JAMINAN PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN OLEH PEMERINTAH DAERAH (STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN WAY KANAN)

Anita Vuspasari

ABSTRAK
JAMINAN PEMENUHAN HAK ATAS PENDIDIKAN OLEH
PEMERINTAH DAERAH
(STUDI PADA PEMERINTAH KABUPATEN WAY KANAN)
Oleh
ANITA VUSPASARI
Dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara pembangunan pendidikan
merupakan wahana untuk mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan warga
negara. Secara filosofis tanggung jawab pendidikan melekat pada keluarga,
masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks rumah tangga negara pendidikan
merupakan hak setiap warga negara, maka didalamnya mengandung makna
bahwa negara berkewajiban memberikan layanan pendidikan kepada warga
negaranya. Karena itu pengelolaan sistem pembangunan pendidikan harus
didesain dan dilaksanakan secara bermutu, efektif dan efisien. Pelayanan
pendidikan harus berorientasi pada upaya peningkatan akses pelayanan yang
seluas-luasnya bagi warga masyarakat. Dalam konteks inilah Pemerintah
Kabupaten Way Kanan memiliki kewajiban dan tugas dalam memberikan
pelayanan pembaangunan pendidikan bagi warganya sebagai hak warga yang
harus dipenuhi dalam pelayanan pemerintahan. Sebagai wujud dari konstitusi

Negara Pasal 31 UUD 1945 adanya jaminan hak atas pendidikan, dan dalam
konteks dari UU No 32 Tahun 2004 pelaksanaan otonomi daerah sehingga
konsekuensi penerapannnya atas desentralisasi di bidang pendidikan. Untuk
menyelenggarakan urusan tersebut Pemerintah Kabupaten Way Kanan dengan
pedoman pada UU No. 20 Tahun 2003 (Sisdiknas) dan Peraturan Bupati Nomor
17 Tahun 2011 tentang Proram Wajib Belajar 12 tahun.
Penelitian ini mengunakan pendekatan Yuridis Normatif dan Yuridis Empris,
yaitu pendekatan dengan cara mengkaji dan menganalisis peraturan perundangundangan, peraturan dan kewajiban yang berlaku, dan pendekatan dengan cara
mengadakan penelitian lapangan.
Hasil Penelitian ini bahwa : Pemerintah Kabupaten Way Kanan telah membuat
kebijakan dalam kaitannya dengan pemenuhan hak atas pendidikan untuk
masyarakatnya yaitu dengan adanya Pendidikan Gratis 12 tahun membawa
dampak yang besar terhadap masyarakat Kabupaten Way Kanan, dimana
berkurangnya anak yang putus sekolah, yang mana Pemerintah Kabupaten Way
Kanan telah memberikan pelayanan pada masyarakat dalam bidang pendidikan
khususnya, berkaitan dengan kebijakan pendidikan gratis masih ada tingkat satuan
pendidikan yang masih tidak sinkron dengan kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah dalam pembuat kebijakan, misalnya masih ada pungutan dari pihak

Anita Vuspasari

sekolah dalam pemenuhan hak atas pendidikan, sehingga belum menunjukkan
peran pemerintah sebagaimana mestinya.
Dari penelitian ini disimpulkan bahwa Jaminan pemenuhan hak atas pendidikan
oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Way Kanan diseleggarakan dengan sistem
otonomi atas desentralisasi pendidikan, kemudian untuk meningkatkan
pembangunan pendidikan dilakukan dengan pembuatan kebijakan dan
melaksanakan peran pemerintah dalam rangka pembangunan manusia yang
berilmu, berpengetahuan, membangun teknolpgi serta berdaya saing yang
berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sebagaimana yang termasuk dalam amanat konstitusi.

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
LEMBAR PENGESAHAN
MOTTO
PERSEMBAHAN
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR

Hal
I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................

1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup..........................................................

9

C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 10
D. Kegunaan Penulisan ................................................................................ 10
E. Kerangka Teoretis dan Konseptual ......................................................... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Hak dan Hak Asasi Manusia .................................................................. 16
B. Pendidikan dan Desentralisasi Pendidikan ............................................. 25
C. Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Pendidikan ........................ 38


III. METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Masalah................................................................................ 46
B. Sumber Data............................................................................................ 46
C. Metode Pengumpulan dan Pengolahan Data .......................................... 48
D. Analisis Data ........................................................................................... 49

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Kabupaten Way Kanan..............

50

B. Implikasi Desentralisasi Pendidikan Terhadap Jaminan Pemenuhan Hak
Atas Pendidikan oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan ..................... 60
C. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Way Kanan Terhadap Jaminan
Pemenuhan Hak Atas Pendidikan ...............................................................

73

V. PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................

86

B. Saran .......................................................................................................

87

DAFTAR PUSTAKA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu tujuan Negara sebagaimana tertera dalam alinea keempat Pembukaan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI 1945)
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mensukseskan agenda pendidikan
merupakan hal yang sangat penting karena pendidikan adalah kebutuhan pokok
manusia yang istimewa. Daoed Joesoef1 menyatakan “Pendidikan merupakan alat
yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan,

dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat
manusia”.
Sindhunata2 menerangkan bahwa pada tahun 1972 The International Comission
For Education Development dari United Nations Educational Scientific and
Culutural Organization (UNESCO) sudah mengingatkan bangsa-bangsa, jika
ingin membangun dan berusaha memperbaiki keadaan sebuah bangsa, harus
dimulai dengan pendidikan sebab pendidikan adalah kunci kemajuan bangsa.
Permasalahan pemenuhan hak pendidikan sudah dirasakan bangsa Indonesia sejak
jaman penjajahan, sehingga tatkala kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, citacita mencerdaskan kehidupan bangsa dijadikan salah satu tujuan utama dan hak

1
2

Daoed Joesoef, Pembodohan Siswa Tersistematis, Cetakan III, Jakarta, Pinus, 2009 hlm.13.
Sindhunata, Praktek Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah, Jakarta:Rineka Cipta hlm.226

2

warga negara atas pendidikan dimasukkan dalam konstitusi negara yakni UUD
1945.


