432 .082 .170 .249 .206 .252 .175
Range 2 1 1 1 1 1 1
Minimum 1 0 0 0 0 0 0
Maximum 3 1 1 1 1 1 1
(13)
53
Frequency Table
int_fatigue
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid fatigue ringan 10 8.9 8.9 8.9
fatigue sedang 33 29.5 29.5 38.4
fatigue berat 69 61.6 61.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_merokok
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak merokok 102 91.1 91.1 91.1
merokok 10 8.9 8.9 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_alkohol
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak minum alkohol 88 78.6 78.6 78.6
minum alkohol 24 21.4 21.4 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_latihan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak berolahraga 62 55.4 55.4 55.4
berolahraga 50 44.6 44.6 100.0
Total 112 100.0 100.0
insomnia
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak insomnia 32 28.6 28.6 28.6
mengalami insomnia 80 71.4 71.4 100.0
Total 112 100.0 100.0
int_nutrisi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid tidak terpenuhi 58 51.8 51.8 51.8
terpenuhi 54 48.2 48.2 100.0
Total 112 100.0 100.0
(14)
int_komplikasi
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid tidak terjadi komplikasi 25 22.3 22.3 22.3
terjadi komplikasi 87 77.7 77.7 100.0
Total 112 100.0 100.0
(15)
55
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_merokok 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_merokok Crosstabulation
int_merokok
Total tidak merokok merokok
int_fatigue fatigue ringan Count 9 1 10
Expected Count 9.1 .9 10.0
% within int_fatigue 90.0% 10.0% 100.0% % within int_merokok 8.8% 10.0% 8.9%
% of Total 8.0% .9% 8.9%
Residual -.1 .1
Adjusted Residual -.1 .1
fatigue sedang Count 31 2 33
Expected Count 30.1 2.9 33.0
% within int_fatigue 93.9% 6.1% 100.0% % within int_merokok 30.4% 20.0% 29.5%
% of Total 27.7% 1.8% 29.5%
Residual .9 -.9
Adjusted Residual .7 -.7
fatigue berat Count 62 7 69
Expected Count 62.8 6.2 69.0
% within int_fatigue 89.9% 10.1% 100.0% % within int_merokok 60.8% 70.0% 61.6%
% of Total 55.4% 6.2% 61.6%
Residual -.8 .8
Adjusted Residual -.6 .6
Total Count
102 10 112
Expected Count 102.0 10.0 112.0 % within int_fatigue 91.1% 8.9% 100.0% % within int_merokok 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 91.1% 8.9% 100.0%
(16)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_alkohol 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_alkohol Crosstabulation
int_alkohol Total tidak minum alkohol minum alkohol
int_fatigue fatigue ringan Count 9 1 10
Expected Count 7.9 2.1 10.0
% within int_fatigue 90.0% 10.0% 100.0% % within int_alkohol 10.2% 4.2% 8.9%
% of Total 8.0% .9% 8.9%
Residual 1.1 -1.1
Adjusted Residual .9 -.9
fatigue sedang Count 26 7 33
Expected Count 25.9 7.1 33.0
% within int_fatigue 78.8% 21.2% 100.0% % within int_alkohol 29.5% 29.2% 29.5%
% of Total 23.2% 6.2% 29.5%
Residual .1 .0
Adjusted Residual .0 .0
fatigue berat Count 53 16 69
Expected Count 54.2 14.8 69.0
% within int_fatigue 76.8% 23.2% 100.0% % within int_alkohol 60.2% 66.7% 61.6%
% of Total 47.3% 14.3% 61.6%
Residual -1.2 1.2
Adjusted Residual -.6 .6
Total Count 88 24 112
Expected Count 88.0 24.0 112.0
% within int_fatigue 78.6% 21.4% 100.0% % within int_alkohol 100.0% 100.0% 100.0%
(17)
57
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_latihan 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_latihan Crosstabulation
int_latihan
Total tidak
berolahraga berolahraga
int_fatigue fatigue ringan Count 3 7 10
Expected Count 5.5 4.5 10.0
% within int_fatigue 30.0% 70.0% 100.0% % within int_latihan 4.8% 14.0% 8.9%
% of Total 2.7% 6.2% 8.9%
Residual -2.5 2.5
Adjusted Residual -1.7 1.7
fatigue sedang Count 16 17 33
Expected Count 18.3 14.7 33.0
% within int_fatigue 48.5% 51.5% 100.0% % within int_latihan 25.8% 34.0% 29.5%
% of Total 14.3% 15.2% 29.5%
Residual -2.3 2.3
Adjusted Residual -.9 .9
fatigue berat Count 43 26 69
Expected Count 38.2 30.8 69.0
% within int_fatigue 62.3% 37.7% 100.0% % within int_latihan 69.4% 52.0% 61.6%
% of Total 38.4% 23.2% 61.6%
Residual 4.8 -4.8
Adjusted Residual 1.9 -1.9
Total Count 62 50 112
Expected Count 62.0 50.0 112.0
% within int_fatigue 55.4% 44.6% 100.0% % within int_latihan 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 55.4% 44.6% 100.0%
(18)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * insomnia 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * insomnia Crosstabulation
insomnia Total tidak insomnia mengalami insomnia
int_fatigue fatigue ringan Count 1 9 10
Expected Count 2.9 7.1 10.0
% within int_fatigue 10.0% 90.0% 100.0% % within insomnia 3.1% 11.2% 8.9%
% of Total .9% 8.0% 8.9%
Residual -1.9 1.9
Adjusted Residual -1.4 1.4
fatigue sedang Count 5 28 33
Expected Count 9.4 23.6 33.0
% within int_fatigue 15.2% 84.8% 100.0% % within insomnia 15.6% 35.0% 29.5%
% of Total 4.5% 25.0% 29.5%
Residual -4.4 4.4
Adjusted Residual -2.0 2.0
fatigue berat Count 26 43 69
Expected Count 19.7 49.3 69.0
% within int_fatigue 37.7% 62.3% 100.0% % within insomnia 81.2% 53.8% 61.6%
% of Total 23.2% 38.4% 61.6%
Residual 6.3 -6.3
Adjusted Residual 2.7 -2.7
Total Count 32 80 112
Expected Count 32.0 80.0 112.0
% within int_fatigue 28.6% 71.4% 100.0% % within insomnia 100.0% 100.0% 100.0%
(19)
59
Crosstab
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_nutrisi 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_nutrisi Crosstabulation
int_nutrisi
Total tidak terpenuhi terpenuhi
int_fatigue fatigue ringan Count 3 7 10
Expected Count 5.2 4.8 10.0
% within int_fatigue 30.0% 70.0% 100.0% % within int_nutrisi 5.2% 13.0% 8.9%
% of Total 2.7% 6.2% 8.9%
Residual -2.2 2.2
Adjusted Residual -1.4 1.4
fatigue sedang Count 12 21 33
Expected Count 17.1 15.9 33.0
% within int_fatigue 36.4% 63.6% 100.0% % within int_nutrisi 20.7% 38.9% 29.5%
% of Total 10.7% 18.8% 29.5%
Residual -5.1 5.1
Adjusted Residual -2.1 2.1
fatigue berat Count 43 26 69
Expected Count 35.7 33.3 69.0
% within int_fatigue 62.3% 37.7% 100.0% % within int_nutrisi 74.1% 48.1% 61.6%
% of Total 38.4% 23.2% 61.6%
Residual 7.3 -7.3
Adjusted Residual 2.8 -2.8
Total Count 58 54 112
Expected Count 58.0 54.0 112.0
% within int_fatigue 51.8% 48.2% 100.0% % within int_nutrisi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 51.8% 48.2% 100.0%
(20)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent int_fatigue * int_komplikasi 112 100.0% 0 .0% 112 100.0%
int_fatigue * int_komplikasi Crosstabulation
int_komplikasi Total tidak terjadi komplikasi terjadi komplikasi
int_fatigue fatigue ringan Count 2 8 10
Expected Count 2.2 7.8 10.0
% within int_fatigue 20.0% 80.0% 100.0% % within int_komplikasi 8.0% 9.2% 8.9%
% of Total 1.8% 7.1% 8.9%
Residual -.2 .2
Adjusted Residual -.2 .2
fatigue sedang Count 13 20 33
Expected Count 7.4 25.6 33.0
% within int_fatigue 39.4% 60.6% 100.0% % within int_komplikasi 52.0% 23.0% 29.5%
% of Total 11.6% 17.9% 29.5%
Residual 5.6 -5.6
Adjusted Residual 2.8 -2.8
fatigue berat Count 10 59 69
Expected Count 15.4 53.6 69.0
% within int_fatigue 14.5% 85.5% 100.0% % within int_komplikasi 40.0% 67.8% 61.6%
% of Total 8.9% 52.7% 61.6%
Residual -5.4 5.4
Adjusted Residual -2.5 2.5
Total Count 25 87 112
Expected Count 25.0 87.0 112.0
% within int_fatigue 22.3% 77.7% 100.0% % within int_komplikasi 100.0% 100.0% 100.0%
% of Total 22.3% 77.7% 100.0%
(21)
61
(22)
(23)
63
(24)
(25)
65
(26)
(27)
67
(28)
(29)
69
(30)
(31)
