Hubungan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial

C. Hubungan Latar Cerpen dengan Realitas Sosial

Aspek Membaca

Standar Kompetensi

14. Mengungkapkan tanggapan terhadap pembacaan cerpen.

Kompetensi Dasar

14.2. Menjelaskan hubungan latar suatu cerpen dengan realisasi sosial.

Dalam pelajaran lalu telah dijelaskan bahwa cerpen merupakan cerita pendek yang bersifat rekaan tetapi logis atau masuk akal. Supaya logis maka cerpen dibangun dari beberapa unsur yaitu plot (alur), tokoh, suasana, latar ( setting ), sudut pandang, dan gaya pengarang dalam bercerita.

Pada pelajaran kali ini, kalian akan belajar tentang hubungan latar cerpen dan realitas sosial. Artinya, latar atau setting itu merupakan gambaran keadaan sosial yang terjadi pada waktu itu.

Perhatikan contoh berikut ini!

Busku Sayang, Busku yang Malang

Bus kota merupakan alat transportasi utama bagiku, sebab hanya itulah kendaraan satu-satunya yang melewati sekolahku. Pagi itu, seperti biasa aku berjuang setengah mati untuk berebut masuk ke dalamnya. Sudah bukan hal yang asing lagi kalau masuk bus baju rapi, keluar bus jadi lecek. Kepalaku sudah biasa beradu dengan benda lain, entah kaca jendela, besi pegangan, tas bawaan, atau kepala orang lain.

(Sumber:Penulis)

98 Bahasa dan Sastra I ndonesia SMP/ MTs Kelas VI I

Dari contoh tersebut dapat dicermati latar/setting yang ada. Latar /setting yang ada dikaitkan dengan keadaan sosial pada waktu itu bahwa masyarakat kecil/masyarakat yang status ekonominya kurang mampu lebih banyak menggunakan angkutan umum. Salah satu angkutan umum itu adalah bus kota. Ternyata naik bus kota memerlukan perjuangan tersendiri. Hal itu merupakan gambaran sosial yang dihadapi oleh masyarakat kelas bawah.

Karena Menyontek

Pada pelajaran Bu Retno, aku tidak konsentrasi, sama sekali. Oh Tuhan aku menyesal ... mengapa aku lakukan perbuatan curang itu. Itu pun juga salahku karena tidak belajar sebelumnya. Karena itu, aku terpaksa menyontek, aku tak ingin mendapatkan nilai di bawah 5.

Ah ... bodohnya aku ... kini ... aku jadi malah tidak tenang mendapatkan nilai 9. Aku memberanikan diri minta izin ke belakang untuk mencuci muka agar tidak terlihat sembab mataku.

Keluar dari WC, Aji sudah berdiri di depan pintu WC. “Ji ... kamu sedang apa di sini?” tanyaku. “Menyusul kamu Sha, kamu nggak apa-apa kan?” dia balik

bertanya.

“Aku baik-baik saja, sebaliknya kamu balik saja dulu ke kelas, aku masih ingin di sini.”

“Nggak ah ... kayaknya kamu lagi ada masalah, cerita dulu dong!”

“Sungguh, aku nggak apa-apa kok,” jawabku meyakinkan dia bahwa aku baik-baik saja.

“Habis dapat nilai 9 kok sedih, kamu nggak suka ya ... kita tukar saja, aku cuma dapat 5,” sindirnya.

“Idih ... siapa-siapa yang sedih, sok tahu kamu! Aku nggak apa- apa kok,” aku mencoba untuk bersandiwara.

Sepertinya Aji benar-benar tahu kalau aku menyontek saat ulangan ekonomi.

Karya: Lia I svarieha

(Sumber:Kupu-Kupu di Bantimurung)

Hubungan latar cerpen tersebut dengan keadaan sosial adalah ........................................................................................................

Pelajaran 8 Kehidupan

Doa Sang Ibu

Pada keesokan harinya Baren pergi ke pasar Senen, karena ia melihat aktivitas masyarakat Jakarta di pasar ini sangat ramai sekali tidak seperti pasar di kampungku batin Baren dalam hatinya.

Kemudian, ibu separuh baya melintas di depan Baren, tanpa disadari oleh ibu tersebut dompet yang didekapnya jatuh. Segera saja Baren memungutnya dan tanpa pikir panjang ia segea memanggil ibu tersebut.

“Bu ... Bu ...” Kemudian ibu tersebut menoleh, “Ada apa, Dik?” “Ini Bu ... tadi sewaktu ibu berjalan dompet ibu terjatuh lalu saya ambil

dan langsung memberikannya pada ibu.” “Wah ... terima kasih sekali Dik.” “Oh ya .. nama kamu siapa Dik,” tanya ibu tersebut. “Baren Bu,” jawabnya. Kemudian ibu tersebut mengeluarkan dua lembar lima ribuan. “Nah Baren karena kamu telah menolong ibu ... ini terima untuk beli jajanan ...” “Ooh ... nggak apa-apa Bu ... saya ikhlas kok.” “Nggak apa-apa Dik Baren ...” “Jangan Bu,” lalu Baren berlari meninggalkan ibu itu. “Wah ... baik benar anak itu, jarang ada orang jujur seperti dia di zaman

sekarang ini,” ujar ibu itu. Karya: Irzam Chaniogo Doddy

(Sumber :Kupu-Kupu di Bantimurung terbitan Obor Mas)

Hubungan latar cerpen tersebut dengan keadaan sosial adalah ..............................................................................................................................

Meminta Maaf

“Syukurlah kalau kamu sudah datang. Emak hanya ingin minta maaf atas segala perbuatan Emak yang kau anggap salah. Nduk. Selama ini Emak merasa tidak pantas untuk menjadi ibumu. Sebenarnya Emak haus akan kasih sayangmu. Nduk, tapi bila kamu memang tidak menghendaki kehadiran Emak, ya tidak apa-apa,” sunyi sekejap.

“Emak sudah memaafkan segala perbuatanmu pada Emak. Dan, Emak tidak menyalahkan kamu, Nduk, karena itu hanyalah luapan amarah semata. Emak hanya minta agar kamu enggak mengulanginya lagi. Rukun-rukunlah kamu dengan adikmu,” jelas Emak.

“Sudahlah Mak. Emak harus istirahat yang cukup,” ucapku sambil mengelusnya lembut. Kulihat wajah Emak yang penuh derita. Namun, di sana kutemui gurat- gurat kasih sayang dan kelegaan.

(sumber: Suara merdeka ,juni 2007)