PROGRAM PAKET

PROGRAM PAKET

••Harianto Harianto

••PSP3 PSP3 ͲͲIPB IPB

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

Masalah

Dilema K Kemampuan fi k l

ith Tututan Memburuknya SDM Alih Alih fungsi lahan meningkat Petani

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Strategi

Ekonomi Keterlibatan Kombinasi

pemerintah To

1. 1 Teknologi Teknologi

2. SDM

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

A/L

Reforma agraria Reforma Kesempatan Akses Perbaikan Pendidikan dan kesehatan Pendidikan Industri

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Dukungan

Kebijakan Kebijakan Kebijakan Kebijakan

Perlu

Kebijakan Pemanfaatan Lahan Sebagai Bagian Pelaksanaan Pogram Pembaruan Agraria Nasional Pogram Pembaruan Agraria Nasional

Oleh: Oleh: Dr. Suhartanto Dr. Suhartanto

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

MASALAHAN SOLUSI LAHAN PERTANIAN

• Luas Pemilikan Lahan • Pembangunan Agroindustri Petani Sempit, Sehingga

di Pedesaan dalam Upaya Sulit Untuk Menyangga

Merasionalisasi Jumlah Kehidupan Keluarga Tani.

Petani Dengan Lahan yang • Produktivitas Lahan

Ekonomis Ekonomis Menurun Akibat

• Penggalakkan Sistem Intensifikasi Berlebihan

Pertanian Yang Berbasis dan Penggunaan Pupuk

pada Konservasi Lahan Kimia Secara Terus

• Dikembangkan Sistem Menerus

Pertanian Ramah • Alih Fungsi Lahan

Lingkungan (Organik) Produktif ke Industri Produktif ke Industri

• • Perencanaan dan Perencanaan dan Akibat Kebijakan

Implementasi RTRW yang Konsisten

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

KEBIJAKAN PENGELOLAAN LAHAN

No Sasaran Kebijakan

1. Terkendalinya • Penyusunan bahan legislasi dan regulasi laju alih fungsi laju alih fungsi

di bidang pengendalian alih fungsi lahan di bidang pengendalian alih fungsi lahan. lahan.

• Perlindungan kawasan pertanian produktif. • Pensertipikatan tanah petani. • Pemberian insentif dan disinsentif.

2. Meningkatnya • Perluasan areal pertanian yang ditempuh luas areal

melalui penambahan baku lahan / pertanian pada pertanian pada

kawasan dan peningkatan intensitas kawasan dan peningkatan intensitas kawasan

pertanaman

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

• Pengertian Pembaruan Agraria/ Land Reform berdasarkan TAP.MPR-RI Nomor: 9/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumberdaya Alam, pasal 2 : ”Pembaruan agraria mencakup suatu proses yang berkesinambungan berkenaan dengan penataan kembali pengusahaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan sumber daya

agraria, dilaksanakan dalam rangka tercapainya kepastian dan perlindungan hukum serta keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia”.

• Program Land Reform pada dasarnya tidak hanya program redistribusi tanah kepada rakyat tetapi harus didukung dengan p y p g g program peningkatan akses to reform yakni peningkatan

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Kebijakan Pengemb Usahatani & Penyediaan Dukungan Akses yang lebih luas di Kawasan Pelaksanaan RA

