Metode Kontrasepsi Vasektomi Partisipasi Indonesia
METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI: PARTISIPASI
PASANGAN USIA SUBUR DALAM PROGRAM KELUARGA
BERENCANA DI KECAMATAN ABIANSEMAL BALI
I Gusti Ngurah Agung Krisna Aditya, Nazrina Zuryani, I Gst.Pt. Bagus Suka Arjawa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Email: krisnaditya@hotmail.com, nazrinazuryani@yahoo.com, suka_arjawa@yahoo.com
ABSTRACT
Operational of family planning program that has been implemented leads women as target
causes purpose of the International Conference on Population and Development in Cairo
in 1994 that promote reproductive rights, women empowerment and gender equality has
been agreed by all countries haven’t been achieve, one of them is implementation of men’s
contraception. The research held from February-December 2014 applying observation,
document study and photos, survey with questioners, and further interview. Lawrence
Green’s Behavior Change Model showed policies that are enforced normatively by KBKS
of Badung regency, differ with the existing situation. Highly knowledge of the respondents
about method of vasectomy didn’t influence the decision to choose the contraception
method. Awarding of money incentive and contraception services from PLKB and PKB
didn’t give significant interest to respondents.The existence of Men Contraception Group
was not optimal yet and testimony of experience from previous vasectomy acceptor didn’t
interest to the respondents undergo surgery of vasectomy or join themselves to Men
Contraception Group
Kata kunci: Men, Participation, Vasectomy Contraception Method, Family Planning Program
kontrasepsi adalah wanita.Seringkali pria atau
1. PENDAHULUAN
suami
kurang
merespon
dengan
adanya
Program Keluarga Berencana yang
program
KB
untuk
pria
(Adrina,
1998:
bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian
78).Menurut
ibu
melahirkan
menyebabkan
ibu
utamakontrasepsi.Hal
ini
pengguna
menjadipengguna
Persentase
menimbulkan persepsi bahwa pengguna wajib
1
BKKBN
kontrasepsi
pengguna
(2010),
persentase
adalah
kontrasepsi
60,3%.
pria
terhadap angka tersebut hanya 1,3% dengan
penggunaan kontrasepsi pria dan wanita di
kontrasepsi kondom. Tahun 2011, jumlah
penduduk
pengguna
umumnya kaum perempuan di kecamatan ini
kontrasepsi
meningkat
menjadi
wilayah
serta
mempunyai
diikuti
informal sehingga dengan kesibukan yang
meningkatnya
akseptor
kaum
pekerjaan
pada
65,3%, namun peningkatan tersebut tidak
dengan
bidang
tersebut
perempuan
di
sektor
kontrasepsi pria. Data BKKBN menunjukan
dimiliki
maka
persentase pengguna kondom 0,65% dan
memasyarakatkan
akseptor vasektomi 0,3%. Pria yang menjadi
berencana perlu keterlibatan kaum pria.
program
dalam
keluarga
akseptor kontrasepsi hanya 0,95% di tahun
2011, menurun
dibandingkan tahun 2010
2. KAJIAN PUSTAKA
sebesar 1,3%.Jumlahpengguna kontrasepsi
Menurut
pada tahun 2013 di Kabupaten Badung adalah
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) maka
tercatat sebanyak 1.883 orang, sedangkan
semakin besar minat kaum pria untuk menjadi
partisipan kontrasepsi wanita tercatat 64.407
peserta KB di Kecamatan Kuta Selatan.Irawati
orang. Perbandingan persentase pengguna
(2010) menyimpulkan bahwa bahwa laki-laki
kontrasepsi pria dan wanita sebesar 2,85%
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
berbanding 97,15% menunjukkan partisipasi
perempuan pada masyarakat daerah Bima.
pria dalam menggunakan kontrasepsi masih
Dominasi pria terhadap perempuan disemua
minim (Profil Keluarga Kabupaten Badung,
aspek termasuk kontrasepsi.Hal senada juga
2013). Peserta kontrasepsi aktif sebanyak
orang
menurut
data
disampaikan Suryani (2012), menunjukkan
Kecamatan
adanya hubungan peranan banjar adat dengan
Abiansemal, peserta kontrasepsi pria 406
peningkatan
orang (2,8%) dan peserta kontrasepsi wanita
14.071
orang
(97,2%).
