Rencana Kerja RENJA Bappeprop Jatim Th. 2006
BAB V KERANGKA EKONOMI MAKRO
Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah RKPD Tahun 2006 memberikan gambaran ekonomi
makro tahun 2006 dan dua tahun berikutnya, serta pembiayaan pembangunan yang diperlukan. Gambaran ekonomi tersebut dicapai melalui berbagai prioritas
pembangunan serta langkah kebijakan yang disusun untuk menghadapi tantangan pembangunan dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan tahun 2006 Propinsi
Jawa Timur.
1. Kondisi Ekonomi Makro
Kondisi ekonomi makro Jawa Timur pada tahun 2004 menunjukkan adanya pertumbuhan positif sebesar 5,43. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur tersebut
meningkat dibandingkan pada tahun 2003 yang hanya tumbuh sebesar 4,11. Pertumbuhan sebesar 5,43 didorong oleh percepatan pertumbuhan disemua
sektor, hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan kegiatan ekonomi di Jawa Timur terus berlangsung dan semakin membaik, bila diukur dengan Produk Domestik
Regional Bruto PDRB Atas Dasar Harga berlaku pada tahun 2003 telah mencapai Rp. 254.380 milyar, atau meningkat sebesar 13,59, bila dibandingkan dengan
tahun 2004 yang telah mencapai Rp. 288.949 milyar. Sedangkan atas dasar harga konstan ’93 PDRB telah mencapai Rp. 63.252 milyar atau meningkat sebesar 5,27,
bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang telah mencapai Rp. 66.689 milyar. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur yang cukup tinggi tersebut didukung oleh kondisi
makro ekonomi Indonesia yang relatif stabil ditandai dengan inflasi yang relatif rendah sebesar 5,92 untuk Jawa Timur sedangkan Nasional sebesar 6,40. Nilai
tukar rupiah yang relatif stabil pada kisaran rata-rata Rp. 9.400 – Rp. 9.600,- per dollar AS dan tingkat suku bunga SBI yang rendah sebesar 7,33 serta suku bunga
kredit yang cenderung menurun merupakan stimulus bagi perkembangan ekonomi Jawa Timur.
Rencana Kerja RENJA Bappeprop Jatim Th. 2006
Pada sisi pengeluaran peranan konsumsi dalam perekonomian Jawa Timur masih tetap memegang peranan penting. Indikator peningkatan konsumsi secara
nominal volume penjualan perdagangan eceran mengalami kenaikan. Peningkatan konsumsi tersebut disumbang oleh kenaikan penjualan kelompok makanan,
minuman dan tembakau, peralatan rumah tangga, bahan konstruksi, alat tulis, bahan kimia, bahan bakar dan suku cadang.
Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada tahun 2004 didorong oleh percepatan pertumbuhan ekonomi sebagian besar sektor kecuali sektor pertanian
serta sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami perlambatan pertumbuhan masing-masing tumbuh sebesar 3,16 dan 2,53. Sedangkan
sektor-sektor yang mengalami percepatan pertumbuhan yaitu sektor industri pengolahan sebesar 4,14, sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 13,15, sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 8,48. Perkembangan moneter di Jawa Timur selama tahun 2003 sangat terkait erat dengan perkembangan moneter
Nasional yang diwarnai oleh menurunnya trend laju inflasi, menurunnya suku bunga dan menguatnya nilai tukar rupiah. Kestabilan ekonomi makro jangka pendek
tersebut juga memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap perkembangan ekonomi moneter di Jawa Timur. Inflasi di Jawa Timur pada tahun
2003 menurun menjadi 4,4 lebih rendah bila dibandingkan tahun 2002 sebesar 9,27 dan pada tahun 2004 sebesar 5,92 dan diharapkan dapat mendorong
perkembangan di sektor riil yakni meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja. Perkembangan transaksi pasar modal, khususnya transaksi
saham di Bursa Efek Surabaya BES dalam tahun 2002 mengalami peningkatan cukup signifikan, begitu juga pada tahun 2003 peningkatan kinerja perdagangan
saham Bursa Efak Surabaya ditunjukkan oleh meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan IHSG dan volume perdagangan saham. IHSG meningkat 122,51 point
dari 252,51 pada akhir tahun 2002 menjadi 375,02 pada akhir tahun 2003. Di sektor Perbankan tahun 2003 terdapat persetujuan kredit baru oleh
perbankan sebesar Rp. 21,52 trilyun atau meningkat 9,72 dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 19,61 trilyun, begitu juga pada tahun 2004. Di sektor ekonomi
alokasi kredit ke sektor perindustrian masih tetap memiliki pangsa teringgi sebesar Rp. 16,13 trilyun atau 38,71, diikuti kredit sektor lain-lain sebesar Rp. 9,17 trilyun
Rencana Kerja RENJA Bappeprop Jatim Th. 2006
atau 22,01, dan sektor perdagangan, restoran dan hotel sebesar Rp. 8,88 trilyun atau 21,31, sedangkan sisanya sebesar Rp. 7,49 trilyun atau 17,97. disalurkan
kepada 7 sektor lainnya. Peranan ekspor dan impor Jawa Timur semakin merosot, kalau beberapa
tahun kebelakang berkisar antara 45–67, namun sekarang hanya berkisar 41- 64 saja. Penurunan peranan nilai ekspor dan impor diakibatkan selain bertambah
besarnya nilai komponen penggunaan yang lain, juga adanya peningkatan nilai tukar rupiah terhadap dolar, serta Belem adanya kebijakan-kebijakan dalam menata
aturan ekspor dan impor yang lebih baik.
2. Prospek Ekonomi Tahun 2006