Respon Pertumbuhan Dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing Dan Pupuk Organik Cair

(1)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)

TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KASCING

DAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH :

SYLVIA FRANSISCA 040301039 BDP - AGRONOMI

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI SAWI (Brassica juncea L.)

TERHADAP PENGGUNAAN PUPUK KASCING

DAN PUPUK ORGANIK CAIR

SKRIPSI

OLEH :

SYLVIA FRANSISCA 040301039 BDP - AGRONOMI

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Ujian Sarjana di Departemen Budidaya Pertanian Fakultan Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc) (Ir. Balonggu Siagian, MS) NIP : 130 231 557 NIP: 130 806 538

PROGRAM STUDI AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

This research is proposed to find out the best growth and production response of mustard (Brassica juncea L.) as worm compost and liquid organic fertilizer given. The research was held in Padang Bulan, Medan Tuntungan, started from November 2008 until December 2008. The design use randomized block design factorial with 2 aspects. The first aspect is kascing consist of four

stages those are K0 (0 g/plant), K1 (20 g/plant), K2 (40 g/ plant) and

K3 (60 g/ plant). The second factor is Puja 168 fertilizer consist four stage those

are P0 (0 ml/liter water), P1 (2.5 ml/liter water), P2 (5 ml/liter water) and

P3 (7.5 ml/liter water). Worm compost given perform real effect to plant height,

number of leaf, leaf area total, fresh weight per plant, dry weight per plant, net assimilation rate 24-40 day after planted, relative growth rate 24-40 day after planted, production per plant, and production per plot, but not gave any influenced to net assimilation rate and relative growth rate 16-24 day after planted. Puja 168 fertilizer really influenced on plant height, fresh weight per plant, dry weight per plant, net assimilation rate and relative growth rate 8-40 day after planted. Number of leaf 24-40 day after planted, leaf area total 16-40 day after planted, production per plant, and production per plot, but not influenced on plant height, fresh weight per plant, dry weight per plant, net assimilation rate and relative growth rate 16-24 day after planted and number of leaf 16-20 day after planted. The interaction between both aspect influenced on plant height 23-36 day after planted, number of leaf 24 day after planted, leaf area total 40 day after plant, fresh weight per plant 40 day after planted, dry weight per plant 40 day after planted, net assimilation rate 32-40 day after plant, production per plant and production per plot.


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi tanaman sawi (Brassica juncea L.) yang terbaik terhadap penggunaan pupuk kascing dan pupuk organik cair. Penelitian ini dilaksanakan di Padang Bulan Kecamatan Medan Tuntungan, dimulai pada bulan Nopember 2008 dan selesai pada bulan Desember 2008. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok faktorial dengan 2 faktor perlakuan. Faktor pertama adalah pupuk Kascing dengan 4 taraf, yaitu K0 (0 g/tanaman), K1 (20 g/tanaman), K2 (40 g/tanaman), dan

K3 (60 g/tanaman). Faktor kedua adalah pupuk Puja 168 dengan 4 taraf, yaitu P0 (0

ml/liter air), P1 (2.5 ml/liter air), P2 (5 ml/liter air) dan P3 (7.5 ml/liter air). Perlakuan

pupuk Kascing berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, total luas daun, bobot segar per tanaman, bobot kering per tanaman, laju asimilasi bersih umur 24-40 hst, laju pertumbuhan relatif 24-40 hst, produksi per tanaman dan produksi per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan relatif umur 16-24 hst. Perlakuan pupuk Puja 168 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, bobot segar per tanaman, bobot kering per tanaman, laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan relatif umur 28-40 hst, jumlah daun umur 24-40 hst, total luas daun 16-40 hst, produksi per tanaman dan produksi per plot, tetapi berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman, bobot segar per tanaman, bobot kering per tanaman, laju asimilasi bersih dan laju pertumbuhan relatif umur 16-24 hst, serta jumlah daun umur 16-20 hst. Interaksi antara pupuk Kascing dan pupuk Puja 168 berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman umur 28-36 hst; jumlah daun umur 24 hst; total luas daun umur 40 hst; bobot segar per tanaman umur 40 hst; bobot kering per tanaman umur 40 hst; laju asimilasi bersih umur 32-40 hst; produksi per tanaman dan produksi per plot.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Sylvia Fransisca, lahir pada tanggal 06 Agustus 1984 di Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara, anak ke-2 dari 2 bersaudara, puteri dari ayahanda P. Simangunsong dan ibunda L. Sibarani.

Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis hingga saat ini adalah Pendidikan Dasar di SD Swasta Xaverius Padangsidimpuan lulus tahun 1997, Pendidikan Menengah Pertama di SLTP Swasta Kesuma Indah Padangsidimpuan lulus tahun 2000, Pendidikan Menengah Atas di SMU Negeri 2 Padangsidimpuan lulus tahun 2003 dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2004 melalui Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Fisiologi Tumbuhan (TA. 2006/2007–2008/2009), asisten mata kuliah Nutrisi Tanaman (TA. 2007/2008-2008/2009), dan mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian HIMADITA tahun 2007-2009.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) periode Juni 2008 sampai Juli 2008 di PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Silau Dunia, Kabupaten Simalungun.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “Respon Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica juncea L.) Terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan Pupuk Organik Cair” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc sebagai Ketua Komisi Pembimbing

dan Bapak Ir. Balonggu Siagian, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi banyak saran, petunjuk, bimbingan, arahan serta kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

2. Ayahanda P. Simangunsong dan Ibunda L. Sibarani yang telah membesarkan

penulis dengan segenap cinta dan kasih sayang serta pengorbanan yang tak ternilai harganya dan juga kepada Abangda Jimmy Simangunsong yang banyak memberikan masukan dan motivasi kepada penulis.


(7)

3. Keluarga C. Surbakti/br. Sibarani yang begitu banyak memberikan semangat, dukungan, motivasi serta doa dan menampung segala keluh kesah penulis selama memulai perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini.

4. Keluarga A. Simanjuntak/br. Sibarani, Keluarga Pdt. F. Sibarani/br. Sitorus, Kak Grace, Kak Esti, Kak Reina, Margareth, Michelle, Jacqueline dan seluruh Keluarga besar Simangunsong yang telah memberi dukungan dan doa kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

5. Kepada teman-teman: Diana, Susi, Ophi, Lya, Limsasi, Andrew, Toto, Gugun,

Anggiat, Daniel, Sony, Difa, Jihot, Nicolas dan seluruh teman-teman angkatan 2004 dan juga adik-adik angkatan 2007 atas bantuan tenaga, doa, motivasi,

dan rasa kekeluargaan yang telah membantu penulis selama perkuliahan,

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Maret 2009


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian... 4

Kegunaan Penelitian... 4

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Tanaman Sawi ... 5

Syarat Tumbuh ... 6

Iklim ... 6

Tanah... 7

Pupuk Kascing ... 8

Pupuk Organik Cair Puja 168 ... 11

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu ... 15

Bahan dan Alat... 15

Metode Penelitian ... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN Persemaian ... 18

Penyemaian Benih... 18

Pengolahan Tanah ... 18

Pemupukan Dasar... 18

Penanaman ... 19


(9)

Pengaplikasian Pupuk Organik Cair Puja 168 ... 19

Penyisipan ... 19

Pemeliharaan ... 20

Penyiraman... 20

Penyiangan ... 20

Pencegahan Hama dan Penyakit ... 20

Panen ... 20

Peubah yang Diamati ... 20

Tinggi Tanaman ... 20

Jumlah Daun ... 21

Luas Daun ... 21

Bobot Segar Tanaman ... 21

Bobot Kering Tanaman ... 21

Laju Asimilasi Bersih... 22

Laju Pertumbuhan Relatif ... 22

Produksi ... 23

Produksi per Tanaman ... 23

Produksi per Plot ... 23

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 24

Tinggi Tanaman... 24

Jumlah Daun ... 31

Luas Daun ... 37

Bobot Segar Tanaman ... 43

Bobot Kering Tanaman ... 49

Laju Asimilasi Bersih... 55

Laju Pertumbuhan Relatif ... 61

Produksi ... 66

Produksi per Tanaman ... 66

Produksi per Plot ... 68

Pembahasan... 70

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Terhadap Dosis Pupuk Kascing... 71

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Terhadap Konsentrasi Pupuk Puja 168... 72

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Sawi Terhadap Interaksi Perlakuan Pupuk Kascing dengan Pupuk Puja 168... 74

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 76

Saran... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

NO JUDUL TABEL HALAMAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Kandugan Gizi Tanaman Sawi (mg/100 g)……… Hasil Analisis Padatan (Sludge) tanpa pemanasan di Kebun Dolok Sinumbah... Kandungan unsur hara dalam pupuk puja 168…………... Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst………...… Rataan Tinggi Tanaman pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 28, 32, dan 36 hst ………..…. Rataan Jumlah Daun Sawi (helai) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst ………... Rataan Jumlah Daun pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 24 hst………...……

Rataan Luas Daun Sawi (cm2) pada Berbagai Dosis

Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst ………...…... Rataan Luas Daun pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) pada Umur 40 hst ……….. Rataan Bobot Segar Sawi (g) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst ………..……… Rataan Bobot Segar pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 40 hst ………. Rataan Bobot Kering Sawi (g) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst ………..……… Rataan Bobot Kering Sawi pada Interaksi antara Kascing

1 11 13 26 28 33 35 39 41 45 47 51


(11)

14

15

16

17

18

(K) dan Puja 168 (P) Umur 40hst………. . Rataan Laju Asimilasi Bersih Sawi (g.cm2.hari-1) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst ……….………... Rataan Laju Asimilasi Bersih pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 40 hst………

Rataan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.h-1) pada

Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst………... Rataan Produksi per Tanaman pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 40 hst ………. Rataan Produksi per Plot pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 40 hst ……….…….

53

57

59

64

67


(12)

DAFTAR GAMBAR

NO JUDUL GAMBAR HALAMAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Perkembangan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Berbagai Dosis Kascing (g) Umur 16 s/d 40 hst ………... Perkembangan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst ………. Hubungan antara Tinggi Tanaman (cm) dengan Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 20, 24 dan 40 hst………...….. Hubungan Antara Tinggi Tanaman (cm) dengan Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 28 s/d 40 hst ...… Pengaruh Dosis Kascing pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 terhadap Tinggi Tanaman umur 28, 32, dan 36 hst.... Pengaruh Puja 168 pada berbagai Kascing terhadap Tinggi Tanaman umur 28, 32, dan 36 hst …….………… Perkembangan Jumlah Daun Sawi (helai) pada Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst …..……. Perkembangan Jumlah Daun Sawi (helai) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst … Hubungan antara Jumlah Daun (helai) dengan Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 20, 28, 32, 36 dan 40 hst ……….…… Hubungan Antara Jumlah Daun (helai) dengan konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 28, 32, 36 dan 40 hst……….. Pengaruh Dosis Kascing pada berbagai Konsentrasi Puja 168 terhadap Jumah Daun Umur 24 hst...……... Pengaruh Konsentrasi Puja 168 pada berbagai Dosis Kascing terhadap Jumlah Daun Umur 24 hst……….

