Pengertian Dechipering The Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam

dan literatur Islam. Bukunya Mystical Dimensions of Islam 1975 dianggap klasik di bidangnya. Profesor Annemarie Schimmel menyumbangkan kata pengantar untuk edisi terbaru mahakarya Frithjof Schuon,Understanding Islam. Dalam kata pengantar untuk Memahami Islam dia menulis: buku Schuon menunjukkan esensi Islam, membandingkan dengan pandangan dunia Kristen dan sering membawa contoh-contoh dari tradisi-tradisi agama lain, yang semuanya terdiri dari pengetahuan yang luas. Gaya mengingatkan pekerjaan kadang-kadang pembaca melihat bentuk kristal murni, namun orang sering menemukan bagian-bagian yang menyentuh hati.” 6

3. Pengertian Dechipering The Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam

Adapun Dechipering The Signs of God: A Phenomenological Approach to Islam mengandung pengertian sebagai berikut: menurut arti kamus Lexical Meaning, yaitu salah satu fase awal pemaknaan yang ada dalam semantik 7 , dechipering gerund: kata kerja yang dibendakan merupakan derivasi dari kata dechiper yang berarti menemukan arti sesuatu yang tertulis dalam bentuk, kode, tanda-tanda, tulisan tangan jelek, atau steno dan sebagainya find the meaning of something written in code, sign, bad hand writing, ect. 8 The definite article, jika disandingkan dengan jabatan kata yang ada dalam tata Bahasa Arab, menempati posisi kata yang sama dengan lam al-ta’rif ma’rifah: لا, dipakai untuk menunjukkan kejelasan sesuatu. 9 Dalam hal ini, yaitu tanda-tanda signs atau simbol-simbol yang digunakan untuk mempresentasikan sesuatu, 10 yakni Tuhan God. Dengan demikian, Dechipering The Signs of God kurang lebih berarti menemukan makna atau apa rahasia-rahasia dibalik tanda-tanda Tuhan, baik yang tersurat explicit maupun yang tersirat implicit, tanda-tanda yang tertulis 6 http:www.worldwisdom.compublicauthorsAnnemarie-Schimmel.aspx 7 Victoria,Oxford Learner’s Pocket Dictionary, New York : Oxford University Press, 1995, Hal.374 8 Ibid, hlm. 106 9 Victoria, Op.Cit.429 10 Ibid,hal. 384 8 sebagai teks yang kemudian dibacakan wahyu mathluw dan yang di luar teks wahyu masyhud secara fenomenologis. Terlepas dari pemaknaan literal di atas, kajian ini tidak akan memfokuskan pembahasan untuk menyoroti objek studi lewat telaah bahasa Linguistics ataupun sastra literature secara utuh dan partikular, melainkan terlebih kepada keterlibatan pengarang dalam menemukan tanda-tanda kebesaran Tuhan melalui pendekatan fenomenologis. Hal ini tercermin dalam upaya konkrit penemuan obyek-obyek fenomena keberagamaan dalam Islam melalui hal-hal yang sakral dan esensi untuk memahami secara mendetail keagungan dan ketinggian nilai-nilai Ilahiah di bumi ini. 4. Aspek-aspek Fenomena Kajian “Dechipering The Signs of God; A Phenomenological Approach to Islam” Bagi seorang muslim, segala sesuatu dapat menjadi ‘ayat, tanda dari Tuhan. Al-Qur’an mengulang-ulang kebenaran ini berkali-kali, memperingatkan mereka yang tidak percaya pada tanda-tanda Tuhan atau yang mengingkarinya. Semua makhluk adalah tanda-tanda, perubahan antara siang dan malam adalah suatu tanda, begitu juga pertemuan yang disertai cinta-kasih antara suami istri; dan mukjizat-mukjizat itupun merupakan tanda-tanda lihat QS 30: 19-25: mereka semua membuktikan bahwa ada satu Tuhan yang tetap hidup, yang merupakan asal dari segalanya. Alam sesungguhnya adalah sebuah buku besar di mana mereka yang mempunyai mata untuk melihat dan mempunyai telinga untuk mendengar dapat menemukan tanda-tanda Tuhan dan karenanya dituntun melalui perenungan mereka menuju Sang Pencipta itu sendiri. Dengan memahami dan menafsirkan tanda-tanda tersebut kita mungkin dapat memahami kebijaksanaan