Efektifitas Metabolit Trichoderma spp. untuk Mengendalikan Ganodermadspp. secara In Vitro

Lampiran 1:
Bagan Penelitian
U

T0

T2

T1

T3

T1

T4

T5

T2

T2


T0

T1

T3

T5

T3

T4

T0

T5

T4

Universitas Sumatera Utara


Keterangan:
T0:

Jamur Ganoderma spp. (kontrol).

T1:

JamurTrichoderma spp. 1 vs Ganoderma spp.

T2:

JamurTrichoderma spp. 2 vs Ganoderma spp.

T3:

JamurTrichoderma spp. 3 vs Ganoderma spp.

T4:


JamurTrichoderma spp. 4 vs Ganoderma spp.

T5:

JamurTrichoderma spp. 5 vs Ganoderma spp.

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2:
UJI STATISTIK PERSENTASE DAERAH HAMBATAN (%)
DATA PENGAMATAN 1 HSI

G
TR
TK
TF
TC
TA

1

18
13
11
16
7
19

I HSI
2
19
11
12
14
20
11

TOTAL
RATAAN

84

14

87
14.5

Isolat

3
17
15
13
11
12
12
80
13.333333

TOTAL

RATAAN


54
39
36
41
39
42

18
13
12
13.66666667
13
14

251
13.94444444

ANOVA
HASIL

Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares
66.278
148.667
214.944

df
5
12
17

Mean Square
13.256

F
1.070


12.389

HASIL
Duncan

a

Subset for alpha = 0.05
PERLAKUAN
N
1
T2
3
12.0000
T1
3
13.0000
T4
3
13.0000

T3
3
13.6667
T5
3
14.0000
T0
3
18.0000
Sig.
.084
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Universitas Sumatera Utara

Sig.
.424

DATA UJI STATISTIK PERSENTASE DAERAH HAMBATAN (%)
DATA PENGAMATAN 2 HSI


Isolat
G
TR
TK
TF
TC
TA

1
25
30
24
28
27
28

II HSI
2
31

20
20
24
24
23

3
29
27
24
27
24
25

TOTAL
RATAAN

162
27

142
23.66666667

156
26

TOTAL

RATAAN

85
77
68
79
75
76
460

28.33333333
25.66666667
22.66666667
26.33333333
25
25.33333333
25.55555556

ANOVA
HASIL
Between Groups
Within Groups
Total

Sum of Squares
51.111
109.333
160.444

df

Mean Square
5
10.222
12
17

F
1.122

Sig.
.400

9.111

HASIL
a

Duncan

Subset for alpha = 0.05
PERLAKUAN
N
1
T2
3
22.6667
T4
3
25.0000
T5
3
25.3333
T1
3
25.6667
T3
3
26.3333
T0
3
28.3333
Sig.
.060
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN FOTO
Pengamatan IZ I hsi

T0 (1)

T0(2)

T0(3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

T3 (1)

T3 (2)

T3 (3)

T4 (1)

T4 (2)

T4 (3)

T5 (1)

T5 (2)

T5 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan IZ II hsi

T0 (1)

T0(2)

T0(3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

T3 (1)

T3 (2)

T3 (3)

T4 (1)

T4 (2)

T4 (3)

T5 (1)

T5 (2)

T5 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Uji Filtrat 1 hsi

T0 (1)

T0 (2)

T0 (3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Uji Filtrat 2 hsi

T0 (1)

T0 (2)

T0 (3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Uji Filtrat 3 hsi

T0 (1)

T0 (2)

T0 (3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Uji Filtrat 4 hsi

T0 (1)

T0 (2)

T0 (3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Uji Filtrat 5 hsi

T0 (1)

T0 (2)

T0 (3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Uji Filtrat 6 hsi

T0 (1)

T0 (2)

T0 (3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Uji Filtrat 7 hsi

T0 (1)

T0 (2)

T0 (3)

T1 (1)

T1 (2)

T1 (3)

T2 (1)

T2 (2)

T2 (3)

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Achmad S. 1991. Kemampuan Rhizpogon sp. untuk Perlindungan Hayati terhadap
Penyebab Penyakit Lodoh pada Pinus merkusii (Tesis). Bogor. Program
Pascasarjana, IPB
AgriosGN. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Penerjemah M Busnia.
Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 467-468p.
Allorerung D, MSyakir, Z Poeloengan, Syafaruddin dan W Rumini. 2010.
Budidaya Kelapa Sawit. Aska Media, Bogor.
Anggraeni I. 2004. Identifikasi dan Patogenesitas Penyakit Akar Pada Acacia
mangium Willd. Buletin Penelitian Hutan. 645: 61-73
Bin L, R Knudsen and DJ Eschen. 1991 Influence of an Antagonistic Strain of
Pseudomonas fluorescens on Growth and Ability of Trichoderma
harzianum to Colonize Sclerotia of Sclerotinia sclerotium in Soil .
phytophatology 81, 994-1000.
Andriani D, Y Elfina dan Y Venita. 2012. Uji Antagonis Trichoderma
Pseudokoningii Rifai Dalam Formulasi Biofungisida Yang Mengandung
Beberapa Bahan Organik Terhadap Jamur Ganoderma Boninense Pat.
Secara In Vitro Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Riau.
BillahMT. 2013. Informasi Ringkas Komoditas Perkebunan. Pusat Data dan
Sistem Informasi Pertanian, Jakarta. No. 01/01/i, 7 Januari 2013.
Cook RJ, Baker KF. 1983. The nature and practice of biological control of plant
pathogens. The American Phytopathological Society, St. Paul, Minnesota
539 p.
Cooper RM, J Floodb dan RW Rees. 2011. Ganoderma boninense in Oil Palm
Plantations Current Thinking on Epidemiology, Resistance and Pathology.
Planter.87:515-526.
Direktorat Jenderal Pendidikan. 2009. Manajemen Pemeliharaan Tanaman Kelapa
sawit. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Elfina Y, Mardius, Habazar T, Bachtiar A. 2001. Studi Kemampuan Isolat-Isolat
Jamur Trichoderma spp. yang Beredar di Sumatra Barat untuk
Mengendalikan Jamur Patogen Sclerotium Rolfsii pada Bibit Cabai.
Prosiding Kongres Nasional XVI dan Seminar Ilmiah PFI, 22-24 Agustus
2001, Bogor