24 25 27 27 29 30 31 32 34 34 36 36


(13)

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Perkembangan Luas Daun Sawi (cm2) pada Berbagai

Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst…………

Perkembangan Luas Daun Sawi (cm2) pada Berbagai

Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst ....

Hubungan antara Luas Daun (cm2) dengan Berbagai

Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 24 dan 32 hst.……. Hubungan antara Luas Daun (cm2) dengan Berbagai Puja 168 (ml/liter air) Umur 16, 24 dan 32 hst……….. Pengaruh Dosis Kascing terhadap Luas Daun pada berbagai Konsentrasi Puja 168 Umur 40 hst ………….... Pengaruh Konsentrasi Puja 168 Terhadap Luas Daun pada berbagai Kascing umur 40 hst ……….. Perkembangan Bobot Segar Sawi (g) pada Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst …….... Perkembangan Bobot Segar Sawi (g) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst .... Hubungan antara Bobot Segar (g) dengan Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 24 dan 32 hst ………... Hubungan antara Bobot Segar (g) dengan Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 32 hst ……….. Pengaruh Dosis Kascing terhadap Bobot Segar (g) pada berbagai Konsentrasi Puja 168 umur 40 hst ………….. Pengaruh Konsentrasi Puja 168 Terhadap Bobot Segar (g) pada berbagai Dosis Kascing umur 40 hst ………… Perkembangan Bobot Kering Sawi (g) pada Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst ……… Perkembangan Bobot Kering Sawi (g) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst .... Hubungan antara Bobot Kering (g) dengan Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 24 dan 32 hst…….. Hubungan antara Bobot Kering (g) dengan Puja 168 (ml/liter air) Umur 32 hst ………...

37 38 40 40 42 42 43 44 46 46 48 49 50 50 52 53


(14)

29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41

Pengaruh Dosis Kascing terhadap Bobot Kering (g) pada berbagai Konsentrasi Puja 168 umur 40 hst……….. Pengaruh Konsentrasi Puja 168 Terhadap Bobot Kering (g) pada berbagai Dosis Kascing umur 40 hst ………… Perkembangan Laju Asimilasi Bersih Sawi (g.cm2.hari-1) pada Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst……….. Perkembangan Laju Asimilasi Bersih Sawi (g.cm2.hari-1) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst……… Hubungan antara Laju Asimilasi Bersih Sawi

(g.cm2.hari-1) dengan Berbagai Dosis Kascing

(g/tanaman) Umur 24-32 hst……….. Hubungan antara Laju Asimilasi Bersih Sawi (g.cm2.hari-1) dengan Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 24-32 hst ……….. Pengaruh Kascing Terhadap Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1) pada Berbagai Puja 168 umur 32-40 hst … Pengaruh Puja 168 Terhadap Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.hari-1) pada Berbagai Kascing umur 40 hst ……. Perkembangan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.h-1) pada Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst………..………….. Perkembangan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.h-1) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst ……….. Hubungan antara Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.h-1) dengan Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 24-32 dan 32-40 hst ……….…… Hubungan antara Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.h-1) dengan Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 24-32 dan 32-40 hst ………. Pengaruh Dosis Kascing terhadap Produksi per Tanaman (g) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168………..

54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 65 66 67


(15)

42

43

44

Pengaruh Konsentrasi Puja 168 terhadap Produksi per Tanaman pada berbagai Dosis Kascing ………... Pengaruh Dosis Kascing terhadap Produksi per Plot pada Berbagai Konsentrasi Puja 168………. Pengaruh Konsentrasi Puja 168 terhadap Produksi per Plot pada berbagai Dosis Kascing ………...

68

70


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

NO JUDUL LAMPIRAN HALAMAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Bagan Plot Penelitian ……….………… Bagan Penelitian ……….……… Jadwal Kegiatan………... Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) Umur 16-40 hst………. Rangkuman Sidik Ragam Tinggi Tanaman ……….. Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 16-40 hst ..… Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Daun ………...…………

Data Pengamatan Luas Daun (cm2) Umur 16-40 hst…….…

Rangkuman Sidik Ragam Luas Daun …………...………… Data Pengamatan Bobot Basah (g) Umur 16-40 hst ………. Rangkuman Sidik Ragam Bobot Basah ………...……. Data Pengamatan Bobot Kering (g) Umur 16-40 hst………. Rangkuman Sidik Ragam Bobot Kering ………..…. Data Pengamatan Laju Asimilasi Bersih (g.cm2.h-1) Umur 16-40 hst ……….………... Rangkuman Sidik Ragam Laju Asimilasi Bersih……..…… Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.h-1) Umur 16-40 hst ………...………….. Rangkuman Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif ….….. Data Pengamatan Produksi per Tanaman (g) Umur 16-40 hst ………..………..

Sidik Ragam Produksi per Tanaman………...……..

80 81 82 83 84 85 86 87 87 88 88 89 89 90 90 91 91 92 92


(17)

20 21 22 23 24 25 26

Data Pengamatan Produksi per Plot (g) Umur 16-40 hst …..

Sidik Ragam Produksi per Plot………...…..

Deskripsi Sawi Varietas Tosakan ……….…… Analisis Tanah Lahan Penelitian ………..… Analisis Pupuk Kascing………...….. Foto Lahan Penelitian………. Foto Sampel Tanaman Sawi pada Masing-masing Perlakuan………

93 93 94 95 96 97


(18)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sawi termasuk tanaman sayuran daun dari keluarga Cruciferae yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi. Daerah asal tanaman sawi diduga dari Tiongkok (Cina) dan Asia Timur. Konon di daerah Cina tanaman ini telah dibudidayakan sejak 2500 tahun yang lalu, kemudian menyebar luas ke Filipina dan Taiwan. Masuknya sawi ke Indonesia diduga pada abad XI bersamaan dengan lintas perdagangan jenis sayuran sub-tropis lainnya. Daerah pusat penyebarannya antara lain di Cipanas (Bogor), Lembang dan Pangalengan (Rukmana, 2007).

Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat giji yang cukup lengkap sehingga apabila dikonsumsi sangat baik untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Menurut data yang tertera dalam daftar komposisi makanan yang diterbitkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan, komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam sawi dapat disajikan pada tabel berikut :

Tabel 1. Kandungan Gizi Tanaman Sawi (mg / 100 g)

Zat Gizi Kandungan Gizi

---mg/100 g---

Protein 23

Lemak 3

Karbohidrat 40

Ca 220,0

P 38,0

Fe 2,9

Viatamin A 1.940,0

Viatamin B 0,09

Viatamin C 102


(19)

Selain memiliki kandungan vitamin dan zat gizi yang penting bagi kesehatan, sawi dipercaya dapat menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita batuk. Sawi yang dikonsumsi berfungsi pula sebagai penyembuh sakit kepala dan juga dapat membersihkan darah (Haryanto, dkk, 2003).

Menurut Direktorat Jendral Hortikultura Departemen Pertanian (2008), produksi sawi di Indonesia dari tahun 2003 hingga 2006 terus mengalami peningkatan. Produksi sawi tahun 2003, 2004, 2005, 2006 berturut-turut adalah 459,253 ton, 534,964 ton, 548,453 ton dan 590,400 ton.

Namun di Sumatera Utara, pada enam tahun terakhir (2001-2006) produksi sayuran justru anjlok hingga 25,6%. Pada tahun 2001 daerah ini masih mampu menghasilkan sayuran sebanyak 1.146.341 ton, namun tahun 2006 anjlok hingga 852.299 ton atau turun sebanyak 294.042 ton. Salah satu jenis sayuran yang ditanam di daerah Sumut adalah sawi. Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara (2008) produksi sawi pada tahun 2006 adalah 73.008 ton. Salah satu penyebab terjadinya penurunan adalah semakin rendahnya minat petani menanam sayuran karena dianggap tidak menguntungkan dan banyak lahan yang beralih fungsi serta banyaknya sayuran impor saat ini. Jika kondisi ini terus dibiarkan bukan tidak mungkin, 20 atau 40 tahun lagi tidak ada sayuran yang dihasilkan dari daerah ini. Padahal, sayuran termasuk sumber gizi yang sangat dibutuhkan masyarakat (Harian Global, 2008).

Untuk meningkatkan keuntungan dapat dicapai antara lain melalui

peningkatan produksi dengan biaya produksi yang lebih rendah. Peningkatan produksi dapat dicapai melalui pemupukan. Salah satu pupuk organik yang telah diteliti secara ilmiah dan telah diaplikasikan oleh para petani dan praktisi di


(20)

banyak negara adalah kascing. Kascing memilki beberapa keunggulan, diantaranya mempercepat pertumbuhan tanaman, memperbaiki mutu buah, dan mencegah berbagai jenis penyakit pada tanaman (Mulat,2003). Kandungan nutrisi kascing lebih tinggi dibandingkan dengan kompos. Kandungan N, P dan K dapat mencapai dua kali lipat kompos biasa, dan kascing juga lebih kaya akan zat pengatur tumbuh (ZPT) tanaman dan mikroba tanah. Keseluruhan kandungan kascing, kimiawi maupun hayati, membuat jumlah nutrisi yang tersedia dan dapat diserap tanaman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kompos biasa

Puja 168 adalah pupuk organik cair Bio Enzym yang terbuat dari daun-daunan dan buah - buahan segar yang diolah secara enzimisasi sehingga menghasilkan mikroorganisme, unsur hara makro dan mikro yang berguna untuk memingkatkan kesuburan tanah serta mempercepat

penguraian unsur hara bagi tamanan (

Berdasarkan uraian diatas dalam upaya menghasilkan tanaman sawi yang berkualitas dengan meningkatkan penyerapan unsur hara tanaman, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ’’Respon Pertumbuhan dan

Produksi Sawi (Brassica juncea L.) terhadap Penggunaan Pupuk Kascing dan

Pupuk Organik Cair,’’ sehingga dapat dicari dosis optimum yang dapat meningkatkan efisiensi penggunaan modal.


(21)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui respon pertumbuhan dan produksi

sawi (Brassica juncea L.) yang terbaik terhadap penggunaan pupuk kascing dan pupuk organik cair.

Hipotesis Penelitian

1. Ada respon positif pertumbuhan dan produksi tanaman sawi terhadap

peningkatan dosis pupuk kascing hingga batas tertentu.

2. Ada respon positif pertumbuhan dan produksi tanaman sawi terhadap

peningkatan konsentrasi pupuk organik cair hingga batas tertentu.

3. Ada interaksi antara pupuk Kascing dan pupuk Puja 168 terhadap

pertumbuhan dan produksi tanaman sawi.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan untuk penulisan skripsi yang menjadi syarat mengikuti

ujian Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Umum Tanaman Sawi

Sistematika tanaman sawi adalah sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Class : Dicotyledonae

Ordo : Rhoeadales

Famili : Cruciferae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea L. (Haryanto, dkk, 2003).

