Genteng Beton Penelitian Sebelumnya

7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Genteng Beton

Pengertian Genteng Beton Genteng beton atau genteng semen adalah unsur bangunan yang dipergunakan untuk atap yang dibuat dari beton dan dibentuk sedemikian rupa serta berukuran tertentu. Genteng beton dibuat dengan cara mencampur pasir dan semen ditambah air, kemudian diaduk sampai homogen lalu dicetak. Selain semen dan pasir, sebagai bahan susun gentang beton dapat juga ditambahkan kapur. Pembuatan genteng beton dapat dilakukan dengan 2 cara sederhana yaitu secara manual tanpa dipres dan secara mekanik dipres. Menurut SNI 0096:2007 genteng beton atau genteng semen adalah unsur bangunan yang dipergunakan untuk atap terbuat dari campuran merata antara semen portland atau sejenisnya dengan agregat dan air dengan atau tanpa menggunakan pigmen. Menurut PUBI 1982 genteng beton ialah unsur bahan bangunan yang dibuat dari campuran bahan semen portland, agregat halus, air, kapur mill, dan bahan pembantu lainnya yang dibuat sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk atap. Menurut PUBI 1982 ada 2 macam genteng beton sesuai bahan pembentuknya yaitu : 1. Genteng beton biasa yaitu genteng beton yang terbuat dari campuran bahan semen portland. 2. Genteng beton khusus yaitu genteng beton yang terbuat dari campuran bahan semen portland, agregat halus, air dan kapur ditambah bahan lain yang mungkin berupa bahan kimia, serat ataupun bahan lainnya. Untuk selanjutnya genteng beton yang terbuat dari campuran bahan semen portland, agregat halus, air dan kapur ditambah serat disebut genteng beton serat.

B. Kualitas Genteng Beton

1. Syarat mutu menurut SNI 0096 : 2007

a. Beban lentur Genteng beton harus mampu menahan beban lentur minimal, dapat dilihat pada tabel 2.1.di bawah ini. Tabel 2.1 Karakteristiik Kuat Lentur, Penyerapan Air dan Rembesan Air. Tinggi profil mm Genteng Interlok Profil Rata t20 20≥t≥5 t5 Beban lentur N SNI 0096 : 2007 Cisangkan 2000 2000 1400 1400 1200 1200 Daya Serap Air SNI 0096 : 2007 Cisangkan 10 10 10 10 10 10 Rembesan Air SNI 0096 : 2007 Cisangkan Tdk ada tetesan air dlm waktu 20jam±5menit Tdk ada tetesan air dlm waktu 24jam±5menit b. Penyerapan air Penyerapan air maksimal 10 c. Sifat tampak Genteng harus mempunyai permukaan atas mulus, tidak terdapat retak, atau cacat lain yang pempengaruhi sifat pemakaian. d. Ukuran Ukuran bagian genteng beton dapat dilihat pada tabel 2.2 dibawah ini. Tabel 2.2. Ukuran Bagian Genteng Beton Bagian yang diuji Satuan Persyaratan  Tebal Bagian yang rata Penumpang mm mm Min 8 Min 6  Kaitan Panjang Lebar Tinggi mm mm mm Min 30 Min 12 Min 9  Penumpang Lebar Kedalaman alur Jumlah alur mm mm buah Min 25 Min 3 Min 1 e. Ketahanan terhadap Rembesan air impermeabilitas Tidak boleh ada tetesan air dari permukaan bagian bawah genteng dalam waktu 20 jam ± 5 menit.

2. Syarat Mutu menurut PUBI 1982

a. Penampakan Fisik Genteng harus mempunyai permukaan atas yang mulus, tidak terdapat retak atau cacat lainnya yang mempengaruhi sifat pemakaian dan bentuknya harus seragam bagi tiap jenis. Tepi-tepinya tidak boleh mudah direpihkan oleh tanggan. Setiap genteng harus diberi tanda atau merk pabrik. b. Penyerapan Air porositas Daya serap air rata-rata dari 10 contoh benda uji tidak boleh dari 10 berat. c. Rembesan Air impermeabilitas Apabila contoh genteng diuji dengan cara standar maka pada setiap genteng tidak boleh terjadi tetesan air dari bagian bawahnya. Dalam hal ini genteng terjadi basah tetapi tidak terdapat tetesan air, maka dinyatakan tahan terhadap perembesan air.