Era reformasi menjadi tonggak perubahan mendasar UUDNRI 1945. UUDNRI
1945 telah mengalami empat kali perubahan melalui sidang umum Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) pada tahun 1999 hingga
Tahun 2002.3Indonesia telah memastikan adanya jaminan pemenuhan hak dasar
atas pendidikan bagi warga negaranya yang secara tegas dinyatakan dalam Pasal
28C ayat (1) UUDNRI 1945 bahwa “Setiap orang berhak mengembangkan diri
melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan
memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi
meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia” Adanya
rumusan HAM dalam UUDNRI 1945 tersebut berarti secara konstitusional hak
asasi warga Negara dan penduduk Indonesia tanpa terkecuali telah dijamin
termasuk didalamnya hak dibidang Pendidikan.4 Jaminan pemenuhan hak dasar
khusus di bidang pendidikan dalam konstitusi diatur pada Pasal 31 UUDNRI
1945, yaitu :
(1) Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.
(2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah
wajib membiayainya.
(3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional, yang meningkatkan keamanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia

3

Termasuk didalamnya memuat bab khusus tentang Hak Asasi Manusia (HAM) yang
merupakan bab baru dan sekaligus sebagai perluasan materi HAM yang telah ada
sebelumnyaPenambahan rumusan HAM serta jaminan penghormatan,perlindungan,pelaksanaan,
dan pemajuannya didalam UUDNRI 1945 bukan semata-mata karena kehendak untuk
mengakomodasi perkembangan pandangan mengenai HAM sebagai isu global, melainkan hal itu
merupakan salah satu syarat Negara hukum. Dalam secretariat jenderal MPR RI, Panduan
Pemasyarakatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Sesuai dengan
urutan Bab, Pasal dan Ayat. Jakarta, Sekretariat Jenderal MPR RI, 2007, hlm. 115
4
Satya Arinanto, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi dan Budaya, Jakarta, 2008,
hlm. 163.

3

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.
(4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua
puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari

pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan
penyelenggaraan pendidikan nasional.
(5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa dan kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia.

Amanat Pasal 31 UUDNRI 1945 tersebut ditindak lanjuti dengan Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas). Pasal
5 ayat (1) UU Sisdiknas menyatakan bahwa „Setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Kemudian Pasal 11
ayat (1) menyatakan bahwa “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan
yang bermutu setiap warga negara tanpa diskriminasi”.
Berdasarkan konstitusi tersebut di atas, sudah terlihat jelas jaminan Pemerintah
dalam pemenuhan hak pendidikan warga negara. Meskipun demikian,
implementasi di lapangan masih menunjukkan banyaknya masalah terkait dengan
pelaksanaan pemenuhan hak khususnya masalah pendidikan anak. Pembangunan
Pendidikan Nasional merupakan upaya bersama seluruh komponen pemerintah
dan masyarakat yang dilakukan secara terencana dan sistematis untuk
mewujudkan peserta didik secara aktif mengemban potensi dirinya untuk

memiliki

kekuatan

spritual

keagamaan,

pengendalian

diri,

kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Berdasarkan amanat undang-undang pendidikan
mempunyai posisi strategis untuk meningkatkan kualitas, harkat daan martabat

4


setiap warga negara sebagai bangsa yang bermartabat dan berdaulat. Dalam
konteks tersebut pendidikan harus dilihat sebagai human invesment yang
mempunyai prespektif multidimensional.5

Di Indonesia, pemberlakuan otonomi daerah yang mendesentralisasikan
kewenangan penyelenggaraan pendidikan tingkat daerah, adalah suatu era baru
dimana masing-masing daerah dapat mengembangkan pendidikannya

sesuai

keunggulan, ciri khas, dan potensi yang dimiliki. Dinas Pendidikan daerah adalah
lembaga

yang

pengorganisasian,

mempunyai
pengendalian,

tugas

untuk

monitoring

merumuskan
dan

evaluasi

perencanaan,
pengelolaan

penyelenggaraan pendidikan di daerah.

UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian diganti dengan UU No. 32 Tahun 2004
merupakan arus balik kewenangan otonomi daerah. Kewenangan otonomi
pemerintah daerah terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang diatur dalam
Pasal 13 Ayat (1) dan (2) untuk pemerintah daerah provinsi dan Pasal 14 Ayat (1)
dan Ayat (2) untuk pemerintah daerah kabupaten /kota. Urusan wajib adalah
urusan yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar warga negara, sedangkan
urusan pilihan adalah urusan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga terdapat urusan yang
bersifat concurrent yaitu urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian
atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah dan
pemerintah daerah.6

5

Yoyon Bahtiar Irianto, Kebijakan Pembaharuan Pendidikan, Jakarta, 2011, hlm. 3.
Tisnanta,Progresifitas Pembentukan Peraturan Daerah Yang Berbasis Kesejahteraan
Rakyat,2012,hlm.1

6

5

Bidang pendidikan

adalah urusan wajib pemerintah daerah yang merupakan

faktor strategis dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam UUDNRI 1945
hak atas pendidikan diatur dalam Pasal 28 C Ayat (1) dan Pasal 31. Pelaksanaan
hak atas pendidikan diatur dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (SISDIKNAS).

Pemberian kewenangan ini didasarkan pada UU No. 32 Tahun 2004 khususnya
Pasa 14 Ayat (1) huruf (f). Jika sebelumnya pendidikan menjadi tanggung jawab
pemerintah pusat, maka dengan prinsip otonomi dan desentralisasi pendidikan,
daerah

khususnya

kabupaten/kota

memiliki

kewenangan

mutlak

untuk

menyelenggarakan pendidikan. Sekalipun demikian, pada kenyataannya, masih
ada aspek-aspek tertentu kini tetap dikendalikan oleh pemerintah pusat melalui
Kementrian Pendidikan Nasional.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (UU Pemerintah Daerah), penyelenggaraan pendidikan merupakan urusan
wajib pemerintah daerah propinsi.7dan kabupaten/kota8 Ketentuan ini ditegaskan
lagi dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (PP Nomor 38 Tahun 2007). Pasal 7 Ayat
(2) PP Nomor 38 Tahun 2007 menyatakan bahwa “Pendidikan merupakan urusan
pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan
pemerintahan daerah kabupaten/kota yang berkaitan dengan pelayanan dasar”.
Kewenangan tersebut merupakan peluang yang demikian besar untuk benar-benar
7
8

Pasal 13 ayat (1) huruf f UU Pemerintah Daerah
Pasal 14 ayat (1) huruf f UU Pemerintah Daerah

6

membangun bidang pendidikan secara kontektual di era otonomi pendidikan.
Apalagi saat ini Indonesia menghadapi lima persoalan pokok yang harus
dipikirkan secara kontektual di daerah, yakni mutu pendidikan, efisiensi
pengelolaan, pemerataan, peran serta masyarakat, dan akuntabilitas pendidikan.