Universitas Sumatera Utara

Gultom, J.M & Andri (2008). Pengaruh Pemberian Beberapa Jamur Antagonis
dengan Berbagai Tingkat Konsentrasi Untuk Menekan Perkembangan
Jamur Phytium sp. Penyebab Rebah Kecambah pada Tanaman Tembakau
(Nicotiana tobaccum L.) Jurnal Penelitian Sains 14) : 216-220.
Greenwood, (1995), Antibiotics, Susceptibility (Sensitivity) Test Antimicrobial and
Chemoterapy. Mc. Graw Hill Company, USA.
Harman GE, Bjorkman T, Ondik K, Shoresh M. 2008. Trichoderma for
Biocontrol. Changing Paradigms on the Mode of Action and Uses of
Trichoderman spp. for Biocontrol. Research Information. Cornell
University. USA.
Holler, U., (1999) Isolation, Biological Activity and Secondary Metabolite
Investigation of Marine Derived Fungi and Selected Host Sponges
Wihelmina Carolo University, Germany.
IdrisAS dan Ariffin D. 2008. Ganoderma : Penyakit Reput Pangkal Batang dan
Kawalannya. Unit Pembangunan Pekebun Kecil dan Pemindahan
Teknologi, Bahagian Biologi, Malaysian Palm Oil Board (MPOB),
Bangi.
Jing CJ. 2007. Kepatogenan Ganoderma boninense pada Kelapa Sawit dan
Hubungan Biologinya dengan Ganoderma spp. daripada Perumah Palma
lain. Pusat Pengajian Sains Patologi Tumbuhan, Malaysia. 13-40p
Kiswanto., J. H. Purwanta dan B. Wijayanto. 2008. Teknologi Budidaya Kelapa
Sawit. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian,
Bogor.
Lewis J. A, & Papavizas G.C. 1984. Production of Clamidospores and Conidia by
Trichoderma sp. In Liquid and Solid Growth Media. J. Soil Biology and
Biochemistry, 15 (4): 351-357.
Lizarmi E. 2011. Ancaman Penyakit Busuk Pangkal Batang Pada Tanaman Kelapa
Sawit. Komisi Perlindungan Tanaman Bahas Strategi Pengendalian OPT
Perkebunan. Direktorat Jenderal Perkebunan, Jakarta.
Nurhaedah. 2002. Pengaruh Aplikasi Trichodermasp. dan Mulsa terhadap
Persentase Serangan Penyakit Antraknosa pada Buah Tanaman Cabai
Merah Besar (Capsicum annumL.). Skripsi Fakultas Pertanian UNTAD,
Palu.
Nurhayati H. 2001. Pengaruh Pemberian Trichoderma sp. terhadap Daya Infeksi
dan Ketahanan Hidup Sclerotium roflsii pada Akar Bibit Cabai. Skripsi
Fakultas Pertanian UNTAD, Palu.

Universitas Sumatera Utara

Nurmawan A. 2001. Pengkajian Pengendalian Penyakit Jamur Akar Teh Di
Perkebunan Rakyat. Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Jawa Barat Lembang, Bandung.
Purwantisari S, Hastuti RH. 2009. Uji Antagonisme Jamur Phytopthora infestans
Penyebab Penyakit Busuk Daun dan Umbi Kentang dengan
Menggunakan Trichoderma spp. Isolat Local. Jurnal Bioma 11 (1):24-32
Srinon W, Chuncheen K, Jirattiwarutkul K, Soytong K, Kanotmedhakul S.2006.
Efficasies of Antagonistic Fungi Againts Fusarium Wilt Disease of
Cucumber and Tomato and the assay of its Enzyme Activity. J Agric
Tech. 2(2):191-201.
Taj A, Kumar VBS 2013. Sensitivity of Fusarium oxysporum f. sp. Zingiberi C
causing Ginger Yellow Against Antagonist and Fungicide. J Environ
Ecol. 31 (2A):663-666.
Tindaon H. 2008. Pengaruh Jamur Antagonis Trichoderma harzianum dan Pupuk
Organik Untuk Mengendalikan Patogen Tular Tanah Sclerotium roflsii
Sacc. Pada Tanaman Kedelai (Glycinemax L.) di Rumah Kasa.
http://repository.usu.ac.id.pdf [10 April 2014].
Wahyudi A. 2011. Pendampingan Pengembangan Lada di Kabupaten Belitung.
PusatPenelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Suka Bumi.
Wells HD. 1998. Trichoderma as A Biocontrol Agent. Dalam Biocontrol of Plant
Disease, Vol 1. Mukerji KG, Garg KL (ed). CRC Press, 255p.
Wicaksono WA, RF Buana dan EC Situmorang. 2011. Analisis Keragaman
Genetik Ganoderma boninense dari Beberapa Perkebunan Berdasarkan
Marka Random Amplified Polymorfic DNA (RAPD). BioTeknoSawitJatropha, 1(1):25-31.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Program
Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
(±25m dpl) mulai bulan Desember 2015 sampai dengan Februari 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan yaitu media PDA, clorox 1%, akar tanaman kelapa
sawit yang terserang penyakit busuk pangkal batang, kertas saring whatman 041,
alkohol, air steril, aluminium foil, kapas, dan cling wrap.
Alat yang digunakan yaitu Laminar Air Flow (LAF), cawan petri diameter
9 cm, inkubator, mikroskop, ice box, erlenmeyer, tabung reaksi, oven, bunsen,
autoclaf, beaker glass, hot plate, lemari es, cork borer, jarum inokulum, pisau,
batang pengaduk, pulpen, label, dan alat tulis lainnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
non faktorial yaitu:
T0

: kontrol

Tc

: TrichoderminI

Tk

: TrichoderminII

Tr

: Trichodermin III

Tf

: Trichodermin IV

Ta

: Trichodermin V

Sehingga diperoleh 6 taraf perlakuan :

Universitas Sumatera Utara

T0

T1

T2

T3

T4

T5

Dengan jumlah ulangan 3 yang diperoleh daridengan rumus :
t (r-1) ≥ 15
6 r- 6 ≥ 15
6 r - ≥ 21
r ≥ 21/6
r ≥ 3,2
≈3

Jumlah perlakuan seluruhnya : 6 x 3 = 18 perlakuan

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN
Di Laboratorium
Isolasi Ganoderma sp.
Diambil akar tanaman kelapa sawit di pertanaman yang terinfeksi jamur
Ganoderma sp.dari areal sekitar lahan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Utara, dibersihkan dengan air, dipotong kecil- kecil serta disterilisasi permukaan
dengan klorox 0,1 % selama 2 - 3 menit kemudian dikeringkandengan kertas saring
steril. Selanjutnya dibiakkan dalam media PDA dan dibiarkan sampai tumbuh
miselium. Inokulum jamur yang tumbuh diisolasi kembali untuk mendapatkan
biakan murninya.
Perbanyakan Isolat Trichoderma spp.
IsolatTrichodermaspp.

diperoleh

dari

koleksi

dari

laboratorium.

