Kemungkinan Penerapan di Wilayah Lain

2.2.5 Kemungkinan Penerapan di Wilayah Lain

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi energi arus laut yang cukup tinggi. Energi arus laut yang sedang dalam program pengembangan tidak hanya ada di Laut Larantuka, Flores, namun juga mulai diterapkan di beberapa wilayah lain seperti :

a. Penelitian Potensi Energi Arus Laut sebagai Sumber Energi Baru Terbarukan di Perairan Toyopakeh Nusa Penida, Bali

Di perairan Toyopakeh, Nusa Penida, Bali. Penelitan potensi energi arus laut yang diterapkan adalah pengukuran arus, pengamatan pasang surut, pengamatan parameter meterologi dan kondisi morfologi pesisir dan dasar laut daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penempatan turbin arus laut cukup memenuhi syarat dengan morfologi relatif landai pada kedalaman + 20 meter dan dekat dari permukiman penduduk. Kecepatan arus rata-rata diperairan Toyopakeh mencapai kecepatan 2,5-3,0 m/detik dengan durasi 9-18 jam/hari untuk kecepatan diatas 0,5m/detik. Dengan demikian, perairan di Toyopakeh Di perairan Toyopakeh, Nusa Penida, Bali. Penelitan potensi energi arus laut yang diterapkan adalah pengukuran arus, pengamatan pasang surut, pengamatan parameter meterologi dan kondisi morfologi pesisir dan dasar laut daerah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lokasi penempatan turbin arus laut cukup memenuhi syarat dengan morfologi relatif landai pada kedalaman + 20 meter dan dekat dari permukiman penduduk. Kecepatan arus rata-rata diperairan Toyopakeh mencapai kecepatan 2,5-3,0 m/detik dengan durasi 9-18 jam/hari untuk kecepatan diatas 0,5m/detik. Dengan demikian, perairan di Toyopakeh

jam). Kecepatan arus maksimum yang dihasilkan adalah sebesar 8,08 kW/m 2 pada saat kondisi neap tide dan 19,32 kW/m 2 pada saat kondisi spring tide. Dengan asumsi penampang turbin 40 m 2 dan koefisien 0,5 maka daya listrik yang dihasilkan berkisar antara 150 kW- 350 kW. Kondisi arus di sekitar perairan Nusa Penida sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar lautnya. Morfologi dasar laut di bagian Selat Toyopakeh relatif curam terutama di bagian sisi kiri dan kanan selat dekat garis pantai dengan pola kontur yang sangat rapat sejajar garis pantai dengan pola kontur yang sangat rapat sejajar garis pantai dan semakin dalam kebagian tengah selat membentuk morfologi lembah curam mencapai kedelaman 200 meter sampai ke selatan (Yuningsih, dkk. 2008). Pola kontur dipengaruhi oleh adanya cekungan-cekungan dasar laut di bagian tengah selat ditunjukkan dengan pola kontur melingkar tertutup sehingga membentuk morfologi lembah berupa alur memanjang berarah timur laut – barat daya. Morfologi terjal di kedua sisi Selat Toyopakeh dengan lereng yang Periodik arus pasang surut dan arus Global (Arlindo yang sangat kuat melalui selat, sedangkan morfologi lembah memangjang selat menunjukkan bahwa berkaitan dengan periode aktifitas tktonik yang berkembang di daerah penelitian. Secara umum morfologi kawasan pesisir di pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan adalan pantai bertebing, karekter pantai bertebing, karakter pantai ini menempati hampir 70% dari ketiga pulau tersebut. Khususnya di kawasan pesisir selatan Nusa Penida, selatan Nusa Ceningan. Sedangkan kawasan pantai berpasir dengan morfologi landai ditemukan tersebar dikawasan pesisir utara, dikawasan dermaga desa Toyapakeh memanjang hingga ke kawasan pantai jam). Kecepatan arus maksimum yang dihasilkan adalah sebesar 8,08 kW/m 2 pada saat kondisi neap tide dan 19,32 kW/m 2 pada saat kondisi spring tide. Dengan asumsi penampang turbin 40 m 2 dan koefisien 0,5 maka daya listrik yang dihasilkan berkisar antara 150 kW- 350 kW. Kondisi arus di sekitar perairan Nusa Penida sangat dipengaruhi oleh kondisi dasar lautnya. Morfologi dasar laut di bagian Selat Toyopakeh relatif curam terutama di bagian sisi kiri dan kanan selat dekat garis pantai dengan pola kontur yang sangat rapat sejajar garis pantai dengan pola kontur yang sangat rapat sejajar garis pantai dan semakin dalam kebagian tengah selat membentuk morfologi lembah curam mencapai kedelaman 200 meter sampai ke selatan (Yuningsih, dkk. 2008). Pola kontur dipengaruhi oleh adanya cekungan-cekungan dasar laut di bagian tengah selat ditunjukkan dengan pola kontur melingkar tertutup sehingga membentuk morfologi lembah berupa alur memanjang berarah timur laut – barat daya. Morfologi terjal di kedua sisi Selat Toyopakeh dengan lereng yang Periodik arus pasang surut dan arus Global (Arlindo yang sangat kuat melalui selat, sedangkan morfologi lembah memangjang selat menunjukkan bahwa berkaitan dengan periode aktifitas tktonik yang berkembang di daerah penelitian. Secara umum morfologi kawasan pesisir di pulau Nusa Penida, Nusa Lembongan dan Nusa Ceningan adalan pantai bertebing, karekter pantai bertebing, karakter pantai ini menempati hampir 70% dari ketiga pulau tersebut. Khususnya di kawasan pesisir selatan Nusa Penida, selatan Nusa Ceningan. Sedangkan kawasan pantai berpasir dengan morfologi landai ditemukan tersebar dikawasan pesisir utara, dikawasan dermaga desa Toyapakeh memanjang hingga ke kawasan pantai

