2.1.4.2 Analisis Kebangkrutan Model Springate
Model Springate ditemukan oleh Gordon L.V. Springate pada tahun 1978 sebagai pengembangan dari model Altman dalam memprediksi kebangkrutan.
Menurut Rudianto dalam Norita 2015 Springate Score merupakan metode untuk
memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan beberapa rasio keuangan dengan memberikan bobot yang berbeda diantara rasio
tersebut. Rumus dari metode ini adalah sebagai berikut :
Dimana: X
1
= X
2
= X
3
= X
4
= Selanjutnya akan diuraikan masing-masing rasio yang terdapat dalam metode
Springate, sebagai berikut: Rasio
working capital to total a sset
X
1
adalah rasio perbandingan antara modal kerja yang didapat dari asset lancar dikurangi kewajiban lancar dengan total
asset. Apabila nilai WCTA perusahaan positif, itu berarti perusahaan sanggup menutupi kewajiban lancarnya dan menggunakan aktiva untuk kegiatan operasional
perusahaan. Perhitungan WCTA sebagai berikut:
S = 1,03 X
1
+ 3,07 X
2
+ 0,66 X
3
+ 0,40 X
4
Earning before interest and ta x to total asset
X
2
adalah rasio dimana yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
sebelum pajak dan bunga dengan menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan.
EBITTA dirumuskan sebagai berikut:
Earning before tax to current liabilities
X
3
merupakan rasio yang bertujuan untuk mengukur antara laba sebelum pajak yang telah dipotong dengan bunga
terhadap hutang lancar. Rasio ini dihitung agar manajemen perusahaan dapat mengetahui berapa laba yang telah dipotong dengan beban bunga dapat menutupi
hutang lancar yang ada, dengan kata lain rasio ini mengukur apakah laba sebelum pajak yang telah dikurangi dengan bunga dapat mengurangi hutang lancar. Berikut
adalah rumus mencari EBTCL:
Sales to total asset
X
4
adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan dan kemampuan
manajemen dalam menggunakan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Berikut adalah rumus mencari nilai STA:
Setelah mendapatkan hasil nilai Z pada metode springate selanjutnya kita bandingkan nilai Z dengan nilai kriteria pada model Springate dimana jika Z ≥ 0,862
maka perusahaaan berpotensi tidak bangkrut tapi jika nila Z ≤ 0,862 maka perusahaan
berpotensi mengalami kebangkrutan.
Earning Before Interest and Tax to Total Asset =
Earnings Before Tax to Current Liabilities
=
Sales to Total Asset =
2.1.4.3 Analisis Kebangkrutan Model Grover Pada tahun 1968 Jeffrey S. Grover melakukan penelitian dengan
menggunakan sampel pada penelitian Altman. Hasil penelitian yang dilakukan pada 70 perusahaan menunjukkan bahwa 35 perusahaan mengalami kebangkrutan dan 35
perusahaan lainnya tidak mengalami kebangkrutan pada tahun 1982-1996.
Berdasarkan penelitiannya tersebut Grover dalam Prihantini dan Ratnasari 2013
menghasilkan fungsi sebagai berikut:
Dimana : X
1
= X
3
= ROA
= Selanjutnya akan diuraikan masing-masing rasio yang terdapat dalam metode
Grover, sebagai berikut: Rasio
working capital to total a sset
X
1
adalah rasio perbandingan antara modal kerja yang didapat dari asset lancar dikurangi kewajiban lancar dengan total
asset. Apabila nilai WCTA perusahaan positif, itu berarti perusahaan sanggup menutupi kewajiban lancarnya dan menggunakan sisa aktiva untuk kegiatan
operasional perusahaan. Perhitungan WCTA sebagai berikut:
Earning before interest and ta x to total asset
X
3
adalah rasio dimana yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
G = 1,650X1 + 3,404X3 – 0,016ROA + 0,057
sebelum pajak dan bunga dengan menggunakan keseluruhan aktiva perusahaan.
EBITTA dirumuskan sebagai berikut:
Return on assset to total asset
merupakan salah satu rasio probabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dibandingkan dengan berdasarkan seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Apabila hasil negatif maka perusahaan tidak mampu menghasilkan laba terhadap asetnya,
artinya mengalami kerugian. Berikut adalah rumus mencari nilai ROA
Return of Assets
:
Setelah mendapatkan hasil nilai Z pada metode Grover , kategori perusahaan dalam keadaan bangkrut dengan skor kurang atau sama dengan -
0,02 Z ≤ -0,02. Sedangkan nilai untuk perusahaan yang dikategorikan dalam keadaan tidak
bangkrut adalah lebih atau sama dengan 0,01 Z ≥ 0,01.
