PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP ATAU VASEKTOMI

PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI
MOP ATAU VASEKTOMI
(Studi Kasus di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo kabupaten Lampung
Tengah)

(Skripsi)

Oleh
Eva Nofiani

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR lAMPUNG
2014

ABSTRAK
PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI
MOP ATAU VASEKTOMI
(Studi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah)

Oleh

Eva Nofiani

Indonesia merupakan salah negara dengan kepadatan penduduk yang tinggi oleh
karena itu pemerintah membuat berbagai kebijakan salah satu kebijakan tersebut
yaitu program keluarga berencana, dimana keluarga sebagai sasaran utamanya,
karena keluarga merupakan akseptor utama yang menggunakan alat kontrasepsi,
namun kebanyakan perempuan yang menggunakan alat kontrasepsi, sedangakan
partisipasi pria masih sangat sedikit, sementara terdapat berbagai macam alat
kontrasepsi untuk pria salah satunya yaitu MOP atau vasektomi. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui : (1) persepsi suami terhadap pengetahuan alat
kontrasepsi MOP atau vasektomi, (2) persepsi suami terhadap dampak alat
kontrasepsi MOP atau vasektomi, (3) persepsi suami terhadap kendala alat
kontrasepsi MOP atau vasektomi, dan (4) persepsi suami terhadap aksesibilitas alat
kontrasepsi MOP atau vasektomi. Penelitian ini dilakukan di Desa Kalirejo
Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. Metode penelitian yang digunakan
adalah metode penelitian kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan bahwa : (1) pengetahuan suami terhadap alat kontrasepsi
MOP atau vasektomi masih minim, karena suami belum mengetahui berbagai macam
alat kontrasepsi pria yang sudah disediakan oleh pihak kesehatan, dan belum adanya
sikap dari suami untuk terlibat dalam KB. (2) suami masih merasa asing dengan MOP

atau vasektomi, selain itu suami juga masih menyamakan antara kebiri dengan MOP
atau vasektomi yang sebenarnya sangat berbeda, dan masih adanya rasa egoisme pria
untuk tidak menggunakan salah satu alat kontrasepsi. (3) keterlibatan tokoh
masyarakat dan tokoh agama di Desa Kalirejo masih mengalami kegagalan, karena
ketua RT sendiri tidak mengetahui bahwa sudah pernah ada sosialisasi tentang MOP
atau vasektomi dari pihak kesehatan, selain itu belum ada tokoh agama yang
menjelaskan haram atau tidaknya MOP atau vasektomi. (4) masih adanya rumor yang
beredar bahwa vasektomi bisa menyebabkan impotensi hal ini berdampak pada tidak

adanya minat pria untuk menggunakan vasektomi, (5) banyaknya kendala yang di
hadapi oleh informan ketika akan melakukan operasi vasektomi salah satunya yaitu
tidak ada dukungan dari istri, karena takut suami akan berselingkuh (6) jarak tempuh
untuk melakukan operasi vasektomi cukup jauh, selain itu biaya yang harus di
keluarkan cukup mahal jika tidak mendapatkan surat pengantar dari PLKB untuk
melakukan operasi vasektomi, dan belum adanya tenaga medis yang bisa melakukan
operasi MOP atau vasektomi. (7) suami tidak mengetahui bahwa sudah pernah ada
penyuluhan tentang MOP atau vasektomi, sehingga suami tidak mengetahui informasi
tentang MOP atau vasektomi secara jelas.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu : (1) Persepsi suami terhadap pengetahuan alat
kontrasepsi MOP atau vasektomi di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten

Lampung Tengah masih sangat rendah, hal ini terjadi karena belum adanya kesadaran
pria untuk berpartisipasi dalam keluarga berencana dan belum adanya kesetaraan
gender. (2) Persepsi suami terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi di Desa
Kalirejo masih rendah, karena sebagian informan hanya bisa menjelaskan tentang
MOP, namun mereka hanya sekedar tahu secara sederhana tidak secara luas, sehingga
mereka tidak tahu apa manfaat dan akibat yang akan terjadi jika menggunakan MOP.
Kurangnya pengetahuan infroman tentang MOP menyebabkan sebagian informan
masih menyamakan MOP dengan kebiri yang sebenarnya sangat berbeda antara
kebiri dan MOP, selain itu masih adanya rasa egoisme pria sehingga pria tidak mau
menggunakan alat kontrasepsi termasuk MOP. (3) Persepsi suami terhadap dampak
MOP atau vasektomi terjadi karena adanya rumor yang beredar bahwa vasektomi bisa
menyebabkan impotensi, padahal vasektomi tidak menyebabkan impotensi, hal ini
sudah di buktikan oleh informan yang sudah menggunakan vasektomi, dan lebih di
pertegas oleh penjelasan PLKB bahwa vasektomi tidak menyebabkan impotensi. (4)
Persepsi suami terhadap kendala MOP atau vasektomi terjadi karena informan belum
mendapatkan dukungan dari pasangannya (isteri), walaupun ada juga informan yang
mendapatkan dukungan positif dari pasangannya (isteri). Selain itu adanya rasa takut
menjalani operasi dan sebagian informan mengatakan males meggunakan karena
ribet, dan adanya anggapan jika menggunakan vasektomi akan mengurangi rasa
kepuasan dan kejantanan saat berhubungan. (5) Persepsi suami terhadap aksesibilitas

MOP atau vasektomi terjadi karena belum adanya penyuluhan tentang MOP sehingga
pengetahuan informan tentag MOP masih sangat rendah, walaupun sebenarnya sudah
di lakukan penyuluhan, selain itu adanya jarak tempuh yang jauh untuk menuju
rumah sakit umum, dan biaya yang sebenarnya informan sendiri tidak mengetahui
apakah mengeluarkan biaya besar atau tidak mengeluarkan biaya, namun menurut
PLKB akseptor yang melakukan operasi vasektomi dan mendapatkan surat pengantar
dari PLKB akan gertis. Di sisi lain akseptor masih takut karena kurangnya pelayanan
tenaga medis vasektomi.