71 JADWAL PENELITIAN No .
Aktivitas penelitian Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Minggu ke 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Pengajuan judul
penelitian
2. Menyusun Bab 1
3. Menyusun Bab 2
4. Menyusun Bab 3
5. Menyusun Bab 4
6. Menyerahkan proposal penelitian
7. Ujian sidang proposal
8. Revisi proposal penelitian
9. Uji Validitas & Reliabilitas
10. Pengumpulan data responden
11. Analisa data 12. Pengajuan sidang
skripsi
13. Ujian sidang skripsi
14. Revisi skripsi 15. Mengumpulkan
skripsi
(32)
TAKSASI DANA 1. Persiapan Proposal dan Perbaikan proposal
- Biaya kertas print proposal Rp 100.000, - Fotokopi sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000,
- Biaya internet Rp 100.000,
- Perbanyak proposal dan penjilitan Rp 100.000,- - Konsumsi saat sidang proposal Rp 200.000, 2. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
- Izin penelitian Rp 400.000-
- Penggandaan kuesioner Rp 100.000,-
- Transportasi Rp 200.000,
3. Persiapan Skripsi
- Biaya kertas dan tinta print Rp 200.000,- - Penggandaan skripsi dan penjilitan Rp 150.000,- - Biaya sidang skripsi Rp 450.000,-
4. Biaya tidak Terduga Rp 200.000,-
(33)
73
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS DIRI
Nama : Efrinaldo Pardede
Tempat /Tanggal Lahir : Jambi, 05 Desember 1993 Agama : Kristen Protestan Anak : Ke 1 dari 2 Bersaudara
Alamat : Jln.Sersan Anwar By, Kota Jambi II. IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ayah : Amikus Pardede Nama Ibu : Marlina Silitonga
Pekerjaan : Wiraswasta
III. RIWAYAT PENDIDIKAN
2000-2005 : SD Negeri 211 Kota Jambi 2005-2008 : SMP Negeri 22 Kota Jambi 2008-2011 : SMA Adhyaksa 1 Kota Jambi
2011-2014 : Akademi Keperawatan Imelda Medan 2014-2015 : Mengikuti Proses S1 Keperawatan Ekstensi
di Universitas Sumatra Utara
(34)
Cahyaningsih, N. (2011). Hemodialisis (Cuci Darah). Yogyakarta: Mitra Cendikia
Harmoko, B. (2010). Gambaran Status Nutrisi Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis Berkala Di RSUP H. Adam Malik: Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Diakses 28 Mei 2015 dari
http://Repository.usu.ac.id
Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Hurlock, B, E. (1999). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga
Liston D, (2014) Pasien Hemodialisa Meningkat Di RSUD Pirngadi. Di Akses 10 Mei 2014 http://medan.tribun.news.com).
Mullaoglu, M. (2009). Fatigue in people undergoing haemodialisis, Clinical Perspective: Dyalisis & Transplantation, 38 (6). Diperoleh dari hhtp://www3.interscience.wiley.com
Breast Cancer Res Treat (2012) The Piper Fatigue Scale-12 (PFS-12). Diperoleh 11 Juni 2015 dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/.com
Nerscomite, 2010. Nutrisi Pada Penderita Dialisis. Surabaya: Fakultas
Kedokteran UNAIR. Diperoleh dari :
http://b11nk.wordpress.com/2009/08/24/nutrisi-pada-penderita
dialisis/#more-220. Di akses 14 Mei 2015
Notoadmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Petchrung, T. (2004). Exprience management: Strategis and outcomes of fatigue
in hemodialisis patient. Di peroleh dari http://mulinet10.li.mahidol.ac.id Prabowo, E, (2014). Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan. Yogyakarta: Nuha Medika
Prasetyono, DS (2013). Daftar Tanda dan Gejala Ragam Penyakit. Yogyakarta: Flash Books
(35)
40
Rosdiana, I. (2010). Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Insomnia Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani Hemodialisis Di RSUD Kota Tasikmalaya & Garut : Fakultas Keperawatan Universitas Indonesia
Setiadi, (2007). Konsep Dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Suharjono, (2011). Sekitar Hemodialisa. Jakarta : Rineka Cipta
Sulistini, R (2010). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Fatigue Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisis. Universitas Indonesia.
Supriyadi dkk, (2011). Tingkat Kualitas Hidup Pasien Gagal Ginjal Kronik Terapi Hemodialisis. Universitas Negeri Semarang: Semarang. Di akses
10 mei 2015 dari http://journal.unnes.ac.id
(36)
3.1 Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka konsep penelitian menghubungkan variabel-variabel dalam penelitian yaitu hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini variabel dependen adalah fatigue dan variabel independen terdiri pada faktor demografi, faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi dan faktor situasional.
Kerangka penilitian terlihat pada skema 3.1 : Skema 3.1 Kerangka penelitian
Faktor Fisiologis : Status Nutrisi
- Tidak Terpenuhi
- Terpenuhi
Insomnia
- Tidak Insomnia
- Insomnia
Faktor Sosial Ekonomi : Merokok
- Tidak Merokok
- Merokok
Alkohol
- Tidak Mengkonsumsi
- Mengkonsumsi Alkohol
Latihan Fisik
- Tidak Pernah berolahraga - Berolahraga
Faktor Situasional: Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Fatigue
(37)
17
3.2 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah unsur penelitian yang menjelaskan bagaimana caranya menentukan variabel dan mengukur suatu variabel, sehinggah definisi operasional ini merupakan suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang ingin mengunakan variabel yang sama. (Setiadi, 2007)
Tabel 1 : Definisi Operasional Variabel
penelitian
Definisi Operasional Alat Ukur dan
Cara Ukur
Hasil Ukur Skala
1.Faktor Fisiologi
a.Status nutrisi Nutrisi yang diperlukan
di dalam tubuh pasien Seperti lemak, protein dan kalium
Kuesioner dan mengisi kuesioner
0= Tidak terpenuhinya nutrisi (0-1)
1= Ya, Terpenuhinya nutrisi (2-3)
Ordinal
b. Insomnia Kurangnya tidur pasien
pada malam hari selama menjalani hemodialisis
Kuesioner dan mengisi kuesioner
0= Tidak ada Insomnia (0-1)
1= Adanya insomnia
pada pasien hemodialisis (2-3)
Ordinal
2. Faktor sosial ekonomi
a.Merokok Kebiasaan pasien
merokok sehari hari
Kuesioner dan mengisi kuesioner
0 = Tidak merokok 1 = Merokok
Ordinal b.Konsumsi Alkohol Kebiasaan pasien mengkonsumsi alkohol Kuesioner dan mengisi kuesioner
0 = Tidak mengkonsumsi alkohol
1 = Mengkonsumsi alkohol
Ordinal
c.Latihan Fisik Kebiasaan berolahraga Kuesioner
dan mengisi kuesioner
0 =Tidak pernah /jarang melakukan olahraga (0-1)
1 = Rutin melakukan olahraga (2-3)
Ordinal
3. Faktor Situasional a.Komplikasi
Hemodialisis
Komplikasi yang terjadi selama proses hemodialisis yaitu hipotensi, sakit kepala, kram otot,
Kuesioner dan mengisi kuesioner
1 = Ya, mengalami komplikasi
0 = Tidak, Tidak mengalami komplikasi
Ordinal
(38)
aritmia, mual muntah,
demam dan komplikasi lainnya
4. Faktor Psikologis
a.Fatigue Keluhan subjektif
fatigue (kelelahan) yang dialami responden selama hemodialisis.
Kuesioner dan mengisi kuesioner dengan Skor0-10
0 = Tidak mengalami kelelahan (0-5)
1 = Mengalami kelelahan (6-10)
(39)
19 BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian. Desain penelitiaan yang digunakan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengambarkan faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Desain penelitian membantu peneliti untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan penelitian dengan sahih, objektif, akurat serta hemat (Setiadi, 2007).
4.2 Populasi dan Sampel Penelitian 4.2.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti atau yaang diselidiki (Notoadmodjo, 2010). Populasi tersebut dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati lainnya, serta peristiwa dan gejala yang terjadi didalam masyarakat atau di dalam alam. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani Hemodialisis di RSUD Pringadi Medan berjumlah 156 orang.
4.2.2 Sample
Sample penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Dengan kata lain, sample adalah elemen-elemen populasi yang dipilh berdasarkan kemampuan mewakilinya (Setiadi, 2007).
(40)
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis di ruangan hemodialisa RSUD Pirngadi Medan. Adapun pengambilan sample dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik purposive sampling yaitu suatu teknik sample dengan pertimbangan tertentu sesuai yang dikehendaki peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmojdo, 2010).