Alasan
mengadakan
penelitian
di
Abiansemal
disebabkan
(2013),
menunjukkan semakin baik peranan Petugas
66.294 orang. Data partisipasi kontrasepsi pria
14.477
Puspawati
partisipasi
masyarakat
menggunakan kontrasepsi.
penulis
Dalam
Kecamatan
(2012),
ketidakmerataan
2
penelitian
Erviantono,
dkk
kontrasepsi vasektomi adalah salah
satu bentuk kebijakan new public service di
ini pasangan suami istri dimana istri berumur
kota
kebijakan
antara 15 sampai dengan 49 tahun dan masih
program KB vasektomi dilakukan dengan
haid atau pasangan suami istri berumur
pemberian fasilitas seperti operasi gratis,
kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri
insentif selama istirahat pasca operasi dan
sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi
penyampaian
masih haid
Denpasar.
Pelaksanaan
Komunikasi,
Edukasi
dan
Informasi (KIE) kepada calon akseptor.
Teori yang digunakan dalam penelitian
Kemiripan
dari
penelitian
sejenis
ini adalah teori Model Perubahan Perilaku dari
tersebut
penentuan
adalah
keputusan
Lawrence Green (Sarwono, 2012: 64).Teori ini
penggunaan
kontrasepsi
dalam
keluarga
menjelaskan adanya pengaruh 2 faktor pokok
masih ditentukan oleh suami dan istri hanya
dalam kesehatan seseorang atau masyarakat.
menjadi
pengguna.
Perbedaannya
adalah
Dimana faktor yang dimaksud adalah faktor
penelitian yang tersedia belum membahas
perilaku (behavior causes) dan diluar perilaku
secara
spesifik
faktor-faktor
yang
lebih
(non-behavior causes). Faktor perilaku terdiri
dominan dalam mendorong dan menghambat
dari faktor predisposisi, faktor pendukung dan
proses partisipasi pria dalam menggunakan
faktor pendorong.
alat kontrasepsi.
Faktor
Partisipasi
PUS
dalam
predisposisi
terdiri
dari
program
pengetahuan, tradisi, norma, sikap, nilai-nilai
keluarga
berencana
dalam
penelitian
ini
dan keyakinan terhadap metode kontrasepsi
ditinjau dari jenis kontrasepsi yang digunakan,
vasektomi.
Faktor
pendukung
terdiri
dari
didukung proses dan penentuan keputusan
fasilitas dan sarana kesehatan, jenis alat
berkontrasepsi
dalam
keluarga.
Metode
kontrasepsi pria dan wanita, puskesmas dan
kontrasepsi
vasektomi
digunakan
untuk
mobil KB keliling.Faktor pendorong terdiri dari
melihat partisipasi pria dalam penggunaan
testimoni
akseptor
vasektomi,
peranan
kontrasepsi pasangan usia subur didukung
Petugas Lapangan Keluarga Berencana, tokoh
oleh fasilitas pemerintah. Fokus penelitian ini
masyarakat
adalah pasangan usia subur (PUS), dalam hal
3
setempat
dan
keberadaan
kelompok KB Pria yang menjadi referensi
4.1 Peranan Badan Keluarga Berencana
perilaku kesehatan masyarakat.