Pelimpahan kewenangan tersebut dalam penyelenggaraa pendidikan di daerah
merupakan pemerataan efektifitas pelaksanaan pendidikan. Pemerintah Daerah
bertanggungjawab mengelola sistem pendidikan nasional didaerahnya dan
merumuskan serta menetapkan kebijakan daerah bidang pendidikan sesuai dengan
kewenangannya. Pengelolaan pendidikan daerah terutama program wajib belajar
harus berdasarkan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan.9 bahwa
“Standar Nasional Pendidikan terdiri atas standar isi,proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan,sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala, Hal
ini dimaksudkan agar terjaminnya mutu pendidikan nasional didaerah dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Berdasarkan kenyataan tersebut diatas, dipandang perlu disusun suatu dokumen
kebijakan yang bisa memberikan pemahaman bahwa pendidikan merupakan salah
satu hak dasar anak yang bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah saja,
tetapi menjadi masalah dan tanggungjawab bersama untuk memenuhinya. Selain
itu, pemenuhan hak pendidikan anak memerlukan koordinasi dan kerjasama dari
seluruh pemangku kepentingan. Urusan pendidikan bukan sekedar memberikan
layanan kegiatan belajar mengajar serta penyediaan fasilitasnya saja, tetapi

9

Pasal 37 ayat (1) PP Nomo 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan

7

layanan yang harus berbasis pada pemenuhan hak anak yang didasarkan pada
prinsip-prinsip non-diskriminasi, kepentingan yang terbaik bagi anak, hak untuk
hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangannya; dan penghargaan terhadap
pendapat anak. Urusan pendidikan juga merupakan salah satu upaya perlindungan
anak yang bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat
hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan
dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak
mulia, dan sejahtera. Dalam menjawab tuntutan pemenuhan hak pendidikan anak
yang terdapat dalam UUD 1945, UU Perlindungan Anak dan UU Sisdiknas, telah
banyak upaya yang dilakuan oleh Pemerintah.

Upaya yang paling menonjol adalah Program Wajib Belajar yang mulai
dilaksanakan sejak tahun 1984, meskipun masih terbatas pada Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 6 Tahun. Setelah 10 tahun berjalan, Pemerintah meningkatkan
lagi cakupannya dengan program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun pada
tahun 1994, melalui Instruksi Presiden (Inpres) No.1 Tahun 1994, dan Peraturan
Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar. Wajib belajar
merupakan program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara
Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah. Program wajib
belajar memberikan pelayanan kepada seluruh masyarakat untuk memasuki
sekolah dengan biaya murah dan terjangkau.10 Pemerintah Kabupaten Waykanan
menerapkan rencana strategis di bidang pendidikan guna menjawab dinamika dan

10

Pasal 2 UU N0.5 Tahun 2011 Tentang Kebijakan Pemenuhan Hak Atas Pendidikan,Menteri
Negara Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak Republik Indonesia, hlm.10.

8

perkembangan pendidikan melalui program wajib belajar 12 tahun secara gratis
yang ditindak lanjuti dengan Peraturan Bupati Nomor 17 Tahun 2011 tentang
Program Wajib Belajar 12 Tahun.

Pemenuhan hak atas pendidikan dan peningkatan partisipasi pendidikan di daerah
dibutuhkan produk hukum daerah yang merupakan legal spirit penyelenggaraan
pemerintah daerah yang berlandaskan pada sistem otonomi yang seluasluasnya.Pasal 18 ayat (6) UUDNRI 1945 menyatakan bahwa “Pemerintah Daerah
menetapkan peraturan daerah dan peraturan lainnya untuk melaksanakan otonomi
dan tugas pembantuan. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Way Kanan belum
memiliki peraturan daerah secara khusus dalam penyelenggaran proses
pendidikan didaerah Kabupaten Way Kanan termasuk belum ada peraturan yang
jelas antara Pemerintah sebagai pembuat kebijakan di daerah dengan pembuat
kebijakan di tingkat satuan pendidikan dalam pelaksanaan pendidikan gratis 12
tahun belum ada batasan-batasan terhadap pemenuhan hak atas pendidikan bagi
masyarakat di daerah yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Way Kanan
dalam peningkatan mutu pendidikan. Dalam konteks pemenuhan hak atas
pendidikan sebagai hak asasi, terdapat empat unsur hak dalam hak atas pendidikan
yang terdiri atas;
(a) Kebebasan: Hak atas kebebasan pendidikan meliputi dua unsur yaitu
(1) setiap orang, termasuk swasta, dan non warga Negara mempunyai
kebebasan untuk mendirikan dan menjalankan institusi pendidikan.
(2) Negara memberikan kebebasan bagi orang tua dan wali untuk
memilih sekolah.
(b) Ketersediaan: Unsur ketersediaan berkaitan dengan bagaimana institusi
dan program pendidikan yang berfungsi harus tersedia dalam kuantitas
yang memadai. Fungsi ini disesuaikan dengan konteks pencapaian
pembangunan.
(c) Keteraksesan: unsur ini menegaskan bahwa pendidikan haruslah dapat di
akses oleh setiap orang tanpa diskriminasi apapun. Keteraksesan meliputi

9

tiga dimensi yaitu (1) non diskriminasi yaitu pendidikan harus dapat di
akses oleh semua pihak, terutama kelompok rentan tanpa diskriminasi ras,
agama, jenis kelamin, disable people dan sebagainya. (2) Keteraksesan
fisik yaitu pendidikan haruslah berada dalam jangkauan yang aman baik
secara geografis maupun melalui pencapaian teknologi modern.
(3) Keteraksesan ekonomi yaitu pendidikan harus terjangkau secara
ekonomi, oleh sebab itu pemerintah daerah harus secara progresif
memberlakukan pendidikan primer yang bebas biaya untuk semua.
(d) Kebersesuaian: Unsur ini menyatakan bahwa bentuk dan isi pendidikan
dapat diterima oleh peserta didik dan menyesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat dan komunitas yang dinamis serta kebutuhan murid dalam
lingkungan sosial dan budaya yang beragam.11
Berdasarkan dinamika dan perkembangan atas perubahan konstitusi di Indonesia,
khususnya yang mengatur tentang hak-hak asasi manusia terutama yang
menyangkut hak atas pendidikan warga negara, dari latar belakang tersebut dalam
penulisan tesis ini penulis tertarik untuk mengkaji secara mendalam mengenai
Jaminan Pemenuhan Hak Atas Pendidikan Oleh Pemerintah Daerah Kabupaten
Way Kanan.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

Dari uraian diatas yang menjadi pokok permasalahan adalah :
1.

