Proses Seleksi Buku Fiksi

17 Proses seleksi adalah proses dimana perpustakaan menerima atau pun menolak bahan pustaka untuk dijadikan koleksi oleh suatu perpustakaan keliling, menurut buku Panduan Koleksi Perpustakaan Keliling 1992: 13 ada beberapa ciri-ciri bahan pustaka yang dipilih dan ditolak untuk dijadikan koleksi oleh perpustakaan keliling, antara lain: Bahan-bahan pustaka yang otomatis dipilih oleh perpustakaan keliling adalah: 1. Edisi atau cetakan baru karya-karya klasik yang sesuai untuk koleksi perpustakaan keliling, misalnya buku kesusastraan. 2. Buku-buku berseri yang dianggap penting dan sudah direncanakan untuk dimasukkan ke dalam koleksi perpustakaan keliling. 3. Buku-buku dengan subjek yang dapat meningkatkan keterampilan dan merangsang untuk berwisata masyarakat pemakai perpustakaan kaliling. 4. Buku-buku yang berisi hasil penelitian di wilayah yang menjadi sasaran layanan perpustakaan keliling. Adapun bahan pustaka yang secara otomatis ditolak oleh perpustakaan keliling adalah: 1. Buku, pamflet, berkala, dan bahan lain yang bertujuan untuk promosiiklan. 2. Judul-judul yang berbahasa asing yang tidak digunakandikenal oleh masyarakat pemakai perpustakaan keliling, misalnya buku berbahasa cina. Judul-judul tentang subjek tertentu yang tidak diminati masyarakat atau yang tidak sesuai dengan misi perpustakaan keliling

2.5.1 Proses Seleksi Buku Fiksi

Buku fiksi dipilih oleh perpustakaan keliling untuk menarik minat baca masyarakat dengan tujuan akhirnya akan terbiasa dengan budaya membaca. Masalah dalam menyeleksi buku fiksi adalah bagaimana memilih buku fiksi yang diminati masyarakat sekaligus memenihi syarat dari segi mutu. Menurut buku Panduan Koleksi Perpustakaan Keliling 1992: 13-14 ada beberapa penilaian terhadap buku fiksi, yaitu: 1. Masalah yang ditulis penulis seperti yang dijelaskan pada tema haruslah asli atau bukan jiplakan dari penulis lain. Walaupun tema yang dipilih biasa dijumpai pada kejadian sehari-hari, namun aspek yang dibahas harus 18 menurut sudut pandang penulis sendiri. Selain itu tema harus dapat memperluas imajinasi dan pengetahuan pembacanya. 2. Jalan cerita plot harus mengandung suatu gagasan. Hubungan peristiwa dan tokoh-tokoh tidak perlu masuk akal, namun dapat diterima berdasarkan tema yang dipilih. Sebaiknya dalam cerita tidak terdapat penyelesaian malasah yang tidak ada hubungannya dengan sifat cerita, sehingga janggal. 3. Tokoh-tokoh dalam cerita sebaiknya berkesan hidup. Keperkasaa, kelemahan, kredibilitas, dan keyakinan mereka terlihat wajar melalui jalan cerita, percakapan, dan perbuatan tokoh-tokoh tersebut sehingga membantu memberikan gambaran dan sifat tokoh-tokoh tersebut. 4. Penggambaran waktu dan lingkungan disesuaikan dengan latar belakang ceritera, apakah mengambil waktu sekarang, masa lampau atau masa yang akan datang. Jangan sampai penggambaran zaman kerajaan dahulu, tokoh- tokohnya sudah mengenali lemari es, TV dan lain-lain. 5. Bahasa, perbendaharaan kata, dan susunan kalimat mencerminkan gaya tulisan penulis buku. Yang perlu diperhatikan adalah gaya tulisan harus sesuai dengan tema yang dipilih. 6. Penggambaran realitas walaupun dalam khayalan akan membuat buku lebih baik dan menarik. Kepuasan membaca tulisan lebih mendalam, karena seolah-olah pengalaman dalam cerita dialami sendiri oleh pembacanya. Mutu baik tidak hanya ditentukan oleh subjek atau temanya, namun lebih ditentukan bagaimana tema tersebut disajikan dan bagaimana tema diungkapkan sehingga mudah dipahami.

2.5.2 Proses Seleksi Buku Non Fiksi