“Agar fungsi kepemimpinan kepala sekolah berhasil
memberdayakan sekolah
untuk mencapai
tujuan sesuai dengan situasi, diperlukan kemampuan professional,
yaitu kepribadian,
keahlian dasar,
pengalaman dan keterampilan professional, pelatihan dan
pengetahuan professional,
serta kompetensi
administrasi dan pengawasan ”. Wahjosumidjo, 2003 :
431. Dengan kemampuan profesional tersebut diharapkan
kepala sekolah mampu menjalankan fungsi dan perannya dalam mewujudkan sekolah yang efektif.
f. Fungsi dan Peran Kepala Sekolah
Nawawi 1997 : 76 mengemukkan fungsi dan peran pemimpin yaitu manajer dan administrator. Selanjutya menurut
Wahjosumidjo 2003 : 81-128 bahwa kepala sekolah berfungsi
sebagai pejabat
formal, manajer,
pemimpin leader, pendidik dan sebagai staf. Berdasarkan pendapat
tersebut kepala sekolah memilki peran dan fungsi yang cukup kompleks. Selain sebagai birokrat, manajer, pemimpin juga
sebagai pendidik yang harus tetap mampu mengembngkan proses
pembelajaran dalam
rangka mencapai
tujuan pendidikan.
Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, Kepala Sekolah sedikitnya harus mampu berfungsi sebagai edukator,
manajer, administrator, supervisor, leader,
innovator, motivator Mulyasa, 2006 : 97
– 98.
Kepala Sekolah sebagai educator, memiliki strategi yang
tepat untuk
meningkatkan profesional
tenaga kependidikan di sekolahnya. Menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, memberikan
nasehat kepada
warga sekolah,
memberikan dorongan kepada seluruh tenaga kependidikan, serta melaksanakan model pembelajaran yang menarik, seperti
team teaching, moving class dan mengadakan program akselerasi acceleration bagi peserta didik yang cerdas di atas
normal Wahyosumidjo 2003 : 124 menegaskan bahwa:
“sebagai pendidik kepala sekolah harus mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling
tidak empat macam nilai, yaitu; 1 mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan watak manusia,
2 moral, hal-hal yang berkaitan ajaran baik buruk mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral
yang diartikan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan, 3 fisik, hal-hal yang berkaitan dengan
kondisi jasmani atau badan, kesehatan dan penampilan manusia secara lahiriah, 4 artistik, hal-hal yang
berkaitan
kepekaan manusia
terhadap seni
dan keindahan
”. Dalam rangka melakukan peran dan fungsinya sebagai
manajer, kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui kerja
sama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya, dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga kependidikan dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.
Sebagai manajer kepala sekolah pada hakekatnya adalah seorang perencana, organisator, pemimpin dan seorang
pengendali Wahyosumidjo, 2003 : 96. Keberadaan manajer pada suatu organisasi sangat diperlukan, sebab organisasi
sebagai alat mencapai tujuan yang di dalamnya berkembang berbagai macam pengetahuan. Organisasi menjadi tempat
untuk membina dan mengembangkan karier-karier sumber daya manusia, sehingga memerlukan manajer yang mampu
untuk merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin
dan mengendalikan dalam mencapai tujuan.
Kepala Sekolah
sebagai administrator
memiliki hubungan
yang sangat
erat dengan
berbagai aktivitas
pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumenan seluruh program sekolah. Secara spesifik,
Kepala Sekolah harus memiliki kemampuan untuk mengelola kurikulum, administrasi peserta didik, administrasi personalia,
administrasi sarana dan prasarana, administrasi kearsipan, dan administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan
secara efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah.
Kepala Sekolah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan
yang dilakukan
oleh tenaga
kependidikan. Sergiovani dan Starrat Mulyasa, 2006 : 111 menyatakan
bahwa “Supervision is a process designed to help teacher and
supervisor learn more about their practice; to better able to use their knowledge and skill to better serve parents and
schools; and to make the school a more effective learning community”. Pengawasan dan pengendalian yang dilakukan
kepala sekolah terhadap tenaga kependidikan khususnya guru, disebut supervisi klinis, yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan profesional guru dan meningkatkan kualitas dan efektifitas pembelajaran.
Melalui supervisi
pengajaran, supervisor
mempengaruhi perilaku mengajar guru, sehingga perilaku dalam proses belajar mengajar dapat semakin baik. Selanjutnya
perilaku mengajar guru yang baik tersebut akan mempengaruhi perilaku belajar murid. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tujuan akhir supervisi pengajaran adalah terbinanya perilaku belajar murid yang lebih baik.
Kepala Sekolah sebagai leader mampu memberikan petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan tenaga
kependidikan, membuka
komunikasi dua
arah, dan
mendelegasikan tugas.
Wahjosumidjo 2003
: 110
mengemukakan bahwa kepala sekolah sebagai leader memiliki
karakter khusus
yang mencakup
kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, serta
pengetahuan administrasi
dan pengawasan.
Dengan kemampuan professional tersebut kepala sekolah akan mampu
menjalankan kepemimpinannya secara efektif dalam rangka mencapai tujuan.
Kepala Sekolah sebagai innovator memiliki strategi yang tepat untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
lingkungan, mencari gagasan baru, mengintegrasikan setiap kegiatan,
memberikan teladan
kepada seluruh
tenaga kependidikan di sekolah, dan mengembangkan model-model
pembelajaran yang innovatif Mulyasa, 2006 : 118. Kepala Sekolah sebagai innovator akan tercermin dari cara-cara ia
melakukan pekerjaannya secara konstruktif, kreatif, delegatif, rasional dan objektif, pragmatis keteladanan, disiplin, serta
adaptabel dan fleksibel. Kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk
memberikan motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat
ditumbuhkan melalui pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan serta efektif
dan penyediaan
berbagai sumber
belajar melalui
pengembangan pusat sumber belajar Mulyasa, 2006 : 120. Dalam rangka mendorong visi menjadi aksi, Spenbauer
Mulyasa, 2006 : 45 mengemukakan bahwa Kepala sekolah
harus memiliki lima langkah sebagai berikut : 1 valuing leader see the vision, 2 reflection leaders accept the vision,
3 articulation leaders make decision public, 4 planning leaders develop strategies, and 5 action leaders mobilize
people.
3. Kerjasama