Enam Program Landreform & Implikasinya

B. Enam Program Landreform & Implikasinya

Dalam kaitannya dengan ketentuan tersebut, maka secara garis besar terdapat enam program landreform berda- sarkan UUPA, yaitu:

1) Larangan Penguasaan Tanah Melampaui Batas; un-

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

4) Tanah Absentee; disebut juga dengan istilah tanah guntai adalah tanah pertanian yang terletak di luar kecamatan tepat tinggal pemiliknya. Pemilika tanah secara absentee dilarang sebagaimana diatur dalam Pasal

10 UUPA Jo. PP No. 41 Tahun 1964, PP No. 4 Tahun 1977 Jo. Permendagri No. 15 Tahun 1974.

5) Ganti Kerugian; Pemilikan tanah objek landreform yang terkena ketentuan kelebihan maksimum dan ab- sentee akan diberi ganti kerugian berbentuk uang apabila tanahnya dambil oleh negara untuk keperluan redistri-

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting) memasuki usianya yang ke-46 banyak dipertanyakan kem-

bali, sehingga ada keinginan untuk melakukan revisi, amandemen, atau reformasi UUPA. Hal ini perlu dilakukan pengujian/pengkajian untuk menentukan apakah UUPA perlu ditinjau ulang atau tidak. 9

Secara filosofis, UUPA yang dilandaskan pada Pasal

33 ayat (3) UUD 1945 ditujukan untuk tercapainya keadilan sosial bagi seluruh masyarakat dalam kaitannya dengan perolehan dan pemanfaatan sumber daya alam, khususnya tanah.

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007 terhadap pembaruan agraria, dimana justru menekankan

agar kebijakan Agraria dan Pembaruan Agraria kembali pada semangat awal UUPA. Karena, produk kebijakan ini meru- pakan payung dari dari seluruh kebijakan perundang-un- dangan agraria dalam rangka menjalankan program pem- baruan agraria di Indonesia.

UUPA telah menerapkan asaas-asas penting bagi pelak- sanaan pembaruan agraria di Indoensia. Pelaksanaan pem- baruan agraria dimaksudkan agar tercipta pemerataan dalam hal penguasaan, pemanfaatan, dan pemilikan tanah bagi

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting) saja dikritisi oleh sebagian besar masyarakat. Sehubungan

dengan hal itu, political will Pemerintah semakin diragukan dan berakibat membuat masyarakat menjadi skeptis.

Untuk itu, perlu kiranya agar UUPA yang telah meref- leksikan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 ini berikut asas-asas yang terkandung di dalamnya tetap dipertahankan. Selan- jutnya, merevitalisasi dan merevisi peraturan perundang- undangan sektoral dan operasional lainnya agar sesuai dengan jiwa dan semangat UUPA. Dalam kaitan ini, perlu dilakukan pengujian terhadap beberapa Undang-Undang

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007 petani miskin).

Periode emas ini berakhir tahun 1990-an ketika faham neo-liberalisme menjadi dominan dalam kebijakan-kebi- jakan negara industri kaya, yang mempropaganda negara berkembang bahwa mekanisme pasar sebagai paling efektif dalam penanggulangan pola distribusi yang timpang. Negara-negara berkembang yang berada di bawah tekanan beban hutang yang berat dan resesi ekonomi, tidak mem- punyai pilihan ketika ditekan oleh World Bank dan IMF untuk menerapkan program structural adjustment dengan

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting) lokasi yang sesuai dan kualitas yang memadai). Data dari

Mesir memperlihatkan bahwa pada periode market based transaction, harga tanah sama dengan 19 sampai 39 tahun upah harian buruh dewasa. Pada masa sistem Institutional Based Landreform , dimana terdapat intervensi Pemerintah di dalamnya dalam pembaruan agraria, hal tersebut dapat

direduksi antara ¼ sampai dengan 1/5-nya. 13 Akan tetapi, celakanya sesuai dengan Structural Adjustment Program yang dipaksakan World Bank, negara justru mengurangi perannya di segala bidang, termasuk di dalam memberikan fasilitas

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007 Sebaliknya, upaya memberikan kemungkinan bagi

orang asing dan badan-badan hukum asing untuk dapat menguasai tanah sebagaimana warga negara Indonesia, jelas tidak akan dibenarkan. Hal itu karena bertentangan dengan asas kebangsaan sebagaimana dalam UUPA, dan memper- sulit negara Indonesia untuk memberikan perlindungan bagi kepentinga nasional.

Dalam rangka meningkatkan penanaman modal dibuka kemungkinan pemberian HGU/HGB dalam jangka waktu 30-35 tahun, dengan kemungkinan diperpanjang paling

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting) IX/MPR/2001. Melaksanakan desentralisasi berupa pem-

bagian kewenangan di tingkat nasional, daerah provinsi, kabupaten/kota dan desa atau yang setingkat berkaitan dengan alokasi dan pengelolaan sumber daya agraria/sumber daya alam. Semuanya itu tetap dalam rangka “Memelihara dan mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Repulik Indonesia”. Desentralisasi yang dinyatakan dalam TAP MPR tersebut meliputi alokasi dan pengelolaan sumber daya agraria/sumber daya alam.

Usaha pembaruan agraria hanya akan berhasil mencapai

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007 pengembangan kemampuan ekonomi usaha kecil, menengah

dan koperasi serta masyarakat luas. Tanah sebagai basis usaha pertanian diutamakan penggunaannya bagi pertum- buhan pertanian rakyat. 15