Lahan datar yang dapat diairi akan

Kawasan lahan diperuntukan untuk yang didistri- yang didistri

fi ik fisik persawahan pe sa a a petani akan

busikan kepada

• Secara S

peruntukan lahan

kemiringan 0-15 cocok untuk

lebih lanjut

Lahan dgn dimana yang

dengan ting-

% untuk palawija, pangan/hortikul-

kat kesubur-

an dan topo-

grafi lahan

hortikultura dan ternak

tura, perkebunan dan peternakan

Serta lahan dgn kemiringan ! 15

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

B. Pola INTI-PLASMA/KEMITRAAN

PEMERINTAH Penetapan aturan main,

Sosialisasi, Pengendalian/Pengawasan

Penyerahan Lahan Satu

PERUSAHAAN INTI Kesatuan

Manajemen

Menyiapkan lahan dan

dalam bentuk

Melakukan penanaman kemitraan

Konversi Lahan ke Pembayaran Petani

Penjualan Hasil Lahan yg sdh Usahatani Cicilan Kredit Cicilan Kredit dikonversi

PETANI PLASMA PERBANKAN

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

D. Pola Swasta Murni

PEMERINTAH Penetapan aturan main,

Sosialisasi, Pengendalian/Pengawasan

Penyerahan/Pembagian Lahan

Petani Petani Individual

Petani Petani

Individual Individual

Kegiatan Penyediaan Input, Produksi, Pemasaran dan Permodalan, semuanya diusahakan secara Individual

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

F. Pola Penggembalaan Ternak

PEMERINTAH Penetapan aturan main,

Sosialisasi, Pengendalian/Pengawasan

Penyerahan/Pembagian Lahan Utk Penggembalaan Ternak

Peternak Peternak Individual

Peternak Peternak

Individual Individual

Kegiatan Penyediaan Input, Produksi, Pemasaran dan Permodalan, semuanya diusahakan secara Individual

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Masalah Mentalitas SOLUSI Petani

• Sistem Pendidikan Rendah- • Petani Lemah Dalam

menengah Berbasis Memperjuangkan

Kompetensi Daerah Haknya Haknya

• Sekolah Lapang Berbasis p g Teknologi Tepat Guna (Best

• Lemahnya Practices) Kewirausahaan

• Penumbuhan Kesadaran • Masih Percaya Mitos

Petani Terhadap Hak-hak Petani Melalui Pembinaan

• Moral Hazard yang Berkelanjutan • Penggalakan Sistem Alih

Teknologi Melalui Tk l iMlli Pendampingan, Diklat

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

STRATEGI PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN

1. Memperkecil peluang terjadinya konversi:

• Mengembangkan pajak lahan progresif Mengembangkan pajak lahan progresif • Meningkatkan efisiensi kebutuhan lahan non-pertanian

sehingga mengurangi lahan terlantar • Mengembangkan prinsip hemat lahan untuk industri,

perumahan dan perdagangan (misalnya rusun)

2. Mengendalikan kegiatan konversi:

• Membatasi konversi lahan pertanian yang produktif, menyerap tenaga kerja dan memiliki fungsi lingkungan

• Mengarahkan konversi pada lahan kurang produktif

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

KEBIJAKAN PRIORITAS PENGENDALIAN KONVERSI

1.Menyusun peraturan perundang-undangan perlindungan lahan pertanian produktif (PP, Perpres maupun UU)

2.Menetapkan zonasi tanah-lahan pertanian yang dilindungi (Keppres) 3.Menetapkan bentuk insentif dan disinsentif terhadap pemilik lahan dan Pemerintah Daerah setempat 4M 4.Mengintegrasikan ketiga ketentuan tersebut dalam it ik k ti kt t t btdl RTRW Nasional, Propinsi dan Kabupaten/Kota

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

Lanjutan Peranan Deptan ….

4. Melakukan Reforma Agraria untuk

meningkatkan akses petani terhadap lahan dan air serta meningkatkan rasio luas lahan pertanian per kapita

5. Sebagai anggota BKTRN (Badan Koordinasi

Tata Ruang Nasional), melakukan pengendalian rencana

perubahan RTRW (RTRW

Prop/Kab/Kota) yang berpotensi terjadinya alih Prop/Kab/Kota) ang berpotensi terjadin a alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

PENGEMBANGAN RANGKA AGRARIA

(Kasus Agropolitan)

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

PERMASALAHAN PERMASALAHAN

Orientasi Orientasi KOTA

Pembangunan Pembangunan DESA

Industri Industri Pertanian Pertanian Human Human Human Human

Perkembangan Perkembangan Pembangunan Pembangunan Capital Capital Kota Kota

• Backwash effect

Perdesaan Perdesaan

• Urbanisasi

Akselerasi Akselerasi Infra Infra Social Social Urban Urban

struktur struktur Capital Capital

Rural--Urban Rural Rural Rural--Urban Urban Urban Gap Gap

Persoalan Persoalan Agraria Agraria

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

KONSEP AGROPOLITAN

¾ Menurut Pradhan (2003) ¾ Menurut Pradhan (2003), model agropolitan ini model agropolitan ini sebenarnya didasarkan pada pendekatan perencanaan

pembangunan perdesaan di Cina yang diorganisasikan oleh Mao Tse Tsung pada awal tahun 1960-an.

