Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Pelaksanaan Otonomi Daerah (Di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias)

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

(Di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias)

D I S U S U N O l e h :

Nama : Vebri Linalse Telaumbanua NIM : 03 0903 010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

H ALAMAN PERSETU J U AN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERBANYAK DAN DIPERTAHANKAN OLEH :

NAMA : VEBRI LINALSE TELAUMBANUA

NIM : 03 0903 010

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

JUDUL : PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR PEMERINTAH

DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

MEDAN, DESEMBER 2007 KETUA DEPARTEMEN

DOSEN PEMBIMBING ILMU ADMINISTRASI NEGARA

Dra. NURLELA KETAREN, M.SP

NIP. 131 124 049 NIP. 131 568 391

DRS. MARLON SIHOMBING, MA

DEKAN F I S I P – U S U


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

H ALAMAN P EN GES AH AN

SKRIPSI INI TELAH DIPERTAHANKAN DIDEPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK OLEH :

NAMA : VEBRI LINALSE TELAUMBANUA NIM : 03 0903 010

DEPARTEMEN : ILMU ADMINISTRASI NEGARA

JUDUL : PENGARUH KEMAMPUAN APARATUR

PEMERINTAH DAERAH TERHADAP PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH

YANG DILAKSANAKAN PADA : HARI : SABTU

TANGGAL : 15 DESEMBER 2007 PUKUL : 08.00 WIB – 09.30 WIB

TEMPAT : RUANG SIDANG FISIP – USU

PAN ITIA PEN GU J I

KETUA : Drs. ALWI HASYM, MSI ( )

ANGGOTA 1 : Dra. NURLELA KETAREN, MSP ( )


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur, Hormat dan Kemuliaan hanya bagi Tuhan Yesus Kristus, Allah yang hidup, oleh karena berkat anugerah dan perkenanNya saja skripsi ini dapat diselesaikan. Topik yang diangkat dalam penelitian ini adalah Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Hal ini cukup menarik bagi penulis karena dalam melaksanakan otonomi daerah dibutuhkan kemampuan aparatur yang memadai dan potensial tanpa menunggu petunjuk dari pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan otonomi daerah, namun jika melihat kondisi dan kesiapan aparatur Pemerintah Daerah diberbagai daerah ada indikasi yang mengkhawatirkan bahwa belum optimalnya kesiapan aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah, selain itu melihat karakteristik Kabupaten Nias yang unik yakni merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 pulau, sehingga dalam pelaksanaan otonomi daerahnya disesuaikan dengan bentuk dan potensi daerahnya membuat penulis semakin tertarik dengan topik ini.

Dari awal penulisan hingga penyelesaian skripsi ini, banyak kesulitan dan masalah-masalah yang dijumpai oleh penulis. Kesulitan-kesulitan tersebut tak kan pernah dapat berlalu tanpa dukungan, cinta dan kasih sayang dari semua yang telah membantu. Untuk itu, dari dasar hati yang terdalam penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tak terhingga.


(5)

dengan Ibu. Kesetiaan, kesabaran dan pengertian ibu telah berhasil mengubah hati yang lemah menjadi terbeban kembali untuk bertanggung jawab menyelesaikan skripsi ini, bagi penulis anda adalah seorang Guru yang tidak hanya mengajar tapi juga mendidik.

Kepada segenap keluarga penulis yang tercinta, terimakasih untuk dukungan doa dan moril yang diberikan. Bersama dengan kalian, penulis benar-benar menemukan arti dari sebuah keluarga, penulis bersyukur karena Tuhan tempatkan ditengah-tengah keluarga terbaik yang pernah ada.

Untuk Papa dan Mama Tercinta, Salatieli Telaumbanua dan Nurrayana Harefa, terimakasih untuk semua kasih sayang, pengorbanan yang sudah papa dan mama berikan, tak ada satu hal pun yang bisa penulis bagikan untuk membalas jasa-jasa papa dan mama, penulis hanya bisa berdoa agar Tuhan memberikan hikmat dan kebijaksanaan, serta menganugerahkan kesehatan dan umur yang panjang. Buat abang dan adik-adik penulis, Yansel Perlin Telaumbanua,SKM, Eunika Ratna Telaumbanua dan Arnold Telaumbanua. Penulis bangga memiliki adik-adik seperti kalian, dengan cara masing-masing selalu mengingatkan penulis akan tugas dan tanggungjawab. Thank’s Bro...!!

Untuk kakek nenek tersayang, dimasa tuanya tetap mendukung penulis untuk mencapai cita-cita setinggi mungkin, trimakasih kakek nenek buat semuanya terlebih buat nasehat yang paling berharga dar kakek nenek yang selamanya terpatri dihati penulis yakni “Mazmur 37:3-5” penulis berdoa


(6)

semoga kakek dan nenek diberi Tuhan kesehatan yang baik dan kesempatan untuk mendampingi kami cucu kakek dan nenek memperoleh keberhasilan.

Untuk Baya A/I. Ine. Papa Talu A/I. Foni, Ma Ing Pak Cik A/I. Rebeca, yang telah menjadi orang tua bagi penulis selama mengikuti perkuliahan di USU, Medan. Trimakasih buat semua doa, perhatian, kasih sayang maupun dukungan materi yang diberikan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan tepat pada waktunya dan dengan hasil memuaskan.

Untuk Baya A/I. Ruth, Papa Talu A/I. Desius, Papa Sa’a A/I. Wahyu Gulo, Papa Sakhi A/I. Nevan Hulu yang telah banyak membantu penulis selama di bangku perkuliahan baik dari segi moril maupun materil, tiada balasan yang mampu penulis berikan selain doa semoga berkat Tuhan semakin melimpah dalam setiap perjalanan kehidupan sehari-hari.

Bantuan yang tak ternilai harganya juga penulis terima dari segenap pimpinan dilingkungan organisasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sumatera Utara, kepada Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan FISIPOL, semoga dibawah kepemimpinan Bapak, FISIPOL-USU dapat menjadi teladan diantara sekian banyak Fakultas di lingkungan Universitas Sumatera Utara. Kepada Bapak Drs. Marlon Sihombing, MA selaku Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara dan Ibu Dra. Beti Nasution, M.Si selaku Sekretaris Departemen, penulis mengucapkan banyak terimakasih atas waktu dan perhatian yang telah diberikan. Untuk Kak Mega dan Kak Emi sebagai staf administrasi di Departemen dan Bagian Pendidikan


(7)

FISIPOL-USU, terimakasih atas bantuannya mengurus adminstrasi yang dibutuhkan selama perkuliahan penulis, anda adalah penentu bagi kelancaran perjalanan penulis menyelesaikan studi di Departemen Ilmu Administrasi Negara. Tidak lupa juga penulis menyampaikan rasa hormat yang mendalam untuk Bapak Drs. Alwi Hasym, M.Si dan Bapak Hatta Ridho, MSP sebagai Ketua dan Dosen Penguji Skripsi, komentar-komentar Bapak amat menentukan kualitas skripsi penulis, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas sumbangsih pemikiran dan saran demi perbaikan skripsi ini.

Demikian juga kepada segenap pimpinan dan staf Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, Pimpinan dan Staf Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Nias, dan semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian di Nias. Terimakasih atas fasilitas dan kemudahan-kemudahan yang diperoleh, data-data yang diberikan amat membantu penulis dalam penyelesaian karya tulis ini.

Makna persahabatan yang terdalam penulis temukan bersama Helda Miyani Tanjung, Agustia Permanda, Fika Yuwana Isbani, Nellis Mardiah dan Nuning Rohaini. Masa-masa menempuh perkuliahan di FISIP USU akan terasa amat berat tanpa kehadiran kalian. Untuk seluruh teman-teman di Komisi Pemuda Sektor Medan Baru ( ribuan banyaknya, ga bisa disebutin satu persatu……:-D ) ‘n especially to “X 2-c” K’ Ika, K’ Nina, Ningsih, Ridha, Elis dan Titha. Thank’s buat kebersamaan dan persahabatan kita


(8)

selama di 2-C semoga ini tiada berubah sampai kapanpun, diamanapun kalian berada penulis tetap berdoa untuk keberhasilan kalian.

The last but not least, buat Bestarno Lahagu abang kebanggaanku abang adalah figur yang menjadi motivator bagi penulis untuk menyelesaikan perkuliahan. Bagi penulis kamu adalah benteng pertahanan terakhir yang menentukan keberhasilan penulis menyelesaikan karya ilmiah ini. Terimakasih untuk dukungan doa motivasi, yang tak pernah habis buat penulis,. Terimakasih juga untuk hari-hari terindah yang pernah dan akan terus kita lalui. Bersama, tak ada satu hal pun yang tak bisa kita lalui. Keep stay in peace n always prayer for our relation, God Bless !!

Diakhir pengantar ini, penulis menyadari bahwa tak ada gading yang tak retak. Sesempurna apapun kita merancang sesuatu, tak akan luput jua dari kekhilafan. Untuk itu sumbangsih pemikiran dalam bentuk kritik dan saran yang membangun akan terus menjadi bagian dari proses pencarian bentuk ideal dari sebuah fenomena demi perbaikan dimasa yang akan datang. Demikianlah penulis persembahkan skripsi ini dengan harapan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 19 Desember 2007 P e n u l i s,


(9)

D A F T A R I S I KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ABSTRAKSI

B A B I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Kerangka Teori ... 6

1.5.1 Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah ... 7

1.5.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah ... 13

1.6 Hipotesis ... 19

1.7 Defenisi Konsep ... 19

1.8 Defenisi Operasional ... 20

1.9 Sistematika Penulisan ... 23

B A B II METODOLOGI PENELITIAN 2.1 Bentuk Penelitian ... 24

2.2 Lokasi Penelitian ... 24

2.3 Populasi dan Sampel ... 24

2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 25

2.5 Teknik Analisa Data ... 27

B A B III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 3.1 Kondisi Wilayah ... 30

3.1.1 Letak Geografis ... 30

3.1.2 Luas Wilayah ... 30

3.1.3 Batas Wilayah ... 30

3.1.4 Keadaan Topografi... 30


(10)

