Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan Olahraga Cabang Sepakbola Di Kota Medan

(1)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN

OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

RICKY FAHREZA SYAFI’I

127024019/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN

OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Pembangunan (MSP) Program Studi Magister Studi Pembangunan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh

RICKY FAHREZA SYAFI’I

127024019/SP

PROGRAM STUDI MAGISTER STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Judul Tesis : UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN Nama Mahasiswa : Ricky Fahreza Syafi’i

Nomor Pokok : 127024019

Program Studi : Studi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si) (Drs. Agus Suriadi, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA) (Prof. Dr. Badaruddin, M.Si)


(4)

Telah diuji pada Tanggal 16 Juli 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

KETUA : Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si Anggota : Drs. Agus Suriadi, M.Si

: Husni Thamrin, S.Sos, MSP : M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP : Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA


(5)

PERNYATAAN

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN

OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Juli 2014 Penulis


(6)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pembinaan Olahraga merupakan salah satu unsur keberhasilan, juga merupakan salah satu kekuatan pembentuk pertumbuhan daerah. Pembangunan yang melibatkan upaya serta masyarakat olahraga akan mencapai keberhasilan yang lebih efektif dan lebih produktif. Menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik, baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus pembangunan daerah dengan mengangkat bidang olahraga sepak bola sebagai potensi masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah daerah Kota Medan. Tipe Penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran kondisi dan wajah sepakbola yang ada di Kota Medan dan kemudian menelaah dan menganalisis secara mendalam berkaitan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan masyarakat dibidang olahraga, khususnya sepakbola. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik wawancara mendalam menggunakan “interview guide” yakni pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan seputar partisipasi pemerintah Kota Medan dalam mendukung peningkatan kualitas olahraga, khususnya sepakbola dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas olahraga serta penerapannya dalam meningkatkan kualitas SDM. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa upaya pembinaan olahraga sepak bola yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dianggap masih belum maksimal dimana pembinaan yang dilakukan masih berfokus kepada seluruh cabang olahraga yang ada dan anggaran dana yang diberikan juga harus dibagi kepada cabang olahraga yang lain. Di samping itu sarana dan prasarana yang ada dalam pembinaan olahraga sepak bola di kota medan juga belum memenuhi standard yang sesuai. Termasuk tidak adanya kurikulum untuk standarisasi program pembinaan olahraga sepakbola.


(7)

EFFORTS OF LOCAL GOVERNMENT IN SOCCER MANAGEMENT IN THE MEDAN CITY

ABSTRACT

Sports coaching is one of the elements of success, is also one of the growth areas forming force. Development and community effort involving sports will achieve success more effective and more productive. The responsibility of the local government to continue to encourage and optimize the potential of society in the area of regional development authority in order to work well, both in the social and economic aspects of political development. In the focus of the present study, researchers will be more focused on social development as one of the focus areas of regional development by elevating the sport of soccer as a potential community that should receive close attention from the local government of Medan. This type of research is that the authors use a descriptive type of research that is intended to give an overview of the condition and the face of football in the city of Medan and then examine and analyze in depth the related efforts of what has been done by the Government of Medan in community development in the field of sports, especially football. This research was conducted using in-depth interview technique using "interview guide" the interview guide containing questions about the participation of the government of Medan in supporting quality improvement of sports, especially football and policies related to improving the quality of sport and its application in improving the quality of human resources. The results showed that the sport of soccer coaching efforts undertaken by the government of Medan considered still not up to where the coaching is done still focusing on all sports available and given budgetary funds should also be shared with other sports. In addition, the existing infrastructure in sports coaching soccer fields in the city have not meet appropriate standards. Including the lack of standardization of the curriculum for sport coaching programs.


(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirabbil’alamin penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat, hidayah dan petunjuk-Nya serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan kekuatan dan semangat kepada penulis hingga terselesainnya tesis dari perkuliahan Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara yang berjudul “UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN”.

Penulisan tesis merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa ProgramMagister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan studi.

Penyelesaian tesis ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, motivasi dan partisipasi berbagai pihak, baik secara moril dan materil yang diberikan kepada penulis untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ungkapan syukur dan terimakasih yang banyak kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTMH, MSc (CTM), SpA (K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Ketua Program Magister Studi Pembangunan SekolahPascasarjanaUniversitas Sumatera Utara


(9)

4. Bapak Dr. R. Hamdani Harahap, M.Si selaku Pembimbing I yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar membimbing penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.

5. Bapak Agus Suriadi, S.Sos,M.Si Selaku Pembimbing II, telah begitu banyak waktu yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si dan Bapak M. Arifin Nasution, S.Sos, MSP selaku Tim Penguji, masukan dan kritiknya hingga selesai penulisan tesis ini

7. Teristimewa untuk Papa Alm. H.M Syafii dan Mama HJ.Riche Farida Pohan yang selalu mendo’akan dan selalu memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

8. Buat Kakak Dr. Ikhfana Syafina dan Adik saya Ahmad Faisal serta Olyvia Putri Faradhiba .

9. Buat Tunangan saya Natia Darma yang sudah mensupport perkuliahan saya selama ini.

10.Bapak/Ibu dosen di Sekolah PascaSarjana Magister Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara

11.Bagian Administrasi Program Magister Studi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara terutama buat Bang Iwan, Kak Dina, Kak Tika dan ibu Anisah.

12.Rekan-rekan Magister Studi Pembagunan Angkatan XXV, Ferry Setiawan, MSP, Mujahiddin MSP, Husni Al Idrus MSP, Boy Warongan MSP, M. Alfa Noor MSP.


(10)

13.Bapak Drs Edi Sibarani Plt Koni Medan

14.Bapak Asrul Sani Batubara Wakil Ketua I Pengcab PSSI Medan

15.Bapak Drs. Azzam Nasution, MAP Kabid Peningkatan Prestasi Keolahragaan Dispora Kota Medan

16.Bapak Liestiadi Lo Pelatih Persiba Balikpapan

17.Bapak Hengky Ahmad, SH Pemilik Klub dan SSB Gumarang FC

18.Bapak Syahril WP Asisten Pelatih Porwilsu Koni Medan dan Koordinator Pelatih SSB Patriot

19.Bapak Taufik Hidayat Nasution ,Spd Pelatih SSB TASBI 20.Bapak Abdi Panjaitan Jurnalis Senior Olahraga Sumatera Utara 21.Bapak Eben Pelatih Klub dan SSB Victory Dairi

22.Bapak Fazril Akhir Sekretaris Umum SSB TASBI dan SSB TASBI 23.Bapak M. Khaidir Pelatih PSAP Sigli

24.Bapak Muhammad Arisy, SE Dinas Pertamanan Kota Medan

25.Makasih juga buat orang-orang yang selalu membantuku, selalu memberikan dukungan dan semangat kepadaku sampai saat ini. Makasih buat semuanya.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini berguna bagi pihak pembaca dan penulis khususnya. Mudah-mudahan Allah SWT tetap melindungi dan melimpahkan rahmat-Nya pada kita semua serta memberikan petunjuk dalam setiap gerak dan langkah dan kepada-Nya kita berserah diri.


(11)

Sekali lagi sebelum dan sesudahnya penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan, dorongan baik moril maupun materil sehingga dalam penulisan tesis ini dapat terselesaikan.

Amin Ya Robbal Alamin.

Medan, Agustus 2014 Penulis,


(12)

RIWAYAT HIDUP

DATA – DATA PRIBADI

Nama : Ricky Fahreza Syafii Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 23 Mei 1986 Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Alamat : Komplek Tasbi Blok D No. 16 Medan

PENDIDIKAN FORMAL

SD Yayasan Pendidikan Harapan Tahun 1998

SMP Negeri 1 Medan Tahun 2001

SMA Negeri 15 Medan Tahun 2004

S1 Ilmu Hukum STIH Al Hikmah Tahun 2010 S2 Studi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Tahun 2014

PENGALAMAN KERJA

2005 – 2010 : PT. KHI

2007 - Sekarang : Perkebunan Juma Mulia

2012 – Sekarang : Pro Star Tasbi Management ( Football Player Agent )

2013 - Sekarang : Legal Manager PT. Citra Perdana Muda

2014 – Sekarang : Owner Brand Slide (Solid Defense) Goalkeeper Gloves


(13)

PENGALAMAN ORGANISASI

a) KETUA UMUM PS TASBI 2009 s/d sekarang JABATAN MASA BAKTI

b) KETUA UMUM TASBI FUTSAL CLUB 2012 s/d sekarang c) KETUA UMUM SSB TASBI 2008 s/d sekarang d) KETUA BAGIAN FUTSAL PENGCAB PSSI MEDAN 2010 s/d

sekarang

e) KETUA KOORDINATOR LFAI PSSI

( LIGA FUTSAL AMATIR INDONESIA ) SUMUT 2012 f) KETUA KOORDINATOR LFAI

( LIGA FUTSAL AMATIR INDONESIA ) WILAYAH 1 SUMBAGUT

( ACEH, RIAU , SUMUT , SUMBAR DAN KEPRI ) 2012 s/d 2013 g) DEWAN PEMBINA INDOSPURS

SUB REGIONAL KOTA MEDAN ( Official supporter fans pecinta

Klub Tottenham Hotspur liga primer Inggris ) 2012 s/d sekarang

h) WAKIL BENDAHARA IV PSMS MEDAN

VERSI BENNY SIHOTANG 2012 s/d 2013

i) WAKIL MANAGER PSMS MEDAN 2012/2013

PENGALAMAN BERMAIN ( KARIR ) DALAM SEPAKBOLA POSISI : PENJAGA GAWANG

PERJALANAN KARIR :

a) SSB GENERASI MEDAN 1998 –

2000

b) SSB TASBI 2000 –

2005

c) PSSI SUMUT U-15 2001

d) PSSI SUMUT U-16 2002

e) MEDAN JAYA JR. 2003

f) TIMNAS PSSI U-17 2003


(14)

h) INDONESIAN FOOTBALL ACADEMY ( IFA ) 2005

i) TIM PRA PON SUMUT 2007

j) PS TASBI 2005 –

2008

j) JUARA IV KOMPETISI LIGA BOGASARI U-15 ( PSSI SUMUT ) 2001 PRESTASI KARIR SEBAGAI PEMAIN :

k) JUARA 1 LIGA JIM BRYDEN U-16 (SSB TASBI) 2002 l) JUARA IV PIALA SURATIN ( PSMS JUNIOR ) 2004

m) JUARA 1 KOMPETISI PENGCAB PSSI MEDAN PIALA EMAS 2010

a) JUARA 1 TURNAMEN PSLB cup 2009 PRESTASI SEBAGAI KETUA UMUM PS TASBI :

b) JUARA 1 PIALA EMAS PENGCAB PSSI MEDAN 2010

c) TOP SKORER PIALA EMAS PENGCAB PSSI MEDAN (RIVAI 6 GOL)

d) JUARA IV DANPOMAL LANTAMAL CUP 2011

e) TIM FAIR PLAY TERBAIK DANPOMAL LANTAMAL CUP 2011

f) 8 BESAR RAO JAYA CUP PASAMAN g) JUARA II POMAD CUP KABANJAHE 2011 h) JUARA II KLUMPANG CUP 2012

i) JUARA 1 DIVISI 3 LIGA INDONESIA PSSI TINGKAT SUMUT 2011/2012

j) - RUNNER UP TINGKAT SUMBAGUT DIVISI 3 LIGA INDONESIA PSSI 2011/2012

k) TEAM FAIR PLAY TERBAIK GUMARANG CUP 2013

l) JUARA 1 DIVISI 3 LIGA INDONESIA PSSI TINGKAT SUMUT 2012/2013

m) 12 BESAR DIVISI 3 LIGA INDONESIA 2012/2013 n) PROMOSI KE DIVISI 2 LIGA INDONESIA 2014/2014


(15)

a) Ketua DPP PEMUDA PENEGAK KEADILAN PERSATUAN INDONESIA (PPKPI) SUMUT (2009 - 2011)