Tanaman sawi hijau berakar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar ke semua arah di sekitar permukaan tanah, perakarannya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Tanaman sawi hijau tidak memiliki akar tunggang. Perakaran tanaman sawi hijau dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada tanah yang gembur, subur, tanah mudah menyerap air, dan kedalaman tanah cukup dalam (Cahyono, 2003).

Batang (caulis) sawi pendek sekali dan beruas-ruas, sehingga hampir tidak kelihatan. Batang ini berfungsi sebagai alat pembentuk dan penopang daun (Rukmana, 2007).

Sawi berdaun lonjong, halus, tidak berbulu dan tidak berkrop. Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk krop (Sunarjono, 2004).


(23)

Tanaman sawi umumnya mudah berbunga secara alami, baik didataran tinggi maupun dataran rendah. Struktur bunga sawi tersusun dalam tangkai bunga (inflorescentia) yang tumbuh memanjang (tinggi) dan bercabang banyak. Tiap kuntum bunga terdiri atas empat helai daun kelopak, empat helai daun mahkota bunga berwarna kuning cerah, empat helai benang sari, dan satu buah putik yang berongga dua (Rukmana, 2007).

Buah sawi termasuk tipe buah polong, yakni bentuknya memanjang dan berongga. Tiap buah (polong ) berisi 2-8 butir biji (Rukmana, 2007). Biji sawi hijau berbentuk bulat, berukuran kecil, permukaannya licin dan mengkilap, agak keras, dan berwarna coklat kehitaman (Cahyono, 2003).

Syarat Tumbuh

Iklim

Daerah penanaman yang cocok untuk untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai 1200 meter dpl. Namun, biasanya taanaman ini dibudidayakan di daerah yang berketinggian 100-500 m dpl. Sebagian besar daerah-daerah di Indonesia memenuhi syarat ketinggian tersebut (Haryanto,dkk,2003).

Tanaman dapat melakukan fotosintesis dengan baik memerlukan energi yang cukup. Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis. Energi kinetik matahari yang optimal yang diperlukan tanaman untuk pertumbuhan dan produksi berkisar antara 350-400 cal/cm2 setiap hari. Sawi hijau memerlukan cahaya matahari tinggi (Cahyono, 2003).


(24)

Kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6 0C dan siang harinya 21,10C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari. Meskipun demikian, beberapa varietas sawi yang tahan (toleran) terhadap suhu panas, dapat tumbuh dan

berproduksi dengan baik di daerah yang suhunya antara 270-320C

(Rukmana, 2007).

Kelembaban udara yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman sawi hijau yang optimal berkisar antara 80%-90%. Tanaman sawi hijau tergolong tanaman yang tahan terhadap hujan, sehingga penanaman pada musim hujan masih bisa memberikan hasil yang cukup baik. Curah hujan yang sesuai untuk pembudidayaan tanaman sawi hijau adalah 1000-1500 mm/tahun. Daerah yang memiliki curah hujan sekitar 1000-1500 mm/tahun dapat dijumpai di dataran tinggi pada ketinggian 1000-1500 m dpl. Akan tetapi tanaman sawi tidak tahan terhadap air yang menggenang (Cahyono,2003).

Tanah

Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Haryanto, dkk, 2003).

Sawi dapat di tanam pada berbagai jenis tanah, namun paling baik adalah jenis tanah lempung berpasir seperti andosol. Pada tanah-tanah yang mengandung liat perlu pengolahan tanah secara sempurna, antara lain pengolahan tanah yang


(25)

cukup dalam, penambahan pasir dan pupuk organik dalam jumlah (dosis) tinggi (Rukmana, 2007).

Sifat biologis tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah tanah yang banyak mengandung bahan organik (humus) dan bermacam-macam unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik sehingga dengan demikian sifat biologis tanah yang baik akan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Cahyono, 2003).

Pupuk Kascing

Kascing adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organiknya. Walaupun sebagian besar penguraian dilakukan oleh jasad renik, kehadiran cacing justru membantu memperlancar proses dekomposisi. Pasalnya, bahan yang akan diurai oleh jasad renik pengurai, telah diurai lebih dulu oleh cacing. Proses pengomposan dengan melibatkan cacing tanah tersebut dikenal

dengan istilah vermi-composting. Sementara hasil akhirnya disebut kascing

(Agromedia, 2007).

Jenis cacing tanah yang biasa digunakan pada pembuatan kompos adalah

Lumbricus rubellus. Cacing jenis ini dapat hidup dalam populasi yang padat.

Lumbricus rubellus sering ditemukan di bawah timbunan timbunan dedaunan atau timbunan kotoran ternak. Cacing ini tidak hidup jauh di dalam tanah seperti jenis cacing lainnya, tetapi lebih sering hidup di lapisan yang mendekati permukaan tanah (Djuarnani, dkk, 2005).


(26)

Menurut Mashur (2001) kascing memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

1. Vermikompos mengandung berbagai unsur hara yang dibutuhkan tanaman

seperti N, P, K, Ca, Mg, S, Fe, Mn, AI, Na, Cu, Zn, Bo dan Mo tergantung pada bahan yang digunakan. Vermikompos merupakan sumber nutrisi bagi mikroba tanah. Dengan adanya nutrisi tersebut mikroba pengurai bahan organik akan terus berkembang dan menguraikan bahan organik dengan lebih cepat. Oleh karena itu selain dapat meningkatkan kesuburan tanah, vermikompos juga dapat membantu proses penghancuran limbah organik.

2. Vermikompos membantu menyediakan nutrisi bagi tanaman, memperbaiki

struktur tanah dan menetralkan pH tanah.

3. Vermikompos mempunyai kemampuan menahan air sebesar 40-60%. Hal ini

karena struktur vermikompos yang memiliki ruang-ruang yang mampu menyerap dan menyimpan air, sehingga mampu mempertahankan kelembaban.

4. Tanaman hanya dapat mengkonsumsi nutrisi dalam bentuk terlarut. Cacing

tanah berperan mengubah nutrisi yang tidak larut menjadi bentuk terlarut. yaitu dengan bantuan enzim-enzim yang terdapat dalam alat pencernaannya. Nutrisi tersebut terdapat di dalam vermikompos, sehingga dapat diserap oleh akar tanaman untuk dibawa ke seluruh bagian tanaman.

Kascing memiliki tekstur yang didominasi ukuran pasir (diameter butiran 0,05-2 mm), sehingga kascing bersifat remah. Kascing juga mempunyai kemampuan menahan air yang besar, yakni sekitar 145-168 %. Artinya berat air yang tertahan disimpan dalam kascing sebesar 1,45-1,68 kali berat kascingnya. Dengan demikian kascing dapat meningkatkan penyimpanan air dalam tanah,


(27)

sehingga sangat penting untuk tanah berpasir agar tidak cepat mengalami kekeringan. Dalam pembuatan kascing banyaknya cacing yang dibutuhkan adalah 0,5 kg per 2 kg media yang dapat berupa sisa bahan sayuran, dedaunan dan sisa buah-buahan dan mengandung C 20,20%, N 1,58%, C/N 13, P 70,30 mg/100g, K 21,8 mg/100g, Ca 34,99 mg/100g, Mg 21,43 mg/100g, S 153,7 mg/100kg, Fe 13,5 mg/kg (Mulat, 2003).

Kotoran cacing (kascing) mengandung nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Penambahan kascing pada media tanaman akan mempercepat pertumbuhan, meningkatkan tinggi dan berat tumbuhan. Jumlah optimal kascing yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil positif hanya 10-20% dari volume media tanaman (Mashur, 2001).

Kascing mengandung asam humat. Zat-zat humat bersama-sama dengan tanah liat berperan terhadap sejumlah reaksi kompleks baik secara langsung maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap sejumlah proses-proses dalam tubuh tanaman. Secara tidak langsung, zat humat dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan mengubah kondisi-kondisi fisik, kimia dan bilogi tanah. Kascing dapat diberikan pada tanaman sayur-sayuran seperti tomat, terung dan sawi dengan dosis 450-500 g/m2 dan diberikan sebelum tanam atau saat tanam dengan sistem larikan atau di sekitar daerah perakaran (Mulat, 2003).

Sludge adalah benda padat yang tenggelam di dasar bak pengendapan dalam sarana pengelolaan limbah dan harus dibuang atau dikelola untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Tetapi sludge yang dihasilkan dari Pengolahan Minyak Sawit (PMS) mengandung unsur hara nitrogen, posfor,


(28)

kalium magnesium, dan kalsium yang cukup tinggi sehingga dapat digunakan sebagai pupuk.

Tabel 2. Hasil Analisis Padatan (Sludge) tanpa Pemanasan di Kebun Dolok Sinumbah

Kandungan/senyawa Sludge Baru (mg/100 g) Sludge Umur 1 Bulan (mg/100 g) Nirogen 2.770,00 3.400,00 P2O5 874,02 338,25

K2O 897,43 897,43

MgO 356,33 329,72 CaO 1.681,48 664,42

Sumber : :Lubis et al, 1988. Inventarisasi dan Karakteristik Limbah PMS. Seminar Pengendalian PMS dan Karet, 20-21 Desember 1988 di Medan

Pupuk Organik Cair Puja 168

Ada dua kelompok pupuk daun berdasarkan unsur hara yang dikandungnya, yaitu kelompok pupuk yang mengandung unsur hara makro dan kelompok pupuk yang hanya mengandung unsur hara mikro. Hal ini sudah tampak bahwa rata-rata pupuk daun merupakan pupuk majemuk, bahkan disebut pupuk lengkap. Ini disebabkan dalam pupuk daun sudah terkandung beberapa unsur hara (baik makro maupun mikro) dengan konsentrasi berbeda-beda (Lingga dan Marsono, 2000).