Perbanyakan isolat Trichoderma spp. dilakukan pada media PDA dan dilakukan
peremajaan sebelum digunakan untuk penelitian. penyegaran isolat menggunakan
media PDA dan membutuhkan waktu sekitar 1 minggu hingga memenuhi cawan
petri.
Uji Dual Culture
Beberapa isolat Trichoderma spp. yang telah di dapat kemudian diuji
keefektifannya dengan uji dual culture menggunakan media PDA. Isolat yang
efektif dalam menghambat patogen akan di gunakan sebagai agen yang akan di
gunakan pada uji selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

Kultur Metabolit
Isolat yang telah di memenuhi cawan petri dipanen dengan cara memotong
medium PDA sehingga menjadi bagianbagian kecil ukuran± 1 x 1 cm dan
merendamnya dengan pelarut alkohol dalam beaker glass dengan perbandingan
volume pelarut dan volume medium 1 : 1. Campuran pelarut disaring dengan
kertas whatman nomor 041 untuk mengekstrak trichodermin. Suspensi pelarut dan
pigmen trichodermindikeringkan di udara terbuka sampai diperoleh endapan
metabolit trichodermin.
Uji Filtrat
metabolit trichodermin yang telah tersaring dan diperoleh suspensinya
dilarutkan atau dicampurkan bersama media PDA dengan perbandingan dosis 1:1.
media

yang sudah bercampur dengan trichodermin dituang ke petridish dan

biarkan hingga padat. Ganoderma spp.diambil dan ditempatkan pada pusat cawan
petri yang berisi media tersebut. media yang tidak dicampur dengan metabolit
trichodermin digunakan sebagai control. Petridish kemudian diinkubasi pada 28 ±
2°C selama tujuh hari. Hifa pada akhir koloni jamur diperiksa di bawah mikroskop.
Peubah Amatan
Persentase Daerah Hambatan Ganoderma sp.
Pengamatan persentase percepatan tumbuh dilakukan setiap hari.
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rumus yang di kemukakan oleh
(Dhamputra et al., 1990), yaitu:
r1-r2

Persentase Daerah Hambatan =

x 100%
r1

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Daerah Hambatan Ganoderma spp.
Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa Trichoderma spp. tidak berpengaruh
nyata pada rataan persentase daerah hambatan Ganoderma spp. dapat dilihat bahwa
persentase daerah hambatan yang ditimbulkan oleh Trichoderma spp. tidak terdapat
perbedaan nyata pada perlakuan yang lain. Hasil analisis sidik ragam dapat dilihat tabel
dan lampiran.
Berdasarkan dari hasil data uji statistik cendawan Trichoderma spp. Tidak
berpengaruh

nyata

dalam

menekan

pertumbuhan

Ganoderma

spp.

di laboratorium Tabel 1.
PERLAKUAN
TO
T1
T2
T3
T4
T5

DAERAH HAMBATAN
1 HSI
2 HSI
18%
28,34%
13%
25.67%
12%
22.67%
13,67%
26.34%
13%
25%
14%
25.34%

Tabel 1. Daya hambat Trichoderma spp. Untuk menghambat
pertumbuhan Ganoderma sp. In vitro (%).
Dari hasil tabel menunjukkan bahwa secara in vitroGanoderma spp. Dan
Trichoderma spp. tidak berpengaruh nyata hal ini disebabkan setiap perlakuan
terdiri atas kesamaan genus yaitu Trichoderma. sehingga terjadi banyak kesamaan
dalam menghambat pertumbuhan Ganoderma spp. Sehingga terjadi banyak
kesamaan dalam menghambat Ganoderma spp. Yaitu adanya kompetisi untuk
mendapatkan nutrisi, hiperparasit, mikroparasit. Menurut Gultom (2008) bahwa
potensi antagonis Trichoderma spp. Terhadap pathogen meliputi: kompetisi nutrisi
atau sesuatu yang lain dalam jumlah terbatas tapi tidak diperlukan oleh OPT,

Universitas Sumatera Utara

antibiosis sebagai hasil dari pelepasan antibiotika atau senyawa kimia yang lain
oleh mikroorganisme dan berbahaya bagi OPT, dan predasi, mikroparasit dan
hiperparasitisme.
a

c

b

d

e

Gambar 5. (a)Trichoderma 1 vs Ganoderma spp., (b) Trichoderma 2 vs
Ganoderma spp., (c) Trichoderma 3 vs Ganoderma spp., (d)
Trichoderma 4 vs Ganoderma spp., (e) Trichoderma 5 vs
Ganoderma spp.
Keterangan: Trichoderma spp.(kiri), Ganoderma spp. (kanan)

Persentase daerah hambatan cendawan Ganoderma spp. secara in vitro di
lakukan 1-2HSI. Persentase daerah hambatan Ganoderma spp. tidak berpengaruh
nyata antar perlakuan dikarenakan setiap perlakuan terdiri atas kesamaan genus
yaitu Trichodermaspp. sehingga terjadi banyak kesamaan dalam menghambat
cendawan patogen secara in vitro yaitu dengan hiperparasit, mekanisme lisis dan
kompetisi untuk mendapatkan nutrisi . Hal ini sesuai dengan pernyataan Cook

