PENDAHULUAN METODOLOGI Analisis komposisi sampah kota dan potensi pemanfaatannya

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sampah sebagai bahan buangan aktivitas manusia sering menimbulkan masalah yang harus ditangani secara serius. Tumpukan sampah yang tidak tertangani menimbulkan efek pencemaran dan sumber penyebaran bibit penyakit. Tumpukan sampah disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri. Semakin banyak penduduk di satu kota, akan semakin komplek kegiatan dan usaha penduduk tersebut, maka akan semakin besar pula jumlah sampah yang dihasilkan. Perkembangan sampah yang kian berkembang menuntut adanya penanganan yang serius dari semua pihak. Selain memerlukan teknologi dan dana yang cukup besar, penanganan sampah juga memerlukan kemauan yang kuat untuk melaksanakannya dan menuntut kerjasama dari berbagai pihak yang terkait. Penanganan sampah dapat dilakukan dengan mengubah citra sampah sebagai barang negatif menjadi barang positif dimata masyarakat. Alternatif penanganan yang dilakukan adalah pengumpulan sampah sesuai jenisnya kemudian didaur ulang. Penanganan sampah sesuai dengan jenisnya ini dimaksudkan kualitas tiap jenis sampah berbeda sehingga mempunyai nilai ekonomis yang berbeda pula, maka dengan ini sampah dapat diolah secara sistematis.

2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis komposisi sampah kota. 2. Mempelajari potensi pemanfaatan sampah kota sebagai bahan dasar untuk sumber energi dan sumber pupuk organik.

3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan memberikan informasi kepada masyarakat terhadap potensi sampah yang ada di TPA guna mengurangi beban TPA, maupun mengubah pandangan sebagian masyarakat bahwa sampah dapat diubah dari barang negatif menjadi barang positif dan dapat bernilai ekonomis. Manfaat lain dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pemerintah setempat untuk mengambil kebijaksanaan baru dalam rangka perumusan suatu sistem pengolahan sampah yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungan sekitar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

1. SAMPAH

Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau bercacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau dibuang Hendargo, 1994. Definisi lain dikemukakan oleh Hadiwiyoto 1983, sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan baik telah diambil bagian utamanya, telah mengalami pengolahan, dan sudah tidak bermanfaat, dari segi ekonomi sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat menyebabkan pencemaran atau gangguan kelestarian alam. Menurut Suprihatin, et al. 1996, sampah padat dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu : 1. Sampah organik Sampah organik adalah sampah yang mudah diuraikan dalam proses alami. Sampah organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan atau yang lain. 2. Sampah anorganik Sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari sumber daya yang tidak diperbaharui. Secara keseluruhan zat anorganik yang ada tidak dapat diuraikan oleh alam. Jenis sampah ini dapat berupa botol kaca, botol plastik, kaleng, kayu, tulang, dan kertas kayu, tulang, kertas diuraikan dalam jangka waktu relatif lama karena pada dasarnya kayu, tulang kertas merupakan sampah organik tapi cara penanganannya sama seperti sampah anorganik. Pada setiap kegiatan yang menggunakan sumberdaya, sampah selalu dihasilkan. Sampah terakumulasi didalam lingkungan dan sangat tergantung pada kemampuan lingkungan untuk menghasilkannya, jumlah sampah akan semakin bertambah dan tidak sepenuhnya dapat diserap oleh lingkungan. Menurut Hadiwiyoto 1983, ditinjau dari segi keseimbangan lingkungan, kesehatan, keamanan dan pencemaran, sampah dapat menimbulkan gangguan sebagai berikut tumpukan sampah dapat menimbulkan kondisi fisik dan kimia yang tidak sesuai dengan lingkungan yang normal, biasanya dapat menyebabkan kenaikan suhu dan perubahan pH tanah. Keadaan ini dapat mengganggu kehidupan sekitarnya. Sampah dapat menimbulkan pencemaran udara karena selama proses pembusukan menghasilkan gas-gas beracun, bau tak sedap, daerah becek, dan lumpur terutama pada musim penghujan. Akan terjadi kekurangan O 2 di tempat pembuangan sampah, keadaan ini disebabkan karena selama proses perombakan sampah menjadi senyawa sederhana diperlukan O 2 yang diambil di udara sekitarnya sehingga mengganggu kehidupan flora dan fauna disekitar. Tumpukan sampah menjadi media berkembang biaknya hewan pembawa penyakit terutama lalat, serangga, tikus dan anjing. Secara estetika sampah dapat digolongkan sebagai bahan yang dapat mengganggu pemandangan dan keindahan lingkungan.

