Kondisi Ekosistem Mangrove Berdasarkan Indiltator Kualitas Lingkungan dan Pengukuran Morfometrik Daun di Way Penet, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi Lampung

29

KONDISI EKOSISTEM MANGROVE BERDASARKAN INDIKATOR
KUALITAS LINGKUNGAN DAN PENGUKURAN MORFOMETRIIC
DAUN DI WAY PENET, KABUPATEN LAMPUNG TIMUR,
PROPINSI LAMPUNG

ANWAR SADAT

SKRIPSI

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2004

ABSTRAK
ANWAR SADAT (C06400022). Kondisi Ekosisteni Mangrove Berdasarkan Indiltator
Kualitas Lingkungan dan Pengukuran Morfometrik Daun di Way Penet, Kabupaten
Lampung Timur, Propinsi Lampung. Dibimbing oleh Joko Punvanto dan Mujizat
Kawaroe.


Ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir yang unik dail produktif.
Selain itu ekosistem mailgrove juga berperan sebagai penyangga pantai dari abrasi dan
perangkap sedimen. Karena abrasi dan sedimentasi merupakan salah satu masalah dala~n
pengembangan dan peinanfaatan wilayah pesisir bagi perikanan dan kelautan.
Penelitian ini bertujuan untuk menghitung kualitas lingkungan mangrove di Way
Penet, Kabupaten Lampung Timur, Propinsi Lampung berdasarkan indikator kualitas
lingkungan mangrove dan menentukan kondisi kesehatan mangrove berdasarkan sebaran
~norfometrikdaun pada tingkat vegetasi pohon dan belta.
Pengambilan data primer dilaksanakan pada bulan September dan November 2003 di
Wilayah Konservasi Way Penet, Lampung Timur, Lampung. Lokasi penelitian terdiri dari 3
stasiun pengainatan, setiap stasiun dibagi menjadi 3 sub stasiun dan setiap sub stasiun terdiri
dari 3 plot pengamatan yang berukuran 10 x 10 m2 (pohon), 5 x 5 m2 (belta) dan 1 x 1 m2
(semai).
Data yang diambil meliputi jumlah vegetasi den an menggunakan transek kuadrat
ukuran 10 x 10 m2 (pohon), 5 x 5 m2 (belta) dan 1 x 1 m (semai).
Pengambilan data panjang dan lebar daun dilakukan sebanyak dua kali dengan waktu yang
berbeda pada daun setiap tingkat vegetasi (pohon dan belta) yang dijumpai pada tiap plot
pengamatadtransek kuadrat. Jumlah pengukuran untuk setiap tingkat vegetasi yang ditemukan
adalah sebanyak 37 helai daun. Data parameter fisika-kimia perairan yang diukur meliputi:

suhu, tipe substrat, salinitas dan pH.
Analisis data meliputi: analisis kualitas lingkungan mangrove (Qe) yang diperoleh dari
indikator kualitas lingkungan (Qi) yang terdiri dari: asosiasi spesies, persentase penutupan
pohon, persentase pasang tiap tahun dan jumlah jenis semak dengan masing-masing faktor
pembobotnya secara berturut-turut sebesar 22, 17, 18 dan 12 (Canter dan Hill, 1981); serta
analisis morfometrik daun.
Parameter fisika-kimia perairan, suhu yang terukur pada komunitas mangrove Way
Penet pada pengamatan pertama berkisar antara 28-3 1 "C, sedangkan pada pengamatan kedua
memiliki kisaran antara 26-28 "C. Jenis substrat yang ditemukan pada komunitas mangrove
Way Penet berupa liat dan liat berdebu. Salinitas pada komunitas mangrove Way Penet pada
pengamatan pertama berkisar antara 14-19 960, sedangkan pada pengamatan kedua memiliki
kisaran antara 23-31 %o. Besarnya nilai derajat keasaman (pH) yang terukur pada pengamatan
pertama adalah 8,O; sedangkan pada pengamatan kedua derajat keasaman (pH) masih tetap
8,O. Secara keseluruhan nilai parameter fisika-kimia perairan pada komunitas mangrove Way
Penet masih dalam kisaran yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan mangrove jenis
Avicennia marina.
Jenis vegetasi yang ditemukan di lokasi penelitian lebih didominasi oleh mangrove
jenis Avicennia nzarina. Kerapatan semai di lokasi penelitian lebih tinggi dibandingkan

5


kerapatan pohon dan belta. Kondisi ini menunjukkan adanya proses regenerasi alam yang
baik.
Nilai kualitas lingkungan mangrove (Qe) di Way Penet memiliki kisaran kualitas
lingkungan yang sedang, sedangkan kondisi kesehatan mangrove di Way Penet berdasarka~l
pengukuran morfometrik daun untuk tingkat vegetasi pohon dan belta, baik pada pengalnatan
pertama maupun kedua adalah rendah. Dirnana kondisi kesehatan mangrove untuk tingltat
vegetasi pohon pada pengamatan pertama lebih baik daripada pengamatan kedua, dan kondisi
kesehatan mangrove untuk tingkat vegetasi belta pada pengamatan pertama lebih baik
daripada pengamatan kedua.