Rumus yang digunakan adalah rumus penelitian deskriptif (Setiadi, 2007) : n = N
N.(d²)+1
= 156
156.(0,05)²+1
= 156 1,39
= 112
Keterangan : N : Besar populasi n : Besar sampel
d : Tingkat signifikansi 5% (0,05)
Sehinggah sampel dalam penelitian ini adalah 112 orang, harus memenuhi kriteria yang diberikan peneliti.
Adapun kriteria inklusi sample yang digunakan dalam penelitian adalah : a) Seluruh pasien yang menjalani hemodialisis
b) Kesadaran penuh
(41)
21
4.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pringadi Medan.
4.4 Pertimbangan Etik
Setiap penelitian yang menggunakan subyek manusia harus mengikuti aturan etik dalam hal ini adalah persetujuan. Etika yang perlu dituliskan pada penelitian antara lain adalah : Informed consent (lembar persetujuan), anonimity (tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan).
1) Informed consent
Informed consent merupakan lembar persetujuan yang diberikan dan dijelaskan kepada responden yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subyek menolak maka peneliti tidak memaksa tetap menghormati hak-hak subyek.
2) Anonimity
Untuk menjaga kerahasian indentitas subyek, peneliti tidak mencantumkan nama sunyek pada lembar pengumpulan data yang diisi subyek, tetapi lembar tersebut hanya diberikan kode tertentu.
3) Confidentiality
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Setiadi, 2007).
4.5 Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam peneliti ini adalah instrumen yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada tinjauan pustaka. Instrumen
(42)
terdiri dari tiga bagian yaitu kuisioner data demografi, kuisioner sosial ekonomi dan kuisioner fatigue..
4.5.1 Kuisioner sosial ekonomi
Kuisioner ini meliputi gaya hidup responden meliputi merokok, konsumsi alkohol, latihan fisik atau berolahraga dan penghasilan. Bagian ini terdiri dari pertanyaan antara lain pertanyaan kebiasaan merokok (2 pertanyaan), konsumsi alkohol (2 pertanyaan), latihan fisik (3 pertanyaan).
4.5.2 Kuisioner fisiologi
Kuisioner ini meliputi pertanyaan tentang status nutrisi (3 pertanyaan), insomnia (3 pertanyaan).
4.5.3 Kuisioner fatigue
Bagian instrumen ini meliputi pertanyaan tentang fatigue pada pasien hemodialisis dengan berisi 10 pertanyaan dengan mengisi skor yang terdapat pada kuisioner Piper Fatigue Scala (PFS) scala fatigue ini diukur dengan menghitung jumlah skor pada pertanyaan fatigue. Hasil dari skor pertanyaan tersebut dimasukan kedalam 3 kategori fatigue: 1. Fatigue ringan (0-3), 2. Fatigue sedang (4-6), 3. Fatigue berat (7-10).
4.6 Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalid atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2013). Sebuah instrumen dikatakan valid jika instrumen itu mampu mengukur apa-apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain secara sederhana dapat
(43)
23
instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud. Peneliti menguji validitas instrumen yang sudah disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman. Apabila data yang didapatkan dari uji coba ini sudah sesuai dengan seharusnya, maka instrumennya sudah baik, sudah valid (Arikunto, 2013). Uji validitas instrumen dilakukan oleh ahli keperawatan di Universitas
Sumatera Utara oleh dua dosen berpengalaman dibidangnya dengan hasil 0,87.
Hal ini dilakukan dengan mengajukan kuesioner dan proposal penelitian kepada penguji validitas.
4.7 Uji Reliabilitas
Reliabilitas (keandalan) adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalakan (Notoatmodjo, 2010). Hasil pengukuran yang relatif sama menunjukan bahwa ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran tersebut. Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah dengan menggunakan program komputerisasi, yaitu dengan rumus R.21 dan
K-R.20 (Kuder dan Richardson) alasan digunakannya K-R.21 dan K-K-R.20 sebab
dapat digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen skala guttman untuk kuesioner faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue (Arikunto, 2013). Uji reliabilitas akan dilakukan pada 30 pasien yang menjalani hemodialisis di RSU Haji
(44)
Medan. Kuisioner faktor sosial ekonomi yaitu merokok dan konsumsi alkohol diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji K-R 21 karena mempunyai jumlah pertanyaan yang genap, hasil uji reliabilitas instrument merokok menghasilkan nilai K-R 21, 0,77 dan konsumsi alkohol mempunyai nilai 0,76 sedangkan latihan fisik mengunakan rumus K-R 20 dengan nilai 0,82. Kuisioner faktor fisiologis yaitu insomnia dan status nutrisi di uji reliabilitas dengan mengunakan uji K-R 20 karena mempunyai pertanyaan yang ganjil dengan hasil nilai insomnia 0,82 dan status nutrisi mempunyai nilai 0,83. Kuisioner faktor situaisonal yaitu komplikasi juga menggunakan uji K-R 20 dengan nilai uji 0,87 sedangkan kuisioner tentang
fatigue menggunakan uji K-R 21 dengan nilai ujinya 0,76. sehingga dapat
disimpulkan bahwa instrumen kuesioner faktor sosial ekonomi, faktor fisiologis, faktor situasional dan kuisioner fatigue yang digunakan reliabel dan layak dipergunakan untuk penelitian.
4.8 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Medan. Tahap pengumpulan data sebagai berikut :
a) Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian pendidikan
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatra Utara.
b) Mengirimkan surat izin penelitian dari Fakultas ke RSUD Pirngadi Medan.
c) Setelah persetujuan dari RSUD Pirngadi, peneliti melakukan pengumpulan
data dengan menjelaskan prosedur, manfaat penelitian dan cara mengisi kuisioner.
(45)
25
e) Setelah semua data yang diinginkan terkumpul peneliti langsung melakukan
pengolahan dan analisa data. 4.9 Analisa Data
4.9.1 Pengolahan Data
Setelah data terkumpul, maka peneliti melakukan analisa data. Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan adalah univariant dan bersifat deskriptif semua variabel dianalisis secara deskriptif dengan mengunakan SPSS untuk menghitung frekuensi dan persentasenya. Data yang diperoleh secara manual dan kemudian dianalisis secara deskriptif mengunakan tekhnik analisa data dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Editing
Adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh para pengumpul data. Pemeriksaan daftar pertanyaan yang telah selesai ini dilakukan terhadap kelengkapan jawaban, keterbacaan tulisan dan relevansi jawaban.
2. Coding
Mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden kedalam kategori. Biasanya klasifikasi dilakukan dengan cara memberi tanda / kode berbentuk angka pada masing-masing jawaban.
3. Sorting
Adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki.
(46)
4. Entry Data
Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian dimasukkan kedalam bentuk tabel dengan cara menghitung frekuensi data. Memasukkan data boleh dengan cara manual atau melalui pengolahan komputer.
5. Cleaning
Adalah tahap memastikan bahwa seluruh data yang telah dimasukkan kedalam pengolahan data sudah selesai dengan sebenarnya (Setiadi, 2007)
4.9.2 Teknik Analisa Data
Data yang sudah diolah kemudian dianalisis meliputi : 1. Analisis Univariat
Tujuan dari analisis univariat untuk mendeskripsikan distribusi dari masing-masing variabel yang akan diteliti. Pada penelitian ini variabel yang dideskripsikan melalui analisis univariat. Data yang telah diperoleh kemudian dilakukan analisis untuk mendapatkan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisa.
(47)
27 BAB 5 PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Dalam bab ini akan di uraikan hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan pengumpulan data pada bulan Desember 2015 di RSUD Pirngadi Medan terhadap 112 responden di ruangan hemodialisa.
5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik responden terdiri dari: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan sumber informasi. Dari 112 responden yang terkumpul, mayoritas responden berusia 38-57 tahun (59,8%), jenis kelamin laki-laki (67%), pendidikan SLTA (50%), pekerjaan wiraswasta (35,7%) dan sumber informasi dari petugas kesehatan (46,4%).
(48)
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentasi Berdasarkan Karakteristik Responden (N=112)
Karakteristik Frekuensi Persentasi (%)
Usia
- 18-37 Tahun
- 38-57 Tahun
- 58-78 Tahun
24 67 21 21,4 59,8 18,8 Jenis Kelamin
- Laki-laki
- Perempuan
75 37
67,0 33,0 Pendidikan
- Tidak tamat SD/sekolah 1 9
- SD 16 14,3
- SLTP 22 19,6
- SLTA 56 50,0
- Perguruan Tinggi 17 15,2
Pekerjaan
- Tidak Bekerja 29 25,9
- Wiraswata 40 35,7
- Petani 27 24,1
- Pegawai Negeri Sipil 16 14,3
Sumber Informasi
- Tidak ada 25 22,3
- Media elektronik 11 9,8
- Media Cetak 24 21,4
- Petugas Kesehatan 52 46,4
5.1.2 Faktor Sosial Ekonomi
Hasil penelitian faktor sosial ekonomi menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas responden tidak merokok sebanyak 102 responden (91,1%), mayoritas responden tidak minum alkohol sebanyak 88 responden (78,6%), dan responden, mayoritas tidak berolahraga 62 responden (55,4%).
