BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Surya Windu Pertiwi adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perikanan yaitu memproduksi bibit udang putih. PT. Surya Windu Pertiwi terletak
di jl. Pantai Cermin, Perbaungan, sumatera utara. CP Prima Didirikan pada bulan April 1980 oleh Charoen Pokphand Group. Memiliki pengalaman operasional
lebih dari 30 tahun dan merupakan pelopor global dengan skala besar dalam industri perikanan yang terintegrasi secara vertikal. Pada tahun fiskal 2008, CP
Prima mencatat penjualan bersih senilai Rp 8,17 triliun, dan Perseroan yakin akan potensi pertumbuhan yang luar biasa besar pada masa mendatang ditunjang
dengan pertumbuhan konsumsi udang serta permintaan pasar lokal yang semakin tinggi akan produk-produk industri hulu. Khususnya untuk memenuhi permintaan
pasar daerah Sumatera Utara dan Aceh, CP Prima membuka aviliasi baru di daerah Pantai Cermin mulai 25 april 1999.
Seiring secara berkala setelah dibukanya Surya Windu Pertiwi, perkembangan budidaya udang di daerah Sumatra Utara dan sekitarnya
mengalami perkembangan yang cukup signifikan secara bertahap, khususnya pada sekitar tahun 2006 CP Prima mengalihkan produksi dari
Monodon
udang
Tiger
ke
Vannamei
udang putih. Hal ini terbukti secara data Surya Windu Pertiwi dari permintaan pasar dari tahun 2004 hingga 2007 permintaan pasar daerah Sumatera
Utara dan sekitarnya meningkat sekitar 40 secara komulatif.
Surya Windu Pertiwi merupakan perusahaan akuakultur yang terintegrasi secara vertikal, dan perseroan yakin bahwa perseroan berada pada posisi terbaik
untuk menciptakan standar baru bagi kepemimpinan serta pertumbuhan usaha.
Oleh karena itu, posisi perseroan sebagai bagian dari industri menawarkan potensi pertumbuhan yang berkesinambungan serta peluang pertumbuhan jangka panjang.
2.2 Udang Putih
Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya sungai, danau, atau laut. Udang dapat ditemukan di hampir semua genangan air yang berukuran besar
baik air tawar, air payau, maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Dari sekian banyak
udang laut
Pennaidae
yang terdapat di Indonesia, ada 11 jenis yang dikategorikan mempunyai nilai niaga penting. Umumnya terdiri dari 2 marga
yakni
Pennaeus
dan
Metapennaeus
. Udang tidak hanya terdapat di laut, tetapi juga sampai ke tambak
–tambak. Bahkan sekarang udang banyak dibudidayakan. Udang yang dipelihara di tambak antara lain udang windu
Pennaeus monodon
, udang putih
Pennaeus merguiensis
dan
Pennaeus indicus
, udang api –api
Metapennaeus monoceros
dan
Metapennaeus ensis
, udang
cendana
Metapennaeus brevicornis
, dan udang krosok
Metapennaeus burkenroadi
. Udang digolongkan kedalam
Filum Arthropoda
dan merupakan
Filum
terbesar dalam
Kingdom Animalia
. Udang dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda
Kelas : Crustaceae Sub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda Family : - Palaemonoidae
- Penaeidae Genus
: -
Macrobranchium
-
Caridina
-
Penaeus
-
Metapenaeus
Udang putih dengan nama ilmiah
Litopenaeus vannamei
adalah salah satu komoditas yang kini menjadi primadona di industri budidaya perikanan Indonesia.
Perkembangan usaha perikanan khususnya komoditi udang yang terus meningkat dengan pesat, berpotensi besar untuk menghasilkan devisa Negara. Udang putih
semakin diminati untuk dibudidayakan karena udang putih memiliki karakteristik yang unggul yaitu:
1. Kemampuan adaptasi yang tinggi, udang putih mampu beradaptasi terhadap
suhu, dan salinitas. 2.
Laju pertumbuhan yang cepat pada bulan I dan II. 3.
Kelangsungan hidup yang tinggi. 4.
Memiliki pangsa pasar yang fleksibel, Udang jenis putih memiliki pasar mulai ukuran kecil hingga besar.
Pembudidaya udang yang modalnya terbatas masih menggangap bahwa udang putih hanya dapat dibudidayakan secara intensif. Anggapan tersebut
ternyata tidaklah sepenuhnya benar, karena hasil kajian menunjukan bahwa udang putih juga dapat diproduksi dengan pola tradisional. Bahkan dengan pola
tradisional petambak dapat menghasilkan ukuran panen yang lebih besar sehingga harga per kilogramnya menjadi lebih mahal. Teknologi yang tersedia saat ini
masih untuk pola intensif dan semi intensif, padahal luas areal pertambakan di indonesia yang mencapai sekitar 360.000 ha, 80 digarap oleh petambak yang
kurang mampu. Informasi teknologi pola tradisional plus untuk budi daya udang putih sampai saat ini masih sangat terbatas. Udang putih pertama masuk Indonesia
sekitar tahun 2001 dengan induk dan benur dari Hawaii. Hadirnya udang putih ini menggeser posisi udang windu atau
Penaeus monodon
yang yang dianggap rentan terhadap virus dan penyakit.
Udang tumbuh dewasa dan bertelur di habitatnya yaitu air laut. Udang putih betina mampu menelurkan 50.000 hingga 1 juta telur, yang akan menetas
setelah 24 jam menjadi larva
nauplius
. Nauplius kemudian bermetamorfosis memasuki fase ke dua yaitu
zoea
.
Zoea
memakan ganggang liar. Setelah beberapa hari bermetamorfosis lagi menjadi
mysis
.
Mysis
memakan ganggang dan
zooplankton
. Setelah tiga sampai empat hari kemudian
mysis
bermetamorfosis terakhir kali memasuki tahap pasca larva yaitu udang muda yang sudah memiliki
ciri-ciri hewan dewasa. Seluruh proses memakan waktu sekitar 12 hari dari pertama kali menetas. Pada tahap ini, udang budidaya siap untuk diperdagangkan,
dan disebut sebagai benur.
2.3 Produksi