Respon Pertumbuhan Dan Produksi Sawi Pakchoy (Brassica rapa. L) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Kascing

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI
PAKHCOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK KASCING

SKRIPSI

OLEH:
BERLIAN LIMBONG
070307037
BDP – PEMULIAAN TANAMAN
Hasil Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyusun Skripsi di
Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh:
Ketua Komisi Pembimbing

Diketahui Oleh:
Anggota Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi.)


(Ir. E. Harso Kardhinata, MSc.)

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

ABSTRAK

Universitas Sumatera Utara

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI
PAKCHOY (Brassica rapa. L) TERHADAP PEMBERIAN
PUPUK ORGANIK KASCING

SKRIPSI

OLEH:

BERLIAN LIMBONG
070307037
BDP – PEMULIAAN TANAMAN

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013

Universitas Sumatera Utara

Berlian Limbong. Respons pertumbuhan dan produksi sawi Pakchoy
(Brassica rapa L.) terhadap pemberian pupuk organik kascing. Dibimbing oleh
Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi. dan Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan
produksi sawi pakchoy (Brassica rapa L.). Penelitian ini dilakukan di Rumah
kasa, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian
tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Mei hingga Juni 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok faktorial

dengan dua perlakuan yaitu varietas (green pakchoy dan white pakchoy) dan
pupuk organik kascing (0 , 50 , 75 , 100 , 125 (g/polibag). Peubah amatan yang
diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot biomassa, bobot
segar jual dan indeks panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun. Sedangkan pemberian
pupuk kascing berpengaruh nyata pada semua peubah amatan.
Kata kunci : Sawi, varietas, dan pupuk organik

ABSTRACT

Universitas Sumatera Utara

Berlian Limbong: The Respon of Growth and Production of Mustard
(Brassica rapa L.) on the application of organic fertilizers, under supervision by
Dr.Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi. and Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc.
The aimed of this reaserch was to determine the respon of growth and
production of mustard (Brassica rapa L.) on the application of organic fertilizers.
The research was conducted on the farm field with ± 25 meters above sea level
from Mei to June 2013. Randomized Block Design was used with 2 factors, ie:
varieties (Green Pakchoy and White Pakchoy) and organic fertilizers (0, 50, 75,

100, 125 (g/polybag). The parameters observed were plant height, The number of
leaf, leaf area, the biomass weight of plant, the fresh weight of selling and the
harvest index.
The result of the observations showed that varieties significantly affected
of plant height and the number of leaf. while the organik fertilizer had a real
effect to all of the parameters.
Key words: mustard, variety, organic fertilizer

RIWAYAT HIDUP

Universitas Sumatera Utara

Berlian limbong, lahir di Kab. Dairi pada tanggal 20 Januari 1989, putra
dari Bapak A. Limbong dan Ibu R. Simarmata. Penulis merupakan anak pertama
dari empat bersaudara.
Tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negeri 2 Lubuk Pakam Kabupaten
Deli Serdang, dan pada tahun yang sama terdaftar masuk ke Program Studi
Pemuliaan Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru
(SPMB).

Dan pada bulan Juli sampai Agustus 2010 penulis juga telah melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT Perkebunan Nusantara III Gunung Para,
Kabupaten Serdang Bedagai.

KATA PENGANTAR

Universitas Sumatera Utara

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang

berjudul Respon

Pertumbuhan Dan Produksi Sawi Pakchoy (Brassica rapa. L) Terhadap
Pemberian Pupuk Organik Kascing yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada


kesempatan

ini,

penulis

mengucapkan

terima

kasih

kepada

Ibu Dr.Ir. Lollie Agustina. P. Putri ,Msi. selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Ir. Emmy Harso Kardhinata, Msc. selaku anggota komisi pembimbing
yang telah meluangkan waktu dan memberikan saran sampai penyelesaian
penelitian dan skripsi ini.
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada


kedua

orang tua yang telah membesarkan penulis dengan segenap cinta dan kasih
sayang, seluruh keluarga besar, serta seluruh pemimpin dan saudara-saudara saya
terkasih di komunitas youth GKB Blessing Community atas semua doa dan
motivasi yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
semau rekan-rekan stambuk 07 atas doa dan motivasinya. Kiranya berkat
Tuhanlah yang menjadikan kita berhasil.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari paa
pembaca sekalian.

Universitas Sumatera Utara

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua.

Medan, 15 November 2013

Penulis


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRAK……………………………………………………………..

i

ABSRACT……………………………………………………………..

ii

RIWAYAT HIDUP ...............................................................................

iii

KATA PENGANTAR ...........................................................................

iv


DAFTAR ISI ..........................................................................................

v

DAFTAR TABEL……………………………………………………...

viii

DAFTAR GAMBAR…………………………………………………..

ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………...

x

PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................
Tujuan Penelitian ...................................................................................
Hipotesa Penelitian ................................................................................

Kegunaan Penelitian ..............................................................................

1
3
3
3

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman .....................................................................................
Syarat Tumbuh
Iklim .............................................................................................
Tanah ............................................................................................
Varietas ..................................................................................................
Pupuk Organik ............................................................................................
BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu .................................................................................
Bahan dan Alat .......................................................................................
Metode Penelitian ..................................................................................
PELAKSANAAN PENELITIAN
Persiapan Lahan .....................................................................................

Penyemaian Benih ..................................................................................
Penanaman .............................................................................................
Penjarangan ............................................................................................
Aplikasi Pupuk Organik. .........................................................................
Pemeliharaan Tanaman
Penyiraman ...................................................................................
Penyiangan ...................................................................................
Pengendalian Hama dan Penyakit ................................................

4
5
6
6
9

12
12
12

15
15
15
15
16
16
16
16

Universitas Sumatera Utara

Panen ......................................................................................................
Pengamatan Parameter
Tinggi Tanaman (cm) ...................................................................
Jumlah Daun (Helai) .....................................................................
Luas Daun (cm2) .........................................................................
Bobot Biomassa Pertanaman Sampel (g) .....................................
Bobot Segar Jual Pertanaman (g) .................................................
Indeks Panen (%) ..........................................................................

