Maksud dan Tujuan Kepailitan

tidak ada yang didahulukan pembayarannya diantara para kreditor konkuren tersebut.

9. Maksud dan Tujuan Kepailitan

Seperti diketahui bahwa hukum mempunyai tujuan untuk mengatur hubungan antar manusia dengan manusia lainnya di dalam masyarakat, sehingga tercipta suatu ketertiban, kedamaian dan kepastian hukum dalam masyarakat. Begitu juga halnya dengan dikeluarkannya Undang-Undang Kepailitan mempunyai maksud dan tujuan kepailitan. Adapun maksud kepailitan ialah untuk mencegah sitaan dan eksekusi oleh seorang kreditor atau lebih secara perseorangan, atau untuk menghentikan sitaan atau eksekusi bersama-sama, hasil penjualan semua kekayaan tersebut yang lazim disebut “budel”, dapat dibagi-bagikan secara adil antara seluruh kreditor dengan mengingat akan hak-hak para pemegang hak-hak istimewa, gadai dan hipotik. Selanjutnya tujuan kepailitan tersebut adalah untuk mencegah sitaan dan eksekusi oleh seorang kreditor atau lebih secara perorangan. 12 Dengan demikian pernyataan pailit pada hakikatnya bertujuan untuk mendapatkan penyitaan umum atas seluruh kekayaan si berutang yaitu seluruh kekayaan di berutang disita, dan dibekukan untuk kepentingan semua kreditor. 12 Victor Situmorang, op.cit, hlm. 12-13. Menurut Sutan Remi Sjahdeini, tujuan-tujuan dari hukum kepailitan adalah : 13 a. Melindungi para kreditor konkuren untuk memperoleh hak mereka sehubungan dengan berlakunya asas jaminan Pasal 1131 KUHPerdata, yaitu dengan cara memberikan fasilitas dan prosedur untuk mereka dapat memenuhi tagihan-tagihannya terhadap debitor. Hukum kepailitan menghindarkan terjadinya saling rebut di antara para kreditor terhadap harta debitor berkenaan dengan asas jaminan tersebut. Tanpa adanya Undang-Undang Kepailitan, maka akan terjadinya kreditor yang lebih kuat akan mendapatkan bagian yang lebih banyak daripada kreditor yang lemah. b. Menjamin agar pembagian harta kekayaan debitor diantara para kreditor sesuai dengan asas pari passu membagi secara proporsional harta kekayaan debitor kepada para kreditor konkuren atau unsecured creditors berdasarkan perimbangan besarnya tagihan masing-masing kreditor tersebut. Di dalam hukum Indonesia, asas pari passu dijamin oleh Pasal 1132 KUHPerdata. c. Mencegah agar debitor tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor. Dengan dinyatakan seorang debitor pailit, maka debitor menjadi tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengurus dan memindahtangankan 13 Sutan Remi Sjahdeini, op.cit, hlm. 38-39 harta kekayaannya yang dengan putusan pailit itu status hukum dari harta kekayaan debitor menjadi harta pailit.

10. Syarat-syarat Kepailitan