PENGALAMAN ORGANISASI DI LUAR SEPAKBOLA

b) Wakil Sekretaris DPD KOMITE NASIONAL PEMUDA INDONESIA, KNPI SUMUT (2008 - 2011)

c) Wakil Bendahara PW PEMUDA MUSLIMIN INDONESIA SUMUT (2006 – sekarang )

d) Wakil Bendahara DPK PARTAI KEADILAN PERSATUAN INDONESIA (PKPI) KOTA MEDAN (2008-2011)

e) Plt Bendahara PARTAI KEADILAN PERSATUAN INDONESIA (2009-2011)

f) Sekjen Society Of Automodified Brotherhood Medan (SABROM) (2005-sekarang)

g) Wakil Sekretaris I 234 SC MEDAN (2009)

h) Calon Anggota Legislatif DPRD Tingkat 2 KOTA MEDAN Dapem 2. Nomor urut 4 dari PKPI , Pemilu 2009

i) Sekjen Satuan Brotherhood Otomotif dan Musik ( SABROM PUSAT )


(16)

DAFTAR ISI

Hal ABSTRAK………... ABSTRACT ………... KATA PENGANTAR ……….... RIWAYAT HIDUP... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………... DAFTAR GAMBAR ………...

i ii iii vii xi xii xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. 1.2. 1.3. 1.4. Latar Belakang... Rumusan Masalah... Tujuan Penelitian... Manfaat Penelitian…………...………... 1 10 10 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. 2.2. 2.3. 2.4.

Pembangun Sepakbola sebagai Industri ………… Nilai-nilai Esensial Olahraga... Sejarah Sepakbola Kota Medan... Kerangka Konseptual...

12 19 26 37 BAB III METODE PENELITIAN

3.1. 3.2. 3.3. 3.4. 3.5. 3.6. Lokasi Penelitian………. Tipe Penelitian... Informan Penelitiaan... Teknik Pengumpulan Data ………... Teknik Analisis Data……….. Defenisi Konsep... 43 43 43 44 44 46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Pengumpulan Data... 48 4.2.

4.3.

Analisis Data... 49

Pembahasan……… 92

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. 5.2. Kesimpulan ……… Saran ……….. 103 104


(17)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

2.1. Debut Pemain Termuda Tim Nasional Belanda... 31 3.1. Informan Penelitian...………. 42 4.1. Sistem Pembinaan Olahraga Sepakbola yang harus Dilakukan


(18)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

2.1. W.J.H “Pim” Mullier...…. 28

2.2. Klub Sepakbola... 29

2.3. Jan Gualtherus Van Breda Kolff... 30

2.4. Skema Kerangka Konseptual... 40 4.1. Arus Kebijakan dalam Upaya Pembinaan Pemain Sepakbola di Kota

Medan


(19)

UPAYA PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA CABANG SEPAKBOLA DI KOTA MEDAN

ABSTRAK

Pembinaan Olahraga merupakan salah satu unsur keberhasilan, juga merupakan salah satu kekuatan pembentuk pertumbuhan daerah. Pembangunan yang melibatkan upaya serta masyarakat olahraga akan mencapai keberhasilan yang lebih efektif dan lebih produktif. Menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik, baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus pembangunan daerah dengan mengangkat bidang olahraga sepak bola sebagai potensi masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah daerah Kota Medan. Tipe Penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran kondisi dan wajah sepakbola yang ada di Kota Medan dan kemudian menelaah dan menganalisis secara mendalam berkaitan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan masyarakat dibidang olahraga, khususnya sepakbola. Penelitian yang dilakukan ini menggunakan teknik wawancara mendalam menggunakan “interview guide” yakni pedoman wawancara yang berisikan pertanyaan seputar partisipasi pemerintah Kota Medan dalam mendukung peningkatan kualitas olahraga, khususnya sepakbola dan kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas olahraga serta penerapannya dalam meningkatkan kualitas SDM. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa upaya pembinaan olahraga sepak bola yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dianggap masih belum maksimal dimana pembinaan yang dilakukan masih berfokus kepada seluruh cabang olahraga yang ada dan anggaran dana yang diberikan juga harus dibagi kepada cabang olahraga yang lain. Di samping itu sarana dan prasarana yang ada dalam pembinaan olahraga sepak bola di kota medan juga belum memenuhi standard yang sesuai. Termasuk tidak adanya kurikulum untuk standarisasi program pembinaan olahraga sepakbola.


(20)

EFFORTS OF LOCAL GOVERNMENT IN SOCCER MANAGEMENT IN THE MEDAN CITY

ABSTRACT

Sports coaching is one of the elements of success, is also one of the growth areas forming force. Development and community effort involving sports will achieve success more effective and more productive. The responsibility of the local government to continue to encourage and optimize the potential of society in the area of regional development authority in order to work well, both in the social and economic aspects of political development. In the focus of the present study, researchers will be more focused on social development as one of the focus areas of regional development by elevating the sport of soccer as a potential community that should receive close attention from the local government of Medan. This type of research is that the authors use a descriptive type of research that is intended to give an overview of the condition and the face of football in the city of Medan and then examine and analyze in depth the related efforts of what has been done by the Government of Medan in community development in the field of sports, especially football. This research was conducted using in-depth interview technique using "interview guide" the interview guide containing questions about the participation of the government of Medan in supporting quality improvement of sports, especially football and policies related to improving the quality of sport and its application in improving the quality of human resources. The results showed that the sport of soccer coaching efforts undertaken by the government of Medan considered still not up to where the coaching is done still focusing on all sports available and given budgetary funds should also be shared with other sports. In addition, the existing infrastructure in sports coaching soccer fields in the city have not meet appropriate standards. Including the lack of standardization of the curriculum for sport coaching programs.


(21)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Orde baru tumbang pada tahun 1988, karena sistem pemerintahan Orde Baru yang sentralistik dianggap tidak baik dan tidak sesuai lagi, karena rencana pembangunan ditentukan oleh pemerintah pusat, perencanaan dan kebijakan ditetapkan dari atas ke bawah (top-down planing and development), dan dapat diinterpretasikan mengekang demokrasi dan aspirasi daerah, dan bahkan menimbulkan kesengsaraan rakyat banyak, oleh karena itu sistem pemerintahan yang sentralistik harus diganti dengan pemerintahan yang desentralistk.

Rasa ketidakpuasan rakyat yang dipendam sejak lama kemudian meletus dalam gerakan reformasi politik menumbangkan pemerintahan Orde Baru yang berkobar pada pertengahan 1998 dengan mengusung tiga prinsip dasar, yaitu demokrasi, transparansi dan akuntabilitas.

Demokrasi berarti memberikan kebebasan dan kesempatan kepada rakyat untuk menikmati hak dasar yang meliputi; kehidupan yang layak, lapangan kerja yang layak, pendidikan yang murah, pelayanan kesehatan yang baik, kebebasan dalam mengeluarkan pendapat dan berserikat dan kebebasan berpolitik

Otonomi Daerah sebagai implementasi pemberlakuan UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (sebagai revisi dari UU No.22/1999) telah membawa banyak perubahan khususnya dalam paradigma pengelolaan daerah.Salah satu perubahan itu adalah pemberian wewenang yang lebih luas


(22)

dalam penyelenggaraan beberapa bidang pemerintahan. Sebagaimana dikemukakan (Hoessein, 2001, 32) :

“Otonomi daerah merupakan wewenang untuk mengatur urusan pemerintahan yang bersifat lokalitas menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.Dengan demikian desentralisasi sebenarnya menjelmakan otonomi masyarakat setempat untuk memecahkan berbagai masalah dan pemberian layanan yang bersifat lokalitas demi kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.Desentralisasi dapat pula disebut otonomisasi, otonomi daerah diberikan kepada masyarakat dan bukan kepada daerah atau pemerintah daerah”.

Pada dasarnya tujuan utama dari pelaksanaan kebijakan otonomi daerah adalah membebaskan pemerintah pusat dari segala tugas-tugas pemerintahan yang membebani dan dinilai tidak perlu karena lebih efektif jika ditangani oleh pemerintah daerah. Dengan demikian pusat lebih banyak waktunya untuk mengamati dan merespon setiap perkembangan yang terjadi di dunia global untuk dijadikan pertimbangan dari setiap kebijakan yang akan diambil.

Di lain pihak, desentralisasi memberi kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk dapat menangani masalah-masalah di daerahnya dengan cepat dan efektif. Serta membangkitkan kreatifitas aparat pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mensikapi perkembangan yang terjadi.Seiring dengan bertambah luasnya kewenangan ini, maka aparat birokrasi pemerintahan di daerah dapat mengelola dan menyelenggaraan pelayanan publik dengan lebih baik sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.Pelayanan publik diharapkan lebih baik dan efisien karena besarnya kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kota/kabupaten untuk menyelenggarakan pemerintahan di daerah, dan dianggap lebih memahami persoalan dan budaya masyarakat setempat. Asumsi dasarnya


(23)

adalah kabupaten dan kota lebih dekat kepada rakyatnya yang harus dilayani, maka wajar jika diberi wewenang yang besar untuk meningkatkan pelayan publik di daerahnya.

Selanjutnya dalam konsep desentralisasi dengan prinsip Bottom-up menjadi menarik untuk disimak bahwa prinsip tersebut tidak hanya dapat dilaksanakan pada sistem pemerintahan saja, melainkan dapat diterapkan pada pola pembangunan daerah dimana partisipasi masyarakat kemudian menjadi kunci keberhasilan peningkatan kualitas pemerintahan daerah melalui strategi pembinaan masyarakat yang tepat.

Pembinaan diartikan sebagai upaya peningkatan profesionalisme dan kinerja pelaku pembangunan daerah, termasuk aparatur, organsasi sosial kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat, dunia usaha dan anggota masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi serta merealisasikan aspirasi dan harapan masyarakat untuk mewujudkan peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Terdapat keterkaitan yang erat antara pembinaan masyarakat sebaga suatu strategi untuk mencapai sasaran pembangunan masyarakat di daerah dalam rangka mewujudkan keberhasilan pemerintahan daerah.

Pembinaan olahraga merupakan konsep pembangunan yang memberikan manfaat yang nyata dan positif terhadap kinerja pembangunan, yang selanjutnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Olahraga, dalam hal ini atlit pelatih dan pengurus. Pembinaan Olahraga merupakan salah satu unsur keberhasilan, juga merupakan salah satu kekuatan pembentuk pertumbuhan daerah. Pembangunan


(24)

yang melibatkan upaya serta masyarakat olahraga akan mencapai keberhasilan yang lebih efektif dan lebih produktif.