16
17
17
17
17
17
18

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .......................................................................................................
Pembahasan.............................................................................................

19
28

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .............................................................................................
Saran .......................................................................................................

31
32

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

33

LAMPIRAN

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL
No

Hal

1. Tinggi tanaman sawi (cm) pada varietas dan pemberian pupuk organik
kascing umur 6 MST………………………………………………...... 18
2. Jumlah daun tanaman sawi (helai) pada varietas dan pemberian pupuk
organik kascing umur 6 MST………………………………………..... 20
3. Luas daun tanaman sawi (cm2) pada varietas dan pemberian pupuk
organik kascing umur 6 MST…………………………………………. 21
4. Bobot biomassa tanaman sawi (g) pada varietas dan pemberian pupuk
organik kascing umur 6 MST………………………………………….. 22
5. Bobot segar jual (g) tanaman sawi pada varietas dan pemberian pupuk
organik kascing umur 6 MST………………………………………...... 23
6. Indeks panen (%) tanaman sawi pada varietas dan pemberian pupuk
organik kascing umur 6 MST………………………………………….. 25

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR
No.

Hal

1. Hubungan antara tinggi tanaman dengan pemberian pupuk organik
kascing……………………………………………………………….

19

2. Hubungan antara jumlah daun dengan pemberian pupuk organik
kascing………………………………………………………………

20

3. Hubungan antara luas daun dengan pemberian pupuk organik
kascing………………………………………………………………

21

4. Hubungan antara biomassa dengan pemberian pupuk organik
kascing………………………………………………………………

23

5. Hubungan antara bobot segar jual dengan pemberian pupuk organik
kascing……………………………………………………………….

24

6. Hubungan antara indeks panen dengan pemberian pupuk organik
kascing……………………………………………………………….

26

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Hal

1. Deskripsi Varietas Green Pakchoy………………………………….

34

2. Deskripsi Varietas White Pakchoy………………………………….

35

3. Bagan Penelitian……………………………………………………..

36

4. Jadwal Kegiatan……………………………………………………...

37

5. Kandungan Unsur Hara Makro dan Mikro Pupuk Kascing…………

38

6. Data Pengamatan Tinggi Tanaman Sawi (cm)………………………

39

7. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman Sawi………………………....

39

8. Data Pengamatan Jumlah Daun Tanamansawi (helai)……………..

40

9. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun Tanaman Sawi………………….

40

10. Data Luas Daun Tanaman Sawi (cm2)……………………………..

41

11. Daftar Sidik Ragam Luas Daun Tanaman Sawi…………………….

41

12. Data Bobot Biomassa Tanaman Sawi (g)……………………………

42

13. Daftar Sidik Ragam Bobot Biomassa Tanaman Sawi……………….

42

14. Data Bobot segar jual Tanaman Sawi (g)……………………………

43

15. Daftar Sidik Ragam Bobot segar jual Tanaman Sawi……………….

43

16. Data Indeks Panen Tanaman Sawi (%)………………………………

44

17. Daftar Sidik Ragam Indeks Panen Tanaman Sawi………………….

44

Universitas Sumatera Utara

Berlian Limbong. Respons pertumbuhan dan produksi sawi Pakchoy
(Brassica rapa L.) terhadap pemberian pupuk organik kascing. Dibimbing oleh
Dr. Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi. dan Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan
produksi sawi pakchoy (Brassica rapa L.). Penelitian ini dilakukan di Rumah
kasa, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian
tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan Mei hingga Juni 2013.
Penelitian ini dilakukan dengan metode rancangan acak kelompok faktorial
dengan dua perlakuan yaitu varietas (green pakchoy dan white pakchoy) dan
pupuk organik kascing (0 , 50 , 75 , 100 , 125 (g/polibag). Peubah amatan yang
diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot biomassa, bobot
segar jual dan indeks panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas
berpengaruh nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun. Sedangkan pemberian
pupuk kascing berpengaruh nyata pada semua peubah amatan.
Kata kunci : Sawi, varietas, dan pupuk organik

ABSTRACT

Universitas Sumatera Utara

Berlian Limbong: The Respon of Growth and Production of Mustard
(Brassica rapa L.) on the application of organic fertilizers, under supervision by
Dr.Ir. Lollie Agustina P. Putri, MSi. and Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc.
The aimed of this reaserch was to determine the respon of growth and
production of mustard (Brassica rapa L.) on the application of organic fertilizers.
The research was conducted on the farm field with ± 25 meters above sea level
from Mei to June 2013. Randomized Block Design was used with 2 factors, ie:
varieties (Green Pakchoy and White Pakchoy) and organic fertilizers (0, 50, 75,
100, 125 (g/polybag). The parameters observed were plant height, The number of
leaf, leaf area, the biomass weight of plant, the fresh weight of selling and the
harvest index.
The result of the observations showed that varieties significantly affected
of plant height and the number of leaf. while the organik fertilizer had a real
effect to all of the parameters.
Key words: mustard, variety, organic fertilizer

RIWAYAT HIDUP

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Keadaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya pembudidayaan
berbagai jenis sayuran, baik yang lokal maupun yang berasal dari luar negeri.
Ditinjau dari aspek agroklimatologis, Indonesia sangat potensial untuk
pembudidayaan sayur-sayuran. Diantara bermacam-macam jenis sayuran yang
dapat dibudidayakan tersebut, sawi merupakan sayuran yang mempunyai nilai
komersial dan prospek yang cukup baik. Ditinjau dari aspek teknis, budidaya sawi
tidak terlalu sulit (Rukmana, 2007 ).
Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Dalam 100 g sawi nilai gizinya adalah
sebagai berikut: protein 2,3 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 4,0 g, Ca 220,0 mg, P 38,0
mg, Fe 2,9 mg, vitamin A 1940 mg, vitamin B 0,09 mg dan vitamin C 102 mg, air
9 g. Di Indonesia tanaman sawi merupakan jenis sayuran yang digemari banyak
orang, namun produksinya masih tergolong rendah. Salah satu usaha untuk
menaikkan produksi adalah dengan cara pemupukan (Manurung, 2011).
Produksi sawi di Sumatera Utara mengalami penurunan selama kurun
waktu 5 tahun terakhir. Menurut Badan Pusat Statistik Sumatera Utara (2011)
produksi sawi mulai tahun 2005 sampai 2009 mengalami penurunan. Pada tahun
2005 produksi sawi diperoleh sebanyak 79.850 ton/ha, sedangkan tahun 2009
produksi menurun menjadi 63.911 ton/ha. Beberapa penyebab penurunan
produksi ini juga dikarenakan adanya pengurangan luas lahan dan banyaknya
petani sawi yang beralih ke komoditi lain (Hamim, 2007).

