PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ELASTISITAS DAN HUKUM HOOKE

(1)

Desmaria Kristin S.

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ELASTISITAS

DAN HUKUM HOOKE Oleh

Desmaria Kristin S.

Berdasarkan penelitian pendahuluan yang telah dilakukan di SMA Negeri 1 Natar, siswa sudah memiliki media pembelajaran mandiri berupa modul. Namun, modul yang dimiliki hanya memuat materi dan soal-soal latihan yang berbasis KTSP dan belum berbasis inkuiri terbimbing. Untuk menindaklanjuti permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian pengembangan dengan tujuan, yaitu menghasilkan produk berupa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi Elastisitas dan hukum Hooke dan mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan menggunakan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi Elastisitas dan hukum Hooke. Penelitian

pengembangan ini mengacu pada metode penelitian pengembangan menurut Sugiono. Tahap-tahap metode penelitian pengembangan yang dilakukan, yaitu: potensi dan masalah, mengumpulkan informasi, desain produk, validasi desain, revisi desain, uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk, dan produksi. Hasil uji coba produk menyatakan bahwa modul yang


(2)

Desmaria Kristin S. materi fisika. Pada tahap uji coba pemakaian, dilakukan uji kemenarikan,

kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan produk. Hasil uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan menunjukkan bahwa modul memiliki tingkat kemenarikan sangat baik dengan skor 3,32, tingkat kemudahan sangat baik

dengan skor 3,43, dan tingkat kemanfaatan sangat baik dengan skor 3,42. Hasil uji keefektifan produk memperoleh rata-rata gain sebesar 0,69. Skor tersebut telah mencapai rata-rata skor 0,3 < g 0,7 yang termasuk dalam klasifikasi Gain Ternormalisasi sedang. Jadi, dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi Elastisitas dan hukum Hooke dapat digunakan sebagai media pembelajaran yang menarik, mudah digunakan, bermanfaat, dan efektif.


(3)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ELASTISITAS

DAN HUKUM HOOKE

Oleh

DESMARIA KRISTIN S.

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI ELASTISITAS

DAN HUKUM HOOKE

(Skripsi)

Oleh

Desmaria Kristin S.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Pengaruh Gaya (F) terhadap Perubahan Panjang Pegas ( ) ... 21

2.2 Susunan Seri Pegas ... 23

2.3 Susunan Paralel Pegas ... 23

2.4 Susunan Seri Paralel Pegas ... 24

3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan ... 28

3.2 Desain Penelitian One-Shot Case Study ... 34


(6)

(7)

(8)

ix MOTTO

Ora et Labora. Bekerjalah dan berdoa

(Santo Benediktus)


(9)

(10)

x

PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:

1. Tuhan Yesus Pemberi pertolongan terhebat dan tanpa batas. Setiap langkah yang dilalui tiada daya dan upaya kecuali hanya dengan Pertolongan-Mu. 2. Teristimewa, Bapak dan Mama yang selalu memperjuangkan masa depan,

yang telah lama menantikan keberhasilan penulis, yang tak pernah lupa menyebut nama penulis dalam setiap doa, yang tak pernah lelah

memperhatikan, dan yang selalu mendukung penulis. Semoga Tuhan membalas semua pengorbananmu.

3. Debora, Amos, Defferson, dan Deo yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa kepada penulis.

4. Keluarga besar penulis, yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilan penulis.

5. Teman-teman seperjuangan, terima kasih atas do’a, dukungan dan persahabatan tercinta.


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 01 September 1993, sebagai anak kedua dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs. P. Sihombing dan E. Siregar, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikan formal pada tahun 1997 di TK Swadhipa Natar. Pada tahun 1999 di SD Negeri 1 Merak Batin Natar dan lulus pada tahun 2005. Kemudian pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Natar dan lulus tahun 2008. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 1 Natar dan lulus tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa program studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri

Undangan (SNMPTN Undangan).

Pada tahun 2014, penulis melaksanakan praktik mengajar melalui Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 Gisting dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Gisting Bawah, Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus.


(12)

xi SANWACANA

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan berkat dan kasih-Nya, sehingga penelitian yang berjudul

Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke dapat terselesaikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Fisika di Universitas Lampung.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan dan dukungan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat: 1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika.

4. Bapak Drs. I Dewa Putu Nyeneng, M.Sc., selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing I atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi. 5. Bapak Dr. Chandra Ertikanto, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan, saran, dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku pembahas atas kesediaan dan keikhlasannya memberikan bimbingan dan saran untuk perbaikan skripsi.


(13)

xii 7. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah

membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung. 8. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. dan Bapak Paizin Priyatna, S.Pd., M.Pd.,

selaku evaluator uji ahli yang telah bersedia meluangkan waktunya dan memberi masukan atau saran-saran kepada penulis.

9. Bapak Drs. Suwarlan, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Natar beserta jajaran yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

10.Bapak Drs. Supriyanto, M.Pd., Guru Fisika dan murid-murid kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Natar atas bantuan dan kerjasamanya.

11.Orang tua tersayang (Bapak Drs. P. Sihombing dan E. Siregar, S.Pd.) atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tak pernah berhenti mengalir.

12.Debora, Amos, Defferson, dan Deo atas semangat, kasih sayang, dan doa yang tak pernah berhenti mengalir.

13.Ferry Kurniawan Damanik yang tidak ada habisnya selalu memotivasi, selalu menemani, banyak membantu, dan mengerti dalam setiap keadaan.

14.Sahabat seperjuangan yang selalu menemani dan saling mendukung: Praba Kurnia Dini Kalinda, Ni Wayan desi Astiti, Novinta Nurulsari, dan Bertha Dwi Utami Tauva Pabata.

15.Sahabat seperjuangan Pendidikan Fisika 2011 Kelas A: Adel, Ana, Kiki, Nisa, Isti, Inayah, Puspita, Rara, Tari, Rika, Fretty, Yulia, Ummu, Okta, Husnun, Evi, Erlina, Sondang, Rudi, Agus, Najib, Surya, Farouq, Mashuri, Hendika, Angga, dan Aziz atas kebersamaan terindah, semangat, kasih sayang dan do’a. 16.Rekan-rekan Pendidikan Fisika 2011 kelas B.


(14)

xii 17.Sahabat-sahabat KKN Desa Gisting Bawah : Wina, Dyanti, Revi, Lusi, Eka, Niken, Emi, Juned, dan Bayu atas kebersamaan yang singkat namun sangat luar biasa.

18.Adik tingkat P.Fisika angkatan 2012, 2013, dan 2014.

19.Serta semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi.