3.2 Potensi Wilayah ... 32

3.2.1 Gambaran Umum Perkembangan Ekonomi ... 32

3.2.2 Struktur Perekonomian ... 34

3.2.3 Keadaan Penduduk dan Luas Wilayah ... 35

3.2.4 Perhubungan dan Telekomunikasi ... 38

3.2.4.1 Perhubungan... 38

3.2.4.2 Telekomunikasi ... 39

3.3 Kondisi Sosial ... 39

3.3.1 Pendidikan ... 39

3.3.2 Kesehatan ... 40

3.4 Sekretariat Daerah Kabupaten Nias ... 41

3.4.1 Sekretaris Daerah ... 41

3.4.2 Asisten Tata Praja dan Kesejahteraan Sosial ... 43

3.4.3 Asisten Administrasi, Ekonomi, dan Pembangunan... 54

B A B IV PENYAJIAN DATA 4.1 Data dan Distribusi Identitas Responden... 66

4.2 Jawaban Responden Tentang Kemampuan Aparatur ... 70

4.3 Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan Otonomi Daerah... 86

B A B V ANALISA DATA 5.1 Klasifikasi Data ... 100

5.1.1 Klasifikasi Kemampuan Aoaratur... 101

5.1.2 Klasifikasi Pelaksanaan Otonomi Daerah ... 102

5.2 Analisis Korelasi ... 102

5.3 Analisa Regresi ... 104

5.4 Koefisien Determinasi ... 106

5.5 Interpretasi Data ... 106

B A B VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan ... 114


(11)

LAMPIRAN

- Tabel penolong, perhitungan hubungan antara kemampuan aparatur dan

pelaksanaan otonomi daerah ... i - Tabel Tabuasi Jawaban Responden Tentang Kemampuan Aparatur ... ii - Tabel Tabulasi Jawaban Responden Tentang Pelaksanaan otonomi Daerah… iv - Tabel Nilai Distribusi t

- Tabel Nilai-nilai r Product- Moment


(12)

A B S T R A K S I

Nama : Vebri Linalse Telaumbanua NIM : 03 0903 010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, MSP

Adapun judul yang dipilih oleh penulis dalam skripsi ini adalah Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Judul ini dipilih oleh penulis karena faktor manusia merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Diantara sumber daya manusia, yang secara potensial berpengaruh terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah aparatur pemerintah daerah , karena aparatur merupakan pelaksana kebijakan publik yang mengemban tugas dan fungsi-fungsi pelayanan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga diperlukan persyaratan kualitas yang memadai dari unsur sumber daya manusia ini.

Permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaruh kemampuan aparatur terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini cukup menarik bagi penulis karena dalam melaksanakan otonomi daerah dibutuhkan kemampuan aparatur yang memadai dan potensial tanpa menunggu petunjuk dari pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan otonomi daerah, namun jika melihat kondisi dan kesiapan aparatur Pemerintah Daerah diberbagai daerah ada indikasi yang mengkhawatirkan bahwa belum optimalnya kesiapan aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah penelitian asosiatif dengan analisis kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, sehingga dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Data-data yang dibutuhkan dikumpul dengan 3 cara yaitu pengumpulan data primer melalui wawancara langsung, menggunakan angket yang ditetapkan pilihan dan sifatnya tertutup, pengumpulan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumentasi serta pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan langsung dilapangan.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, dengan jumlah populasi 176 orang dan sampel dengan jumlah 44 orang dengan teknik penentuan sampel simple random sampling.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah mempunyai pengaruh yang posisitif sebesar 0,37 dan signifikan terhadap pelaksanaan otonomi daerah yang berarti artinya koefisien tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel yang 44 orang diambil, dengan persamaan regresi Ỹ = 19,745 + 0,356 X yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) berapa nilai dalam variabel dependen akan terjadi apabila nilai dalam variabel independen ditetapkan. Koefisien determinasi menghasilkan pengaruh kemampuan aparatur terhadap pelaksanaan otonomi daerah sebesar 13,69 % ini berarti pencapaian pelaksanaan otonomi daerah yang baik, dipengaruhi oleh kemampuan aparatur sebesar 13,69


(13)

A B S T R A K S I

Nama : Vebri Linalse Telaumbanua NIM : 03 0903 010

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Dosen Pembimbing : Dra. Nurlela Ketaren, MSP

Adapun judul yang dipilih oleh penulis dalam skripsi ini adalah Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Judul ini dipilih oleh penulis karena faktor manusia merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Diantara sumber daya manusia, yang secara potensial berpengaruh terhadap pelaksanaan otonomi daerah adalah aparatur pemerintah daerah , karena aparatur merupakan pelaksana kebijakan publik yang mengemban tugas dan fungsi-fungsi pelayanan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga diperlukan persyaratan kualitas yang memadai dari unsur sumber daya manusia ini.

Permasalahan yang diangkat oleh penulis dalam skripsi ini adalah bagaimana pengaruh kemampuan aparatur terhadap pelaksanaan otonomi daerah. Hal ini cukup menarik bagi penulis karena dalam melaksanakan otonomi daerah dibutuhkan kemampuan aparatur yang memadai dan potensial tanpa menunggu petunjuk dari pemerintah mengenai apa yang harus dilakukan dalam melaksanakan otonomi daerah, namun jika melihat kondisi dan kesiapan aparatur Pemerintah Daerah diberbagai daerah ada indikasi yang mengkhawatirkan bahwa belum optimalnya kesiapan aparatur Pemerintah Daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.

Adapun metode penelitian yang digunakan penulis dalam skripsi ini adalah penelitian asosiatif dengan analisis kuantitatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih, sehingga dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala. Data-data yang dibutuhkan dikumpul dengan 3 cara yaitu pengumpulan data primer melalui wawancara langsung, menggunakan angket yang ditetapkan pilihan dan sifatnya tertutup, pengumpulan data sekunder melalui studi kepustakaan dan dokumentasi serta pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan langsung dilapangan.

Penelitian ini dilaksanakan di Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, dengan jumlah populasi 176 orang dan sampel dengan jumlah 44 orang dengan teknik penentuan sampel simple random sampling.

Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa kemampuan aparatur pemerintah daerah mempunyai pengaruh yang posisitif sebesar 0,37 dan signifikan terhadap pelaksanaan otonomi daerah yang berarti artinya koefisien tersebut dapat digeneralisasikan atau dapat berlaku pada populasi dimana sampel yang 44 orang diambil, dengan persamaan regresi Ỹ = 19,745 + 0,356 X yang dapat digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) berapa nilai dalam variabel dependen akan terjadi apabila nilai dalam variabel independen ditetapkan. Koefisien determinasi menghasilkan pengaruh kemampuan aparatur terhadap pelaksanaan otonomi daerah sebesar 13,69 % ini berarti pencapaian pelaksanaan otonomi daerah yang baik, dipengaruhi oleh kemampuan aparatur sebesar 13,69 %, sedangkan sisanya sebesar 86,31 dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.


(14)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1 Latar Belakang

Republik Indonesia adalah sebuah negara yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945. Sebagai sebuah negara, Republik Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar, yaitu Undang-Undang Undang-Undang Dasar 1945. Berdasarkan Undang-Undang Undang-Undang Dasar 1945 kerangka kenegaraan dan sistem pemerintahan Republik Indonesia diatur. Undang Undang Dasar 1945 menegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik. Ditegaskan pula Indonesia adalah negara hukum yang berkedaulatan rakyat. Dengan demikian Negara Indonesia adalah negara konstitusi, bersendikan demokrasi.

Namun, mengingat wilayah Negara Indonesia yang sangat besar dengan rentang geografis yang luas dan kondisi sosial-budaya yang beragam, Undang Undang Dasar 1945 kemudian mengatur pemerintahan daerah melalui Pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 yang antara lain menyatakan bahwa pembagian negara Indonesia atas daerah besar dan kecil, dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang.

Dalam penjelasan pasal tersebut, antara lain, dikemukakan bahwa “oleh karena Negara Indonesia itu suatu eenheidsstaat, maka Indonesia tidak akan mempunyai daerah dalam lingkungannya yang bersifat staat juga. Daerah Indonesia akan dibagi dalam daerah propinsi dan daerah propinsi akan dibagi dalam daerah yang lebih kecil. Di daerah-daerah bersifat otonom atau bersifat administrasi belaka, semuanya menurut aturan yang akan ditetapkan


(15)

undang-Daerah. Oleh karena itu, didaerah pun, akan bersendi atas dasar permusyawaratan. Dengan demikian, Undang Undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah

Dalam perkembangan sejarah Negara Republik Indonesia, untuk melaksanakan pasal 18 Undang Undang Dasar 1945 tersebut, telah dikeluarkan undang-undang yang mengatur Pemerintahan Daerah, dan sudah beberapa kali diadakan perubahan dan penyempurnaan sehingga yang berlaku hingga pada saat ini adalah Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Dengan lahirnya Undang-undang No. 32 Tahun 2004 ini, maka dimulailah babak baru pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia. Kebijakan otonomi daerah ini memberikan kewenangan otonomi kepada Daerah Kabupaten dan Kota didasarkan pada asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Desentralisasi merupakan media dalam pelaksanaan hubungan antar level pemerintahan dalam lingkup suatu negara, yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan pemerataan dan keadilan.

Melihat berbagai uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Otonomi Daerah adalah memungkinkan daerah meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan untuk kemajuan daerah dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan publik, serta untuk meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa.


(16)

Inti dari pelaksanaan Otonomi Daerah adalah terdapatnya keleluasan Pemerintah Daerah (discretionary power) untuk menyelenggarakan pemerintahan sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, dan peran serta aktif masyarakat dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Otonomi Daerah tidak hanya berarti melaksanakan demokrasi dilapisan bawah, tetapi juga mendorong aktivitas masyarakat untuk melaksanakan sendiri apa yang dianggap penting bagi lingkungannya. Pelaksanaan Otonomi Daerah kelihatannya memang sederhana. Namun sebenarnya mengandung pengertian yang cukup rumit, karena didalamnya tersimpul makna pendemokrasian dalam arti pendewasaan politik rakyat daerah, pemberdayaan masyarakat, dan sekaligus bermakna mensejahterakan rakyat yang berkeadilan (Koswara, 1998). Menurut Josep Riwu Kaho, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Otonomi Daerah, salah satunya manusia pelaksananya harus baik

Memang ada banyak hal yang mempengaruhi pelaksanaan Otonomi Daerah, namun masalah sumber daya manusia merupakan masalah yang sangat mendasar karena dengan ditetapkannya status sebagai daerah otonom yang luas disertai kadar desentralisasi yang tinggi, memungkinkan setiap daerah mengembangkan kreasi dan inovasi yang tinggi dalam mengurus rumah tangganya. Dalam format seperti ini, kebutuhan tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas menjadi dasar pertimbangan utama yang memerlukan langkah-langkah prioritas yang terprogram secara sistematik.

