Aldhino Anggorosesar dan Ronaldi Wijaya

Potensi Pasar Sekunder Spektrum Frekuensi Radio di Indonesia (Aldhino Anggorosesar dan Ronaldi Wijaya)

spektrum frekuensi ini dapat digunakan untuk menggelar Regulator akan memberi tahu kedua belah pihak yang teknologi selain WiMax, yakni LTE, yang memiliki melakukan transfer spektrum frekuensi setelah persetujuan ekosistem bisnis lebih baik.

diperoleh. Pemegang lisensi primer harus menyerahkan lisensinya kepada regulator. Regulator kemudian menerbitkan

D. Usulan Mekanisme Pasar Sekunder Spektrum Frekuensi lisensi baru bagi pemegang lisensi primer (dalam kasus

Radio di Indonesia transfer sebagian). Setelah transfer terjadi, regulator Pada bagian ini akan dipaparkan usulan mekanisme pasar

memperbaharui database publik untuk mengindikasikan sekunder spektrum frekuensi radio yang akan dianalisis, baik bahwa transfer telah selesai, dan pemegang lisensi baru

melalui trading maupun leasing, dengan asumsi bahwa akan diketahui. ada perbaikan kebijakan di mana UU Telekomunikasi akan memayungi kerjasama penggunaan spektrum frekuensi radio

2) Spectrum Leasing

dengan menyatakan secara jelas bahwa pemindahtanganan Perbedaan skema ini dengan trading ialah bahwa dalam lisensi dapat dilakukan.

leasing , perjanjian antara pemegang lisensi dan penyewa tidak melibatkan regulator untuk menerbitkan lisensi baru.

1) Mekanisme Spectrum Trading/Transfer Pemegang lisensi tetap memiliki hak dan bertanggung jawab

Diawali dengan pemberian lisensi oleh regulator kepada terhadap kewajiban yang melekat dalam lisensi. Secara operator X (sebagai ilustrasi) melalui lelang, di mana operator praktis, spectrum leasing akan bermanfaat untuk jangka

X diwajibkan membayar BHP frekuensi kepada regulator. waktu yang singkat, dan kasus-kasus yang bersifat darurat. Bila kemudian operator X ingin menjual lisensi kepada

Diawali dengan pemberian lisensi oleh regulator kepada operator Y, keduanya mengajukan permohonan/izin kepada operator X (sebagai ilustrasi) melalui lelang, di mana operator regulator. Setelah disetujui, maka spektrum frekuensi operator

X diwajibkan membayar BHP frekuensi. Bila operator Y

X yang idle akan ditarik oleh regulator, dan besaran BHP kemudian ingin menyewa dari operator X, maka keduanya disesuaikan sebagai dampak penarikan. Kemudian, regulator sepakat untuk melakukan transfer lisensi berupa penyewaan memberikan lisensi kepada operator Y dengan kondisi lisensi, dan melaporkan adanya proses leasing ini kepada persyaratan yang sama maupun yang sudah dimodifikasi, dan regulator, tanpa harus memperoleh persetujuan.Setelah itu, operator Y membayar BHP frekuensi kepada regulator. operator Y membayar biaya sewa kepada operator X. Setelah itu, operator Y pun membayar biaya pembelian

Leasing frekuensi diberlakukan untuk periode waktu yang kepada operator X.

singkat. Periode yang lebih panjang diperbolehkan dengan

Transfer yang diperbolehkan adalah: 1) transfer di mana terlebih dahulu memberitahukan regulator dan menjelaskan seluruh hak dan kewajiban pemegang lisensi primer justifikasinya sebagai bentuk transparansi. Penyewa lisensi dipindahkan kepada pemegang lisensi sekunder. Dengan primer tidak diperbolehkan untuk menyewakan kembali demikian, pemegang lisensi primer tidak lagi memiliki hak kepada pihak lain. Hal ini dimaksudkan agar terjadi dan kewajiban terhadap spektrum frekuensi yang telah kemudahan dalam manajemen interferensi yang mungkin dipindahkan ke pihak lain, atau 2) transfer di mana sebagian terjadi. Semakin panjang level penyewaan, akan hak dan kewajiban pemegang lisensi primer dipindahkan menyebabkan kesulitan serta membutuhkan waktu yang kepada pemegang lisensi sekunder. Transfer tidak akan panjang dalam melacak penyebab interferensi dan penegakan mendapat persetujuan regulator, bila: 1) baik pemegang hukum. lisensi primer dan sekunder tidak disetujui untuk melakukan

