5
BAB II STUDI PUSTAKA
A. Pendidikan dan Pembangunan Karakter.
Kamus Besar Bahasa Indonesia belum memasukkan kata karakter, yang ada adalah kata „watak‟ yang diartikan sebagai sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran
dan tingkah laku, budi pekerti, tabiat. Arti bahwa karakter itu berkaitan dengan kekuatan moral, berkonotasi „positif‟, bukan netral. Jadi, „orang berkarakter‟ adalah orang punya
kualitas moral tertentu yang positif. Dengan demikian, pendidikan membangun karakter, secara implisit mengandung arti membangun sifat atau pola perilaku yang didasari atau
berkaitan dengan dimensi moral yang positif atau yang baik, bukan negatif atau yang buruk Raka, 2007:5.
Karakter merupakan “keseluruhan disposisi kodrati dan disposisi yang telah dikuasai secara stabil yang mendefinisikan seorang individu dalam keseluruhan tata perilaku psikisnya
yang menjadikannya tipikal dalam cara berpikir dan bertindak . Karakter dapat dipetakan dalam dua aspek penting dalam diri individu, yaitu kesatuan cara bertindak yang koheren
dan stabilitas kesatuan berkesinambungan dalam kurun waktu, karena itu ada proses strukturisasi psikologis dalam diri individu yang secara kodrati sifatnya reaktif terhadap
lingkungan. Beberapa kriteria karakter seperti halnya: stabilitas pola perilaku, kesinambungan dalam waktu, koherensi caraberpikir dalam bertindak . Hal tersebut telah
menarik perhatian serius para pendidik dan pakar ilmu pendidikan untuk memikirkanya dalam kerangka proses pendidikan karakter. Dengan demikian, pendidikan karakter
merupakan dinamika pengembangan kemampuan yang berkesinambungan dalam diri manusia untuk mengadakan internalisasi nilai-nilai sehingga menghasilkan disposisi aktif, stabil dalam
diri individu. Dinamika ini membuat pertumbuhan individu menjadi semakin utuh. Unsur- unsur ini menjadi dimensi yang menjiwai proses formasi setiap inividu. Jadi, karakter
merupakan sebuah kondisi dinamis struktur antropologis individu yang tidak hanya sekedar berhenti atas determininasi kodratinya, melainkan sebuah usaha aktif untuk menjadi semakin
integral mengatasi determinasi alam dalam dirinya semakin proses penyempurnaan dirinya Koesoema, 2004:104. Intinya dalam dalam pendidikan karakter juga dibangun kemampuan
untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan. Pendidikan untuk pembangunan karakter pada dasarnya mencakup pengembangan
substansi, proses dan suasana atau lingkungan yang menggugah, mendorong, dan
6 memudahkan seseorang untuk mengembangkan kebiasaan baik dalam kehidupan sehari-hari.
Kebiasaan ini timbul dan berkembang dengan didasari oleh kesadaran, keyakinan, kepekaan, dan sikap orang yang bersangkutan. Dengan demikian, karakter bersifat inside-out, dalam arti
bahwa perilaku yang berkembang menjadi kebiasaan baik ini terjadi karena adanya dorongan dari dalam, bukan karena adanya paksaan dari luar Raka,2007:6.
Proses pembangunan karakter pada seseorang dipengaruhi oleh faktor-faktor khas yang ada pada orang yang bersangkutan yang sering juga disebut faktor bawaan nature dan
lingkungan nurture di mana orang yang bersangkutan tumbuh dan berkembang. Namun demikian, perlu diingat bahwa faktor bawaan boleh dikatakan berada di luar jangkauan
masyarakat untuk mempengaruhinya. Hal yang berada dalam pengaruh kita, sebagai individu maupun bagian dari masyarakat, adalah faktor lingkungan. Jadi, dalam usaha pengembangan
atau pembangunan karakter pada tataran individu dan masyarakat, fokus perhatian kita adalah pada faktor yang bisa kita pengaruhi atau lingkungan, yaitu pada pembentukan lingkungan.
Dalam pembentukan lingkungan inilah peran lingkungan pendidikan menjadi sangat penting, bahkan sangat sentral, karena pada dasarnya karakter adalah kualitas pribadi seseorang yang
terbentuk melalui proses belajar, baik belajar secara formal maupun informal Raka,2007:7. Masalah yang dihadapi dalam mengembangkan karakter adalah kemampuan untuk
tetap menjaga identitas permanen dalam diri manusia yaitu semakin menjadi sempurna dalam proses penyempurnaan dirinya sebagai manusia. Oleh karena itu, karakter bukanlah
kekuasaan hidup. Karakter dengan demikian tidak dapat dimaknai sekedar sebagai keinginan untuk mencapai kebahagiaan, ketentraman, kesenangan dll. Yang lebih merupakan
perpanjangan kebutuhan psikologis manusia. Karakter merupakan ciri dasar melalui mana pribadi itu terarah ke depan dalam membentuk dirinya secara penuh sebagai manusia apapun
pengalaman psikologi yang dimilikinya. Dalam hal ini, pengembangan karakter merupakan proses yang terjadi secara terus-menerus, karakter bukan kenyataan melainkan keutuhan
perilaku. Karakter bukanlah hasil atau produk melainkan usaha hidup. Usaha ini akan semakin efektif, ketika manusia melakukan apa yang menjadi kemampuan yang dimiliki oleh
individu Koesoema,2004:103 Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses pendidikan
karakter tidak mudah untuk dibangun pada setiap individu maupun kelompok, karena dalam prosesnya banyak faktor yang menentukan keberhasilan dalam membentuk manusia karakter.
Kekuatan dalam proses pembentukan karakter sangat ditentukan oleh realitas sosial yang
7 bersifat subyektif yang dimiliki oleh individu dan realitas obyektif di luar individu yang
mempunyai pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk pribadi yang berkarakter.
B. Prinsip Prinsip Pendidikan Karakter