(49)
29
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor social ekonomi: Merokok, alkohol dan olahraga (n=112)
Faktor Sosial Ekonomi Frekuensi Persentasi (%)
Merokok
- Tidak merokok 102 91,1
- Merokok 10 8,9
Alkohol
- Tidak minum alkohol 88 76,6
- Minum alkohol 24 21,4
Olahraga
- Tidak berolahraga 62 55,4
- Berolahraga 50 44,6
5.1.3 Faktor Fisiologi
Hasil penelitian faktor fisiologi menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas responden yang mengalami insomnia sebanyak 80 responden (71,4%) dan mayoritas responden yang nutrisi tidak terpenuhi sebanyak 58 responden (51,8%).
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor fisiologi: Insomnia dan status nutrisi (n=112)
Faktor Fisiologi Frekuensi Persentasi (%)
Insomnia
- Tidak insomnia 32 28,9
- Insomnia 80 71,4
Status Nutrisi
- Tidak terpenuhi 58 51,8
- Nutrisi terpenuhi 54 48,2
5.1.4 Faktor Situasional
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas responden yang mengalami komplikasi sebanyak 87 responden (77,7%). tidak mengalami komplikasi sebanyak 25 responden (22,3%).
(50)
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase faktor situasional: komplikasi hemodialisis (n=112)
Komplikasi Frekuensi Persentasi (%)
Tidak mengalami komplikasi 25 22,3
Mengalami komplikasi 87 77,7
5.1.5 Fatigue
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas responden yang mengalami fatigue berat sebanyak 69 responden (61,6%), fatigue sedang sebanyak 33 responden (29,5%), sedangkan fatigue ringan sebanyak 10 responden (8,9%).
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase fatigue (n=112)
Fatigue Frekuensi Persentasi (%)
fatigue ringan 10 8,9
fatigue sedang 33 29,5
fatigue berat 69 61,6
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak merokok sebanyak 62 (89,9).
Tabel 5.6 Tabulasi silang fatigue dengan Merokok
Fatigue Merokok
Tidak Merokok Merokok F % F %
Fatigue Ringan 9 90 1 10
Fatigue Sedang 31 93,9 2 6,1
Fatigue Berat 62 89,9 7 10,1
Jumlah 102 91,9 10 8,9
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 (76,8).
(51)
31
Tabel 5.7 Tabulasi silang fatigue dengan Alkohol
Fatigue Alkohol
Tidak mengkonsumsi alkohol Mengkonsumsi alkohol F % F %
Fatigue Ringan 9 90,0 1 10
Fatigue Sedang 26 78,8 7 21,2
Fatigue Berat 53 76,8 16 23,2
Jumlah 88 78,6 24 21,4
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 (62,3).
Tabel 5.8 Tabulasi silang fatigue dengan latihan fisik
Fatigue Latihan fisik/Berolahraga
Tidak berolahraga Berolahraga F % F %
Fatigue Ringan 3 30 7 70
Fatigue Sedang 16 48,5 17 51,5
Fatigue Berat 43 62,3 26 37,7
Jumlah 62 55,4 50 44,6
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami insomnia sebanyak 43 (62,3).
Tabel 5.9 Tabulasi silang fatigue dengan insomnia
Fatigue Insomnia
Tidak Insomnia Mengalami Insomnia
F % F %
Fatigue Ringan 1 10 9 90
Fatigue Sedang 5 15,2 28 84,8
Fatigue Berat 26 37,7 43 62,3
Jumlah 32 28,6 80 71,4
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43 (62,3).
(52)
Tabel 5.10 Tabulasi silang fatigue dengan status nutrisi (n=112)
Fatigue Status Nutrisi
Tidak Terpenuhi Nutrisi Terpenuhi
F % F %
Fatigue Ringan 3 30 7 70
Fatigue Sedang 12 36,4 21 63,6
Fatigue Berat 43 62,3 26 37,7
Jumlah 58 51,8 54 48,2
Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5)
Tabel 5.11 Tabulasi silang fatigue dengan komplikasi
Fatigue komplikasi
Tidak komplikasi Mengalami komplikasi
F % F %
Fatigue Ringan 2 20 8 80
Fatigue Sedang 13 39,4 20 60,6
Fatigue Berat 10 14,5 59 85,5
Jumlah 25 22,3 87 77,7
5.2 Pembahasan
Pembahasan dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis.di RSUD Pirngadi Medan.
5.2.1 Faktor sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, mengkonsomsi alkohol dan latihan fisik. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 112 responden, mayoritas responden tidak merokok sebanyak 102 responden (91,1%), dan mayoritas responden tidak minum alkohol sebanyak 88
(53)
33
Dari data didapat responden yang tidak merokok mayoritasnya adalah laki-laki sebanyak 67 responden (65,7%). Merokok, dan mengkonsumsi alkohol adalah kebiasaan yang dilakukan oleh laki-laki. Dari tabel 5.6 menunjukan bahwa responden yang tidak merokok mengalami fatigue berat sebanyak 62 (89,9%) sedangkan responden yang merokok juga mengalami fatigue berat sebanyak 7 responden (10,1%) dan hasil dari tabulasi silang dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 responden (76,8%) dan responden yang mengkonsumsi alkhol juga mengalami fatigue berat sebanyak 16 responden (23,2%). Merokok dan mengkonsumsi alkohol merupakan faktor sosial yang secara fisiologis akan mempengaruhi tersedianya oksigen ke otak dan dapat menghabiskan cadang-cadangan energi sehinggah kondisi tersebut menyebabkan seseorang merasa lelah. Kebiasaan konsumsi alkohol dapat mempengaruhi system syaraf pusat yang menyebabkan seseorang merasa lelah berjam-jam. Alkohol juga dapat mempengaruhi pola tidur sehinggah kekurangan waktu tidur dapat menyebabkan kelelahan pada pasien yang menjalani hemodialisa Jhamb,2009 (Didalam Sulistini 2010).
Berdasarkan hasil penelitian, jumlah responden yang tidak berolahraga 62 responden (55,4%), sedangkan responden yang melakukan olahraga sebanyak 50 responden (44,6%) dan hasil dari tabulasi silang antara fatigue dengan berolahraga menunjukan juga bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 (62,3%) dan responden yang berolahraga /latihan fisik sebanyak 26 (37,7%) juga mengalami fatigue berat. Peneliti berasumsi bahwa pasien yang tidak melakukan olahraga mempengaruhi fatigue, sehinggah fatigue yang dialami pasien tersebut adalah fatigue berat. Pasien dengan dialysis akan
(54)
mengalami katabolisme otot yang disebabkan karena resistensi insulin, asidosis dan inflamasi sehinggah terjadi kelelahan otot dan physical inactivity (ketidakaktifan) berhubungan dengan meningkatnya level fatigue pada pasien
dengan gagal ginjal kronis. Setelah dilakukan HD keadaan fisik responden
mengalami perbaikan yang berarti walaupun tidak semua responden menyatakan demikian. Responden sesudah menjalani hemodialisa tampak lebih rileks. Perubahan ini karena zat-zat toksin dalam darah telah dikeluarkan, juga cairan dalamtubuh responden telah dibuang sesuai dengan keadaan klinis responden.(Supriyadi, 2011)
5.2.2 Faktor Fisiologi
Faktor fisiologi dalam penelitian ini dinyatakan dengan insomnia dan status nutrisi pada pasien hemodialisis. Pada insomnia dari hasil penelitian ini dilihat jumlah responden yang mengalami insomnia 80 responden (71,4%) dan yang tidak mengalami insomnia 32 responden (28,9%). Hasil tabulasi silang menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami insomnia sebanyak 43 (62,3%) dan responden yang mengalami insomnia dengan fatigue berat sebanyak 26 (37,7%). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rosdiana (2010) menemukan bahwa kejadian insomnia pada pasien yang menjalani hemodialisis cukup tinggi, yaitu sekitar 54,7% dari 106 responden. Insomnia berhubungan dengan faktor psikologis dimana lama waktu menjalani hemodialisis dapat menggangu psikologis yang menyebabkan insomnia pada pasien. Insomnia mempengaruhi pola tidur sehinggah kekurangan waktu tidur
(55)
35
dalam penelitian ini mayoritas responden yang nutrisi tidak terpenuhi sebanyak 58 responden (51,8%) dan nutrisi terpenuhi sebanyak 54 responden (48,2%). Setelah dilakukannya tabualsi silang antara fatigue dengan status nutrisi responden di dapatkan hasil mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43 (62,3) dan status nutrisi yang terpenuhi juga mengalami fatigue berat sebanyak 26 (37,7%). Status nutrisi yang tidak terpenuhi dapat mempengaruhi pasien yang sedang menjalani hemodialisa sehinggah pasien tersebut mengalami fatigue berat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmoko, (2010) yang menyatakan bahwa fatigue sering dihubungkan dengan kondisi fisiologis diantaranya kondisi malnutrisi, kurangnya karbonhidrat, berkurangnya komposisi lemak berkurangnya energy dan berkurangnya berat badan. Kondisi status nutrisi tersebut tentunya membutuhkan pengawasan serta pendidikan kesehatan bagi pasien yang menjalani hemodialisa.