Universitas Sumatera Utara

&Baker (1983) bahwa mekanisme Trichoderma spp. dalam mengendalikan
patogen dengan mekanisme hiperparasit dengan mengambil makanan dari patogen,
menghasilkan toksin untuk menghambat dan mematikan inangnya, mekanisme
lisis, mekanisme kompetisi atau persaingan tumbuh antar antagonis dan patogen
dalam mendapatkan nutrisi.
Pengujian aktifitas daerah hambatan Trichoderma spp. dengan Ganoderma
spp. dimaksudkan untuk mengetahui aktifitas jamur dan diketahui bahwa hasil
pengujian in vitro belum tentu sama, apabila dilakukan aplikasi di lapangan.
Menurut Bin et al (1991) bahwa hasil pengujian in vitro pada Pseudomonas
flourescens terhadap pertumbuhan dan kemampuan Trichoderma harzianum untuk
mengkolonisasi Sclerotinia berbeda dengan hasil pengujian di rumah kaca.
Perbedaan daya hambat menggambarkan perbedaan kemampuan dari
masing-masing isolat untuk menghambat pertumbuhan mikrooganisme pesaing.
Perbedaan ini diduga dipengaruhi oleh jenis, jumlah, dan kualitas dari antibiotik
atau zat lain yang dihasilkan Trichoderma spp. yang dapat menghambat
pertumbuhan Ganoderma spp.. Adanya penghambatan terhadap pertumbuhan
diameter koloni patogen Ganoderma spp. diduga karena adanya enzim dan
senyawa metabolit yang terdapat pada fungi antagonis Trichoderma spp. yang
mampu merusak dinding sel patogen Ganoderma spp. sehingga menyebabkan
pertumbuhan diameter koloni patogen menjadi lambat. Menurut Harman et al.
(2008), Trichoderma spp. mempunyai mekanisme pengendalian utama sebagai
mikoparasit atau memarasit miselium cendawan lain dengan menembus dinding sel
dan masuk ke dalam sel untuk mengambil zat makanan dari dalam sel sehingga
cendawan akan mati.

Universitas Sumatera Utara

Terbentuknya zona penghambatan antar organisme pada media padat
merupakan indikasi bekerjanya mekanisme antibiosis. Bekerjanya mekanisme
antibiosis dikuatkan oleh tertekannya pertumbuhan cendawan patogen pada media
padat. Harman et al (2008) melaporkan juga bahwa Trichoderma spp. dapat
menghasilkan antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoksin yang dapat
menghancurkan sel cendawan melalui pengrusakan terhadap permeabilitas
membran sel, serta menghasilkan enzim khitinase yang dapat menyebabkan lisis
dinding sel serta dapat melakukan interfensi hifa. Namun,pada penelitian ini tidak
ditemukannya zona penghambatan, yang nyata hal ini dapat disebabkan karena
media yang digunakan adalah PDA. PDA dapat menetralisir pengaruh metabolit
penghambat pertumbuhan patogen (Achmad 1991). Tetapi dapat juga disebabkan
tidak terjadinya mekanisme antibiosis, dan Trichoderma spp. diduga tidak
menghambat pertumbuhan koloni Ganoderma spp. setelah terjadi kontak hifa.
Uji Filtrat
a

b

Gambar 6. (a)Trichoderma vs Ganoderma spp., (b) Trichoderma vs Ganoderma spp.
Daya hambat oleh ekstrak metabolit jamur Trichoderma spp. di tandai
dengan berubahnya warna permukaan agar atau sekitar daerah perkembangan
jamur patogen tersebut menjadi bening atau jernih. Sehingga zona hambat yang

Universitas Sumatera Utara

terjadi tampak lebar di sekitar cawan petri. Dari jamur pathogen yang di uji semua
menunjukkan zona bening. Menurut Greenwood (1995) dalam kemampuan
menghambat pertumbuhan antimikroba, memiliki respon hambatan yang kuat dan
ini menunjukkan bahwa ekstrak metabolit sekunder dari jamur endofit yang di
peroleh mampu menghambat pertumbuhan mikroba pathogen. Menurut Holler
(1999) menyatakan bila suatu senyawa dapat membentuk zona hambat, maka
senyawa tersebut positif menghambat pertumbuhan mikroorganisme uji.
Zona bening yang terbentuk pada cawan petri disebabkan oleh adanya
senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan oleh koloni cendawan antagonis
sehingga cendawan pathogen tidak dapat tumbuh. Srinon et al (2006) melaporkan
bahwa metabolit sekunder yang di hasilkan T. hamatum dan Penicilium sp. berupa
enzim selulase yang dapat menghambat pertumbuhan patogen. Taj dan Kumar
(2013) melaporkan bahwa T. viride merupakan species terbaik menekan
pertumbuhan patogen.
Lambatnya pertumbuhan diameter koloni patogen Ganoderma spp. pada
perlakuan pemberian fungi antagonis Trichoderma spp. diduga karena telah terjadi
reaksi antara senyawa toksik dari fungi antagonis Trichoderma spp terhadap
patogen Ganoderma spp. Trichoderma spp. adalah suatu jenis yang baik sebagai
pengendali hayati karena terdapat di mana-mana, mudah diisolasi dan dibiakkan,
tumbuh dengan cepat pada beberapa macam substrat, mempengaruhi patogen
tanaman, jarang bersifat patogenik pada tanaman tingkat tinggi, bereaksi sebagai
mikroparasit, bersaing dengan baik dalam hal makanan, tempat dan menghasilkan
antibiotik (Wells 1988). Anggraeni (2004) menyatakan bahwa Trichoderma spp.
dapat digunakan sebagai agen biokontrol melawan beberapa cendawan petogenik

Universitas Sumatera Utara

tular tanah. Selama Trichoderma spp. tumbuh aktif menghasilkan sejumlah besar
enzim ekstra selular ß (1.3) glukonase, dan kitinase, yang dapat melarutkan
dinding sel patogen (Lewis dan Papavizas 1984).
Berdasarkan hasil pengamatan daya hambat Trichoderma spp. terhadap
Ganoderma spp. didominasi oleh mekanisme kompetisi ruang dan mikoparasit,
selain itu Trichoderma spp. menghasilkan antibiosis dalam aktivitas daya
hambatnya. Hal itu ditandai dengan terbentuknya zona bening diantara kontak
kedua koloni cendawan tersebut. Purwantisari dan Hastuti (2009) mengemukakan
bahwa mekanisme daya hambat yang terjadi pada uji antagonisme melalui
mekanisme antibiosis ditandai dengan terbentuknya zona bening sebagai zona
penghambatan pertumbuhan bagi patogen, hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Elfina (2001) yang menyatakan bahwa cendawan Trichoderma sp. menghasilkan
zat toksin berupa senyawa antibiotik seperti Trichodermin, Suzukalin, dan
Alametisin yang bersifat anti cendawan dan bakteri.