Bagaimanakah

implikasi

desentralisasi

pendidikan

terhadap

jaminan

pemenuhan hak atas pendidikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Way
Kanan ?
2.

Bagaimanakah peran Pemerintah Daerah Kabupaten Way Kanan terhadap
jaminan pemenuhan hak atas pendidikan?

Penelitian ini termasuk dalam kajian hukum administrasi negara. Adapun ruang
lingkup ilmu dalam penelitian ini tentang implikasi dan peran pemerintah daerah

11

Tisnanta.Op.Cit.hlm.65

10

dalam desentralisasi pendidikan terhadap jaminan pemenuhan hak atas
pendidikan. Substansi penelitian berkaitan dengan jaminan pemenuhan hak atas
pendidikan oleh Pemerintah Daerah. Lokasi penelitian di Dinas Pendidikan
Kabupaten Way Kanan, sedangkan data yang digunakan adalah data dalam kurun waktu
tahun 2011 sampai dengan 2013.

C.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1.

Untuk mengetahui implikasi desentralisasi pendidikan terhadap jaminan
pemenuhan hak atas pendidikan oleh pemerintah daerah Kabupaten Way
Kanan.

2.

Untuk mengetahui peran pemerintah daerah Kabupaten Way Kanan terhadap
jaminan pemenuhan hak atas pendidikan.

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik untuk kepentingan
akademis maupun untuk kepentingan praktis.

1.

Kegunaan Teoritik

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan teori penulis
dan memberikan kontribusi pengembangan Ilmu Hukum Administrasi Negara
terhadap pemerintah dalam pemenuhan hak-hak atas pendidikan warga negaranya
atau masyarakat.

11

2.

Kegunaan Praktis

Selain untuk memenuhi pengetahuan hukum, penelitian ini bagi pemerintah
daerah dalam menjalankan kewenangannya dalam jaminan pemenuhan hak atas
pendidikan dalam membuat kebijakan di daerah sebagai upaya peningkatan mutu
di bidang pendidikan.

E. Kerangka Toeretis dan Konseptual

1.

Kerangka Teoretis

Adapun beberapa teori yang digunakan penulis sebagai acuan analisis untuk
permasalahan tesis ini adalah:
a.

Teori Tentang Hak Asasi Manusia

Kepentingan yang paling mendasar dari setiap warga negara adalah perlindungan
terhadap hak-haknya sebagai manusia.Oleh karena itu, hak asasi manusia (HAM)
merupakan materi inti dari naskah UUD negara modern. HAM, adalah
seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan setiap manusia
sebagai Mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah_Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh Negara, Hukum, Pemerintahan,
dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat
manusia. Artinya, yang dimaksud dengan HAM adalah hak yang melekat pada
diri setiap pribadi manusia.12

Munculnya istilah HAM sesungguhnya adalah produk sejarah. Istilah HAM pada
awalnya adalah keinginan dan tekad manusia secara universal agar mengakui dan
12

Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, PT. Bhuana Ilmu Populer, 2009
hlm. 414.

12

melindungi hak-hak dasar manusia. HAM adalah puncak konseptualisasi manusia
tentang dirinya sendiri. Karenanya gagasan HAM juga muncul dan berkembang
seiring dengan gagasan demokrasi.

13

Dalam teori hak-hak alami (natural rights),

yang dikemukakan oleh Todung Mulya Lubis berpandangan bahwa HAM adalah
hak yang dimiliki

oleh seluruh manusia pada segala waktu dan tempat

berdasarkan takdirnya sebagai manusia (human rights that belong to all human
beings at all times and in all place by virtue of being born as human being).14

b.

Teori Otonomi Daerah

Kata “otonomi” berasal dari kata atonom yang mempunyai dua pengertian.
Pertama, berdiri sendiri; dengan pemerintahan sendiri; dan daerah otonom.
Kedua, kelompok sosial yang memiliki hak dan kekuasaan menentukan arah
tindakannya sendiri. Melalui otonomi daerah diharapkan daerah akan mampu
lebih mandiri dalam menentukan seluruh kegiatannya dan pemerintah pusat
diharapkan tidak terlalu aktif mengatur daerah. Pemerintah daerah diharapkan
mampu memainkan peranannya dalam membuka peluang memajukan daerah
dengan melakukan indentifikasi potensi sumber-sumber pendapatannya dan
mampu menetapkan belanja daerah secara ekonomi yang wajar, efisien, efektif
termasuk

kemampuan

perangkat

daerah

meningkatkan

kinerja,

mempertanggungjawabkan kepada pemerintah atasannya maupun kepada publik
atau masyarakat.15

13

Satya Arinanto, Op.Cit, hlm.19.
Todung Mulya, In Search Of Human Rights:Legal Political Dilemmas Of Indonesia,s New
Order 1966-1990, Jakarta, 1993, hlm.14
15
HAW.Widjaja, Otonomi Daerah dan Daerah Otonom, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2001, hlm. 7.
14

13

c.

Teori Desentralisasi

Desentralisasi pada dasarnya dipahami sebagai pemberian sebagian kewenangan
dan urusan pemerintahan kepada daerah untuk mengurus rumah tangganya
sendiri. Pembagian urusan dan kewenangan penyelengaraan negara dan
pemerintahan itu diatur dalam peraturan dan perundangan yang memberikan
batasan kewenangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan
tetap menjungjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa. Dalam hal ini
Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan urusan pemerintahan kepada daerah
sehingga wewenang dan tanggungjawab sepenuhnya menjadi tanggungjawab
daerah, termasuk didalamnya penentuan kebijakan perencanaan, pelaksanaan
maupun yang menyangkut segi-segi pembiayaan dan aparatnya.16

Fiske (1998) sebagaimana dikutif Wasithadi

(2008), menyebutkan sekurang-

kurangya ada empat alasan rasional diterapkannya sistem desentralisasi termasuk
pendidikan, yaitu:
a. Alasan politis, seperti untuk mempertahankan stabilitas dalam rangka
memperoleh legitimasi pemerintah pusat dari masyarakat daerah, sebagai
wujud penerapan ideologi sosialis dan liassez-faire dan untuk
menumbuhkan kehidupan demokrasi.
b. Alasan sosio-kultural, yakni untuk memberdayakan masyarakat lokal.
c. Alasan teknis administratif dan paedogogis, seperti untuk memangkas
manajemen lapisan tengah agar dapat membayar gaji guru tepat waktu
atau untuk meningkatkan antusiasme guru dalam proses belajar mengajar.
d. Alasan ekonomi-finansial, seperti meningkatkan sumber daya tambahan
untuk pembiayan pendidikan dan sebagai alat pembangunan ekonomi.