2. PENGGOLONGAN SAMPAH KOTA

Sampah kota terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik. Material organik dapat berupa sisa makanan, biomassa pertanian, kotoran hewan, serta tumbuhan yang mati dan berbagai mikro organisme Butler, 2002. Menurut Syamsuddin 1985 sampah dapat digolongkan menjadi beberapa golongan. Adapun penggolongan yang dimaksud adalah penggolongan sampah berdasarkan asalnya sampah dari hasil kegiatan rumah tangga, sampah dari kegiatan industripabrik, sampah dari kegiatan perdagangan, sampah dari hasil pembangunan, sampah jalan raya, sampah berdasarkan komposisinya sampah yang seragam, berasal dari kertas, kertas karbon dan sampah yang tidak seragam berasal dari tempat-tempat umum, penggolongan sampah berdasarkan bentuknya sampah padat, sampah cair dan sampah gas, penggolongan sampah berdasarkan lokasi sampah kota dan sampah luar kota, penggolongan sampah berdasarkan proses terjadinya sampah alami dan sampah non alami, penggolongan sampah berdasarkan sifatnya organik dan anorganik, berdasarkan jenisnya sampah makanan, sampah kebunpekarangan, sampah kertas, sampah plastik, karet, kulit, kain, kayu, logam, gelas keramik, abu dan debu.