Kata kunci: Persepsi, Suami, Vasektomi

ABSTRACT

Indonesia is one of country with a high population density. Therefore government
creates various policies, one of the policy is the family planning program, in which
family as the main target, because family is the primary acceptor which uses
contraception, but women use much more contraceptives, while male participation
was still very low, while there were many kinds of contraceptives for men one of
them is MOP or vasectomy. This study intended to find out: (1) the husband’s
perceptions toward the knowledge of MOP or vasectomy contraceptives, (2) the

husband's perception of the impact of MOP or vasectomy contraceptives, (3) the
husband's perception of the constraints MOP or vasectomy contraceptives, and (4) the
husband’s perception toward the accessibility of MOP or vasectomy contraceptives.
This research was conducted in Kalirejo, Central Lampung. The research used
qualitative research method.
The results showed that: (1) husband’s knowledge toward MOP or vasectomy
contraception was still low, because the husband did not understand yet about various
kinds of male contraception that was already provided by the health authorities, and
the absence of the husband’s attitude to engage in family planning. (2) the husband
was still strange to MOP or vasectomy, otherwise husband is still equate the gelding
with MOP or vasectomy which was actually very different, and man was still has
sense of selfishness not to use one of contraception itself. (3) the involvement of
community leaders and religious leaders in Kalirejo was still being failed, because RT
itself did not know that there had been a socialization about MOP or vasectomy from
health authorities, beside that there was no religious figures who explained whether
MOP or vasectomy was unlawful or not. (4) there were still rumors that vasectomy
may cause impotence, this may affected men were lack of interest for using
vasectomy, (5) the number of constraints faced by informants when will do a
vasectomy operation that there was no support from his wife, because they were
afraid of her husband would be cheating (6) the distance to perform a vasectomy was

far enough, otherwise it costs to be in spend was quite expensive if not get a letter of
introduction from field officers to perform a vasectomy, and the lack of medical
personnel that can perform vasectomy or MOP operation. (7) the husband did not
know that there have been a publication about MOP or vasectomy, so the husband did
not know about the MOP or vasectomy information clearly.
The conclusions of this study were: (1) husband’s perception toward MOP or
vasectomy contraception knowledge in Kalirejo, Central Lampung was still very low,
this happened because of the lack of awareness of men to participate in family
planning and the lack of gender equality. (2) husband’s perception toward MOP or
vasectomy contraception in Kalirejo was still low, because some of the informer
could only explain about MOP, but they just know it simply, not extensively, so they

did not know what the benefits and consequences that would occur if using MOP.
Lack of informer’s knowledge about MOP caused some informers still equate MOP
with a gelding that was actually very different, besides it was still a sense of men’s
selfishness so that men did not want to use contraceptives including MOP. (3)
husband’s perceptions toward the impact of MOP or vasectomy occured due to
rumors that vasectomy may cause impotence, whereas vasectomy did not cause
impotence, it had been proved by informers who had already used vasectomy, and
affirmed by the explanation of PLKB that vasectomy did not cause impotence. (4)

husband’s perceptions of the constraints of MOP or vasectomy occured because the
informers have not been supported by their partner (wife) yet, although there was also
the informaer who received positive support from their partner (wife). Besides the
fear of surgery and some informers said lazy to use it because it was complicated, and
the notion that if using a vasectomy would reduce the sense of satisfaction and virility
during intercourse. (5) husband’s perception toward the accessibility of MOP or
vasectomy occured because of the lack of education on the knowledge about MOP so
that the informer’s knowledge was still very low, although publication was already
done, in addition to the existence of a far distance to go to public hospitals, and the
informers did not know the actual cost whether to pay or not to pay large, but
according to field officers someone who perform vasectomy acceptors and obtain a
letter of introduction from the field officers will be free. On the other hand acceptors
were still being afraid because of the lack of medical personnel to vasectomy
services.
Keywords: perception, husband, vasektomy

PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI
MOP ATAU VASEKTOMI
(Studi Kasus di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung
Tengah)


Oleh
Eva Nofiani

Skripsi

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA SOSIOLOGI
Pada
Jurusan Sosiologi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR lAMPUNG
2014

PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan Alhamdulillah dan dengan segala doa restu yang selalu mengiringi dari
orang-orang yang menyayangiku. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan karya

sederhana ini kepada:
 Ayahhanda Dimin. S. Pd,. terima kasih atas jerih payah yang selalu ayah
berikan untuk menuju keberhasilanku saat ini. Terima kasih telah
merawat dan mendidikku hingga aku bisa seperti ini. Aku paham
didikanmu yang keras tidak lebih hanya karena ingin melihat anakmu ini
berhasil dalam hidup. Semoga suatu hari nanti aku bisa
membahagiakanmu dan membalas semua pengorbananmu serta
membuktikan bahwa aku bisa menjadi anak kebanggaanmu.
 Ibunda Raminah, seorang ibu yang sangat ku cintai melebihi apapun.
Terima kasih telah merawat, mendidik, mendukung dan mendoakanku
dengan penuh ketulusan. Terima kasih telah menjadi Ibu sekaligus
sahabat terbaik dalam hidupku, meskipun aku selalu membuatmu kesal
dengan segala sikapku selama ini. Terima kasih untuk segalanya, semoga
aku dapat membahagiakanmu dengan kesuksesanku kelak.
 Buat adik-adikku, Mifta Hulkarim dan Gilang Aditiya
Firmansyah,.Terima kasih atas segala dukungan kalian. Maaf selama ini
belum bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian. Semoga kelak aku
dapat ikut mengantarkan kalian menuju kesuksesan dan memberikan
kebahagiaan bagi ayah dan ibu.
 Trimakasih Nisva Fauzi Ramli yang selalu sabar menghadapiku,

menemani di kala susah, senang, dan yang telah banyak memberi
masukan-masukan untuk menjadikan hidupku ku yang lebih baik dari
sebelumnya.
 Almamaterku tercinta, FISIP Universitas Lampung