Universitas Sumatera Utara

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1.

Uji metabolit Trichoderma spp. efektif dalam menghambat pertumbuhan
Ganoderma spp.di laboratorium.

2.

Hanya 2 perlakuan dengan daya hambatan yang tinggi dilakukan uj filtrat,
yaitu T3 (26,34%) dan T1 (25,67%).

3.

Persentase penghambatan tumbuh Ganoderma spp. tertinggi terdapat pada
perlakuan T3 sebesar 26,34% dan terendah terdapat pada T2 sebesar 22,67%.

4.

Perbandingan percepatan tumbuh Ganoderma spp. pada uji filtrat, terlihat
bahwasannya kedua perlakuan T3 dan T1 terlihat seimbang..

Saran
Perlu dilakukan uji menggunakan media selain PDA untuk melihat tingkat
efektivitas lebih lanjut dan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut penggunaan
metabolit Trichoderma spp. terhadap penyakit Ganoderma spp. di lapangan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi Jamur Busuk Pangkal Batang
Menurut Agrios (1996) taksonomi penyakit busuk pangkal batang
(Ganoderma spp.) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Fungi

Phylum

: Basidiomycota

Class

: Basidiomycetes

Subclass

: Agaricomycetidae

Order

: Polyporales

Family

: Ganodermataceae

Genus

: Ganoderma

Species

: Ganoderma spp.

Ganoderma sp.yang menyerang tanaman kelapa sawit berdasarkan ciri-ciri
fenotipik (morfologi) mempunyai morfologi basidiokarp yang beragam.Umumnya
basidiokarp yang banyak ditemukan adalah sessile, yaitu basidiokarp tidak
bertangkai, tubuh buah langsung menyatu dengan pangkal batang kelapa sawit
(Gambar 1).Ganoderma juga memiliki tepi tubuh buah (basidiokarp) yang
beragam, yaitu halus, bergelombang, dan kasar. Permukaan bawah basidiokarpa
berwarna putih gelap (Wicaksono et al., 2011).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1. Tubuh buah Ganoderma spp.
Basidiospora Ganoderma adalah uniselular, haploid, berbentuk ellipsoid,
bujur atau truncate. Pencirian Ganoderma yang menyerang pohon kelapa sawit
yaitu massa spora yang diambil kelihatan kekuningan. Basidiospora yang haploid
dihasilkan oleh basidium. Basidiospora bercambah menjadi miselium manokarion
(Jing, 2007).

Gambar 2. Mikroskopis Ganoderma spp.

Universitas Sumatera Utara

Daur Hidup Penyakit
Ganoderma merupakan parasit fakultatif yang hidup secara saprofitik pada
pangkal dan batang pohon yang menjadi sumber makanannya. Penyebaran
Ganoderma terjadi melalui persentuhan akar tanaman sakit dengan tanaman sehat.
Ganoderma yang dibiarkan di ladang akan menjangkit dan tumbuh ke dalam akar
sehingga penyebaran sepanjang akar sampai ke pangkal batang pohon kelapa sawit
(Jing, 2007).
Penyakit menyebar ke tanaman sehat bila akar tanaman bersinggungan
dengan tunggul-tunggul pohon yang sakit. Laju infeksi Ganoderma sp.akan
semakin cepat ketika populasi sumber penyakit (inokulum) semakin banyak diareal
perkebunan kelapa sawit. Hal ini akan mengancam kelangsungan hidup tanaman
kelapa sawit muda yang baru saja ditanam (Lizarmi, 2011).
Gejala Serangan
Penyakit busuk pangkal buah dapat menyerang tanaman mulai dari bibit
hingga tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah bibit
ditanam di kebun. Gejala serangan pada tanaman belum menghasilkan terlihat
daun menguning dan mengering serta nekrosis dari pelepah bawah terus ke pelepah
atas, terjadi pembusukan pada pangkal batang, tanaman mengering dan mati
sedangkan gejala pada tanaman menghasilkan adalah daun menguning pucat
diikuti dengan akumulasi daun tombak. Pelepah daun bagian bawah menggantung
dan bagian tengah tanaman kelapa sawit membusuk (Allorerung et al., 2010).

Universitas Sumatera Utara

Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit
o

JamurGanoderma sp.dapat tumbuh secara teratur pada suhu tanah 35 C
o

tetapi pertumbuhanjamurGanoderma sp.terganggu pada suhu di atas 40 C dan
o

dalam waktu dua hari ke depan suhu tanah dapat mencapai 45 C (suhu maksimal).
Kerugian pada penanaman di awal biasanya masih rendah. Gejala serangan
Ganoderma

sp.biasanya

terlihat

setelah

10-12

tahun

kemudian

(Cooper et al., 2011).
Saat ini, pertumbuhan penyakit Ganoderma sp.di perkebunan kelapa sawit
terutama dipicu oleh generasi perkebunan. Semakin tinggi generasi perkebunan,
semakin parah serangan penyakit hingga menyerang tanaman belum menghasilkan.
Pada perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, perkembangan infeksi Ganoderma
sp.cenderung meningkat, disebabkan oleh mekanisme pemencaran melalui
basidiospora.Ganoderma sp.menyebar melalui kontak akar dari tanaman sehat
dengan sumber inokulum yang dapat berupa akar atau batang sakit(Idris, 2008).
Pengendalian Penyakit
Hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan menghasilkan strategi
pengendalian penyakit busuk pangkal batang yang paling menjanjikan yaitu
dengan menerapkan pengendalian terpadu yang merupakan kombinasi dari
pengendalian hayati yaitu perlakuan bibit dengan jamur antagonis (Trichoderma
spp. dan Gliocladium spp.) dan mikoriza, pemanfaatan tanaman yang toleran
terhadap serangan Ganoderma, pembuatan parit isolasi untuk tanaman terinfeksi,
dan pemusnahan inokulum dengan cara membongkar tanah dan memusnahkan

Universitas Sumatera Utara

tunggul-tunggul serta akar-akar tanaman terinfeksi kemudian dibakar (Lizarmi,
2011 ).
Biologi Trichoderma spp.
Menurut Tindaon (2008), taksonomi Trichoderma sp.adalah sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Amastigomycota

Class

: Deutromycetes

Ordo

: Moniliales

Famili

: Moniliacea

Genus

: Trichoderma

Spesies

: Trichoderma sp.