Universitas Sumatera Utara

Sebagai sayuran yang berserat, sawi baik dikonsumsi untuk memperbaiki
dan memperlancar pencernaan. Rasa yang renyah, segar dengan sedikit rasa pahit
membuatnya banyak dinikmati,sehingga permintaanya setiap hari sangat tinggi.
Untuk memenuhi permintaan ini dapat ditingkatkan melalui penigkatan
produktifitas per luas areal tanaman. Peningkatan produksi dapat ditempuh
dengan cara perbaikan teknik bercocok tanam, yaitu dengan menggunakan pupuk
organik (Dwi, 2006).
Peningkatan produksi sawi dapat dilakukan dengan pemupukan.
Pemupukan melalui tanah dapat dilakukan dengan pupuk buatan dan pupuk alami.
Berkurangnya subsidi pupuk dan banyaknya beredar pupuk majemuk alternatif
membuat para petani menjadi bingung hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan
petani mengenai jumlah dan jenis unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Sehingga
tidaklah mengherankan bila penerapan pemupukan tidak diikuti dengan
peningkatan produksi karena hanya memenuhi beberapa unsur hara makro saja,
sementara unsur mikro yang lain tidak terpenuhi (Barus, 2011).
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup,
seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat
berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia,
dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada
kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk
kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut
kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan
limbah kota (Novizan, 2005).

Universitas Sumatera Utara

Salah satu pupuk organik yang sangat baik digunakan untuk budidaya
tanaman hortikultura yang dalam hal ini tanaman sawi adalah pupuk
kascing.

Kascing

adalah

pupuk

yang

bahan

asalnya

berupa

kotoran

cacing (Lumbricus rubellus). Pupuk organik yang berkualitas baik ditandai
dengan warna hitam kecoklatan hingga hitam, tidak berbau, bertekstur remah dan
matang (C/N < 20) (Mashur, 2001)
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk menguji respon
pertumbuhan dan produksi sawi pakchoy terhadap pemberian pupuk organik
kascing.

Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi sawi pakchoy
terhadap pemberian pupuk organik kascing.

Hipotesis Penelitian
Ada interaksi antara varietas dan pupuk organik terhadap pertumbuhan dan
produksi sawi.

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai sumber data untuk penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman
Sistematika tanaman sawi dalam Sharma (2007) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Ordo

: Brassicales

Famili

: Brassicaceae

Genus

: Brassica

Spesies

: Brassica rapa L.

Tanaman sawi berakar serabut, tumbuh dan berkembang secara menyebar
ke semua arah disekitar permukaan tanah. Perakarannya sangat dangkal yaitu
pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman sawi tidak memiliki akar tunggang.
Perakaran tanaman sawi dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah
yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air dan kedalaman tanah cukup
(Fransisca, 2009).
Batang (caulis) sawi pendek dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak
kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun
(Rukmana, 2007).
Secara umum tanaman sawi biasanya mempunyai daun lonjong, halus,
tidak berbulu, dan tidak berkrop. Tangkai daunnya agak pipih, sedikit berliku,
tetapi kuat. Daun sawi jenis ini juga lebar seperti daun sawi putih tapi warnanya
lebih hijau tua (Fransisca, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Sawi umumnya bertangkai putih atau hijau muda, dan berdaging.
Tanaman ini tingginya 15-30 cm, terdapat juga bentuk daun dengan warna hijau
pudar dan ungu yang dikenal dengan kultivar kerdil (Yamaguchi dan Rubatzky,
1998).
Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan
berongga. Tiap buah (polong) berisi 2 - 8 butir biji. Biji sawi hijau berbentuk
bulat, berukuran kecil, permukaanya licin dan mengkilat, agak keras dan berwarna
coklat kehitaman (Fransisca, 2009).

Syarat Tumbuh
Iklim
Sawi dapat ditanam di dataran tinggi maupun di dataran rendah. Akan
tetapi, umumnya sawi diusahakan orang di dataran rendah, yaitu di pekarangan, di
ladang jarang diusahakan di daerah pegunungan. Sawi termasuk tanaman sayuran
yang tahan terhadap hujan. Sehingga ia dapat ditanam sepanjang tahun, asalkan
pada saat musim kemarau disediakan air yang cukup untuk penyiraman
(Yamaguchi dan Rubatzky, 1998).
Sawi termasuk tanaman sayuran yang tahan terhadap hujan. Sehingga, ia
dapat ditanam di sepanjang tahun, asalkan pada saat musim kemarau disediakan
air yang cukup untuk penyiraman (Manurung, 2011).
Daerah penanaman yang cocok adalah mulai ketinggian 5 m – 1.200 m dpl
(di atas permukaan laut). Namun, biasanya tanaman ini dibudidayakan di daerah
berketinggian 100 – 500 m dpl. Tanaman ini cocok ditanam pada akhir musim

Universitas Sumatera Utara

penghujan. Jika budidaya sawi dilakukan di dataran tinggi tanaman ini umumnya
akan cepat berbunga (Manurung, 2011).

Tanah
Adapun syarat-syarat penting bertanam sawi ialah tanahnya gembur,
banyak mengandung humus (subur), drainasenya baik, dan pH tanahnya antara
6 – 7 (Rukmana, 2007).
Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah
jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung
liat perlu pengolahan tanah secara sempurna antara lain pengolahan tanah yang
cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi
(Fransisca, 2009).