Puja 168 adalah pupuk organik cair Bio Enzym yang terbuat dari daun-daunan dan buah-buahan segar yang diolah menggunakan proses enzimisasi sehingga menghasilkan senyawa organik berupa zat hidup yang berguna untuk meningkatkan kesuburan tanah. Puja 168 tidak menggunakan kotoran hewan ataupun proses pembusukan dari akar-akaran maupun daun-daunan. Pupuk Puja


(29)

168 diberikan kepada tanaman sayuran dengan konsentrasi anjuran 10 ml/2 liter

air (

Pupuk Puja 168 memiliki manfaat bagi tanah, yaitu mampu meningkatkan biodiversitas dan kesehatan tanah, memperbaiki tekstur tanah; sehingga tanah mudah diolah (menggemburkan tanah), meningkatkan daya tahan tanah terhadap erosi; meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK); mempunyai keunggulan dalam hal memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah; tanah akan menjadi lebih subur; menyediakan unsur hara; dan meningkatkan mikroba tanah

Pupuk Puja 168 dapat merangsang pertumbuhan akar tanaman secara sempurna dan sehat baik pada tanaman lahan, stek maupun cangkokan, serta dapat mempercepat perkecambahan biji selain itu akar dapat menyerap unsur hara,

melalui pertukaran ion (

Pemberian pupuk Puja 168 juga bermanfaat bagi batang tanaman, dintaranya dapat menyebabkan pertumbuhan batang besar dan kuat sehingga optimalisasi untuk menghasilkan buah yang besar; sebagai media perantara penyerapan unsur hara dari akar menuju daun; dapat menyerap unsur hara seperti K dan Ca sehingga gampang masuk ke jaringan tanaman

Pupuk Puja 168 memiliki manfaat bagi daun tanaman, yaitu dapat membuat daun menjadi lebih lebar, tebal dan dapat meningkatkan jumlah klorofil sehingga efektif dalam proses fotosintesis. Proses fotosintesis yang baik sangat efektif dalam pembentukan karbohidrat dan protein sehingga dihasilkan buah


(30)

yang lebih besar dan lebat. Selain itu pemberian pupuk Puja 168 juga dapat membuat warna daun menjadi lebih tua, tahan rontok, jumlah daun lebih banyak, daun akan dijauhi hama dan penyakit serta memacu pertumbuhan daun dan tunas

Menurut (2008), kandungan unsur hara yang terdapat

dalam pupuk Puja 168 dapat dilihata pada tabel berikut: Tabel 2. Kandungan Unsur Hara dalam Pupuk Puja 168

Parameter Hasil

Nitrogen (N) 0.81 %

N-Amonium (NH4) 0.09 %

N- Nitrat (NO3) 0.09 %

P2O2 0.09 %

P2O2 yang larut dalam air 0.07 %

Belerang (S) 0.02 %

Besi (Fe) 0.0055 %

Tembaga (Cu) 0.16 %

Kalsium (Ca) 0.04 %

Magnesium (Mg) 0.0087%

Mangan (Mn) 0.000067%

Natrium (Na) 0.0017%

Seng (Zn) 0.00034%

K2O yang larut dalam air 0.23 %

Sumber : Sucofindo Laboratory,

Puja 168 sama sekali tidak mengandung bahan-bahan kimia anorganik dan mengandung unsur hara mikro dan makro, sehingga mampu merubah struktur tanah menjadi lebih gembur dan lebih remah, warna lebih hitam, pori-pori sangat terbuka. Puja 168 mengandung mikroorganisme seperti

Lactobacillus dan Yeast yang dapat menambahkan ketersediaan hara dalam menunjang proses biologi, fisika dan kimia dalam tanah serta mampu menghasilkan antibiotik yang dapat menghambat penyakit


(31)

Bila salah satu faktor lebih kuat pengaruhnya dari faktor lain sehingga faktor lain tersebut tertutupi dan masing-masing faktor mempunyai sifat yang jauh berbeda pengaruhnya dan sifat kerjanya, maka akan menghasilkan hubungan yang berbeda dalam mempengaruhi pertumbuhan suatu tanaman


(32)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Padang Bulan jalan Jamin Ginting km 8.5 Kecamatan Medan Tuntungan, Medan. Dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2008 sampai dengan Nopember 2008.

Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit sawi varietas Tosakan, kascing dari hasil degradasi sludge (limbah kelapa sawit) oleh cacing Lumbricus rubellus, pupuk organik cair Puja 168, air, amplop, kertas label, pelepah kelapa sebagai atap naungan persemaian, kawat sebagai pengikat bambu persemaian, insektisida Decis 2,5 EC, fungisida Dithane M-45, dan bahan-bahan lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, handsprayer, kalkulator, timbangan, planimeter dan alat-alat lain yang mendukung dalam pelaksanaan penelitian ini.


(33)

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial dengan dua faktor perlakuan, sebagai berikut :

Faktor 1: Pupuk Kascing dengan 4 taraf, yaitu: K0 = 0 g / tanaman

K1 = 20 g / tanaman

K2 = 40 g / tanaman

K3 = 60 g / tanaman

Faktor 2: Pupuk Organik Cair Puja 168 dengan 4 taraf yaitu : P0 = 0 ml/liter air

P1 = 2,5 ml/liter air

P2 = 5 ml/liter air

P3 = 7, 5 ml/liter air

Sehingga diperoleh 16 kombinasi, yaitu:

K0P0 K1P0 K2P0 K3P0

K0P1 K1P1 K2P1 K3P1

K0P2 K1P2 K2P2 K3P2

K0P3 K1P3 K2P3 K3P3

Jumlah ulangan = 3

Jumlah Kombinasi Perlakuan = 16

Jumlah plot penelitian = 48

Jumlah tanaman/plot = 40 tanaman


(34)

Jumlah sampel destruksi/plot = 8 tanaman

Jumlah tanaman seluruhnya = 1920 tanaman

Jumlah sampel seluruhnya = 240 tanaman

Jumlah seluruh sampel destruksi = 384 tanaman

Jarak tanam = 25 cm x 30 cm

Jarak antar ulangan = 60 cm

Ukuran plot = 250 cm x 120 cm

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk

dimana: Yijk = Hasil pengamatan pada blok ke-i yang diberi perlakuan pupuk

kascing pada taraf ke-j dan pemberian organik cair pada taraf ke-k

μ = Nilai tengah

ρi = Pengaruh blok ke-i

αj = Pengaruh pemberian pupuk kascing pada taraf ke-j

βk = Pengaruh pemberian pupuk organik cair pada taraf ke-k

(αβ)jk = Pengaruh interaksi pemberian pupuk kascing pada taraf ke-j dan pemberian organik cair pada taraf ke-k

εijk = Pengaruh galat pada blok ke-i yang mendapat perlakuan pupuk kascing pada taraf ke-j dan pemberian pupuk organik cair pada taraf ke-k


(35)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persemaian

Tempat persemaian benih dibuat dengan ukuran plot 1 x 2. Media tanamnya berupa campuran top soil, pasir dan kompos dengan perbandingan 2:1:1. Naungan terbuat dari bambu sebagai tiang dan pelepah kelapa sebagai atap dengan ketinggian 1,5 m arah timur dan 1 m arah barat, panjang naungan 2,5 m dan lebarnya 1,5 m yang memanjang arah utara- selatan.

Penyemaian benih

Media semai atau tempat persemaian sebelum di tanam benih disiram air terlebih dahulu hingga lembab dan dibuat larikan. Jarak antar larikan adalah 5 cm, setelah itu benih disebar pada larikan secara merata pada permukaan media sebanyak 100 benih tiap larikan kemudian ditutup tanah.

Pengolahan tanah

Pengolahan tanah diawali dengan membersihkan areal dari gulma dan sampah. Kemudian tanah diolah dengan cara mencangkul kemudian dibuat plot-plot dengan ukuran 250 x 120 cm dan jarak antar ulangan 60 cm (Lampiran 1 dan 2).

Pemupukan dasar

Pupuk dasar yang diberikan adalah Urea, SP-36 dan KCl. Dosis yang diberikan adalah setengah dari dosis anjuran yaitu 75 kg/ha (7.5 g/m2), 50 kg/ha (5 g/m2), dan 50 kg/ha (5 g/m2).


(36)

Penanaman

Sebelum bibit ditanam, tanah pada masing-masing plot terlebih dahulu ditugal dengan kedalaman ± 4 cm dan jarak tanam 25 cm x 30 cm. Setelah itu bibit dicabut dari persemaian dan ditanam pada lubang tanam yang telah dipersiapkan. Pindah tanam dilakukan pada 9 hst (hari setelah tabur)

Pengaplikasian Kascing

Pengaplikasian pupuk kascing dilakukan pada 9 hst atau bersamaan pada saat pindah tanam. Pupuk Kascing ditabur disekitar batang tanaman dengan

jumlah sesuai dengan perlakuan. Dosis anjuran yang diberikan adalah 500 g/m2

(40 g/tanaman).

Pengaplikasian pupuk organik cair Puja 168

Pengaplikasian Pupuk Organik cair dilakukan pada 14, 19, 24, dan 29 hst. Pengaplikasian pupuk organik cair dilakukan dengan cara disemprotkan ke daun sampai daun dalam keadaan basah tetapi tidak menetes. Konsentrasi anjuran pupuk Puja 168 adalah 10 ml/2 liter air (5 ml/lter air).

Penyisipan

Penyisipan dilakukan guna mengganti tanaman yang rusak akibat hama, penyakit ataupun kerusakan mekanis lainnya. Penyisipan dilakukan paling lama 12 hari setelah pindah tanam.


(37)

Pemeliharaan Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pagi pada pukul 08.00-09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00-15.00 WIB secara merata pada seluruh tanaman dengan menggunakan gembor dan air bersih (antara 12.000-16.000 cc/plot), dan disesuaikan dengan kondisi dilapangan.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma yang tumbuh.

Pencegahan hama dan penyakit

Usaha untuk mencegah serangan hama dilakukan dengan menyemprotkan insektisida Decis 2,5 EC 2 cc/l air dan sedangkan untuk mencegah serangan penyakit dilakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan konsentrasi anjuran 2,5 g/l air.

Panen

Pemanenan dilakukan pada saat tanaman berumur 40 hari setelah tanam.

Peubah yang Diamati

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur mulai dari permukaan tanah (patok standar) sampai daun tertinggi yaitu yang tegak alami. Pengukuran dilakukan pada 5 tanaman sempel mulai saat tanaman berumur 16 hst dan selanjutnya pengukuran


(38)

dilakukan sekali dalam 4 hari hingga tanaman berumur 40 hari setelah tanam (tujuh kali pengukuran).

Jumlah daun (helai)

Penghitungan jumlah daun dilakukan pada daun yang sudah berkembang sempurna minimal 2/3 dari daun normal. Penghitungan dilakukan pada 5 sampel tanaman yang sama dengan pegukuran tinggi tanaman dan dimulai pada umur 16 hst dan selanjutnya pengukuran dilakukan sekali dalam 4 hari hingga tanaman berumur 40 hari setelah tanam (tujuh kali pengukuran).

Luas daun (cm2)/tanaman

Pengukuran luas daun dilakukan pada setiap daun dari 2 tanaman sempel destruksi dengan menggunakan alat Planimeter dan dilaksanakan saat tanaman berumur 16, 24, 32, dan 40 hari setelah tanam .

Bobot segar tanaman (g)

Penimbangan bobot segar tanaman dilakukan pada 2 tanaman sampel destruksi dari tiap plot dengan menggunakan neraca elektrik dan ditimbang secara terpisah bagian atas tanaman (batang dan daun) dan bagian bawah tanaman (akar). Sebelum ditimbang tanaman dibersihkan dengan air dan dikeringanginkan. Pekerjaan ini dilakukan saat tanaman berumur 16, 24, 32, dan 40 hari setelah tanam.