3. Bentuk dan Ukuran menurut PUBI

a Ukuran panjang, lebar dan tebal genteng beton untuk seluruh partai yang diserahkan harus sama dan seragam. Seluruh partai genteng harus dapat tersusun rapih pada rangka atap sehingga tidak memungkinkan masuknya air hujan secara langsung. b Ukuran panjang efektif genteng beton harus sesuai dengan jarak reng dari luar, sehingga akan memberikan beban lentur yang masih dapat diizinkan. c Tebal genteng tidak boleh kurang dari 8 mm, kecuali pada bagian penumpangan tebalnya tidak kurang dari 6 mm. d Genteng harus mempunyai kaitan ligs yang akan terkait pada reng yang lebarnya tidak kurang dari 20 mm dan tinggi tidak kurang dari 12 mm, yang terletak pada permukaan bawah dari genteng. e Genteng harus mempunyai penumpang tepi yang lebarnya tidak kurang dari 25 mm, dan dilengkapi dengan paling sedikit sebuah alur air yang dalamnya tidak kurang dari 5 mm

4. Kekuatan Genteng terhadap Beban Lentur menurut SKSNI

Tabel 2.3. Kuat Genteng terhadap Beban Lentur Tingkatan mutu Kekuatan terhadap beban lentur kgf atau kg Rata-rata dari minimal 6 genteng yang diuji Angka minimal untuk masing- masing genteng yang diuji I 150 110 II 120 90 III 80 60 IV 50 35 V 30 25

5. Penyarapan Air Porositas

Porositas merupakan hal yang sangat penting untuk mengukur ruang kosong yang tersedia bagi tempat menyimpan fluida air. Porositas Φ adalah kemampuan suatu batuan untuk menyimpan fluida air. Porositas adalah perbandingan ruang kosong pori-pori dalam batuan dengan keseluruhan volume batuan dikali 100 untuk menyatakan persen.

6. Ketahanan terhadap Rembesan Air Impermeabilitas

Ketahanan terhadap rembesan air adalah keadaan dimana suatu benda dikatakan tahan terhadap rembesan air apabila benda tersebut pada permuakaan bagian atasnya di beri air maka permuakaan bagian bawahnya tidak ada tetesan air. Walaupun permukaan bagian bawahnya tetap basah tetapi tidak sampai ada tetesan air.

C. Bahan Penyusun Genteng Beton

Dalam pembuatan genteng beton pada umumnya bahan yang digunakan adalah pasir, semen, dan air. Berikut ini akan dijelaskan sekilas mengenai bahan-bahan yyang digunakan dalam pembuatan genteng beton.