Semoga TuhanYME melimpahkan berkat dan kasih-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Mei 2015


(15)

xiv

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ...xiv

DAFTAR TABEL ...xvii

DAFTAR GAMBAR ...xviii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Ruang Lingkup Penelitian ...4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Modul ...6

1. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Modul ...8

2. Teknik Penulisan Modul...10

B. Inkuiri ...13

C. Elastisitas dan Hukum Hooke...18

1. Elastisitas ...18

2. Hukum Hooke ...20

III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ...26

B. Subjek Evaluasi Pengembangan Produk ...27


(16)

15

1. Potensi dan Masalah ...28

2. Mengumpulkan Informasi ...29

3. Desain Produk ...29

4. Validasi Desain...30

5. Revisi Desain...31

6. Uji Coba Produk ...31

7. Revisi Produk ...31

8. Uji Coba Pemakaian ...31

9. Revisi Produk ...32

10. Produksi Massal...32

D. Teknik Pengumpulan Data ...32

1. Metode Observasi ...33

2. Metode Angket ...33

3. Metode Tes Khusus ...33

E. Teknik Analisis Data ...34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengembangan...38

B. Pembahasan...49

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Observasi Sarana dan Prasarana SMA Negeri 1 Natar ... 59

2. Kisi-Kisi Angket Analisis Kebutuhan Guru dan Siswa ... 60

3. Angket Analisis Kebutuhan Guru ... 63

4. Angket Analisis Kebutuhan Siswa... 65

5. Hasil Analisis Angket Kebutuhan Guru... 67


(17)

16

7. Silabus ... 70

8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... 72

9. Kisi-Kisi Angket Uji Ahli Desain dan Materi... 79

10. Angket Uji Ahli Desain... 83

11. Hasil Analisis Angket Uji Ahli Desain ... 87

12. Angket Uji Ahli Materi ... 90

13. Hasil Analisis Angket Uji Ahli Materi... 93

14. Kisi-Kisi Angket Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ... 96

15. Angket Uji Satu Lawan Satu...100

16. Hasil Analisis Angket Uji Satu Lawan Satu ...102

17. Angket Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan Produk ...104

18. Hasil Analisis Uji Kemenarikan, Kemudahan, dan Kemanfaatan ...108

19. Soalpre-testdanpostest...111

20. Data Hasil Uji Keefektifan Produk ...130

21. Produk Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke ...132


(18)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan pembelajaran di kelas tidak bisa dilepaskan dari adanya media pembelajaran. Kurang lengkapnya media pembelajaran di sekolah dapat

menghambat kegiatan pembelajaran. Keadaan tersebut akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu bentuk media pembelajaran yang mendukung proses pembelajaran mandiri adalah modul. Modul merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana dalam proses pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam pembelajaran melainkan memberikan

bimbingan, namun terdapat beberapa kendala penerapan inkuiri terbimbing dalam pembelajaran, diantaranya persiapan yang diperlukan harus lebih matang, waktu pembelajaran harus lebih panjang, dan bahan ajar yang memfasilitasi

pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing masih terbatas. Kendala tersebut dapat diatasi dengan melakukan pembelajaran di luar jam sekolah. Pembelajaran dapat


(19)

2

dilakukan secara mandiri oleh siswa dengan menerapkan kemampuan inkuiri menggunakan media pembelajaran yang tepat. Salah satu media pembelajaran yang tepat untuk digunakan siswa secara mandiri adalah modul berbasis inkuiri terbimbing.

Berdasarkan hasil observasi di kelas XI IPA2 SMA Negeri 1 Natar, sudah tersedia media pembelajaran mandiri yang dimiliki siswa, yaitu modul, namun modul yang dimiliki hanya memuat materi dan soal-soal latihan yang berbasis KTSP. Modul seperti ini kurang dapat digunakan siswa sebagai media belajar mandiri, karena dipandang siswa kurang menarik. Selain itu, siswa tidak dituntun untuk mencari dan menemukan sendiri suatu konsep materi yang dipelajari melainkan hanya menerima penjelasan materi dari guru, maka pengembangan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing sangat membantu siswa dalam melakukan

pembelajaran secara mandiri.

Hasil analisis angket kebutuhan siswa XI IPA2 di SMA Negeri 1 Natar

menunjukkan bahwa rata-rata skor persentase menjawab “Ya” dalam menyetujui dilakukannya pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis inkuri

terbimbing adalah 72.25%, maka telah dikembangkan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing.

Modul berbasis inkuiri terbimbing adalah modul yang di dalamnya meliputi materi serta penugasan yang memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu konsep berdasarkan suatu permasalahan. Oleh karena itu, untuk memfasilitasi

pembelajaran secara mandiri dan membantu siswa memecahkan suatu


(20)

3

ilmiah maka telah dilakukan penelitian “Pengembangan Modul Pembelajaran Fisika Berbasis Inkuiri Terbimbing pada Materi Elastisitas dan Hukum Hooke”. Produk yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu media belajar alternatif yang dapat membantu kegiatan pembelajaran fisika di SMA Negeri 1 Natar.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagaimana produk modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke?

2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dalam menggunakan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke?

3. Bagaimana keefektifan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian pengembangan ini adalah untuk:

1. Menghasilkan produk berupa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke.


(21)

4

2. Mendeskripsikan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dalam menggunakan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke.

3. Mendeskripsikan keefektifan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Menghasilkan bahan ajar alternatif yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

2. Menghasilkan media belajar yang memfasilitasi pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing.

3. Menghasilkan media belajar mandiri bagi siswa yang dapat digunakan untuk memahami materi elastisitas dan hukum Hooke dan evaluasi secara mandiri.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini mencapai tujuan sebagaimana telah dirumuskan, maka ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada:

1. Pengembangan dalam penelitian ini adalah pembuatan modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing.

2. Modul pembelajaran merupakan bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan


(22)

5

3. Model pembelajaran inkuiri yang digunakan dalam penelitian pengembangan ini adalah inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana dalam proses

pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam

pembelajaran melainkan memberikan bimbingan. Langkah-langkah inkuiri terbimbing yang digunakan adalah: (1) menyajikan pertanyaan atau masalah; (2) membuat hipotesis; (3) merancang percobaan; (4) melakukan percobaan untuk mengumpulkan informasi; (5) mengumpulkan dan menganalisis data; dan (6) membuat kesimpulan. Modul pembelajaran berbasis inkuiri adalah modul yang di dalamnya meliputi materi serta penugasan yang memfasilitasi siswa untuk menemukan suatu konsep berdasarkan suatu permasalahan. 4. Uji coba produk penelitian pengembangan dilakukan pada siswa kelas XI


(23)

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Modul

Guru sangat membutuhkan media pembelajaran yang dapat mempermudah penyampaian materi, memberikan informasi yang menarik, dan menyenangkan sehingga meningkatkan minat dan motivasi siswa. Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis. Salah satunya adalah modul. Pengertian modul menurut Winkel (2009: 472) adalah:

Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional). Pengertian modul menurut Suprawoto (2009: 2) adalah:

Modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan

pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.

Pengertian modul menurut Nasution (2008: 205) adalah:

Modul dapat dirumuskan sebagai suatu unit yang lengkap yang berdiri sendiri atau suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu siswa mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara khusus dan jelas.

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan


(24)

7

menarik yang mencakup isi materi, metode, dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai indikator yang telah ditetapkan.

Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa. Modul memiliki karakteristik. Karateristik modul menurut Anwar (2010: 1) adalah:

1. Self instructional, siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain.

2. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat di dalam satu modul utuh.

3. Stand alone, modul yang dikembangkan tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.

4. Adaptif, modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.

5. User friendly, modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat atau akrab dengan pemakainya.

6. Konsistensi, konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.

Berdasarkan pendapat Anwar (2010: 1), dapat diketahui bahwa sebuah modul dapat mengembangkan pola pikir siswa dengan pembelajaran mandiri pada seluruh materi yang tercakup dalam modul tersebut, modul tersebut juga harus menarik dan beradaptasi pada ilmu dan teknologi sehingga siswa dapat merasa nyaman dalam menggunakan modul tersebut untuk belajar secara mandiri tanpa menggunakan media-media lain.

Sebuah modul harus memenuhi kriteria modul yang baik, seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2012: 156), dalam sebuah modul minimal berisi tentang:


(25)

8

1. Tujuan yang harus dicapai, yang biasanya dirumuskan dalam bentuk perilaku yang spesifik sehingga keberhasilannya dapat diukur;

2. Petunjuk penggunaan yakni petunjuk bagaimana siswa belajar modul; 3. Kegiatan belajar, berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa; 4. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran.