Jika ditinjau dari aspek sosial, terdapat ragam masalah yang kemudian sering terabaikan dari kacamata kebijakan pemerintah daerah seperti kurangnya upaya yang serius untuk mengurangi pengaruh sosial yang mengungkung masyarakat dalam kondisi kemiskinan struktural apalagi jika lebih diperparah dengan kurangnya akses masyarakat untuk memeperoleh pengetahuan dan keterampilan serta informasi yang digunakan untuk kemajuan masyarakat ditambah dengan kurang berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang merupakan sarana untuk melakukan interaksi serta memperkuat ketahanan dan perlindungan bagi masyarakat.

Menjadi tanggung jawab pemerintah daerah untuk senantiasa mendorong dan mengoptimalkan potensi-potensi dalam masyarakat dalam wilayah otoritasnya agar pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik, baik dalam aspek pembangunan ekonomi sosial maupun politik. Dalam fokus penelitian kali ini, peneliti akan lebih menitikberatkan pada pembangunan sosial sebagai salah satu fokus pembangunan daerah dengan mengangkat bidang olahraga sepak bola sebagai potensi masyarakat yang harus mendapat perhatian mendalam dari pemerintah daerah Kota Medan.

Cabang olahraga sepak bola merupakan permainan gerak cepat, sebagai acara pertandingan yang memerlukan waktu, tenaga, dan teknik dalam melakukannya. Olahraga ini merupakan olahraga terpopuler di dunia. Akhir-akhir ini di Indonesia sepak bola semakin populer di semua kalangan masyarakat. Dari


(25)

orangtua, remaja bahkan anak-anak semua mengenal olahraga sepak bola, yang belakangan tidak hanya dimanfaatkan sebagai olahraga tapi juga hiburan. Hal ini mempunyai dampak positif bagi perkembangan olahraga tersebut, di samping memasyarakatkan olahraga, juga akan menumbuhkan bibit atlet yang tangguh. Dari berbagai hal tersebut, sekarang banyak berdiri Lembaga Pendidikan Sepak Bola (LPSB) yang menyebar di Indonesia.

Perkembangan sepak bola di Indonesia merupakan wujud dari perkembangan olahraga di daerah-daerah. Banyaknya sekolah sepak bola atau lembaga pendidikan sepak bola di Indonesia turut meramaikan olahraga tersebut untuk dapat semakin berkembang di Indonesia. Banyak event-event pertandingan yang diadakan sebagai wujud untuk menciptakan prestasi dan untuk memperoleh bibit pemain-pemain handal serta berkualitas yang pada dasarnya dapat digunakan

untuk meningkatkan agar pretasi sepak bola Indonesia menjadi lebih bagus. Dalam upaya meningkatkan perkembangan prestasi sepak bola Indonesia maka tentunya diperlukan suatu kerja keras seperti pelatihan yang sistematis, pembinaan

yang tepat, bibit atlet berpotensi, organisasi yang baik, pelatih yang berkualitas serta sarana prasarana yang memadai. Komponen-komponen tersebut merupakan kesatuan yang berhubungan dan tidak dapat dipisahkan.

Seiring dengan perkembangan sepak bola di Indonesia maka kita perlu untuk meningkatkan prestasi sepak bola agar menjadi lebih baik. Karena selama ini prestasi Indonesia pada olahraga sepak bola belum menunjukkan hasil yang maksimal. Dalam upaya meningkatkan kualitas dan prestasi sepak bola, mestinya


(26)

pihak-pihak yang terkait bukan hanya pelatih dan pemain saja, tetapi berbagai pihak baik pengurus LPSB/SSB bahkan pemerintah mampu mencarikan jalan pemecahannya. Pembinaan yang terencana dan dilaksanakan terus menerus merupakan langkah yang harus ditempuh serta merupakan tanggung jawab dari semua pihak yang ikut berperan aktif dalam kegiatan olahraga sepak bola tersebut.

Prestasi maksimal merupakan obsesi dari setiap atlet yang menekuni olahraga yang dipelajarinya.Keberhasilan prestasi atlet tidak bisa lepas dari dukungan berbagai pihak. Seorang pelatih yang berkualitas memegang peranan penting terhadap peningkatan kemampuan atlet. Pelatih mempuyai peranan penting, dimana pelatih harus mampu menerapkan program latihan yang sesuai dengan kemampuan atletnya, harus memantau setiap latihan yang dilakukan serta membina terus menerus. Di samping itu pelatih juga harus mampu menyalurkan dan mengembangkan prestasi yang dimiliki atlet.

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 3 tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional menjelaskan bahwa oahraga merupakan bagian dari proses dan pencapaian tujuan pembangunan nasional sehingga keberadaan dan pembinaan olahraga dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara harus ditempatkan pada kedudukan yang jelas dalam sistem hukum nasional.

Permasalahan keolahragaan baik tingkat nasional maupun daerah semakin kompleks dan berkaitan dengan dinamika sosial, ekonomi dan budaya masyarakat serta bangsa serta tuntutan perubahan global sehingga sudah saatnya pemerintah memperhatikan secara menyeluruh dengan memperhatikan semua aspek terkait, adaptif terhadap perkembangan olahraga dan masyarakat, sekaligus sebagai


(27)

instrumen hukum yang mampu mendukung pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional dan daerah pada masa kini dan masa yang akan datang.

Dalam undang-undang tersebut, memperhatikan asas desentralisasi, otonomi dan upaya serta masyarakat, keprofesionalan, kemitraan, transparansi dan akuntabilitas.Sistem pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan nasional diatur dalam semangat otonomi daerah guna mewujudkan kemampuan daerah dan masyarakat yang mampu secara mandiri mengembangkan kegiatan keolahragaan. Penanganan keolahragaan ini tidak dapat lagi ditangani secara sekadarnya tetapi harus ditangani secara profesional. Penggalangan sumber daya untuk pembinaan dan pengembangan keolahragaan dilakukan melalui pembentukan dan pengembangan hubungan kerja para pihak terkait secara harmonis, terbuka, timbal balik, sinergis dan saling menguntungkan. Prinsip transparansi dan akuntabilitas diarahkan untuk mendorong ketersediaan informasi yang dapat diakses sehingga memberikan peluang bagi semua pihak untuk berupaya serta dalam kegiatan keolahrgaan dan memungkinkan semua pihak untuk melaksanakan kewajibannya secara optimal dan kepastian untuk memperoleh haknya, serta memungkinkan berjalannya mekanisme kontrol untuk menghindari kekurangan dan penyimpangan sehingga tujuan dan sasaran keolahragaan nasional bisa tercapai.

Sekali lagi digambarkan dalam undang-undang tersebut bahwa sistem keolahragaan nasional merupakan keseluruhan subsistem keolahragaan yang saling terkait secara terencana, terpadu dan berkelanjutan untuk mencapai tujuan keolahragaan nasional. Subsistem yang dimaksud antara lain, pelaku olahraga,


(28)

organisasi olahraga, dana olahraga, sarana dan prasarana olahraga, upaya serta masyarakat, dan penunjang keolahragaan termasuk ilmu pengetahuan, teknologi, informasi dan industri olahraga nasional yang manfaatnya dapat dirasakan oleh semua pihak. Seluruh subsistem keolahragaan nasioanl diatur dengan memperhatikan keterkaitan dengan bidang-bidang lain serta upaya-upaya yang sistematis dan berkelanjutan guna menghadapi tantangan subsistem antara lain, melalui peningkatan koordinasi antar lembaga yang menangani keolahragaan, pembinaan organisasi keolahragaan, pembinaan sumber daya manusia keolahragaan, pengembangan sarana dan prasarana, peningatan sumber dan pengelolaan pendanaan serta penataan sistem pembinaan olahraga secara menyeluruh.

Sebagaimana wilayah-wilayah lain yang ada dalam ruang kedaulatan NKRI, Kota Medan sendiri mempunyai tanggung jawab yang serupa untuk melaksanakan pembangunan masyarakat yang sesuai dengan konteks pengembangan daerah. Dalam hal pembinaan masyarakat terutama dibidang olahraga, mempunyai tanggung jawab dan kewenangan sebagaimana yang diatur dalam undang-undang di atas untuk menjalankan koordinasi yang sinergis secara vertikal dan horisontal dalam rangka pengelolaan, pembinaan dan pengembangan keolahragaan daerah melalui peningkatan kualitas keolahragaan.

Dalam konteks keolahragaan, Kota Medan merupakan daerah dengan potensi keolahragaan yang cukup menjanjikan dalam prospek pembangunan sosial dengan berorientasi pada produktifitas masyarakat yang tentu saja membutuhkan stimulus bagi peningkatan pengelolaan sumberdaya lokal secara optimal


(29)

berdasarkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan mengingat perkembangan pembangunan dalam bidang keolahragaan ini masih cukup baik dan dominan dalam menyerap potensi-potensi masyarakat jika terdapat saling bantu antara stakeholder di daerah untuk mengembangkannya. Selain itu bidang ini dapat menampung dan memberikan ruang-ruang kreativitas sebagai wadah aktualisasi angkatan muda untuk dapat diarahkan kearah pembangunan sosial yang positf mengingat sebuah ungkapan lama yang mengatakan bahwa ”dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat”, hal ini kemudian dapat mengurangi tingkat patologi masyarakat yang kemudian jika ini diterapkan di Kota Medan sebagai salah satu kota terbesar di Indonesia mampu mengembangkan potensi masyarakatnya.

Namun dalam pengamatan penulis terkait hal ini, upaya pemerintah daerah masih kurang efektif dan efisien sehingga kemudian keberdayaan masyarakat terutama di bidang keolahragaan masih terbatas pada minat dan bakat yang kurang terwadahi, akses terhadap sumber daya dalam peningkatan produktivitas masyarakatnya di samping itu ketersediaan sarana dan prasarana menjadi masalah utama dalam merealisasikan hal di atas.

Bertolak dari latar di atas kemudian keinginan penulis untuk mengelaborasi lebih jauh mengenai pembinaan masyarakat terutama dalam pengembangan potensi keolahragaan. Dengan mengangkat judul penelitian ”Upaya Pemerintah Daerah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola, menjadi pijakan awal dari sebuah penelaahan lebih lanjut menuju sebuah pembangunan di daerah yang lebih memperhatikan kondisi sumber daya


(30)

alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) demi tercapainya kesejahteraan yang optimal dan berkelanjutan.

1.2. Rumusan Masalah

Merujuk dari beberapa pernyataan mengenai implementasi Otonomi Daerah di Kota Medan dalam kaitannya dengan fungsi Pemerintah daerah terhadap pembinaan masyarakat dalam bidang olah raga, maka dalam penelitian ini yang menjadi rumusan masalah atau pertanyaan penelitian yang akan dikaji adalah :

1. Bagaimana Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola?

2. Faktor – Faktor apa saja yang memengaruhi Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam malakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan Olahraga Sepakbola

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi upaya Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan Olahraga Sepakbola.


(31)

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah :

a. Manfaat Praktis, dari hasil penelitian ini kemudian dapat menjadi masukan dan bahan evaluasi bagi pelaksanaan program pemerintah daerah Kota Medan terutama dalam bidang pembinaan olahraga, khususnya sepakbola. b. Manfaat Akademis, dapat memberikan tambahan teori/ literatur dalam

studi pembinaan olahraga yang dikaitkan dengan kajian studi pembangunan dengan sinkronisasinya terhadap penyelenggaraan otonomi daerah.

c. Kegunaan Metodologi, hasil dalam penelitian ini kemudian dapat menjadikan sebuah dorongan moril dalam penelitian selanjutnya mengenai pembahasan yang serupa tentunya dan menjadi ciri khas dari kajian-kajian studi pembangunan.