Faktor manusia merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Hal ini disadari karena manusialah yang menjalankan mekanisme pemerintahan. Diantara beberapa sumber daya manusia yang secara


(17)

potensial sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah adalah aparatur pemerintah daerah. Unsur ini menempati posisi yang bukan saja mewarnai, melainkan juga menentukan arah ke mana suatu daerah akan di bawa. Dimana aparatur Pemerintah Daerah adalah pelaksana kebijakan publik yang mengemban tugas dan fungsi-fungsi pelayanan, perlindungan, dan pemberdayaan masyarakat. Sehingga diperlukan persyaratan kualitas yang memadai dari unsur sumber daya manusia ini. Secara teoritik, kemampuan pemerintah, antara lain terbentuk melalui penerapan azas desentralisasi, yaitu adanya pelimpahan wewenang dari tingkat atas organisasi, kepada tingkat bawahnya secara hirarkis (Ryaas Rasyid, 1997). Melalui pelimpahan wewenang itulah pemerintah pada tingkat bawah diberi kesempatan untuk mengambil inisiatif dan mengembangkan kreativitas, mencari solusi terbaik atas setiap masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas sehari-hari.

Namun demikian, kenyataannya dalam pelaksanaan Otonomi Daerah kapasitas aparatur pemerintah masih sangat terbatas dimana bukan saja kuantitasnya yang memprihatinkan tetapi juga kualitas dari produk yang dihasilkan masih belum bisa memenuhi harapan semua pihak, termasuk yang diakui sebagian aparatur Pemerintah sendiri. Apalagi ada predikat tambahan yaitu “termasuk peringkat atas sebagai negara korup di dunia”.

Kondisi aparatur pemerintah beberapa waktu yang lalu pernah diamati oleh sebuah lembaga yang hasilnya cukup memprihatinkan. Ketika jam kerja, banyak dijumpai aparatur yang hanya baca koran, hanya berbincang-bincang, dan bahkan tidak berada ditempat kerjanya, sehingga kebanyakan aparatur tidak mengetahui tugas-tugas rutinnya. Selain itu pendidikan formal aparatur pemerintahan sekitar


(18)

40-50% adalah lulusan SLTA dan kesempatan mengikuti pelatihan atau program pemerintah sangat terbatas, keterbatasan ini menimbulkan perbedaan persepsi dalam menafsirkan dan memahami setiap tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada setiap aparatur. Apalagi dengan adanya kebijakan otonomi daerah ini yang memerlukan kemampuan setiap aparatur untuk mengemban tugas sebagai aparatur daerah otonom, jika kondisi aparatur seperti kondisi ini maka menghambat percepatan pelaksanaan otonomi daerah karena sebagian diantaranya merasa takut akan kehilangan kekuasaan akibat kurangnaya pemahaman tentang otonomi daerah dan sebaliknya sebagian lagi kebablasan dalam menerapkan otonomi daerah.

Melihat kondisi ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam rangka melihat Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah. Selain itu melihat karakteristik Kabupaten Nias yang unik yakni merupakan daerah kepulauan yang memiliki pulau-pulau kecil sebanyak 27 pulau, sehingga dalam pelaksanaan otonomi daerahnya disesuaikan dengan bentuk dan potensi daerahnya membuat penulis semakin tertarik dengan topik ini.

1.2 Perumusan Masalah

Agar penelitian dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya maka peneliti haruslah merumuskan masalahnya dengan jelas, sehingga akan diketahui darimana suatu penelitian harus mulai diarahkan, kemana, dan dengan apa (Arikunto, 1996; 19). Berdarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah dan memberikan batasan pada masalah Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah


(19)

Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana Pengaruh Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Nias Terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang penulis harapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui:

a. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh kemampuan aparatur Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan otonomi daerah.

b. Untuk mengetahui pelaksanaan otonomi daerah.

c. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui aparatur Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

a. Pemberian masukan-masukan yang bermanfaat bagi pelaksanaan otonomi daerah.

b. Karya tulis ini di harapkan dapat memperkaya referensi ilmiah di bidang Administrasi Negara, sekaligus bermanfaat bagi masyarakat. c. Melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui

aplikasi teori dan konsep yang relevan dengan topik penelitian.

1.5 Kerangka Teori

Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus menyusun kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti


(20)

menyoroti masalah yang telah dipilih (Nawawi, 1991:40). Dari perspektif ini nantinya penulis akan menggeneralisasikan data-data yang diperlukan, menyusunnya, dan menganalisisnya berdasarkan metode penelitian yang dipilih.

Adapun landasan konseptual yang dibentuk dalam penelitian ini adalah:

1.5.1Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Dalam konteks pemerintahan daerah, di era otonomi luas dituntut adanya keterbukaan, akuntabilitas, ketanggapan, dan kreativitas dari segenap jajaran aparatur Pemerintah Daerah. Dalam dunia yang penuh kompetitif, sangat diperlukan kemampuan birokrasi dan sumber daya aparatur untuk memberikan tanggapan atau responsif terhadap berbagai tantangan secara akurat, bijaksana, adil dan efektif. Dengan demikian aparatur merupakan faktor yang dominan bagi berhasilnya penyelenggaraan Pemerintahan di daerah.

Sehubungan dengan aparatur Pemerintah Daerah, Kaho menyatakan: “Salah satu atribut penting yang memadai suatu Daerah Otonom adalah memiliki aparatur tersendiri yang terpisah dari aparatur Pemerintah Pusat yang mampu untuk menyelenggarakan urusan-urusan rumah tangganya. Sebagai unsur pelaksana, aparatur pemerintah daerah menduduki posisi vital dalam keseluruhan proses penyelenggaraan Otonomi Daerah. Oleh karena itu tidak berlebihan bila dikatakan bahwa keberhasilan penyelenggaran Otonomi Daerah sangat tergantung pada kemampuan aparatnya” (Joseph Riwu Kaho, 1990:249).

Kata “kemampuan” menurut Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia berarti kesanggupan, kecakapan, kekayaan, (Poerwadarminta, 1961: 569).

Selanjutnya Gibson menyatakan bahwa “Kemampuan merupakan sifat yang dibawa sejak lahir atau yang dipelajari, yang memungkinkan seseorang menyelesaikan pekerjaannya (Gibson, 1994: 54).


(21)

Dalam kaitannya dengan kemampuan, Moenir menyatakan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan pegawai dalam hubungannya dengan pekerjaan ialah suatu keadaan pada diri seseorang yang secara penuh kesanggupan, berdaya guna, berhasil guna melaksanakan pekerjaannya sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal (A.S. Moenir, 1983: 76).

Sedangkan aparatur secara etimologis istilah aparatur berasal dari kata aparat, yakni alat, badan, instansi, pegawai negeri. Sedangkan aparatur disamakan artinya dengan aparat tersebut diatas, yakni dapat diartikan sebagai alat negara, aparat pemerintah. Jadi aparatur negara adalah alat kelengkapan negara yang bertanggung jawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-hari (Victor M. Situmorang; Cormentyana Sitanggang, 1994:113-114).

Selanjutnya Miftah Thoha berpendapat bahwa “kemampuan merupakan salah satu unsur yang berkaitan dengan pengetahuan atau ketrampilan yang dapat diperoleh pegawai melalui pendidikan dan latihan atau pengalaman kerja”.

Dalam hal ini kemampuan aparatur sangat tergantung pada pengetahuan, ketrampilan atau kecakapan.

Adapun tingkat pengetahuan ini bisa dilihat melalui: a. Jenjang pendidikan formal yang ditempuh.

b. Pendidikan non formal seperti kursus, pelatihan, dan penataran. c. Pengalaman kerja.

Sedangkan pada tingkat ketrampilan atau kecakapan bisa dilihat melalui: a. Cara pelaksanaan kerja.

b. Ketepatan waktu dalam pelaksanaan kerja. c. Hasil yang dicapai. (Miftah Thoha, 1993: 34)

Berangkat dari pengertian di atas, maka secara keseluruhan pengertian dari kemampuan aparatur adalah menunjukkan apa yang dapat dilakukan oleh pegawai negeri sipil dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Ini mengarah pada suatu konsepsi bahwa kemampuan yang dipunyai seorang aparat ditunjukkan dengan kesanggupannya sesuai dengan tingkat


(22)

pengetahuannya dan ketrampilan yang diperolehnya melalui pendidikan dan pengalamannya.

Tersedianya modal pengetahuan dan ketrampilan inilah yang merupakan salah satu faktor untuk mempertimbangkan penempatan seorang calon pegawai. Modal ini biasanya dimiliki oleh mereka yang berpendidikan. Ketrampilan dan pengetahuan ini sebagai pertanda adanya kemampuan sebagaimana pendapat diatas, ternyata dapat dialihkan dari orang yang satu kepada orang lain. Tidak lain medianya adalah melalui pendidikan

Pendidikan adalah:“Usaha sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup dalam rangka mengalihkan pengetahuan oleh seseorang kepada orang lain.Dengan pengertian di atas jelas tampak bahwa pendidikan dapat bersifat formal akan tetapi dapat pula bersifat non formal. Pendidikan yang bersifat formal ditempuh melalui tingkat-tingkat pendidikan, mulai dari sekolah Taman Kanak-kanak, hingga bagi sebagian orang, pendidikan tinggi, terjadi di ruang kelas dengan program pada umumnya bersifat structured. Di pihak lain pendidikan yang sifatnya unstructured. Dalam kedua sistem pendidikan itu, pengalihan pengetahuan dan ketrampilan tetap terjadi”. Dan membedakan pendidikan dalam 2 kategori, yaitu:

a. Pendidikan formal, seperti TK, SD, SLTP, SLTA, dan Perguruan Tinggi. b. Pendidikan non formal, seperti kursus, latihan, dan sebagainya (Sondang

P. Siagian, 1982:57).

Berkaitan dengan masalah pendidikan, aparat di lingkungan Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, diatur pula dengan peraturan kepegawaian yang mana pada Peraturan Pemerintah No.3 Tahun 1980, diatur tentang pengangkatan pertama dalam pangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS) berdasarkan pendidikan formal yang pernah ditempuh. Sedangkan dalam Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan pengembangan karir Pegawai Negeri Sipil Daerah mempertimbangkan integritas, moralitas, pendidikan dan pelatihan. Dengan demikian nampak sekali bahwa terdapat adanya pengakuan atas tingkat pendidikan formal yang dipunyai seseorang untuk


(23)

menyesuaikan kemampuannya dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab yang diserahkan kepada seorang aparatur yang dijabarkan dalam pangkat pertama mereka. Kemudian dalam perjalanan kariernya, untuk mendapatkan kenaikan pangkat, suatu jabatan atau kedudukan dalam birokrasi maka peran pendidikan non formal seperti pelatihan, sangat menentukan karena dengan pelatihan akan menambah tingkat pengetahuan seseorang dalam pelaksanaan tugas.