1. Portland Cement PC

Semen Portland adalah semen hidraulis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan klinker yang terutama teridiri dari silat-silikat kalsium yang bersifat hidraulis dengan gips sebaga bahan tambahan. Unsur utama yang terkandung dalam semen dapat digolongkan ke dalam empat bagian, yaitu : trikalsium silikat C 3 S , dikalsiumsilikat C 2 S, trikalsium aluminat C 3 A dan tetrakalsium aluminoferit C 4 AF, selain itu pada semen juga terdapat unsur-unsur lainnya dalam jumlah kecil misalnya : M g O, TiO 2 , Mn 2 O 3 , Na 2 O dan Na 2 O. Soda atau Potasiuim Na 2 O dan Na 2 O merupakan komponen minor dari unsur-unsur penyusun semen yang harus diperhatian, karena keduanya merupakan alkalis yang dapat bereaksi dengan silica aktif dalam agregat sehingga menimbulkan disintegrasi beton Neville dan Brooks, 1987 dalam Slmet Widodo, 2007 : 1. Semen Portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai dalam pembangunan. Sebenarnya terdapat berbagai macam semen dan tiap macamnya digunakan untuk kondisi-kondisi tertentu sesuai dengan sifat sifatnya yang khusus. Sedangkan semen Portland berfungsi sebagai bahan perekat hidrolis yang dapat mengeras apabila bersenyawa dengan air dan akan membentuk benda padat yang tidak larut dalam air. Semen Portland yang terdiri dari kalsium silikat yang bersifat hidrolis dan digiling bersama-sama dengan bahan tambah Kristal senyawa kalsium sulfat dan boleh ditambah dengan bahan tambah lain, misalnya kalsium klorida ditambahkan untuk menjadikan semen yang cepat mengeras Kardiyono Tjokrodimulyo, 1996 : 6 dalam Surianto Patra, 2003 : 14. Perubahan komposisi semen yang dilakukan dengan cara mengubah persentase 4 komponen utama semen dapat menghasilkan beberapa jenis semen sesuai dengan tujuan pemakaiannya. Standar Industri di Amerika ASTM maupun di Indonesia SNI mengenal 5 jenis semen, yaitu : a. Jenis I, yaitu semen Portland untuk penggunaan umum yang tidak memerlukan persyaratan-persyaratan khusus. b. Jenis II, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi rendah. c. Jenis III, yaitu semen Portland yang dalam penggunaanya menuntut persyaratan kekuatan awal yang tinggi setelah pengikatan terjadi. d. Jenis IV, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya menuntut panas hidrasi rendah. e. Jenis V, yaitu semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketehanan terhadap sulfat yang sangat baik Slamet Widodo, 2007 : 2. 2. Pasir Agregat Halus Pasir merupakan bahan pengisi yang digunakan dengan semen untuk membuat adukan. Selain itu juga pasir juga berpengaruh terhadap sifat tahan susut, keretakan dan kekerasan pada genteng beton atau produk bahan bangunan campuran semen lainnya. Pada pembuatan genteng beton ini digunakan pasir yang lolos ayakan kurang dari 5 mm ASTM E 11-70 dan harus bermutu baik yaitu pasir yang bebas lumpur, tanah liat, zat organik, garam florida dan garam sulfat. Selain itu juga pasir harus bersifat keras, kekal dan mempunyai susunan butir gradasi yang baik. Menurut PBI agregat halus sebagai campuran untuk pembuatan beton bertulang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Pasir harus terdiri dari butir-butir kasar, tajam dan keras. b. Pasir harus mempunyai kekerasan yang sama. c. Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur kurang lebih 5, apabila lebih dari 5 maka agregat tersebut harus dicuci dulu sebelum digunakan. Adapun yang maksud lumpur adalah bagian butir yang melewati ayakan 0,063 mm. d. Pasir harus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak. e. Pasir harus tidak mudah terpengaruh oleh perubahan cuaca.

f. Pasir laut tidak boleh digunakan sebagai agregat untuk beton.

Pengujian pasir Pasir adalah butiran halus yang terdiri dari butiran nemenbus ayakan dengan lubang 4,8 mm.

a. Kadar Air Pasir

Kadar air adalah banyaknya air yang terkandung dalam pasir. Kadar air dapat dibedakan menjadi empat jenis : kadar air kering tungku, yaitu keadaan yang benar-benar tidak berair; kadar air kering udara, yaitu kondisi permukaannya keringtetapi sedikit mengandung air dalam porinya dan masih dapat menyerap air; jenuh kering muka saturaded and surface-dry, SSD, yaitu keadaan dimana tidak ada air pada kondisi ini, air dalam agregat tidak akan menambah atau mengurangiair pada campuran beton; kondisi basah, yaitu kondisi dimana butir –butir agregat banyak mengandung air, sehingga akan menyebabkan penambahan kadar air campuran beton. Dari keempat kondisi beton hanya dua kondisi yang sering dipakai yaitu kering tungku dan kondisi SSD Tri Mulyono, 2003 : 89.