¾ Konsep ini dikembangkan oleh John Friedman dan Mike Douglas yang disiapkan pada

seminar on industrialisation strategies and the growth pole to d l d h h l regional planinng and development di Nagoya Jepang

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

„ Lokasi pusat pelayanan sistem kawasan

sentra –sentra aktivitas ekonomi berbasis

pertanian (Syaeful Hakim 2004) pertanian (Syaeful Hakim,2004)

„ Agropolitan adalah kota pertanian yang tumbuh dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis serta mampu melayani, mendorong, menarik, menghela kegiatan kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya (Deptan 2002)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

Kriteria Agropolitan

Kawasan Perencanaan Agropolitan • Memiliki daya dukung dan potensi

fisik kawasan yang memadai (kesesuaian lahan dan agroklimat) untuk pengembangan pertanian untuk pengembangan pertanian

• Luas kawasan dan jumlah penduduk

yang mencapai economic of scale dan economic of scope (biasanya dalam radius 3-10 km, mencakup beberapa desa hingga gabungan bagian beberapa kecamatan)

• Memiliki komoditas dan produk olahan

pertanian unggulan

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Hubungan Antara Pusat

DPP

PASAR/GLOBAL

DPP Keterangan: Penghasil Bahan Baku

DPP

Pengumpul Bahan Baku g Sentra Produksi Kota Kecil/Pusat Regional

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

KAW.AGROPOLITAN DALAM SISTEM PEMASARAN

Ibukota Kota Jenjang Propinsi

Kawasan Agropolitan Jalan Arteri

Primer Jalan

Kolektor Primer

Ibukota Kota Jenjang Propinsi I

Kota Jenjang II Kawasan

Agropolitan Kawasan Kawasan Agropolitan Agropolitan Jalan Arteri

Primer

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

KAWASAN AGROPOLITAN PACET KABUPATEN CIANJUR KAWASAN AGROPOLITAN PACET KABUPATEN CIANJUR

Peta Hasil Analisis Spasial untuk Prioritas Pengembangan Peta Hasil Analisis Spasial untuk Prioritas Pengembangan Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Pacet Komoditas Unggulan di Kawasan Agropolitan Pacet Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur Prioritas Lahan Hasil Analisis Spasial Prioritas Lahan Hasil Analisis Spasial Pengembangan Komoditas Unggulan Pengembangan Komoditas Unggulan Berdasarkan Kesesuaian Untuk Berdasarkan Kesesuaian Untuk Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur

Prioritas Luas Proporsi Lahan

(ha) (%) Prioritas 1

1496,38 16 Prioritas 2

6131,35 65 Prioritas 3

1763,99 19 Jumlah J lh

9391 72 9391,72 100 100

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

„ „ Sosialisasi Program Sosialisasi Program „ Penetapan Lokasi Garapan „ Identifikasi Potensi „ Musyawarah Penyusunan Program y y g „ Pendampingan Pelaksanaan Program

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

„ Kabupaten Cianjur, Kecamatan Pacet komoditas unggulan: bawang daun,wortel,cabe, dan sawi gg g , , ,

„ Kabupaten Brebes, kecamatan Larangan komoditas unggulan: bawang merah, cabe merah, ternak

bebek „ Kabupaten Pemalang, kecamatan Belik-Pulasari

Komoditas unggulan: kubis, cabe merah,bawang daun,

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Lokasi Lokasi Lembaga Lembaga R/C R/C Kuadran Kuadran