“Ketrampilan merupakan kemampuan teknis untuk melakukan sesuatu kegiatan tertentu yang dapat dipelajari dan dikembangkan. Artinya usaha pengembangan ketrampilan merupakan bagian dari kegiatan pendidikan, yang berarti dilakukan secara sadar, programatis, dan sistematis, khususnya dalam berbagai bidang yang sifatnya teknis dan dalam penerapannya lebih ditunjukkan kepada kegiatan-kegiatan operasional” (Sondang P.Siagian, 1982:59).

Sondang P. Siagian memandang ketrampilan sebagai kemampuan dalam batas-batas operasional saja. Lepas dari kemampuan yang bagaimana, yang jelas ia melihat kemampuan ini dapat dipelajari dan dikembangkan melalui pendidikan.

Selanjutnya kemampuan ini dapat diberikan dan dikembangkan melalui tiga jalur utama, yaitu pendidikan, latihan, dan pengalaman (Soeroto, 1983:106)

Dimana pendidikan merupakan program yang disediakan sebagai persiapan sebelum seseorang memasuki pekerjaan. Sekalipun demikian banyak orang dengan usaha sendiri maupun dengan bantuan instansi, mengikuti pendidikan lanjutan yang sesuai dengan bidangnya ataupun bidang yang lain, untuk meningkatkan pengetahuan atau untuk membentuk dan menanamkan ketrampilan kerja dalam bidangnya. Sedangkan latihan lebih diarahkan pada ketrampilan yang sesuai dengan tugas pekerjaan seseorang/aparat dalam organisasi. Dan pengalaman merupakan keseluruhan pelajaran yang dapat dipetik oleh seseorang/aparat dari segenap peristiwa atau apa saja yang dilaluinya dalam


(24)

perjalanan hidupnya khususnya dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan baik sebagai aparatur maupun sebagai warga masyarakat.

Kemudian dikataka pula oleh Moenir, bahwa dalam kemampuan ini tedapat tiga unsur, yaitu unsur kecakapan, unsur fisik, dan unsur mental. Ketiga unsur ini saling menunjang, dan gabungan yang serasi antara ketiganya menghasilkan sesuatu yang sesuai dengan persyaratan (A. S. Moenir, 1983: 76).

Betapa pun berkaitannya ketiga unsur tersebut dalam melaksanakan suatu pekerjaan, apabila kekurangan salah satu dari ketiga unsur tersebut, maka pastilah hasil yang dicapai tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.

Misalnya, dalam pelaksanaan otonomi daerah dibutuhkan aparat yang memiliki unsur kecakapan, unsur fisik, dan unsur mental. Akan tetapi, apabila salah satu dari unsur tersebut tidak ada, misalnya tidak memiliki unsur kecakapan maka pelaksanaan otonomi daerah berjalan tapi kurang efektif dan tidak optimal. Demikian juga apabila seorang aparat hanya hanya memiliki kecakapan dan fisik yang mendukung tetapi tidak diikuti dengan mental yang baik, maka penyelewengan kekuasaan dapat terjadi, sehingga tujuan otonomi daerah tidak tercapai. Begitu juga apabila seorang aparat tidak memiliki kemampuan fisik, walaupun mempunyai kecakapan dan mental yang baik tapi karena fisiknya kurang mendukung maka aparat tidak dapat melakukan tugas dan tanggung jawabnya.

Jadi jelas bahwa apabila salah satu unsur tidak ada atau tidak dimiliki oleh seorang aparat secara baik, maka seorang aparat itu adalah tidak mampu. Sebab kecakapan merupakan modal aparat dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan efektif dan efisien, sedangkan modal fisik merupakan kekuatan atau kondisi fisik


(25)

aparat untuk bertindak sehubungan dengan tantangan yang ditemui dalam pekerjaan, yang membutuhkan tenaga atau kondisi fisik yang baik. Dalam penerapannya lebih ditujukan kepada kegiatan-kegiatan operasional di lapangan. Dan modal mental merupakan sikap atau perilaku aparat, yang erat hubungannya dengan kejiwaan, yang dalam pelaksanaannya lebih ditujukan kepada kepatuhan atau kesungguhannya dalam mentaati peraturan dan ketentuan serta tanggung jawab terhadap tugas tersebut.

Mengenai pendidikan dan pelatihan ini, Richard M. Steers mengemukakan bahwa pendidikan dan pelatihan dapat mengembangkan kemampuan pekerja bukan saja untuk menangani pekerjaan mereka pada saat ini, tetapi juga untuk pekerjaan yang memerlukan tenaga mereka dimasa yang akan datang. Artinya pendidikan merupakan investasi dalam diri pekerja (bank bakat) yang dapat ditimba bila diperlukan (Richard M. Steers, 1985:169).

Dari pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa pendidikan dan pelatihan dapat meningkatkan kemampuan seorang aparat, baik kemampuan yang dapat digunakan untuk menangani pekerjaan yang ada pada saat ini, maupun untuk pekerjaan yang akan datang. Disamping itu harus dibekali dengan pengalaman, sebab pengalaman seseorang/aparat yang mempunyai masa kerja lebih lama dalam suatu pekerjaan, akan memberikan kelebihan untuk dapat melaksanakan pekerjaan itu dengan baik, dibanding dengan orang yang masih sedikit masa kerjanya.

Demikian halnya dalam meningkatkan kemampuan aparat di lingkungan Kantor Sekretariat Daerah, Kabupaten Nias. Dimana aparatur kantor merupakan aparatur penyelenggara Pemerintah Daerah Otonom sebagaimana diamanatkan


(26)

oleh Undang-Undang No.32.Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Maka untuk mewujudkan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab, menurut T.B.Silalahi sosok sumber daya aparatur Negara, khususnya aparatur Pemerintah daerah yang dibutuhkan antara lain adalah:

a. Mempunyai wadah, perilaku, kualitas, tujuan, dan kegiatan yang dilandasi dengan keahlian dan ketrampilan tertentu.

b. Kreatif dalam arti mempunyai jiwa inovatif, serta mampu mengantisipasi tantangan maupun perkembangan termasuk di dalamnya etos kerja yang tinggi.

c. Mampu sebagai penggerak swadaya masyarakat yang mempunyai rasa solidaritas sosial tinggi , peka terhadap dinamika masyarakat, mampu bekerjasama, dan mempunyai orientasi berpikir (people centered orientation).

d. Mempunyai displin yang tinggi dalam arti berpikir konsisten terhadap program, sehingga mampu menjabarkan kebijaksanaan nasional menjadi program operasional Pemerintah Daerah sesuai dengan rambu-rambu pengertian program urusan yang ditetapkan (T.B.Silalahi).

Dari uraian dan berbagai pendapat di atas, jelaslah bahwa melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman, sesorang/aparat dapat membekali dirinya dengan berbagai pengetahuan yang menjadikan cakap dan trampil didalam melaksanakan segala tugas dan tanggung jawab demi tercapainya tujuan organisasi dan pelaksanaan Otonomi Daerah yang nyata dan bertanggung jawab. Dengan kata lain kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu pekerjaan tergambar dari penguasaan berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang secara keseluruhan akan membantu tercapainya tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Karena dengan kemampuan yang tinggi, seseorang/aparat dapat berbuat banyak terutama tugas-tugas pekerjaan dalam organisasi. Artinya, kemampuan itu sendiri merupakan kecakapan untuk mengantisipasikan dan mempengaruhi perubahan serta mengolah sumber-sumber untuk mencapai tujuan.


(27)

1.5.2 Pelaksanaan Otonomi Daerah

Istilah Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti sendiri dan nomos yang berarti peraturan atau undang-undang. Oleh karena itu, otonomi

berarti peraturan sendiri atau undang-undang sendiri, yang selanjutnya berkembang menjadi pemerintahan sendiri.

Pengertian otonomi dalam lingkup suatu negara selalu dikaitkan dengan daerah atau pemerintah daerah (local government). Otonomi dalam pengertian ini, selain berarti mengalihkan kewenangan dari pusat (central government) ke Daerah juga berarti menghargai atau mengefektifkan kewenangan asli yang sejak semula tumbuh dan hidup di daerah untuk melengkapi sistem prosedur pemerintahan negara di daerah (Sumitro Maskun, 2000)

Pengertian Otonomi Daerah berdasarkan UUD 1945 adalah hak dan wewenang daerah untuk mengurus rumah tangganya sendiri yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. Otonomi menurut UUD 1945 adalah otonomi yang berkedaulatan rakyat dengan menerapkan pemerintahan daerah yang bersendi atas dasar permusyawaratan rakyat. Dan daerah yang dimaksud UUD 1945 itu ialah “daerah propinsi” dan “daerah yang lebih kecil dari daerah propinsi”, dengan bentuk susunan pemerintahannya ditetapkan dengan undang-undang. Otonomi Daerah dalam pengertian UUD 1945 adalah desentralisasi ketatanegaraan atau teritorial.

Pengertian Otonomi Daerah menurut Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah Otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pengertian dari daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri


(28)

berdasarkan aspirasi masyarakat dalam Sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia

Daerah otonom, oleh pemerintah pusat diberikan wewenang yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas desentralisasi, asas dekosentrasi, dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip NKRI sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945, dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang di tetapkan dalam undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan rakyat.

Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip bahwa untuk menangani urusan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan tugas, wewenang, dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan berpotensi untuk tumbuh, hidup, dan berkembang sesuai dengan potensi dan kekhasan daerah. Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama dengan daerah lainnya. Prinsip otonomi yang bertanggungjawab adalah otonomi dalam penyelenggaraannya harus benar-benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi, yang pada dasarnya untuk memberdayakan daerah termasuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.


(29)

Selain itu penyelenggaraan otonomi daerah juga harus menjamin keserasian antar daerah dengan daerah lainnya artinya mampu membangun kerjasama antar daerah untuk meningkatkan kesejahteraan bersama dan mencegah ketimpangan antar daerah. Hal yang tidak kalah pentingnya bahwa otonomi daerah juga harus mampu menjamin hubungan yang serasi antar daerah dengan Pemerintah, artinya harus mampu memelihara dan menjaga keutuhan wilayah Negara dan tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rangka mewujudkan tujuan negara.