16

Fasli Jalal, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Adicita Karya
Nusa,Yoqyakarta, 2001, hlm. 122.

14

2.

Konseptual

Konsep merupakan pengertian dasar tentang istilah-istilah yang digunakan dalam
penulisan ini. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam memahami dan
menafsirkan berbagai teori yang berhubungan dengan teori ini.
a.

Jaminan berasal dari kata jamin yang artinya, tanggungan, dalam konteks
penulisan tesis ini jaminan dimaknai sebagai pengakuan dan pertanggungan
atau garansi, pemenuhan atas negara terhadap hak-hak asasi warga
negaranya.17

b.

Hak adalah hukum yang dihubungkan dengan seorang manusia atau subyek
hukum dan demikian menjelma menjadi suatu kekuasaan dan suatu hak
timbul apabila hukum mulai bergerak (Prof.Mr.L.J. Van Apeldoorn).18

c.

HAM adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha
Pencipta (hak-hak bersipat kodrati oleh karenanya tidak ada kekuasaan
apapun di dunia yang dapat mencabutnya. Istilah Hak Asasi Manusia sendiri
dapat dilihat dalam beberapa produk hukum di Indonesia antara lain dalam
UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM. Dalam Pasal 1 angka 1 Hak asasi manusia disebutkan
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Kuasa dan Merupakan anugerah-Nya
yang wajib dihormati, di junjung tinggi dan dilindungi negara, hukum,
pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.

17

Poerwadarminta,Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2001
C.S.T.Kansil, Pengantar Ilmu Hukum Dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
1989, hlm.120.
18

15

d.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar

dan

proses

mengembangkan

pembelajaran

potensi

dirinya

agar
untuk

peserta
memiliki

didik

secara

kekuatan

aktif

spritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.19
e.

Pemerintah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.20 Pemerintah daerah yang
dimaksud adalah Bupati Kabupaten Way Kanan dan seperangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan.

f.

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintahan oleh
Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
atonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam
istem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945.21

g.

Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah
kepada daerah otonom dalam rangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.22

19

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 (Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003).
20
Pasal 1 angka 3 UU No 32 Tahun 2004
21
Pasal 1 angka 2 UU No 32 tahun 2004.
22
Ibid Pasal 1 (7).

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hak dan Hak Asasi Manusia

Hak secara definisi merupakan unsur normatif yang berfungsi sebagai pedoman
berprilaku, melindungi, kebebasan, kekebalan serta menjamin adanya peluang
bagi manusia dalam menjaga harkat dan martabatnya. Hak mempunyai unsurunsur sebagai berikut: pemilik hak, ruang lingkup penerapan hak dan pihak yang
bersedia dalam penerapan hak. Ketiga unsur tersebut menyatu dalam pengertian
dasar hak. Dengan demikian hak merupakan unsur normatif yang melekat pada
diri setiap manusia yang dalam penerapannya berada dalam ruang lingkup hak
persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara individu
atau dengan instansi.23

Hak telah terpatri sejak manusia lahir dan melekat pada siapa saja. Diantaranya
adalah hak kemerdekaan, hak mahluk dan harkat kemanusian, hak cinta kasih
sesama, hak indahnya keterbukaan dan kelapangan, hak bebas dari rasa takut, hak
nyawa, hak rohani, hak kesadaran, hak untuk tentram, hak untuk memberi, hak
untuk menerima, hak untuk dilindungi dan melindungai dan sebagainya.24 Kamus
Umum Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa hak adalah (1) yang benar,
(2) milik kepunyaan, (3) kewenangan (4) kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(5) kekuasaan untuk berbuat sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, dan (6) derajat
23
24

Demokrasi, HAM, Masyarakat Madani, Tim ICCE Jakarta 2003, hlm. 199.
Mansur Fagih, Panduan Pendidikan Polik Rakyat, Yoqyakarta:Insist, 1999, hlm. 17

17

atau martabat.25Pengertian yang luas tersebut mengandung prinsip bahwa hak
adalah sesuatu yang oleh sebab itu seseorang (pemegang) pemilik keabsahan
untuk menuntut sesuatu yang dianggap tidak dipenuhi atau diingkari. Seseorang
yang memegang hak atas sesuatu, maka orang tersebut dapat melakukan sesuatu
tersebut sebagaimana dikehendaki, atau sebagaimana keabsahan yang dimilikinya.
Kewajiban dasar manusia adalah seperangkat kewajiban yang apabila tidak
dilaksanakan tidak memungkinkan terlaksananya dan tegaknya hak asasi
manusia.26

Hak asasi (fundamental rights) artiya hak yang bersifat mendasar (grounded).
HAM menyatakan bahwa pada dimensi kemanusiaan manusia memiliki hak yang
bersifat mendasar. Hak yang mendasar itu melekat dengan jati diri kemanusiaan
manusia. Siapapun manusianya berhak memilki hak tersebut. Berarti, disamping
keabsahannya terjaga dalam eksitensi kemanusiaan manusia, juga terdapat
kewajiban yang sungguh-sungguh untuk bisa mengerti, memahami, dan
bertanggung jawab untuk memeliharanya.

Hak-hak asasi merupakan suatu perangkat atas asas-asas yang timbul dari nilainilai yang kemudian menjadi kaedah-kaedah yang mengatur perilaku manusia
dalam hubungan sesama manusia. Inti paham hak asasi manusia, menurut Magnis
Susesno terletak dalam kesadaran bahwa masyarakat atau umat manusia tidak
dapat dijunjung tinggi kecuali setiap manusia individual tanpa diskriminasi dan
tanpa kekecualian dihormati dalam keutuhannya.