Penunjang Penunjang

Cianjur Cianjur Cianjur Cianjur 63.64 63.64 63.64 63.64 2.48 2.48 2.48 2.48 IIII IIII Brebes Brebes

72.73 72.73 1.58 1.58 III III Pelamalang Pelamalang 81.82 81.82 2.90 2.90 II Sleman Sleman

90.91 90.91 1.78 1.78 IV IV Nilai Tengah Nilai Tengah 77.275 77.275

2.185 2.185

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

b. Analisis Spasial b. Analisis Spasial Berdasarkan Kesesuaian Lahan Berdasarkan Kesesuaian Lahan

Prioritas 2 Prioritas 2 Prioritas 3 Prioritas 3 Kabupaten Cianjur Kabupaten Cianjur

Kawasan Kawasan Agropolitan Agropolitan

Total Total (Ha) (Ha)

Prioritas 1 Prioritas 1

6131,35 6131,35 (65%) (65%) 1763,99 1763,99 (19%) (19%) Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes

9391,72 9391,72

1496,38 (16%)

8744,72 8744,72 (49%) (49%) 269,68 269,68 (2%) (2%) Kabupaten Kabupaten Pemalang Pemalang

17734,65 17734,65

8720,25 (49%) 8720,25 (49%)

10713,24 10713,24 (80%) (80%) 904,83 904,83 (7%) (7%) Kabupaten Kabupaten Sleman p p Sleman

13327,53 13327,53

1709,46 (13%) 1709,46 (13%)

5549,86 5549,86 ,,

202,25 (4%) 202,25 (4%) , , ( %) ( %)

3838,93 3838,93 (69%) ,, ( %) ( %) (69%) 1508,68 1508,68 (27%) ,, ( %) ( %) (27%)

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Konsep pengembangan agropolitan dapat mendukung pilot proyek dalam rangka program pembaruan agraria nasional, dengan tetap memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan memperhatikan kriteria yang telah ditetapkan.

Dalam hal kepemilikan tanah petani terbatas perlu menumbuhkan sistem pengelolaan lahan bersama (farm community ) dikalangan petani guna mengatasi keterbatasan lahan, sehingga biaya operasionalnya lebih rendah dan secara ekonomis menguntungkan

Perlu merumuskan peraturan perundangan tentang pencegahan alih fungsi lahan dari peruntukan lahan pertanian ke non pertanian. g p p p Kebijakan ini harus didukung dengan penegakan hukum bagi yang melanggar baik perorangan maupun lembaga.

DUKUNGAN DATA DAN INFORMASI

IMPLEMENTASI PERSPEKTIF PERSPEKTIF DUKUNGAN PENYEDIAAN DATA DAN INFORMASI

• Oleh:

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

1.

Garis Kemiskinan dihitung berdasarkan Garis Kemiskinan dihitung berdasarkan rata-rata pengeluaran makanan dan non-makanan perkapita yang diperoleh dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan minimum energi 2100 kalorie perkapita perhari, energi 2100 kalorie perkapita perhari, ditambah pengeluaran untuk non-

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

• Tabel 1. Perkembangan Jumlah (Juta) Dan Persentase

(dalam kurung) Penduduk Miskin Hasil Susenas

Tahun Perkotaan Perdesaan Perkotaan+ Perdesaan

(3) (4) 2001

(1)

(2)

8,6

29,3 37,9

(24,8) (18,4) 2002

(9,8)

13,3

25,1 38,4

(21,1) (18,2) 2003

(14,5)

12,3

25,1 37,3

(20,23) (17,42) 2004 2004

(13,57)

11,4

24,7 36,1

(20,11) (16,66) 2005

(12,13)

12,40

22,70 35,10

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

Tabel 2. JUMLAH RUMAHTANGGA MISKIN MENURUT KATEGORI, HASIL PSE05 KEADAAN: 30 AGUSTUS 2006

(lanjutan)

No. Propinsi

Kategori

Hampir Miskin

Miskin

Sangat Miskin Jumlah

108.106 702.049 17 17 Bali Bali

374.446

219.497

44.507 44 507 147.044 147 044 18 NTB

31.832 31 832

70.705 70 705

125.969

259.907

181.729 567.605

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pulau Kalimantan Menurut Kabupaten/Kota

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

3. Pertanian (1)

Seperti ditunjukkan oleh tabel,

penduduk/rumahtangga miskin sebagian besar berada penduduk/rumahtangga miskin sebagian besar berada di perdesaan.