Undang-Undang Pemerintahan Daerah yang baru mewajibkan pemerintah melakukan pembinaan yang berupa pemberian pedoman seperti dalam dalam penelitian, pengembangan, perencanaan, dan pengawasan. Disamping itu, diberikan pula standar, arahan bimbingan, pelatihan, supervisi, pengendalian, koordinasi, pemantauan, dan evaluasi. Bersama itu pemerintah wajib memberikan fasilitas yang berupa pemberian peluang kemudahan, bantuan, dan dorongan kepada daerah agar dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan secara efesien dan efektif. Penyelenggaraan desentralisasi menurut undang-undang ini mensyaratkan adanya pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah dengan daerah otonom. Pembagian urusan pemerintahan didasarkan pada pemikiran bahwa selalu terdapat berbagai urusan pemerintahan yang sepenuhnya tetap menjadi kewenangan pemerintah. Kewenangan tersebut dalam prakteknya masih akan dibatasi oleh kewenangan pemerintah pusat dibidang lainnya, seperti diatur dalam pasal 7 ayat 1 yang berbunyi

“kewenangan daerah mencakup kewenangan dalam seluruh bidang pemerintahan, kecuali dalam kewenangan dalam bidang politik luar negeri,


(30)

pertahanan keamanan, peradilan moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lain” (Undang-Undang Otonomi Daerah, 2004:7).

Disamping itu, terdapat bagian urusan pemerintah yang bersifat

concurrent, artinya urusan pemerintahan yang penanganannya dalam bagian atau bidang tertentu dapat dilaksanakan bersama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Urusan yang menjadi kewenangan daerah, meliputi urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib adalah urusan yang berkaitan dengan pelayanan dasar, meliputi:

a. perencanaan dan pengendalian pembangunan ;

b. perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;

c. penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; d. penyediaan sarana dan prasarana umum;

e. penanganan bidang kesehatan; f. penyelenggaraan bidang pendidikan; g. penanggulangan masalah sosial; h. pelayanan bidang ketenagakerjaan;

i. fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; j. pengendalian lingkungan hidup;

k. pelayanan pertanahan;

l. pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; m. pelayanan administrasi umum pemerintahan; n. pelayanan administrasi penanaman modal; o. penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya;


(31)

p. urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.

Urusan pemerintahan daerah yang bersifat pilihan meliputi urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

Disamping itu penyelenggaraan Otonomi Daerah harus pula didasarkan pada semangat dan prinsip yang dijadikan pedoman dalam UU. No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, yaitu:

a. Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat, dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi yang tumbuh dalam masyarakat.

b. Efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menekankan hubungan antar susunan pemerintahan serta pemberian hak dan kewajiban otonomi daerah; dengan prinsip: demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, dan kekhususan daerah.

c. Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan seperti desentralisasi, dekosentrasi, dan tugas pembantuan, diselenggarakan secara proposional sehingga saling menunjang.

d. Tujuan pemberian otonomi daerah tetap seperti yang dirumuskan sampai saat ini yaitu untuk memberdayakan potensi daerah, termasuk masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses pemerintahan dan pembangunan. Disamping itu untuk lebih meningkatkan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas


(32)

penyelenggaraan fungsi-fungsi seperti pelayanan, pengembangan, dan perlindungan terhadap masyarakat dalam ikatan NKRI.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara atau tentasif terhadap masalah pemilihan yang kebenarannya harus diuji dan dibuktikan melalui penelitian lapangan (Koentjaraningrat, 1981:36)

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah: “terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kemampuan aparatur pemerintah daerah dengan pelaksanaan otonomi daerah”

1.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah-istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Masri Singarimbun, 1995:33).

a. Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah

Kemampuan aparatur pemerintah daerah adalah kecakapan, ketangkasan yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sipil untuk memanfaatkan potensi berupa pengetahuan, pengalaman yang dimilikinya untuk menyelenggarakan tugas/pekerjaannya dalam menjalankan roda pemerintahan sesuai dengan prinsip otonomi daerah. b. Pelaksanaan Otonomi Daerah

Pelaksanaan Otonomi Daerah adalah implmentasi program/urusan yang menjadi wewenang daerah untuk mengatur dan mengurus


(33)

kepentingan masyarakatnya menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

1.8 Defenisi Operasional

“Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel” (Masri Singarimbun, 1995:33).

Di dalam defenisi operasional disajikan indikator-indikator dari masalah yang akan diteliti, dalam hal ini akan mempermudah pemahaman akan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas (X)

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kemampuan Aparatur Pemerintah Daerah. Indikator-indikator yang terdapat dalam variabel bebas ini adalah:

a. Pendidikan Formal

- Tingkat pendidikan formal yang dicapai. b. Pendidikan non formal

- Pendidikan dan pelatihan kepemimpinan yang diikuti - Pendidikan dan pelatihan teknis fungsional yang diikuti - Ketrampilan yang dimiliki aparatur

c. Pendidikan informal yang dialami - Lamanya masa kerja pegawai - Pangkat/Golongan kepegawaian d. Prestasi kerja yang ditunjukkan


(34)

- Keberhasilan mengatasi kesulitan dalam pelaksanaan tugas. e. Kepatuhan kerja atau displin kerja

- Penyelesaikan tugas tepat pada waktunya - Kepatuhan pegawai pada jam masuk kerja. - Kepatuhan pegawai pada jam pulang kerja f. Prakarsa atau inisiatif bawahan

- Saran pertimbangan atau saran keputusan bawahan kepada atasan.

- Bawahan bekerja mandiri (tanpa menunggu perintah atasan). - Keinginan menciptakan sesuatu yang baru atau kreatif g. Hubungan Kerjasama

- Hubungan atasan dan bawahan - Hubungan antara sesama aparatur

- Penyelesaian konflik diantara sesama aparatur h. Tanggung Jawab

- Penyelesaian tugas pokok yang menjadi tanggung jawab 2. Variabel terikat (Y)

a. Pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan b. Pelaksanaan perencanaan dan pemanfaatan tata ruang

c. Pelaksanaan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat

d. Pelaksanaan penyediaan sarana dan prasarana umum e. Pelaksanaan penanganan bidang kesehatan


(35)

g. Pelaksanaan penanggulangan masalah sosial h. Pelaksanaan pelayanan bidang ketenagakerjaan

i. Pelaksanaan fasilitasi pengembangan koperasi dan UKM j. Pelaksanaan pengendalian lingkungan hidup

k. Pelaksanaan pelayanan pertanahan

l. Pelaksanaan pelayanan kependudukan dan catatan sipil m. Pelaksanaan pelayanan administrasi umum pemerintahan n. Pelaksanaan pelayanan administrasi penanaman modal

o. Kesiapan aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Nias dalam pelaksanaan otonomi daerah

p. Pelaksanaan urusan rumah tangga daerah yang bersifat pilihan. q. Sosialisasi dan evaluasi pelaksanaan Otonomi daerah

r. Keberanian daerah melakukan inisiatif

s. Kesesuaian bidang pemerintahan yang diserahkan pemerintah pusat dengan kebutuhan pemerintah daerah.


(36)

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, landasan konsep, definisi konsep, definisi operasional, dan sistematika penulisan.

BAB II : METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan metode penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data

BAB III : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan gambaran umum dari lokasi penelitian antara lain keadaan geografis, demografis, ekonomi dan sosial budaya serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

BAB IV : PENYAJIAN DATA

Bab ini berisikan penyajian data yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian.

BAB V : ANALISA DATA

Bab ini berisikan analisis penulis terhadap data-data yang diperoleh dari hasil penelitian.

BAB VI : PENUTUP


(37)

B A B I I

METOD OLOGI P EN ELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam peneltian ini adalah penelitian asosiatif dengan analisis kuantitatif. Penelitian Asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini, maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias.

2.3 Populasi dan Sampel

Menurut Nawawi (1991:65), populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, benda-benda, gejala-gejala, nilai tes, atau peristiwa-peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu penelitian.

Pada penelitian ini populasi yang dimaksud adalah seluruh aparatur pemerintah daerah di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias

Sedangkan sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Sampel adalah sebagian dari populasi penelitian yang akan diselidiki. Sesuai dengan pendapat Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi (1985:53) bahwa dalam


(38)

penelitian tidak selalu perlu meneliti setiap individu dalam populasi, karena memerlukan lebih banyak biaya dan waku.

Untuk menentukan jumlah sampel, peneliti menggunakan pendapat Arikunto (1993: 104) apabila subjek kurang dari 100 maka lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, apabila populasi lebih dari 100 maka dapat diambil 10% atau 20% - 25% sampel atau lebih.

Mengingat waktu, biaya dan banyaknya pegawai yang berada di Kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Nias, maka peneliti dalam menentukan jumlah sampel sesuai pendapat Arikunto diatas, karena populasinya berjumlah 176 (100<) maka

Sampel = 25% x 176 = 44

jumlah sampel adalah 44 dan dalam menemukan sampel dari objek penelitian ini ditetapkan dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dari populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono, 2003: 93).

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 2 teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Data Primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung pada lokasi penelitian.

Data primer dilakukan dengan instrumen: - Metode wawancara


(39)

yaitu dilakukan untuk memperoleh data yang lengkap dan mendalam dari objek penelitian

- Kuisioner

yaitu pemberian daftar pertanyaan yang dilengkapi dengan beberapa alternatif jawaban yang sudah tersedia.

- Observasi

yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung dan selanjutnya mengadakan pencatatan terhadap gejala-gejala yang ditemukan di lapangan.

b. Data Sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan melalui studi kepustakaan yang terdiri dari:

- Penelitian Kepustakaan

Pengumpulan data yang diperoleh dari buku-buku, laporan, pendapat para ahli dan sebagainya yang berguna secara teoriti yang mendukung penelitian.

- Studi Dokumentasi

Teknik yang digunakan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen dan arsip yang menyangkut masalah yang diteliti yang berhubungan dengan instansi terkait.