25
26

Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2001, hlm. 174
Pasal 1 angka 2 UU No. 39 Tahun 1999 Tentang HAM

18

The cambrigde dictionary of philosophy, buku yang di edit oleh Robert Audi,
memberikan penegasan tentang hak sebagai berikut:
Rights, adveantegous positions conferred on some prosessors by law,
morals, rules, or other norms. There is no agreement on the sense in which
rigts are advantages. Will theories hold that rights favor the will of the
prosessor over the conflicting will of some other party, interst theories
maintain that rights serve to protect or promote the interest of the high
holder.27

Kemanusiaan manusia diakui sebagai konsensus universal yang justru tetap
melekat sebagai pemilik

asasi mutlak atas dasar kemanusiaan, terlepas dari

perbedaan jenis kelamin, warna kulit, status ekonomi, kewarganegaraan, agama
dan lain-lain. Inilah selanjutnya yang menghasilkan lahirnya konsep HAM.
Dengan kata lain HAM merupakan puncak konsektualisasi pemikiran manusia
tentang hakikat dirinya. Manusia adalah pengemban fitrah kemanusiaan yang
bersifat universal.28

Adapun mengenai hak-kewajiban (rights-duty), Paton menegaskan bahwa antara
keduanya terdapat beberapa relasi hukum, yang masing-masing karakteristik yang
berbeda. Menurutnya, ada 4 unsur mutlak terpenuhinya hak hukum yaitu:29
(1)
(2)
(3)
(4)

The holder of the rights;
The act of forbearance to which the right relates;
The res concerned ( the object right );
The person bound by the duty. Every rights, therefore, is a relationship
between two or more legal persons, and only legal persons can be found by
duties or be the holders of legal rights. Rights and duties are correlatives,
that is we cannot have a right without corresponding duty or a duty without a
corresponding right.

Dengan ungkapan lain, Sudikno Merto Kesumo dikutip dari bukunya Satya
Arinanto, mengatakan bahwa setiap hubungan hukum yang diciptakan oleh

27
28
29

Satya Arinanto, Dimensi-Dimensi HAM Mengurai Hak Ekonomi Sosial Budaya, hlm. 37
Ibid, hlm. 37
Ibid. hlm. 38

19

hukum selalu mempunyai dua segi yaitu satu pihak sebagai hak dan pihak lain
adalah sebagai kewajiban. Tidak ada hak tanpa kewajiban atau sebaliknya hal ini
bahwa hukum berbeda dengan hak dan kewajiban walaupun keduanya tidak dapat
dipisahkan sehingga lahirlah hak dan kewajiban.30

Hak dan kewajiban menurutnya adalah, bukanlah kumpulan peraturan atau kaedah
melainkan perimbangan kekuasaan dalam bentuk hak individual disatu pihak yang
tercermin pada kewajiban bagi pihak lain dengan kata lain Sudikno mengatakan
bahwa hak dan kewajiban merupakan perwenangan yang diberikan kepada
seseorang oleh hukum.31 Sesungguhnya istilah HAM sendiri terus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman. Hak Asasi Manusia yang selanjutnya disebut
HAM persepektif sejarahnya dapat ditarik sampai pada permulaan kisah manusia
dalam pergaulan hidup di dunia ini sejak ia sadar akan hak yang dimiliknya dan
kedudukannya sebagai subyek hukum.32 Dalam negara terdapat tanggung jawab
utama dalam pemajuan, penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan HAM,
setiap orang juga berkewajiban menghormati HAM orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sebagaimana di amanatkan
pada Pasal 28 ayat 1 UUDNRI Tahun 1945.

Hak dan kewajiban asasi merupakan Inalianable rights and duty. Untuk
menangkap pesan aktual HAM, maka langkah pertama yang harus dilakukan
adalah memahaminya secara utuh sebagai bagian dari perkembangan pemikiran
dan peradapan manusia. Tanpa penguasaan yang utuh terhadap aspek tersebut,

30
31
32

Ibid. hlm.39
Ibid. hlm.39
Kuntjoro Purbopranoto, HAM dan Pancasila, Pradya Paramita, Jakarta, 1979, hlm. 16.

20

maka kaji ulang dan rekonstruksi HAM akan mengalami hambatan fundametal
yakni keringnya napas kesejarahan dan minusnya sandaran teoritis konsektual
terhadap HAM. Itu berarti, pengembangan HAM akan berbenturan dengan aspek
terdalamnya yakni manusia itu sendiri.33

Perkembangan pemikiran HAM juga mengalami peningkatan kearah kesatu
paduan antara hak–hak ekonomi,sosial, budaya, politik, dan hukum dalam “satu
keranjang” yang disebut dengan hak untuk pembangunan (the rights to
depelopment). Inilah generasi HAM ketiga hak atas atau untuk pembangunan
mencakup persamaan hak atau kesempatan untuk maju berlaku bagi segala bangsa
dan termasuk hak setiap orang yang hidup sebagai bagian dari kehidupan bangsa
tersebut hak ini meliputi hak untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan
sekaligus menikmati hasil-hasil tersebut. Menurut G.J. Wolhhoff, hak asasi
manusia adalah sejumlah hak yang seakan-akan berakar dalam tabiat setiap
oknum pribadi manusia justru karena kemanusiaannya, yang tak dapat dicabut
oleh siapapun juga, karena bila dicabut hilang juga kemanusiaanya.34

Marbangun Hardjowirogo menuliskan hak-hak asasi manusia adalah hak yang
diperlukan manusia bagi kelangsungan hidupnya di dalam masyarakat dan hakhak itu meliputi hak ekonomi, sosial dan kultural, demikian juga hak-hak sipil dan
politik.35

33

Muladi,Hak Asasi Manusia, Semarang, 2004, hlm. 87.
G.h.Wolhhoff, Pengatar Ilmu Hukum Tata Negara RI, Jakarta, Timus Mas, 1995, hlm.124.
35
Marbangun Hardjiwirogo, Dimensi-Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara Jakarta,
hlm. 9.

34

21

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia merumuskan:
Hak asasi manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan
keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh Negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia.36

Berdasarkan uraian tentang HAM yang telah tersebut diatas, dapat disebutkan
bahwa ciri-ciri HAM sebagai berikut:37
1. Hak tidak perlu diberikan, dibeli ataupun diwarisi. HAM adalah bagian
dari manusia secara otomatis.
2. Hak asasi berlaku dan dimiliki untuk semua orang, tanpa memandang jenis
kelamin, ras, agama, etnis, pandangan politik, atau asal usul sosial, bangsa.
Semua manusia lahir dengan martabat yang sama.
3. Hak asasi manusia tidak bisa dilanggar. Tidak seorang pun mempunyai
hak untuk membatasi atau melanggar hak orang lain, orang tetap
mempunyai HAM, walaupun sebuah negara membuat hukum yang tidak
melindung atau melanggarnya.