Kabupaten Badung
Program
Keluarga
Berencana
di
Kecamatan Abiansemal menunjukkan bahwa
3. METODE PENELITIAN
pengguna alat kontrasepsi dari beberapa jenis
alat kontrasepsi yang tersedia, menunjukkan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian lapangan (field research)
menggunakan
jenis
penelitian
partisipasi jenis kontrasepsi vasektomi (MOP)
yang
masih minim (BKBKS Badung, 2013). Hal
kuantitatif
tersebut menjadi permasalahan, meskipun
didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif
telah dilakukan upaya oleh Badan Keluarga
yang didapatkan dengan teknik pengumpulan
Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten
data kuesioner didukung oleh data wawancara
Badung,
.Jumlah sampel diambil menggunakan metode
sampling
multistage
bertingkat
random
secara
acak
sampling.
seperti
pembentukan
atau
akseptor
Teknik
pelayanan
kelompok
vasektomi,
jemput
yang
penempatan
bola,
mewadahi
petugas
lapangan keluarga berencana pada setiap
pengambilan sampel dengan rumus Slovin
desa, hingga sosialisasi melibatkan pengguna
(Suhardono, 2001), dimana jumlah populasi
vasektomi.
KK yang termasuk PUS sebesar 15.344,
menggunakan tingkat presisi sebesar 10%
4.2 Faktor-faktor dalam Penggunaan
dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh
Kontrasepsi Pasangan Usia Subur
sampel sebesar 102 responden.Pengumpulan
data
menggunakan
teknik
Berdasarkan data yang diperoleh di
observasi,
lapangan dengan kuesioner, diperoleh hasil
kuesioner, wawancara dan dokumentasi.
berdasarkan variabel dari 3 faktor model
perilaku kesehatan dari Lawrence Green, yaitu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor predisposisi, faktor pendukung dan
faktor pendorong.
4
4.2.1 Faktor Predisposisi
partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi
secara umum mendapatkan jawaban dengan
Berdasarkan hasil jawaban responden
kategori sedang (rerata skor 2,08).
dari delapan faktor predosisi diperoleh hasil
bahwa
dalam
menggunakan
kontrasepsi,
4.2.3 Faktor Pendorong
secara umum partisipasi sedang atau cukup
Faktor pendorong dalam penelitian ini meliputi
(rerata
skor
2,17).
Tingkat
pengetahuan
: keberadaan kelompok KB pria, pengetahuan
responden
yang
tinggi
mengenai
alat
kelompok
KB
pria,
sumber
informasi
kontrasepsi pria (rerata skor 2,39) tidak
kontrasepsi pria, kejelasan informasi keluarga,
memberikan kontribusi terhadap keputusan
pengaruh
testimoni
akseptor
vasektomi,
dalam memilih kontrasepsi vasektomi (rerata
pengaruh dari kelompok KB pria, ketertarikan
skor 2,26). Selain itu insentif uang yang
setelah penyuluhan, dan pengetahuan lomba
diberikan pemerintah bukan menjadi alasan
KB
responden menjadi akseptor vasektomi (rerata
Berdasarkan
skor 1,58)
mengenai
4.2.2 Faktor Pendukung
faktor
hasil
kuesioner
pendorongdari
beberapa
jawaban responden diperoleh hasil bahwa
Adapun faktor pendukung meliputi
keberadaan
kelompok
KB
Priabelum
benkontribusi
positif
terhadap
ketertarikan
fasilitas puskesmas, motivator penggunaan
selain pemerintah, penentu kontrasepsi dari
responden terhadap kontrasepsi vasektomi
penyuluh,
sumber
memperoleh
kondom,
(rerata skor 1,74). Kelompok KB Pria hanya
pelayanan
gratis
dari
pemerintah,
terdapat di desa Angantaka dan Sibang Kaja
kekhawatiran menggunakan kondom, deskripsi
dari seluruh desa di kecamatan Abiansemal.
efek penggunaan dari petugas, dan pelayanan
penyampaian
pengalaman
yang
diberikan
puskesmas atau mobil keliling.