(32)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pembangunan Sepakbola sebagai Industri

Banyak jenis-jenis olahraga yang populer di dunia, salah satunya adalah sepak bola.Sepak bola adalah cabang olah raga yang paling merakyat di seluruh dunia.Hampir semua lapisan masyarakat bisa memainkannya.Tua, muda, lakilaki, bahkan kaum perempuanpun sudah tidak tabu lagi memainkan permainan ini.Bagaimana gegap-gempitanya dunia menyambut event pertandingan sepak bola seperti piala dunia, piala eropa, perebutan piala champions, dan masih banyak liga-liga diseluruh dunia.Ratusan juta pasang mata berada didepan televisi ketika ada pertandingan sepakbola.

Sepak bola pada masa kini seolah hadir sebagai suatu hal baru yang dapat

membius, memabukkan, memaniakkan sebagian penggemarnya.Pesona untuk berkesempatan menikmati keindahan permainan sepakbola terkadang mampu menggeser kebiasaan, ibadah, dan pola hidup sebagian orang. Puluhan ribu orang

bahkan bisa melupakan sholat Ashar, Magrib, melupakan waktu kebaktian hanya

untuk menonton sepak bola di stadion, mengorbankan waktu tidurnya untuk menyaksikan siaran langsung.

Sepak Bola yang fenomenal mendorong lahirnya keinginan sebagian warga bumi ini untuk menyajikan sebuah petandingan dengan permainan yang


(33)

cantik, menarik dan menghibur penonton. Demikian pula lembaga yang mengelolanya untuk semakin professional, terus melahirkan wasit sepak bola yang memimpin pertandingan dengan adil dan professional. Demikian juga para pemain profesional semoga menjadi inspirasi positif untuk tumbuhnya persepakbolaan yang semakin berkualitas di tanah air. Fenomena sepak bola tersebut seperti artikel yang tertulis dalam Journal I nternational Broadcasting and Team Sports yang menyatakan bahwa :

I n team sports, the number of games to be played by teams is determined by league policy. Leagues typically determine the number of teams in the league and the number of games that each team will play. I n some cases, leagues allow their teams to schedule nonleague games and even to belong to other leagues. F or example, in E uropean gootball teams belong to a national league, play in national elimination tournaments that are sponsored by national football associations, and may participate in E uropeanwide palyoffs such as the Campions League. Ultimately leagues determine the number of games that teams can schedule, which in turn determines the maximum quantity of television rights that can be sold. Whereas the number of broadcasters is growing, supply in the most popular team sports has not grown. I n football, the number of temas in the top leagues has been roughly the same for decades. I n the United States the number of majorleague teams grew substantially during the 1960s and 1970s, but league expansion has stopped. Thus, the growth for right has occurred in a market with inelastic capacity. I n such a circumstance, demand growth can lead to increases in rights fees with no expansion of output, even if the supply side of the rights market is competitive.

Dalam olahraga tim, jumlah pertandingan yang dimainkan oleh tim ditentukan oleh kebijakan liga. Liga-liga biasanya menentukan jumlah tim dalam liga dan jumlah permainan yang akan dimainkan oleh setiap tim. Dalam beberapa kasus, liga-liga membiarkan tim mereka menjadwalkan permainan non liga dan bahkan yang tergabung dalam liga-liga lain. Misalnya, dalam sepak bola tim tergabung dalam sebuah liga nasional, bermain dalam turnamen eliminasi nasional yang disponsori oleh asosiasi sepakbola nasional, dan dapat berpartisipasi dalam playoff seluruh Eropa seperti liga Champion. Pada akhirnya,


(34)

liga-liga menentukan jumlah pertandingan yang dapat dijadwalkan oleh tim, yang nantinya menentukan jumlah maksimum hak televisi yang dapat dijual. Ketika jumlah stasiun penyiaran terus bertambah, persediaan dalam olahraga tim populer tidak bertambah. Dalam sepakbola, jumlah tim pada liga-liga terbaik hampir sama selama berpuluh-puluh tahun. Di Amerika Serikat jumlah tim liga besar bertambah cukup besar pada tahun 1960 dan 1970, tetapi penambahan liga tersebut telah berhenti. Maka dari itu, pertumbuhan permintaan akan hak siar telah terjadi di sebuah pasar dengan kapasitas yang tidak elastis. Dalam situasi semacam itu, pertumbuhan permintaan dapat meningkatkan biaya pembelian hak siar tanpa penambahan hasil, bahkan meskipun sisi persediaan dari pasar yang tepat tersebut kompetitif.

Di Indonesia sendiri olahraga sepak bola sangat populer dan merakyat karena hampir sebagian besar penduduk Indonesia menyukai dan menggandrungi olah raga ini.Sepak bola tergolong olah raga yang tidak terlalu sulit untuk dilakukan dan mudah dipelajari oleh seseorang.Tak heran dalam masyarakat kita sering melihat anak-anak kecil melakukan olah raga ini. Masyarakat Indonesia sangat menyukai olah raga sepak bola juga karena olah raga ini adalah olah raga yang tidak membutuhkan biaya yang banyak.

Perkembangan industri pada masa sekarang ini sudah semakin pesat. Dahulu, hanya beberapa industri yang dikenal oleh masyarakat seperti industri manufaktur, jasa, dan perbankan.Saat ini, tidak hanya ketiga industri tersebut yang berkembang di dunia, tetapi banyak industri baru yang bermunculan seperti yang sedang berkembang baru-baru ini adalah industri sepakbola.Sepakbola


(35)

merupakan salah satu olahraga permainan yang paling digemari di seluruh dunia. Setiap orang di dunia pasti mengetahui apa itu sepakbola dan tidak sedikit yang dapat memainkan olahraga tersebut. Sepakbola menjadi primadona di antara cabang olahraga lain. Banyaknya peminat dari olahraga sepakbola memunculkan beberapa kompetisi di setiap negara di dunia. Beberapa kompetisi bahkan sudah dianggap kompetisi profesional seperti English Premier League, Liga Italia Serie A, Major League Soccer, Bundesliga, dan masih banyak lagi liga profesional lainnya.

Kepopuleran sepakbola sudah merubah sepakbola menjadi sebuah industri baru di dunia. Tidak lagi hanya sebagai permainan atau cabang olahraga, tetapi sepakbola sudah menjadi sebuah bisnis yang menguntungkan bagi beberapa pihak.Bahkan sepakbola sudah menarik perhatian bagi beberapa miliarder dunia untuk memiliki salah satu dari klub sepakbola profesional. Sebagai contoh Roman Abramovich yang memiliki klub Inggris Chelsea, Tony Fernandes yang sekarang menjadi pemilik klub Queens Park Rangers, bahkan perdana menteri Itali SilvioBerlusconi yang menjadi pemilik klub Italia AC Milan. Tidak hanya miliarder-miliarder dunia yang tertarik untuk berinvestasi di sebuah klub sepakbola, banyakapparel terkenal seperti adidas dannike yang menjadi sponsor bagi klub sepakbola. Selain apparel, beberapa perusahaan dari industri-industri lain juga berminat untuk menjadi sponsor bagi beberapa klub sepakbola seperti perusahaan mobil Jeep yang menjadi sponsor bagi klub Italia Juventus, AON yang menjadi sponsor dari Manchester United, bank Standard Chartered yang mensponsori klub Liverpool dan bahkan saat ini PT Garuda Indonesia sudah bekerjasama dengan Liverpool sebagai bagian dari sponsor klub tersebut, bahkan


(36)

organisasi nirlaba UNICEF sempat menjalin kerjasama dengan klub Spanyol Barcelona untuk mengizinkan logo UNICEF ditempatkan pada seragam mereka. Banyaknya masyarakat dunia yang menyukai sepakbola juga menjadi lahan bisnis bagi sebagian pihak. Kepopuleran suatu klub sepakbola akanmenarik perhatian dari beberapa orang yang menyukai sepakbola, sehingga setiap klub akan memiliki penggemarnya masing-masing. Penggemar atau fans sebuah klub sepakbola tidak akan segan untuk mengeluarkan sebagian uang untuk membeli tiket pertandingan, jersey, merchandise, ataupun menjadi member dari fans club masing-masing klub sepakbola tersebut.

Apabila kita lihat dari sisi pendapatan sebuah klub, klub sepakbola dapat dikatakan sangat baik dari segi keuangannya. Pendapatan mereka yang berasal dari sponsor, tiket masuk saat pertandingan, dan penjualan berbagai macam pernak-pernik menjadi sumber pendapatan yang besar. Maka tidak mungkin bagi sebuah klub sepakbola mengalami krisis keuangan ataupun terlilit hutang yang cukup besar.Tetapi pada kenyataannya, banyak klub sepakbola khususnya klub sepakbola di Eropa mengalami krisis keuangan.Bahkan beberapa klub harusmenjual pemain bintangnya hanya untuk menutupi hutangnya yang sudah menumpuk. Sebagai contoh, klub raksasa Italia, AC Milan, bahkan rela melepas dua pemain bintangnya, Zlatan Ibrahimovich dan Thiago Silva untuk menutup hutang-hutangnya yang sudah menumpuk. Hasil penjualan keduanya dapat memberi dana segar bagi AC Milan dan sekaligus dapat menutup hutang- hutangnya. Tidak hanya di Italia, klub-klub raksasa Inggris dilaporkan memiliki hutang terbesar di Eropa. Menurut UEFA, hampir 50 persen dari seluruh hutang klub sepakbola di Eropaberasal dari klub-klub di liga Inggris. Klub-klub di Liga


(37)

Inggris terjerat hutang setelah terj adi pengambil-alihan kepemilikan dari pemilik lama ke pemilik baru seperti yang dilansir oleh website goal.com pada tanggal 24 Februari 2010.

Sebuah klub sepakbola terlihat cukup baik kinerja keuangannya jika melihat dari pendapatan mereka.Banyak klub di Eropa yang menjadi klub paling kaya di dunia.Akan tetapi kenyataannya tidak seperti yang terlihat.Banyak klub yang mengalami krisis keuangan akibat kurang baiknya mereka mengelola keuangan klubnya.Sehingga perlu dilakukan analisis terhadap kinerja keuangan dari sebuah klub sepakbola untuk mengetahui bagaimana sebenarnya sebuah klub mengelola keuangannya.

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan akuntansi bagi sebuah klub sepakbola sudah dilakukan baik di dunia maupun di Indonesia. Kase et al (2006) melakukan penelitian mengenai perbandingan strategi bisnis dan strategi olahraga dari klub Real Madrid dan Barcelona. Dari dalam negeri ada Hidayat (2010) yang melakukan analisis terhadap laporan keuangan klub sepakbola profesional. Barcelona, Juventus, dan Arsenal. Hidayat membandingkan antara laporan keuangan ketiga klub tersebut, mulai dari penyajiannya, pengungkapan pemain dalam laporan keuangan, hingga perbandingan rasio keuangan dari ketiga klub sepakbola tersebut.

Lisvery dan Ginting (2004) melakukan penelitian mengenai sejauh mana perlakuan akuntansi untuk aktiva tak berwujud yang telah ditetapkan oleh standar akuntansi.Penelitian Lisvery dilatarbelakangi oleh kesulitan kapan aktiva tak berwujud diakui dan bagaimana penilaian, pengukuran dan pelaporannya dalam neraca.