MOTO
Si tou timou tumou tou
Manusia baru dapat di sebut sebagai manusia,
jika sudah dapat memanusiakan manusia
(Sam Ratulangi)

Keridhoan Allah SWT tergantung kepada keridhoan orang tua dan
kemurkaan Allah SWT tergantung kepada kemurkaan orang tua
(HR at-Tirmidzi)

RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Eva Nofiani dilahirkan di Kalirejo, 1 November
1991. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara

dari


pasangan Bapak Dimin. S. Pd dan Ibu Raminah.
Jenjang pendidikan formal yang telah penulis tempuh antara lain
Sekolah Dasar (SD) di SDN 3 Kalirejo dan lulus pada tahun
2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMPN 1 Kalirejo dan lulus pada tahun
2007, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMAN 1 Kalirejo dan lulus pada tahun
2010.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN). Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Kuliah
Kerja Nyata (KKN) pada bulan Febuari sampai Maret tahun 2013 di Desa Taman
Cari Kabupaten Lampung Timur.

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahNya. Atas Izin dan Rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi saya yang
berjudul “PERSEPSI SUAMI TERHADAP ALAT KONTRASEPSI MOP
ATAU VASEKTOMI (Studi Kasus di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah)”

ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Sosiologi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lampung.

Penulis menyadari, bahwa apa yang tertulis dalam skripsi ini masih sangat jauh
dari sempurna, oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
dari semua pihak sehingga menjadi lebih baik. Dalam penulisan skripsi ini,
penulis sangat menyadari banyak sekali bantuan, dukungan, dan bimbingan dari
berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. H. Agus Hadiawan, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
2. Bapak Drs. Susetyo, M.Si. selaku Ketua Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.

3. Ibu Dra. Anita Damayantie, M.H. selaku Sekretaris Jurusan Sosiologi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung.
4. Ibu Dra. Yuni Ratna Sari M.Si selaku dosen pembimbing penulis terima
kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan kesabarannya dalam
proses penulisan skripsi ini, sehingga saya dapat meraih gelar Sarjana
Sosiologi (S.Sos) di Universitas Lampung.
5. Bapak Drs. Gunawan Budi Kahono selaku dosen pembahas seminar usul
dan hasil serta dosen penguji penulis yang telah mengoreksi, memberikan
saran dan kritik dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Dr. Hartoyo, M.Si. selaku Pembimbing Akademik penulis,
terima kasih atas waktu, motivasi, bimbingan, saran dan
kesabarannya selama menjalani masa perkuliahan.
7. Seluruh dosen di Jurusan Sosiologi dan FISIP Unila yang telah
membekali penulis dengan ilmu dan pengetahuan selama menjalani masa
perkuliahan.
8. Seluruh staf administrasi dan karyawan di FISIP Unila yang membantu
dan melayani urusan administrasi perkuliahan dan skripsi.
9. Ayahku Dimin. S. Pd, terima kasih atas jerih payah yang selalu
ayah berikan untuk menuju keberhasilanku saat ini. Terima kasih
telah merawat dan mendidikku hingga aku bisa seperti ini. Aku
paham didikanmu yang keras tidak lebih hanya karena ingin
melihat anakmu ini berhasil dalam hidup. Semoga suatu hari nanti
aku bisa membahagiakanmu dan membalas semua pengorbananmu
serta membuktikan bahwa aku bisa menjadi anak kebanggaanmu.

10. Ibuku Raminah, seorang ibu yang sangat ku cintai melebihi
apapun. Terima kasih telah merawat, mendidik, mendukung dan
mendoakanku dengan penuh ketulusan. Terima kasih telah menjadi
Ibu sekaligus sahabat terbaik dalam hidupku, meskipun aku selalu
membuatmu kesal dengan segala sikapku selama ini. Terima kasih
untuk segalanya, semoga aku dapat membahagiakanmu dengan
kesuksesanku kelak.
11. Buat adik-adikku, Mifta Hulkarim dan Gilang Aditiya Firmansyah
Terima kasih atas segala dukungan kalian. Maaf selama ini belum
bisa menjadi kakak yang baik untuk kalian. Semoga kelak aku
dapat

ikut

mengantarkan

kalian

menuju

kesuksesan

dan

memberikan kebahagiaan bagi ayah dan ibu.
12. Trimakasih Nisva Fauzi Ramli yang selalu sabar menghadapiku,
menemani di kala susah, senang, dan yang telah banyak memberi
masukan-masukan untuk menjadikan hidupku ku yang lebih baik
dari sebelumnya.
13. Trimakasih untuk Bapak Tobib dan Ibu Siti Aminah, serta mbak
Jepy, mas Lulus, Mas very, Ardi, Dede Qia yang telah
memberikanku semangat, dan masukan yang telah kalian berikan
sangat membantuku.
14. Trimakasih untuk Sulistiawan, Arini Nur Hidayati dan Wenny
Apriyani yang telah bersedia menjadi moderator dan pembahas
mahasiswa seminar 1 dan 2.