5. Tugas dan latihan;

6. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk mempelajari untuk memperdalam dan memperkaya wawasan;

7. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran;

8. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa dalam memepelajari modul;

9. Kunci jawaban.

Berdasarkan pendapat Sanjaya (2012: 156) dapat diketahui bahwa sebuah modul yang baik harus mencakup tujuan dan indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa, petunjuk penggunaan pembelajaran pada modul, materi pembelajaran, rangkuman atau garis besar materi pembelajaran, tugas dan latihan sebagai

evaluasi pembelajaran, soal-soal untuk mengevaluasi tingkat penguasaan materi pembelajaran, dan kunci jawaban agar siswa dapat membuktikan secara langsung jawaban terhadap soal-soal yang telah dikerjakan.

1. Fungsi, Tujuan, dan Manfaat Modul

Penyusunan modul memiliki peranan penting dalam pembelajaran. Peranan penting ini meliputi fungsi, tujuan, dan manfaat modul. Modul memiliki fungsi, seperti yang diungkapkan oleh Prastowo (2011: 107-108), yaitu: “(1) Bahan ajar mandiri untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk belajar sendiri tanpa tergantung pada kehadiran pendidik; (2) Pengganti fungsi pendidik; (3) Sebagai alat evaluasi. Dengan modul, peserta didik dituntut untuk dapat mengukur dan menilai sendiri tingkat penguasaannya terhadap materi yang telah dipelajari, dan;


(26)

9

(4) Sebagai bahan rujukan bagi peserta didik. Modul mengandung berbagai materi yang harus dipelajari oleh peserta didik.”

Berdasarkan keempat fungsi di atas, diharapkan siswa dapat memperolehnya. Tidak hanya dijadikan sebagai bahan mandiri, modul juga dapat digunakan sebagai alat bantu guru atau pengganti guru, sebagai alat evaluasi hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi yang tersedia dalam modul.

Tujuan utama modul menurut Mulyasa (2003: 44) adalah:

Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guru dalam mencapai tujuan secara optimal.

Modul yang disusun dengan baik dapat memberikan banyak keuntungan atau manfaat bagi siswa, seperti yang diungkapkan oleh Nasution (2008: 206), yaitu:

a. Modul memberikan feedback yang banyak dan segera sehingga siswa dapat mengetahui taraf hasil belajarnya. Kesalahan dapat segera diperbaiki dan tidak dibiarkan begitu saja.

b. Dengan penguasaan tuntas, sepenuhnya ia memperoleh dasar yang lebih mantap untuk menghadapi pelajaran baru.

c. Modul disusun secara jelas, spesifik dan dapat dicapai oleh siswa. Dengan tujuan yang jelas peserta didik dapat terarah untuk mencapai dengan segera.

d. Pembelajaran yang membimbing siswa untuk mencapai sukses melalui langkah-langkah yang teratur tentu akan menimbulkan motivasi yang kuat untuk berusaha segiat-giatnya.

e. Modul bersifat fleksibel, yang dapat disesuaikan dengan perbedaan siswa antara lain mengenai kecepatan belajar, cara belajar, bahan pengajaran, dan lain-lain.

Berdasarkan pendapat Nasution (2008: 206) dan Mulyasa (2003: 44) di atas, dapat disimpulkan bahwa modul merupakan bahan ajar mandiri yang memiliki manfaat yang dapat memberikan latihan dan evaluasi sebagai alat yang dapat mengukur kemampuan siswa dan kesalahannya dapat langsung diperbaiki, tersusun atas


(27)

10

materi yang menuntun siswa untuk penguasaan tuntas sesuai dengan kecepatan belajar serta dapat meningkatkan efetivitas pembelajaran di sekolah.

2. Teknik Penulisan Modul

Pembuatan modul yang inovatif dibutuhkan cara penyusunan yang dapat mengembangkan modul menjadi menarik dan menyenangkan sehingga

memotivasi siswa untuk belajar dan menumbuhkan minat siswa. Hal awal yang harus diketahui dan dipahami dalam membuat suatu modul adalah struktur dan kerangka modul. Sebaiknya dalam pengembangan modul dipilih struktur atau kerangka yang sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Contoh teknik penulisan modul menurut Abdurrahman (2012: 12) adalah:

Penyusunan kerangka modul sebaiknya memilih struktur dan kerangka yang sederhana dan yang paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi yang ada. Kerangka modul umumnya tersusun sebagai berikut.

Kata Pengantar Daftar Isi

Tinjauan Umum Modul Glosarium/Daftar Istilah I. PENDAHULUAN

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar 2. Deskripsi

3. Waktu 4. Prasyarat

5. Petunjuk Penggunaan Modul 6. Tujuan Akhir

II.ISI MODUL (MODUL PEMBELAJARAN 1-N) 1. Tujuan

2. Uraian Materi 3. Latihan/Tugas 4. Rangkuman 5. Tes formatif

6. Kunci jawaban tes formatif 7. Umpan balik dan tindak lanjut


(28)

11

8. Lembar kerja praktik (jika ada) Daftar Pustaka

Berdasarkan pendapat di atas, kerangka modul dapat dideskripsikan sebagai berikut:

a. Kata pengantar yang memuat informasi tentang peran modul dalam proses pembelajaran.

b. Daftar isi yang memuat kerangka modul dan dilengkapi dengan nomor halaman.

c. Tinjauan umum modul yang menunjukkan kedudukan modul dalam keseluruhan program pembelajaran.

d. Glosarium yang memuat penjelasan tentang arti dari setiap istilah, kata-kata sulit dan asing yang digunakan dan disusun menurut urutan abjad.

e. Pendahuluan yang memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar yang akan dipelajari pada modul. Namun karena modul yang akan dikembangkan akan berbasis Scientific Approach yang salah satunya adalah inkuiri maka tidak lagi memuat standar kompetensi melainkan kompetensi inti. Pada pendahuluan ini juga mendeskripsikan tentang ruang lingkup isi modul, jumlah waktu yang dibutuhkan untuk menguasai kompetensi yang menjadi target belajar, petunjuk penggunaan modul, terdapat tujuan akhir yang hendak dicapai siswa setelah menyelasaikan pembelajaran menggunakan modul, dan berisi tentang

pertanyaan yang akan mengukur penguasaan awal kompetensi siswa terhadap kompetensi yang akan dipelajari pada modul ini.


(29)

12

f. Pembelajaran, pada bagian pembelajaran mencakup sebagi berikut: 1) Tujuan yang memuat kemampuan yang harus dikuasai siswa dalam

pembelajaran menggunakan modul.

2) Uraian materi yang berisi tentang uraian pengetahuan/konsep/prinsip tentang kompetensi yang sedang dipelajari.

3) Tugas atau latihan yang berisi tentang tugas yang bertujuan untuk penguatan pemahaman terhadap materi yang dipelajari. Setiap tugas yang diberikan perlu dilengkapi dengan lembar tugas, instrumen observasi, atau bentuk instrumen lain dengan bentuk tugas.

4) Rangkuman yang berisi ringkasan pengetahuan/konsep/prinsip yang terdapat pada uraian materi.

5) Tes formatif yang berisi tentang tes tertulis sebagai bahan pengecekan bagi siswa dan guru untuk mengetahui sejauh mana penguasaan hasil belajar yang telah dicapai.

6) Lembar kerja praktik yang berisi petunjuk atau prosedur percobaan suatu kegiatan praktikum yang harus dilakukan siswa dalam rangka penguasaan kemampuan psikomotorik. Isi lembar kerja antara lain: alat dan bahan yang digunakan, petunjuk tentang keamanan/keselamatan kerja yang harus diperhatikan, langkah kerja, dan gambar kerja (jika diperlukan) sesuai dengan tujuan yang akan dicapai.

7) Kunci tes formatif yang berisi jawaban pertanyaan dari tes yang diberikan pada setiap kegiatan pembelajaran dan evaluasi pencapaian kompetensi, dilengkapi dengan kriteria penilaian pada setiap item tes.