(38)

Dari luar negeri, ada beberapa penelitian mengenai akuntansi untuk sepakbola. Amir dan Livne (2005) melakukan pengujian terhadap kapitalisasi atas kontrak pemain sepakbola menurut FRS 10 tahun 1997 dan berbagai standar lain seperti IAS 38 mengenai intangiable assets dan SFAS 142. Standar tersebut mensyaratkan bahwa aktiva yang diperoleh dalam arm's length transaction harus dikapitalisasi.Alasannya adalah harga transaksi memberikan bukti yang andal mengenai nilai wajar dari aset.

Beberapa penelitian lebih terfokus pada human capital dan penyajian pelaporan untuk klub sepakbola.Belum ada penelitian yang meneliti kinerja finansial dari klub sepakbola. Kita tahu bahwa laporan keuangan klub sepakbola tidak sama dengan laporan keuangan perusahaan pada umumnya. Sama seperti laporan keuangan bank yang memiliki ciri khas yang membedakannya dengan laporan keuangan perusahaan pada umumnya sehingga digunakan rasio CAMEL (capital, assets, management, earnings, liquidity) untuk mengukur kinerja finansialnya. Selain itu, komponen-komponen keuangan dari laporan keuangan sebuah klub sepakbola juga memiliki perbedaan dengan entitas bisnis lainnya.

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan objek studi yaitu Manchester United PLC.Pemilihan Manchester United PLC sebagai objek penelitian karena Manchester United PLC adalah klub sepakbola pertama yang mencatatkan dirinya di bursa efek New York.Selama ini belum ada klub sepakbola yang mencatatkan dirinya di bursa efek New York yang dikenal paling baik.Beberapa klub sepakbola yang sudah menerbitkan saham, hanya listing di bursa saham lokal.Dari hal tersebut, Manchester United PLC memiliki kelebihan dibandingkan dengan klub sepakbola lainnya, yaitu harga sahamnya yang di atas


(39)

US$ 3 dan memiliki pemegang saham publik lebih dari 400 pemegang saham. Karakteristik yang unik dari industri sepakbola menimbulkan beberapa pertanyaan diantaranya apakah industri sepakbola menguntungkan bagi para investor, bagaimana kinerja keuangan dari sebuah klub sepakbola, dan bagaimana kinerja keuangannya jika dibandingkan dengan industri lain, apakah industri sepakbola dapat bersaing dengan industri lain. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis komponen-komponen keuangan utama yang memiliki pengaruh besar pada kinerja keuangan sebuah klub sepakbola, dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan dari Manchester United PLC.Selain itu, penelitian ini juga mengukur kinerja keuangan dari Manchester United PLC dengan menggunakan perbandingan rasio keuangan.

2.2 Nilai-nilai E sensial Olahr aga

Olahraga tidak hanya merupakan kebutuhan manusia, tetapi juga merupakan kebutuhan media untuk mencapai tujuan. Manusia bergerak bukan hanya disebabkan oleh adanya dorongan secara biologis, melainkan juga oleh faktor kejiwaan. Hal itu berarti ketika seseorang melakukan aktivitas gerak dalam berolahraga, ia mengalami peristiwa fisik dan psikis. Beberapa anggota Majelis Ulama Indonesia mempunyai pandangan yang sama tentang hukum olahraga menurut ajaran Islam, bahwa hukum olahraga adalah ”sunnah” atau dianjurkan melakukannya menurut ajaran Islam selama pelaksanaannya menurut ajaran Islam. Tetapi apabila dalam pelaksanaannya bertentangan dengan syariat Islam seperti memakai pakaian yang membuka aurat dan menimbulkan nafsu seksual serta menimbulkan perbuatan maksiat, maka hukumnya adalah


(40)

”haram”. Sementara sebagian ulama mempunyai pandangan bahwa hukum olahraga adalah ”mubah” atau di bolehkan, selama pelaksanaannya menurut ajaran Islam, tetapi apabila situasi dan kondisi dari pelaksanaan olahraga itu berubah, maka hukumnya juga berubah sesuai dengan stuasi dan kondisi dari orang yang melakukannya dan pelaksanaan olahraga itu sendiri. Dengan demikian maka hukum olahraga bisa menjadi ”wajib, sunat, haram, makruh dan mubah”. Sehubungan hukum olahraga itu sesuai dengan situasi dan kondisinya, maka apabila olahraga itu bertujuan untuk memelihara al kulliyatu al khamsu (agama, jiwa, akal, keturunan dan harta) maka hukum olahraga adalah wajib.

Seorang muslim tidak dilarang untuk mengendorkan jiwa dan tubuhnya melalui olahraga dan permainan yang diijinkan. Ada beberapa macam permainan yang disyari’atkan Nabi Muhammad SAW bagi kaum muslimin untuk memberikan kegembiraan, dengan harapan bahwa hiburan tersebut dapat mempersiapkan jiwa manusia untuk menghadapi ibadah dan kewajiban- kewajiban lain, lebih menyemangatkan dan lebih menguatkan kemauan. Permainan dan olahraga yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW antara lain; jalan, panahan, lempar lembing, gulat, menunggang kuda, dan catur. Ajarilah anak-anakmu berenang dan memanah, dan perintahkanlah mereka supaya melompat ke atas punggung kuda, selanjutnya Ibnu Umar meriwayatkan: Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW pernah mengadakan pacuan kuda dan memberi hadiah kepada pemenangnya (Qardhawi, 2002: 342).


(41)

Manusia agar mempunyai karakter yang baik dan mulia harus didasari oleh eksistensi ilmu pengetahuan. Dewasa ini pengetahuan yang satu tercerai dari pengetahuan yang lainnya. Ilmu tercerai dari moral, moral tercerai dari seni, seni tercerai dari ilmu, dan seterusnya. Inilah sebenarnya sumber ketidakbahagiaan manusia modern dewasa ini, sebab pengetahuan yang tidak utuh akan membentuk manusia yang tidak utuh pula. Kerangka filsafat akan memungkinkan kita membentuk wawasan mengenai keterkaitan berbagai pengetahuan (Anton B, Achmad, C Z, 1990:34).

Olah pikir berarti membangun manusia agar memiliki kemandirian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Olah pikir berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olah rasa bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitive, serta mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting karena tidak akan ada rasa syukur manakala seseorang tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan. Olah raga merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses pembangunan manusia sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai penopang bagi berfungsinya hati, otak dan rasa.

Pemasyarakatan dan pemassalan olahraga bertujuan untuk mendorong dan menggerakkan masyarakat agar masyarakat lebih memahami dan menghayati langsung hakikat dan manfaat olahraga sebagai kebutuhan hidup, khususnya olahraga yang bersifat 5 M (mudah, murah, menarik, manfaat, dan massal). Sehubungan dengan itu, perlu diberikan kesempatan seluasluasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan kegiatan olahraga yang didukung oleh proses pemahaman, penyadaran, penghayatan terhadap arti,


(42)

fungsi, manfaat, terlebih lagi pada nilai-nilai olahraga guna mengembangkan akhlaq mulia.

Aktivitas olahraga merupakan laboratorium bagi pengalaman manusia, karena dalam olahraga menyediakan kesempatan untuk memperlihatkan pengembangan karakter. Pengajaran etika dalam aktivitas olahraga biasanya dengan contoh atau perilaku. Pantas rasanya jika kita setuju untuk mengemukakan bahwa aktivitas olahraga merupakan dasar atau alat pendidikan dalam membentuk manusia seutuhnya, dalam pengembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang behavior dalam membentuk kemampuan manusia yang berwatak dan bermoral (Johansyah

Lubis

Nilai-nilai dalam Islam mengajarkan manusia bagaimana berperilaku yang baik, santun dan tidak menyakitkan orang lain serta melindungi manusia dari sikap mental yang salah. Seorang atlit yang tangguh tidak akan berdaya ketika tidak dapat mengontrol diri dari emosinya.

Area keolahragaan mengajarkan sekaligus mencontohkan bagaimana manusia seharusnya berkompetisi dengan baik untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Cara seperti ini dianggap fair dan membawa kebaikan bagi semua orang. Karena cara seperti ini akan menyeleksi bahwa yang kuat dan yang mampu berusaha optimal akan mendapatkan keberhasilan (dalam kompetisi disebut juara). Cara ini pun selaras dengan nilai Islam yaitu mengajak manusia untuk berlomba- lomba dalam kebaikan atau fastabiqul khoirat.

Fastabiqul khoirat adalah etos yang mendorong perubahan yang membawa rahmat bagi semua orang (Sodiq A Kuntoro, 1999: 71). Semangat


(43)

kejiwaan untuk melakukan apa yang baik (amar ma’ ruf) untuk sesama umat manusia menjadi sumber akan terciptanya kemauan yang sehat untuk mengejar kemajuan demi kepentingan kesejahteraan bersama.

Keadaan sosial (masyarakat) menunjukkan adanya interaksi dan integrasi (dalam kelompok atau komunitas) mereka (dan kita) saling berhubungan, dan bergaul satu sama lain (Soejadi, 2008: 118).

Dalam situasi berlangsungnya kegiatan olahraga sangat erat berhubungan dengan masalah- masalah sosial manusia. Keberartian olahraga itu sendiri muncul dalam peristiwa hubungan antar orang yang dilandasi oleh tradisi, norma dan sistem nilai yang terdapat di lingkungan masyarakat sekitar. Oleh sebab itu, olahraga telah menjelma menjadi sebuah pranata sosial yang sejak lama di dalamnya berkembang tradisi, norma dan nilai, termasuk ritus-ritus dan bahkan mitos (Rusli Lutan, 1991: 1).

Olahraga memberikan kesempatan untuk mengembangkan nilai sosial. Hal ini dibuktikan dengan terbentuknya organisasi sosial di bidang olahraga yang tidak menghiraukan hirarki berdasarkan kekayaan atau sukses sosial yang disinari oleh keakraban dan persaudaraan yang berarti memberikan dimensi baru kepada hubungan antarmanusia yang merupakan dasar utama terbentuknya kontak lokal, nasional, dan internasional. Olahraga dapat diikuti oleh siapapun tanpa melihat latar belakang kebudayaan sosial atau ideologi. Karena olahraga banyak memberikan manfaat dalam segi kesosialan maka Sardjono (1986: 27) menyimpulkan bahwa olahraga mempunyai peranan yang penting dalam mengembangkan nilai-nilai kesosialan. Adanya nilai- nilai sosial yang positif dalam olahraga karena dalam olahraga merupakan


(44)

mikrokosmos yang menentukan pokok-pokok dan mencerminkan nilai-nilai sosial. Nilai-nilai yang terungkap dalam olahraga itu selanjutnya akan menggambarkan fungsi olahraga dalam masyarakat. Nilai-nilai sosial itu pada akhirnya akan kembali dan yang menikmati adalah masyarakat pelakunya (Eldon E. Snyder, 1983: 45).