Varietas
Varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang
ditandai oleh bentuk dan pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan
ekspresi karakter atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dengan jenis
atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan. Dan
apabila diperbanyak tidak mengalami pertumbuhan.
Pakchoy (Brassica rapa L.) adalah jenis tanaman sayur-sayuran yang
termasuk keluarga Brassicaceae. Tumbuhan pakcoy berasal dari China dan telah
dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di China selatan dan China pusat
serta Taiwan. Sayuran ini merupakan introduksibaru di Jepang dan masih sefamili

Universitas Sumatera Utara

dengan Chinese vegetable. Saat ini pakcoy dikembangkan secara luas di Filipina
dan Malaysia, di Indonesia dan Thailand (Rukmana, 2007)
Yogiandre,dkk. (2011) menyatakan tanaman pakcoy merupakan salah satu
sayuran penting di Asia, atau khususnya di China. Daun pakcoy
bertangkai, berbentuk oval,berwarna hijau tua, dan mengkilat, tidak membentuk
kepala,7 tumbuh agak tegak atau setengah mendatar,tersusun dalam spiral rapat,
melekat pada batang yangtertekan. Tangkai daun,berwarna putih atau hijau muda,
gemuk dan berdaging,tanaman mencapai tinggi 15–30 cm.
Keragaman morfologis dan periode kematangan cukup besar pada
berbagai varietas dalam kelompok ini. Terdapat bentuk daun berwarna hijau pudar
dan ungu yang berbeda. Lebih lanjut dinyatakan pakcoy kurang peka terhadap
suhu ketimbang sawi putih,sehingga tanaman ini memiliki daya adaptasi lebih
luas. (Hernowo, 2010).

.
Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang terbuat dari sisa-sisa makhluk hidup
yang dioalah melalui proses pembusukan (dekomposisi) oleh bakteri pengurai.
Pupuk organik mempunyai komposisi kandungan unsur hara yang lengkap, tetapi
jumlah tiap jenis unsur haranya agak rendah. Sesuai dengan namanya, kandungan
organik pupuk ini adalah tinggi (Novizan, 2005).
Kascing adalah salah satu jenis pupuk organik. Kascing adalah tanah bekas
pemeliharaan cacing yang merupakan produk samping dari budidaya cacing tanah
yang berupa pupuk organik, cocok untuk pertumbuhan tanaman karena dapat
meningkatkan kesuburan tanah. Kascing kaya hara makro dan mikro, tidak

Universitas Sumatera Utara

mengandung racun, serta mampu menggemburkan tanah-tanah marjinal (kering
dan miskin hara). Kandungan unsur hara kascing terdiri dari 20,2% C, 1,58% N,
C/N ratio 13%, 703 mg/kg P, 218 mg/kg K, 350 mg/kg Ca, 214,3 mg/kg Mg,
153,7 mg/kg S, 13,5 mg/kg Fe, 861,5 mg/kg Mn, 5 mg/kg Al, 154 mg/kg Na, 1,7
mg/kg Cu, 33,55 mg/kg Zn, dan 34,37 B, pH 6,6 – 7,5. Penggunaanya dengan
cara ditaburkan merata di atas media tanaman atau lebih baik dicampurkan dan
diaduk merata dengan tanahnya. Dosis pemakaian untuk tanaman semusim antara
250-300 gram per tanaman dan cukup diulang setiap 45 hari sekali (Mashur,
2001)
Kascing mengandung lebih banyak mikroorganisme, bahan organik, dan
juga bahan anorganik dalam bentuk yang tersedia bagi tanaman dibandingkan
dengan tanah itu sendiri. Selain itu, kascing mengandung enzim protease, amilase,
lipase, selulase, dan chitinase, yang secara terus menerus mempengaruhi
perombakan bahan organik sekalipun telah dikeluarkan dari tubuh cacing Kascing
juga mengandung hormon perangsang tumbuhan seperti giberelin 2,75%,
sitokinin 1,05% dan auksin 3,80% (Mulat, 2003).
Pemakaian pupuk kascing ini dapat memberikan manfaat antara lain
meningkatkan produktivitas; mempercepat panen; merangsang pertumbuhan akar,
batang dan daun; merangsang pertumbuhan bunga; menggemburkan dan
menyuburkan tanah; serta cocok sebagai media tanam (Lingga dan Marsono,
2005).
Pengaplikasian pupuk kascing (dari kotoran sapi, ayam, kuda, dan domba)
dengan dosis 10 ton/ha pada tanaman sawi menunjukkan bahwa semua jenis
pupuk kascing dapat meningkatkan kandungan N dan menurunkan C/N tanah

Universitas Sumatera Utara

latosol, meningkatkan serapan N, kandungan klorofil, dan biomassa tanaman.
Diantara keempat jenis pupuk kascing, pupuk kascing asal kotoran sapi
memberikan pengaruh terbaik, baik terhadap tanah maupun terhadap tanaman
(Wahyudin, 2001).
Secara visual perlakuan kascing pada sawi menunjukkan penampilan
paling baik (segar, lembut, warna bagus, cerah, dan mengkilat), sedangkan
penggunaan pupuk anorganik penampilan segar dan kaku. Kelebihan dari
perlakuan kascing adalah mampu memperpanjang umur panen sawi selama
kurang lebih 1 minggu (Kariada dan Sukadana, 2000)
Kascing juga berpengaruh sangat nyata terhadap pertumbuhan vegetatif
kentang yang meliputi: tinggi tanaman, berat basah, dan berat kering tanaman.
Pertumbuhan vegetatif tertinggi diperoleh pada perlakuan pemberian pupuk
kascing yaitu tinggi tanaman rata-rata 33,33 cm, berat basah tanaman rata-rata
99,73 g dan berat kering tanaman rata-rata 8,95 g dan terendah pada perlakuan
pupuk kascing, yaitu tinggi tanaman rata-rata 24,70 cm, berat basah tanaman ratarata 87,49g dan berat kering rata-rata 8,38 g (Krisnawati, 2003)
Hasil

penelitian

pada

tomat

menunjukkan

bahwa

penambahan

vermikompos (kascing) pada 15 ton/ha berpengaruh nyata meningkatkan total
organik tanah, total N, P, K, Ca, Zn, dan Mn, dibandingkan tanpa vermikompos.
Penambahan vermikompos dalam tanah mampu menurunkan pH tanah. Dengan
penambahan vermikompos, komponen fisika tanah seperti struktur dan porositas
tanah menjadi lebih baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan
vermikompos berdampak positif terhadap komponen kimia dan fisika tanah
(Azarmi et al, 2008)