15. Trimakasih untuk para informan yang telah bersedia meluangkan
waktu membantu kelancaran skripsi peneliti dengan bersedia
menjadi informan.
16. Trimakasih untuk semua teman-teman Sosiologi FISIP Universitas
Lampung angkatan 2010 yang telah membantu selama masa
perkuliah sampai masa perkuliahan berakhir, khususnya Nurul
Aulia, Nurhana, Delsi Alfianita, Dwi Aristiana, Lesi Gustina,
Indria Gita Ningrum, Arif Munandar, Aziz Ahmad, Nisa Fajrianti,
Wenny Aprilia, Arini Nur Hidayati, Monalia Sahwati, Desti
Wulandari, Nora, Peni, Ria Ayuningsih, Komang, Yeksi,
Sulistiawan, Welly, Jani, Emi, maaf ya sering merepotkan kalian
dan membuatkan emosi.
17. Untuk teman-teman kosan Nata : Nita Oktami, Widi, Yeni Utari,
Maya Alfiorita, Leni Ambarwati, Anni Azizah, Aye, dan Ayu,
trimakasih sudah melewati hari-hari bersamaku, trimakasih selalu
memberi semangat untuk cepat wisuda, kita nikmati kerbersamaan
walaupun terkadang ada cekcok sedikit, tapi bersama kalian
meninggalkan banyak kenangan indah, trimakasih.
18. Trimakasih untuk saudara dan teman-teman yang telah memberi
dukungan dan masukan yang sangat bermanfaat, khusunya Mifta
Hulkarim, Auzar Rifai Sh, dan Suci windiasih.
19. Trimakasih untuk teman-teman KKN Taman Cari Dwi Rosalia,
Arif, Briyan, Sueng, Caca, Pehe, Nia, Teteh, Ardi, dan Bunda, kita

lewati 40 hari bersama, kita nikmati seneng dan susah barengbareng.
Penulis hanya bisa berdoa semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan
bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 17 Juli 2014
Penulis :

Eva Nofiani

DAFTAR ISI

HALAMAN
ABSTRAK.. .................................................................................................... i
COVER DALAM. .......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN. ..................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN. ....................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN. .............................................................................. v
PERSEMBAHAN. .......................................................................................... vi
MOTTO. ......................................................................................................... vii
RIWAYAT HIDUP. ....................................................................................... viii
SANWACANA. .............................................................................................. ix
DAFTAR ISI. .................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR & TABEL.. ................................................................. xi
I. PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang.. ................................................................................ 1
Rumusan Masalah.. ........................................................................... 7
Tujuan Penelitian.. ............................................................................ 7
Kegunaan Penelitian......................................................................... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA
A. TinjauanTentangPersepsi.. ................................................................ 9
1. DefinisiPersepsi.. ........................................................................ 9
2. Syarat-syaratMengadakanPersepsi .............................................. 10
3. JenisPersepsi ............................................................................... 10
4. Faktor-faktor yang MempengaruhiPersepsi ................................ 11
B. TinjauanTentangSuami ..................................................................... 12
1. PengertianSuami ......................................................................... 12
2. PeranSuamidalamKesehatanReproduksi..................................... 12
a. PeranSuamisebagai Motivator .............................................. 13
b. PeranSuamisebagaiEdukator ................................................. 13
c. PeranSuamisebagaiFasilitator ............................................... 14
d. PeranSuamidalamKeluargaBerencana .................................. 14
3. Faktor-faktor yang MempengaruhiPartisipasiSuamidalam

Program KB ................................................................................ 15
a. Faktor Internal ....................................................................... 15
1) Pengetahuan.. .................................................................. 15
2) Kendala ........................................................................... 17
3) Dampak ........................................................................... 17
4) Aksesibilitas .................................................................... 18
b. FaktorEksternal ..................................................................... 18
1) Tingkat Pendidikan ......................................................... 18
2) TerbatasnyaMetodeKontrasepsiPria.. ............................. 18
3) DukunganIstriterhadapSuamiuntuk KB .......................... 19
4) KeterlibatanTokohMasyarakat
danTokoh Agama terhadapUpayaPeningkatan
PartisipasiPria.................................................................. 20
5) SosialBudayaMasyarakat ................................................ 20
6) LingkunganSosial ............................................................ 21
C. TinjauantentangKontrasepsi.............................................................. 22
1. DefinisiKontrasepsi ..................................................................... 22
2. ManfaatAlatKontrasepsi ............................................................. 22
3. MetodeAlatKontrasepsiPria ........................................................ 23
a. SenggamaTerputus(coitus interuptus) .................................. 23
b. PantangBerkala ..................................................................... 23
c. Kondom ................................................................................. 24
d. MetodeOperasiPria (MOP) atauvasektomi ............................ 25
1) DefinisitentangKontrasepsi MOP atauVasektomi ........... 25
2) JenisKontrasepsiVasektomi ............................................. 27
4. PengetahuanMasyarakatterhadapAlatKontrasepsiPria. .............. 29
5. pasanganUsiaSubur (PUS) .......................................................... 30
a. Pengertian PUS.. ................................................................... 30
b. MasalahdanKebutuhan yang dialami PUS. ........................... 31
D. KerangkaPikir. .................................................................................. 31
E. GambarSkemaKerangkaPikir............................................................ 33
III. METODE PENELITIAN.
A.
B.
C.
D.