pengguna
Dari
hasil
penyebaran
dalam
upaya
terhambat
dalam
memotivasi responden untuk menggunakan
kuesioner
vasektomi (rerata skor 2,08).
terhadap 102 responden mengenai faktor
pendukung
vasektomi,
meningkatkan
5. KESIMPULAN
5
untuk berperan serta menjadi pengguna
Kesimpulan yang didapatkan dari
alat kontrasepsi vasektomi. Diperlukan
hasil penelitian yang dilakukan adalah:
komunikasi, edukasi dan informasi kepada
a. Faktor predisposisi yang menjadi gambaran
pasangan usia subur yang belum berumah
umumpartisipasi pasangan usia subur di
tangga
Kecamatan
Abiansemal
dalam
mengenai
menggunakan
kontrasepsi
tergolong
keluarga ideal dan mulai memprioritaskan
sedang atau cukup dengan rata-rata skor
alat kontrasepsi pria, dalam hal ini metode
predisposisi sebesar 2,17. Taget Kontrak
operasi
Kinerja Program
kontrasepsi jangka panjang. Hal ini juga
yang diberikan oleh
dan
pasangan
pentingnya
vasektomi
suami
istri
merencanakan
sebagai
alternatif
BKBKS untuk aseptor vasektomi tidak
bertujuan
terpenuhi dan insentif dana bagi akseptor
kewajiban menggunakan kontrasepsi bagi
vasektomi sesuai data lapangan (skor
istri/ibu.
untuk
tidak
membebankan
rerata 1,58) yang menunjukkan rendahnya
b.Kebijakanpemerintah
penerimaan responden terhadap bantuan
meningkatkan
pemerintah. Responden pria di Kecamatan
Abiansemal
memilih
pendukung
apabila pihak istri belum menggunakan
lebih
dikarenakan responden pria belum berani
memutuskan
meskipun
jangka
mengetahui
panjang.Tingginya
berkontribusi
Perilaku
Green.
dari
Lawrence
Berdasarkan
hasil
dari
8
pertanyaan
yang
termasuk
kategori
sedang.Terdapat kekurangan yang perlu
pengetahuan
secara
Model
Kesehatan
2,08
dampak
diperbaiki, khususnya dalam memenuhi
responden mengenai alat kontrasepsi pria
belum
teori
diperoleh rerata skor keseluruhan sebesar
untuk operasi vasektomi
telah
kontrasepsi
dijelaskan dengan mengacu pada faktor
kondom sebagai alat kontrasepsi pria
kondom
partisipasi
dalam
vasektomi untuk pasangan usia subur
menggunakan
kontrasepsi.Penggunaan
daerah
kebutuhan
signifikan
metode
vasektomi.Contohnya
terhadap pengambilan keputusan mereka
kontrasepsi
fasilitas
operasi
yang membutuhkan dokter spesialis dan
6
tidak
semua
puskesmas
ragu-ragu (rerata skor 2,25). Sumber
bisa
informasi
memenuhinya.
responden
mengenai
kontrasepsi pria paling banyak diterima
c.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
dari tokoh masyarakat (kepala desa) atau
partisipasi
pria
dalam
menggunakan
tokoh agama, yaitu sebanyak 41 orang
kontrasepsi berdasarkan faktor pendorong
responden diikuti dengan media massa
yang
disusun
dalam
8
pertanyaan,
sebanyak 33 orang dan PLKB sebanyak
diperoleh rata-rata sebesar 1,94 yang
12 orang (rerata skor 2,12). Kejelasan
tergolong sedang. Namun hasil tersebut
informasi
tidak
sebanding
dengan
yang
disampaikan
diterima
keberadaan
dengan baik oleh 46 orang responden
kelompok KB Pria yang belum diketahui
dengan rerata skor 2,28. Dengan informasi
oleh 64 responden (rerata skor 1,41) dan
yang telah diterima, sebanyak 52 orang
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan 44
responden menyatakan masih ragu-ragu
orang responden tidak mengetahui nama
dan 29 orang tidak tertarik untuk menjalani
kelompok KB Pria di desanya (rata-rata
operasi vasektomi atau bergabung dengan
skor 1,81) dan keberadaan Lomba KB
kelompok KB Pria (rerata skor 1,92).