dan kekuasaan Ilahi. Kita juga akan memahami bahwa, Tuhan memberi pelajaran melalui perbandingan-perbandingan, perumpamaan-perumpamaan, dan persamaan- persamaan untuk menarik hati manusia di luar paras-paras penciptaan lahiriah. Harus selalu diingat bahwa aspek-aspek ruhaniah dari kehidupan hanya dapat diungkapkan melalui aspek-aspek yang terinderai seperti angin hanya dapat 9 dilihat melalui gerakan rumput atau daun yang digerakkan angin. Sebagaimana didendangkan oleh penyair Indo-Muslim abad ke sembilan belas, Ghalib; debu yang dapat kita lihat dari jauh di gurun pasir menyembunyikan penunggang kuda yang mengepulkannya; dan lapisan-lapisan busa di permukaan samudera menunjuk pada jurang yang tak terukur dalamnya. Tanda-tanda ini penting, sebab hati manusia ingin sekali menangkap kilasan Ilahi meskipun Tuhan itu tidak terjangkau oleh segala bentuk dan imajinasi namun kita tetap berharap dapat menyentuh kekuatan sang Ilah dengan satu atau lain cara. Hal yang lain seperti tugas penyembahan, juga dapat ditafsirkan di luar makna penting lahiriah mereka sebagai tanda-tanda bagi sesuatu yang lebih tinggi:Shalat adalah hilangnya diri seseorang yang kecil dalam penyatuan dengan yang suci, atau pengorbanan jiwa seseorang di hadapan Tuhan yang dicintai dan menguasai; perjalanan Haji menunjuk pada perjalanan tanpa henti dari jiwa menuju Tuhan;puasa mengajarkan seseorang untuk hidup dengan cahaya dan peribadatan. Oleh karena itu setiap bentuk ritual lahiriah dapat menjadi tanda pengalaman ruhaniah. Demikian pula, tindakan-tindakan simbolis dapat digunakan untuk menjelaskan aspekaspek ruhaniah tertentu dalam Islam;ketika Nabi melemparkan pasir dan batu kerikil ke arah musuh-musuhnya dalam perang Badr 624 seperti yang diwahyukan dalam QS 8:17 Waktu kamu melempar itu sebenarnya bukan kamu yang melakukan...’, hal itu menunjukkan bahwa seseorang yang telah mutlak patuh kepada Tuhan dapat bertindak, begitu dikatakan, melalui kekuatan Tuhan. Dalam buku Dechipering The Signs of God: a Phenomenological Approach to Islam, diuraikan banyak hal-hal yang bersifat suci dalam agama Islam baik itu berupa benda-benda maupun rumusan ajaran-ajarannya untuk menuntun keyakinan dan memberikan pemahaman lebih tegas atas tanda-tanda Allah di dalam Alam semesta ini. Untuk lebih jelasnya, berikut aspek-aspek umum kajian bukunya: a. Aspek-aspek Suci, Alam dan Kebudayaan 10 1 Alam Tak Bernyawa, yaitu Batu;dalam Fenomena Islam diketahui ada Ka’bah di Mekkah yang tidak lain adalah sebuah batu yang merupakan pusat atau titik kemana orang-orang beriman berpaling ketika shalat. Gunung; yang diyakini sebagai penyangga bumi. Bumi; Air; yang tidak lain untuk berwudlu,begitu juga ada air Zam-zam merupakan fenomena yang luar biasa dalam Islam dan memiliki sejarah yang cukup sakral.Air juga bisa berupa Lautan, samudera, hujan dan sungai. Api; dimana syaitan dan jin diciptakan darinya.Angin; Kilat; Petir;Cahaya; dikatakan di dalam QS 24:35 Tuhan adalah cahaya dari langit dan bumi, kemudian Matahari; perwujudan yang paling jelas dari cahaya yang mencakup dan menembus segalanya, Bulan; Bintang; Langit; dalam Astrologi yang menawarkan bukti lain bagi orang beriman bahwa segala sesuatu adalah bagian dari keselarasan kosmik asalkan kita mampu membaca tanda-tandanya, namun jika sudah sampai ke langit itu sendiri, maka ia jelas merupakan simbol yang menunjuk pada transedensi Ilahi, sebab ia yang menciptakan tujuh langit dan bumi sebagaimana dalam Ayat Kursi QS 2:255. 