Bobot kering tanaman (g)

Bobot kering ditimbang secara terpisah bagian atas (batang dan daun) dan bawah (akar) tanaman. Bahan dimasukkan ke dalam amplop dan diberi label sesuai perlakukan, lalu dikeringovenkan pada suhu 700 C selama 48 jam, setelah


(39)

itu sampel dikeluarkan dari lemari pengering dan dimasukkan ke dalam eksikator selama 30 menit dan ditimbang, pengeringan diulang hingga bobot tetap. Penimbangan dilakukan saat tanaman berumur 16, 24, 32, dan 40 hari setelah tanam.

Laju assimilasi bersih (g.cm2.hari-1)

Nilai laju assimilasi bersih merupakan pertambahan material tanaman dari asimilasi persatuan waktu (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 16, 24, 32, dan 40 hari setelah tanaman, dengan persamaan sebagai berikut :

(W2 – W1) (ln A2 – ln A1)

LAB = x

(T2 – T1) (A2 – A1)

Dimana : W1 dan W2 = Berat kering tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2

A1 dan A2 = Luas daun tanaman pengamatan ke-1 dan ke-2

T1 dan T2 = Waktu Pengamatan ke-1 dan ke-2

Laju pertumbuhan relatif (g.g-1.hari-1)

Laju Pertumbuhan Relatif merupakan penambahan berat kering dalam interval waktu terhadap berat permulaan (Sitompul dan Guritno, 1995). Dihitung pada umur 16, 24, 32, dan 40 hari setelah tanam, dengan persamaan sebagai berikut :

(ln W2 – ln W1)

LPR =

( T2 – T1 )

Dimana : W1 = berat kering tanaman pengamatan ke-1

W2 = berat kering tanaman pengamatan ke-2

T1 = waktu pengamatan 1


(40)

Produksi

Produksi dihitung dengan menggunakan 2 cara, yaitu :

1. Produksi per tanaman : diambil dari bobot segar destruksi 40 hari lalu

ditimbang dengan menggunakan timbangan analitik.

2. Produksi per plot : Untuk pengukuran produksi per plot diambil dari ½

plot yang tidak diganggu atau tidak diambil untuk tanaman destruksi, kemudian hasil penimbangan di kali dua.


(41)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Tinggi tanaman (cm)

Data tinggi tanaman umur 16 s/d 40 hst dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 3-4, yang menunjukkan perlakuan pupuk Kascing (K) berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 16 hst dan berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 20, 24, 28, 32, 36, dan 40 hst. Sedangkan perlakuan pupuk Puja 168 (P) berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 28, 32, 36, dan 40 hst. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata hingga sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 28, 32 dan 36 hst.

Perkembangan tinggi tanaman (cm) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai dosis Kascing (g/tanaman) dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Perkembangan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Berbagai Dosis Kascing (g) Umur 16 s/d 40 hst

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

16 20 24 28 32 36 40

Umur Tanaman (hst)

Tin

gg

i Tanaman

(cm

)

0 20 40 60


(42)

Gambar 1 menunjukkan perkembangan tinggi tanaman pada berbagai dosis Kascing (g) selalu meningkat dari 16 hst sampai 40 hst dan semakin cepat setelah 24 hst. Juga terlihat bahwa tanaman tertinggi diperoleh pada perlakuan K3

diikuti K2, K1 dan K0.

Perkembangan tinggi tanaman (cm) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perkembangan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst

Gambar 2 menunjukkan perkembangan tinggi tanaman pada berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) selalu meningkat dari 16 hst sampai 40 hst. Pada umur 16 s/d 24 hst tidak terlihat perbedaan yang jelas, sesudah 24 hst tanaman tertinggi diperoleh pada P3 diikuti oleh P2, P1 dan P0.

Pengaruh dosis Kascing (K) dan konsentrasi Puja 168 (P) terhadap tinggi tanaman sawi hingga umur 40 hst dapat dilihat pada Tabel 4.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

16 20 24 28 32 36 40

Umur Tanaman (hst)

Tinggi Tanaman

(cm)

0 2.5 5 7.5


(43)

Tabel 4. Rataan Tinggi Tanaman Sawi (cm) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst

Tinggi Tanaman pada umur (hst) Perlakuan

16 20 24 28* 32* 36* 40

---cm---

K0 (0 g/tanaman) 4.38b 5.3b 8.65b 12.59 16.36 22.67 27.35d

K1 (20 g/tanaman) 4.33b 5.42b 8.39b 13.95 18.15 25.09 31.29c

K2 (40 g/tanaman) 4.95a 6.01a 10.39a 16.88 22.01 28.14 35.94b

K3 (60 g/tanaman) 5.01a 6.26a 10.76a 19.73 24.62 32.02 40.04a

P0 (0 ml/liter air) 4.72 5.79 9.04 13.91 17.99 24.72 31.11d

P1 (2.5 ml/liter air) 4.58 5.68 9.47 15.45 19.81 26.11 32.78c

P2 (5 ml/liter air) 4.58 5.63 9.77 16.47 21.10 27.98 35.16b

P3 (7.5 ml/liter air) 4.79 5.89 9.91 17.32 22.24 29.13 35.56a

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan.

* Ada interaksi nyata K x P

Tabel 4 menunjukkan pada umur 16, 20, dan 24 hst, tanaman tertinggi masing-masing diperoleh pada K3 diikuti oleh K2 yang tidak berbeda nyata, tetapi

keduanya berbeda nyata dengan K0 dan K1. Pada 16 dan 24 hst, K1 terendah tetapi

berbeda tidak nyata dengan K0. Pada 20 hst K0 terendah tetapi berbeda tidak nyata

dengan K1. Pada umur 40 hst tanaman tertinggi diperoleh pada K3 diikuti oleh K2,

K1 dan K0 yang berbeda nyata satu dengan lainnya.

Tabel 4 menunjukkan pada umur 40 hst, tanaman tertinggi diperoleh pada P3 diikuti oleh P2, P1, dan P0 yang berbeda nyata satu dengan lainnya.

Hubungan antara tinggi tanaman sawi (cm) dengan dosis Kascing (g/tanaman) umur 16, 20, 24 dan 40 hst dapat dilihat pada Gambar 3.


(44)

16= 4.290+0.012x   r = 0.898 20=5.224+0.017x  

r = 0.972 24=8.298+0.041x  

r = 0.895

40= 27.24+0.213x   r = 0.999 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 20 40 60

T in g g i   ta n a m a n   (c m ) Kascing (g/tanaman)

16 20 24 40

Gambar 3. Hubungan antara Tinggi Tanaman (cm) dengan Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 20, 24 dan 40 hst

Gambar 3 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara tinggi tanaman (cm) dengan dosis Kascing umur 16, 20, 24 dan 40 hst.

Hubungan antara tinggi tanaman sawi (cm) umur 40 hst dengan berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara tinggi tanaman (cm) dengan konsentrasi Puja 168 umur 40 hst.

Gambar 4. Hubungan Antara Tinggi Tanaman (cm) dengan Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 40 hst

40  =  31.29+0.078x r = 0.970

20.00 25.00 30.00 35.00 40.00 45.00

0 2.5 5 7.5

P uja 168 (m l/lite r a ir)

T in g g i   ta n a m a n   (c m ) 0 40


(45)

Interaksi antara Kascing (K) dan Puja 168 (P) terhadap tinggi tanaman sawi pada umur 28, 32, dan 36 hst dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan Tinggi Tanaman pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 28, 32, dan 36 hst

Tinggi Tanaman pada umur (hst) Kombinasi Perlakuan

28 32 36 ---cm---

K0P0 8.82h 11.17j 18.41i

K0P1 11.38g 15.06i 21.32h

K0P2 14.07ef 17.89gh 24.53fg

K0P3 16.07c-e 21.33c-e 26.44ef

K1P0 12.85fg 16.28hi 22.96gh

K1P1 13.77ef 18.01gh 24.71fg

K1P2 15.27de 19.72e-g 26.31ef

K1P3 13.91ef 18.57f-h 26.39ef

K2P0 15.32de 20.64d-f 26.32ef

K2P1 17.27bc 22.39cd 28.53de

K2P2 17.07b-d 21.93c-e 29.17cd

K2P3 17.87b 23.06b-d 28.55de

K3P0 18.66b 23.87bc 31.17bc

K3P1 19.39ab 23.77bc 29.88b-d

K3P2 19.45ab 24.85ab 31.89b

K3P3 21.41a 26.01a 35.12a

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan.

Tabel 5 menunjukkan bahwa pada umur 28 hst tanaman tertinggi diperoleh

pada perlakuan K3P3 dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan

kecuali dengan K3P2 dan K3P1. Tanaman terendah diperoleh pada K0P0 dan

berbeda nyata dengan semua perlakuan. Pada umur 32 hst tanaman tertinggi diperoleh pada K3P3 dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya kecuali

dengan K3P2. Tanaman terendah diperoleh pada K0P0 yang berbeda nyata dengan

semua perlakuan lainnya. Pada umur 36 hst tanaman tertinggi diperoleh pada K3P3

dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya. Tanaman terendah diperoleh pada K0P0 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya.


(46)

Pengaruh Kascing (g/tanaman) pada berbagai Puja 168 (ml/liter air) terhadap tinggi tanaman (cm) pada umur 28, 32, dan 36 hst dapat dilihat pada Gambar 5.

0= 0.159x + 9.115

r = 0.995

2.5= 0.137x + 11.32 r = 0.995

5= 0.089x + 13.77

r = 0.988

7.5= 0.099x + 14.32

r = 0.812

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 20 40 60

T in g g ta n a m a n   (c m ) 0= 11.61 + 0.212x  r = 0.994

2.5= 15.23 + 0.152x  r = 0.982

5= 17.63 + 0.115x  r = 0.993

7.5= 19.46 + 0.092x 

r = 0.767

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 20 40 60

Ti g g i Ta n a m a n ( c m ) 28 hst 32 hst


(47)

0= 0.208x + 18.46

r = 0.997

2.5= 0.147x + 21.68 r = 0.983

5= 0.124x + 24.23

r = 0.994 7.5= 0.141x + 24.89

r = 0.883

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 20 40 60

T in g g ta n a m a n   (c m )

Kascing (g/tanaman)

0 20 40 60

Gambar 5 menunjukkan pada Kascing dengan dosis 60 g/tanaman jarak antara masing-masing perlakuan Puja 168 terlihat tidak begitu berbeda, dan diperoleh pengaruh konsentrasi Puja 168 semakin kecil pada dosis Kascing yang semakin besar. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.