TipePenelitian ................................................................................... 34
FokusPenelitian ................................................................................. 34
LokasiPenelitian ................................................................................ 35
JenisdanSumber Data ........................................................................ 35
1. Data Primer ................................................................................. 35
2. Data Sekunder. ............................................................................ 35
E. PenentuanInforman. .......................................................................... 36
F. TeknikPengumpulan Data Penelitian ................................................ 36
1. Observasi ..................................................................................... 36
2. WawancaraMendalam ................................................................. 37
3. Dokumentasi ............................................................................... 37

G. TeknikAnalisis Data .......................................................................... 38
1. Reduksi Data ............................................................................... 38
2. PenyajianData ............................................................................. 38
3. Verifikasi Data ............................................................................ 39
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
G.
H.
I.
V.

SejarahSingkatDesaKalirejo ............................................................. 40
KondisiGeografisDesaKalirejo ......................................................... 42
DemografiPenduduk ......................................................................... 44
Pendidikan ......................................................................................... 45
Mata Pencaharian .............................................................................. 46
EtnisatauSuku.................................................................................... 47
PetaKonsepPemerintahanDesaKalirejo ............................................ 48
AsosiasiDesaKalirejo ........................................................................ 49
PolaPengambilanKeputusan .............................................................. 50

HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DeskripsiHasilPenelitian ................................................................... 51
B. PembahasanHasilPenelitian .............................................................. 55
1. PersepsiSuamiterhadapPengetahuanAlatKontrasepsiPria .......... 56
2. PersepaiSuamiterhadapAlatKontrasepsi MOP atau
Vasektomi ................................................................................... 60
3. PersepsiSuamiterhadapKeterlibatanTokoh ‘Masyarakat
danTokoh Agama ........................................................................ 67
4. PersepsiSuamiterhadapDampakAlatKontrasepsiMOP atauVasektomi 69
5. PersepsiSuamiterhadapKendalaAlatKontrasepsi
MOP atauVasektomi ................................................................... 72
6. PersepsiSuamiterhadapAksesibilitas MOP atauVasektomi ........ 75
a. PelayananTenagaMedis MOP atauVasektomi ...................... 75
b. Jarak ...................................................................................... 79
c. Biaya ..................................................................................... 81
7. PersepsiSuamiterhadapPenyuluhan MOP atauVasektomi .......... 83
8. PersepsiSuamiterhadap MOP atauVasektomidari
Segi Agama ................................................................................. 85
9. AnalisisTeoriPersepsi .................................................................. 88

VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................................................................... 95
B. Saran ................................................................................................ 97
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR & TABEL

Gambar 1. Skema kerangka Pikir....................................................................... 33
Gambar 2. Peta Desa Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah. ........................... 42
Gambar 3.. Ilustrasi Kondisi Geografis Desa Kalirejo....................................... 43
Gambar 4. Ilusterasi Penggunaan Tanah Desa Kalirejo. ......................................... 43
Gambar 5. Rincian Golongan Umur Warga.. .............................................................. 44
Gambar 6. Diagram Pendidikan Masyarakat Desa Kalirejo. ...................................... 45
Gambar 7. Mata Pencaharian Masyarakat. ........................................................ 46
Gambar 8. Data Etnis Desa Kalirejo. ................................................................. 47
Gambar 9. Peta Konsep Pemerintahan Desa Kalirejo. ....................................... 48
Gambar 10. Asosiasi Desa Kalirejo. .................................................................. 49
Gambar 11. Ilusterasi Alat Kontrasepsi. ............................................................ 57
Gambar 12. Ajakan KB. .............................................................................................. 59
Gambar 13. Ilustrasi Ahli MOP atau Vasektomi. .............................................. 62
Gambar 14. Ilusterasi MOP atau vasektomi ................................................................ 63
Gambar 15 data peserta KB aktif MOP atau vasektomi tahun 2013. ................ 65
Gambar 16. Ilusterasi dukungan isteri. .............................................................. 73
Gambar 17 Ilustrasei klinik vasektomi. .............................................................. 78
Gambar 18 Ajakan KB. ...................................................................................... 86
Gambar 18. Logo MUI....................................................................................... 87
Tabel 1. Data Peserta Keluarga Berencana (KB) Pria di Indonesia. .................. 2
Tabel 2 Data Pria Pengguna Alat Kontrasepsi Vasektomi di Indonesia. ........... 5

1

I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang akan selalu dibayangi
oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena
itu,

usaha

langsung

untuk

melakukan

pembangunan

perlu

memperhitungkan faktor kependudukan yang merupakan sasaran utama
bagi pembangunan. Usaha perluasan lapangan kerja, pendidikan,
kesehatan, penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya semuanya
didasari dari fenomena kependudukan yang dihadapi. Oleh karena itu,
pengetahuan mengenai perkembangan penduduk Indonesia merupakan
dasar terpenting bila hendak merencanakan pembangunan. Bertitik tolak
dari penduduk sebagai sasaran pembangunan yang dari waktu ke waktu
terus berkembang pesat dengan segala aspeknya, maka menselaraskan
hasil pembangunan agar merata dan adil sampai ketangan masyarakat
perlu rasanya mengadakan keseimbangan antara kedua faktor yaitu jumlah
penduduk dan hasil dari pembangunan.

Melalui uraian di atas, masalah kependudukan mempengaruhi dalam
penyusunan anggaran pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan adanya
suatu kebijaksanaan penduduk secara menyeluruh. Arah kebijaksanaan ini
adalah dengan mengendalikan kelahiran atau menurunkan fertilitas yang

2

dilakukan melalui pelaksanaan program keluarga berencana. Turunnya
fertilitas akan meningkatkan pendapatan perkapita bagi suatu negara,
disamping

turunnya

fertilitas

berpengaruh

terhadap

pengurangan

pembiyaan yang khususnya dikeluarkan oleh pemerintah dalam usaha
untuk mencukupi kebutuhan penduduk seperti sarana kesehatan, lapangan
pekerjaan, perumahan dan lain-lainnya.