Selanjutnya Bagir Manan membagi HAM pada beberapa kategori, yaitu: hak sipil,
hak ekonomi, hak sosial dan budaya. Hak sipil terdiri dari hak diperlakukan sama
dimuka hukum, hak bebas dari kekerasan, hak bagi kelompok anggota masyarakat
tertentu, dan hak hidup dan kehidupan. Hak politik terdiri dari hak kebebasan
berserikat dan berkumpul, hak kemerdekaan mengeluarkan pikiran dengan lisan
dan tulisan, dan hak menyampaikan pendapat dimuka umum. Hak ekonomi terdiri
dari hak jaminan sosial, hak perlindungan kerja, hak perdagangan, dan hak
pembangunan berkelanjutan. Hak sosial budaya terdiri dari hak memperoleh

36
37

Pasal 1 ayat 1 UU NO.39 tahun 1999 Tentang HAM.
TIM ICE, Demokrasi HAM UIN, Jakarta, 2003, hlm. 201

22

pendidikan, hak kekayaan intelektual, hak kesehatan, dan hak memperoleh
perumahan dan pemukiman.38

Seiring dengan otonomi daerah terjadi pengalihan kewenangan untuk menjamin
pemenuhan hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya warga dari Pemerintah Pusat
kepada Pemerintah Daerah. Oleh karenanya, kini Pemerintah Daerah secara
yuridis menanggung kewajiban untuk memenuhi HAM warga sesuai dengan
wilayah administrasinya. Khusus untuk otonomi dititik beratkan pada Pemerintah
Daerah Propinsi tidak pada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota. Kewenangan
Pemerintah daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan,
kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama serta bidang lain sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Dalam pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah
Daerah Propinsi diserahi kewenangan untuk menegakkan HAM. Dari kewenangan
politik yang ada inilah pemerintah daerah berkewajiban untuk memenuhi seluruh
hak ekonomi, sosial, dan budaya warganya tanpa memilih usia, gender, latar
belakang sosial, agama, dan pandangan politiknya.39

Pemenuhan hak atas pendidikan bagi masyarakat internasional menempati
prioritas utama dalam mengokohkan eksitensi diri sebagai manusia. Pasal 26 UU
HAM dengan tegas menyatakan :
1.

38

Setiap orang berhak mendapat pendidikan. Pendidikan harus gratis setidak –
tidaknya untuk tingkat sekolah rendah dan pendidikan dasar. Pendidikan
rendah harus diwajibkan pendididkan teknik dan jurusan secara umum harus

Bagir Manan, Pertumbuhan Dan Perkembangan Konstitusi Suatu Negara, Bandung, 1995,
hlm. 82.
39
Satya Arinanto, Op.Cit.

23

2.

3.

terbuka bagi semua orang dan pengajaran tinggi harus secara adil dapat di
aksesoleh semua orang berdasarkan kepantasan.
Pendidikan harus ditujukan kearah perkembangan pribadi yang seluas luasnya
serta memperkokoh rasa penghargaan terhadap hak-hak manusia dan
kebebasan asasi, pendidikan harus menggalakkan saling pengertian,toleransi
dan persahabatan di antara semua bangsa, kelompok ras maupun agama serta
harus mengajukaan kegiatan perserikatan bangsa-bangsa dalam memelihara
perdamaian dan.
Orang tua mempunyai hak utama utama untuk memilih jenis pendidikan yang
akan diberikan kepada anak-anak mereka.

Syed yang dikutip dari bukunya Satya Arinanto, memberikan komentar atas pasal
ini menurutnya sebagai sebuah rezim hak atas pendidikan merupakan satu
kesatuan bangunan sistem hukum ham internasional. Dalam upaya memajukan
hak atas pendidikan Negara wajib memajukan nilai-nilai HAM dalam kurikulum
pendidikan yang selaras dengan kontruk HAM universal. Ia menegaskan sebagai
berikut:40

Pasal 13 Ayat (2) ICESCR juga mengofirmasi pemerintah untuk mengambil
langkah-langkah cerdas dalam pemenuhan Hak atas pendidikan. Akses terhadap
keseluruhan jenjang pendidikan harus

menjadi perhatian untuk pemerintah,

selengkapnya Pasal 13 Ayat (2) sebagai berikut :
Negara pihak dalam kovenan ini mengakui bahwa untuk mengupayakan hak
tersebut secara penuh.
a. Pendidikan dasar harus diwajibkan dan tersedia secara cuma-cuma bagi
semua orang.
b. Pendidikan lanjutan dalam berbagai bentuknya termasuk pendidikan
teknik dan kejuruan tingkat kelanjutan pada umumnya harus tersedia dan
terbuka bagi semua orang dengan segala cara yang layak dan khususnya
melalui pengadaan pendidikan cuma-cuma secara bertahap.
c. Pendidikan tinggi juga harus tersedia bagi semua orang secara merata atas
dasar kemampuan dengan cara yang layak khususnya melalui pengadaan
pendidikan Cuma-cuma secara bertahap.
40

Ibid.

24

d. Pendidikan mendasar harus sedapat mungkin didorong atau ditingkatkan
bagi-bagi orang-orang yang belum mendapatkan atau belum
menyelesaikan pendidikan dasar mereka.
e. Pengembangan suatu sistem sekolah pada semua tingkatan harus secara
aktif diupayakan suatu sistem beasiswa yang memadai harus dibentuk dan
kondisi-kondisi materil stap pengajar harus terus menerus diperbaiki.