Gambar 3. Mikroskopis Trichoderma spp.
Trichoderma sp. memiliki konidiofor bercabang - cabang teratur, tidak
membentuk berkas, konidium jorong, bersel satu, dalam kelompok kecil terminal,

Universitas Sumatera Utara

kelompok konidium berwarna hijau biru. Trichoderma sp.juga berbentuk oval, dan
memiliki sterigma atau phialid tunggal dan berkelompok (Nurhaedah, 2002).
Koloni Trichoderma sp.pada media agar pada awalnya terlihat berwarna
putih selanjutnya miselium akan berubah menjadi kehijau-hijauan lalu terlihat
sebagian besar berwarna hijau ada ditengah koloni dikelilingi miselium yang masih
berwarna putih dan pada akhirnya seluruh medium akan berwarna hijau
(Gambar 3) (Nurhayati, 2001).
Koloni pada media OA (oatmeal agar) (20oC) mencapai diameter lebih dari
5 cm dalam waktu 9 hari, semula berwarna hialin, kemudian menjadi putih
kehijauan dan selanjutnya hijau redup terutama pada bagian yang menunjukkan
banyak terdapat konidia. Konidifor dapat bercabang menyerupai piramida, yaitu
pada bagian bawah cabang lateral yang berulang-ulang, sedangkan ke arah ujung
percabangan menjadi bertambah pendek. Fialid tampak langsing dan panjang
terutama apeks dari cabang, dan berukuran (2,8-3,2) μm x (2,5-2,8) μm, dan
berdinding halus. Klamidospora umumnya ditemukan dalam miselia dari koloni
yang sudah tua, terletak interkalar kadang terminal, umumnya bulat, berwarna
hialin, dan berdinding halus (Tindaon, 2008).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar belakang
Kelapa sawit (Elaeis gueneensis Jacq.) adalah tanaman perkebunan penting
penghasil minyak makan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel).
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia.
Diperkirakan pada tahun 2009, Indonesia akan menempati posisi pertama produsen
sawit dunia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan
perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi
(Kiswanto et al., 2008).
Seiring dengan perkembanganluas arealnya, produksi kelapa sawit dalam
wujud minyak sawit CPO(Crude Palm Oil) juga cenderung meningkat pada tahun
2000-2011. Jika tahun 2000 produksi minyak sawit Indonesia hanya sebesar 7,00
juta ton, maka tahun 2011 meningkat menjadi 22,51 juta ton. Peningkatan produksi
minyak sawit terutama terjadi pada PBS (Perkebunan Besar Swasta) dan PR
(Perkebunan Rakyat) sedangkan minyak sawit yang diproduksi oleh PBN
(Perkebunan Besar Negara) relatif konstan, bahkan cenderung menurun. Untuk
tahun 2011 produksi minyak sawit dari PBS mencapai 11,94 juta ton (53,06%),
sedangkan PR dan PBS masing-masing menghasilkan minyak sawit sebesar 8,63
juta ton (38,33%) dan 1,94 juta ton (8,61%) (Billah, 2013).
Salah satu kendala utama dalam budidaya tanaman adalah adanya
organisme pengganggu tanaman (OPT) seperti serangan beberapa jenis hama,
penyakit dangulma.Jenis-jenis hama dan penyakit pada tanaman kelapa sawit yang
harus mendapat perhatian lebih selama perkembangan kelapa sawit, mengingat
potensinya yang besar dalam menimbulkan kerusakan maupun kerugian adalah

Universitas Sumatera Utara

Apogonia sp, kumbangAdoretus sp, Setothosea asigna V. Eecke, Setora nitens
Walker, Oryctes rhinoceros L, Tiratabaha spdanMahasena corbetti Tams.
Sedangkan jenispenyakit adalah Ganoderma sp. Botryodiploidia palmarum,
Glomerella

cingulata,

Melanconium

elaeidis

danCulvularia

eragrostidis

(Allorerung et al., 2010).
Penyakit dominan pada tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan buah
adalah

penyakit

busuk

pangkal

batang

(BPB)

yang

disebabkan

oleh

Ganoderma sp. Ganodermasp. merupakan jamur tanah hutan hujan tropis
yangbersifat saprofit dan akan berubah menjadi patogenik apabila bertemu dengan
akar tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dekatnya. Serangan BPB dapat terjadi
sejak bibit sampai tanaman tua, tetapi gejala penyakit biasanya baru terlihat setelah
bibit ditanam di lapangan. Penyakit ini dijumpai pada tanaman berumur 5 tahun.
Serangan penyakit ini paling tinggi dijumpai pada umur 10-15 tahun, tetapi hal ini
bervariasi tergantung pada kebersihan kebun dan sejarah tanaman di kebun
tersebut. Kehilangan hasil tanaman sampai dengan 80% telah dilaporkan pada
tempat-tempat yang berasal dari konversi kelapa (Direktorat Jenderal Pendidikan,
2009).
Pengendalikansecara kimiawi umumnya menjadi pilihan utama,karena
hasilnya lebih cepat nampak. Namunketergantungan terhadap pestisida kimiawi
danmeningkatnya harga pestisida, sehingga tidakterjangkau oleh daya beli petani.
Salah

satualternatif

pengendalian

yang

murah

dan

mudahyaitu

dengan

memanfaatkan biofungisidaTrichoderma sp. dan belerang sebagaihasil teknologi
ramah lingkungan (Nurmawan, 2001).