Keluarga berencana merupakan program nasional yang diperkenalkan oleh
pemerintah kepada masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat bisa
memahami dan melaksanakan program tersebut. Pada

awalnya

pendekatan keluarga berencana lebih diarahkan pada aspek demografis
dengan upaya pokok pengendalian jumlah penduduk dan penurunan
fertilitas. Kini pemerintah telah menyepakati perubahan paradigma dari
pendekatan pengendalian populasi dan penurunan fertilitas menjadi lebih
kearah pendekatan kesehatan reproduksi dengan memperhatikan hak-hak
reproduksi dan kesetaraan gender. Namun, masalah utama yang kita
hadapi saat ini adalah rendahnya partisipasi pria atau suami dalam
pelaksanaan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

Tabel 1. Data Peserta Keluarga Berencana (KB) Pria di Indonesia

No
1.
2.
3.
4.

Tahun
1997
2002
2003
2005

Sumber data : BKKBN, 2013

Jumlah Peserta KB Pria (%)
1,1 %
1,3%
1,3%
0,9%

3

Rendahnya partisipasi suami dalam keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi pada dasarnya tidak terlepas dari operasional program keluarga
berencana yang selama ini dilaksanakan mengarah kepada wanita sebagai
sasaran. Demikian juga masalah penyediaan alat kontrasepsi yang
sebagian besar wanita, sehingga terbentuk pola pikir bahwa yang hamil
dan melahirkan adalah wanita, maka wanitalah yang harus menggunakan
alat kontrasepsi. Oleh sebab itu, semenjak tahun 2000 pemerintah secara
tegas telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan partisipasi
suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi melalui
kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan (BKKBN, 2000).

Hasil studi kualitatif BKKBN di Jakarta dan Yogjakarta (1999),
memperlihatkan bahwa sebagian besar suami mengetahui tujuan keluarga
berencana yaitu untuk mengatur kelahiran, membentuk keluarga yang
bahagia serta menyadari bahwa keluarga berencana itu penting. Hasil yang
relatif sama juga dijumpai dari temuan studi di Jawa Tengah dan Jawa
Timur (2001) yang dilakukan 393 suami. Hasil studi ini memperlihatkan
bahwa pengetahuan suami tentang pengertian dan tujuan keluarga
berencana pada umumnya cenderung baik meskipun belum semua dapat
menerangkan secara jelas. Lebih dari setengah responden (58%)
menyatakan bahwa keluarga berencana bermaksud untuk mengatur jarak
kelahiran, sebesar 43,5 % mengetahui bahwa keluarga berencana bertujuan
untuk mencegah kehamilan dan yang mengetahui bahwa dengan menjadi
peserta keluarga berencana dapat membatasi kelahiran disampaikan oleh
responden sebanyak 41,2 %. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar

4

suami mengetahui tujuan dari KB itu sendiri, namun partisipasi pria dalam
KB masih kurang, karena berbagai alasan, salah satunya yaitu karena
sedikitnya metode kontrasepsi pria, terbatasanya tenaga medis yang bisa
melayani peserta MOP atau vasektomi, dan masih kurangnya pengetahuan
pria. Oleh karena itu, metode kontrasepsi yang sudah tersedia dapat
digunakan secara efektif oleh pasangan usia subur (PUS) baik isteri
maupun suami sebagai sarana pengendalian kelahiran. Idealnya,
penggunaan alat kontrasepsi bagi pasutri (pasangan suami isteri)
merupakan tanggung jawab bersama antara suami dan isteri, sehingga
metode yang dipilih mencerminkan kebutuhan serta keinginan suami isteri
tanpa mengesampingkan hak reproduksi masing-masing. Setidaknya
dibutuhkan perhatian, kepedulian, dan partisipasi pria dalam menentukan
penggunaan alat kontrasepsi.

Menurut BKKBN (2003) hal yang mendasar dalam pelaksanaan
pengembangan program partisispasi suami untuk mewujudkan keadilan
dan kesetaraan gender adalah bentuk perubahan kesadaran, sikap, dan
perilaku pria atau suami maupun isteri tentang keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi, sedangkan pihak kesehetan seharusnya memahami
pengetahuan, sikap, dan perilaku dalam berbagai isu serta memahami
dalam hubungan pembagian kekuasaan antara suami dan isteri.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi suami dalam
penggunaan alat kontrasepsi yaitu keterbatasan metode untuk pengaturan
fertilitas yang dapat dipilih suami, kurangnya informasi tentang metode

5

kontrasepsi pria, terbatasnya jenis kontrasepsi pria yang ada, terbatasnya
tempat pelayanan KB pria, dan hambatan budaya masih dominan terhadap
kontrasepsi pria, hal tersebut didukung pendapat BKKBN (2007) bahwa
kesertaan KB pria rendah terjadi karena faktor sosial budaya yang
beranggapan

bahwa

keluarga

berencana

adalah

tanggung

jawab

perempuan sehingga pria tidak perlu berperan. Selain itu komitmen
pemerintah yang belum tepat dan banyaknya rumor yang berkembang
negatif tentang kontrasepsi pria. Salah satu alat kontrasepsi pria yaitu
vasektomi di mana saluran air mani (vas deferens) diputuskan sehingga
sperma dari dalam testis tidak akan keluar bersama cairan mani lain pada
saat melakukan hubungan suami istri. Vasektomi didefinisikan sebagai
kontrasepsi mantap karena beberapa sifat yang dimiliki yaitu efektif,
aman, dan mudah. Pada kenyataannya penerimaan masyarakat akan
kontrasepsi vasektomi masih relatif rendah.