5.2.3 Faktor Situasional
Faktor situasional dalam penelitian meliputi komplikasi hemodialisis. Dari hasil penelitian menunjukkan dari 112 responden, mayoritas responden yang mengalami komplikasi sebanyak 87 responden (77,7%) dan yang tidak mengalami komplikasi sebanyak 25 responden (22,3%). Pada faktor situasional tersebut sering terjadi komplikasi di usia dewasa madya yaitu berusia 41-60 tahun, yakni saat menurunnya kemampuan fisik yang jelas pada setiap orang. Hurlock, (1999) Perubahan tersebut memungkinkan pasien lebih mudah mengalami komplikasi saat menjalani hemodialisa. Hasil penelitian menunjukan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5%) dan
(56)
responden yang tidak mengalami komplikasi dengan fatigue berat sebanyak 10 responden (14,5%)
Komplikasi yang sering menganggu aktivitas pasien, jika terjadi mual muntah maka pasien akan mengalami dehidrasi, gangguan keseimbangan elektrolit dan kelelahan (fatigue) dan meningkatkan rasa tidak nyaman. Ketidaknyamanan dan fatigue juga akan dirasakan apabila pasien mengalami penurunan Hb. Dari data didapat mayoritas responden yang mengalami komplikasi hemodialisis adalah penyakit hipertensi sebanyak 99 responden (88,%). Hipertensi merupakan penyakit yang memiliki hubungan timbal balik dengan penyakit gagal ginjal kronis. Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan perubahan sturuktur pada arteriol diseluruh tubuh, ditandai penyempitan pembuluh darah sehinggah seluruh nefron rusak.
(57)
37 BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Penelitian yang dilakukan terhadap 112 pasien yang menjalani hemodialisa di RSUD Pirngadi Medan menggambarkan faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue, yaitu faktor sosial ekonomi dari kuisioner merokok ,mayoritas fatigue berat dengan tidak merokok sebanyak 62 responden (89,9), sedangkan kuisioner alkohol menunjukkan ,mayoritas fatigue berat dengan tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 responden (76,8) dan latihan fisik mayoritas fatigue berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 responden (62,3).
Faktor fisiologis yang mayoritas fatigue berat dengan mengalami insomnia sebanyak 43 responden (62,3) dan mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43 (62,3). Kondisi tersebut diantara kurangnya karbonhidrat, energi, berat badan menurun menyebabkan pasien tersebut mengalami fatigue. Dari data faktor situasional menunjukkan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5).
6.2 Saran
6.2.1 Pendidikan Keperawatan
Dalam pendidikan keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah perlu diadakan pengembangan ilmu keperawatan dalam mengatasi masalah fatigue dan penyebab pasien yang menjalani hemodialisa supaya fatigue yang dialami pasien akan berkurang.
(58)
6.2.2 Pelayanan Keperawatan
Perawat perlu monotoring tingkat fatigue melalui asuhan keperawatan pasien yang menjalani harus dilaksanakan untuk mengurangi resiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidup pasien. Diharapkan perawat di unit hemodialisa menyadari bahwa kualitas hidup pasien berada di tangan perawat.
6.2.3 Penelitian Berikutnya
Untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan judul penelitian ini disarankan untuk meneliti tentang intervensi untuk mengurangi fatigue pada pasien hemodialisa.
(59)
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hemodialisis 2.1.1 Definisi
Hemodialisis adalah pengalihan darah pasien dari tubuhnya melalui dialiser yang terjadi secara difusi dan ultrafiltrasi, kemudian darah kembali lagi dalam tubuh pasien. Hemodialisis memerlukan akses ke sirkulasi darah pasien, suatu mekanisme untuk membawa darah pasien ke dan dari dializen (tempat terjadi pertukaran cairan, elektrolit dan zat sisa tubuh), serta dializer. (Siswadi, 2009). Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan komposisi solut darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui membran semipemiabel (membran dialisis). Saat ini terdapat berbagai definisi hemodialisis, tetapi pada prinsipnya hemodialisis adalah suatu proses pemisah atau penyaringan atau pembersihan darah melalui suatu membran yang semi permeabel yang dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik yang kronik maupun akut (Suharjono, 2011).
2.1.2 Prinsip Hemodialisis
Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi dan ultrafiltrasi. Difusi adalah pergerakan zat terlarut melalui membran semipermeabel berdasarkan perbedaan konsentrasi zat atau molekul. Laju difusi terbesar terjadi pada perbedaan konsentrasi molekul yang terbesar. Ini adalah mekanisme utama untuk mengeluarkan molekul kecil seperti urea, kreatin, elektrolit dan untuk penambahan serum bikarbonat. Laju difusi sebanding dengan suhu larutan
(60)
(meningkatnya gerakan molekul secara acak) dan berbanding terbalik dengan viskositas dan ukuran molekul yang dibuang (molekul besar akan terdifusi dengan lambat). Dengan meningkatnya klirens dari zat terlarut dengan berat molekul rendah (seperti urea, kreatinin, elektrolit) dengan tetap mempertahankangradien konsentrasi yang tinggi. Zat terlarut yang terikat tidak dapat dibuang melalui difusi karena proteinyang terikat tidak dapat melalui membran. Hanya zat terlarut yang tidak terikat protein yang dapat melalui membran atau terdialisis.
Ultrafiltrasi adalah aliran aliran konveksi (air dan zat terlarut) yang terjadi akibat adanya perbedaan tekanan hidrostatik maupun tekanan osmotik. Air dan zat terlarut dengan berat molekul kecil dapat dengan mudah melalui membran semipermeabel. Ultrafiltrasi terjadi sebagai akibat dari perbedaan tekanan positif pada kompartemen darah dengan tekanan negatif yang terbentuk dalam kompartemen dialisat yang dihasilkan oleh pompa dialisat transmembran pressure (TMP). Nilai ultrafiltrasi tergantung pada perbedaan/gradien tekanan persatuan waktu. Karakteristik membran menentukan tingkat filtrasi, membran high flux mempunyai permukaan kontak yang lebih tipis dan memiliki pori-pori besar sehinggah tatanan yang rendah untuk filtrasi. Permeabilitas membran diukur dengan koefisien ultrafiltrasi dengan satuan mL/mmHg/jam dengan kisaran antara 2-50 mL/mmHg/jam. Selain kemampuan difusi dan filtrasi, membran dialisis yang sintetik mempunyai kemampuan untuk mengadsorpsi protein, seperti sitokin, interleukin dan lain-lain. Sehinggah dapat mengurangi konsentrasi interleukin dan protein lain yang terlibat dalam proses inflamasi atau sindrom uremia. Hal ini
(61)
8
2.1.3 Indikasi Hemodialisis
Panduan dari Kidney Outcome Qualiti Initiative (KDOQI) tahun 2006
merekomendasikan untuk mempertimbangkan manfaat dan resiko memulai terapi penganti ginjal (TPG) pada pasien dengan perkiraaan laju filtrasi glomerolus (elFG) kurang dari 15 Ml/ menit/ 1,73 m² (PGK tahap 5). Akan tetapi kemudian terdapat bukti-bukti penelitian baru bahwa tidak terdapat perbedaan antara yang memulai dialisis dini dengan yang terlambat memulai dialisis (early versus late dyalisis) oleh karena itu HD dilakukan apabila ada keadaan sebagai berikut :
1. Kelebihan (Overload) cairan ekstraselular yang sulit dikendalikan dan atau hipertensi.
2. Hiperkalemia yang refrakter terhadap restriksi diet dan terapi farmakologis. 3. Asidosis metabolik yang refrakter terhadap pemberian terapi bikarbonat. 4. Hipefosfatemia yang refrakter terhadap pemberian restriksi diet dan terapi
pengikat fosfat.
5. Anemia yang refrakter terhadap pemberian eritropoietin dan besi
6. Adanya penurunan kapasitas fungsional atau kualitas hidup tanpa penyebab
yang jelas
7. Penurunan berat badan atau malnutrisi, terutama apabila disertai gejala mual, muntah atau adanya bukti lain gastroduodenitis.
8. Selain itu indikasi segera untuk dilakukannya hemodialisis adalah adanya
gangguan neorulogis (seperti neuropati, ensefalopati, gangguan psikiatri), pleuritis atau perikarditis yang tidak disebabkan oleh penyebab lain, serta diatesis hemoragik dengan pemanjangan waktu perdarahan (Suharjono, 2011).