3. PENGELOLAAN SAMPAH

Pengelolaan adalah pengendalian dan pemanfaatan semua faktor dan sumber daya, yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk mencapai atau menyelesaikan suatu tujuan kerja yang tertentu Prajudi, 1980 dalam Syamsudin, 1985. Dari limbah yang dihasilkan di beberapa daerah dapat dilakukan penanganan dengan beberapa kemungkinan yaitu didaur ulang menjadi bahan baku pada suatu proses produksi kertas, karton, plastik, logam, botol dan sebagainya, diolah menjadi kompos umumnya dari jenis sampah organik, ditumpuk di tempat pembuangan sampah akhir. Rencana pengelolaan sampah yang komprehensif harus memperhatikan sumber sampah, lokasi, pergerakanperedaran, dan interaksi peredaran sampah dalam suatu lingkungan wilayah. Penanganan sampah yang tepat, selain dapat menjadi jalan keluar dari masalah keterbatasan lahan untuk penumpukanpembuangan sampah, juga dapat memberikan manfaat atau nilai ekonomis. Menurut Hadiwiyoto 1983, penanganan sampah dilakukan dengan beberapa tahap yaitu : 1. Pengumpulan Sampah Sampah yang akan dibuang atau dimanfaatkan harus dikumpulkan terlebih dahulu dari berbagai tempat asalnya. Pengumpulan sampah dilakukan dengan pengambilan sampah dari bak sampah milik masyarakat, kemudian dengan menggunakan kendaraan-kendaraan pengangkut sampah dipindahkan ke lokasi pembuangan akhir. 2. Pemisahan Pemisahan adalah memisahkan jenis-jenis sampah baik berdasarkan sifatnya, maupun berdasarkan jenis dan keperluannya. 3. Pembakaran insinerasi Pembakaran dilakukan pada suatu instalasi pembakaran, karena dapat diatur prosesnya sehingga tidak menganggu lingkungan sekitar. 4. Pembuangan penimbunan Sampah Pembuangan penimbunan sampah adalah menempatkan sampah pada suatu tempat yang rendah, kemudian menimbunnya dengan tanah. Menurut Ismawati 2001 penanganan sampah dengan cara pembakaran mengakibatkan kerugian-kerugian antara lain membangkitkan pencemaran, mengancam kesehatan masyarakat memberi beban finansial yang cukup berat bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi insinerator, menguras sumber daya finansial masyarakat setempat, memboroskan energi dan sumberdaya material, mengganggu dinamika pembangunan ekonomi setempat, meremehkan upaya minimisasi sampah dan pendekatan-pendekatan rasional dalam pengelolaan sampah, memiliki pengalaman operasional bermasalah di negara-negara industri, seringkali melepaskan polusi ke udara yang melebihi standarbaku mutu, menghasilkan abu yang beracun dan berbahaya, dan dapat terancam bangkrut apabila jumlah tonase sampah yang disetorkan kurang dari perkiraan awal. Menurut Moenir 1983 terdapat kelebihan dan kelemahan serta resiko teknis teknologi pengolahan sampah yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kelebihan dan kelemahan serta resiko teknis teknologi pengolahan sampah Jenis teknologi Mekanisme pengolahan Kelebihan Kelemahan Resiko teknis Incineration Sampah dibakar pada suhu yang sangat tinggi Sampah terbakar habis - Biaya investasi sangat mahal - Penggunaan mesin yang sesuai standar tidak boleh melebihi kapasitas - Sampah yang mengandung cairan dapat menyebabkan kerusakan mesin - Suhu minimal agar sampah dapat terbakar habis seringkali tidak dapat dicapai sehingga pembakaran menghasilkan pencemaran Pengolahan sampah dengan cara ini menimbulkan polusi udara yang tinggi Kompos Kompos adalah hasil pemecahan biokimia dari zat organik dalam sampah, yang dapat Merupakan pengolahan sampah yang bersifat zero waste dan menghasilkan pupuk kompos Memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi kompos Karena butuh waktu yang lama, ada kemungkinan terjadi antrian sampah, hal ini Jenis teknologi Mekanisme pengolahan Kelebihan Kelemahan Resiko teknis mempengaruhi karakteristik tanah. Proses pemecahan kompos disebabkan oleh mikroorganisme dan tipe mikroflora pada suhu yang sama dengan suhu sampah tersebut menyebabkan polusi ATAD Autogenous Thermophilic Aerobic Digestion Teknologi ATAD autogeneous thermophilic aerobic digestion menggunakan bakteri aerobik yang responsif pada suhu tertentu untuk memproses sampah organik menjadi pupuk dalam bentuk pellet padat dan cair. Teknologi ini sebenarnya adalah untuk pengolahan air limbah Merupakan pengolahan sampah yang bersifat zero waste sekaligus mengolah air limbah Investasi yang dilakukan cukup tinggi dan perlu ada uji coba dahulu karena belum pernah dilakukan di Indonesia Belum diketahui Tabel 1. Lanjutan Jenis teknologi Mekanisme pengolahan Kelebihan Kelemahan Resiko teknis Open Dumping Sampah dibuang pada daerah lembah atau cekungan tanpa ada pengolahan lebih lanjut Tidak membutuhkan biaya pengolahan Sampah Sampah menumpuk dan tidak terurai sebagaimana mestinya Menyebabkan sampah terus menumpuk polusi udara, air dan tanah Sanitary landfill Pada metoda ini sampah dibuang ke daerah parit, daerah cekungan atau daerah lereng, kemudian ditimbun dengan lapisan tanah dan dipadatkan. Metoda ini mempunyai tiga macam cara yaitu metoda area, metoda trench dan metoda depression. - Merupakan cara yang paling murah - Tidak ada pemisahan sampah - investasi masih rendah - Memerlukan tanah yang luas, sehingga untuk kota besar tidak memungkinkan - Pengoperasian harus sesuai dengan standar - Menimbulkan gas metana yang berbahaya Jika tidak ada perawatan secara periodik akan berubah menjadi open dumping Pengepakan Balling method Berbagai jenis sampah dikumpulkan dan ditekan dengan kekuatan + 2000psi sehingga menyerupai balok Sampah dapat digunakan sebagai penimbun jalan atau penimbun lembah daerah terkontrol. - Biaya investasi cukup mahal - Jika tidak digunakan sebagai penimbun akan menyebabkan penumpukan sampah walaupun sudah dilakukan pengepakan Cairan sampah yang keluar pada saat pengepakan kemungkinan dapat mencemari air tanah Tabel 1. Lanjutan 16

4. TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR TPA

Menurut Standar Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA 1991, yang dimaksud dengan pembuangan akhir adalah sarana fisik untuk berlangsungnya kegiatan pembuangan akhir sampah, yang selanjutnya disebut TPA. Selain itu pembuangan akhir sampah merupakan tempat untuk mengkarantinakan sampah kota sehingga aman. Yang dimaksud sampah kota adalah sampah non B 2 sampah berbahaya dan sampah non B 3 sampah berbahaya dan beracun. Metode pembuangan akhir dilakukan dengan teknik penimbunan sampah. Tujuan dari penimbunan akhir adalah menyimpan sampah padat dengan cara yang tepat serta menjamin kelestarian lingkungan, menstabilkan sampah mengkonversi menjadi tanah, dan merubahnya kedalam siklus metabolisme alam. Dengan kata lain ini merupakan pengisian tanah dengan sampah. Lokasi TPA harus memenuhi kriteria ekonomis dan dapat menampung sampah yang ditargetkan, mudah dicapai oleh kendaraan pengangkut sampah dan aman terhadap lingkungan sekitar TPA Harianja, 2006. Terdapat dua teknik dalam kategori TPA yaitu sistem open dumping dimana cara pengolahannya masih sederhana yaitu, sampah dihamparkan ke suatu lokasi kemudian dibiarkan terbuka tanpa adanya penanganan lebih lanjut. Setelah lokasi TPA penuh maka ditinggalkan. Keuntungan dari sistem open dumping adalah tidak diperlukannya biaya pengolahan sampah, sedangkan kelemahannya adalah sampah menumpuk dan tidak terurai sebagaimana mestinya, selain itu sistem ini menyebabkan sampah terus menumpuk dan mengakibatkan polusi udara, tanah dan air Moenir, 1983. Sistem yang kedua adalah sanitary landfill, sistem ini menggunakan cara penimbunan sampah padat suatu hamparan lahan dengan memperhatikan keamanan lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sampah. Pada teknik ini sampah dihamparkan sampai ketebalan tertentu lalu dipadatkan untuk dilapisi dengan tanah kemudian dipadatkan kembali. Pada bagian dasar kontruksi dari sanitary lanfill dibangun suatu lapisan kedap air yang dilengkapi dengan pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi serta pipa penyalur gas yang terbentuk dari hasil penguraian sampah organik yang ikut tertimbun. Persyaratan yang sesuai akan membuat stabilisasi lapisan tanah lebih cepat dicapai. Fungsi dari lapisan penutup dalam teknik sanitari lanfill adalah untuk 17 mencegah berkembangnya vektor penyakit, mencegah penyebaran debu dan sampah ringan, mencegah tersebarnya bau gas, mencegah kebakaran, menjaga pemandangan agar tetap indah, menciptakan stabilisasi lokasi penimbunan sampah, dan mengurangi volume air lindi Harianja, 2006.