Pemberi sewa spektrum frekuensi bertanggung jawab transfer, 2) BHP frekuensi pemegang lisensi primer belum dalam hal memastikan lisensi yang disewakan tetap berlaku

dibayarkan atau dibayarkan dengan dicicil, 3) lisensi yang dengan tetap membayarkan BHP sesuai ketentuan, akan ditransfer telah dikembalikan kepada regulator, namun merencanakan kontrak sewa spektrum frekuensi yang pengembaliannya belum dilakukan.

memenuhi kebutuhan penyewa mengenai ketersediaan dan Persetujuan diputuskan dengan mempertimbangkan hal-hal

kualitas spektrum frekuensi, serta menjaga kualitas dan antara lain: keberadaan pelanggaran atas ketentuan lisensi, menginvestigasi interferensi yang diderita oleh penyewa kemampuan penerima transfer memenuhi kriteria sebagai spektrum frekuensi. pemain dan memenuhi kewajiban yang melekat pada lisensi,

keberadaan distorsi kompetisi akibat transfer, keterkaitan E. Analisis Dampak Kebijakan Pasar Sekunder Spektrum dengan keamanan negara, dan kesesuaian dengan regulasi

Frekuensi Radio di Indonesia

internasional. Terkait dengan pasar sekunder spektrum frekuensi radio,

Setelah transfer disepakati, pemegang lisensi primer harus ada dua alternatif tindakan regulator, yakni 1) tidak memberikan pemberitahuan (notifikasi) mengenai usulan memperkenalkan pasar sekunder sama sekali, dan bertahan transfer tersebut. Regulator akan memeriksa dokumen laporan dengan mekanisme yang ada saat ini,

atau 2) untuk memastikan kecukupan informasi yang diberikan dan memperkenalkan bentuk pasar sekunder spektrum frekuensi konsisten dengan data yang dimiliki regulator. Notifikasi pada pita frekuensi FWA, seluler, dan BWA. harus ditandatangani kedua belah pihak pemegang

Risiko untuk alternatif pertama ialah bahwa potensi benefit lisensi.Demi keterbukaan informasi, regulator akan ekonomi yang terkait dengan pasar sekunder akan hilang. mempublikasikan nama dan alamat penerima transfer, Mekanisme pasar sekunder merupakan pelengkap terhadap deskripsi jenis transfer, dan informasi yang dibutuhkan oleh mekanisme optimisasi penggunaan spektrum frekuensi radio regulator dalam menentukan persetujuan transfer. Pemalsuan yang telah berjalan, yakni lelang dan BHP izin penggunaan informasi berarti melanggar peraturan dan proses transfer spektrum frekuensi radio. Perbaikan dalam efisiensi dapat yang terjadi menjadi tidak sah.

diperoleh dengan mengkombinasikan ketiga mekanisme

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.4 Desember 2013 : 319-334

Gambar 6. Formula Perhitungan Benefit

tersebut daripada hanya menggunakan salah satu dari lisensi dan penerima lisensi adalah nilai minimum yang mekanisme tersebut.

dibutuhkan agar proses transfer dapat terjadi. Dalam praktik, Sedangkan risiko untuk alternatif kedua ialah sedikitnya