Universitas Sumatera Utara

Trichoderma sp. merupakan salah satu jamur antagonis yang telah banyak
diteliti terhadap beberapa jamur patogen tanaman. T. koningii dapat memperlambat
munculnya gejala dan dapat menekan intensitas serangan jamur

Ganoderma sp.

pada pembibitan kelapa sawit. Beberapa hasil penelitian melaporkan bahwa T.
harzianum dapat menekan pertumbuhan Ganoderma sp. dan bersifat antagonis
terhadap jamur patogen Ganoderma (Andriani et al., 2012).
Trichoderma menghasilkan antibiotik yang termasukkelompok furanon
yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifamikroba patogen dan
menghasilkan

toksin

trichodermin.Toksin

tersebut

dapatmenyerang

dan

menghancurkan propagul yang berisispora-spora patogen disekitarnya. Jenis T.
viridae menghasilkanantibiotik gliotoksin dan viridin yang dapat melindungi bibit
tanaman dariserangan penyakit rebah kecambah.JamurT. harzianum dalam
menekan pertumbuhan patogenmampu memproduksi senyawa racun (antibiotik)
berupa trichodermin,trichodermol dan chrysophanol yang dapat menyebabkan lisis
pada hifajamur lain(Wahyudi, 2011).
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang
efektifitas metabolit Trichoderma dalam menghambat pertumbuhan Ganoderma
sp.di laboratorium.
Tujuan Penelitian
Untuk

menguji

metabolit

Trichoderma

spp.dalam

menghambat

pertumbuhan Ganoderma spp.di laboratorium.
Hipotesis Penelitian
Metabolit Trichoderma spp.efektif dapat menghambat pertumbuhan
Ganoderma spp. di laboratorium.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna sebagai informasi pengendalian penyakit busuk
pangkal batang Ganoderma spp. pada tanaman sawit dan untuk memperoleh gelar
sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara Medan.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Ni`mal Hamdi BM. 2016. "The Effectiveness of metabolites Trichoderma spp. For
Controlling Ganoderma sp. In vitro ". Supervised by Lisnawita and
Mukhtar Iskandar Pinem.
Base Stem Rot (Ganoderma spp.) On plant oil palm is an important disease faced
by oil palm plantations in Indonesia. Several control techniques have been done,
such as fungicides, technical culture and the addition of organic material but not
effectively control these pathogens. Control is the metabolite is an alternative to
control Ganoderma spp. as a biocontrol agent. This research aims to extract the
metabolites derived from Trichoderma spp. potential as a biocontrol agent for
controlling Ganoderma spp. on oil palm plantations. This research was conducted
at the Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North
Sumatra in August and September 2015. This study used a completely randomized
design with treatments nonfaktorial giving some Trichoderma spp. treatment:
Control, Trichoderma spp.1, Trichoderma sp.2, Trichoderma sp.3, Trichoderma
Trichoderma sp.4 and Trichoderma sp.5. The results showed that Trichoderma sp.3
and Trichoderma sp5. has a better potential in suppressing the population of
Ganoderma sp. as indicated by inhibition of late.
Key words: Trichoderma spp., Ganoderma sp., Metabolites

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Ni`mal Hamdi BM. 2016.”Efektifitas Metabolit Trichoderma spp. Untuk
Mengendalikan Ganoderma spp. Secara In Vitro”. Dibimbing oleh Lisnawita dan
Mukhtar Iskandar Pinem.
Busuk Pangkal Batang (Ganoderma spp.) pada tanaman kelapa sawit merupakan
penyakit penting yang dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Beberapa teknik pengendalian telah dilakukan, seperti penggunaan fungisida,
kultur teknis dan penambahan bahan organik namun belum efektif mengendalikan
patogen ini. Pengendalian secara metabolit merupakan alternatif pengendalian
Ganoderma spp. sebagai agens biokontrol. Penelitian ini bertujuan mendapatkan
ekstrak metabolit berasal dari Trichoderma spp. yang berpotensi sebagai agens
biokontrol untuk mengendalikan Ganoderma spp. pada tanaman kelapa sawit.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai September
2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap nonfaktorial dengan
perlakuan
pemberian
beberapa
Trichoderma
spp.
yaitu:
Kontrol,
Trichoderma spp.1, Trichoderma spp.2, Trichoderma spp.3, Trichoderma spp.4
dan Trichoderma spp.5. Hasil penelitian menunjukan bahwa Trichoderma spp.3
dan Trichoderma spp5. mempunyai potensi yang lebih baik dalam menekan
populasi Ganoderma spp. yang ditunjukkan dengan daya hambat akhir,
Kata kunci : Trichoderma spp., Ganoderma spp., Metabolit.

Universitas Sumatera Utara

EFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK
MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro
SKRIPSI

OLEH :

NI’MAL HAMDI BM
100301008
AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara

EFEKTIFITAS METABOLIT Trichoderma spp. UNTUK
MENGENDALIKAN Ganoderma spp. SECARA In Vitro

SKRIPSI

OLEH :

NI’MAL HAMDI BM
100301008
AGROEKOTEKNOLOGI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana
di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016

Universitas Sumatera Utara

Judul

Skripsi

: Efektifitas Metabolit Trichoderma
ckkcGanodermadspp. secara In Vitro
Nama
: Ni’mal Hamdi BM
NIM
: 100301008
Program Studi
: Agroekoteknologi
Minat
: Hama dan Penyakit Tumbuhan

spp.

untuk

Mengendalikan

Disetujui Oleh :
Komisi Pembimbing

Dr. Lisnawita, SP.,M.Si
Ketua

Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M. Agr
Anggota

Mengetahui

Prof. Dr. Ir. T. Sabrina, M.Sc
Ketua Program Studi Agroekoteknologi

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT
Ni`mal Hamdi BM. 2016. "The Effectiveness of metabolites Trichoderma spp. For
Controlling Ganoderma sp. In vitro ". Supervised by Lisnawita and
Mukhtar Iskandar Pinem.
Base Stem Rot (Ganoderma spp.) On plant oil palm is an important disease faced
by oil palm plantations in Indonesia. Several control techniques have been done,
such as fungicides, technical culture and the addition of organic material but not
effectively control these pathogens. Control is the metabolite is an alternative to
control Ganoderma spp. as a biocontrol agent. This research aims to extract the
metabolites derived from Trichoderma spp. potential as a biocontrol agent for
controlling Ganoderma spp. on oil palm plantations. This research was conducted
at the Laboratory of Plant Pathology Faculty of Agriculture, University of North
Sumatra in August and September 2015. This study used a completely randomized
design with treatments nonfaktorial giving some Trichoderma spp. treatment:
Control, Trichoderma spp.1, Trichoderma sp.2, Trichoderma sp.3, Trichoderma
Trichoderma sp.4 and Trichoderma sp.5. The results showed that Trichoderma sp.3
and Trichoderma sp5. has a better potential in suppressing the population of
Ganoderma sp. as indicated by inhibition of late.
Key words: Trichoderma spp., Ganoderma sp., Metabolites