(30)

13

8) Umpan balik dan tindak lanjut yang berisi informasi kegiatan yang harus dilakukan peserta didik berdasarkan hasil tes formatifnya. Peserta didik diberi petunjuk seperti: ia berhasil dengan baik yaitu mencapai tingkat penguasaan 80% dalam tes formatif yang lalu, atau mengulang kembali kegiatan belajar tersebut bila masih di bawah 80% dari skor maksimum. g. Daftar pustaka yang memuat semua referensi/pustaka yang digunakan sebagai

acuan pada saat penyusunan modul.

B. Inkuiri

Inkuiri berasal dari kata inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Pengertian inkuiri menurut Ibrahim (2010: 1) adalah:

Inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis.

Inkuiri sebenarnya merupakan prosedur yang biasa dilakukan oleh ilmuwan dan orang dewasa yang memiliki motivasi tinggi dalam upaya memahami fenomena alam, memperjelas pemahaman, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan utama dari pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa keingintahuan mereka. Siswa memegang peranan yang sangat dominan dalam proses pembelajaran.


(31)

14

Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan model pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010: 4), yaitu:

1. Berorientasi pada pengembangan intelektual 2. Prinsip interaksi

3. Prinsip bertanya

4. Prinsip belajar untuk berpikir 5. Prinsip keterbukaan

Berdasarkan pendapat Prambudi (2010: 4), dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inkuiri siswa harus dapat berorientasi pada pengembangan intelektual, berinteraksi dengan siswa dan guru, bertanya, berpikir kritis, dan terbuka.

Melalui pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, siswa belajar sains sekaligus juga belajar model sains. Proses inkuiri memberikan kesempatan kepada siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif, siswa dilatih bagaimana memecahkan masalah sekaligus membuat

keputusan. Peran guru di dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri lebih sebagai pemberi bimbingan jika diperlukan oleh siswa.

Dalam proses inkuiri, siswa dituntut untuk bertanggung jawab penuh terhadap proses belajarnya, sehingga guru harus menyesuaikan diri dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa, sehingga tidak mengganggu proses belajar siswa. Langkah-langkah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri menurut Ibrahim (2010: 5) adalah:

1) Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam 2) Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi 3) Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban

4) Mengumpulkan data terkait dengan pertanyaan yang diajukan 5) Merumuskan kesimpulan berdasarkan data


(32)

15

Langkah-langkah pembelajaran inkuiri menurut Prambudi (2010: 4) adalah: 1) Orientasi

2) Merumuskan masalah 3) Merumuskan hipotesis 4) Mengumpulkan data 5) Menguji hipotesis

6) Merumuskan kesimpulan

Berdasarkan pendapat Ibrahim (2010: 5) dan Prambudi (2010: 4), dapat disimpulkan bahwa pembelajaran inkuiri dapat dimulai dengan memberikan pertanyaan dan cara bagaimana menjawab pertanyaan tersebut. Melalui

pertanyaan tersebut siswa dilatih melakukan observasi, menentukan prediksi, dan menarik kesimpulan. Kegiatan seperti ini dapat melatih siswa membuka

pikirannya sehingga mampu membuat hubungan antara kejadian, objek atau kondisi dengan kehidupan nyata.

Inkuiri juga memiliki macam-macam model pembelajaran. Beberapa macam model pembelajaran inkuiri yang dikemukakan oleh Runika (2009: 1) adalah:

1) Guided Inquiry 2) Modified Inquiry 3) Free Inquiry

4) Inquiry Role Approach 5) Invitation Into Inquiry 6) Pictorial Riddle 7) Synectics Lesson 8) Value Clarification

Berdasakan pendapat Runika (2009: 1), dapat disimpulkan bahwa terdapat 8 macam model pembelajaran inkuiri, dan dalam penelitian pengembangan ini model pembelajaran inkuiri yang akan digunakan adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided Inquiry).


(33)

16

Pengertian inkuiri terbimbing menurut Dwi Purwanti (2013: 7) adalah: Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana dalam proses

pembelajarannya siswa dituntut aktif dalam melakukan pembelajaran, namun pada prosesnya guru tidak melepas begitu saja aktivitas siswa dalam pembelajaran melainkan memberikan bimbingan.

Berdasarkan pendapat Dwi Purwanti (2013: 7), dapat disimpulkan bahwa inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran dimana guru membimbing siswa agar siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran di kelas.

Suasana kelas yang nyaman merupakan hal yang penting dalam pembelajaran inkuiri karena pertanyaan-pertanyaan harus berasal dari siswa agar proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Peran guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah untuk memonitor pertanyaan siswa untuk mencegah agar proses inkuiri tidak sama dengan pertanyaan tebakan. Pertanyaan harus dapat dijawab dengan “Ya” atau “Tidak” dan harus diucapkan dengan suatu cara siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut dengan melakukan pengamatan. Pertanyaan harus disusun dengan sedemikian rupa sehingga tidak mengakibatkan guru memberikan jawaban pertanyaan tersebut, tetapi mengarahkan siswa agar menemukan jawaban atas pertanyaan itu sendiri.

Tahapan pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Trianto (2010) yaitu: 1) Menyajikan pertanyaan atau masalah

2) Membuat hipotesis 3) Merancang percobaan

4) Melakukan percobaan untuk mengumpulkan informasi 5) Mengumpulkan dan menganalisis data

6) Membuat kesimpulan .


(34)

17

Berdasarkan pendapat Trianto (2010), dapat disimpulkan bahwa terdapat 6 langkah inkuiri terbimbing, yaitu menyajikan pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan kepada siswa, membuat hipotesis berdasarkan pada permasalahan yang ada, merancang percobaan untuk membuktikan kebenaran hipotesis,

melakukan percobaan untuk mengumpulkan informasi, mengumpulkan dan menganalisis data yang telah diperoleh dari percobaan, dan membuat kesimpulan.

Inkuiri terbimbing memiliki keunggulan menurut Roestiyah (2008: 18), yaitu: 1) Dapat membentuk dan mengembangkan “Self-Concept” pada diri

siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide yang lebih baik.

2) Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses belajar yang baru.

3) Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur, dan terbuka.

4) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

5) Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 6) Memberi kebebasan pada siswa untuk belajar sendiri

7) Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya sehingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Sedangkan kelamahan dari model pembelajaran inkuiri terbimbing antara lain: 1) Guru harus tepat memilih masalah yang akan dikemukakan untuk

membatu siswa menemukan konsep.

2) Guru dituntut menyesuaikan diri terhadap gaya belajar siswa-siswanya. 3) Guru sebagai fasilitator diupayakan kreatif dalam mengembangkan

pertanyaan-pertanyaan.

Berdasarkan pendapat Roestiyah (2008: 18), inkuiri terbimbing memiliki banyak keunggulan, namun inkuiri terbimbing juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat diatasi dengan guru mengajukan pertanyaan yang dapat mendorong siswa agar mengajukan hipotesis, menggunakan permainan bervariasi yang dapat mengasah otak dan kemampuan


(35)

18

siswa, dan memberi kesempatan pada siswa untuk memberikan pendapat-pendapat mereka.

C. Elastisitas dan Hukum Hooke

1. Elastisitas

Jika sebuah pegas diberi gaya tarik, pegas akan mengalami perubahan bentuk yaitu bertambah panjang. Ketika tarikan pada pegas dilepaskan, pegas akan kembali ke bentuk semula. Hal ini merupakan salah satu fenomena elastisitas benda. Pengertian elastisitas menurut Kangingan (2013: 226) adalah:

Kemampuan suatu benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu dihilangkan (dibebaskan).