5. PEMANFAATAN SAMPAH

Berbagai jenis sampah padat seperti kertas, bahan organik, tekstil, gelas, logam dan karet dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan. Sebelum dimanfaatkan lebih lanjut rata-rata sampah tersebut harus mengalami penghancuran kemudian pengeringan kertas, kain, karet dan lain-lain. Pemanfaatan sampah dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Limbah padat dan pemanfaatannya Jenis Sampah Pemanfaatan Kertas  Pulp untuk kertas, cardboard dan produk-produk kertas lainnya  Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi  Diinsenerasi sebagai penghasil panas Bahan organik  Untuk kompos sebagai pupuk tanaman  Diinsenerasi sebagai penghasil panas Tekstilpakaian bekas  Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi, bahan isolasi  Disumbangkan kepada yang memerlukan Gelas  Dibersihkan dan dipakai lagi botol  Dihancurkan sebagai bahan gelas baru  Dihancurkan dan dicampur aspal untuk pengeras jalan  Dihancurkan dan dicampur pasir dan batu untuk pembuatan bata semen Logam  Dicor untuk pembuatan logam baru yang dapat digunakan untuk berbagai macam keperluan  Langsung digunakan bila keadaan baik dan memungkinkan Karet, kulit, plastik  Dihancurkan untuk dipakai sebagai bahan pengisi dan isolasi Sumber : Wardhana, 1995 18 Menurut Prihandarini 2004, lapangan kerja baru dapat diciptakan pada pengelolaan sampah terpadu usaha sampingan pemulung untuk mengklasifikasikan sampah, usaha penggemukan ternak, industri kecil pembuatan pupuk organik dan pakan ternak, industri daur ulang logam, kertas plastik. Rancangan peluang usaha yang dapat dikembangkan dari olahan sampahlimbah dapat dilihat pada Gambar 1.

6. PUPUK KOMPOS

Menurut Jorgensen dan Johsen 1998, pengkomposan merupakan proses dekomposisi terkendali secara biologis terhadap limbah padat. Dalam proses pengomposan, bahan organik diubah menyerupai tanah seperti halnya humus atau mulsa. Sampah Potensi :  Bisa di daur ulang  Mengandung bahan organik  Berpotensi untuk dijadikan pupuk organik, pakan ternak dll  TPA dapat dijadikan untuk penggemukan ternak Peluang usaha  Daur ulang kertas, plastik dll  Pupuk organik  Bahan bangunan : paving block, batako  Penggemukan ternak : sapi, kambing, ayam, burung dara, walet. Gambar 1 . Rancangan peluang usaha yang dapat dikembangkan dari pengolahan sampah Prihandarini, 2005. Masalah :  Bertambah setiap hari  Menimbulkan pencemaran, bau busuk.  Membutuhkan biaya tinggi dalam pengelolaan 19 Pupuk kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang didegradasikan secara organik penguraianpengomposan Prihandarini, 2005. Kompos merupakan pupuk campuran yang berasal dari bahan-bahan organik yang telah mengalami proses sedemikian rupa sehingga terjadi perubahan menjadi bahan yang mempunyai perbandingan CN yang rendah mendekati CN tanah. Kandungan unsur hara dari beberapa macam kompos dapat dilihat pada Tabel 3. Memiliki nilai jual besi, plastik, kaca, kertas . Dijual sebagai barang bekas dan barang baku daur ulang Sampah Tidak memiliki nilai jual lapak Sortasi I Sortasi II Organik : sisa makanan, sisa sayuran, kulit buah, sampah daun, ranting. Anorganik : kantong plastik, botol plastik, kulit sintesis, pecahan kaca, botol kaca Bahan baku pupuk kompos Dikumpulkan memasuki tahap pembuatan pupuk kompos Residu Dibuang melalui depo transfer sampah Gambar 2. Pengelolaan sampah menjadi pupuk kompos Prihandarini, 2005. 20 Tabel 3. Kandungan unsur hara dari beberapa macam kompos hara Jenis bahan N P 2 O 5 K 2 O Kompos jerami + air 0.22 0.04 0.43 Kompos jerami + pupuk kandang 0.31 0.17 0.47 Kompos jerami + kalsium + N 0.38 0.05 0.49 Kompos sampah kota 0.40 0.30 0.50 Sumber : Djuwendah 1998 Menurut Djuwendah 1998, keuntungan dari kompos adalah :  Dapat digunakan sebagai pupuk untuk penghijauan  Dapat memperbaiki struktur tanah yang bersifat korosif  Mengurangi pencemaran air tanah dan udara  Mengurangi dampak penyakit  Dapat memperpanjang umur TPA