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Ni`mal Hamdi BM. 2016.”Efektifitas Metabolit Trichoderma spp. Untuk
Mengendalikan Ganoderma spp. Secara In Vitro”. Dibimbing oleh Lisnawita dan
Mukhtar Iskandar Pinem.
Busuk Pangkal Batang (Ganoderma spp.) pada tanaman kelapa sawit merupakan
penyakit penting yang dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Beberapa teknik pengendalian telah dilakukan, seperti penggunaan fungisida,
kultur teknis dan penambahan bahan organik namun belum efektif mengendalikan
patogen ini. Pengendalian secara metabolit merupakan alternatif pengendalian
Ganoderma spp. sebagai agens biokontrol. Penelitian ini bertujuan mendapatkan
ekstrak metabolit berasal dari Trichoderma spp. yang berpotensi sebagai agens
biokontrol untuk mengendalikan Ganoderma spp. pada tanaman kelapa sawit.
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara pada bulan Agustus sampai September
2015. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap nonfaktorial dengan
perlakuan
pemberian
beberapa
Trichoderma
spp.
yaitu:
Kontrol,
Trichoderma spp.1, Trichoderma spp.2, Trichoderma spp.3, Trichoderma spp.4
dan Trichoderma spp.5. Hasil penelitian menunjukan bahwa Trichoderma spp.3
dan Trichoderma spp5. mempunyai potensi yang lebih baik dalam menekan
populasi Ganoderma spp. yang ditunjukkan dengan daya hambat akhir,
Kata kunci : Trichoderma spp., Ganoderma spp., Metabolit.

Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Medan, Kecamatan Sunggal, tanggal 6
Desember 1992, anak dari Bapak Thosin Burhani dan Tengku Mardatillah, putra
kedua dari 4 bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di Sekolah Dasar Al – Azhar
Medan. pada tahun 2004, pendidikan menengah pertama di Sekolah Menengah
Pertama An-Nadwa, Binjai pada tahun 2007, pendidikan menegah atas di Sekolah
Menengah Atas An – Nadwa Binjai pada tahun 2010. Semenjak tahun 2010
penulis terdaftar sebagai mahasiswa program Strata I (S1) Program Studi
Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan di PTPN III Kebun
Ambalutu, Kabupaten Asahan pada Bulan Juli-Agustus 2013. Penulis juga aktif
dalam organisasi IMAGROTEK (Ikatan Mahasiswa Agroekoteknologi) periode
2010/2011. Penulis juga menjadi asisten Laboratorium Dasar Perlindungan
Tanaman tahun 2015, Asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian Tahun 2014,
asisten Laboratorium Mikrobiologi Aquatik, asisten Laboratorium Ilmu Hama dan
Penyakit Tumbuhan Tahun 2014, asisten Laboratorium Mikrobiologi Pertanian
2014-2015 dan Asisten Laboratorium Pestisida dan Teknik Aplikasi Tahun 20142015.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun judul dari
usulan penelitian ini adalah “Efektifitas Metabolit Trichoderma spp.untuk
Mengendalikan Ganoderma spp. secara In Vitro” yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Program Studi Agroekoteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara, Medan.
Penulis

mengucapkan

terima

kasih

kepada

Komisi

Pembimbing

Dr. Lisnawita SP, M.Si sebagai Ketua dan Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, M.Agr
sebagaiAnggota yang telah memberi banyak saran dan bimbingan kepada penulis
untuk mempersiapkan usulan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa usulan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
usulan ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan,

September2016

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
DAFTAR TABEL ....................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................
PENDAHULUAN
Latar Belakang ..........................................................................
TujuanPenelitian .......................................................................
HipotesaPenelitian ....................................................................
Kegunaan Penelitian .................................................................................

i
ii
iv
v
1
3
3
4

TINJAUAN PUSTAKA
Biologi busuk pangkal batang ................................................
Daur hidup penyakit ................................................................
Gejala serangan .........................................................................
Faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit .............
Pengendalian penyakit ..............................................................
Biologi Trichoderma spp. ........................................................

5
6
7
7
8
9

BAHAN DAN METODE
Tempat dan waktu Penelitian....................................................
Bahan dan alat ...........................................................................
Metode penelitian .....................................................................

11
11
11

PELAKSANAANPENELITIAN
Di laboratorium
Isolasi Ganoderma spp. ...........................................................
Perbanyakan isolat Trichoderma spp. ......................................
Perbanyakan isloat Trichoderma spp........................................
Uji dual culture .........................................................................
Kultur metabolit. ......................................................................
Uji filtrat ..................................................................................
Peubah amatan ..........................................................................
Persentase daerah hambatan Ganodermaspp. ..........................

13
13
13
13
14
14
14
14

HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase daerah hambatan Ganoderma spp. .........................
Uji Filtrat .................................................................................

15
19

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan ..................................................................................
Saran .......................................................................................

21
21

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No
1

Judul

Halaman

Daya hambat Trichoderma spp. Untuk menghambat pertumbuhan
Ganoderma sp. In vitro (%)
15

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Halaman

1 Tubuh buah Ganoderma spp.
2 Mikroskopis Ganoderma spp.
3 Mikroskopis Trichoderma spp.
4 Uji Daya hambat Trichoderma spp. vs Ganoderma spp.
5 Uji filtrat

6
6
9
16
19

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No
1.
2.
3.

Judul

Hal

Bagan Penelitian........................................................................................ 35
Uji statistik daya hambatan data pengamatan 1 hsi .................................. 38
Uji statistik daya hambatan data pengamatan 2 hsi .................................. 49

Universitas Sumatera Utara