Universitas Sumatera Utara

Hasil penelitian instalasi penelitian dan pengkajian teknologi pertanian
(IP2TP) denpasar menunjukkan sawi yang ditanam menggunakan media bekas
kascing sebanyak 5 ton/ha meningkatkan panen sawi sebanyak 28,088 ton/ha.
Pada pemberian pupuk 150 kg urea, 250 kg ZA, 50 kg SP-36, dan 50 kg KCL
hanya menghasilkan 12,826 ton/ha. Selain itu, penampilan sawi lebih segar,
lembut, warna lebih hijau, cerah dan mengkilap. Panen dapat silakukan secara
bertahap. Disisi lain, penanaman kedua dan ketiga tidak perlu menambahkan
kascing lagi (Mashur, 2001)

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan
laut, dimulai dari bulan Mei sampai Juni 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas benih sawi
pakchoy, Pupuk organik kascing, serta bahan- bahan lain yang mendukung
pelaksanaan penelitian ini.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul untuk
menyiapkan media tanam dan membersihkan lahan, polybag sebagai media
tanam, timbangan analitik untuk menimbang, gembor untuk menyiram media
tanam, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, leaf area meter
untuk mengukur luas daun, klorofilmeter untuk mengukur jumlah klorofil daun,
alat tulis untuk mencatat hasil pengamatan, kertas label sebagai penanda
perlakuan, dan kalkulator.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Faktorial dengan
2 (dua) faktor perlakuan sebagai berikut:
Faktor I

: Varietas
V1 = Green Pakchoy
V2 = White Pakchoy

Universitas Sumatera Utara

Faktor II : Pupuk Organik
P0 = 0 g (kontrol)
P1 = 50 g/ tanaman
P2 = 75 g/ tanaman
P3 = 100 g/ tanaman
P4 = 125 g/ tanaman
Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 10 kombinasi, yaitu
V1P0

V2P0

V1P1

V2P1

V1P2

V2P2

V1P3

V2P3

V1P4

V2P4

Jarak tanam
Jumlah ulangan

: 30 cm x 30 cm
:3

Jarak antar blok

: 50 cm

Jumlah plot

: 10

Jumlah populasi/plot

:2

Jumlah sampel/plot

:2

Jumlah sampel/ulangan

: 20

Jumlah sampel seluruhnya

: 60

Jumlah tanaman seluruhnya

: 60

Universitas Sumatera Utara

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam
berdasarkan model linear aditif sebagai berikut :
Y ijk = µ + ρ i + α j + β k + (αβ) jk + ε ijk
Dimana:
Y ijk

: Hasil pengamatan pada blok ke-i akibat varietas ke-j dan pengaruh
pemberian pupuk organik pada taraf ke- k

µ

: Nilai tengah

ρi

: Efek dari blok ke-i

αj

: pengaruh varietas ke-j

βk

: Efek pemberian pupuk organik konsentrasi berbeda pada taraf ke- k

(αβ) jk : Interaksi antara varietas ke-j dan pemberian pupuk organik pada taraf
ke-k
ε ijk

: Galat dari blok ke-i, varietas ke-j dan perlakuan pupuk organik pada
taraf ke-k.
Dari hasil penelitian yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda

rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada uji taraf 5 %
(Stansfield, 1991).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan lahan/ media tanam
Disiapkan lahan penelitian seluas 5 m x 2 m dengan jarak antar plot 30 cm
dan jarak antar blok 50 cm. Kemudian lahan dibersihkan dari gulma dan berbagai
kotoran yang ada

Penyemaian benih
Benih direndam dengan air selama satu malam, kemudian langsung
ditanam di tempat penyemaian dengan ukuran 1 m x 1 m. Setelah bibit berumur 23 minggu dan berdaun 3 – 4 helai sudah siap untuk di transplanting ke polibag.

Penanaman
Penanaman bibit ke polibag dilakukan setelah bibit telah berumur 2-3
minggu dan berdaun 3-4 helai kemudian dibuat lubang tanam dengan kedalaman
3-5 cm. Bibit terlebih dahulu dicuci bagian akarnya hingga besih, akar yang
terlalu panjang dapat dipotong lalu ditanam satu bibit / polibag.

Penjarangan tanaman
Penjarangan tanaman dilakukan pada saat tanaman berumur satu minggu
dilapang dengan mencabut tanaman yang pertumbuhannya tidak sempurna, dan
disisakan tanaman yang pertumbuhannya baik.

Universitas Sumatera Utara

Aplikasi Pupuk Organik
Pupuk organik kascing diberikan dengan cara dibenamkan di bawah tanah
disekitar perakaran tanaman pada saat tanaman berumur 1MST, 2MST, 3MST,
4MST, sesuai dengan dosis perlakuan

Pemeliharaan tanaman
Penyiraman
Penyiraman dilakukan pada sore hari. Apabila kondisi tanah masih lembab
maka penyiraman tidak perlu dilakukan.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan secara manual (mencabut gulma dengan tangan).
Penyiangan dilakukan sesuai kebutuhan.

Pengendalian hama penyakit
Pengendalian

hama

menggunakan insektisida

penyakit

dilakukan

penyemprotan

dengan

sesuai dengan dosis anjuran. Sedangkan untuk

pengendalian penyakit dapat digunakan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g
/ liter air. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan tergantung adanya serangan.

Panen
Panen dilakukan dengan mencabut seluruh bagian tanaman, kemudian
tanah yang menempel diakar dibuang dengan cara menghentakkan tanah. Lalu
akar dicuci agar tanah tidak melekat lagi.