Pengaruh Puja 168 (ml/liter air) pada berbagai Kascing (g/tanaman) terhadap tinggi tanaman umur 28, 32, dan 36 hst dapat dilihat pada Gambar 6.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 2.5 5 7.5

Ting

ggi tana

ma

n

(c

m) 28 hst

60= 17.647+ 0.8327x r = 0.911

40= 15.017+0.746x

r = 0.878

20= 12.783+0.468x r = 0.605

0= 6.4733+ 2.4447x r = 0.9981 Gambar 5. Pengaruh Dosis Kascig pada Berbagai Konsentrasi Puja 168

terhadap Tinggi Tanaman umur 28, 32, dan 36 hst 36 hst


(48)

0 20 40 60

Gambar 6 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis kascing dan konsentrasi pupuk puja 168 yang diberikan, maka pertumbuhan tinggi tanaman pada 28, 32 dan 36 hst juga semakin meningkat. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.

Jumlah daun (helai)

Data jumlah daun umur 16 s/d 40 hst dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 5-6, yang menunjukkan perlakuan pupuk Kascing (K) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 16, 20, 24, 28, 32, 36, dan 40 hst. Sedangkan perlakuan pupuk Puja 168 (P) berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 24, 28, 32, 36, dan 40 hst. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 24 hst.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 2.5 5 7.5

Ting ggi tana ma n (c m) 32 hst 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45

0 2.5 5 7.5

Puja 168 (ml/liter air)

Ting ggi tana ma n (c m) 36 hst

60 = 22.743 +0.752x r = 0.927

40 = 20.307 + 0.6793x r = 0.858

20= 16+ 0.8587x r = 0.7736 0= 10.33+3.3313x

r = 0.9982

60= 28.553+1.3853x r = 0.8018

40=26.313+ 0.7317x r= 0.755

20= 22.117 + 1.1907x r = 0.948

0 = 15.847+ 2.7307x r = 0.994

Gambar 6. Pengaruh Puja 168 pada berbagai Kascing terhadap Tinggi Tanaman umur 28, 32, dan 36 hst


(49)

Perkembangan jumlah daun (helai) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai dosis Kascing (g) dapat dilihat pada Gambar 7.

0 2 4 6 8 10 12

16 20 24 28 32 36 40

Jumlah

d

a

un

(

h

elai

)

Umur Tanaman (hst)

0 20 40 60

Gambar 7. Perkembangan Jumlah Daun Sawi (helai) pada Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst

Gambar 7 menunjukkan perkembangan jumlah daun pada berbagai dosis Kascing selalu meningkat dari 16 hst sampai 40 hst dan semakin cepat setelah 20

hst. Juga terlihat bahwa jumlah daun terbanyak diperoleh pada perlakuan K3

diikuti K2, K1 dan K0.

Perkembangan jumlah daun (helai) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) dapat dilihat pada Gambar 8.


(50)

0 2 4 6 8 10 12

16 20 24 28 32 36 40

Ju

mlah

Daun

(

h

elai)

Umur tanaman (hst)

0 2,5 5 7,5

. Gambar 8. Perkembangan Jumlah Daun Sawi (helai) pada Berbagai Konsentrasi

Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst

Gambar 8 menunjukkan perkembangan jumlah daun pada berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) selalu meningkat dari 16 hst sampai 40 hst. Pada umur 16 s/d 40 hst jumlah daun antar konsentrasi Puja 168 tidak begitu jelas kelihatan walaupun masih terlihat daun terbanyak diperoleh pada P3 diikuti oleh

P2, P1 dan P0.

Pengaruh dosis Kascing (K) dan konsentrasi Puja 168 (P) terhadap jumlah daun sawi hingga umur 40 hst dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan Jumlah Daun Sawi (helai) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst

Jumlah Daun pada umur (hst) Perlakuan

16 20 24* 28 32 36 40

---helai---

K0 (0 g/tanaman) 2.63c 3.03c 3.80 4.30d 4.82d 6.03d 7.67d

K1 (20 g/tanaman) 2.73bc 3.18b 3.87 4.72c 5.67c 7.00c 8.75c

K2 (40 g/tanaman) 2.82b 3.23b 4.25 5.07b 6.07b 8.05b 9.67b

K3 (60 g/tanaman) 2.95a 3.38a 4.92 6.02a 7.18a 9.38a 11.28a


(51)

P1 (2.5 ml/liter air) 2.82 3.17 4.23 4.98bc 5.77c 7.52b 9.25bc

P2 (5 ml/liter air) 2.77 3.23 4.23 5.05b 6.00b 7.82ab 9.47ab

P3 (7.5 ml/liter air) 2.83 3.23 4.40 5.30a 6.28a 7.95a 9.77a

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan.

* Ada interaksi nyata K x P

Tabel 6 menunjukkan pada umur 16, 20, 28, 32, 36 dan 40 hst, jumlah daun terbanyak masing-masing diperoleh pada K3 diikuti oleh K2, K1, dan K0 yang

berbeda nyata satu dengan lainnya kecuali pada umur 16 dan 20 hst dimana K1

dan K2 berbeda tidak nyata.

Tabel 6 menunjukkan pada umur 28, 32, 36 dan 40 hst, jumlah daun

terbanyak masing-masing diperoleh pada P3 yang berbeda nyata satu dengan

lainnya kecuali pada umur 36 dan 40 hst dimana P3 dan P2 berbeda tidak nyata.

Jumlah daun terendah diperoleh pada P0 yang berbeda nyata satu dengan lainnya

kecuali pada umur 28, 32 dan 40 hst dimana P0 dan P1 berbeda tidak nyata.

Hubungan antara jumlah daun sawi (helai) dengan dosis Kascing (g/tanaman) umur 16, 20, 28, 32, 36 dan 40 hst dapat dilihat pada Gambar 9.

16= 2.628 + 0.005x  r = 0.994

28= 3.803 +0.006x 

r = 0.979

20= 4.2 + 0.027x  r = 0.970

32= 4.808 + 0.037x 

r = 0.984

36= 5.591 + 0.055x  

r = 0.996

40=7.576 + 0.058x  

r = 0.991

0 2 4 6 8 10 12

0 20 40 60

Ju m la h   D a u n   (h e la i) Kascing (g/tanaman)


(52)

Gambar 9. Hubungan antara Jumlah Daun (helai) dengan Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 20, 28, 32, 36 dan 40 hst

Gambar 9 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara jumlah daun (helai) dan dosis Kascing umur 16, 20, 28, 32, 36 dan 40 hst.

Hubungan antara jumlah daun sawi (helai) umur 28 s/d 40 hst dengan konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) dapat dilihat pada Gambar 10.

28=   4.775 + 0.066x

r = 0.979

32=  5.628 +0.081x r = 0.975 36=   7.226 +0.104x

r = 0.983

40= 8.911+0.114x  

r = 0.994

0 2 4 6 8 10 12

0 2.5 5 7.5

Ju

m

la

h

 

D

a

u

n

 

(h

e

la

i)

Puja 168 (ml/liter air)

28 hst 32 hst 36 hst 40 hst

Gambar 10. Hubungan Antara Jumlah Daun (helai) dengan konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 28, 32, 36 dan 40 hst

Gambar 10 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara jumlah daun (helai) dengan konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) umur 28 s/d 40 hst.

Interaksi antara Kascing (K) dan Puja 168 (P) terhadap jumlah daun sawi pada umur 24 hst dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah Daun pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 24 hst

Kombinasi Perlakuan Jumlah Daun Pada Umur 24 hst

---helai---

K0P0 3.53hi

K0P1 3.87f-h


(53)

K0P3 4.00e-g

K1P0 3.47i

K1P1 4.07d-f

K1P2 4.00e-g

K1P3 3.93fg

K2P0 4.07d-f

K2P1 4.40cd

K2P2 4.20d-f

K2P3 4.33c-e

K3P0 4.80b

K3P1 4.60bc

K3P2 4.93b

K3P3 5.33a

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan. Tabel 7 menunjukkan bahwa umur 24 hst jumlah daun terbanyak diperoleh pada K3P3 dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan.Jumlah daun

terendah diperoleh pada K1P0 dan berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya

kecuali dengan perlakuan K0P0 dan K0P2.

Pengaruh Kascing (g/tanaman) pada berbagai Puja 168 (ml/liter air) terhadap jumlah daun (helai) pada umur 24 hst dapat dilihat pada Gambar 11.

0 = 2.8667+0.44x

r = 0.920

2.5 = 3.6+0.2533x

r = 0.994 5 = 3.3333+0.36x

r = 0.94

7.5 = 3.3+0.44x

r = 0.878

2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5

0 20 40 60

Kascing (g/tanaman)

J

um

la

h da

un (

he

la

i)


(54)

Gambar 11. Pengaruh Dosis Kascing pada berbagai Konsentrasi Puja 168 terhadap Jumah Daun Umur 24 hst

Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis Kascing dan konsentrasi Puja 168 yang diberikan maka jumlah daun pada umur 24 hst juga semakin meningkat, tetapi jarak antara masing-masing perlakuan Puja 168 tidak begitu berbeda. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.

Pengaruh Puja 168 (ml/liter air) pada berbagai Kascing (g/tanaman) terhadap jumlah daun umur 24 hst dapat dilihat pada Gambar 12.

0 = 3.4667+0.1333x

r = 0.877

20 = 3.5333+0.1333x

r = 0.632 40 = 4.1+0.06x

r = 0.524

60 = 4.4333+0.1933x

r = 0.8058

2.5 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 5.5

0 2.5 5 7.5

Puja 168 (ml/liter air)

J

um

la

h da

un (

he

la

i)

0 20 40 60

.

Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis Kascing dan konsentrasi Puja 168 yang diberikan maka jumlah daun pada umur 24 hst juga semakin meningkat, tetapi jarak antara perlakuan Kascing dengan dosis 0 dan 20 g/tanaman tidak begitu berbeda. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.

Luas daun (cm2)

Data luas daun umur 16 s/d 40 hst dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 7-8, yang menunjukkan perlakuan pupuk Kascing (K) berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun pada umur 16, 24, 32 dan 40 hst,

Gambar 12. Pengaruh Konsentrasi Puja 168 pada berbagai Dosis Kascing terhadap Jumlah Daun Umur 24 hst


(55)

dan perlakuan pupuk Puja 168 (P) berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun pada umur 16, 24, 32 dan 40 hst. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh nyata terhadap luas daun pada umur 40 hst.

Perkembangan luas daun (cm2) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai dosis

Kascing (g/tanaman) dapat dilihat pada Gambar 13.

0 5 10 15 20 25 30 35

16 24 32 40

Lua

s

D

a

un

(c

m

2

)

Umur Tanaman (hst)

0 20 40 60

Gambar 13. Perkembangan Luas Daun Sawi (cm2) pada Berbagai Dosis

Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst

Gambar 13 menunjukkan perkembangan luas daun pada berbagai dosis Kascing (g) selalu meningkat dari 16 hst sampai 40 hst dan semakin cepat setelah 24 hst. Juga terlihat bahwa luas daun terbesar diperoleh pada perlakuan K3 diikuti

K2, K1 dan K0.