2.1.4.4 Analisis Kebangkrutan Model Zmijewski Menurut Peter dan Yoseph 2011:7 metode kebangkrutan Zmijewski rasio
keuangan yang dipilih adalah rasio-rasio keuangan terdahulu dan diambil sampel sebanyak 75 perusahaan yang bangkrut, serta 73 perusahaan yang sehat selama tahun
1972 sampai dengan 1978, indikator
F-test
terhadap rasio-rasio kelompok
rate of return, liquidity, leverage, turnover, fixed payment coverage, trends, firm size,
dan
stock return volatility
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara perusahaan yang sehat dan yang tidak sehat. Rumus yang dikembangkan oleh
Margaretta Fanny dan Sylvia Saputra dalam Etta dan Made 2014:7 pada penelitian ini sebagai berikut:
Earning Before Interest and Tax to Total Asset =
Rasio keuangan yang dianalisis adalah rasio-rasio keuangan yang terdapat pada model Zmijewski yaitu:
Dimana: X
1
=
Return On Assets
atau
Return On Investment
X
2
=
Debt Ratio
X
3
=
Current Ratio
Selanjutnya akan diuraikan masing-masing rasio yang terdapat dalam metode Grover, sebagai berikut:
Return on assset to total asset
X
1
merupakan salah satu rasio probabilitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
dibandingkan dengan berdasarkan seluruh asset yang dimiliki perusahaan. Apabila hasil negatif maka perusahaan tidak mampu menghasilkan laba terhadap asetnya,
artinya mengalami kerugian. Berikut adalah rumus mencari nilai ROA
Return of Assets
:
Debt ratio
X
2
merupakan rasio yang menunjukkan seberapa banyak aset yang dibiayai oleh hutang. Hutang bisa berarti buruk bisa juga berarti baik bagi suatu
perusahaan. Selama kondisi perekonomian sulit dan tingkat suku bunga tinggi, Z = -4,3
– 4,5X
1
+ 5,7X
2
+ 0,004X
3
perusahaan yang memiliki debt ratio yang tinggi dapat mengalami masalah keuangan. Sebaliknya, selama kondisi perekonomian baik dan tingkat suku bunga rendah, maka
hutang dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.Berikut ini adalah rumus mencari nilai
debt ratio
:
Current Ratio
X
3
adalah rasio likuiditas yang dihitung dengan membagi aset saat ini
current a ssets
dengan hutang saat ini
current liability
. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi tanggung jawabnya terhadap
hutang saat ini current debt. Semakin tinggi rasionya, maka akan semakin tinggi tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Rumus untuk menghitung
current ratio
sebagai
berikut:
Setelah mendapatkan hasil nilai Z pada metode Zmijewski, dapat dilihat dari kriteria skor yang diperoleh sebuah perusahaan dari metode prediksi Zmijewski ini
melebihi 0 maka perusahaan diprediksi berpotensi mengalami kebangkrutan. Sebaliknya, jika sebuah perusahaan memiliki skor yang kurang dari 0 maka
perusahaan diprediksi tidak berpotensi untuk mengalami kebangkrutan.
2.2 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu No
Peneliti Tahun
Judul Sumber
Hasil
1. Elvinna Wiwit dan
Firma Meita 2014
Analisis penggunaan metode Altman, Springate
dan Zmijewski dalam memprediksi
kebangkrutan perusahaan pertamabangan batubara
periode 2012-2014. Jurusan S1
Akuntansi, Fakultas
Ekonomi, Universitas
Negeri Surabaya
Model Altman Z-Score dan model Springate merupakan
model prediksi kebangkrutan yang
memberikan nilai yang sama tingginya dalam
memprediksi kebangkrutan pada perusahaan
pertambangan batubara dengan nilai prediksi
kebangkrutan sebesar 88,888 dibandingkan
Zmijewski hanya 66,666 2.
Lili dan Trisnadi 2014
Analisis komparatif dalam memprediksi
kebangkrutan pada PT. Indofood Sukses Makmur
menggunakan model
Altman, model Springate, model Zmijewski, model
Foster dan model Grover.
Jurusan Manajemen
Keuangan, STIE MDP,
Palembang
Dari kelima model analisis kebangkrutan Altman Z-
score, Springate, Zmijewski, Foster dan Grover, yang
memiliki tingkat akurasi yang paling tinggi adalah
model Zmijewski, Foster dan Grover dimana tingkat
akurasinya adalah 100.