Universitas Sumatera Utara

Pengamatan Parameter
Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur mulai dari pangkal batang bawah hingga ujung
daun tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan pada saat panen.
Jumlah daun (helai)
Penghitungan jumlah daun dilakukan dengan menghitung seluruh jumlah
daun yang telah tumbuh pada tanaman. Penghitungan jumlah daun dilakukan saat
panen.
Luas daun (cm2)
Pengukuran luas daun dilakukan dengan menggunakan Leaf Area Meter
(LAM). Jumlah daun yang diukur ada 3 yaitu daun paling bawah, tengah, atas
agar mewakili luas daun dan mengambil daun tersebut dengan cara bagian daun
dipotong dari pangkal daun kemudian daun yang diukur diletakkan pada bidang
ukur LAM setelah itu dilakukan proses scaning dan dicatat data yang muncul,
dilakukan pada saat panen.
Bobot biomassa per tanaman sampel (g)
Seluruh tanaman sampel termasuk daun yang tidak layak dikonsumsi,
ditimbang bobotnya. Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang
melekat pada akar daun yang dilakukan pada saat panen.
Bobot segar jual per tanaman (g)
Seluruh tanaman sampel yang layak dikonsumsi, ditimbang bobotnya.
Tanaman ditimbang setelah dibersihkan dari tanah yang melekat pada akar
tanaman yang dilakukan pada saat panen.

Universitas Sumatera Utara

Panjang akar tanaman (cm)
Panjang akar tanaman diukur mulai dari ujung akar hingga permukaan
akar, dan dilakukan pada saat panen.

Indeks panen (%)
Indeks panen merupakan cara untuk mengetahui nilai ekonomis dari
sebuah tanaman. Indeks panen dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Indeks panen =

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tinggi tanaman (cm)
Data pengamatan dan sidik ragam tinggi tanaman sawi pada umur 6
minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 5-6. Berdasarkan sidik
ragam diketahui bahwa varietas maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata
terhadap tinggi tanaman, sedangkan pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata.
Tinggi tanaman sawi umur 6 MST dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Tinggi tanaman sawi pada perlakuan masing-masing varietas dan pupuk
kascing umur 6 MST
Pupuk Kascing
(g/polibag)

Varietas
V1

V2

Rataan

P0 =
P1 =

0
50

12,25
14,63

13
17,9

12,63c
16,27b

P2 =

75

17,88

17,5

17,69ab

P3 =

100

19,33

19,75

19,54a

P4 =

125
Rataan

23,08
17,44

20,08
17,65

21,58a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa, tanaman sawi tertinggi terdapat
pada konsentrasi P4 (125 g/polibag) dan cenderung menurun dengan penurunan
konsentrasi pupuk kascing. Perlakuan P4 tidak berbeda nyata dengan P3 dan P2,
tetapi berbeda nyata dengan P0 dan P1.

Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan tinggi tanaman sawi
umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan tinggi tanaman
sawi pada umur 6 MST.

Jumlah Daun (helai)
Data pengamatan dan sidik ragam jumlah daun tanaman sawi umur 6
minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 7-8. Berdasarkan sidik
ragam diketahui bahwa varietas maupun interaksinya tidak berpengaruh nyata
terhadap jumlah daun, sedangkan pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata.
Jumlah daun tanaman sawi umur 6 MST dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Jumlah daun sawi (helai) pada perlakuan masing-masing varietas dan
pupuk kascing umur 6 MST
Pupuk Kascing
(g/polibag)
P0 =
0
P1 =
50
P2 =
75
P3 =
100
P4 =
125
Rataan

Varietas
V1
7,17
7,17
8,67
11,50
11,67
9,23

V2
7,17
7,67
8,33
9,00
9,00
8,23

Rataan
7,17c
7,42c
8,50b
10,25a
10,33a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji 5%.

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa, jumlah daun tertinggi terdapat
pada konsentrasi P4 (125 g/polibag) dan cenderung menurun dengan penurunan
konsentrasi. Perlakuan P4 tidak berbeda nyata terhadap P3, tetapi berbeda nyata
dengan P2, P1, dan P0.
Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan jumlah daun tanaman
sawi umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan jumlah daun
tanaman sawi pada umur 6 MST.

Universitas Sumatera Utara

Luas daun (cm2)

Data pengamatan dan sidik ragam luas daun tanaman sawi umur 6 minggu
setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 9-10. Berdasarkan sidik ragam
diketahui bahwa varietas dan pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata
terhadap luas daun. Luas daun tanaman sawi umur 6 MST dapat dilihat pada
Tabel 3.
Tabel 3. Luas daun sawi (cm2) pada perlakuan masing-masing varietas dan pupuk
kascing umur 6 MST
Varietas
Pupuk Kascing
Rataan
(g/polibag)
V1
V2
P0 =
0
7,45
13,82
10,63d
P1 =
50
11,04
22,76
16,90c
P2 =
75
13,49
32,98
23,24b
P3 = 100
12,11
36,30
24,21b
P4 = 125
26,62
37,47
32,045a
Rataan
14,14b
28,66a
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji
5%.

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa, luas daun sawi terluas terdapat
pada konsentrasi P4 (125 g/polibag) dan menurun dengan penurunan konsentrasi
pupuk kascing. Perlakuan P4 berbeda nyata terhadap P3, P2, P1, dan P0
Hubungan antara pemberian pupuk organik dengan luas daun tanaman
sawi umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 3 berikut.

Universitas Sumatera Utara

Gambar 3. Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan luas daun tanaman
sawi pada umur 6 MST.