HAM hak atas pendidikan memberikan arti penting bagi upaya pemenuhan HAM
secara luas. Penegasan ini penting artinya bagi upaya membangun kesadaran
kolektif terhadap pemenuhan hak atas pendidikan. Hak atas pendidikan berkaitan
erat dengan hak sipil dan politik serta hak ekonomi, sosial dan budaya. Dengan
ungkapan lain Coomans dikutip dari bukunya Satya Arinanto, mengatakan bahwa
hak atas pendidikan adalah hak yang memberdayakan (empowerment rights). Hak
atas pendidikan serta efektif, memberi pengaruh langsung bagi penikmatan dan
pemenuhan hak-hak lainnya. Bagi Coomant pemenuhan terhadap hak pendidikan
adalah pemenuhan bagi jati diri dan kemartabatan manusia. Sejalan dengan itu
Manfred nowak menegaskan education is a precondition for the exercise of
human rights. Dalam kaitan itu Nowak mengingatkan kita tentang pentingnya
pendidikan dan pendidikan HAM, sebagai bagian dari HAM.41

UUDNRI tahun 1945 alinea ke 4 menegaskan bahwa salah satu tujuan
pembentukan pemerintah Negara

Indonesia adalah untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan dasar ini maka
pendidikan nasional harus dipahami sebagai bagian tak terpisahkan dari upaya
pembentukan Negara Indonesia. Pendidikan nasional merupakan elemen dasar
pembangunan

nasional

yang

mampu

kesejahteraan bagi rakya Indonesia.
41

Ibid

menghantarkan

kemartabatan

dan

25

Konsideran UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(selanjutnya UU SISDIKNAS), dengan tegas menyatakan bahwa sistem
pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,
peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk
menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal,
nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan secara
terencana, terarah, dan berkesinambungan, atas dasar inilah kebijakan
pembangunan nasional dibidang pendidikan mesti dijalankan dengan sungguhsungguh. Mengacu pada
pendidikan merupakan

ketentuan Pasal 31 Ayat (1) UUDNRI tahun 1945
hak setiap warga Negara implikasi yuridisnya adalah

lahirnya kewajiban konstitusional bagi Negara dalam hal ini pemerintah, untuk
merialisasikan kewajiban itu dengan maksimal pula.42

B. Pendidikan dan Desentralisasi Pendidikan

Sebagaimana telah dijelaskan di atas bahwa pendidikan merupakan salah satu hak
dibidang sosial budaya. Menengok sejarah peradaban manusia telah bagitu banyak
upaya untuk mewariskan pengetahuan dan keterampilan kepada generasi
berikutnya. Seiring perjalanan zaman dan semakin bertambahnya pengetahuan
dan keterampilan yang harus diwariskan kepada anak-anaknya, pada akhirnya
para orang tua semakin menunjukkan ketidaksanggupan lagi untuk mengajarkan
semua pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya kepada anak-anaknya.
Sejak saat itu, mulailah upaya-upaya pembelajaran melalui cara-cara yang tidak
formal sesuai pengetahuan dan keterampilan yang diinginkan para anaknya.

42

Ibid, hlm.162-170

26

Selanjutnya, seiring pembaharuan dan perkembangan zaman, dimana pengetahuan
dan keterampilan yang harus dipelajari bertambah dan berkembang semakin
kompleks, kemudian upaya-upaya pembelajaran tersebut mulai diformalkan
dalam bentuk yang kita kenal dengan persekolahan. Dimanapun proses
pendidikan terjadi menunjukkan bahwa pendidikan mempunyai nilai-nliai yang
hakiki tentang harkat dan martabat kemanusian. Idealnya pendidikan seharusnya
merupakan gambaran kondisi masyarakat. Seperti halnya yang pernah
diungkapkan Nicolas Hans (1948) dikutip dari bukunya Bahtiar Yoyon, bahwa
“pendidikan adalah watak sosial suatu bangsa”. Bahkan dalam kelakarnya dia
berkata : “ceritakan sekolahmu, maka akan dapat kuceritakan keadaan masyarakat
dan negaramu”.43
Pandangan tersebut menunjukkan bahwa nilai-nilai pendidikan bukan hanya
sekedar etika dalam arti “baik atau tidak baik”, namun lebih ditekankan pada
perlunya pendidikan. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi seharusnya dapat
membimbing manusia untuk mempunyai tujuan. Nilai dan tujuan pendidikan
apabila pendidikan itu sendiri dapat menciptakan sesuatu yang memberikan
manfaat bagi kehidupan masyarakat masa kini dan masa mendatang, atau bagi
kehidupan di dunia sampai kehidupan akhirat. Dalam presepektif sosial budaya,
pendidikan diharapkan dapat melahirkan insan-insan terpelajar yang mempunyai
peranan penting dalam proses transformasi sosial dalam masyarakat. Pendidikan
menjadi faktor determinan dalam mendorong percepatan mobilitas vertikal dan

43

2

Bahtiar Irianto,Yoyon, Kebijakan Pembaharuan Pedidikan, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, hlm.

27

horizontal masyarakat yang mengarah pada pembentukan konstruksi sosial baru
yang terdiri atas lapisan masyarakat.

Layanan pendidikan berlangsung pada tiga tahapan yaitu pendidikan untuk anakanak dalam lingkungan pranata keluarga, pendidikan untuk anak-anak
dilingkungan pranata persekolahan formal dan pendidikan untuk orang dewasa
dilingkungan pranata masyarakat luas dilingkungan sistem pendidikan formal.
Konsep “pranata”

seiring diidentikkan dengan konsep intsitusi. Dalam

terminologi sosiologi pendidikan disebut social institusion yang diartikan sebagai
an interalacted system of social roles and norms organized about the satisfaction
of an important social need of function.44

Hal yang paling jelas bahwa pendidikan akan melahirkan lapisan masyarakat
terdidik itu menjadi kekuatan perekat yang menentukan unit-unit sosial di dalam
masyarakat: keluarga, komunitas masyarakat, dan organisasi sosial yang
kemudian menjelma dalam bentuk organisasi besar berupa lembaga negara.
Dengan demikian, pendidikan dapat memberikan sumbangan penting pada upaya
memantapkan integrasi sosial untuk terwujudnya integrasi nasional. Di samping
itu, pendidikan juga merupakan wahana penting dan media yangg efektif untuk
mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja di
kalangan warga masyarakat. Pendidikan juga dapat menjadi instrumen untuk
memupuk dan memantapkan kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional,
dan memantapkan jati diri bangsa. Bahkan peran pendidikan menjadi lebih

44

Ibid, hlm. 4

28

penting ketika arus globalisasi semakin kuat, yang membawa pengaruh nilai-nilai
dan budaya yang sering kali bertentangan dengan nilai-nilai dan kepribadian
bangsa Indonesia. Dalam konteks, ini pendidikan dapat menjadi wahana strategis
untuk membangun kesadaran kolektif (collective conscience) sebagai warga
mengkukuhkan ikatan-ikatan sosial, dengan tetap menghargai keberagaman
budaya, ras, suku bangsa, dan agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan
nasional. Oleh karena itu pendidikan harus mampu melahirkan lulusan-lulusan
bermutu yang memiliki pengetahuan, menguasai teknologi, dan mempunyai
ketrampilan teknis yang memadai. Pendidikan juga haru