Untuk memperoleh instrumen yang valid dan reliabel maka penulis menggunakan uji prasyarat yaitu :

a. Uji Validitas


(40)

rxy =

( )

{

}

{

( )

}

− 2 i 2 i 2 i 2 i i i i Y Y n X X n ) Y )( X ( Y X n i

Dimana : rxy = Indeks validitas yang dihitung

n = Jumlah sampel uji coba

Xi = Jumlah produk skor butir

Xi2 = Jumlah kuadrat produk skor butir

Yi = Jumlah produk skor butir total

Y = Jumlah kuadrat produk skor butir total i2

XiYi = Jumlah produk skor X dikali dengan jumlah produk skor Y Bila rxy hitung > rxy tabel dengan dk = N-2 dengan taraf signifikan (α = 0,05), maka disimpulkan bahwa butir item disusun sudah valid (sahih).

b. Uji Reliabilitas

Untuk menghitung reliabilitas digunakan rumus split half internal konsistent Spearmen Brown, Sugiyono ( 2005 : 149 )

b b i r 1 r 2 r +

= Dimana :r = reliabilitas internal seluruh instrumen i

b

r = korelasi product moment antara belahan 1 dan 2 Apabila harga rhitung ternyata lebih besar dari harga rtabel (Product moment) pada taraf 5%, maka dapat disimpulkan bahwa instrument reliabel.

2.5 Teknik Analisa Data a. Klasifikasi Data


(41)

Pengklasifikasian data dilakukan berdasarkan nilai jawaban-jawaban responden untuk mengetahui kategori jawaban responden apakah termasuk dalam kategori tinggi, sedang, atau rendah.

b. Analisis Korelasi dan Uji Signifikan

Analisis korelasi digunakan untuk menemukan arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih.

Untuk mengetahui koefisien korelasi Variabel X terhadap Variabel Y digunakan rumus Product Moment, Sugiyono (2005:212)

( )( )

( )

{

}

{

( )

2

}

i 2 i 2 i 2 i i i i i xy y y n x x n y x y x n r

− − =

Dimana : rxy = Indeks validitas yang dihitung n = Jumlah sampel uji coba

Xi = Jumlah produk skor butir

Xi2 = Jumlah kuadrat produk skor butir

Yi = Jumlah produk skor butir total

2

i

Y = Jumlah kuadrat produk skor butir total

XiYi = Jumlah produk skor X dikali dengan jumlah produk skor Y

Sedangkan untuk uji signifikannya dengan menggunakan r tabel product moment (tabel III lampiran), dengan ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel (r h < r t ), maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya bila r hitung lebih


(42)

c. Analisa Regresi

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independent.

Untuk melihat hubungan antara variabel X dan Y digunakan rumus regresi linier sederhana, Sugiyono (2005:204)

Y = a + bx dimana :

( )

( )

( )( )

( )

2

2 2 . x x n y x x x y a Σ − Σ Σ Σ − Σ Σ =

( )( )

( )

2

2 . x x n y x y x n b Σ − Σ Σ Σ − Σ =

Dimana : a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regesi, yang menunjukkan angka peningkatan atau penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen

Xi = Jumlah produk skor butir

Xi2 = Jumlah kuadrat produk skor butir

Yi = Jumlah produk skor butir total

2

i

Y = Jumlah kuadrat produk skor butir total

XiYi = Jumlah produk skor X dikali dengan jumlah produk skor Y Persamaan regresi yang telah ditemukan tersebut dapat digunakan untuk melakukan prediksi (ramalan) berapa nilai dalam variabel dependen akan terjadi apabila nilai dalam variabel independent ditetapkan

d. Koefisien Determinasi


(43)

Persamaan determinasinya adalah D=

( )

rxy 2×100%

B A B I I I

D ES KRIP S I LOKAS I P EN ELITIAN

3.1 Kondisi Wilayah 3.1.1 Letak Geografis

Kabupaten Nias merupakan salah satu Kabupaten dalam wilayah Propinsi Sumatera Utara dan berada disebelah barat Pulau Sumatera yang berjarak ± 92 mil laut dari kota Sibolga /Kabupaten Tapanuli Tengah.

3.1.2 Luas Wilayah

Kabupaten Nias mempunyai luas wilayah 3.799,80 Km2

a. Sebelah Utara dengan Pualu-Pulau Banyak Propinsi Nanggroe Aceh Darusallam

yang terdiri dari 14 wilayah Kecamatan, 443 desa dan 4 Kelurahan. Ibukota Pulau Nias terletak di Pulau Nias yaitu Gunungsitoli.

3.1.3 Batas Wilayah

Kabupaten Nias berbatasan dengan :

b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Nias Selatan

c. Sebelah Timur dengan Pulau Mursala Kabupaten Tapanuli Tengah dan Natal Kabupaten Mandailing Natal

d. Sebelah Barat dengan Samudera Hindia.


(44)

Pulau Nias mempunyai kondisi alam/topografi berbukit-bukit sempit dan terjal serta pegunungan dimana tinggi dari permukaan laut bervariasi antara 0 - 800 m, terdiri dari dataran rendah sampai tanah bergelombang mencapai 24 %, dari tanah bergelombang sampai tanah berbukit-bukit 28,8 % dan dari tanah berbukit sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan

Dengan kondisi topografi yang demikian mengakibatkan sulitnya membuat jalaj-jalan lurus dan lebar. Hal ini menyebabkan kota-kota utama di Kabupaten Nias terletak di tepi pantai

3.1.5 Iklim

Kabupaten Nias terletak di daerah katulistiwa yang mengakibatkan curah hujan cukup tinggi. Menurut data dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Kabupaten Nias, rata-rata curah hujan pertahun 3145,1 mm dan banyaknya hari hujan dalam setahun 273 hari atau rata-rata 22 hari per bulan pada tahun 2002. Akibat banyaknya curah hujan, maka kondisi alamnya sangat lembab dan basah. Musim kemarau dan hujan datang silih berganti dalam setahun.

Disamping struktur batuan dan susunan tanah yang labil mengakibatkan seringnya banjir bandang dan terdapat patahan jalan-jalan aspal dan longsor disana sini, bahkan sering terjadi daerah aliran sungai yang berpindah-pindah.

Keadaan iklim diperangaruhi oleh Samudera Hindia. Suhu udara berkisar antara 14,30-30,40 dengan kelembaban sekitar 80-90 % dan kecepatan angin antara 5-6 knot/jam. Curah hujan tinggi dan relatif turun hujan sepanjang tahun dan seringkali disertai dengan badai besar. Musim badai laut biasanya berkisar antara bulan September sampai Nopember, namun kadang badai terjadi juga pada


(45)

3.2 Potensi Wilayah

3.2.1 Gambaran Umum Perkembangan Ekonomi

Tingkat keberhasilan pembangunan yang dilaksanakan disuatu daerah dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Laju pertumbuhan ekonomi tertentu dari berbagai sektor ekonomi yang secara tidak langsung akan menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada suatu daerah. Berdasarkan perhitungan Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) tahun 2003 menunjukan bahwa Kabupaten Nias memiliki dua lapangan usaha utama yaitu sektor usaha pertanian dan usaha perdagangan, hotel dan restoran.

Metode penghitungan PDRB yang digunakan untuk melihat tingkat pertumbuhan ekonomi secara riil adalah PDRB yang dihitung atas dasar harga konstan tahun 1993. Namun penghitungan atas dasar harga berlaku tetap disajikan untuk melihat dan menganalisa perkembangan PDRB sebelum dan sesudah pengaruh harga diperhitungkan.

Tabel 1

Nilai dan Kontribusi PDRB Kabupaten Nias Tahun 2006

NO LAPANGAN USAHA

PDRB

Harga Konstan Harga Berlaku

Nilai

(Rp juta) %

Nilai

(Rp juta) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. PERTANIAN

a.Tanaman Bahan Makanan b.Tanaman Perkebunan Rakyat

796.670.74 284.083.91 402.765.45

43.94 15.67 22.21

187.780.99 99.666.15 55.429.45

36.93 19.60 10.90


(46)

2. 3. c.Peternakan d.Perikanan e.Kehutanan PENGGALIAN INDUSTRI

a.Industri Besar dan Sedang

51.322.33 50.615.86 7.883.19 5.354.79 23.927.31 4.928.37 2.83 2.79 0.43 0.30 1.32 0.27 10.332.96 20.290.67 2.061.77 1.185.02 14.666.65 1.209.63 2.03 3.99 0.41 0.23 2.88 0.24

NO LAPANGAN USAHA

PDRB

Harga Konstan Harga Berlaku

Nilai

(Rp juta) %

Nilai

(Rp juta) %

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

4. 5. 6. 7. 8. 9.

b.Industri kecil dan RT

LISTRIK, GAS & AIR BERSIH a.Listrik

b.Gas c.Air bersih BANGUNAN

PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN

a.Perdagangan b.Hotel

c.Restoran

PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI a.Angkutan Darat

b.Angkutan Laut c.Angkutan Udara d.Komunikasi

BANK, PERSEWAAN & JASA PERUSAHAAN

a.Bank

b. Lembaga Keuangan bukan Bank dan Jasa Asuransi

c. Jasa Perusahaan d.Sewa Bangunan JASA-JASA

a. Jasa Pemerintahan dan Pertahanan b. Jasa Sosial Kemasyarakatan Swasta c. Jasa Hiburan dan Rekreasi d.Jasa Perorangan dan RT

18.998.94 20.015.00 18.254.20 - 1.760.80 185.704.03 389.428.99 380.831.19 4.953.18 3.644.62 80.594.10 30.942.03 33.869.62 4.169.34 11.613.11 103.158.35 24.441.08 16.799.98 583.10 61.334.19 208.204.56 191.492.12 528.25 10.734.80 5.449.38 1.05 1.10 1.01 - 0.10 10.24 21.48 21.00 0.27 0.20 4.45 1.71 1.87 0.23 0.64 5.59 1.35 0.93 0.03 3.38 11.48 10.56 0.03 0.59 0.30 13.457.02 6.807.41 6.400.66 - 406.75 52.842.26 101.690.46 98.094.11 2.546.22 1.050.13 29.823.34 11.298.30 11.629.30 2.001.44 4.894.30 39.329.72 6.739.76 7.409.14 176.94. 25.003.88 74.351.88 63.437.47 125.79 7.995.38 2.793.24 2.65 1.34 1.26 - 0.08 10.39 20.00 19.29 0.50 0.21 5.87 2.22 2.29 0.39 0.96 7.73 1.33 1.46 0.03 4.92 14.62 12.48 0.02 1.57 0.55

JUMLAH 1.813.057.86 100.00 508.477.74 100.00

Sumber : BPS KAB. NIAS (2006)

Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Nias tahun 2004, laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias atas dasar harga konstan dari tahun ke tahun mengalami


(47)

sebesar 0,23 % atau masih berada dibawah angka pertumbuhan ekonomi Sumut (3,72 %) dan Nasional (3,45 %). Hingga tahun 2004 pertumbuhan ekonomi naik sebesar 5,13 % yang berarti berada diatas angka pertumbuhan ekonomi Sumut (4,42 %) dan Nasional (4,10 %). Namun pada tahun 2005 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Nias mengalami penurunan sebesar minus 3,61 % karena bencana gempa yang melanda Pulau Nias.