Berdasarkan pendapat Kangingan (2013: 226), elastisitas adalah yang diberi gaya akan mengalami perubahan bentuk dan ukuran, namun setelah gaya dilepaskan maka benda tersebut akan kembali ke keadaan semula. Pegas merupakan salah satu contoh benda elastis. Contoh lainnya adalah karet gelang, balon, panah, dan lain-lain.

Beberapa benda seperti tanah liat, adonan kue, dan plastisin (lilin mainan) tidak segera kembali ke bentuk semula setelah gaya luar dibebaskan. Benda-benda seperti itu disebut benda tak elastis atau benda plastis. Pemberian gaya tekan (pemampatan) dan gaya tarik (penarikan) bisa mengubah bentuk suatu benda tegar, seperti yang diungkapkan oleh Kangingan (2013: 226), yaitu:

Pemberian gaya tekan (pemampatan) dan gaya tarik (penarikan) bisa mengubah bentuk suatu benda tegar. Jika sebuah benda tegar diubah bentuknya (dideformasi) sedikit, benda segera kembali ke bentuk awalnya ketika gaya tekan atau gaya tarik ditiadakan. Jika benda tegar diubah


(36)

19

bentuknya melalui batas elastisnya, benda tidak akan kembali ke bentuk awalnya ketika gaya ditiadakan, melainkan akan berubah bentuk secara permanen. Bahkan jika perubahan bentuknya jauh melebihi batas elastisnya, benda akan patah.

Berdasarkan pendapat Kangingan (2013: 226), dapat disimpulkan bahwa benda plastis akan mengalami perubahan bentuk jika diberi gaya, dan akan kembali ke bentuk semula jika gaya yang diberikan sedikit, namun benda plastis tidak akan kembali ke keadaan semula setelah gaya ditiadakan jika gaya yang diberikan melebihi batas elastisnya.

a) Tegangan

Pengertian tegangan menurut Kangingan (2013: 227) adalah:

Seutas kawat dengan luas penampang mengalami suatu gaya tarik pada ujung-ujungnya. Akibat gaya tarik tersebut, kawat mengalami tegangan tarik . Dengan persamaan:

atau tegangan =

Berdasarkan pendapat Kangingan (2013: 227), dapat disimpulkan bahwa tegangan tarik yang dialami kawat didefinisikan sebagai hasil bagi antara gaya tarik (F) yang dialami kawat dengan luas penampangnya (A). tegangan adalah besaran skalar yang memiliki satuan N/m2 atau Pascal (Pa).

b) Regangan

Pengertian regangan menurut Kangingan (2013: 227) adalah:

Gaya tarik yang dikerjakan pada kawat berusaha meregangkan kawat hingga panjang kawat semula bertambah sebesar Dengan persamaan:

atau regangan =


(37)

20

Berdasarkan pendapat Kangingan (2013: 227), dapat disimpulkan bahwa regangan didefinisikan sebagai hasil bagi antara pertambahan panjang ( dengan panjang awal (L). Karena pertambahan panjang dan panjang awal adalah besaran yang sama maka regangan tidak memiliki satuan atau dimensi.

c) Modulus Elastis

Pengertian modulus elastis menurut Kangingan (2013: 230) adalah:

Perbandingan antara tegangan dengan regangan adalah konstan. Konstanta ini disebut modulus elastis. Dengan persamaan:

atau modulus elastis =

Berdasarkan pendapat Kangingan (2013: 230), dapat disimpulkan bahwa modulus elastis suatu bahan dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara tegangan dan regangan yang dialami bahan. Modulus elastis hanya bergantung hanya pada jenis zat dan tidak pada ukuran dan bentuknya.

2. Hukum Hooke

Hukum Hooke merupakan hukum atau ketentuan mengenai gaya dalam bidang ilmu fisika yang terjadi karena sifat elastisitas dari sebuah pegas. Penjelasan mengenai Hukum Hooke menurut Palupi, dkk (2009: 68), yaitu:

Suatu benda yang dikenai gaya akan mengalami perubahan bentuk (volume dan ukuran). Misalnya suatu pegas akan bertambah panjang dari ukuran semula, apabila dikenai gaya sampai batas tertentu.

Berdasarkan pendapat Palupi, dkk (2009: 68), dapat disimpulkan bahwa akan terjadi perubahan bentuk dalam volume dan ukuran pada suatu benda jika benda


(38)

21

tersebut diberi gaya sampai batas tertentu. Hal tersebut dapat terjadi karena sifat elastisitas pada sebuah pegas.

Jika sebuah pegas ditarik dengan gaya tertentu, maka panjangnya akan berubah. Semakin besar gaya tarik yang bekerja, semakin besar pula pertambahan panjang pegas tersebut. Ketika gaya tarik dihilangkan, pegas akan kembali ke keadaan semula.

Gambar. 2.1 Pengaruh Gaya (F) terhadap Perubahan Panjang Pegas ( ). Sumber: Palupi, dkk (2009: 68)

Pemberian gaya sebesar F akan mengakibatkan pegas bertambah panjang sebesar ( ). Besar gaya F berbanding lurus dengan ( ) .

Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa jika sebuah pegas ditarik dengan gaya sebesar F, maka pegas tersebut akan mengalami pertambahan panjang sebesar ( ). Semakin besar gaya yang diberikan F, maka pertambahan panjang ( ) akan semakin besar pula. Maka hubungan keduanya adalah

berbanding lurus.

Jika beberapa pegas ditarik dengan gaya yang sama, pertambahan panjang setiap pegas akan berbeda. Perbedaan ini disebabkan oleh karakteristik setiap pegas.


(39)

22

Karakteristik suatu pegas dinyatakan dengan konstanta pegas (k). Hukum Hooke menyatakan bahwa jika pada sebuah pegas bekerja sebuah gaya (F), maka pegas tersebut akan mengalami pertambahan panjang ( ) sebanding dengan besar gaya yang bekerja padanya. Secara matematis, hubungan antara besar gaya yang

bekerja dengan pertambahan panjang pegas dapat dituliskan sebagai berikut.

Keterangan:

F = gaya yang bekerja (N) k = konstanta pegas (N/m)

x = pertambahan panjang pegas (m)

Persamaan di atas dapat dinyatakan dengan kata-kata sebagai berikut. “Jika gaya tarik tidak melampaui batas elastisitas pegas, maka pertambahan panjang pegas berbanding lurus (sebanding) dengan gaya tariknya”. Pernyataan tersebut dikemukakan pertama kali oleh Robert Hooke, seorang arsitek yang ditugaskan untuk membangun kembali gedung-gedung di London yang mengalami kebakaran pada tahun 1666. Oleh karena itu, pernyataan di atas dikenal sebagai bunyi

Hukum Hooke.

Berdasarkan kutipan tersebut dapat diketahui bahwa konstanta pegas

menunjukkan perbandingan antara gaya (F) dengan pertambahan panjang ( ). Selama gaya tidak melampaui titik patah maka besarnya gaya sebanding dengan perubahan panjang pegas. Semakin besar gaya yang dilakukan untuk


(40)

23

meregangkan pegas, semakin besar pula gaya yang dikerahkan pegas. Semakin besar kita menekan pegas, semakin besar gaya yang dilakukan oleh pegas.