2 Tumbuh-tumbuhan dan Hewan-hewan a Pohon; banyak sekali disebutkan dalam konsepsi-konsepsi tentang manusia dalam hubungannya dengan alam. Karena pohon yang mendatangkan buah untuk dimakan manusia sebagai sumber kehidupannya. Kaitan erat antara pohon dan kehidupan terutama kehidupan ruhania, diungkapkan secara indah dalam hadits yang menyatakan bahwa orang yang berzikir, mengingat Tuhan adalah laksana sebatang pohon hijau di tengah pepohonan yang gersang. b Hewan; bukan hanya tumbuhan, hewanpun menyembah Tuhan, masin- masing dengan cara-caranya sendiri. Adapun hewan-hewan yang pernah memiliki andil maupun hewan yang hanya muncul dalam sebuah kisah baik dalam al Qur’an al Hadits,maupun riwayat para sahabat dan orang-orang saleh adalah: lebah, semut, laba-laba, singa, kucing, anjing, landak besar, buroq, ular, burung; merpati,bangau,ayam jago, merak, nuri, dan angsa. 11 3 Objek-objek Buatan Manusia a Senjata; dari zaman dahulu sampai sekarang senjata memiliki peran yang cukup besar, mengingat peperangan-peperangan terhadap kaum kafir untuk menegakkan syariat oleh nabi SAW mempergunakan senjata seperti pedang. b Tongkat; tongkat memilki nilai historis karena mengingat Mukjizat nabi Musa berupa tongkat. c Bendera atau panji-panji; konsep terpenting dalam tradisi Muslim umum adalah konsep ‘liwa’ al-hamd,’ panji-panji pujian yang akan di bawa Muhammad di Hari Kiamat. d Cermin; adalah salah satu objek paling menarik dalam sejarah agama, sejak cerita zaman kuno sampai ungkapan Al Qur’an QS 83:14 ’Apa yang mereka kerjakan itu membayangi hati mereka’,dapat dengan mudah diterapkan pada cermin hati yang ditutupi oleh karat dari perbuatan-perbuatan tercela,dan tidak dapat lagi merefleksikan cahaya Ilahi. e Berhala;sejak Nabi Ibrahim sampai Nabi Muhammad SAW memiliki kisah berkenaan dengan berhala. f Koin; g Lukisan; h Pakaian; objek terpenting dari objek-objek buatan manusia. Islam mengembangkan aturan berpakaian yang sangat ketat. Bagi laki-laki ia wajib berpakaian mneutup aurat dari pusar sampai lutut, namun perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan kedua telapak tangan. b. Ruang dan Waktu yang suci 1 Ruang yang Suci; dalam konteks ini Schimmel mengkaji ruang dan tempat- tempat seperti Gua, Rumah, Masjid, Kuburan, Makkah dan Madinah al Haramain, Ka’bah. Yang mana tempat-tempat ini memiliki nilai sejarah dan barakah tersendiri 2 Waktu yang Suci 12 Waktu mengukur kehidupan kita, dan setiap agama mempunyai waktu sucinya sendiri-sendiri. Secara historis, kesadaran waktu Muslim dimulai dengan hijrah yang berarti realisasi praktis konsep-konsep wahyu. Suatu awal baru yang penting dibuat dengan diperkenalkannya tahun Komariyyah; a Ramadhan; adalah bulan yang paling suci dari semua bulan. Karena di dalamnya Muslim wajib berpuasa, waktu diturunkannya al Qur’an dan di dalamnya terdapat Lailatul qadr’ yang lebih baik dari seribu bulan QS 97. b Dua hari raya ‘idain; ‘Idul Fithri pada 1 Syawal dan ‘Idul ‘Adlha di bulan Dzul Hijjah sekaligus sebagai waktu untuk Ibadah Hajji yang penuh rahmat. c Maulid Nabi SAW; pada 12 Rabi’ul Awwal d Rajab; bulan ke tujuh komariyah, dikaitkan dengan Isra’ Mi’raj pada tanggal 27. e Sya’ban; bulan laylatul bara’ah, disunnatkan memperbanyak ibadah di dalamnya, terutama puasa sebagai persiapan memasuki bulan Ramadhan. f Pada hakikatnya setiap hari memiliki keistimewaan tersendiri disesuaikan dengan nilai historisnya sesuai dengan petunjuk al Qur’an. Waktu disadari bersifat linier, dimulai dengan Penciptaan, Hari kemarin, menuju Hari Penghakiman. 