Perkembangan luas daun (cm2) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai


(56)

0 5 10 15 20 25 30 35

16 24 32 40

Umur Tanaman (hst)

Lua

s

D

a

un (

c

m

2

)

0 2.5 5 7.5

Gambar 14. Perkembangan Luas Daun Sawi (cm2) pada Berbagai Konsentrasi

Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst

Gambar 14 menunjukkan perkembangan luas daun pada berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) selalu meningkat dari 16 hst sampai 40 hst. Pada umur 16 s/d 40 hst luas daun terbesar diperoleh pada P3 diikuti oleh P2, P1

dan P0.

Pengaruh dosis Kascing (K) dan konsentrasi Puja 168 (P) terhadap luas daun sawi hingga umur 40 hst dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Luas Daun Sawi (cm2) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan

Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst

Luas Daun pada Umur (hst) Perlakuan

16 24 32 40* ---cm2---

K0 (0 g/tanaman) 3.04c 4.51c 8.95d 20.87

K1 (20 g/tanaman) 3.14c 4.77c 11.07c 24.80

K2 (40 g/tanaman) 3.88b 5.65b 11.84b 27.98


(57)

P0 (0 ml/liter air) 3.37c 4.89b 10.80c 24.63

P1 (2.5 ml/liter air) 3.53bc 5.09b 11.17c 25.50

P2 (5 ml/liter air) 3.75ab 5.58a 11.95b 26.34

P3 (7.5 ml/liter air) 4.12a 5.81a 12.52a 27.76

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan.

* Ada interaksi nyata K x P

Tabel 8 menunjukkan pada umur 16, 24, dan 32 hst, luas daun terbesar masing-masing diperoleh pada K3 diikuti oleh K2, K1, dan K0 yang berbeda nyata

dengan semua perlakuan lainnya kecuali pada umur 16 dan 24 hst dimana K1 dan

K0 berbeda tidak nyata dengan lainnya.

Tabel 8 menunjukkan pada umur 16, 24 dan 32 hst, luas daun terbesar masing-masing diperoleh pada K3 diikuti oleh K2, K1, dan K0 yang berbeda tidak

nyata pada semua perlakuan lainnya kecuali pada umur 32 hst dimana P3 dan P2

berbeda nyata dengan lainnya.

Hubungan antara luas daun sawi (cm2) dengan dosis Kascing (g/tanaman) umur 16, 24 dan 32 hst dapat dilihat pada Gambar 15.

16=  2.828+0.028x r = 0.957 24=   4.342+0.033x

r = 0.9797

32=  8.961+0.088x  r = 0.979

0 5 10 15 20

0 20 40 60

Lu

a

s

 

d

a

u

n

 

(c

m

2

)

Kascing (g/tanaman)

16 hst 24 hst 32 hst

Gambar 15. Hubungan antara Luas Daun (cm2) dengan Dosis


(58)

Gambar 15 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara luas daun (cm2) dan dosis Kascing umur 16, 24 dan 32 hst.

Hubungan antara luas daun sawi (cm2) umur 16, 24 dan 32 hst dengan

konsentrasi Puja 168 dapat dilihat pada Gambar 16.

16=  3.323+0.098x  r= 0.979 24= 4.855+0.130x

r = 0.984

32=  10.72+0.237x r = 0.991

0 5 10 15 20

0 2.5 5 7.5

Lu

a

s

 

d

a

u

n

 

(c

m

2

)

Puja 168 (ml/liter air)

16 hst 24 hst 32 hst

Gambar 16. Hubungan antara Luas Daun (cm2) dengan Konsentrasi Puja 168

(ml/liter air) Umur 16, 24 dan 32 hst

Gambar 16 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara luas daun (cm2) dengan konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) umur 28 s/d 40 hst.

Interaksi antara Kascing (K) dan Puja 168 (P) terhadap luas daun sawi pada umur 40 hst dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Luas Daun pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) pada Umur 40 hst

Kombinasi Perlakuan Luas Daun Umur 40 hst

---cm2---

K0P0 19.51j

K0P1 20.20j

K0P2 20.66ij


(59)

K1P0 21.99hi

K1P1 24.92g

K1P2 25.82fg

K1P3 26.45ef

K2P0 26.57ef

K2P1 27.42de

K2P2 28.62cd

K2P3 29.32bc

K3P0 30.46b

K3P1 29.47bc

K3P2 30.28b

K3P3 32.16a

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan. Tabel 9 menunjukkan bahwa umur 40 hst luas daun terbesar diperoleh

pada K3P3 dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Luas daun

terendah diperoleh pada K0P0 dan berbeda nyata dengan semua kombinasi

perlakuan kecuali dengan perlakuan K0P1 dan K0P2.

Pengaruh Kascing (g/tanaman) pada berbagai Puja 168 (ml/liter air) terhadap luas daun (cm2) pada umur 40 hst dapat dilihat pada Gambar 17.

0= 15.271+3.7443x

r = 0.993

2.5= 17.923+ 3.0308x

r = 0.9793

5= 18.428 +3.1665x

r = 0.970

7.5= 20.273+ 2.9957x

r = 0.999

0 5 10 15 20 25 30 35

0 20 40 60

Lua

s

d

a

un (c

m

2

)

Kascing (g/tanaman)

0 2.5 5 7.5

Gambar 17. Pengaruh Dosis Kascing terhadap Luas Daun pada berbagai Konsentrasi Puja 168 Umur 40 hst


(60)

Gambar 17 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis Kascing dan konsentrasi Puja 168 yang diberikan maka luas daun pada umur 40 hst juga semakin meningkat, tetapi jarak antara masing-masing perlakuan Puja 168 tidak begitu berbeda. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.

Pengaruh Puja 168 (ml/liter air) pada berbagai Kascing (g/tanaman) terhadap luas daun (cm2) umur 40 hst dapat dilihat pada Gambar 18.

0= 18.042+1.1318x r = 0.9275

20= 21.227+1.4273x r = 0.9343

40= 25.618+0.945x

r = 0.9951

60= 29.118 +0.5892x

r = 0.673

0 5 10 15 20 25 30 35

0 2.5 5 7.5

Lu

as d

aun

(

cm

2)

Puja 168 (ml/liter air)

0 20 40 60

Gambar 18 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis Kascing dan konsentrasi Puja 168 yang diberikan maka luas daun pada umur 40 hst juga semakin meningkat. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.

Bobot segar tanaman (g)

Data bobot segar tanaman umur 16 s/d 40 hst dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 9-10, yang menunjukkan perlakuan pupuk Kascing (K) berpengaruh sangat nyata terhadap bobot segar pada umur 16, 24, 32 dan 40 hst. Sedangkan perlakuan pupuk Puja 168 (P) berpengaruh nyata terhadap bobot segar pada umur 32 hst dan sangat nyata pada umur 40 hst. Interaksi kedua perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah daun pada umur 40 hst.

Gambar 18. Pengaruh Konsentrasi Puja 168 Terhadap Luas Daun pada berbagai Kascing umur 40 hst


(61)

Perkembangan bobot segar (g) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai dosis Kascing (g/tanaman) dapat dilihat pada Gambar 19.

0 50 100 150 200 250 300

16 24 32 40

Um ur Tanam an (hst)

B

o

bot

S

e

g

a

r

(g

)

0 20 40 60

Gambar 19. Perkembangan Bobot Segar Sawi (g) pada Berbagai Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16 s/d 40 hst

Gambar 19 menunjukkan perkembangan bobot segar pada berbagai dosis Kascing (g). Dari 16 hingga 32 hst hampir tidak terlihat peningkatan dan baru setelah 32 hst meningkat dengan cepat. Juga terlihat bahwa bobot segar tertinggi diperoleh pada perlakuan K3 diikuti K2, K1 dan K0.

Perkembangan bobot segar (g) dari 16 s/d 40 hst pada berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) dapat dilihat pada Gambar 20.


(62)

0 50 100 150 200 250 300

16 24 32 40

Um ur Tanam an (hst)

B

o

bo

t S

e

ga

r

(g)

0 2.5 5 7.5

Gambar 20. Perkembangan Bobot Segar Sawi (g) pada Berbagai Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 16 s/d 40 hst

Gambar 20 menunjukkan perkembangan bobot segar pada berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air). Dari 16 hingga 32 hst hampir tidak terlihat peningkatan dan baru setelah 32 hst meningkat dengan cepat. Bobot segar tertinggi diperoleh pada P3 diikuti oleh P2, P1 dan P0, kecuali pada 32 hst dimana

P0 lebih besar dari P1.

Pengaruh dosis Kascing (K) dan konsentrasi Puja 168 (P) terhadap bobot segar sawi hingga umur 40 hst dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Bobot Segar Sawi (g) pada Berbagai Dosis Kascing (K) dan Konsentrasi Puja 168 (P) Umur 16 s/d 40 hst

Bobot Segar pada umur (hst) Perlakuan

16 24 32 40*

---g---

K0 (0 g/tanaman) 1.15c 2.23b 6.57d 124.13

K1 (20 g/tanaman) 1.37c 2.44b 10.35c 158.32


(63)

K3 (60 g/tanaman) 2.53a 3.87a 21.50a 251.17

P0 (0 ml/liter air) 1.61 2.75 11.99b 160.23

P1 (2.5 ml/liter air) 1.65 2.94 11.49b 168.86

P2 (5 ml/liter air) 1.73 2.91 12.36b 185.54

P3 (7.5 ml/liter air) 2.07 3.41 16.84a 222.07

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan.

* Ada interaksi nyata K x P

Tabel 10 menunjukkan pada umur 16 hst bobot segar tertinggi diperoleh

pada K3 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya dan bobot segar

terendah diperoleh pada K0 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya

kecuali dengan K1 berbeda tidak nyata. Umur 24 hst bobot segar tertinggi

diperoleh pada K3 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan kecuali dengan K2

dan bobot segar terendah diperoleh pada K0 yang bebeda nyata dengan semua

perlakuan kecuali dengan K1. Umur 32 hst bobot segar tertinggi diperoleh pada K3

yang berbeda nyata pada semua perlakuan dan bobot segar terendah diperoleh pada K0 yang berbeda nyata dengan semua perlakuan lainnya.

Tabel 10 menunjukkan pada umur 32 hst bobot segar tertinggi diperoleh

pada K3 yang berbeda nyata pada semua perlakuan dan bobot segar terendah

diperoleh pada P1 yang berbeda tidak nyata pada semua perlakuan kecuali pada

P3.

Hubungan antara bobot segar sawi (g) dengan dosis Kascing (g/tanaman) umur 16, 24 dan 32 hst dapat dilihat pada Gambar 21.


(64)

16= 0.023x + 1.049

r = 0.983

24= 0.029x + 2.109

r = 0.968

32= 0.243x + 5.864

r = 0.985

0 5 10 15 20 25 30

0 20 40 60

B o b o t   S e g a r   (g ) Kascing (g/tanaman)

16 hst 24 hst 32 hst

Gambar 21 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara bobot segar (g) dan dosis Kascing (g/tanaman) umur 16, 24 dan 32 hst.