Susunan seri pegas, paralel pegas, dan seri paralel pegas menurut Kangingan (2013: 238) adalah:

Beberapa buah pegas dapat disusun seri, paralel, atau gabungan keduanya. Susunan pegas ini dapat diganti dengan sebuah pegas pengganti.

a) Susunan Seri Pegas

Gambar 2.2 Susunan Seri Pegas. Sumber: Kangingan (2013: 238) b) Susunan Paralel Pegas


(41)

24

Gambar 2.3 Susunan Paralel Pegas. Sumber: Kangingan (2013: 240)

c) Susunan Seri Paralel Pegas

Gambar 2.4 Susunan Seri Paralel Pegas. Sumber: Kangingan (2013: 241)

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa:

a) Untuk susunan seri pegas, jika tiga buah pegas masing-masing dengan

tetapan gaya k1, k2, dan k3 yang disusun seri pada gambar 2.4 (a) dapat diganti dengan sebuah pegas yang memiliki tetapan gaya ks pada gambar 2.4 (b). Untuk mencari ks dapat menggunakan persamaan:


(42)

25

Gaya tarik yang dialami tiap pegas sama besar dan gaya tarik ini sama dengan gaya tarik yang dialami pegas pengganti. Misalkan gaya tarik yang dialami tiap pegas adalah F1, F2, dan F3, maka gaya tarik pada pegas pengganti adalah F.

b) Untuk susunan paralel pegas, jika tiga buah pegas disusun secara paralel pada gambar 2.5 (a), gaya tarik pada pegas pengganti F pada gambar 2.4 (b) sama dengan total gaya tarik pada tiap pegas (F1, F2, dan F3), atau dapat menggunakan persamaan:

F = F1 + F2 + F3

Pertambahan panjang tiap pegas sama dengan pertambahan panjang pegas pengganti.

c) Untuk susunan seri paralel pegas, jika sebuah beban digantuk pada pegas k3, pegas tersebut akan bertambah panjang. Ketika sebuah pegas yang teridiri dari k1 = k2 = k3 = k. Ketiga pegas tersebut diganti dengan sebuah pegas pengganti dengan tetapan gaya kt. kt sama dengan k1 paralel k2 dan diserikan dengan k3.


(43)

26

III. METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan (Research and

Development). Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk berupa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke. Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan

pembelajaran pada siswa kelas XI IPA2 di SMA Negeri 1 Natar.

Desain pengembangan ini mengacu pada model pengembangan Sugiyono (2009: 407-431). Model ini dipilih karena langkah-langkah pengembangannya sesuai dengan garis besar penelitian pengembangan yang telah dilakukan. Media pembelajaran yang dikembangkan adalah modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing. Pada tahap pengembangan, sebelum modul ini diuji cobakan ke siswa, modul divalidasi ahli terlebih dahulu. Validasi ahli terdiri dari validasi desain dan validasi materi yang dilakukan oleh ahli materi dan ahli desain. Uji coba produk dilakukan terhadap tiga orang siswa untuk mengetahui kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan modul. Apabila ada saran perbaikan dari uji coba prosuk dilakukan revisi. Uji coba pemakaian dilakukan terhadap siswa kelas XI IPA2 untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan, kemanfaatan, dan keefektifan modul.


(44)

27

B. Subjek Evaluasi Pengembangan Produk

Subjek evaluasi pengembangan produk pada penelitian pengembangan ini, yaitu: 1. Uji ahli bidang isi/materi yaitu untuk mengevaluasi isi materi pada modul

yang dilakukan oleh ahli bidang isi/materi yaitu seseorang yang memiliki latar belakang Ilmu Fisika.

2. Uji ahli desain dilakukan oleh seorang ahli teknologi pendidikan untuk mengevaluasi desain modul.

3. Uji satu lawan satu yaitu diambil sampel penelitian tiga orang siswa SMA Negeri 1 Natar yang dapat mewakili populasi target yang memiliki

kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.

4. Uji lapangan yaitu diambil sampel penelitian satu kelas siswa SMA kelas XI IPA2 dimana sampel diambil dari semua anggota populasi.

C. Prosedur Pengembangan

Prosedur pengembangan dilaksanakan mengacu pada model penelitian dan pengembangan Sugiyono (2009: 407-431). Langkah-langkah penelitian dan pengembangan modul pembelajaran dapat dilihat pada gambar berikut:


(45)

28

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian Pengembangan. Sumber: Sugiyono (2009: 409)

Berdasarkan gambar di atas, dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Potensi dan Masalah

Penelitian dapat dilakukan dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah (Sugiyono, 409). Dari potensi tersebut maka akan terdapat masalah. Pada penelitian ini terdapat suatu potensi yaitu siswa kelas XI IPA2 di SMA Negeri 1 Natar sudah memiliki modul pembelajaran, namun modul yang dimiliki hanya memuat materi dan soal-soal latihan yang berbasis KTSP. Modul seperti ini kurang dapat

digunakan siswa sebagai media belajar mandiri, karena dipandang siswa kurang menarik. Selain itu, siswa tidak dituntun untuk mencari dan menemukan sendiri suatu konsep materi yang dipelajari melainkan hanya menerima penjelasan materi dari guru. Maka potensi tersebut menimbulkan suatu masalah, yaitu siswa kelas


(46)

29

XI IPA 2 di SMA Negeri 1 Natar belum memiliki modul yang berbasis inkuiri terbimbing.

2. Mengumpulkan Informasi

Pada tahap ini, perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut. Pengumpulan data dilakukan dengan kajian pustaka dari berbagai buku atau jurnal berkenaan dengan modul pembelajaran yang akan dikembangkan.

3. Desain Produk

Pada tahap ini dilakukan spesifikasi desain produk terlebih dahulu. Langkah-langkah spesifikasi desain produk adalah sebagai berikut:

a. Menentukan materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan; b. Merumuskan tujuan pembelajaran;

c. Menentukan format pengembangan modul.

Setelah melakukan spesifikasi desain produk maka dilanjutkan dengan desain produk. Tahap desain produk ini dilakukan pembuatan modul pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke. Modul berbasis inkuiri yang akan dikembangkan akan menyajikan materi elastisitas dan hukum Hooke dengan basis inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing memiliki 6 tahap, yaitu: (1) orientasi; (2) merumuskan masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan data; (5) menganalisis data; (6) menyimpulkan. Sebelum penyajian materi, modul menyajikan fenomena terkait materi sebagai orientasi,


(47)

30

lalu disajikan rumusan masalah. Untuk menentukan hipotesis, terdapat sajian materi secara singkat sehingga siswa dapat menemukan hipotesis, lalu disajikan materi secara lengkap pada tahap mengumpulkan data dimana siswa dapat menjawab rumusan masalah tersebut. Pada tahap menganalisis data, disajikan latihan yang hampir sama dengan fenomena pada orientasi. Pada akhir penyajian materi disajikan kesimpulan.

4. Validasi Desain

Setiap produk yang sudah selesai dikembangkan akan divalidasi. Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan produk yang

dikembangkan akan lebih efektif dari yang sudah atau tidak (Sugiyono: 414). Validasi ini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Validasi desain yang terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran akan dilakukan oleh tim ahli yang terdiri dari ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran. Uji ahli isi/materi pembelajaran dilakukan oleh seorang guru fisika di SMA Negeri 1 Natar untuk mengevaluasi isi/materi pembelajaran elastisitas dan hukum Hooke. Uji ahli desain dilakukan oleh seorang ahli teknologi pendidikan untuk mengevaluasi desain produk yang telah dikembangkan. Setelah dilakukan validasi desain maka produk yang telah dikembangkan akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli desain dan ahli isi/materi pembelajaran.


(48)

31

5. Revisi Desain

Setelah melakukan validasi desain yang terdiri dari uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran terhadap produk maka dilakukan revisi atau perbaikan sesuai dengan saran yang diberikan.