Keseimbangan hubungan jiwa raga perseorangan mengantarkan keserasian individual- sosial yang segera akan disusul dengan keselarasan total makhluk yang mandiri. Ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam hal hubungan jiwa-raga sebagai bagian dari problema susunan kodrat manusia, pemikiran Timur lebih cenderung ke masalah kejiwaan, sementara pemikiran Barat menekankan pada soal kejasmanian, namun baik di Barat atau Timur yang ideal ialah yang penuh keseimbangan (Damardjati Supadjar, 1998: 6). Keseimbangan adalah kata kunci dari ajaran Islam.Keseimbangan tersebut meliputi kebutuhan jasmani dan ruhani. Olahraga diperlukan untukmemperkuat badan, dan kebersihan ruhani dalam mengontrol sekaligus mengarahkan jasmani untuk melakukan aktivitas yang baik dan benar. Menurut Mahmud (2000: 61-62) bahwa antara hati, jiwa, akal, dan ruh pengertiannya saling berkorelasi, saling bergantian tempat, dan memiliki kemiripan satu sama lain dalam berbagai hal.

Semua orang melakukan olahraga ingin mencapai deerajat sehat yang komprehensif, bermakna sehat adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia. Namun sayangnya sehat itu sendiri tidak dapat datang secara otomatis tetapi memerlukan pemeliharaan dan pembinaan dari semua faktor yang memengaruhinya (M. Ichsan, 1998:1). Cara memelihara dan membina


(45)

faktor-faktor tersebut merupakan tantangan yang harus dihadapi secara bersama-sama dan terpadu.

Masalah olahraga bukan sekedar masalah menggerakkan badan atau mendapatkan kebugaran dari aktivitas jasmani. Namun lebih luas lagi bahwa masalah olahraga memiliki nilainilai moral di dalamnya.

Ada pernyataan singkat, bahwa fair play is the very essence of sport (Ditjora, 1972: 6), dengan kata lain fair play dapat pula dikatakan sebagai jiwa dari olahraga. Dengan pernyataan tersebut, bahwa suatu pertandingan, suatu kompetisi olahraga tanpa disertai dengan adanya fair play, sebenar-benarnya peristiwa itu tidak dapat disebut lagi olahraga. Mengapa?Karena sesuatu yang yang tanpa jiwa lagi berarti sudah mati.

Tidak kalah pentingnya, dalam dunia olahraga pembentukan karakter manusia yang memiliki sikap sportif sangat diutamakan. Sportif disebut juga sebagai nilai kejujuran, suatu sikap yang tinggi nilainya dan hanya dimiliki oleh orang yang baik kepribadiannya serta bersih hatinya. Islam mengenalnya sebagai akhlaqul karimah.Pendidikan tidak semestinya hanya memberikan pengetahuan kognitif saja, namun pendidikan harus menjangkau sifat ihsan (baik) dan menjangkau dimilikinya akhlaqul karimah (Noeng Muhadjir, 1999: 88).

Manusia terikat secara aktif dalam menciptakan dunianya sehingga ia mengerti akan pemisahan antara riwayat hidup dengan masyarakat yang merupakan sesuatu yang esensial. Manusia tidak dapat bertindak hanya atas dasar respons saja yang telah ditentukan terlebih dahuluuntuk mendefinisikan objek, tetapi lebih sebagai penafsiran. Penafsiran bukanlah tindakan bebas dan


(46)

bukan pula ditentukan oleh kekuatan manusia atau bukan. Orang menafsirkan sesuatu senantiasa membutuhkan orang lain, seperti orang-orang masa lalu, keluarga, dan pribadi-pribadi yang ditemuinya dalam latar belakang mereka dalam menciptakan kebudayaan. Melalui suatu interaksi orang mampu membentuk suatu pengertian tentang nilai serta makna yang diungkapkan dalam suatu kehidupan (Kaelan, 2005: 31-32).

2.3 Sejarah Sepakbola Kota Medan

Sepakbola modern memang “dilahirkan” di Inggris dan Inggris pula yang bertanggungjawab menyebarluaskan permainan ini.Inggris dengan mudah menyebarkan permainan ini, termasuk ke dunia ketiga, karena status mereka sebagai negara kolonial terbesar di dunia. Mula-mula ke “tetangga-tetangga” terdekatnya, seperti Skotlandia, Wales dan Irlandia, lalu ke negara-negara Eropa lainnya (seperti Jerman dan Prancis), dan perlahan tapi pasti sampai ke benua-benua yang jauh seperti Afrika, Amerika Latin dan Asia – tidak terkecuali Indonesia.

Di Indonesia khususnya di kota medan ,Sepakbola pada awalnya lahir di kota medan ketika zaman penjajahan kolonial belanda . para “ Menneer” lah yang pertama sekali membawa olahraga ini ke medan yang ketika itu masih menjadi bagian dari kekuasaan hindia belanda, pemuda-pemuda belanda membentuk klub olahraga pertama di medan pada tahun 16 November 1887 yang bernama Gymnastiek Vereeniging (Medan), yang juga menjadi tempat pertama lahirnya sepakbola dan menjadi genesis sepakbola di nusantara, awalnya


(47)

klub olahraga ini bukan hanya sepakbola saja, tapi juga juga membawahi cabang olahraga lainnya seperti senam dan kriket.(http://sport.detik.com/aboutthegame/read/2013/04/06/113200/2213155/14

97/genealogi-sepakbola-indonesia--bagian-2--sepakbola-dan-kolonialisme?a991104bcom)

Pemerintah kolonial Belanda sendiri memang merancang segregasi sosial yang ketat, jadi hampir sulit ditemukan pemain – pemain bumiputera yang memperkuat klub sepakbola Gymnastiek Vereeniging waktu itu.Pada akhir 1890-an sebuah tim dari Pen1890-ang y1890-ang pada masa itu menjadi daerah kekuasa1890-an pemerintahan inggrisdatang ke medan untuk bertanding, pada pagi hari kedua tim bermain kriket dan sore harinya bertanding sepakbola. Pada hari itu kerap disebutkan menjadi hari bersejarah dalam klub Gymnastiek Vereeninging yang melakonipertandingan persahabatan untuk pertama kalinya melawan klub di luar hindia belanda.Kunjungan kedua pada bulan Februari 1893, dengan hasil tim dari Penang memenangkan dua pertandingan sepak bola dengan skor 7-0 dan 4-2.

Setelah pertandingan melawan tim dari Penang itu, sepakbola disebutkan tidak lagi dimainkan menyusul vakumnya kegiatan Gymnastiek Vereeniging itu. Sepakbola baru dimainkan kembali setelah lahirnya klub olahraga bernama "Sportclub Sumatra’s Oostkust" ( S.O.K.’s ) pada 1 Juni 1899.Di

surat kabar De Sumatra Post edisi 31 Mei 1904 ada laporan berjudul "Het 5-jarig bestaan der Sportclub 'Sumatra's Oostkust’" [Perayaan 5 Tahun Klub Olahraga Pantai Timur Sumatera]. Selain menceritakan visi dan misi didirikannya klub olahraga itu, laporan itu juga menjelaskan betapa klub tersebut didirikan untuk melanjutkan apa yang sudah dilakukan oleh Gymnastiek Vereeniging sejak 1887.


(48)

Salah satu anggota awal S.O.K. 's adalah W.J.H. "Pim" Mulier, pelopor sepak bola Belanda yang jugapendiri Haarlem Football Club pada tahun 1883 di belanda , yang diangkat menjadi editor koran Deli Courant pada tahun 1899 dan tinggal di Medan sampai tahun 1905.Pada bulan Januari 1900, klub itu diberikan penggunaan Esplanade di Medan. pertandingan pertama berlangsung pada 1 Februari 1900, ketika Sportclub, dengan Mulier sebagai penyerang tengah, mengalahkan Langkat English XI dengan skor 2-0 di Medan . (http://www.rsssf.com/tablesi/indiechamp.html#stadmed)

Gambar 2. 1. W.J.H “Pim” Mullier

Yang bisa dicatat dari laporan itu adalah betapa klub-klub olahraga itu sengaja didirikan untuk membentuk kekuatan dan kesehatan fisik, melatih mentalitas sekaligus sebagai sarana relaksasi/rekreasi pikiran dan fisik.Olahraga seperti kriket, tenis atau sepakbola dimainkan di Hindia Belanda pada mulanya lebih untuk bersenang-senang.Belum ada unsur prestasi, tapi lebih kepada aspek


(49)

relaksasi dan rekreasi. (http://sejarah-bolasepak.blogspot.com/2014/02/sejarah-sepak-bola-indonesia.html)

Setelah itu bermunculan klub-klub sepakbola di Kota Medan di antaranya klub Sparta yang didirikan pada tahun 1903, klub Deli S.C pada tanggal 20 Juni 1904, klub Chinese S.C (klub sepakbola etnis tionghoa pertama di medan) tahun 1905, Klub Tapanoeli V.C. dan Voorwaarts pada tahun 1906 , Klub D.S.V. tahun 1911 , Klub C.S.C. tahun 1912 dan klub Go Ahead pada tahun 1914 serta Klub

V.O.P. ta


(50)

Kota Medan sebagai tempat lahirnya sepakbola juga memunculkan pemain termuda sepanjang sejarah tim nasional Belanda yaitu Jan Gualtherus van Breda Kolff yang lahir pada 18 Januari tahun 1894 di Medan. Jan Gualtherus van Breda Kolff berusia 6282 hari (17 tahun lewat sedikit) ketika diturunkan pada laga persahabatan lawan negara jiran Belgia, 2 April 1911.


(51)

Tabel 2.1 Debut Pemain Termuda Tim Nasional Belanda

© voetbalstats.nl

Rekor nya belum terpecahkan selama 103 tahun sebagai pemain termuda yang melakukan penampilan perdana internasional, sepanjang sejarah timnas Belanda.rekor yang ditancapkan pada 2 April 1911 di stadion Dordrecht itu, akan sulit ditumbangkan karena rekornya ganda. Pada laga itu Jan mencetak gol kedua untuk kemenangan Belanda 3-1 atas tim tamu. Gol itu sekaligus merupakan satu-satunya pula yang dicetak Jan dari 11 kali memperkuat timnas Belanda.Jan van Breda Kolff, lolos seleksi timnas Belanda itu sebagai pemain klub HVV Den Haag, tapi dia lahir di Medan Sumatra Utara.Ketika itu Medan masih merupakan bagian dari Hindia Belanda.Apakah Medan menyimpan rahasia sukses pembinaan

sepak bola


(52)

Setelah dua dekade permainan si kulit bundar bergulir di Hindia Belanda, banyak kota besar telah membentuk federasi dan memutar kompetisi liga. Pada 20 April 1919, empat federasi sepakbola di Jawa (Batavia, Surabaya, Bandung, dan Semarang) bergabung mendirikan NIVB (Nederlandsch-Indische Voetbal Bond) atau Persatuan Sepakbola Hindia Belanda.

Statuta organisasi itu disetujui oleh keputusan pemerintah Belanda pada 20 Oktober 1919.NIVB didaftarkan ke FIFA pada 15 April 1924, lalu memperoleh afiliasi resmi badan sepakbola dunia pada 24 Mei 1924. Hindia Belanda pun menjadi koloni Belanda pertama yang mendapatkan keanggotaan FIFA, lima tahun sebelum Suriname dan delapan tahun sebelum Curaçao.

Keanggotaan NIVB dengan cepat meningkat pesat. Pada 1930 memiliki tujuh anggota federasi di Jawa (selain empat kota pendirinya, ditambah Malang, Yogya, dan Sukabumi). Di tahun itu juga Makassar (Sulawesi) diajak bergabung sebagai anggota asosiasi bersama tiga federasi lain: Sumatera Timur (berbasis di Medan), Banjarmasin (Kalimantan), terakhir Hwa Nan Voetbal Bond (HNVB,

federasi Cina yang berbasis di Semarang).