(62)
2.1.4 Kontraindikasi Hemodialisis
Kontraindikasi absolut untuk dilakukan hemodialisis adalah apabila tidak di dapatkannya akses vaskular. Kontraindikasi relatif adalah apabila ditemukan adanya kesulitan vaskular, fobia terhadap jarum, gagal jantung dan koagulopati.
2.2.5 Komplikasi Hemodialisis
Hipotensi merupakan komplikasi akut yang sering terjadi selama HD, terutama pada pasien dengan diabetes. Sejumlah faktor resiko terjadinya hipotensi adalah ultrafiltrasi dalam jumlah besar disertai mekanisme kompensasi pengisisan vaskular (vascular filling) yang tidak adekuat, gangguan respon vasoaktif atau
otonom, osmolar shift, pemberian antihipertensi yang berlebihan, dan
menurunnya kemampuan pompa jantung. Pasien dengan fistula arteriovenous dan graft dapat mengalami gagal jantung high output akibat adanya shunt darah pada akses dan mungkin memerlukan ligasi dari fistula atau graft. Pemakaian buffer asetat dalam dialisat sudah mulai ditinggalkan karena efek vasodilatasi dan kardiodepresifnya dan sejak diperkenalkannya dialisat bikarbonat maka kejadian hipotensi selama dialisis telah menurun. Hipotensi saat hemodialisis dapat dicegah dengan melakukan evaluasi berat badan kering dan modifikasi dari ultrafiltrasi, sehinggah diharapkan jumlah cairan yang dikeluarkan lebih banyak pada awal dibandingkan di akhir dialisis.
Cara lain yang dilakukan adalah ultrafiltrasi bertahap/sekuensial yang dilanjutkan dengan dialisis, mendinginkan dialisat selama dialisis berlangsung, dan menghindar makan berat selama dialisis. Kram otot juga sering terjadi selama
(63)
10
karena pengambilan cairan yang agresif dan pemakaian dialisat rendah sodium. Beberapa strategi yang dipakai untuk mencegah kram otot adalah mengurangi jumlah volume cairan yang diambil selama dialisis, melakukan profiling ultrafiltrasi, dan pemakaian dialisat yang mengandung kadar natrium tinggi atau modeling natrium. Reaksi anafilaktoid terhadap dialiser, terutama pada pemakaian pertama, sering dilaporkan terjadi pada membran bionkompatibel yang mengandung selulosa. Reaksi ini biasanya muncul segera setelah terapi dimulai (dalam beberapa menit pertama) dan dapat berkembang menjadi reaksi anafilaksis yang full-blown jika dialisis tidak segera dihentikan. Untuk mengatasinya, dapat diberikan steroid atau epinefrin apabila gejala klinisnya berat. Reaksi tipe B terdiri dari kumpulan gejala dari nyeri dada dan punggung yang tidak spesifik yang mungkin disebabkan oleh aktivitas komplemen dan pelepasan sitokin. Gejala-gejala ini biasanya terjadi dalam beberapa menit setelah dialisis dimulai dan akan membaik seiring dengan belangsungnya dialisis.
Pada komplikasi jangka panjang penyakit kardiovaskuler menjadi penyebab utama kematian pasien ginjal tahap terakhir selain dari infeksi. Penyebab dasar penyakit kardiovaskuler berkaitan dengan faktor resiko seperti diabetes militus, inflamasi kronik, perubahan besar pada volume ekstraselular (terutama pada penambahan berat badan interdialistik yang besar) tatalaksanaan hipertensi yang tidak adekuat, displidemia, anemia, klasifikasi vaskular, hiperhomosisteinemia, dan mungkin juga di akibatkan oleh perubahan hemodinamik kardiovaskuler selama dialisis berlangsung. Pada pasien gagal ginjal kronis dikenal dengan faktor resiko yang tradisional seperti yang didapat dari penelitian Framingham dan faktor resiko non-tradisional atau yang berkaitan
(64)
dengan dialisis. Beberapa strategi kardioprotektif konvensional antara lain obat angiotensin converting enzyme-inhibitor (ACE-I), Angiotensin Receptor Blocker (ARB), penurunan lipid, aspirin, penghambat beta adrenergik. Berbagai teknik dialisis seperti pemakaian dialiser high flux, hemodialisis jangka panjang, hemodialisis setiap hari, hemodiafiltrasi, telah berhasil menurunkan morbiditas dan mortalitas (Suharjono, 2011).
Dampak yang diamati pada pasien yang mengalami hemodialisis selain komplikasi yang telah disebutkan diatas pasien akan mengalami kelelahan fisik, kekurangan energi serta fatigue yang sering dialami pasien hemodialisis. Fatigue merupakan simptom yang memiliki prevalensi tinggi pada populasi pasien dialisis.
2.2 Fatigue 2.2.1 Definisi
Fatigue merupakan symptom yang sering dialami pasien yang sedang menjalani hemodialisis, dan fatigue lebih dikenal dengan keletihan, kelelahan, lesu, dan perasaan kehilangan energi. Fatigue adalah suatu gejala akibat proses penggunaan energi yang tidak seimbang dengan kekuatan yang ada dan menurunnya kapasitas kerja fisik serta mental. Fatigue biasa terjadi pada penyakit kronik maupun akut dan dapat juga dialami pada kondisi normal keadaan sehat dan kehidupan sehari-hari. Pengukuran fatigue dapat dilakukan dengan Piper Fatigue Scale (PFS) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov).
(65)
12
2.2.2 Etiologi
Fatigue biasanya terjadi pada penyakit yang menyebabkan nyeri, demam, infeksi diare, sterss, gangguan tidur, cemas, depresi, kurang melakukan aktivitas dan dapat terjadi akibat gaya hidup pasien.
2.2.3 Faktor yang berhubungan dengan fatigue
Faktor yang mempengaruhi fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis adalah faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi, faktor situasional. 2.2.3.1 Faktor fisiologi
Faktor biasanya dihubungkan dengan faktor fisiologis yaitu kondisi malnutrisi, anemia dan insomnia. Faktor fisiologi yang akan dilihat pada penelitian ini adalah anemia, malnutrisi dan insomnia yang dialami pasien yang menjalani hemodialisis.
A. Status Nutrisi
Penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis sering mengalami protein kalori malnutrisi. Malnutrisi akan menyebabkan defisiensi respon imun, sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan septikemia. Ternyata semakin jelek status nutrisi semakin jelek kualitas hidup penderita gagal ginjal terminal Malnutrisi pada gagal ginjal terminal disebabkan oleh toksin uremi dan oleh prosedur hemodialisa. Anoreksi pada penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis sering terjadi, hal ini disebabkan oleh hemodialisa yang kurang memadai, sehingga toksin uremi masih menumpuk di dalam tubuh. Selain itu, toksik uremi juga memacu pemecahan protein dan menghambat sintesis protein. Uremi menyebabkan aktivitas hormon anabolik seperti insulin dan somatomedin menurun, sedang hormon katabolik seperti
(66)
glukagon dan hormon paratiroid kadarnya meningkat. Adanya kelainan asam amino akan menyebabkan sintesis protein terganggu (Harmoko, 2010)
Pada saat dilakukan hemodialisa ternyata banyak protein dan vitamin yang terbuang bersama dialisat. Selama hemodialisa penderita dapat kehilangan 10-12 gr asam amino, karena masuk ke dalam cairan dialisat dan toksin lainnya. Sepertiga asam amino yang terbuang tadi adalah asam amino esensial. Disamping apabila sewaktu hemodialisa digunakan cairan dialisat yang tidak mengandung glukosa, maka setiap kali hemodialisa akan dikeluarkan glukosa sebanyak 20-30 gr, masuk ke dalam dialisat untuk kemudian dibuang keluar. Tujuan penatalaksanaan nutrisi pada penderita pra-dialisis adalah mencegah timbunan nitrogen, mempertahankan status nutrisi yang optimal untuk mencegah terjadinya malnutrisi, menghambat progresifitas kemunduran faal ginjal serta mengurangi gejala uremi dan gangguan metabolisme (Nerscomite, 2010).