Gambar 2.4 Selat Toyopakeh, Bali Gambar 2.5 Hasil Pengukuran Kecepatan di

Sumber:

Selat Toyopakeh, Bali

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8310139145_

Sumber:

1693-4415.pdf http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/8310139145_ 1693-4415.pdf

b. Sirkulasi Arus Laut di Perairan Pantai Provinsi Sumatera Barat

Salah satu aspek oseanografi yang penting untuk mengetahui hidrodinamika dari suatu perairan adalah pola pergerakan arus. Wilayah pantai Sumatera Barat memiliki topografi yang unik, terdiri dari banyak pulau, teluk dan tanjung serta pertemuan 2 massa air besar. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenal kondisi arus perairan Sumatera Barat dengan menggunakan metode Eularian dan metode deskriptif untuk analisa hasil penelitian dan model matematis diperlukan untuk membantu analisa tersebut terutama untuk pola arus secara spasial. Penelitian lokasi sampling menggunakan metode pertimbangan ( Purposive Sampling Method) sebanyak 3 lokasi. Pengambilan data lapangan dibagi menjadi 3 kondisi musim yaitu musim peralihan (27-30 April 2004), musim timur (9-12 Juli 2004) dan musim barat (24-27 Nopember 2004). Lokasi penelitian berada diwilayah perairan sebelah barat Propinsi Sumatera Barat, yang meliputi perairan sekitar Padang, Kab. Padang (Lokasi 1). Parlaman, Kab. Padang Parlaman (Lokasi 2), dan Painan, Kab. Pesisir Selatan (Lokasi 3). Data survei lapangan yang diperoleh akan digunakan sebagai verifikasi hasil model matematis yang dibuat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pola pergerakan arus diperairan pantai Sumatera Barat di Salah satu aspek oseanografi yang penting untuk mengetahui hidrodinamika dari suatu perairan adalah pola pergerakan arus. Wilayah pantai Sumatera Barat memiliki topografi yang unik, terdiri dari banyak pulau, teluk dan tanjung serta pertemuan 2 massa air besar. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenal kondisi arus perairan Sumatera Barat dengan menggunakan metode Eularian dan metode deskriptif untuk analisa hasil penelitian dan model matematis diperlukan untuk membantu analisa tersebut terutama untuk pola arus secara spasial. Penelitian lokasi sampling menggunakan metode pertimbangan ( Purposive Sampling Method) sebanyak 3 lokasi. Pengambilan data lapangan dibagi menjadi 3 kondisi musim yaitu musim peralihan (27-30 April 2004), musim timur (9-12 Juli 2004) dan musim barat (24-27 Nopember 2004). Lokasi penelitian berada diwilayah perairan sebelah barat Propinsi Sumatera Barat, yang meliputi perairan sekitar Padang, Kab. Padang (Lokasi 1). Parlaman, Kab. Padang Parlaman (Lokasi 2), dan Painan, Kab. Pesisir Selatan (Lokasi 3). Data survei lapangan yang diperoleh akan digunakan sebagai verifikasi hasil model matematis yang dibuat. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa pola pergerakan arus diperairan pantai Sumatera Barat di