b. Gradasi Pasir

Gradasi pasir adalah distribusi ukuran butir pasir. Bila butir-butir pasir mempunyai ukuran yang sama seragam volume pori akan besar. Sebaliknya bila ukuran butirannya bervariasi akan terjadi volume pori yang kecil. Hal ini karena butiran yang kecil mengisi pori diantara butiran yang lebih besar, sehingga pori-porinya menjadi lebih sedikit, dengan kata lain kemampatannya tinggi. Untuk menyatakan gradasi pasir, dipakai nilai persentase berat butiran yang tertinggal atau lewat dalam susunan ayakan. Susunan ayakan pasir yang dipakai adalah : 9,60; 4,80; 2,40; 1,20; 0,60; 0,30 dan 0,15 mm. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan gradasi pasir berupa modulus halus butir mhb dan tingkat kekasaran pasir. Mhb menunjukkan ukuran kehalusan atau kekasaran butir-butir agregat yang dihitung dari jumlah per sen kumulatif tertahan dibagi 100. Makin besar nilai mhb menunjukkan semakin besar butir-butir agregatnya. Pada umumnya nilai mhb pasir berkisar antara 1,5-3,8 Tjokrodimuljo, 1998 dalam Warih Pambudi. SNI 03-2834-1992 mengklasifikasikan distribusi ukuran butiran pasir dapat dibagi menjadi empat daerah atau zone, yaitu zone I kasar, zone II agak kasar, zone III agak halus dan zone IV halus , sebagaimana tampak pada Tabel 1 Slamet Widodo, 2007 : 4. Tabel 2.4. Batas-batas Gradasi Agregat Halus Ukuran Saringan mm Persentase Berat Butir yang Lolos Saringan Zone I Zone II Zone III Zone IV 9,60 100 100 100 100 4,80 90-100 90-100 90-100 95-100 2,40 60-95 90-100 85-100 95-100 1,20 30-70 55-90 75-100 90-100 0,60 15-34 35-59 60-79 80-100 0,30 5-20 8-30 12-40 15-50 0,15 0-10 0-10 0-10 0-15 Keterangan: Daerah 1 = Pasir kasar Daerah II = Pasir agak kasar Daerah III = Pasir agak halus Daerah IV = Pasir halus

c. Berat Jenis Pasir

Berat jenis pasir ialah rasio antara massa padat pasir dan massa air dengan volume dan suhu yang sama. Berat jenis pasir dari agregat normal adalah 2,0-2,7; berat jenis pasir dari agregat berat adalah lebih dari 2,8 dan berat jenis pasir dari agregat ringan adalah kurang dari 2,0 Tjokrodimuljo, 1996 dalam Warih Pambudi.

d. Berat Satuan Pasir

Berat satuan pasir adalah berat pasir dalam satu satuan volume. Berat satuan dihitung berdasarkan berat pasir dalam suatu bejana dibagi volume bejana tersebut, sehingga yang dihitung adalah volume padat pasir meliputi volume tertutup dan volume pori terbukanya. Berat satuan pasir dari agregat normal adalah 1,20-1,60 gramcm³ Tjokrodimuljo, 1996 dalam Warih Pambudi.