perbedaan nilai/harga ini dapat melebihi nilai minimum aktivitas pasar sekunder, munculnya tindakan monopolistik, tersebut. Dalam referensi, perbedaan nilai minimum yang tidak efisiennya penggunaan spektrum frekuensi, munculnya memungkinkan terjadi trading adalah 25%. risiko terhadap keamanan, dan keharusan untuk Volume trading lisensi per tahun dinyatakan dalam memperkenalkan pasar sekunder pada lisensi spektrum persentase terhadap total lisensi, dan didapatkan dari hasil frekuensi yang masih memiliki masalah penataan, seperti benchmark di Eropa (0,5%), Australia (2,2%), dan estimasi pada pita 700 MHz (menunggu Analog Switch Off). Untuk yang dilakukan oleh Analysis, Dotecon, dan Hogan & masing-masing risiko tersebut, telah disiapkan usulan Hartson, yakni sebesar 4,5%. Jumlah lisensi spektrum alternatif solusi untuk masing-masing risiko sebagai berikut: frekuensi diperoleh dari data alokasi frekuensi pada Tabel 1, membuat lingkungan pasar sekunder yang menarik, ditambah dengan dua lisensi yang belum dialokasikan pada memastikan bahwa regulasi anti-monopoli mencukupi untuk pita 2100 MHz. Sementara itu, nilai sebuah lisensi diestimasi mengatasi masalah monopoli, mengawasi interferensi dan dengan memperhitungkan pendapatan seluruh operator menerapkan pembatasan dalam fragmentasi spektrum selama tujuh tahun (2013-2020) dalam discount rate 7%, frekuensi serta komitmen pembangunan, dan menempatkan sehingga didapatkan nilai spektrum sebesar 17,7 milyar proteksi terhadap keamanan sebagai pertimbangan utama rupiah/MHz untuk lisensi nasional. Sedangkan persentase dalam memberikan persetujuan dalam pasar sekunder, serta margin setiap transaksi diprediksi menuut referensi, yakni memastikan bahwa spektrum frekuensi yang sebesar 25%. dipindahtangankan lisensinya tidak memiliki masalah

Dalam analisis ini, disusun empat skenario perhitungan penataan sehingga terhindar dari risiko prediksi nilai benefit pemberlakuan pasar sekunder spektrum frekuensi spektrum frekuensi yang tidak tepat dan investasi yang radio, berdasarkan kondisi regulasi yang diterapkan, dari yang terbuang sia-sia akibat kesalahan asumsi.

berlaku saat ini hingga yang paling fleksibel.

F. Pasar Sekunder Spektrum Frekuensi Radio ditinjau dari

1) Skenario I

Aspek Ekonomi Kondisi pada skenario ini diasumsikan bahwa regulasi

Metode analisis cost dan benefit yang digunakan masih seperti saat ini, yaitu tidak memperbolehkan terjadinya mengadopsi model yang dikembangkan oleh Ofcom (Ofcom, pemindahtanganan lisensi spektrum frekuensi, kemudian 2004, Ofcom, 2011) dan Analysis, DotEcon, dan Hogan & lisensi spektrum frekuensi masih melekat pada izin Hartson (Analysys et al., 2004). Secara ringkas, benefit dari penyelenggaraan jaringan. Hasil perhitungannya ialah, karena pasar sekunder adalah adanya pengurangan biaya (opportunity regulasi tidak memperbolehkan, maka tidak akan terjadi cost) akibat kepemilikan hak penggunaan spektrum frekuensi

pemindahan lisensi (% lisensi yang ditransfer per tahun = 0), eksklusif, dan juga mendorong spektrum frekunsi untuk sehingga benefit akan sama dengan nol. Akan tetapi masih berpindah pada pengguna yang dapat memanfaatkannya, sangat mungkin terjadi proses pasar sekunder yang lain, yakni sehingga spektrum frekuensi akan digunakan secara lebih MVNO dan Merger/Akuisisi/Konsolidasi. efisien dan nilai eknomi yang dihasilkan akibat pemanfaatan

2) Skenario II

spektrum frekuensi akan meningkat. Kompetisi akan meningkat karena pasar sekunder menurunkan hambatan

Kondisi pada skenario ini berangkat dari asumsi bahwa dalam mengakses spektrum frekuensi. Pelanggan akan regulasi memperbolehkan terjadinya pemindahtanganan

menikmati benefit dari kompetisi melalui penurunan tarif, lisensi spektrum frekuensi, namun lisensi masih melekat pada banyaknya pilihan, dan peningkatan kualitas.

izin penyelenggaraan jaringan dan belum bisa dikonfigurasi

Benefit yang dapat dikuantifikasi adalah benefit langsung ulang (dipecah-pecah baik secara geografis maupun dari sebuah praktik pasar sekunder spektrum frekuensi (dalam bandwidth ). Hal tersebut dinilai akan menyulitkan terjadinya hal ini adalah spectrum trading). Benefit langsung dari sebuah transfer lisensi spektrum frekuensi, karena jaringan yang pemindahan lisensi adalah sama dengan perbedaan dalam tergelar menjadi tidak berguna. Dalam praktik, pemindahan nilai/harga spektrum frekuensi antara pemegang lisensi dan lisensi spektrum frekuensi akan disertai dengan pemindahan penerima lisensi. Dalam memodelkan benefit, diasumsikan kepemilikan perusahaan (yang berarti termasuk bahwa semua perpindahan lisensi spektrum frekuensi akan Merger /Akuisisi/Konsolidasi). menghasilkan benefit, karena jika tidak, pasti tidak akan ada

Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan nilai perpindahan spektrum frekuensi. Permodelan formulasi persentase volume trading spektrum frekuensi dalam kondisi benefit ditunjukkan dalam Gambar 6.

status quo di Eropa, yakni sebesar 0,5%, seperti terlihat pada

Dalam analisis ini, diasumsikan bahwa perbedaan nilai Tabel 8. Benefit per tahun untuk transfer lisensi spektrum spektrum frekuensi (dalam persentase) antara pemegang frekuensi pada skenario ini mendekati 5,9 milyar rupiah. Jika

Potensi Pasar Sekunder Spektrum Frekuensi Radio di Indonesia (Aldhino Anggorosesar dan Ronaldi Wijaya)

T ABEL 8.P ERHITUNGAN B ENEFIT S KENARIO II T ABEL 10.P ERHITUNGAN B ENEFIT S KENARIO IV

Lisensi Jumlah Lisensi

Jumlah

transfer

Harga rata- Benefit per per

Harga rata-

Benefit per

transfer

lisensi

rata per lisensi

rata per lisensi lisensi

tahun tahun

Total Benefit 5.880.854.300

Total Benefit 33.620.241.532

T ABEL 9.P ERHITUNGAN B ENEFIT S KENARIO III

Harga rata-

Benefit per

Lisensi lisensi

per

rata per lisensi

lisensi

tahun 800 MHz

Total Benefit 25.875.758.919

Gambar 7. Perbandingan Benefit Keempat Skenario spectrum trading diberlakukan selama sepuluh tahun dengan discount rate 7%, maka akan diperoleh nilai bersih benefit

4) Skenario IV

sebesar 41,3 milyar rupiah. Kondisi regulasi dalam skenario terakhir ini sudah semakin

3) Skenario III fleksibel. Selain memperbolehkan pemindahtanganan lisensi

Skenario ini mengasumsikan bahwa regulasi dan keuntungan-keuntungan lain seperti pada skenario III, memperbolehkan terjadinya pemindahtanganan lisensi regulasi pada skenario ini sudah netral terhadap teknologi. spektrum frekuensi, dan ada jenis lisensi spektrum frekuensi Kondisi tersebut memberikan peluang yang sama besar bagi baru yang tidak melekat pada izin penyelenggaraan jaringan lisensi pada setiap spektrum frekuensi untuk yang diperbolehkan untuk dipindahtangankan. Lisensi yang dipindahtangankan. ada dapat dikonfigurasi ulang secara geografis, bandwidth,

Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan nilai dan waktu dengan ketentuan tertentu. Lebih jauh, regulasi persentase volume trading spektrum frekuensi di Australia,

belum netral teknologi, dan belum memberlakukan yakni sebesar 2,2%, seperti terlihat pada Tabel 10. Benefit per liberalisasi penggunaan spektrum frekuensi.

tahun untuk transfer lisensi spektrum frekuensi pada skenario

Kondisi di atas memberikan fleksibilitas yang tinggi ini mencapai 25,8 milyar rupiah. Jika spectrum trading terhadap kepemilikan lisensi. Namun, tanpa kebijakan yang diberlakukan selama sepuluh tahun dengan discount rate 7%, netral terhadap teknologi, spektrum frekuensi yang maka akan diperoleh nilai bersih benefit sebesar 236,1 milyar dipindahtangankan harus digunakan untuk teknologi yang rupiah. sama pula. Hal ini akan mempengaruhi keinginan untuk

Perbandingan benefit dari keempat skenario dapat dilihat melakukan pembelian/penyewaan spektrum frekuensi radio pada grafik yang ditunjukkan dalam Gambar 7. Grafik

(dapat cenderung stagnan seperti pada pita 800 MHz untuk memperlihatkan pengaruh fleksibilitas alokasi lisensi CDMA, dan dapat tumbuh tinggi seperti pada pita 1800 dan spektrum frekuensi terhadap benefit, di mana semakin 2100 MHz untuk 3G).