Bobot biomassa per tanaman sampel (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot biomassa tanaman sawi umur 6
minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 11-12. Berdasarkan
sidik ragam diketahui bahwa varietas dan pemberian pupuk kascing berpengaruh
nyata terhadap bobot biomassa. Bobot biomassa tanaman sawi umur 6 MST dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Bobot biomassa tanaman sawi (cm) pada perlakuan masing-masing
varietas dan pupuk kascing umur 6 MST
Pupuk Kascing
(g/polibag)
P0 =
P1 =
P2 =
P3 =
P4 =

0
50
75
100
125
Rataan

Varietas
V1
3,80
6,15
11,17
16,18
22,54
11,97b

V2
7,00
15,49
21,79
19,21
23,37
17,37a

Rataan
5,40d
10,82c
16,48b
17,70b
22,96a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf
uji 5%.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa, bobot biomassa tanaman sawi
tertinggi terdapat pada konsentrasi P4 (125 g/polibag) dan menurun dengan
penurunan konsentrasi. Perlakuan P4 berbeda nyata terhadap P3, P2, P1, dan P0

Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan bobot biomassa tanaman
sawi umur 6 MST dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.

Gambar 4: hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan bobot biomassa
tanaman sawi pada umur 6 MST.

Bobot segar jual (g)
Data pengamatan dan sidik ragam bobot segar jual tanaman sawi umur 6
minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 13-14. Berdasarkan
sidik ragam diketahui bahwa varietas dan pemberian pupuk kascing berpengaruh
nyata terhadap bobot segar. Bobot segar jual tanaman sawi umur 6 MST dapat
dilihat pada Tabel 5.

Universitas Sumatera Utara

Tabel 5. Bobot segar jual (g) pada perlakuan masing-masing varietas dan pupuk
kascing umur 6 MST
Pupuk Kascing
(g/polibag)
P0 =
P1 =
P2 =
P3 =
P4 =

0
50
75
100
125
Rataan

Varietas
V1
2,91
4,69
7,74
12,75
17,29
9,08b

Rataan

V2
4,57
10,64
16,11
13,18
18,79
12,66a

3,74d
7,66c
11,93b
12,96b
18,04a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji
5 %.

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa, bobot segar jual tanaman sawi
tertinggi pada konsentrasi P4 (125 g/plot) dan menurun dengan penurunan
konsentrasi. Perlakuan P4 berbeda nyata terhadap P3, P2, P1, dan P0.
Hubungan antara bobot segar jual tanaman sawi umur 6 MST dengan
pemberian pupuk kascing dapat dilihat pada Gambar 5 berikut.

Gambar 9. Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan bobot segar jual
tanaman sawi pada umur 6 MST.

Universitas Sumatera Utara

Indeks panen (%)
Data pengamatan dan sidik ragam indeks panen tanaman sawi umur 6
minggu setelah tanam (MST) dapat dilihat pada Lampiran 15-16. Berdasarkan
sidik ragam diketahui bahwa varietas dan pupuk kascing berpengaruh nyata
terhadap indeks panen. Indeks panen tanaman sawi umur 6 MST dapat dilihat
pada Tabel 6.

Tabel 6. Indeks panen tanaman sawi (%) pada perlakuan masing-masing varietas
dan pupuk kascing umur 6 MST
Pupuk Kascing
(g/polibag)
P0 = 0
P1 = 50
P2 = 75
P3 = 100
P4 = 125
Rataan

Varietas
V1
0,74
0,76
0,72
0,77
0,75
0,75a

V2
0,64
0,67
0,73
0,68
0,82
0,71b

Rataan
0,69b
0,71ab
0,72ab
0,72ab
0,78a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom atau baris
yang sama menunjukkan berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf uji
5%.

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa, indeks panen tanaman sawi tertinggi
terdapat pada konsentrasi P4 (125 g/polibag), kemudian sama besar pada
konsentrasi P3, P2, dan menurun dengan penurunan konsentrasi. Perlakuan P4
tidak berbeda nyata terhadap P3, P2, P1, tetapi berbeda nyata terhadap P0

Universitas Sumatera Utara

Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan indeks panen tanaman
sawi umur 6 MST dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 6. Hubungan antara pemberian pupuk kascing dengan indeks panen
tanaman sawi pada umur 6 MST.

Universitas Sumatera Utara

Pembahasan
Respon Varietas terhadap Pertumbuhan dan Produksi Sawi
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam masing-masing parameter
diketahui bahwa varietas berpengaruh nyata terhadap luas daun, bobot biomassa,
bobot segar jual, serta indeks panen tanaman. Rataan luas daun, bobot biomassa,
dan bobot segar jual terbesar adalah pada V2 (White Pakchoy). Untuk parameter
indeks panen, rataan indeks panen terbesar terdapat pada V1 (Green Pakchoy).
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut diketahui bahwa respon lingkungan pada
varietas tertentu dapat lebih besar daripada responnya pada varietas lainnya. Hal
ini sesuai dengan literatur Sitompul dan Guritno (1995) yang menyebutkan
penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik di bawah pengaruh faktorfaktor lingkungan. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase atau
keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai
sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan
keragaman pertumbuhan tanaman.

Respon Pemberian Pupuk Kascing terhadap Pertumbuhan dan
Produksi Sawi
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam diketahui bahwa varietas hanya
berpengaruh pada parameter luas daun, bobot biomassa, bobot segar jual, serta
indeks panen tanaman. Sedangkan pupuk kascing berpengaruh nyata pada semua
parameter. Sehingga dapat dikatakan bahwa pupuk kascing memberi efek positif
pada seluruh parameter tanaman sawi. Pemberian pupuk kascing berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman. Tinggi tanaman tertinggi yaitu pada konsentrasi P4