3. Air

Air diperlukan pada pembuatan beton untuk memicu proses kimiawi semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pengerjaan. Air yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran beton. Air yang mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak, gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran beton akan menurunkan kualitas beton Tri Mulyono, 2003 : 51. Air yang dimaksud disini adalah air yang digunakan sebagai campuran bahan bangunan, harus berupa air bersih dan tidak mengandung bahan-bahan yang dapat menurunkan kualitas genteng beton. Menurut PBI 1971 persyaratan dari air yang digunnakan sebagai campuran bahan bangunan adalah sebagai berikut: a. Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali, garam-garam, bahan-bahan organik atau bahan lain yang dapat merusak dari pada beton. b. Apabila dipandang perlu maka contoh air dapat dibawa ke Laboratorium Penyidikan Bahan untuk mendapatkan pengujian sebagaimana yang dipersyaratkan. c. Jumlah air yang digunakan adukan beton dapat ditentukan dengan ukuran berat dan harus dilakukan setepat-tepatnya. d. Air yang digunakan untuk proses pembuatan beton yang paling baik adalah air bersih yang memenuhi syarat air minum. Jika dipergunakan air yang tidak baik maka ketentuan beton akan berkurang. Air yang digunakan dalam proses pembuatan beton jika terlalu sedikit maka akan menyebabkan beton akan sulit dikerjakan, tetapi jika air yang digunakan terlalu banyak maka kekuatan beton akan berkurang dan terjadi penyusutan setelah beton mengeras. D. Serat Ijuk Serat merupakan bahan tambah yang berupa asbestos, gelaskaca, plastik, baja atau serat tumbuh-tumbuhan rami, ijuk. Penambahan serat ini dimaksudkan untuk meningkatkan kuat tarik, menambah ketahanan terhadap retak, meningkatkan ketahanan beton terhadap beban kejut impoact load sehingga dapat meningkatkan keawetan beton, misalnya pada perkerasan jalan raya atau lapanghan udara, spillway serta pada bagian struktur beton yang tipis untuk mencegah timbulnya keretakan Slamet Widodo, 2007 : 7. Ada bermacam-macam serat alami antara lain: abaca, sisal, rami, ijuk, serat serabut kelapa dan lain-lain. Dari bermacam-macam serat alami hanya akan kami uraikan mengenai serat ijuk. Serat ijuk adalah serat alam yang mungkin hanya sebagian orang yang mengetahui kalau serat ini sangatlah istimewa dibanding dengan serat lainnya, serat berwarna hitam yang dihasilkan dari pohon aren dan memiliki banyak keistimewaan, diantaranya:

1. Tahan lama hingga ratusan bahkan ribuan tahun lebih. 2. Tahan terhadap asam dan garam air laut.

3. Mencegah penembusan rayap tanah dan menyebabkan kematian yang tinggi hingga 100. Keistimewaan ijuk sangatlah banyak dan masih banyak yang belum kita ketahui dari ijuk, berbagai manfaat dan penggunaan ijuk yang saya ketahui sekarang ini baik itu untuk sebagai bahan peralatan rumah tangga seperti: sapu ijuk, sikat ijuk, koas, kampus ijuk dll, ataupun untuk berbagai bahan material seperti tali pengikat bambu, untuk berbagai resapan air pada saringan air, taman, lapang dll, untuk atap rumah, untuk campuran genteng semen, untuk campuran beton dan mungkin masih banyak lagi kegunaan lainnya. Serat ijuk yaitu serabut berwarna hitam dan liat. Ijuk merupakan bahan alami yang dihasilkan oleh pangkal pelepah enau arenga pinnata yaitu sejenis tumbuhan bangsa palma. Pohon aren menghasilkan ijuk pada 4-5 tahun terakhir. Serat ijuk yang memuaskan diperoleh dari pohon yang sudah tua, tetapi sebelum tandan bakal buah muncul sekitar umur 4 tahun, karena saat tandan bakal buah muncul ijuk menjadi kecil-kecil dan jelek. Secara kualitatif unsur yang dikandung serat ijuk adalah karbon C, natrium Na, magnesium Mg, silikon Si, aluminium Al, kalium K, dan kalsium Ca, dari unsur-unsur yang terkandung pada serat ijuk maka serat ijuk dapat dikategorikan sebagai bahan yang memiliki sifat basa sehingga dapat bercampur dengan baik terhadap pasta semen atau adukan dalam jangka waktu yang lama. Ijuk yang dihasilkan pohon aren mempunyai sifat fisik diantaranya: berupa helaian benang berwarna hitam, berdiameter kurang dari 0,5 mm, bersifat kaku dan ulet sehingga tidak mudah putus. Serabut ijuk biasa dipintal menjadi tali tali ijuk, sapu atau dijadikan atap, selain itu dalam kontruksi bangunan ijuk digunakan sebagai lapisan penyaring pada sumur resapan. Ijuk mempunyai sifat awet dan tidak mudah busuk baik dalam keadaan terbuka tahan terhadap cuaca maupun tertanam dalam tanah. Ijuk bersifat lentur dan tidak mudah rapuh, sangat tahan terhadap genangan asam termasuk genangan air laut yang mengandung garam. Dengan karakteristik ijuk seperti ini maka diharapkan dapat memperbaiki sifat kurang baik beton, baik secara kimia maupun fisika. Salah satunya yaitu sebagai bahan campuran pembuatan genteng beton.