fleksibel pengaturan, maka akan semakin besar pula benefit Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan nilai yang diperoleh. persentase volume trading spektrum frekuensi di Australia,

Dari segi cost, pasar sekunder dipandang sebagai aktivitas yakni sebesar 2,2%, seperti terlihat pada Tabel 9. Benefit per sukarela (voluntary), di mana entitas bisnis dan pengguna

tahun untuk transfer lisensi spektrum frekuensi pada skenario spektrum frekuensi akan melakukan trading bila ada benefit ini mencapai 25,8 milyar rupiah. Jika spectrum trading dari trading yang melebihi cost transaksi. Dengan demikian, diberlakukan selama sepuluh tahun dengan discount rate 7%, cost yang timbul akan selalu diimbangi dengan benefit. maka akan diperoleh nilai bersih benefit sebesar 181,7 milyar Diasumsikan cost untuk melakukan spectrum trading adalah rupiah.

sebesar 5% dari benefit yang diperoleh.

Cost untuk regulator dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

1) cost setup awal, meliputi cost pembuatan regulasi dan cost

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.4 Desember 2013 : 319-334

pengembangan sistem informasi database lisensi dan T ABEL 11.P ERHITUNGAN C OST A DMINISTRASI implementasi trading, 2) cost administrasi tahunan akibat

Rata-rata Volume

Cost Administrasi

trading . Cost pertama dikeluarkan di awal tahun, sedangkan

Lisensi

trading per tahun

per tahun

cost yang kedua diestimasi berdasarkan pengalaman regulator

0.24 2.400.000 di Indonesia. Sementara itu, cost implementasi diestimasi

800 MHz

sebesar 10 milyar rupiah.

0.12 1.200.000 Cost administrasi diperkirakan dengan perbandingan

900 MHz

0.32 3.200.000 proporsional. Diketahui bahwa pendapat domestik bruto

1800 MHz

Inggris dan Indonesia tahun 2004 masing-masing sebesar 2100 MHz

0.48 4.800.000 US$ 1.860,81 milyar dan US$ 234,772 milyar, maka didapat

1.20 12.000.000 rasio sebesar 7,92 : 1.Bila cost administrasi di Inggris tercatat

2300 MHz

23.600.000 sebesar 3.000 poundsterling atau Rp.51.137.964,- per

Total Cost Administrasi

transaksi, maka secara proporsional dapat diperkirakan bahwa Ditinjau dari aspek kebijakan, potensi pasar sekunder cost administrasi di Indonesia adalah sebesar Rp. 6.451.901,-.

tersebut masih dibatasi oleh kebijakan yang belum Berdasarkan hasil perkiraan tersebut, maka dapat memperbolehkan pemindahtanganan lisensi penggunaan diperhitungkan cost administrasi tahunan yang terkait dengan spektrum frekuensi radio. Apabila regulator tetap bertahan trading untuk setiap pita frekuensi seperti ditunjukkan pada dengan status quo dan tidak memberlakukan pasar sekunder Tabel 11. Total cost administrasi tahunan yang mencapai 23,6 spektrum frekuensi radio, akan ada risiko tidak dapat juta rupiah bila direpresentasikan dalam bentuk nilai bersih memperoleh benefit ekonomi yang substansial. Sedangkan untuk sepuluh tahun ke depan dengan discount rate 7% bila regulator menerapkan pasar sekunder, akan muncul juga adalah Rp.165.756.524,-.

beberapa risiko, namun semua risiko tersebut dapat diatasi Bila besaran cost untuk bisnis diasumsikan sebesar 5% dari

dengan kemampuan dan kewenangan regulator. benefit, maka cost untuk skenario I, II, III, dan IV masing-

Perubahan kebijakan ke arah fleksibilitas alokasi spektrum masing adalah sebesar nol rupiah, 2,065 milyar rupiah, 9,087 frekuensi radio diyakini akan dapat meningkatkan nilai

milyar rupiah, dan 11,806 milyar rupiah. Dengan ekonomi spektrum frekuensi dan benefit yang diperoleh, serta menjumlahkan semua cost (setup awal + administrasi + cost membuka peluang penggunaan spektrum frekuensi radio yang untuk bisnis), maka diperoleh total cost untuk keempat lebih besar. Perbaikan kebijakan tersebut dapat ditempuh skenario berturut-turut adalah sebesar nol rupiah, 12,2 milyar antara lain dengan menyatakan bahwa pemindahtanganan rupiah, 19,3 milyar rupiah, dan 21,9 milyar rupiah.