Lestari
diadakan
untuk
kegiatan
kelompok
KB
diketahui
oleh
orang
52
menunjang
Pria
belum
responden
6. DAFTAR PUSTAKA
(dengan rerata skor 1,80).
Berdasarkan
hal tersebut, 51 orang responden ragu-
Adrina., Purwandari, K., Triwijati,
N.K.E.,dan Sabaroedin, S. (1998).
Hak-Hak Reproduksi Perempuan
Yang Terpasung. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Bappeda Litbang Kabupaten Badung.
(2013).
Badung
Dalam
Angka.Kabupaten Badung: Badan
Pusat Statistik
BKKBN.(2004). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
ragu dengan keberadaan kelompok KB
Pria dapat mempengaruhi pilihan mereka
terhadap metode vasektomi (rerata skor
2,00).
Testimoni
(pengalaman)
dari
akseptor vasektomi sebelumnya hanya
diterima dengan baik oleh 42 orang
responden dan 44 orang responden masih
7
dan
Tabel
Krejcie-Morgan:
Telaah Konsep dan Aplikasinya.
Bandung: Universitas Padjajaran
_______. (2004). Pedoman Penggarapan
Peningkatan Partisipasi Pria,
Dalam Program KB & Kesehatan
Reproduksi Yang Berwawasan
Jender, Jakarta : BKKBN
_______. (2005). KIE Kontrasepsi.
Jakarta: BKKBN
_______. (2010). Kontrasepsi Bagi
Pasangan Baru Menikah.Jakarta:
BKKBN
_______. (2013). Profil Keluarga
Kabupaten Badung.Badung:
BKKBN
Dep.Kes
RI.(1991).
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Bidang
Kesehatan, Jakarta: Depkes. RI
Patilima,H. (2004). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Alfabeta
Puspawati,I.D.
(2013).
“Peranan
PLKBMeningkatkan
Kesertaan
Pria Dalam Program Keluarga
Berencana di Kecamatan Kuta
Selatan,” dalam Skripsi, Program
Studi Ilmu Administrasi Negara,
Denpasar:STISPOL Wira Bhakti
Samosir,O.B.
(2010),
Dasar-dasar
Demografi,
Jakarta,
Lembaga
Demografi
Fakultas
Ekonomi
Universitas Indonesia
Sarwono,S. (2012). Sosiologi Kesehatan.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press
Suhardono,E. (2001). Refleksi Metodologi
Riset: Panorama Survei, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Erviantono,T., Gelgel,A., Ras,N.M., dan
Pascarani,N.N.D.
(2012).
Implementasi Kebijakan Program
KB di Kota Denpasar dalam
Perspektif
New
Public
Service.Karya Unud Untuk Anak
Bangsa. 2. 194-207
Irawati,T. (2010). “Hegemoni Budaya
Patriarki
Terhadap
Kesehatan
Reproduksi
Perempuan
di
Masyarakat
Kabupaten
Bima
NTB.”Tesis, Program Studi Kajian
Budaya. Denpasar: Universitas
Udayana
Kantor Kecamatan Abiansemal. (2012).
Monografi Kecamatan Abiansemal.