C. Insomnia
Insomnia adalah suatu kondisi seseorang yang masih terbangun walaupun sudah lama berbaring di tempat tidur. Mereka bukannya tidak mengantuk, namun memang tidak bisa tertidur. Keadaan seperti ini bahkan bisa berlangsung berhari-hari, sehinggah membuat penderitanya menjadi lemas karena kurang tidur (Prasetyono, 2013). Efek insomnia pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi fungsi individu selama 24 jam. Insomnia jangka panjang bahkan dapat mempengaruhi gaya hidup dan emosi individu secara keseluruhan. Selain itu juga dapat mempengaruhi status
(67)
14
akan tercapai. Pada akhirnya, insomnia yang dialami pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis akan menyebabkan penurunan kualitas hidup dan kelangsungan hidup pasien (Rosdiana, 2010)
2.2.3.2 Faktor sosial ekonomi
Sosial ekonomi dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, latihan fisik, dan penghasilan. Petchrung (2004) menyatakan bahwa pendapatan keluarga berkolerasi dengan fatigue dan mentransportasikan pada pasien hemodialisis mempengaruhi terjadinya fatigue dan melakukan latihan fisik dapat menurunkan fatigue. Kebiasaan merokok merupakan faktor sosial yang secara fisiologis akan mempengaruhi tersedianya oksigen ke otak dan dapat menghabiskan cadangan-cadangan energi sehinggah kondisi tersebut menyebabkan seseorang merasa lelah (Jhamb, et al, 2009). Kebiasaan konsumsi alkohol dapat mempengaruhi sistem saraf pusat seperti sedatif dan menyebabkan seseorang merasa lelah berjam-jam. Alkohol juga mempengaruhi pola tidur sehinggah kekurangan waktu tidur menyebabkan fatigue. Penghasilan memberikan pengaruh karena pemenuhan kebutuhan sehari-hari termasuk pengobatan tergantung pada status finansial seseorang. Dalam penelitian Sullivan dan McCarthy (2009) menyatakan bahwa pasien hemodialisis yang tidak aktif , 14% akan mengalami fatigue pada level lebih rendah berhubungan dengan level fisik yang lebih tinggi. Pasien hemodialisis cendrung mengalami pembatasan hidup, kehilangan aktivitas sosial, dan penurunan ekonomi. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa pasien dengan pendapatan rendah akan mengalami fatigue. Kondisi tersebut disebabkan pasien dengan pendapatan tinggi dapat dengan mudah mendapatkan perawatan lebih baik.
(68)
Disamping itu, perawat juga harus memahami dampak faktor ekonomi terhadap kondisi pasien yang menjalani hemodialisis sehinggah dapat menetukan intervensi yang tepat. jumlah pendapatan hasil bekerja perbulan sesuai dengan upah minimum regional (UMR) di kota Medan yaitu Rp 1.650.000.
2.2.3.3 Faktor situasional
Faktor situasional merupakan faktor yang berkaitan dengan situasi hemodialisis, terdiri dari lamanya menjalani hemodialisis, komplikasi hemodialisis dan riwayat penyakit. Kondisi tersebut memberikan gambaran bahwa fase awal menjalani hemodialisis, pasien mengalami peningkatan fatigue. Dukungan dari keluarga, tenaga kesehatan dan lingkungan sangat diperlukan pada fase tersebut sehinggah pasien tidak mengalami perubahan psikologis berupa depresi. Fatigue juga akan dirasakan bila pasien mengalami hipotensi intradialisis. Selain itu fatigue biasanya menyertai komplikasi disequilibrium sindrom. Riwayat penyakit yang menyebabkan klien mengalami end stage renal disease (ESRD) diantaranya diabetes militus, hipertensi, glumerulonefritis dan penyakit lainnya. Penyakit penyerta pasien dengan hemodialisis jika tidak mendapatkan perhatian khusus dan tidak dilakukan pengobatan akan mempercepat progresifitas penyakit (Sulistini, 2010).
(69)
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hemodialisis adalah suatu bentuk terapi pengganti pada pasien dengan kegagalan fungsi ginjal, baik yang bersifat akut maupun kronik. Pasien yang menderita gagal ginjal juga dapat dibantu dengan bantuan mesin hemodialisis yang mengambil ahli fungsi fungsi ginjal. Pasien gagal ginjal yang menjalani terapi hemodialisis, membutuhkan waktu 12-15 jam untuk dialisa setiap minggunya, atau paling sedikit 3-4 jam per kali terapi. Kegiatan ini akan berlangsung terus-menerus sepanjang hidupnya (Smeltzer & Bare, 2002). Walaupun fungsi ginjal untuk membersihkan darah dapat diambil ahli oleh mesin hemodilisis, tingginya biaya yng harus dikeluarkan untuk proses cuci darah kerap dirasakan membebani penderita. Dialisis memerlukan darah pasien agar dapat terekspos dengan dialisat melewati membran semipermeabel. Hal ini dicapai dengan mensirkulasi darah keluar dari tubuh ke dializer. Hemodialisis membutuhkan aliran darah yang tinggi antara 250-450 ml/menit (Cahyaningsih, 2011).
Berdasarkan estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2013, secara global lebih dari 500 juta orang mengalami penyakit gagal ginjal kronik. Sekitar 1,5 juta orang harus menjalani hidup bergantung pada cuci darah (Hemodialisis). Jumlah pasien gagal ginjal terminal di Indonesia yang membutuhkan cuci darah atau dialisis mencapai 150.000 orang. Namun pasien yang sudah mendapatkan
terapi dialisis baru sekitar 100.000 orang. Perhimpunan Nefrolog (ahli ginjal dan
(70)
hipertensi) Indonesia atau Pernefri melaporkan, setiap tahunnya terdapat 200.000 kasus baru gagal ginjal stadium akhir. Tetapi tidak semua pasien terlayani kebutuhan cuci darahnya karena keterbatasan unit mesin dialisis. Berdasarkan hasil survei yang peneliti lakukan di RSUD Pirngadi Medan tahun 2015 bulan Mei ditemukan jumlah pasien yang menjalani hemodialisis adalah berjumlah 156 orang.
Dampak yang dapat diamati pada pasien yang menjalani hemodialisis dapat berupa komplikasi intradialisis maupun efek dari hemodialisis dalam waktu lama. Dapat berhubungan dengan uremia, adanya neuropathy perifer, perikarditis, munculnya penyakit tulang, latergi, anemia yang memburuk, anoreksia, harus dilihat sebagai indikasi kemungkinan dari dialisis yang tidak adekuat (Cahyaningsih, 2011).
Faktor faktor yang berhubungan fatigue yang dialami pasien yang menjalani hemodialisis adalah faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi dan faktor situasional. Faktor fisiologis pada pasien hemodialisis adalah anemia pada pasien gagal ginjal kronis (GGK) disebabkan seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat, atau kurang nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah. Anemia menyebabkan pasien merasakan dingin sepanjang waktu, tidak konsentrasi, sakit kepala dan kulit pucat. (Supriyadi, 2011).
Menurut (Nerscomite, 2010) pada saat dilakukan hemodilisis ternyata banyak protein dan vitamin yang terbuang bersama dialisat. Selama hemodialisis
(71)
3
amino esensial. Pengukuran fatigue dapat dilakukan menggunakan Piper Fatigue
Scale (PFS) scale fatigue (http://www.ncbi.nlm.nih.gov).
Fatigue yang dialami pasien hemodialisis tersebut merupakan salah satu masalah keperawatan yang memerlukan penanganan yang baik. Perawat unit hemodialisis tentunya tidak hanya bekerja dalam rutinitas kegiatan hemodialisis pre, intra dan post hemodialisis saja tetapi juga tetap memantau setiap dampak yang muncul akibat rutinitas hemodialisis yang dialami pasien terutama simptom
fatigue.Perawat perlu mengenal dan memahami faktor yang berhubungan dengan
terjadinya fatigue dari masing – masing pasien yang menjalani hemodialisis dan
berperan sebagai care giver dalam mengelola fatigue melalui asuhan keperawatan
mulai dari mengkaji sampai dengan melakukan evaluasi. Pemahaman perawat
terhadap kelemahan dan fatigue merupakan bagian penting dalam pemberian
asuhan keperawatan yang efektif sehinggah perawat diharapkan dapat menentukan intervensi yang tepat dan pasien tidak mengalami dampak yang lebih
lanjut akibat fatigue (Sulistini, 2010).
Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengetahui
faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan terjadinya fatigue pada pasien
hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2015.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti ingin lebih jauh
mengindentifikasi faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang
menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
(72)
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah mengindentifikasi faktor yang
berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Mengindentifikasi faktor fisiologi (status nutrisi dan insomnia) yang
berhubungan dengan fatigue pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
1.3.2.2 Mengindentifikasi faktor sosial ekonomi (merokok, konsumsi alkohol
dan latihan fisik ) yang berhubungan dengan fatigue pasien yang
menjalani hemodialisis di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
1.3.2.3 Mengindentifikasi faktor situasional (komplikasi hemodialisis) yang
berhubungan dengan fatigue pasien yang menjalani hemodialisis di RSUD
Dr. Pirngadi Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Untuk Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada keperawatan tentang
faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisis
dan dapat dilakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan pasien dalam pemberian pelayanan hemodialisis.
(73)
5
1.4.2 Manfaat Untuk Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan ilmu
keperawatan dalam mengatasi masalah fatigue pada pasien yang menjalani
hemodialisis.
1.4.3 Penelitian Selanjutnya
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai sumber data untuk penelitian selanjutnya
tentang intervensi untuk mengurangi fatigue pada pasien hemodialisis disesuaikan
dengan faktor yang berhubungan dengan fatigue tersebut.
(74)
HEMODIALISA DI RSUD PIRNGADI
MEDAN
SKRIPSI
Oleh:
EFRINALDO PARDEDE 141121055
(75)
(76)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, berkat, bimbingan, dan anugrahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “Faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien
hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan Tahun 2015”.
