KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Secara nasional, jumlah konsumsi beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar, terigu dan turunannya, mi instan dan mi basah adalah 100.52 kg/kap/th, 3.36 kg/kap/th, 11.67 kg/kap/th, 4.10 kg/kap/th, 5.09 kg/kap/th, 3.39 kg/kap/th,

0.22 kg/kap/th. Sementara itu, jumlah konsumsi kedelai dan turunannya, gula pasir, daging sapi, dan minyak goreng adalah 7.29 kg/kap/th, 9.64 kg/kap/th,

0.51 kg/kap/th, dan 9.00 kg/kap/th. Pangan yang memiliki tingkat partisipasi konsumsi hampir mencapai 100% adalah beras dan gula pasir. Tingkat partisipasi konsumsi minyak goreng berupa minyak sawit lebih tinggi dibandingkan minyak kelapa. Secara nasional, hampir seluruh pangan strategis diperoleh melalui pembelian, kecuali jagung, ubi kayu, dan ubi jalar. Kontribusi energi dari beras mencapai separuh dari total konsumsi energi. Kontribusi protein dari kedelai dan turunannya lebih tinggi dibandingkan dengan daging sapi. Beras memiliki pangsa pengeluaran terbesar diantara pangan strategis (14.99%). Kualitas konsumsi pangan yang diukur berdasarkan PPH menghasilkan skor 78.6 yang mengindikasikan masih relatif rendahnya mutu konsumsi pangan.

2. Secara umum, elastisitas harga pangan strategis nasional tidak elastis, kecuali jagung, terigu dan turunannya, serta kedelai dan turunannya. Elastisitas pendapatan seluruh pangan strategis tidak elastis pada setiap kategori wilayah dan kelas pendapatan.

3. Beberapa implikasi elastisitas permintaan pangan strategis terhadap konsumsi dan upaya perbaikan konsumsi pangan masyarakat adalah 1) kenaikan harga pangan strategis akan menurunkan konsumsinya sehingga kestabilan harga sangat penting, 2) hampir seluruh pangan strategis memiliki elastisitas pendapatan yang kurang elastis sehingga perbaikan konsumsi pangan memerlukan stimulus peningkatan pendapatan yang cukup tinggi, 3) kuantitas dan kualitas konsumsi pangan rumah tangga berpendapatan rendah masih belum sesuai dengan AKG dan PPH sehingga perlu dilakukan perbaikan konsumsi pangan masyarakat miskin melalui berbagai program yang relevan, 4) target penurunan konsumsi beras dan peningkatan kualitas konsumsi pangan masih belum tercapai sehingga program diversifikasi pangan pokok selain beras perlu terus ditingkatkan, 5) untuk meningkatkan 3. Beberapa implikasi elastisitas permintaan pangan strategis terhadap konsumsi dan upaya perbaikan konsumsi pangan masyarakat adalah 1) kenaikan harga pangan strategis akan menurunkan konsumsinya sehingga kestabilan harga sangat penting, 2) hampir seluruh pangan strategis memiliki elastisitas pendapatan yang kurang elastis sehingga perbaikan konsumsi pangan memerlukan stimulus peningkatan pendapatan yang cukup tinggi, 3) kuantitas dan kualitas konsumsi pangan rumah tangga berpendapatan rendah masih belum sesuai dengan AKG dan PPH sehingga perlu dilakukan perbaikan konsumsi pangan masyarakat miskin melalui berbagai program yang relevan, 4) target penurunan konsumsi beras dan peningkatan kualitas konsumsi pangan masih belum tercapai sehingga program diversifikasi pangan pokok selain beras perlu terus ditingkatkan, 5) untuk meningkatkan

Saran

Analisis permintaan pangan perlu dilakukan secara simultan, seperti Almost Ideal Demand System (AIDS) dan ditambahkan variabel yang lebih lengkap, seperti karakteristik demografi.

Program penanggulangan kemiskinan pada tahun 2006 dengan memberikan bantuan dana, pangan, dan subsidi bagi masyarakat miskin ternyata kurang efektif walaupun anggaran penanggulangan kemiskinan meningkat. Oleh karena itu, penanggulangan kemiskinan perlu dibarengi dengan program perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat miskin.

Skor PPH menunjukkan bahwa kualitas konsumsi pangan masih relatif rendah. Oleh karena itu, program peningkatan kualitas konsumsi pangan perlu terus dilakukan secara berkesinambungan.

Program penurunan konsumsi beras menjadi 275 g/kap/hr belum sepenuhnya berhasil. Upaya yang dapat dilakukan adalah mendorong terlaksananya program diversifikasi pangan pokok.