Universitas Sumatera Utara

(125 g/polibag) dan menurun dengan penurunan konsentrasi saat P3, P2, dan P1.
Hal ini diduga bahwa pemberian pupuk kaascing pada konsentrasi P4 (125
g/polibag) paling sesuai kebutuhan tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif
berupa tinggi lebih baik dibandingkan pada perlakuan P3, P2 dan P1. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Lingga dan Marsono (2005) yang menyatakan bahwa
pupuk kascing mengandung berbagai unsure hara yang dibutuhkan tanaman
seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, Al, Na, Cu, Zn, Co, dan Mo. Mereka juga
menambahkan bahwa pemberian pupuk kascing dapat memperbaiki struktur
tanah, menetralkan Ph tanah, serta mampu menahan air sebesar 40-60 % yang
semakin mendukung pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Selain itu, pupuk
kascing (vermikompos) juga bermanfaat merangsang pertumbuhan vegetatif
tanaman, meningkatkan produktivitas; mempercepat panen; menggemburkan dan
menyuburkan tanah; serta cocok sebagai media tanam.
Perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata pada jumlah daun, luas daun
dan bobot biomassa. Hasil tertinggi terdapat pada P4 (125 g/plot) . Hal ini diduga
dengan konsentrasi P4 (125 g/plot) proses metabolisme dalam tanaman berjalan
dengan baik. Metabolisme tanaman berupa fotosintesis menghasilkan glukosa dan
energi, berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, sehingga
menghasilkan sel baru, pembesaran sel serta pembentukan klorofil yang lebih
banyak dari perlakuan P3, P2 dan P1. Mashur (2001) menyatakan bahwa pupuk
kascing memiliki kandungan unsur N yang cukup tinggi, dimana unsur tersebut
berperan penting dalam metabolisme tanaman yaitu sebagai penghasil energi
seperti ADP dan ATP, membangun sel-sel baru, penghasil protein, asam nukleat
dan membentuk klorofil. Bila yang dipupuk adalah sayuran maka jumlah nitrogen

Universitas Sumatera Utara

yang diperlukan cukup tinggi sehingga berdampak pada terbentuknya sel-sel
tanaman berukuran besar.
Pemberian pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap bobot segar jual.
Bobot segar jual tertinggi pada konsentrasi P4 (125 g/plot) dan menurun dengan
penurunan konsentrasi. Kariada dan sukadana (2000) menyatakan bahwa secara
visual perlakuan kascing pada sawi menunjukkan penampilan paling baik (segar,
lembut, warna bagus, cerah, dan mengkilat), sedangkan penggunaan pupuk
anorganik menunjukkan penampilan segar dan sedikit kaku. Kelebihan dari
perlakuan kascing adalah mampu memperpanjang umur panen sawi selama
kurang lebih 1 minggu.
Hasil analisis tanah sebelum diberi pupuk kascing menunjukkan bahwa
kandungan unsur Nitrogen (N) pada tanah tersebut sangat kecil, atau dapat disebut
miskin hara N. nitrogen merupakan salah satu unsur yang berperan penting dalam
proses pertumbuhan vegetative tanaman berupa tinggi, jumlah, serta luas daun
yang berpengaruh pada bobot biomassa, bobot segar, serta indeks panen tanaman.
Sementara hasil analisis tanah setelah diberi perlakuan pupuk kascing,
menunjukkan kandungan unsur N pada tanah mengalami peningkatan, sehingga
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan vegetative tanaman. (Mashur, 2001)
menyatakan kascing adalah salah satu jenis pupuk organik. Kascing adalah tanah
bekas pemeliharaan cacing yang merupakan produk samping dari budidaya cacing
tanah yang berupa pupuk organik, cocok untuk pertumbuhan tanaman karena
dapat meningkatkan kesuburan tanah. Kascing kaya hara makro dan mikro, tidak
mengandung racun, serta mampu menggemburkan tanah-tanah marjinal (kering
dan miskin hara)

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Varietas berbeda nyata hanya pada luas daun, bobot biomassa , bobot
segar jual dan indeks panen tanaman. Luas daun, bobot biomassa, dan
bobot segar jual tertinggi terdapat pada varieas 2 yaitu white pakchoy.
Sementara Indeks panen tertinggi pada varitas 1 yaitu green pakcoy.
2. Perlakuan pupuk kascing berpengaruh nyata terhadap semua parameter,
yaitu:
Tinggi tanaman tertinggi pada P4 (21,58 cm) dan terendah P1 (12,63 cm)
Jumlah daun tertinggi adalah pada P4 (10,33) dan terendah P1 (7,17).
Luas daun tertinggi pada P4 (32,04 cm2) dan terendah P1 (10,63 cm2).
Bobot biomassa tanaman tertinggi pada P4 (22,96 g) dan terendah P1
(5,40 g). Bobot segar jual tertinggi pada P4 (18,04 g) dan terendah
P1(3,74 g). Indeks panen tertinggi pada P4 (0,78%) dan terendah P1
(0,69%).
3. Interaksi varietas dengan pupuk kascing tidak berpengaruh nyata terhadap
seluruh peubah amatan.

Universitas Sumatera Utara

Saran
Disarankan pemberian dosis pupuk kascing yang sesuai untuk tanaman
adalah 125 g/tanaman.

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA

Azarmi, R. M.T. Giglou and R.D Taleshmikail. 2008. Influence of Vermicompost
on Soil Chemical Properties in Tomato (Licopersicum esculentum). Field.
African Journal of Biotechnology Vol 7 (14)
Badan Pusat Statistik Sumatera Utara. 2011. Produksi Sawi Sumatera Utara.
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia.
Barus, A. A., 2011. Pemanfaatan Pupuk Cair Mikro Untuk Meningkatkan
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Varietas
Tosakan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Hal 20-23
Bangun, M. K. 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara, Medan. Hal 17-19
Dwi, J. Z., 2006. Bertanam Sawi Dalam Polybag. Sinergi Pustaka. Bandung. Hal
30
Djuarnani, N. Kristiani, dan B.S. Setiawan. 2003. Cara cepat membuat kompos.
Agromedia pustaka. Jakarta. Hal: 5-26
Fransisca, S. 2009. Respon Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.)
Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair. Skripsi.
Universitas Sumatera Utara. Hal 25-28
Hasibuan, B.E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU-Prees, Medan. Hal: 140-141
Hernowo. 2010. Bertanam Petsai dan Sawi. Agromedia Pusataka. Jakarta.
Kariada, I.K dan I.M Sukadana. 2000. Sayuran Organik. http:www.pustakadeptan.
go.id/agritek/0208.pdf. diakses tanggal 19 desember 2008
Krisnawati. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kascing Terhadap Pertumbuhan
Tanaman Kentang. KAPPA (2003) VOL 4, No. 1, 9-14
Lingga, P. dan Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Agromedia. Jakarta
Manurung, R. F. H., 2011. Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi
(Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Anorganik C