Terwujudnya penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan dorongan berbagai pihak secara moral dan material. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Erniyati, SKp., MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
3. Evi Karota Bukit, SKp,. MNS selaku pembantu Dekan II Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, SKp,. MNS selaku pembantu Dekan III
Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Yesi Ariani S.kp., Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M. Kep, Sp (KMB) sebagai dosen penguji 1
(77)
iv
8. Dr. H. Amran Lubis, Sp.JP, (K), FIHA selaku Direktur RSUD Pirngadi yang
sudah memberi izin untuk melakukan penelitian.
9. Teristimewa penulis sampaikan rasa hormat dan cinta yang sebesar – besarnya
dengan tulus hati penulis kepada kedua orang tua dan adik saya A.Pardede, M.Silitonga dan Melda Waty Pardede yang telah memberikan dukungan moral dan material serta curahan kasih sayang yang tiada ada habisnya kepada penulis serta do’a yang tulus dan ikhlas selama penulis skripsi ini.
10. Kepada teman-teman mahasiswa S1 Keperawatan Ekstensi 2014 yang telah memberikan semangat dan masukan serta berbagi pengalaman selama menjalani pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan teman satu bimbingan: Delina Siburian, dan Henry Septian, yang selalu bersama mendapat bimbingan dari ibu Yesi Ariani.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam proposal ini. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan proposal ini. Akhir kata, penulis berharap semoga proposal ini bermanfaat bagi penulis dan semua pihak yang membacanya.
Medan, Februari 2016
Penulis,
Efrinaldo Pardede
NIM : 141121055
(78)
HALAMAN JUDUL ... . .… . i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ... ii
PRAKATA ... ……iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... .vi
DAFTAR SKEMA ... ..vii
DAFTAR TABEL...viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... ... ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Hemodialisis ... 6
2.1.1 Definisi Hemodialisis ... 6
2.1.2 Prinsip Hemodialisis ... 6
2.1.3 Indikasi Hemodialisis ... 7
2.1.4 Kontra Indikasi Hemodialisis ... 9
2.1.5 Komplikasi Hemodialisis ... 9
2.2 Fatigue ... 11
2.2.1 Definisi Fatigue ... 11
2.2.2 Etiologi Fatigue ... 12
2.2.3 Faktor yang Berhubungan Fatigue ... 12
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 16
3.1. Kerangka Konsep ... 16
3.2. Defenisi Operasional ... 17
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 19
4.1 Desain Penelitian ... 19
4.2 Populasi dan Sampel ... 19
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
4.4 Pertimbangan Etik ... 21
4.5 Instrumen Penelitian ... 22
4.6 Uji Validitas ... 23
4.7 Uji Reliabilitas ... 24
4.8 Pengumpulan Data ... 25
(79)
vi
5.1.3 Faktor Fisiologi ... 30
5.1.4 Faktor Situasional ... 30
5.1.5 Fatigue ... 31
5.2 Pembahasan ... 32
5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi ... 32
5.2.2 Faktor Fisiologi ... 34
5.2.3 Faktor Situasional ... 34
5.2.4 Faktor-faktor yang berhubungan ... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
6.1 Kesimpulan ... 37
6.2 Saran .. ... 37 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Lembar daftar konsul
4. Lembar daftar riwayat hidup 5. Lembar Persetujuan Validitas
6. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian 7. Surat Ijin Reliabilitas
8. Surat Balasan Reliabilitas 9. Hasil Uji Reliabilitas 10. Surat Ijin Penelitian 11. Surat Balasan penelitian 12. Master Tabel
13. Lampiran Jadwal Kegiatan Peneltian 14. Taksasi Dana Penelitian
15. Daftar Riwayat Hidup
(80)
Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien
hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan
(81)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Defenisi operasional 24
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan persentasi karakteristik responden 29
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi factor social ekonomi 30
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi factor fisiologi 30
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi factor situasional 31
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Fatigue 31
Tabel 5.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue 32
(1)
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... . .… . i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ... ii
PRAKATA ... ……iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... .vi
DAFTAR SKEMA ... ..vii
DAFTAR TABEL...viii
BAB 1 PENDAHULUAN ... ... ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan ... 4
1.4. Manfaat Penelitian ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Hemodialisis ... 6
2.1.1 Definisi Hemodialisis ... 6
2.1.2 Prinsip Hemodialisis ... 6
2.1.3 Indikasi Hemodialisis ... 7
2.1.4 Kontra Indikasi Hemodialisis ... 9
2.1.5 Komplikasi Hemodialisis ... 9
2.2 Fatigue ... 11
2.2.1 Definisi Fatigue ... 11
2.2.2 Etiologi Fatigue ... 12
2.2.3 Faktor yang Berhubungan Fatigue ... 12
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ... 16
3.1. Kerangka Konsep ... 16
3.2. Defenisi Operasional ... 17
BAB 4 METODELOGI PENELITIAN ... 19
4.1 Desain Penelitian ... 19
4.2 Populasi dan Sampel ... 19
4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21
4.4 Pertimbangan Etik ... 21
4.5 Instrumen Penelitian ... 22
4.6 Uji Validitas ... 23
4.7 Uji Reliabilitas ... 24
4.8 Pengumpulan Data ... 25
4.9 Analisa Data ... 25
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
5.1 Hasil Penelitian ... 28
5.1.1 Karakteristik responden ... 28
5.1.2 Faktor Sosial Ekonomi ... 29
(2)
vi
5.1.3 Faktor Fisiologi ... 30
5.1.4 Faktor Situasional ... 30
5.1.5 Fatigue ... 31
5.2 Pembahasan ... 32
5.2.1 Faktor Sosial Ekonomi ... 32
5.2.2 Faktor Fisiologi ... 34
5.2.3 Faktor Situasional ... 34
5.2.4 Faktor-faktor yang berhubungan ... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
6.1 Kesimpulan ... 37
6.2 Saran .. ... 37 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden 2. Instrumen Penelitian
3. Lembar daftar konsul
4. Lembar daftar riwayat hidup 5. Lembar Persetujuan Validitas
6. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian 7. Surat Ijin Reliabilitas
8. Surat Balasan Reliabilitas 9. Hasil Uji Reliabilitas 10. Surat Ijin Penelitian 11. Surat Balasan penelitian 12. Master Tabel
13. Lampiran Jadwal Kegiatan Peneltian 14. Taksasi Dana Penelitian
15. Daftar Riwayat Hidup
(3)
vii
DAFTAR SKEMA
Halaman Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian faktor-faktor yang
berhubungan dengan fatigue pada pasien hemodialisis di RSUD Pirngadi Medan
16
(4)
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Defenisi operasional 24
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan persentasi karakteristik responden 29
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi factor social ekonomi 30
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi factor fisiologi 30
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi factor situasional 31
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Fatigue 31
Tabel 5.6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue 32
(5)
ix
Judul : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Fatigue Pada Pasien Yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Pirngadi Medan
Peneliti : Efrinaldo Pardede
NIM : 141121055
Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2016
Abstrak
Fatigue merupakan symptom yang sering dialami pasien yang sedang
menjalani hemodialisis, dan fatigue lebih dikenal dengan keletihan, kelelahan, lesu, dan perasaan kehilangan energi. Faktor-faktor yang berhubungan fatigue yang dialami pasien yang menjalani hemodialisis adalah faktor fisiologis, faktor sosial ekonomi dan faktor situasional. Penelitian ini bertujuan menjelaskan faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pasien yang menjalani hemodialisa. Desain penelitian ini menggunakan deksriptif dengan tehnik pengambilan sampel memakai purposive sampling dan jumlah sampel 112 responden. Instrumen penelitian ini berupa kuesioner yang mencakup data demografi, pertanyaan tentang faktor sosial ekonomi, faktor fisiologi, faktor situasional dan faktor psikologis. Hasil analisa menunjukkan faktor sosial ekonomi dari kuisioner merokok ,mayoritas fatigue berat dengan tidak merokok sebanyak 62 responden (89,9), sedangkan kuisioner alkohol menunjukkan ,mayoritas fatigue berat dengan tidak mengkonsumsi alkohol sebanyak 53 responden (76,8) dan latihan fisik mayoritas fatigue berat dengan tidak berolahraga sebanyak 43 responden (62,3). Faktor fisiologis yang mayoritas fatigue berat dengan mengalami insomnia sebanyak 43 responden (62,3) dan mayoritas fatigue berat dengan tidak terpenuhi nutrisi sebanyak 43 (62,3). Dari data faktor situasional menunjukkan bahwa dari 112 responden,mayoritas fatigue berat dengan mengalami komplikasi 59 (85,5).Perawat hemodialisis diharapkan memonitoring fatigue, memberikan pendidikan kesehatan tentang penyebab pasien yang mengalami fatige dan memberikan asuhan keperawatan holistik.
Kata kunci: Fatigue, Hemodialisis
(6)
x