Tabel 2. Data pria pengguna alat kontrasepsi vasektomi di Indonesia

No

Tahun

Jumlah Peserta Vasektomi (%)

1.
2.
3.

1997
2002
2007

0,4 %
0,4 %
0,2 %

Sumber : Survei Data Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007

Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pria dalam
progam Keluarga Berencana (KB) khususnya penggunaan kontrasepsi
vasektomi masih sedikit. Berdasarkan data dari Kepala Bidang Keluarga
Berencana (KB) Kesehatan Reproduksi Perwakilan BKKBN Provinsi
Lampung menyatakan bahwa tingkat partisipasi dikalangan pria adalah

6

1,5% dari seluruh peserta progam keluarga berencana (KB) di Lampung.
Selama ini partisipasi pria dalam Progam Keluarga Berencana (KB) baru
melalui progam vasektomi dengan tingkat partisipasi yang relatif rendah
(Moh.Ilyas, 2013). Salah satu faktor rendahnya partisipasi pria dalam
Progam Keluarga Berencana (KB) khusunya kontrasepsi vasektomi adalah
minimnya pengetahuan pria tentang kontrasepsi vasektomi sehingga sering
timbul salah faham dalam menggunakan kontrasepsi tersebut. Sehingga
peran sosialisasi tentang kontrasepsi vasektomi dibutuhkan untuk
memberikan pemahaman yang jelas kepada masyarakat. Selain itu, perlu
adanya tokoh panutan seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, instansi
pemerintah dan lain-lainnya untuk menggunakan alat kontrasepsi
vasektomi sehingga muncul persepsi masyarakat untuk menggunakan alat
kontrasepsi vasektomi.

Gambaran permasalahan seperti yang telah diuraikan di atas juga
dirasakan di Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo Kabupaten Lampung
Tengah. Hal tersebut tercermin dari rendahnya partisipasi pria dalam
progam keluarga berencana (KB) khususnya kontrasepsi vasektomi.
Berdasarkan data dari ketua KB Desa Kalirejo Kecamatan Kalirejo
Kabupaten Lampung Tengah mencatat bahwa hanya 1 suami yang
menggunakan alat kontrasepsi vasektomi dari tahun 1993 sampai tahun
2014. Hal tersebut di sebabkan karena minimnya akses informasi, tingkat
pengetahuan tentang alat kontasepsi pria yang relatif rendah serta adanya
anggapan bahwa urusan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan
reproduksi adalah urusan perempuan, sehingga peneliti tertarik untuk

7

meneliti tentang persepsi sumai terhadap alat kontrasepsi MOP atau
vasektomi.

B.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan
masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah persepsi suami terhadap pengetahuan alat kontrasepsi
MOP atau vasektomi?
2. Bagaimanakah persepsi suami terhadap dampak alat kontrasepsi MOP
atau vasektomi?
3. Bagaimanakah persepsi suami terhadap kendala alat kontrasepsi MOP
atau vasektomi?
4. Bagaimanakah persepsi suami terhadap aksesibilitas alat kontrasepsi
MOP atau vasektomi?

C.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
1. Untuk mengetahui persepsi suami terhadap pengetahuan alat
kontrasepsi MOP atau vasektomi
2.

Untuk mengetahui persepsi suami terhadap dampak alat kontrasepsi
MOP atau vasektomi

3. Untuk mengetahui persepsi suami terhadap kendala alat kontrasepsi
MOP atau vasektomi
4. Untuk mengetahui persepsi suami terhadap aksesibilitas alat
kontrasepsi MOP atau vasektomi.

8

D.

Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan teoritis:
Sebagai salah satu upaya untuk memperkaya khasanah ilmu Sosiologi
khususnya Sosiologi Kesehatan terutama kajian persepsi suami
terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.
2. Kegunaan praktis:
1)

sebagai bahan informasi dan perbandingan bagi penelitian
selanjutnya.

2) Sebagai bahan informasi kepada masyarakat umum mengenai
persepsi suami terhadap alat kontrasepsi MOP atau vasektomi.
3) Sebagai pertimbangan bagi pemerintah dan instansi kesehatan
dalam mempromosikan kesehatan dan kebijakan keluarga
berencana.

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.

Tinjauan tentang Persepsi

1.

Definisi Persepsi
Persepsi berasal dari bahasa latin, persipere: menerima, perception:
pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Jadi persepsi
adalah kesadaran intuitif (berdasarkan firasat) terhadap kebenaran atau
kepercayaan langsung terhadap sesuatu. Persepsi adalah proses yang
menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia.
Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan
lingkungannya melalui indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan
penciuman.

Persepsi bersifat individual, karena persepsi merupakan aktivitas yang
terintegrasi dalam individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan
ikut aktif dalam persepsi. Berdasarkan hal tersebut, maka persepsi dapat
dikemukakan karena perasaan dan kemampuan berfikir. Pengalaman
individu tidak sama, maka dalam mempersepsi suatu struktur, hasil
persepsi mungkin dapat berbeda satu dengan yang lain karena sifatnya
sangat subjektif. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu,
semakin mudah dan semakin sering mereka berkomunikasi, dan sebagai

10

konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau
kelompok identitas (Miftahul.2011).

2.