3.2.2. Struktur Perekonomian

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan masing-masing sektor akan menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. Untuk menggambarkan struktur tersebut dapat dilihat pada table dibawah ini yang dirinci menurut sektor primer, sekunder, dan tersier.

Tabel 2

Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Dan Sektor Utama ADHB Tahun 2003-2006 (%)

No Lapangan Usaha 2003 2004 2005 2006

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. PRIMER Pertanian Penggalian SEKUNDER Industri

Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan

TERSIER

Perdagangan, hotel, dan Restoran

Pengangkutan & Komunikasi

619.272.01 2.804.60 19.730.63 10.587.96 122.685.25 289.414.96 668.130.20 3.904.19 20.536.38 14.316.60 148.778.72 315.784.15 737.756.30 4.646.21 22.075.40 17.139.23 162.547.92 345.395.70 796.670.74 5.354..79 23.927.31 20.015.00 185.704.03 389.428.99


(48)

8. 9.

Bank, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa 47.394.23 70.253.76 142.234.09 65.079.89 83.35076 159.665.42 71.277.72 91.144.94 169.716.99 80.594.10 103.158.35 208.204.56

JUMLAH 1.324.377.5 1.479.546.3 1.621.700.4 1.813.057.8

Sumber : BPS KAB. NIAS (2006)

Dari tabel diatas dapat dilihat secara umum sektor primer (Pertanian) sangat mendominasi dalam pembentukan total PDRB Kabupaten Nias meski ada indikasi penurunan pada tahun 2003. Sementara sektor perdagangan dari tahun ke tahun mengalami kenaikan. Tanpa bermaksud mengabaikan peranansektor-sektor yang lain, hal ini sudah menjadi modal bagi pemerintah daerah Kabupaten Nias untuk lebih memprioritaskan kedua sektor tersebut diatas

3.2.3 Keadaan Penduduk dan Luas Wilayah

Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2006 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), diperoleh data jumlah penduduk Kabupaten Nias 441.733 jiwa, dengan rata-rata pertumbuhan penduduk (periode tahun 2000-2006) sebesar 2,01 % pertahun.

Tabel 3

Jumlah Penduduk di Kab. Nias Tahun 2006

No Kecamatan Jumlah Penduduk

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Idano Gawo Bawolato Ulu Gawo Gido Gunungsitoli Idanoi Lolofitu Moi Ma’u Somolo-molo 23.278 22.728 10.749 30.482 21.678 13.226 9.889 5.627


(49)

10. 11. 12. 13. Lahomi Mandrehe Mandrehe Barat Moro’o 7.836 17.951 6.908 8.727

No Kecamatan Jumlah Penduduk

14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31 Mandrehe Utara Ulu Moro’o Hiliduho Hili Serangkai Botomuzoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Tuhemberua Lotu Sitolu Ori Gunungsitoli Utara Sawo Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talumuzoi L a h e w a A f u l u

6.933 5.293 9.503 7.158 7.949 6.173 59.409 13.367 9.325 10.257 10.527 15.731 8.808 24.451 12.530 6.125 21.763 9.471

Sumber : BPS Kabupaten Nias 2006 (SP 2006 dan angka proyeksi)

Kepadatan penduduk Kabupaten Nias tahun 2006 sebesar 126 jiwa/km2, kepadatan penduduk ini tidak sama untuk setiap kecamatan. Kecamatan yang terpadat penduduknya adalah Kecamatan Gunungsitoli sebesar 466 jiwa/km2, ini disebabkan oleh wilayah yang tidak cukup luas, sedangkan Kecamatan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Lahewa Timur sebesar 43 jiwa/km2. Untuk lebih jelas, dapat dilihat pada tabel berikut :


(50)

Tabel 4

Kepadatan Penduduk, Luas Kecamatan, dan Jumlah Desa di Kabupaten Nias Tahun 2006

No. Kecamatan Luas

Kecamatan (km2

Jumlah Desa )

Kepadatan Penduduk

Per km2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. Idano Gawo Bawolato Ulu Gawo Gido Gunungsitoli Idanoi Lolofitu Moi Ma’u Somolo-molo Sirombu Lahomi Mandrehe Mandrehe Barat Moro’o Mandrehe Utara Ulu Moro’o Hiliduho Hili Serangkai Botomuzoi Gunungsitoli Alo’oa Gunungsitoli Gunungsitoli Selatan Tuhemberua 239,38 190,42 104,80 157,30 177,36 71,38 75,24 37,95 110,62 95,25 73,51 66,50 56,20 43,00 30,50 55,62 43,00 59,27 63,33 127,31 66,00 54,70 18 16 11 25 26 13 9 8 25 11 21 14 10 12 5 13 7 12 9 37 16 8 97 119 102 193 122 185 131 148 79 82 244 103 155 161 173 170 166 126 96 466 202 170


(51)

23. 24. 25. 26. Lotu Sitolu Ori Gunungsitoli Utara Sawo 107,37 78,46 79,70 89,24 13 6 10 10 95 134 197 98

No. Kecamatan Luas

Kecamatan (km2

Jumlah Desa )

Kepadatan Penduduk

Per km2

27. 28. 29. 30. 31. 32 Alasa Namohalu Esiwa Alasa Talumuzoi L a h e w a A f u l u Lahewa Timur 323,20 145,90 99,40 209,07 146,77 217,25 21 11 6 20 9 7 75 85 61 104 65 43

Sumber : BPS Kabupaten Nias 2006

Penduduk Kabupaten Nias berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2005 mayoritas bersuku Nias (05,68 %) diikuti oleh suku lainnya (2,70 %) antara lain suku Minang (0,37 %), suku Batak (Karo, Simalungun, Toba, Madina, dan Pakpak; 0,34 %) dan suku-suku lainnya. Mayoritas penduduk Nias menganut agama Kristen Protestan, disusul Katholik, Islam, Budha dan Hindu.

3.2.4 Perhubungan dan Telekomunikasi 3.2.4.1 Perhubungan

Hubungan darat antar Kecamatan terdiri atas dua jenis status jalan, yaitu Jalan Propinsi, dan Jalan Kabupaten. Secara umum kondisi jalan di Kabupaten Nias rusak berat, dan inilah salah satu penyebab utama mengapa pembangunan masyarakat di Nias berjalan lambat. Di Kabupaten Nias sendiri terdapat tiga pelabuhan laut yaitu, Pelabuhan Laut Gunungsitoli, Pelabuhan Laut Lahewa, dan Pelabuhan Laut Sirombu. Pelabuhan laut Gunungsitoli adalah pelabuhan yang paling dominan baik dari segi kegiatan penumpang maupun arus keluar masuknya


(52)

barang. Pelabuhan laut merupakan sarana perhubungan yang paling penting mengingat letak Kabupaten Nias yang terpisah dari daratan Sumatera.

Kabupaten Nias saat ini memiliki satu lapangan udara yaitu Bandar Udara BINAKA, yang terletak di Kecamatan Gido. Pesawat yang tersedia untuk melayani rute penerbangan diusahakan oleh perusahaan swasta nasional, PT MERPATI NUSANTARA dengan kapasitas 50 penumpang, dan PT SMAC dengan kapasitas 50 orang.

3.2.4.2 Telekomunikasi

Saat ini sarana telekomunikasi yang tersedia di Kabupaten Nias adalah telepon yang diusahakan oleh Perumtel, dan untuk hubungan antar telepon seluler, sejak bulan Oktober 2003 telah dilayani oleh pihak Telkomsel dan Satelindo. Sejak tahun 2004 pihak Perumtel juga telah meningkatkan layanan mereka dengan membuka jalur internet di Kabupaten Nias melalui program TelkomNet Instan. Selain sarana telekomunikasi elektronik diatas di Nias saat ini hampir semua kecamatan dilayani oleh PT. POS Indonesia Tbk, hanya saja kecepatan pengiriman menjadi kendala oleh karena sarana transportasi yang tidak begitu mendukung.

3.3 Kondisi Sosial 3.3.1 Pendidikan

Hasil Sensus Penduduk Aceh-Nias (SPAN) tahun 2005 menunjukkan bahwa partisipasi sekolah penduduk berumur 7-12 tahun (usia masa sekolah di SD) adalah 90,77 persen, namun pada usia sekolah yang makin tinggi partisipasi sekolah semakin rendah, yaitu untuk usia sekolah 13-15 tahun adalah 72,29


(53)

persen, usia sekolah 16-18 tahun adalah 44.99 persen, dan usia Sekolah 19-24 tahun adalah 10,37 persen.

Untuk semua tingkatan usia sekolah laki-laki lebih tinggi dari partisipasi sekolah perempuan, yang artinya banhwa laki-laki lebih banyak mendapat kesempatan bersekolah dibandingkan dengan perempuan.

Secara umum penduduk kabupaten Nias berpendidikan SD ke bawah. Upaya pembangunan sektor pendidikan di Kabupaten Nias terus dilakukan, baik dengan penyediaan dan peningkatan sarana fisik pendidikan maupun tenagan guru, yang bertujuan untuk meningkatkan partisipasi sekolah di tiap tingkatan pendidikan maupun mutu atau kualitasnya.

Untuk tingkatan Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) hingga tahun pelajaran 2005/2006 terdapat jumlah sekolah TK sebanyak 25 unit di Kabupaten Nias. Untuk tingkatan Sekolah Dasar (SD) hingga tahun pelajaran 2005/2006 terdapat jumlah SD sebanyak 419 sekolah, yaitu SD Negeri sebanyak 414 unit dan SD Swasta sebanyak 5 unit. Untuk tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) hingga tahun pelajaran 2005/2006 berjumlah 78 sekolah, yaitu SLTP Negeri sebanyak 52 unit dan SLTP Swasta sebanyak 26 unit. Untuk tingkatan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) hingga tahun pelajaran 2005/2006 berjumlah 35 sekolah, yaitu SMU sebanyak 27 unit dan SMK sebanyak 8 unit baik Negeri dan Swasta. Jumlah Perguruan Tinggi (PT) di Kabupaten Nias pada tahun 2005 adalah sebanyak 4 Perguruan Tinggi, yang kesemuanya berstatus swasta.