E. Penelitian Sebelumnya

Warih Pambudi 2005 melakukan penelitian mengenai genteng beton dengan tambahan serat serat ijuk yang diambil dari desa Subah, kecamatan Subah, kabupaten Batang, menggunakan pasir yang berasal dari sungai Bebeng, Muntilan, Jawa Tengah. Semen portland yang dipakai semen Portland merk Nusantara. Penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan serat ijuk dengan variasi berat serat ijuk 0; 0,5; 1; 1,5; 2 dan 2,5 dengan panjang 1,5-2 cm, kadar air 5,250 dengan berat jenis 0,823 dan berat satuan serat ijuk 0,210 gramcm3, pada perbandingan bahan susun 1 semen portland : 0,997 kapur : 2,990 pasir menggunakan fas 0,56, nilai rata- rata sebaran mortarnya 17,625 cm; menghasilkan kuat lentur genteng masing- masing 62,25; 63,75; 67,85; 70,43, 73,97 dan 75,32 kg. Dari penelitian- penelitian tentang genteng beton serat yang telah diuraikan di atas, maka dapat kita lihat hasilnya dalam tabel. Tabel 2.5. Hasil Penelitian Genteng Beton Serat Sebelumnya. No Peneliti tahun Fas Nilai Sebaran cm Penambahan Serat Kuat lentur gramcm 2 Serapan Air Berat gram 1. Warih Pambudi 2005 0,5 6 17,625 0,5 1 1,5 2 2,5 62,25 63,75 67,85 70,43 73,97 75,32 - 2106 2094 2017 1930 1929 1902 F. Kerangka Berfikir Genteng beton atau genteng semen adalah unsur bangunan yang dipergunakan untuk atap yang dibuat dari beton dan dibentuk sedemikian rupa serta berukuran tertentu. Genteng beton dibuat dengan cara mencampur pasir dan semen ditambah air dan dalam pembuatannya dapat ditambahkan dengan bahan tambah lainnya yang tidak mempengaruhi langsung dengan kekautan genteng beton itu sendiri, kemudian diaduk sampai homogen lalu dicetak. Kejelekan beton adalah mempunyai sifat getas dan kurang mampu menahan tegangan tarik. Genteng beton merupakan bentuk aplikasi penggunaan beton sebagai bahan bangunan non struktural secara otomatis memiliki kelemahan yang sama. Upaya untuk memperbaiki sifat beton, salah satunya dengan menambahkan serat kedalam adukan beton. Penambahan adukan serat kedalam adukan beton memberikan peningkatan terhadap mutu beton. Penambahan serat terlalu pendek diperkirakan kurang efektif karena tidak cukup ikatan yang terjadi antara bahan pengikat dengan serat yang ada didalamnya, sebaliknya penambahan serat yang terlalu panjang juga kurang efektif karena akan terjadi pengumpulan dan penyebaran serat tidak merat. Penentuan panjang serat yang digunakan berpedoman pada aspek rasio serat, yaitu perbandingan panjang dengan diameternya 50-100. Jumlah serat yang sedikit diperkirakan belum berpengaruh, tetapi sebaliknya jumlah serat yang terlalu banyak menjadikan adukan genteng beton sulit dikerjakan. Penambahan serat ijuk dalam adukan genteng beton berpengaruh terhadap kuat lentur genteng beton yang dihasilkan. Pada genteng beton tanpa serat, beban lentur yang bekerja ditahan oleh ikatan antara semen dan pasir. Sedangkan pada genteng beton serat, kuat lentur yang bekerja ditahan oleh ikatan antara semen, pasir dan ditambah oleh serat ijuk, sehingga genteng beton serat akan lebih mampu menahan tegangan lentur. Penamabahan serat pada adukan genteng beton berpengaruh terhadap berat jenis genteng beton yang dihasilkan. Pada genteng beton serat, berat jenisnya akan lebih kecil dibandingkan dengan genteng beton tanpa serat.

G. Hipotesis