Syarat-syarat Mengadakan Persepsi
Agar seseorang dapat mengadakan persepsi, ada syarat-syarat yang perlu
dipenuhi, yaitu :
Menurut Bimo Walgito dalam buku “Psikologi Umum” mengatakan
bahwa proses persepsi berlangsung sebagai berikut :
1. Stimulus mengenai alat panca indera, ini merupakan proses yang
sifatnya kealaman (fisik).
2. Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh saraf sesoris ini
merupakan proses fisiologis.

Di otak sebagai pusat susunan saraf terjadilah proses yang akhirnya
individu dapat menyadari atau mempersepsi tentang apa yang diterima
melalui alat indera, proses yang terjadi dalam otak ini merupakan proses
psikologis (Walgito. 1978)

3.

Jenis Persepsi
Ada dua macam persepsi, yaitu :
1) External perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang datang dari luar diri individu.
2) Self-perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsang
yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi
obyek adalah dirinya sendiri.

11

4.

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi antara lain :
1. Fungsional
Persepsi individu terhadap suatu objek tidak terjadi begitu saja, tapi
ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor fungsional
yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu, dan hal lain yang
termasuk dalam faktor personal. Jadi persepsi tidak hanya ditentukan
oleh jenis atau bentuk stimulus, tetapi juga karakteristik orang yang
memberikan respon pada stimulus tersebut dan bermula dari kondisi
biologisnya
2. Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berfikir dan
merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai
3. Pengetahuan
Pengetahuan

dapat

membentuk

kepercayaan.

Pengetahuan

berhubungan dengan jumlah informasi yang dimiliki seseorang
4. Kepercayaan
Kepercayaan

memberikan

perspektif

pada

mempersepsi

kenyataan, memberikan dasar

manusia
bagi

dalam

pengambilan

keputusan dan menentukan sikap bagi objek sikap.
5. Ekonomi
Masalah ekonomi keluarga bisa mempengaruhi dalam mempersepsi
segala sesuatu termasuk dalam memilih kontrasepsi.

12

B.

Tinjauan tentang Suami

1.

Pengertian Suami
Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban
suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan
istri kepada kebenaran, kemudian memberinya nafkah lahir batin,
mempergauli serta menyantuni dengan baik. Kamus besar bahasa
Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yang menjadi pasangan
hidup resmi seorang wanita (istri) yang telah menikah. Suami adalah
pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu
tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami
mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan
hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam
berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan
keluarga.

2.

Peran Suami dalam Kesehatan Reproduksi
Peran adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang
yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Peran juga merupakan
suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu posisi
khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter, perawat,
rohanian, dan sebagainya. Jadi yang dimaksud dengan peran suami adalah
perangkat tingkah laku yang dimiliki oleh seorang lelaki yang telah
menikah, baik dalam fungsinya di keluarga maupun di masyarakat.
Menurut BKKBN (2007) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan
reproduksi khususnya pada keluarga berencana (KB) sangat berpengaruh

13

terhadap kesehatan. Peran pria dalam kesehatan reproduksi dibagi menjadi
tiga, yaitu:
a.

Peran Suami Sebagai Motivator
Dukungan suami sangat diperlukan dalam melaksanakan keluarga
berencana, seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami
dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau
mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang
alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh
besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan
metode apa yang akan dipakai (suparyanto, 2001).

b.

Peran Suami Sebagai Edukator
Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan,
peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh
bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga
kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan
istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan
istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi
dan sebagainya akan sangat berperan bagi istri saat akan atau telah
memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat
membantunya dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah
kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita (istri) saja
(suparyanto, 2001).

14

c.

Peran Suami Sebagai Fasilitator
Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang
menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan
memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat
terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri
memasang

alat

kontasepsi

atau

kontrol,

suami

bersedia

memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan
membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga
kesehatan yang sesuai (suparyanto, 2001).

d.

Peran Suami dalam Keluarga Berencana
Menurut BKKBN (2007) peran atau partisipasi suami dalam
Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut :
1.

Pemakaian alat kontrasepsi

2.

Tempat mendapatkan pelayanan

3.

Lama pemakaian

4.

Efek samping dari penggunaan kontrasepsi

5.

Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi.

Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab
pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan
kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku
seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri, dan keluarganya
( suparyanto, 2001).

15

3.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Suami dalam Program
KB
a. Faktor Internal
Faktor internal yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri sendiri, di
dalam faktor internal terdapat persepsi (Pengetahuan) dan Sikap Suami
terhadap KB. Pengetahuan dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga
seseorang

berperilaku

sesuai

keyakinannya

tersebut.

Pengetahuan

merupakan resultan akibat proses pengindraan terhadap suatu obyek.
Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan
pendengaran. Pengukuran atau penilaian pengetahuan pada umumnya
dilakukan melalui tes atau wawancara dengan alat bantu kuesioner berisi
materi yang diukur dari responden. Faktor internal terdiri dari beberapa
bagian yaitu:
1) Pengetahuan
Pengetahuan ialah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indera manusia yaitu : indera penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau
responden. cara untuk memperoleh pengetahuan yaitu dengan Cara
Tradisional, yang terbagi menjadi beberapa bagian yaitu:

16

1. Cara coba salah (Trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Pada waktu itu seseorang
apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya
dilakukan dengan coba-coba saja. Bahkan sampai sekarang pun
metode ini masih sering dipergunakan, terutama oleh mereka yang
belum

atau tidak mengetahui suatu cara

tertentu dalam

memecahkan masalah yang dihadapi.

2. Cara kekuasaan atau otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh
agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai
mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini
adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau
membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris
ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa
yang ditemuk