Kabupaten Badung: Dokumen
Pemerintah
Suprihastuti, (2000), ”Beberapa Faktor
yang Mempengaruhi Penggunaan
Vasektomi,” dalam Survey Mini
BKKBN di Provinsi Jawa Barat
dan Sumatera Selatan, Jakarta :
BKKBN
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia. (2012) Jakarta: Badan
Pusat Statistik
Suryani,N.M. (2012) ”Peranan Banjar
Adat
dalam
Mensukseskan
Program Keluarga Berencana di
Desa Kediri, Kabupaten Tabanan,”
dalam Skripsi, Jurusan Ilmu
Pemerintahan, Denpasar : FISIP
Universitas Warmadewa
Mantra, I. B. (2004).Demografi Umum,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nawawi,H. (2012), Metode Penelitian
Bidang Sosial, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Nugraha,S. (2007). Penentuan Ukuran
Sampel Memakai Rumus Slovin
8
Warna,M. (2003). “Resistensi Pasangan
Usia Subur Etnis Tionghoa Dalam
Program Keluarga Berencana di
Desa
Sidakarya
Kecamatan
Denpasar Selatan.”Tesis, Pasca
Sarjana Program Studi Kajian
Budaya. Denpasar: Universitas
Udayana
Yusuf,M. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif,
Kualitatif
dan
Penelitian Gabungan. Jakarta:
Kencana
9
PASANGAN USIA SUBUR DALAM PROGRAM KELUARGA
BERENCANA DI KECAMATAN ABIANSEMAL BALI
I Gusti Ngurah Agung Krisna Aditya, Nazrina Zuryani, I Gst.Pt. Bagus Suka Arjawa
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Udayana
Email: krisnaditya@hotmail.com, nazrinazuryani@yahoo.com, suka_arjawa@yahoo.com
ABSTRACT
Operational of family planning program that has been implemented leads women as target
causes purpose of the International Conference on Population and Development in Cairo
in 1994 that promote reproductive rights, women empowerment and gender equality has
been agreed by all countries haven’t been achieve, one of them is implementation of men’s
contraception. The research held from February-December 2014 applying observation,
document study and photos, survey with questioners, and further interview. Lawrence
Green’s Behavior Change Model showed policies that are enforced normatively by KBKS
of Badung regency, differ with the existing situation. Highly knowledge of the respondents
about method of vasectomy didn’t influence the decision to choose the contraception
method. Awarding of money incentive and contraception services from PLKB and PKB
didn’t give significant interest to respondents.The existence of Men Contraception Group
was not optimal yet and testimony of experience from previous vasectomy acceptor didn’t
interest to the respondents undergo surgery of vasectomy or join themselves to Men
Contraception Group
Kata kunci: Men, Participation, Vasectomy Contraception Method, Family Planning Program
kontrasepsi adalah wanita.Seringkali pria atau
1. PENDAHULUAN
suami
kurang
merespon
dengan
adanya
Program Keluarga Berencana yang
program
KB
untuk
pria
(Adrina,
1998:
bertujuan untuk mengurangi jumlah kematian
78).Menurut
ibu
melahirkan
menyebabkan
ibu
utamakontrasepsi.Hal
ini
pengguna
menjadipengguna
Persentase
menimbulkan persepsi bahwa pengguna wajib
1
BKKBN
kontrasepsi
pengguna
(2010),
persentase
adalah
kontrasepsi
60,3%.
pria
terhadap angka tersebut hanya 1,3% dengan
penggunaan kontrasepsi pria dan wanita di
kontrasepsi kondom. Tahun 2011, jumlah
penduduk
pengguna
umumnya kaum perempuan di kecamatan ini
kontrasepsi
meningkat
menjadi
wilayah
serta
mempunyai
diikuti
informal sehingga dengan kesibukan yang
meningkatnya
akseptor
kaum
pekerjaan
pada
65,3%, namun peningkatan tersebut tidak
dengan
bidang
tersebut
perempuan
di
sektor
kontrasepsi pria. Data BKKBN menunjukan
dimiliki
maka
persentase pengguna kondom 0,65% dan
memasyarakatkan
akseptor vasektomi 0,3%. Pria yang menjadi
berencana perlu keterlibatan kaum pria.