Didirikannya Medansche Voetbal Club (MSV) pada tahun 1930 menjadi embrio dan awal kekuatan klub sepakbola kota medan yang kita kenal hingga saat ini yaituV.B.M.O (Voetbal Obligasi Medan en Omstreken ) yang berarti Persatuan Sepakbola Medan dan Sekelilingnya yang lahir pada bulan November 1949 sebelum akhirnya berganti pada tanggal 21 april 1950 menjadi P.S.M.S yang


(53)

kita kenal hingga sekarang dan menjadi klub bersejarah bagian dari genesis sepakbola di nusantara sejak masa penjajahan kolonial belanda hingga kemerdekaan dan saat ini.Sejak dahulu kota Medandikenal sampai ke beberapa belahan dunia karena perkebunan tembakau Delinya, maka dari itu logo PSMS digambarkan berupa daun dan bunga tembakau Deli. PSMS Medan juga dikenal dengan tipe permainan khas rap-rap yakni sepak bola yang berkarakter keras, cepat dan ngotot namun tetap bermain bersih menjunjung sportivitas .(http://www.rsssf.com/tablesi/indiechamp.html#javakamp)

Berbicara soal pembinaan sepakbola di kota medan pada masa orde lama dan orde baru selalu diidentikkan dengan perkembangan klub PSMS Medan. Hampir semua kompetisi di berbagai usia pada masa itu , PSMS selalu ambil bagian untuk tampil di berbagai kelompok usia , sebagai tim perserikatan yang dimiliki oleh 40 klub dan memiliki kompetisi antar klub internal , PSMS Medan menjadi wadah pembinaan ketika masa itu, pemain-pemain berbakat lahir dari kompetisi internal berkat peninggalan sistem pembinaan sepakbola yang ditinggalkan belanda, sebagai kota penghasil tembakau terbaik pada zama V.O.C, kebun-kebun tembakau telah turun temurun mempunyai infrasturuktur penunjang seperti lapangan dan fasilitas lainnya sejak belanda menularkan olahraga ini di zaman kolonial, dari kebun-kebun ini lah banyak lahir pemain handal, konsep pembinaan ini cukup terkenal hingga melahirkan nama-nama besar yang mengharumkan bangsa dan Negara sebut saja Sunardi A, Iwan Karo-Karo, Nobon Kamayuddin , Parlin SIagian dsb, dan mereka terkenal dengan sebutan ” Anak Kobun”.


(54)

Eksistensi PSMS ini bisa dilihat ketika mereka menorehkan prestasi terbaiknya melalui pembinaan pada tahun 1986 Di masa lalu ketika menjuarai kompetisi junior U-17 Piala Suratin ketika dipimpin Ricky Yakobi dkk., PSMS Medan tidak hanya pernah menorehkan banyak prestasi di tingkat nasional,namun, juga mampu mengharumkan nama bangsa di tingkat internasional. Pada ajang sepak bola bertajuk Nike MU (Manchester United) PC (Premier Club) U-15 Cup tahun 1996,PSMS Medan menjadi wakil Asia-Oceania untuk berlaga di tingkat dunia menghadapi berbagai klub dari benua Afrika,Amerika dan Eropa di kota Machester,Inggris. Perjuangan Ayam Kinantan muda di ajang tersebut tidaklah mudah.

Untuk menjadi wakil Indonesia di ajang Asia Oceania, klub berlambang daun tembakau tersebut harus bersaing dengan klub-klub elit Indonesia lainnya seperti,Persebaya Surabaya, Persib Bandung, Persija Jakarta, PSIS Semarang, PSM Ujung Pandang (Makassar), PSP Padang dan Persegres Gresik. Di babak final Nike Cup MUPC U-15 regional Indonesia, tim PSMS U-15 yang saat itu dilatih Zain Azhar Harahap sukses menekuk Persija Jakarta lewat adu penalti dengan skor 8-7.

Prestasi itu berlanjut, kala The Killer-julukan lain PSMS sukses mengalahkan Malaysia di dua kali pertandingan penentuan juara, dengan skor 2-1 dan 2-1.Kemenangan yang mengantarkan PSMS Medan menjadi wakil Asia-Oceania menghadapi timtim di benua biru (Eropa), hitam (Afrika) dan Amerika.

Klub berkostum kebesaran hijau itu menekuk tim dari dua negara besar Asia itu,dengan skor meyakinkan, yaitu 4-1 atas Korea Selatan dan 3-1 dengan


(55)

Jepang. Tentunya itu menjadi prestasi yang tercatat dalam sejarah, apa lagi kedua negara itu saat ini menjadi peta kekuatan sepak bola dunia yang cukup ditakuti .Prestasi yang mampu memberikan nama harum Indonesia di tingkat dunia.

PSMS menjadi satu-satunya tim Indonesia yang mampu bersaing satu level dengan 24 klub raksasa di berbagai belahan dunia, di antaranya Real Madrid,Arsenal,Espanyol ataupun Borussia Dortmund.” sampai saat ini belum ada tim sepak bola di Indonesia yang mencapai titik itu. Kendati tidak memperoleh gelar juara, PSMS mampu meraih posisi sembilan besar di akhir kompetisi.PSMS kala itu, berada di Grup I bersama Arsenal dan juga klub perwakilan dari Prancis dan Norwegia.

prestasi itu memang tidak terjadi dengan begitu saja.PSMS kala itu telah mempersiapkan diri dengan sangat baik.Berawal dari kegagalan PSMS di kompetisi serupa tahun sebelumnya, seleksi ketat dilakukan terhadap 250 talenta muda, di awal Februari 1996. “Penyeleksian memang benar-benar ketat.karena prosesnya benar-benar penyaringannya murni.

Dengan proses ketat tersebut, PSMS mampu menjaring 18 pemain terbaik. Meskipun hanya meraih peringkat ke-9, setelah gagal masuk ke perempat final lantaran ditahan imbang klub Universidad de Chile,PSMS berhasil meraih tiga trofi perorangan kategori bek terbaik,gelandang terbaik dan penyerang terbaik yaitu Juanda Mayadi. Namun sayang, minimnya perhatian pemerintah, membuat bakat-bakat itu tidak bisa terasah dengan baik.Hanya sedikit di antara mereka yang bisa melanjutkan kariernya di sepak bola.


(56)

Dalam kesempatan itu,mereka menanyakan kelanjutan dari tim ini.Namun sayangnya, mereka tidak bisa mendapatkan jawaban pasti. Kondisi sama juga terjadi saat tim menghadap Ketua PSSI Sumut saat itu, Amru Daulay, Mereka mendapatkan jawaban yang sama yaitu menunggu. Tanggapan serupa juga didapat dari pejabat pemerintahan daerah, yaitu Wali Kota Medan kala itu,Bachtiar Djafar. Alhasil mereka pun hanya bisa pasrah.Pengurus saat itu hanya bertahan tiga bulan memberi makan dan latihan pemain, tapi karena alasan tidak sanggup dan kejelasan juga tidak ada, timdi bubarkan.

Padahal jika dipertahankan dan dibina dengan baik, pemain-pemain itu bisa menjadi amunisi timnas Indonesia di masa mendatang.Informasi yang didapat empat pemain Jepang dan enam pemain Korea Selatan ikut pada Piala Dunia 2002.Mungkin kalau pemain PSMS juga diperlakukan sama akan memberi manfaat besar.

Kemerosotan Pembinaan kota medan bisa dilihat prestasi lainnya di era millennium hanya ketika PSSI Sumut 15 menjadi Runner Up Piala Haornas U-15 tahun 2000 danjuara keempat Liga Bogasari U-U-15 serta PSMS Junior yang setelah 18 tahun merebut gelar piala suratin kembali masuk ke 4 besar pada tahun 2004 setelah takluk oleh PSIS,Persijap dan Persebaya di babak 4 besar. Serta beberapa gelar lainnya.

Jika Indikator kesuksesan pembinaan kota medan dilihat dari menyumbangkan pemain ke tim nasional senior ,hal ini menjadi langka karena


(57)

Medan sudah absen mengirimkan kan putra terbaiknya beberapa tahun ini setelah era Mahyadi ,Saktiawan , Markus dan lain-lain.

2.4 Kerangka Konseptual

Upaya pembinaan Olahraga sebenarnya sudah tercantum semenjak bangsa ini merdeka. Hal ini tercantum dalam penetapan filosofis dan konstitusional pembangunan masyarakat pembangunan masyarakat bangsa Indonesia dalam usaha pemerintah terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan proses mewujudkan kesejahteraan masyarakat bagi Bangsa Indonesia terdapat didalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Alinea keempat, yaitu:

Pembukaan :

”Melindungi segenap bangsa Indonesia, dan seluruh tumpah darah Indoenesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia Yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.(Merah Putih, 2009, 1)”.

Dalam program pembangunan nasional sangat penting kiranya memperhatikan adanya pengembangan sumberdaya manusia dalam pembinaan Olahraga yang ada agar dapat memberikan manfaat, guna pencapaian tujuan tersebut. Paradigma pemerintah daerah saat ini yang ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pembinaan, dan peningkatan kualitas daerah.


(58)

Dalam hal pembinaan olahraga itu sendiri, pemerintah daerah kemudian mempunyai upaya dalam memaksimalkan proses peningkatan kualitas olah raga yang diharapkan nantinya mampu mengarahkan potensi keolahragaan Kota Medan dalam tahap perkembangan yang signifikan.

Dalam Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 menggambarkan bahwa keolahragaan daerah ditata sebagai suatu bangunan sistem keolahragaan yang pada intinya dilakukan pengembangan dan pembinaan olahraga yang diawali dengan tahapan pengenalan olahraga, pemantauan dan pemanduan, serta peningkatan dan pengembangan bakat prestasi. Pentahapan tersebut diarahkan untuk pemassalan dan pembudayaan olahraga, pembibitan, dan peningkatan prestasi olahraga pada tingkat daerah atau sebiasa mungkin dapat mencapai level nasional atau bahkan internasional. Semua pentahapan tersebut melibatkan unsur keluarga, perkumpulan, satuan pendidikan dan organisasi olahraga dalam masyarakat. Sesuai dengan pentahapan tersebut, seluruh ruang lingkup olahraga dapat saling bersinergi.

Pemberdayan masyarakat dibidang olah raga, ditangani oleh Dinas Pemuda dan Olahraga yang kemudian mempunyai fungsi untuk membina dan menyiapkan sumber daya pendukung bagi tercapainya tujuan pembinaan masyarakat tersebut melalui tahapan-tahapan pembinaan, melalui metode pelatihan dan mendayagunakan organisasi- organisasi masyarakat sebagai pendukung keberhasilan program tersebut dengan revitalisasi upaya masyarakat sebagai faktor utama keberhasilan peningkatan olahraga mulai dari keluarga, sekolah sampai ke lembaga keolahragaan. Selanjutnya melihat bahwa upaya pembinaan tidak hanya dapat bermodalkan sebuah semangat melainkan


(59)

diperlukan adanya upaya untuk melakukan langkah dan strategi pembiayaan yang memungkinkan tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung dan memadai, maka perlu adanya pengalokasian dana yang masuk akal dari pemerintah daerah bagi program-progam pelatihan daerah terpadu bagi bibit-bibit potensial serta mengupayakan pewadahan bagi penelusuran potensi keolahragaan daerah.