lisensi penggunaan spektrum frekuensi radio diperbolehkan, Khusus untuk skenario IV yang memiliki kondisi paling dan mengeluarkan kebijakan yang netral terhadap teknologi fleksibel dan telah menerapkan regulasi netral teknologi dan yang dapat memperbesar potensi penggunaan masing-masing lisensi yang dibuat per blok (bandwidth, geografis), akan spektrum 800, 900, 1800, 2100, dan 2300 MHz. timbul sebuah cost baru yang disebut cost untuk koordinasi

Saat kebijakan pasar sekunder spektrum frekuensi radio interferensi.

Cost koordinasi dikuantifikasi dengan diberlakukan di Indonesia, ditinjau dari aspek ekonomi, komponen-komponen sebagai berikut: 1) cost koordinasi benefit yang paling besar akan diperoleh dalam kondisi interferensi yang melibatkan cost untuk studi, pengukuran, pengaturan lisensi yang paling fleksibel. Benefit untuk dan analisis manajemen interferensi, dan 2) cost untuk spectrum trading /transfer dalam kondisi tersebut akan jauh modifikasi perangkat, misalnya instalasi filter tambahan. lebih tinggi daripada cost yang timbul akibat transaksi. Formula yang digunakan dalam menghitung cost baru ini

Pemberlakuan pasar sekunder di Indonesia, terutama adalah dengan mengalikan jumlah upgrade teknologi atau spectrum trading dan spectrum leasing, akan memerlukan layanan dengan besarnya cost koordinasi satuan.

waktu yang cukup panjang dalam rangka mempersiapkan kerangka regulasi, agar peningkatan efisiensi penggunaan

V. S IMPULAN DAN R EKOMENDASI frekuensi yang menjadi tujuan dapat tercapai, dan dampak Pasar sekunder spektrum frekuensi radio telah negatifnya dapat diminimalisir.

diberlakukan di beberapa negara, antara lain Australia, Amerika Serikat, Selandia Baru, dan Guatemala, dengan

D AFTAR P USTAKA sistemnya masing-masing, dan mendapatkan hasil positif Republik Indonesia. (2002a). Undang-undang dasar negara Republik dalam industri tanpa timbulnya dampak negatif seperti Indonesia tahun 1945 , Pasal 33 ayat (2). penimbunan frekuensi.

Republik Indonesia. (2002a). Undang-undang dasar negara Republik Kondisi di Indonesia sendiri, saat ini masih terlihat adanya Indonesia tahun 1945 , Pasal 33 ayat (4). disparitas efisiensi penggunaan spektrum frekuensi radio Peha, J. M. (2005). Regulatory and policy issues, approaches to spectrum antara penyelenggara telekomunikasi di Indonesia, baik di sharing. IEEE Communications Magazine,

43(2) . 10-12. doi: layanan seluler maupun FWA, dari segi efisiensi teknis 10.1109/MCOM.2005.1391490 (jumlah pelanggan/MHz, voice dan data traffic per luas Bapepam. (2003). Panduan Investasi Pasar Modal Indonesia (p. 31). Jakarta: wilayah) maupun efisiensi ekonomi, di mana terlihat adanya Badan Pengawas Pasar Modal. efisiensi tertinggi dan terendah. Dengan keberadaan disparitas Bridge, S. (2009). The secondary spectrum market: a licensing & leasing efisiensi tersebut, ditambah dengan munculnya demand yang primer , Sept. 2008, 1-5. Florida: Spectrum Bridge, Inc. tinggi terhadap layanan telekomunikasi, maka potensi pasar Mayo, J. W. dan Wallsten, S. (2011). Secondary spectrum markets as sekunder spektrum frekuensi radio di Indonesia, terutama complements to incentive auctions . Washington DC: Georgetown University. untuk spektrum seluler, menjadi sangat besar.