(54)

Sarana kesehatan sangat diperlukan oleh masyarakat untuk menunjang perbaikan kualitas kehidupan. Peningkatan sarana dan prasarana maupun pelayanan kesehatan kepada masyarakat terus diupayakan oleh pemerintah.

Pada tahun 2005 jumlah sarana kesehatan pemerintah di Kabupaten Nias ada sebanyak 122, yaitu I unit Rumah Sakit Umum, 18 Puskesmas, 101 Puskesmas Pembantu, dan 2 Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Sementara itu jumlah sarana kesehatan swasta ada sebanyak 43, yaitu 5 Apotik, 2 Klinik Bersalin, 16 Balai Pengobatan Swasta,. dan 20 Toko Obat.

3.4 Sekretariat Daerah Kabupaten Nias 3.4.1 Sekretaris Daerah

Tugas Pokok

Membantu Bupati dalam melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan, administrasi, organisasi dan tatalaksana serta memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat daerah.

Fungsi :

a. Mengkoordinir perumusan kebijakan pemerintah kabupaten; b. Menyelenggarakan administrasi pemerintahan;

c. Mengelola sumber daya aparatur; keuangan, prasarana dan sarana pemerintahan kabupaten;

d. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.


(1)

Lampiran 2

Tabel 2

Tabulasi Data

Kemampuan Aparatur Sekretariat Daerah Kabupaten Nias

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor Total

Rata-rata

1 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 55 2.70

2 1 3 2 1 3 1 3 2 2 1 3 1 2 1 3 2 2 3 2 2 42 2.00

3 3 2 1 3 2 1 2 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 2 3 2 44 2.20

4 3 3 2 3 2 1 2 3 3 2 2 3 3 1 3 2 3 1 3 2 47 2.35

5 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 2.85

6 3 2 1 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 1 3 1 3 2 1 3 46 2.30

7 3 3 2 3 1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 3 1 2 2 48 2.40

8 3 2 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 2 1 2 2 2 3 48 2.40

9 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 55 2.75

10 3 3 1 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 1 2 48 2.40

11 1 3 1 2 2 1 3 2 1 2 2 1 3 3 3 3 1 2 2 3 41 2.05

12 3 2 2 3 2 2 2 1 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 50 2.50

13 3 3 1 3 3 3 3 2 3 3 2 1 3 3 2 2 3 2 3 3 51 2.55

14 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 57 2.85

15 3 1 1 3 2 2 1 3 1 3 1 3 2 3 2 1 3 2 3 3 43 2.15

16 3 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 45 2.25

17 3 3 1 3 2 3 3 2 3 3 1 3 3 2 1 3 1 2 2 1 45 2.25


(2)

24 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 1 2 3 2 2 1 2 3 47 2.35

25 2 1 3 1 2 3 1 2 1 3 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 36 1.80

26 3 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 3 1 3 3 2 1 2 2 3 46 2.30

27 3 3 1 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3 1 3 2 2 2 3 2 47 2.35

28 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 3 2 3 3 1 2 3 44 2.20

29 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 1 1 2 45 2.25

30 2 3 2 2 1 2 1 2 3 1 3 2 3 1 2 1 2 1 2 3 39 1.95

31 3 2 2 1 3 2 1 3 1 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 45 2.25

32 3 2 3 3 2 3 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 49 2.45

33 2 2 2 2 3 1 3 2 1 2 2 2 1 3 2 1 2 2 3 2 40 2.00

34 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 51 2.55

35 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 1 2 2 3 48 2.40

36 3 2 3 2 2 3 1 3 3 3 2 3 3 1 3 2 2 2 2 3 48 2.40

37 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 1 2 1 2 2 2 3 2 45 2.25

38 3 3 2 3 3 2 3 1 3 2 2 3 1 2 2 1 2 2 2 3 45 2.25

39 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 55 2.75

40 3 3 2 1 2 3 2 3 2 1 2 1 2 3 2 1 3 2 2 2 42 2.10

41 3 2 2 3 2 1 2 2 1 2 3 2 1 2 1 2 2 2 3 3 41 2.05

42 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 1 2 3 1 2 3 2 50 2.50

43 1 3 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 1 2 3 3 2 45 2.25


(3)

Lampiran 3

Tabel 3

Tabulasi Data

Pelaksanaan Otonomi Daerah

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Skor

Total

Rata-rata

1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 29 1.45

2 2 1 2 3 2 3 1 2 1 2 2 3 1 2 1 2 1 3 2 3 39 1.95

3 2 3 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 37 1.85

4 3 2 3 2 2 2 3 3 1 2 2 1 2 3 2 3 2 1 3 3 45 2.25

5 2 2 1 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 1 3 2 3 2 2 3 40 2.00

6 3 3 1 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 3 40 2.00

7 3 2 3 2 1 3 1 3 2 3 1 3 1 3 1 2 1 2 3 1 41 2.05

8 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 1 2 1 2 2 34 1.70

9 3 3 1 2 1 2 3 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 3 38 1.90

10 1 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2 1 2 3 1 2 3 2 2 40 2.00

11 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 25 1.25

12 3 3 1 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 3 2 3 39 1.95

13 2 1 1 2 2 3 2 1 2 1 2 1 2 1 1 3 1 2 2 2 34 1.70

14 2 1 3 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 3 1 3 2 2 3 3 43 2.15

15 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 31 1.55

16 3 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2 3 38 1.90

17 1 2 1 3 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 33 1.65


(4)

24 1 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 28 1.40

25 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 32 1.60

26 2 1 2 1 2 1 3 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 3 35 1.75

27 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 2 3 35 1.75

28 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3 1 2 1 1 1 2 1 1 3 2 33 1.65

29 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 39 1.95

30 3 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 34 1.70

31 3 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 40 2.00

32 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 37 1.85

33 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 3 1 2 2 1 2 2 2 3 36 1.80

34 2 2 2 2 3 1 3 2 3 1 3 1 2 2 1 2 2 1 2 3 40 2.00

35 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 37 1.85

36 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 3 2 3 2 2 40 2.00

37 3 3 1 2 1 3 3 2 3 2 2 2 2 3 1 2 1 2 3 2 43 2.15

38 3 3 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 35 1.75

39 3 3 1 2 3 3 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 3 3 42 2.10

40 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 38 1.90

41 2 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 32 1.60

42 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 1 3 3 2 2 3 41 2.05

43 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 3 1 2 2 2 34 1.70


(5)

Lampiran 4

T A B E L II

N ILAI-N ILAI D ALAM D ISTRIB U S I t

α untuk uji dua fihak (two tail test)

0.50 0.20 0.10 0.05

α untuk uji satu fihak (one tail test)

dk 0.25 0.10 0.05 0.025 0.01 0.005 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 40 60 120 ∞ 1,000 0,816 0,765 0,741 0,727 0,718 0,711 0,706 0,703 0,700 0,697 0,695 0,692 0,691 0,690 0,689 0,688 0,688 0,687 0,687 0,686 0,686 0,685 0,685 0,684 0,684 0,684 0,683 0,683 0,683 0,681 0,679 0,677 0,674 3,078 1,886 1,638 1,533 1,476 1,440 1,415 1,397 1,383 1,372 1,363 1,356 1,350 1,345 1,341 1,337 1,333 1,330 1,328 1,325 1,323 1,321 1,319 1,318 1,316 1,315 1,314 1,313 1,311 1,310 1,303 1,296 1,289 1282 6,314 2,920 2,353 2,132 2,015 1,943 1895 1,860 1,833 1,812 1,796 1,782 1,771 1,761 1,753 1,746 1,740 1,734 1,729 1,725 1,721 1,717 1,714 1711 1,708 1,706 1,703 1,701 1,699 1,697 1,684 1,671 1,658 1,645 12,706 4303 3,182 2,776 2,571 2,447 2,365 2,306 2,262 2,228 2,201 2,179 2,160 2,145 2,131 2,120 2,110 2,101 2,093 2,086 2,080 2,074 2,069 2,064 2,060 2,056 2,052 2,048 2,045 2,042 2,021 2,000 1,980 1,960 31,821 6,965 4,541 3,747 3,365 3,143 2,998 2,896 2,821 2,764 2,718 2,681 2,650 2,624 2,602 2,583 2,567 2,552 2,539 2,528 2,518 2508 2,500 2,492 2,485 2,479 2,473 2,467 2,462 2,457 2,423 2,390 2,358 2,326 63,657 9,925 5,841 4,604 4,032 3,707 3,499 3,355 3,250 3,169 3,106 3,055 3,012 2,977 2,947 2,921 2,898 2,878 2,861 2,845 2,831 2,819 2,807 2,797 2,787 2,779 2,771 2,763 2,756 2,750 2,704 2,660 2,617 2,576


(6)

T A B E L V

NILAI – NILAI r PRODUCT MOMENT

N

Taraf Signifikan

5%

1%

N

Taraf Signifikan

5%

1%

N

Taraf Signifikan

5%

1%

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

0,997

0,950

0,878

0,811

0,754

0,707

0,666

0,632

0,602

0,576

0,553

0,532

0,514

0,497

0,482

0,468

0,456

0,444

0,433

0,423

0,413

0,404

0,396

0,388

0,999

0,990

0,959

0,917

0,874

0,834

0,798

0,765

0,735

0,708

0,684

0,661

0,641

0,623

0,606

0,590

0,575

0,561

0,549

0,537

0,526

0,515

0,505

0,496

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

0,381

0,374

0,367

0,361

0,355

0,349

0,344

0,339

0,334

0,329

0,325

0,320

0,316

0,312

0,308

0,304

0,301

0,297

0,294

0,291

0,288

0,284

0,281

0,279

0,487

0,478

0,470

0,463

0,456

0,449

0,442

0,436

0,430

0,424

0418

0,413

0,408

0,403

0,398

0,393

0,389

0,384

0,380

0,376

0,372

0,368

0,364

0,361

55

60

65

70

75

80

85

90

95

100

125

150

175

200

300

400

500

600

700

800

900

1000

0,266

0,254

0,244

0,235

0,227

0,220

0,213

0,207

0,202

0,195

0,176

0,159

0,148

0,138

0,113

0,098

0,088

0,080

0,074

0,070

0,065

0,062

0,345

0,330

0,317

0,306

0,296

0,286

0,278

0,270

0,263

0,256

0,230

0,210

0,194

0,181

0,148

0,128

0,115

0,105

0,097

0,091

0,086

0,081