Sebagian besar penduduk miskin bekerja di sektor pertanian. Di daerah perdesaan, sekitar 72 persen penduduk miskin meng Ͳgantungkan hidupnya dari pertanian.

Mereka umumnya adalah petani yang hanya

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

Tabel 5. Distribusi Rumahtangga Pertanian Menurut Propinsi dan Golongan Luas Lahan yang Dikuasai di Kalimantan dan Sulawesi, Hasil ST2003 (%)

Propinsi Golongan Luas Lahan yang Dikuasai (Ha) < 0,50 0 50

2,00-2,99 2 00 2 99 • 3,00 • 3 00 % (absolut) % (absolut) Jumlah

0,50-0,99 0 50 0 99

1,00-1,99 1 00 1 99

(5) (6) (7) 1. Kalbar

(1) (2)

(3)

(4)

18,73 24,91 100 (585. 354) 2. Kalteng

19,45

14,61

22,30

24,15 21,26 100 (288. 611) 3. Kalsel

20,89

10,90

22,80

9,19 6,28 100 (433. 495) 4. Kaltim

41,63

22,83

20,08

31,74

10,22

18,96

18,70 20,37 100 (216. 761)

Kalimantan

27,78

15,62

21,29

17,04

18,27 100 (1. 524. 221)

5. Sulut 35,97

8,64 6,71 100 (305. 314) 6. Sulteng

22,74

25,94

17,18 13,34 100 (370. 778) 7. Sulsel

19,63

18,18

31,68

34,00

23,75

24,93

10,09 7,23 100 (1. 138. 202)

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

• Tabel 6. Perkembangan Luas Lahan Sawah Menurut Propinsi, •

2001-2005 (Hasil Survei Pertanian) Perkembangan (per

Propinsi 2001

tahun) (Ha)

Jawa 3.339.168 3.235.546 -25.906 -0,79 3. Bali & N. Tenggara

413.377 421.515 2.035 0,49

Kalimantan 992.165 995.919 939 0,09

Sulawesi 937.084 892.256 -11.207 -1,22 Sulut

57.969 -809 -1,35 Sulteng

61.205

128.023 117.715 -2.577 -2,08 Sulsel

661.273 568.748 -11.278 -1,75

M. Shohibuddin & M. Nazir S (Penyunting)

4. Pengembangan Data Penggunaan Lahan Di

Pendataan Potensi Desa (PODES) juga mengumpulkan data Pendataan Potensi Desa (PODES) juga mengumpulkan data tentang luas tanah/lahan yaitu data tentang luas desa/kelurahan, luas lahan sawah yang ada di suatu desa, dan luas lahan bukan sawah.

Ketiga sumber data yang disebutkan memiliki kelebihan dan kekurangan masing Ͳmasing dari segi cakupan dan kepentingannya.

Luas lahan dari hasil Sensus/Survei Pertanian adalah lahan L lh d i h il S /S iP i dlhlh yang dikuasai oleh rumahtangga, sedangkan luas lahan dari

Pembentukan Kebijakan Reforma Agraria 2006-2007

5. Koordinasi yang

Data lahan hasil pendatan Podes memiliki prospektif untuk dikembangkan, karena tidak hanya menyangkut lahan yang dikelola oleh rumahtangga (seperti pada Survei Pertanian), tetapi mencakup seluruh luas tanah yang ada dalam lingkup desa.

Ke depan, mutu data lahan dari Podes masih harus ditingkatkan, karena tidak saja ditentukan oleh kualitas petugas pengumpul data dari BPS, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan data lahan di masing Ͳmasing desa.

Dari beberapa studi yang dilakukan di tingkat desa, secara umum, seluruh desa di Indonesia belum memiliki catatan yang baik tentang luas dan