7. BIOGAS

Menurut Harianja 2006, penguraian bahan organik secara aerobik akan menghasilkan gas karbondioksida, sedangkan penguraian bahan organik pada kondisi aerobik akan menghasilkan sebagian besar gas methana dan gas lain dalam komposisi yang sedikit yaitu CO 2 , N 2 , CO, O 2 , dan H 2 S. Salah satu bahan organik yang dapat menghasilkan gas methana pada kondisi anaerob yaitu sampah organik. Berikut kandungan gas dalam bentuk persen. Tabel 4. komposisi dan presentase biogas Jenis gas Jumlah CH 4 54 – 70 CO 2 27 – 45 N 2 0.5 – 3 CO 0.1 O 2 0.1 H 2 S Sedikit sekali Sumber : Jones, et. al, 1980 dalam Abdullah, K., 1998. 21 Menurut Hadiwiyoto 1983, semua sampah organik dapat dijadikan biogas bioenergi. Biogas sebenarnya adalah senyawa methana CH 4 sewerage gas atau RDF refuse derived fuel yang merupakan bahan bakar. Gas methana bersifat tidak berbau, tidak berwarna, dan sangat mudah terbakar. Setiap 1 m 3 biogas dalam suhu 15.5 o C, 1 atmosfer setara dengan 0.53 – 0.75 liter bensin dan 0.47 – 0.67 liter solar Gunnerson dan Stuckey, 1986. Untuk mendapatkan biogas diperlukan saluran. Saluran biogas biasanya terbuat dari pipa bahan PVC dengan diameter 10.16 sampai 20.32 cm. Panjang pipa tergantung oleh kedalaman sampah. Gas masuk ke dalam pipa kemudian disalurkan ke kolektor gas. Dari kolektor, dialirkan ke blower kemudian gas tersebut dibersihkan dan dapat digunakan sebagai sumber energi Thobanoglous et. al, 1993. 22