Temuan empirik di lapangan selama kurun waktu ini pembinaan keolahragaan lebih banyak merujuk dalam penyediaan sarana dan prasarana pendukung dengan pembangunan beberapa lapangan untuk bidang olahraga tertentu. Namun upayaan pemerintah daerah Kota Medan sebatas ini hanya untuk menstimulasi produktivitas masyarakat namun tidak tersistem dengan baik

Untuk mempermudahkan arah penelitian dan penulisan tesis ini nantinya, maka penulis akan memberikan gambaran dari skema kerangka konsep dalam kaitannya dengan upayaan pemerintah daerah dalam pembinaan masyarakat, khususnya pembinaan masyarakat dibidang olahraga di kota Medan, Adapun skema kerangka konsep adalah sebagai berikut :


(60)

Gambar 2.4 Skema Kerangka Konseptual

Upaya Pemerintah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga

Sepakbola

Program Pembinaan keolahragaan KONI Medan/PSSI Medan

1. Program Pembibitan 2. Pengadaan Infrastruktur

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor Pendukung 1.SDM Pelaksana 2. Dukungan kelembagaan 3. Dukungan swasta dan masyarakat

Faktor penghambat 1. Dukungan

kelembagaan yang tidak maksimal

2. Mekanisme pengawalan, tidak

berkelanjutan 3. Koordinasi

PEMDA dan

KONI dan

PSSI Kota Medan sangat minim


(61)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian

Sesuai dengan judul penelitian ini “Upaya Pemerintah Daerah Dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola di Kota Medan”, maka penelitian ini akan dilakukan di wilayah Kota Medan. Kota Medan dipilih karena selama ini cabang olahraga sepakbola diberbagai ajang pentas nasional, baik klub maupun utusan PSSI Kota Medan kurang berprestasi di tingkat nasional. Begitu juga fenomena yang terlihat sekarang tidak satupun klub di Medan yang bertarung di kasta elite sepakbola nasional seperti ISL.

3.2 Tipe Penelitian

Tipe Penelitian ini penulis menggunakan tipe deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberi suatu gambaran kondisi dan wajah sepakbola yang ada di Kota Medan dan kemudian menelaah dan menganalisis secara mendalam berkaitan upaya apa saja yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan dalam pembinaan masyarakat dibidang olahraga, khususnya sepakbola.

3.3 Informan Penelitian

Dalam penelitian kualitatif tak dikenal istilah populasi dan sampel tetapi subjek penelitian atau informan penelitian atau orang-orang atau subjek yang memberikan informasi mendalam berkaitan tema penelitian ini. Sesuai dengan judul penelitian ini yakni upaya pemerintah daerah dalam pembinaan Olahraga Sepakbola di Kota Medan, maka yang menjadi informan penelitian ini


(62)

adalah Pemerintah Kota Medan dalam hal ini adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Kota Medan yang bertugas dan berfungsi dalam membina olahraga yakni Dinas Pemuda dan Olahraga, informan lain lain yang mendukung pembinaan olahraga seperti Koni dan PSSI Kota Medan serta beberapa elemen masyarakat pemerhati dan pembina sepakbola di Kota Medan, sehingga informan yang dibutuhkan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.1. Informan Penelitian

No Informan Penelitian Jumlah

1 Dispora Kota Medan 1 orang yakni Drs. Azzam Nasution,

MAP (Kabid Peningkatan Prestasi

Keolahragaan) 2 Koni Kota Medan 1 orang yakni Drs.

Eddy H.Sibarani (Plt.Koni) 3 PSSI Kota Medan 1 orang yakni Asrul

Sani P. Batubara (Wakil Ketua I PSSI, Bidang Kompetisi dan

Pembinaan) 4 Pemilik Klub dan SSB 1 orang yani Hengky

Ahmad, SH (Pemilik SSB dan Klub Gumarang FC) 5 Pelatih sepakbola 3 orang yani: 1. Taufik Hidayat Nasution, SPd (Pelatih SSB Tasbih

2007-sekarang); 2. Syahril WP (Koordinator pelatih


(63)

SSB Patriot dan asisten pelatih Porwildasu Koni Medan); 3. Lestiadi Lo (Pelatih sepakbola

SSB Tasbi 2001-2007; PSMS Jr.

2002-2003; PSMS 2008-2009; Ast.Arema Malang 2009/2010

juara ISL; Pelatih PSM Makasar 2010;

Asisten pelatih Tim Nasional U-21 2012;

Timnas U-23 Sea Games 2013; Pelatih kepala Tim Nas U-19 2012; Asisten pelatih Tim Nas senior

2011-2012; Coaching Educator AFC untuk

Indonesia; Pelatih Persiba Balikpapan

2014 6 Masyarakat Pemerhati sepakbola 1 orang yani Abdi

Panjaitan (Pengamat sepakbola; Jurnalis

senior sepakbola Sumut Pos 2004-2007; Reporter Harian

koran Bola hingga saat ini; Media Officer PSMS 2008, 2011, 2012 dan Media

Officer Pro Duta 2009-2010 Total informan penelitian 8 orang Lanjutan Tabel 3.1


(1)

o Pelatih o Wasit o Fasilitas Dukungan Ahli ฀ Dokter

Olahraga

฀ Psikologi Olahraga

฀ Ahli Gizi Olahraga

฀ Ahli Kepelatihan OR ฀ Kesejahteraan Pelatih dan Atlet ฀ Sumber Dana Sumber : Hasil Telahaan dan analisis penelitian


(2)

B A B V

K E SI M PUL A N DA N SA R A N

5.1. K esimpulan

Bedasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Upaya pembinaan olahraga sepak bola yang dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dianggap masihlah belum maksimal di mana pemerintah Kota Medan. Upaya pembinaan yang dilakukan masih berfokus kepada seluruh cabang olahraga yang ada. Sehingga anggaran dana yang diberikan juga harus dibagi kepada 37 cabang olahraga yang ada. 2. SSB selaku ujung tombak pembinaan sepak bola dipaksa untuk

mandiri dengan mencari modal sendiri melalui iuran pendaftaran dan iuran bulanan. Di mana selama ini SSB tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah.

3. Sarana dan prasarana yang ada dalam pembinaan olahraga sepak bola di kota medan juga belum memenuhi standart yang sesuai. Termasuk tidak adanya kurikulum untuk standarisasi program pembinaan olahraga sepakbola.

Berdasarkan simpulan yang diperoleh menunjukkan bahwa, perkembangan prestasi dan pembinaan olahraga khususnya cabag sepakbola di Kota Medan kurang berjalan dengan baik. Untuk mencapai prestasi yang baik dalam cabang sepakbola perlu didukung oleh unsur-unsur pendukung yang baik. Unsur-unsur-unsur yang baik di antaranya:


(3)

Organisasi yang dikelola secara professional, sumber dana yang cukup, pembinaan yang baik, prasarana dan sarana yang memadai. Dengan unsur-unsur yang baik tersebut maka tidak diragukan lagi prestasi sepakbola di Kota Medan akan mengalami peningkatan. Hasil penelitian dapat dijadikan evaluasi bagi Pemerintah Kota Medan dan para pemangku kepentingaan lainnya untuk lebih meningkatkan kualitas unsur-unsur pendukung prestasi sepakbola di Kota Medan di masa mendatang, di samping itu hasil penelitian ini dapat pula dijadikan pedoman bagi PSSI dan Koni Kota Medan dan klub-klub, serta SSB yang ada di Kota Medan untuk terus meningkatkan pembinaan pemain usia dini sehingga di masa mendatang akan muncul pemain-pemain hebat dari Kota Medan.

5.2. S a r a n

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian yang telah dilakukan dapat diajukan beberapa saran berkaitan Upaya Pemerintah Daerah Kota Medan dalam Pembinaan Olahraga Sepakbola sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Medan pada khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya hendaknya dapat lebih memperhatikan pembangunan dan penambahan sarana dan prasarana sepak bola serta cabang cabang olahraga lain. Mengingat setiap event olahraga yang dilaksanakan seperti adanya satu pertandingan sepak bola dapat mendatangkan banyak pengunjung atau penonton dan menghidupkan sektor rill. 2. Pemerintah melalui Kementrian Pemuda dan Olahraga dan juga PSSI


(4)

digunakan dalam usaha pembinaan pemain sepak bola di seluruh Indonesia.

3. Pemerintah diharapkan juga dapat membantu pembinaan yang dilaksanakan oleh SSB mengingat SSB adalah ujung tombak dari pembinaan sepak bola.


(5)

DA F T A R PUST A K A

Anonim. 2009.Olahraga Jadi Industri, Pemda Harus Berbenah

Online 31 Januari

Anonim. 2010. Inilah 10 Klub Sepakbola Terkaya di DuniaOnline 7 September 2010.

Anonim.28 Oktober 2010.Omset Sepak Bola Mencapai 3 Triliun. Kompas, hlm. 29

Anonim.Desember 2008. Bila Klub Sepak Bola Jadi Perusda. Busines Review, hal 51

Anton B, Achmad, C Z. (1990). Metodologi Penelitian F ilsafat. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Bakharuddin, F ilosofi Olahraga dan I slam.

January 9, 2009.

Damardjati Supadjar. (1998). Pemikiran F ilsafat Nusantara. Yogyakarta: Pusat Studi Pancasila, Universitas Gadjah Mada.

Bungin, Burhan.2006.Sosiologi K omunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi K omunikasi di Masyarakat.Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Eldon E, Snyder and Etmer A, Spalitzer. (1983). Social Aspects of Sport. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

J. Coakley, Jay. (1978). Sport in Society. Saint Louis: The Mosby Company. Kaelan.(2005). Metode Penelitian K ualitatif Bidang F ilsafat. Yogyakarta:

Paradigma.

Kementerian Negara Pamuda dan Olahraga. 2005.Undang-Undang Republik Indonesia Nomor: 3 Tahun 2005. Jakarta: Menpora

Pitts, B.G., Fielding, L.W. & Miller, L.K. 1994.Industry segmentation theory and the sport industry:Developing a sport industry segment model. Sport


(6)

Shodiq A.Kuntoro. (1999). Pendidikan Dalam Perspektif Al-Qur’ an: Tinjauan Makro. Kumpulan Makalah Pendidikan, hal 65-79, 17 Agustus 1999, Yogyakarta.

Mahmud, Ali A.H. (2000). Pendidikan Ruhani. Jakarta: Gema Insani Press.

Rusli Lutan. (1991). “Pendekatan Sosiologis dalam Pembinaan Prestasi Olahraga”. Makalah Seminar/Temu Ilmiah Sudjiran Cup.6-7 Maret 1991. Rusli Lutan dan Sumardianto.(2000). F ilsafat Olahraga. Jakarta: Depdiknas Sardjono. (1986). Peranan Olahraga dalam Pembangunan Manusia

I ndonesia Seutuhnya. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta.

Toho Cholik Mutohir. (2002). K ebijakan Pembinaan dan Pengembangan Olahraga Masyarakat. Jakarta: Depdiknas, DirJen Olahraga.

Wright, Lesley J.M. (2004). Preserving the Value of Happiness in Primary School Physical E ducation.Journal of Physical Education and Sport Pedagogy. Volume 9, No.2, November 2004, hal 149-163.