3 Angka-angka Suci Islam seperti semua agama menekankan makna penting dari angka-angka tertentu, seperti angka Satu yang memilki penegasan kuat bahwa Tuhan itu Satu. Begitupula rahasia angka 2,3,4 dan seterusnya sampai angka 99 dan 1001 memiliki misteri dan keterkaitan yang kuat dengan rahasia-rahasia Allah dibalik penciptaanNya. c. Tindakan yang Suci Al Qur’an menekankan perbuatan yang baik dan tindakan yang bermanfaat, dan agar bersandar pada Sunnah Nabi SAW serta para pemimpin Ummat yang terdahulu salaf. Annemarie membagi tindakan yang suci menjadi tiga, yaitu: 13 1 Via Purgativa; terdiri atas car-cara untuk menyucikan diri sendiri dalam usaha untuk berhubungan dengan yang suci.Seperti berwuldu sebelum shalat, berpuasa untuk memohon ampunan dan menyucikan diri. 2 Via Illuminativa; contoh konkritnya adalah Niat, karena batas tertentu antara yang profan yang tidak termasuk dalam tindakan Penyucian, dan yang ritual adalah niyyat, contoh lainnya adalah bay’ah bai’at mengambil sumpah untuk terlaksananya sesuatu. 3 Via Unitiva; upaya penyatuan fisik jiwa kasar Manusia yang imanen dengan Tuhan yang transenden. Konsep tentang Cinta kepada Allah adalah contoh konkritnya. Gambaran-gambaran al Qur’an mengenai surga dengan kenikmatannya dapat ditafsirkan sebagai isyarat kebahagiaan tertinggi penyatuan ruhaniah yang tidak dapat diungkapkan dalam istilah-istilah lain. d. Firman dan Kitab Suci 1 Firman Mengenai Tuhan dan dari Tuhan Firman, karena ia berasal dari Tuhan dan mengungkapkan diriNya serta kehendakNya, sangat sentral dalam Islam. Tetapi secara umum, firman suci terlindung dari hiruk pikuk kehidupan sehari-hari melalui suatu cara pembacaan khusus yang menekankan ciri kesuciannya. Ada suara-suara primordial, ‘Urlaute’ Ilahiah, yang bila didengar orang akan memahami mengapa ‘suara’ dapat dianggap sebagai Kekuatan Kreatif, sehingga tidak heran jika dalam budaya Islam terutama kelompok sufi tertentu masih ada terapi musik dengan suara-suara keramat yang penuh berkah. Dalam mengumandangkan firman Allah SWT dituntut supaya memperhatikan pola-pola suara yang benar, dan pembacaan yang sesuai dengan kaidah dalam ilmu tajwid atau tartil, tilawat dan lain sebagainya. Bukti bahwa Firman itu berasal dari Tuhan tidak lain karena kemukjizatan yang dikandungnya, tata bahasa yang indah yakni dari Bahasa Arab Fasih yang tidak dapat ditiru oleh penyair manapun. Firman ini juga sebagai bahasa pujian, disamping merupakan bahasa hati, karena cara lain 14 untuk menyebarkan isi wahyu adalah glossolalia, atau berbicara dalam berbagai bahasa. Kaum muslim tau bahwa wahyu yang sesungguhnya selalu penuh misteri: orang tidak pernah dapat mengerti sepenuhnya dan memahaminya, meskipun makna dan urutan kata-katanya sangat jelas. Sebuah wahyu yang dipahami sepenuhnya tidak akan menjadi wahyu sejati dari zat Ilahi yang tak dapat diperkirakan. 11 Wahyu Ilahi yang bersinar melalui para Nabi dinamakan wahyu, sementara Ilham pada umumnya diperoleh oleh manusia, ahli pikir,pe, nyair. Dan suatu usaha untuk lebih mendekati misteri wahyu merupakan usaha untuk memberikan pada Tuhan, yaitu asal-usulnya sebuah nama. Karena Tuhan menyebut diriNya sendiri Allah dalam Al Qur’an, nama ‘personalNya’ tidak diketahui. 2 Kata Untuk Tuhan Kata mempunyai kekuatan realisasi: karena datang dari Tuhan pada awalnyasebagaimana segala sesuatu. Bangsa-bangsa kuno dan sampai batas tertentu manusia modern pula mengenal kekuatan magis dari kata, yang dapat direalisasikan dalam pengaruh-pengaruh dari rahmat dan kutukan, salam dan perintah: mengucapkan kata itu dapat menyembuhkan sekaligus menyakiti. Itu sebabnya rumusan salam amat penting, Al Qur’an memerintahkan orang mukmin untuk menyalami satu sama lain.Selain salam ada Tashliyah;dapat menguatkan nilai suatu permohonan atau menuntun pada pengampunan dosa-dosa. Kutukan, sumpah, janji, Istighfar, suara adzan, baru kemudian Shalat, Doa, pujian, Zikir merupakan bahasa-bahasa yang bersumber dari Allah dan untukNyapun diucapkan. 