Potensi Pasar Sekunder Spektrum Frekuensi Radio di Indonesia (Aldhino Anggorosesar dan Ronaldi Wijaya)

Mayo, J. W. dan Wallsten, S. (2009). Enabling efficient wireless Ditjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2013a). Data communications: the role of secondary spectrum markets (pp. 1-30).

dan statistik. Diakses pada Juli 2013, dari http://statistik.kominfo.go.id Washington DC: Technology Policy Institute.

International Telecommunication Union (ITU). (2013). Fixed-telephone New Zealand Government. (2009). Regulatory impact analysis handbook.

subscriptions. Diakses pada Juli 2013, dari http://www.itu.int/en/ITU- D/Statistics/Documents/statistics/2013/Fixed_tel_2000-2012.xls

The Treasury of New Zealand. (2005). Cost benefit analysis primer – version 1.12 . Wellington: The Treasury.

Ditjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2013b). Data statistik Direktorat Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan

FCC Spectrum Policy Task Force. (2002). Report of the spectrum efficiency

working group . Jakarta: Kementerian Komunikasi dan

Informatika semester 2 – 2012

. Washington DC: Federal Communications Commission.

Informatika.

Burns, J. W. (2002). Measuring spectrum efficiency: the art of spectrum Ofcom. (2004). Notice of Ofcom’s proposals to make regulations: spectrum utilisation metrics. Proc. of IEEE Conf. on Getting the Most Out of Radio

trading and the wireless telegraphy register . London: Office of Spectrum , 1-3.

Communications.

CEPT. (2002). Refarming and secondary trading in a changing radiocommunications world

Ofcom. (2011). Statement on proposal to make 900 MHz, 1800 MHz and . Messolonghi: Electronic Communications 2100 MHz public wireless network licences tradable . London: Office of

Committee.

Communications.

Ditjen SDPPI Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. (2012). Data dan Analysys, DotEcon, and Hogan & Hartson. (2004). Study on conditions and statistik. Diakses pada Juli 2013, dari http://statistik.kominfo.go.id

options in introducing secondary trading of radio spectrum in the European Community . Analysis Consulting, Ltd, DotEcon, Ltd, Hogan & Hartson LLP.

Buletin Pos dan Telekomunikasi, Vol.11 No.4 Desember 2013 : 319-334

Dokumen yang terkait

Strategi Implementasi Kebijakan Publik dalam Mendorong Percepatan Pengembangan Pengguna Internet Public Policy Implementation Strategy in Encouraging Acceleration of Internet Users Development

0 2 12

Deskripsi Kualitas Layanan Jasa Akses Internet di Indonesia dari Sudut Pandang Penyelenggara Description of Internet Quality of Services (Qos) in Indonesia From the Providers’ Point of View

0 1 10

Studi Perkembangan dan Kondisi Satelit Indonesia The Study of Development and Condition of Indonesian Satellites

1 1 16

Pengukuran Kualitas Layanan Pengujian Perangkat di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi Service Quality Measurement of Device Sertification in The Center of Telecommunication Device Sertification Center

0 0 12

Persepsi dan Harapan Pengguna terhadap Kualitas Layanan Data pada Smartphone di Jakarta User Perception and Expectation on Smartphone Data Service Quality in Jakarta

0 0 16

Analisis Migrasi Radio Trunking Analog ke Radio Trunking Digital di Indonesia The Analysis of Migrating Analog Trunked Radio to Digital Trunked Radio in Indonesia

0 1 18

Analisis Kualitas Layanan Perizinan Spektrum Frekuensi Radio Siaran Dengan Metode Importance Performance Analysis (IPA) Analysis of Quality of Service Radio Broadcast Frequency Spectrum Licensing Methods Importance Performance Analysis (IPA)

0 0 12

Studi Kesiapan Direktorat Standardisasi Dalam Menerapkan SNI ISOIEC 17065 Study of The Directorate of Standardization Readiness in Implementing SNI ISOIEC 17065

0 0 12

Analisis Quality of Experience Layanan Telekomunikasi Seluler Masyarakat Kabupaten Kepulauan Sangihe The Quality of Experience Analysis of Mobile Telecommunication Services In The Society of Kepulauan Sangihe Regency

0 0 16

Dampak Indeks Konektivitas Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terhadap Pertumbuhan Perekonomian Impact of Connectivity Index of Information and Communication Technology (ICT) on Economic Growth

0 0 10