III. METODOLOGI

1 Lokasi dan Waktu Tempat pengambilan sampel sampah diambil dari beberapa TPA yaitu TPA Galuga Kecamatan Cibungbulang, TPA Pondok Rajeg Kecamatan Cibinong, Pasar Parung Kecamatan Parung, TPA Ciangir Kotamadya Tasikmalaya. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2006 sampai bulan Juni 2006. 2 Kerangka Pemikiran Pada dasarnya sampah merupakan beban bagi pemerintah maupun masyarakat disekitarnya. Tapi masalah ini tidak bisa dihindarkan dari kehidupan, karena setiap makhluk hidup pasti akan melakukan aktivitas dan hasil dari aktivitas tersebut sedikitnya akan menghasilkan limbah. Sebenarnya sampah dapat dirubah dari barang negatif menjadi barang positif dan dapat bernilai ekonomis. Hal ini dapat tercapai apabila dilakukan penanganan yang tepat. Dengan penanganan sampah yang tepat pengolahan sampah yang relatif berat dapat dikurangi. Salah satu penanganan yang bisa dilakukan adalah dengan cara memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya. Untuk sampah yang mempunyai nilai ekonomi yang relatif tinggi, sampah tersebut dapat dijual langsung untuk didaur ulang. Sedangkan untuk sampah yang mempunyai nilai ekonomi yang relatif rendah, maka ada beberapa cara untuk penanganannya antara lain sampah tersebut dapat didaur ulang sesuai dengan potensi masyarakat sekitar, misalnya untuk plastik botol yang berkualitas rendah dapat diolah menjadi kerajinan tangan, sampah yang bersifat basah bisa dijadikan sebagai bahan baku biogas dan sampah yang bersifat kering sebagai bahan baku gasifikasi. Hal ini tentunya memerlukan perhatian dari pemerintah setempat. Dengan demikian sampah yang ada di TPA dapat dikurangi dan dijadikan barang baku yang lebih bermanfaat dan bernilai ekonomis. 23 3 Metoda Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dua cara yaitu: 3.1. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari literatur dan data langsung mengenai jumlah sampah yang masuk tiap hari ke setiap TPA. 3.2. Data Primer 3.2.1. Penimbangan Sampah Penimbangan sampah dilakukan dengan cara pengambilan sampel di titik yang berbeda kemudian sampah tersebut dipisahkan sesuai jenisnya. Penimbangan ini dilakukan selama 9 titik di TPA dan 5 titik di pasar Parung. 3.2.2. Wawancara Wawancara dilakukan dengan petugas terkait, pekerja pemulung dan pihak-pihak yang terkait dengan TPA. 4 Metoda Analisis Potensi Analisis potensi yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1 Pengambilan sampel sampah yang diambil secara acak, kemudian dipisahkan komposisi sampah menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Adapun contoh sampah organik adalah sisa sayuran, sisa buah- buahan, jerami, daun dan lain-lain. Sedangkan sampah anorganik adalah kertas, kayu, kain, karpetkulit, plastik, metallogam, kaca, tulang, batu, tanahlumpur dan karet pada dasarnya kertas, kayu dan tulang merupakan sampah organik, tapi sifat dari ketiga benda ini sulit membusuk sehingga penanganan untuk kertas, kayu dan tulang sama seperti sampah anorganik lainnya. Pengambilan sampel berdasarkan volume yang sama yaitu 4.25 x 10 -3 m 3. 24 Gambar 3. Pemisahan sampah berdasarkan jenisnya di TPA. 2 Potensi sampah organik untuk pupuk kompos dihitung berdasarkan harga jual pupuk kompos. Untuk kemasan karung kapasitas 14 kg mempunyai nilai jual Rp. 300kg sampai Rp. 500kg, sedangkan pupuk kompos dalam kemasan plastik kapasitas 1.5 kg mempunyai nilai jual Rp. 700kg sampai Rp. 1 000kg. komunikasi pribadi. 3 Potensi sampah organik untuk biogas mempunyai nilai 0.31 m 3 kg – 0.39 m 3 kg sampah. Dalam suhu 15.5 o C dan tekanan 1 atmosfer, nilai kalor 1 m 3 biogas setara dengan nilai pembakaran 0.53 – 0.75 liter bensin dan 0.47 – 0.67 liter solar Gunnerson dan Stuckey, 1986. Sedangkan potensi biogas sebagai pengganti bahan bakar minyak tanah menggunakan rumus sebagai berikut : E mn = V x ρ x c .........................................................................................1 Dimana : E mn = energi minyak tanah kkal V = Volume bahan bakar minyak tanah m 3 ρ = kerapatan jenis bahan bakar minyak 790.0 kgm 3 Progres, 1979 dalam Sonhaji, 1998 25 c = nilai kalor minyak tanah 10374.96 kkalkg Hall, 1957 dalam Sonhaji, 1998 untuk mengetahui nilai volume minyak tanah maka dibutuhkan nilai kesetaraan antara energi biogas dan energi minyak tanah. E biogas = E mn ................................................................................................2 5 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan adalah : 6.1. Bahan Bahan yang diperlukan adalah sampah yang datang tiap hari ke TPA diambil secara acak. 6.2. Alat Alat yang digunakan antara lain timbangan, kalkulator, sarung tangan, sepatu boot, masker, ember. Gambar 4. Alat-alat yang digunakan selama penelitian. 20

IV. PEMBAHASAN