11 G. Van Leeuw 1956,Phanomenologie der Religion, § 85 dalam Rahasia Wajah Suci Ilahi hal. 184, yang mengacu dalam konteks ini pada perkataan Paul Tillich ‘Hanya apa yang pada hakikatnya tersembunyi, dan tidak dapat dicapai oleh pengetahuan apapun, diberikan melalui wahyu.’ 15 3 Kitab Suci; yakni Al Qur’an yang berisi kisah-kisah umat dan Nabi terdahulu, peringatan, Tauhid, perintah dan larangan, hukum-hukum dan lain sebagainya berupa rumusan petunjuk bagi kehidupan manusia. Membaca, belajar dan mengajarkannya lalu mengamalkannya adalah pahala yang besar di sisi Allah SWT. e. Individu dan Masyarakat. 1 Manusia; fenomena yang paling nyata di alam ini adalah adanya manusia, sebagai hamba abd; yang menyembah, sebagai khalifah; wakil Tuhan di bumi yang bertugas memakmurkan Bumi dan isinya supaya bisa mempertanggungjawabkan tugasnya kelak di akhirat, sebagai insanunnhathiq yang diberi kelebihan-kelebihan tertentu dibandingkan mahluk lainnya terutama akal. Dari segi penciptaannya, manusia diciptakan dari debu dan selanjutnya menjadi ‘alaq QS 96:1. Sebagaimanaan yang dapat dipahami dari kisah penciptaan, manusia itu terdiri dari badan dan jiwa. Ruh dan Nafs sangat penting sebagai aspek-aspek ruhaniah sejati yang membuat manusia tetap berhubungan dengan realitas-realitas yang lebih tinggi, tetapi badan sangat diperlukan bagi kehidupan ini. Organ-organ tubuh yang dimilki manusia sangat sempurna dan memilki keistimewaan-keistimewaan tersendiri, mulai dari rambut, kepala,jenggot,kuku,nafas,keringat,darah,kaki, tangan dan sebagainya, semua memilki nilai kesucian dan faedah yang bervariatif. Manusia ada yang laki-laki dan perempuan, memilki peran dan tanggungjawab masing-masing. 2 Masyarakat; Masyarakat Islam yang ideal, menurut Louis Massignon dan sebagai pengikutnya Louis Gardet, adalah ‘suatu teokrasi egaliter dari para anggota awam.’Komunitas kaum beriman sangat penting dalam pemikiran Muslim normatif, sehingga timbullah keengganan sebagai Muslim terhadap minat Barat pada tokoh-tokoh eksotik seperti para sufi dan yang semacamnya, sebab mereka tidak mewakili norma-norma dan cita-cita dari umat sebab ummat dibangun sesuai dengan visi Nabi yang merupakan hasil dari Ilham Ilahi 16 mengenai masyarakat yang sempurna. Kehidupan yang baik,’kehidupan seorang Muslim yang akan membawanya menuju kebahagiaan di dunia dan di Akhirat, harus ditata hingga rincian yang paling kecil sesuai dengan aturan- aturan wahyu sebagaimana yang ditafsirkan oleh ahli-ahli yang kompeten. Al-Qur’an menggambarkan komunitas Muslim sebagai Ummatan wustha QS 2: 143, yaitu komunitas tengah, segolongan manusia yang mengambil jalan tengah antara kedua ekstrem, sebagaimana Nabi sering tampil sebagai tokoh yang menghindari legalisme yang kaku dan keras dari Musa dan kelembutan yang berlebihan dari Isa. Landasan utama terbentuknya masyarakat Muslim adalah sunnah Nabi SAW yang banyak memberikan gambaran bahwa muslim yang satu dengan yang lain adalah satu jiwa, karenanya mereka berkewajiban untuk mendukung satu sama lain di jalan keselamatan dengan memerintahkan kebaikan dan melarang kejahatan, amr bi al-ma’ruf wa nahyi an al-munkar. f. Tuhan dan CiptaanNya, Eskatologi; Schimmel dalam konsep ini menjelaskan bahwa Tuhan digambarkan sebagai wajib al-wujub,’Dia yang eksistensi-Nya mutlak wajib’ dan yang kepadaNya segala sesuatu bergantung. Tuhan adalah Prima causa, dan tidak ada penyebab sekunder. Peristiwa-peristiwa di dalam dunia ciptaan merupakan pengaruh dari keterlibatan langsung sang pencipta:apapun yang terjadi bukan akibat dari kausalitas melainkan karena sunnat Allah. g. Cara Pendekatan terhadap Islam; adalah uraian pamungkas dari buku ini, menegaskan perlunya pendekatan yang sesuai dan obyektif terhadap Islam. Untuk menegaskan eksistensi kebenaran ajarannya.

5. Memahami Islam Secara Fenomenologis menurut Schimmel