6. Uji Coba Produk

Dalam penelitian pengembangan, sebuah produk yang telah dikembangkan

memerlukan kegiatan uji coba secara bertahap dan berkesinambungan. Pada tahap ini, dilakukan uji satu lawan satu dengan tujuan untuk melihat kesesuaian media dalam pembelajaran sebelum tahap uji coba media pada uji lapangan atau uji coba pemakaian. Uji satu lawan satu dilakukan oleh tiga orang siswa SMA Negeri 1 Natar yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Pada tahap ini, siswa menggunakan produk secara mandiri lalu diberikan angket untuk menyatakan apakah produk sudah menarik, mudah digunakan, dan membantu siswa dalam proses pembelajaran dengan pilihan jawaban “Ya” dan “Tidak”.

7. Revisi Produk

Setelah dilakukan uji satu lawan satu maka perlu dilakukan revisi atau perbaikan. Produk akan direvisi sesuai dengan jawaban tidak pada tahap uji satu lawan satu.

8. Uji Coba Pemakaian

Uji coba pemakaian atau uji lapangan merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif yang dilakukan. Uji lapangan dilakukan kepada satu kelas sampel, yaitu sebanyak 40 orang siswa. Uji lapangan bertujuan untuk mengetahui tingkat


(49)

32

kemenarikan, kemudahan dalam menggunakan produk, kemanfaatan produk, dan keefektifan produk. Siswa diberikan pre-test sebelum memulai pembelajaran, lalu siswa melakukan pembelajaran dengan menggunakan media berupa modul dan setelah pembelajaran siswa diberikan post-test, kemudian siswa diminta untuk mengisi angket kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk. Hasil uji lapangan akan dianalisis untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan produk.

9. Revisi Produk

Hasil uji lapangan yang telah dilakukan dijadikan sebagai bahan revisi atau perbaikan dan penyempurnaan produk yang dikembangkan.

10.Produksi Masal

Setelah dilakukan revisi atau perbaikan dari uji lapangan maka dihasilkan produk akhir, kemudian dilakukan tahap selanjutnya yaitu produksi. Produk akhir yang dihasilkan berupa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian pengembangan ini digunakan tiga macam metode pengumpulan data. Ketiga metode tersebut yaitu:


(50)

33

1. Metode Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan untuk menginventaris sumber belajar dan sumber daya sekolah, seperti ketersediaan sumber belajar, laboratorium, dan perpustakaan sekolah.

2. Metode Angket

Instrumen yang digunakan pada metode ini adalah angket yang digunakan untuk menganalisis kebutuhan guru dan siswa dalam menggunakan media pembelajaran fisika. Angket diberikan kepada guru fisika dan siswa SMA Negeri 1 Natar untuk mengetahui kebutuhan media pembelajaran fisika. Selain itu, pada penelitian pengembangan ini juga digunakan angket uji ahli dan angket respon pengguna. Angket uji ahli digunakan untuk digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data kelayakan produk sebagai media pembelajaran. Sedangkan instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk.

3. Metode Tes Khusus

Metode tes khusus digunakan untuk mengetahui tingkat efektivitas produk yang dihasilkan sebagai media pembelajaran. Pada tahap ini, produk digunakan sebagai sumber belajar, pengguna (siswa) diambil sampel penelitian satu kelas siswa, dimana sampel diambil menggunakan teknik Sampling Jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Desain penelitian yang digunakan adalah One-Shot Case Study. Gambar desain yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.1.


(51)

34

Gambar 3.2 Desain Penelitian One-Shot Case Study Keterangan: X = Treatment, penggunaan modul pembelajaran

O = Hasil belajar siswa Sumber: Borg and Gall (2003: 385)

Tes khusus ini dilakukan oleh satu kelas sampel siswa kelas XI IPA 2 SMA Negeri 1 Natar, siswa diberikan pre-test sebelum memulai pembelajaran. Setelah itu siswa melakukan proses pembelajaran menggunakan modul sebagai media pembelajaran, selanjutnya siswa tersebut diberi soal post-test. Hasil pre-test dan post-test dianalisis untuk mengetahui tingkat keefektifan penggunaan modul.

E. Teknik Analisis Data

Setelah memperoleh data, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Data hasil angket analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa

digunakan untuk menyusun latar belakang. Data kesesuaian desain dan isi/materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli desain dan ahli isi/materi

pembelajaran melalui uji validasi desain. Data yang diperoleh dari hasil validasi tersebut digunakan untuk mengetahui kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran.

Instrumen angket penilaian uji ahli desain dan uji ahli isi/materi pembelajaran

memiliki 2 pilihan jawaban, yaitu: “Ya” dan “Tidak”. Setiap pilihan jawaban

mengartikan tentang kelayakan produk menurut ahli. Revisi dilakukan pada


(52)

35 konten pertanyaan yang diberi pilihan jawaban “Tidak”, atau para ahli

memberikan masukan secara khusus terhadap produk.

Analisis data berdasarkan instrumen uji satu lawan satu dilakukan untuk

mengetahui respon dari siswa terhadap media yang sudah dibuat. Pada instrumen angket untuk memperoleh data kemenarikan produk memiliki 4 pilihan jawaban

yang sesuai dengan konten pertanyaan, yaitu: “tidak menarik”, “cukup menarik”, “menarik”, dan “sangat menarik”. Pada instrumen angket untuk memperoleh data kemudahan produk memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu: “tidak mudah”, “cukup mudah”, “mudah”, dan “sangat mudah”. Dan untuk memperoleh data

kemanfaatan produk juga memiliki 4 pilihan jawaban, yaitu: “tidak bermanfaat”, “cukup bermanfaat”, “bermanfaat”, dan “sangat bermanfaat”. Masing-masing pilihan jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh kemudian dibagi dengan jumlah total skor, selanjutnya hasilnya

dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Skor penilaian dari tiap pilihan jawaban ini dapat dilihat dalam tabel 3.1.

Tabel 3.1 Skor Penilaian terhadap Pilihan Jawaban.

Pilihan Jawaban Skor

Uji Kemenarikan Uji Kemudahan Uji Kemanfaatan

Sangat Menarik Sangat Mudah Sangat Bermanfaat 4 Menarik Mudah Bermanfaat 3 Cukup Manarik Cukup Mudah Cukup Bermanfaat 2 Tidak Menarik Tidak Mudah Tidak Bermanfaat 1


(53)

36

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas. Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009:227) Data hasil pre-test dan post-test digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas media. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis pre-test dan post-test adalah uji N Gain. Rumus Gain Ternormalisasi (Normalized Gain) = N.G, yaitu:

Hasil perhitungan Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake dalam Noer (2010: 105) seperti yang terdapat dalam Tabel 3.3.


(54)

37

Tabel 3.3 Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g 0,7 Sedang

g Rendah

Sumber: Hake dalam Noer (2010: 105)

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji N Gain, produk

pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran apabila 70% nilai hasil perhitungan Gain mencapai rata-rata skor 0,3 < g 0,7 yang termasuk dalam klasifikasi Gain Ternormalisasi sedang maka produk dianggap berhasil.


(55)

55

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan produk berupa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke. 2. Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi

elastisitas dan hukum Hooke memiliki tingkat kemenarikan sangat baik dengan skor 3,32, tingkat kemudahan sangat baik dengan skor 3,43, dan tingkat kemanfaatan sangat baik dengan skor 3,42.

3. Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke dinyatakan efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami materi elastisitas dan hukum Hooke berdasarkan perolehan data melalui

perhitungan Gain Ternormalisasi, sehingga diperoleh rata-rata gain sebesar 0,69. Skor tersebut telah mencapai rata-rata skor 0,3 < g 0,7 yang

termasuk dalam klasifikasi Gain Ternormalisasi sedang.


(56)

56

B.Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru disarankan untuk mengurangi keterlibatannya dalam aktivitas pembelajaran, melainkan siswa yang terlibat aktif dalam aktivitas pembelajaran.

2. Guru disarankan untuk menyajikan lebih dari satu fenomena terkait materi pembelajaran yang terdapat pada tahap orientasi, karena hal tersebut akan memancing siswa untuk berpikir kritis.

3. Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke yang telah dikembangkan perlu diujicobakan pada skala yang lebih luas yaitu pada kelas-kelas lain.


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012. “Panduan Penyusunan Modul Bagi Pengembangan Profesional”. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Bandung: Direktori UPI.

Arum, Resita Fitria. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan Tema Belajar Mikroskop yang Mudah dan Menyenangkan untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP/Mt.

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/2556/66/335. Diakses pada 4 Maret 2015.

Borg, D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2003. Educational Research and Introduction. Boston: Pearson Education, Inc.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: model Pembelajaran Inkuiri. Online. http://fisika21.wordpress.com. Diakses pada17 November 2014.

Kangingan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Erlangga. Luthfiyani, Inas Gunawan. 2014. Pengembangan LKS pada Pembelajaran IPA

Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Tema “Pengaruh Suhu terhadap

Kehidupan” untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas

VII SMP Negeri 1 Wates.

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/7044/66/888. Diakses pada 4 Maret 2015.

Mulyasa, Enco. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan mengajar. Jakarta: Bumi aksara.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. (Disertasi). UPI: Tidak diterbitkan.


(58)

Palupi, Dwi Satya, Suharyanto, Karyono. 2009. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Prambudi, Shoim. 2010. Strategi Pembelajaran Inkuiri. Online.

http://shoimprambudi.wordpress.com/. Diakses pada 17 November 2014. Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovasi:

Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.

Purwanti, Dwi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya. (Skripsi). UPI: Tidak diterbitkan.

Ratna, Askarita Fitriani. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan Tema Garputala untuk Mengingkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP/Mts.

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3101/66/523. Diakses pada 4 Maret 2015.

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Runika, Sahrul. 2009. Macam-Macam Model Pembelajaran Inkuiri. Online.

http://sahrulgmail.blogspot.com. Diakses pada 16 November 2014. Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suprawoto. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. Online. http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan

Ajar-dengan-Menyusun-Modul. Diakses 22 November 2014.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.


(1)

Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian dicari rata-ratanya dari sejumlah sampel uji coba dan dikonversikan ke pernyataan penilaian untuk menentukan kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan produk yang dihasilkan berdasarkan pendapat pengguna. Pengkonversian skor dapat dilihat dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Konversi Skor Penilaian Menjadi Pernyataan Nilai Kualitas. Skor Penilaian Rerata Skor Klasifikasi

4 3,26 - 4,00 Sangat Baik 3 2,51 – 3,25 Baik

2 1,76 – 2,50 Kurang Baik 1 1,01 – 1,75 Tidak Baik

Sumber: Suyanto dan Sartinem (2009:227)

Data hasil pre-test dan post-test digunakan untuk mengukur tingkat efektivitas media. Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis pre-test dan post-test adalah uji N Gain. Rumus Gain Ternormalisasi (Normalized Gain) = N.G, yaitu:

Hasil perhitungan Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake dalam Noer (2010: 105) seperti yang terdapat dalam Tabel 3.3.


(2)

37 Tabel 3.3 Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain Interpretasi

g > 0,7 Tinggi

0,3 < g 0,7 Sedang

g Rendah

Sumber: Hake dalam Noer (2010: 105)

Setelah dilakukan analisis dengan menggunakan uji N Gain, produk

pengembangan layak dan efektif digunakan sebagai media pembelajaran apabila 70% nilai hasil perhitungan Gain mencapai rata-rata skor 0,3 < g 0,7 yang termasuk dalam klasifikasi Gain Ternormalisasi sedang maka produk dianggap berhasil.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Simpulan penelitian pengembangan ini adalah:

1. Penelitian ini menghasilkan produk berupa modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke. 2. Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi

elastisitas dan hukum Hooke memiliki tingkat kemenarikan sangat baik dengan skor 3,32, tingkat kemudahan sangat baik dengan skor 3,43, dan tingkat kemanfaatan sangat baik dengan skor 3,42.

3. Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke dinyatakan efektif untuk digunakan sebagai media pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk memahami materi elastisitas dan hukum Hooke berdasarkan perolehan data melalui

perhitungan Gain Ternormalisasi, sehingga diperoleh rata-rata gain sebesar 0,69. Skor tersebut telah mencapai rata-rata skor 0,3 < g 0,7 yang

termasuk dalam klasifikasi Gain Ternormalisasi sedang.


(4)

56 B.Saran

Saran penelitian pengembangan ini adalah:

1. Guru disarankan untuk mengurangi keterlibatannya dalam aktivitas pembelajaran, melainkan siswa yang terlibat aktif dalam aktivitas pembelajaran.

2. Guru disarankan untuk menyajikan lebih dari satu fenomena terkait materi pembelajaran yang terdapat pada tahap orientasi, karena hal tersebut akan memancing siswa untuk berpikir kritis.

3. Modul pembelajaran fisika berbasis inkuiri terbimbing pada materi elastisitas dan hukum Hooke yang telah dikembangkan perlu diujicobakan pada skala yang lebih luas yaitu pada kelas-kelas lain.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2012. “Panduan Penyusunan Modul Bagi Pengembangan Profesional”. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Bandung: Direktori UPI.

Arum, Resita Fitria. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan Tema Belajar Mikroskop yang Mudah dan Menyenangkan untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP/Mt.

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/2556/66/335. Diakses pada 4 Maret 2015.

Borg, D. Walter, Joyce P. Gall and Meredith D. Gall. 2003. Educational Research and Introduction. Boston: Pearson Education, Inc.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia.

Ibrahim, Muslimin. 2010. Fenomena Fisika: model Pembelajaran Inkuiri. Online. http://fisika21.wordpress.com. Diakses pada17 November 2014.

Kangingan, Marthen. 2013. Fisika untuk SMA/MA Kelas X. Cimahi: Erlangga. Luthfiyani, Inas Gunawan. 2014. Pengembangan LKS pada Pembelajaran IPA

Berbasis Inkuiri Terbimbing dengan Tema “Pengaruh Suhu terhadap

Kehidupan” untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas

VII SMP Negeri 1 Wates.

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/7044/66/888. Diakses pada 4 Maret 2015.

Mulyasa, Enco. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, dan Implementasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan mengajar. Jakarta: Bumi aksara.

Noer, Sri Hastuti. 2010. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif, dan Reflektif (K2R) Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. (Disertasi). UPI: Tidak diterbitkan.


(6)

Palupi, Dwi Satya, Suharyanto, Karyono. 2009. Fisika untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Prambudi, Shoim. 2010. Strategi Pembelajaran Inkuiri. Online.

http://shoimprambudi.wordpress.com/. Diakses pada 17 November 2014. Prastowo, Andi. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovasi:

Menciptakan Metode Pembelajaran yang Menarik dan Menyenangkan. Yogyakarta: Diva Press.

Purwanti, Dwi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA Materi Gaya. (Skripsi). UPI: Tidak diterbitkan.

Ratna, Askarita Fitriani. 2013. Pengembangan Modul IPA Terpadu Berbasis Pendekatan Inkuiri Terbimbing dengan Tema Garputala untuk Mengingkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SMP/Mts.

http://journal.student.uny.ac.id/jurnal/artikel/3101/66/523. Diakses pada 4 Maret 2015.

Roestiyah, N. K. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Runika, Sahrul. 2009. Macam-Macam Model Pembelajaran Inkuiri. Online.

http://sahrulgmail.blogspot.com. Diakses pada 16 November 2014. Sanjaya, Wina. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suprawoto. 2009. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. Online. http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan

Ajar-dengan-Menyusun-Modul. Diakses 22 November 2014.

Suyanto, Eko dan Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandar Lampung: Unila.

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.