Hubungan antara bobot segar sawi (g) umur 32 hst dengan berbagai konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) dapat dilihat pada Gambar 22.

32 =   10.86+ 0.077x

r = 0.803 0 5 10 15 20 25 30

0 2.5 5 7.5

P uja 168 (m l/lite r a ir)

B o b o t   S e g a r   (g )

L inea r (32 hs t)

Gambar 22. Hubungan antara Bobot Segar (g) dengan Konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) Umur 32 hst

Gambar 22 menunjukkan terdapat hubungan linear positif antara bobot segar (g) dengan konsentrasi Puja 168 (ml/liter air) umur 32 hst.

Interaksi antara Kascing (K) dan Puja 168 (P) terhadap bobot segar sawi pada umur 40 hst dapat dilihat pada Tabel 11.

Gambar 21. Hubungan antara Bobot Segar (g) dengan Dosis Kascing (g/tanaman) Umur 16, 24 dan 32 hst


(65)

Tabel 11. Rataan Bobot Segar pada Interaksi Kascing (K) dan Puja 168 (P) Umur 40 hst

Kombinasi Perlakuan Bobot Segar pada umur (hst)

---g---

K0P0 66.57f

K0P1 111.11e

K0P2 120.43e

K0P3 198.42cd

K1P0 109.34e

K1P1 139.33e

K1P2 187.74d

K1P3 196.89cd

K2P0 193.60cd

K2P1 205.14cd

K2P2 201.09cd

K2P3 212.48cd

K3P0 271.39ab

K3P1 219.88cd

K3P2 232.91bc

K3P3 280.49a

Keterangan: Angka-angka pada kolom dari kelompok perlakuan yang sama yang diikuti oleh notasi yang tidak sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut uji jarak Duncan. Tabel 11 menunjukkan bahwa umur 40 hst bobot segar tertinggi diperoleh pada K3P3 dan berbeda nyata dengan semua kombinasi perlakuan. Bobot segar

terendah diperoleh pada K0P0 dan berbeda nyata dengan semua kombinasi

perlakuan.

Pengaruh Kascing (g/tanaman) pada berbagai Puja 168 (ml/liter air) terhadap bobot segar (g) pada umur 40 hst dapat dilihat pada Gambar 23.


(66)

y 0= - 14.458+ 69.873x

r = 0.991 y 2.5= 70.832+39.212x

r = 0.972

y 5= 97.843 + 35.079x r = 0.956

y 7.5= 156.62 + 26.181x

r = 0.854

0 50 100 150 200 250 300

0 20 40 60

B

obot S

e

g

a

r

(g)

Kascing (g/tanaman)

0 2.5 5 7.5

Gambar 23. Pengaruh Dosis Kascing terhadap Bobot Segar (g) pada berbagai Konsentrasi Puja 168 umur 40 hst

Gambar 23 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis Kascing dan konsentrasi Puja 168 yang diberikan maka bobot segar pada umur 40 hst juga semakin meningkat dan pengaruh konsentrasi puja 168 semakin kecil pada dosis kascing yang semakin besar. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.

Pengaruh Puja 168 (ml/liter air) pada berbagai Kascing (g/tanaman) terhadap bobot segar (g) umur 40 hst dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24 menunjukkan bahwa semakin tinggi dosis Kascing dan konsentrasi Puja 168 yang diberikan maka bobot segar pada umur 40 hst juga semakin meningkat. Interaksi yang terjadi adalah interaksi sinergis.


(1)

Lampiran 16. Data Pengamatan Laju Pertumbuhan Relatif (g.g-1.h-1) Umur 16-40 hst

Laju Pertumbuhan Relatif pada Umur (hst) Kombinasi Perlakuan

16-24 24-32 32-40 K0P0 0.06 0.13 0.33

K0P1 0.05 0.11 0.39

K0P2 0.05 0.13 0.39

K0P3 0.05 0.19 0.33

K1P0 0.05 0.18 0.33

K1P1 0.05 0.17 0.37

K1P2 0.06 0.17 0.37

K1P3 0.05 0.24 0.31

K2P0 0.06 0.20 0.32

K2P1 0.05 0.15 0.34

K2P2 0.05 0.24 0.31

K2P3 0.05 0.26 0.28

K3P0 0.06 0.27 0.26

K3P1 0.06 0.24 0.27

K3P2 0.06 0.21 0.30

K3P3 0.05 0.28 0.25

Lampiran 17. Rangkuman Sidik Ragam Laju Pertumbuhan Relatif Kuadrat Tengah pada Umur (hst) Sumber Db

16-24 24-32 32-40 F.05 Blok 2 0.00015tn 0.012** 0.007* 3.30 Perlakuan 15 0.00011tn 0.008** 0.006** 1.97

K 3 0.00017tn 0.025** 0.019** 2.90 K-Lin 1 0.00030tn 0.074** 0.054** 4.15 K-Kuad 1 0.00011tn 0.000tn 0.002tn 4.15

K-Kub 1 0.00010tn 0.002tn 0.000tn 4.15 P 3 0.00010tn 0.012** 0.008** 2.90 P-Lin 1 0.00019tn 0.018** 0.001tn 4.15 P-Kuad 1 0.00000tn 0.019** 0.021** 4.15

P-Kub 1 0.00012tn 0.000tn 0.000tn 4.15 KxP 9 0.00010tn 0.002tn 0.001tn 2.40 Galat 30 0.00029 0.002 0.002


(2)

Lampiran 18. Data Pengamatan Produksi per Tanaman (g) Umur 16-40 hst Blok

Perlakuan

I II III Total Rataan K0P0 60.60 75.63 67.08 203.31 67.77

K0P1 110.40 106.35 98.13 314.88 104.96

K0P2 126.67 124.42 135.28 386.37 128.79

K0P3 200.30 224.61 215.14 640.05 213.35

K1P0 103.50 125.82 112.16 341.48 113.83

K1P1 146.67 148.13 150.32 445.12 148.37

K1P2 200.40 230.16 224.14 654.70 218.23

K1P3 133.80 120.32 150.45 404.57 134.86

K2P0 200.50 180.64 175.32 556.46 185.49

K2P1 186.67 200.58 176.60 563.85 187.95

K2P2 150.14 169.42 148.20 467.76 155.92

K2P3 186.70 155.76 170.80 513.26 171.09

K3P0 326.12 171.22 258.40 755.74 251.91

K3P1 278.56 205.48 174.50 658.54 219.51

K3P2 206.32 310.32 212.41 729.05 243.02

K3P3 226.47 370.00 340.00 936.47 312.16

2843.82 2918.86 2808.93 8571.61 Umum

177.74 182.43 175.56 178.58

Lampiran 19. Sidik Ragam Produksi per Tanaman

Sumber db JK KT F.Hit F.05 Blok 2 394.436 197.218 0.152 tn 3.30 Perlakuan 15 179188.682 11945.912 9.233 ** 1.97

K 3 110473.952 36824.651 28.460 ** 2.90

K-Lin 1 98456.719 98456.719 76.094 ** 4.15 K-Kuad 1 9554.446 9554.446 7.384 * 4.15

K-Kub 1 2462.787 2462.787 1.903 tn 4.15 P 3 20003.858 6667.953 5.153 ** 2.90

P-Lin 1 19576.499 19576.499 15.130 ** 4.15 P-Kuad 1 357.903 357.903 0.277 tn 4.15

P-Kub 1 69.456 69.456 0.054 tn 4.15 KxP 9 48710.873 5412.319 4.183 ** 2.40 Galat 30 38816.636 1293.888

Total 47 218399.75 KK = 20.14%


(3)

Lampiran 20. Data Pengamatan Produksi per Plot (kg) Umur 16-40 hst Blok

Perlakuan

I II III Total Rataan

K0P0 1030.00 1210.00 1078.00 3318.00 1106.00

K0P1 2220.00 2180.00 1980.00 6380.00 2126.67

K0P2 1955.00 1875.00 1960.00 5790.00 1930.00

K0P3 4070.00 3098.00 4025.00 11193.00 3731.00

K1P0 2045.00 2108.00 1976.00 6129.00 2043.00

K1P1 3313.00 3254.00 3018.00 9585.00 3195.00

K1P2 3220.00 2980.00 3060.00 9260.00 3086.67

K1P3 1710.00 2124.00 1850.00 5684.00 1894.67

K2P0 3560.00 3418.00 2780.00 9758.00 3252.67

K2P1 3485.00 3670.00 3160.00 10315.00 3438.33

K2P2 2220.00 2810.00 3260.00 8290.00 2763.33

K2P3 2820.00 3150.00 3240.00 9210.00 3070.00

K3P0 3167.00 3260.00 2740.00 9167.00 3055.67

K3P1 3485.00 3220.00 3410.00 10115.00 3371.67

K3P2 3680.00 3750.00 3460.00 10890.00 3630.00

K3P3 4205.00 4500.00 3760.00 12465.00 4155.00

46185.00 46607.00 44757.00 137549.00 Umum

2886.56 2912.94 2797.31 2865.60

Lampiran 21. Sidik Ragam Produksi per Plot

Sumber db JK KT F.Hit F.05

Blok 2 117495.167 58747.583 0.750 tn 3.30 Perlakuan 15 30337220.146 2022481.343 25.815 ** 1.97

K 3 12625081.063 4208360.354 53.715 ** 2.90

K-Lin 1 12504904.538 12504904.538 159.610 ** 4.15 K-Kuad 1 24616.021 24616.021 0.314 tn 4.15

K-Kub 1 95560.504 95560.504 1.220 tn 4.15 P 3 4798680.229 1599560.076 20.416 ** 2.90

P-Lin 1 3354752.604 3354752.604 42.819 ** 4.15 P-Kuad 1 285362.521 285362.521 3.642 tn 4.15

P-Kub 1 1158565.104 1158565.104 14.788 ** 4.15 KxP 9 12913458.854 1434828.762 18.314 ** 2.40 Galat 30 2350398.167 78346.606

Total 47 32805113.48 KK = 9.77 %


(4)

Lampiran 21. Deskripsi Sawi Varietas Tosakan Produsen Benih : PT. East West Seed Indonesia Nama Lain : Caisim (Bangkok)

Umur Tanaman : 40 – 50 HST

Bentuk Tanaman : Besar, semi buka dan tegak

Batang : Tumbuh memanjang dan memiliki banyak tunas Tangkai daun : Panjang dan langsing

Warna Tangkai daun : Hijau Tua

Bentuk daun : lebar, panjang, dan memiliki pinggiran daun rata Warna Daun : hijau

Potensi Produksi : 300 g / tanaman

Sumber : Cahyono, B., 2003. Teknik dan Strategi Budi Daya Sawi Hijau (Pai-Tsai). Yayasan Pustaka Nusatama, Yogyakarta.


(5)

(6)