program
dalam
keluarga
akseptor kontrasepsi hanya 0,95% di tahun
2011, menurun
dibandingkan tahun 2010
2. KAJIAN PUSTAKA
sebesar 1,3%.Jumlahpengguna kontrasepsi
Menurut
pada tahun 2013 di Kabupaten Badung adalah
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) maka
tercatat sebanyak 1.883 orang, sedangkan
semakin besar minat kaum pria untuk menjadi
partisipan kontrasepsi wanita tercatat 64.407
peserta KB di Kecamatan Kuta Selatan.Irawati
orang. Perbandingan persentase pengguna
(2010) menyimpulkan bahwa bahwa laki-laki
kontrasepsi pria dan wanita sebesar 2,85%
memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
berbanding 97,15% menunjukkan partisipasi
perempuan pada masyarakat daerah Bima.
pria dalam menggunakan kontrasepsi masih
Dominasi pria terhadap perempuan disemua
minim (Profil Keluarga Kabupaten Badung,
aspek termasuk kontrasepsi.Hal senada juga
2013). Peserta kontrasepsi aktif sebanyak
orang
menurut
data
disampaikan Suryani (2012), menunjukkan
Kecamatan
adanya hubungan peranan banjar adat dengan
Abiansemal, peserta kontrasepsi pria 406
peningkatan
orang (2,8%) dan peserta kontrasepsi wanita
14.071
orang
(97,2%).
Alasan
mengadakan
penelitian
di
Abiansemal
disebabkan
(2013),
menunjukkan semakin baik peranan Petugas
66.294 orang. Data partisipasi kontrasepsi pria
14.477
Puspawati
partisipasi
masyarakat
menggunakan kontrasepsi.
penulis
Dalam
Kecamatan
(2012),
ketidakmerataan
2
penelitian
Erviantono,
dkk
kontrasepsi vasektomi adalah salah
satu bentuk kebijakan new public service di
ini pasangan suami istri dimana istri berumur
kota
kebijakan
antara 15 sampai dengan 49 tahun dan masih
program KB vasektomi dilakukan dengan
haid atau pasangan suami istri berumur
pemberian fasilitas seperti operasi gratis,
kurang dari 15 tahun dan sudah haid atau istri
insentif selama istirahat pasca operasi dan
sudah berumur lebih dari 50 tahun, tetapi
penyampaian
masih haid
Denpasar.
Pelaksanaan
Komunikasi,
Edukasi
dan
Informasi (KIE) kepada calon akseptor.
Teori yang digunakan dalam penelitian
Kemiripan
dari
penelitian
sejenis
ini adalah teori Model Perubahan Perilaku dari
tersebut
penentuan
adalah
keputusan
Lawrence Green (Sarwono, 2012: 64).Teori ini
penggunaan
kontrasepsi
dalam
keluarga
menjelaskan adanya pengaruh 2 faktor pokok
masih ditentukan oleh suami dan istri hanya
dalam kesehatan seseorang atau masyarakat.
menjadi
pengguna.
Perbedaannya
adalah
Dimana faktor yang dimaksud adalah faktor
penelitian yang tersedia belum membahas
perilaku (behavior causes) dan diluar perilaku
secara
spesifik
faktor-faktor
yang
lebih
(non-behavior causes). Faktor perilaku terdiri
dominan dalam mendorong dan menghambat
dari faktor predisposisi, faktor pendukung dan
proses partisipasi pria dalam menggunakan
faktor pendorong.
alat kontrasepsi.
Faktor
Partisipasi
PUS
dalam
predisposisi
terdiri
dari
program
pengetahuan, tradisi, norma, sikap, nilai-nilai
keluarga
berencana
dalam
penelitian
ini
dan keyakinan terhadap metode kontrasepsi
ditinjau dari jenis kontrasepsi yang digunakan,
vasektomi.
Faktor
pendukung
terdiri
dari
didukung proses dan penentuan keputusan
fasilitas dan sarana kesehatan, jenis alat
berkontrasepsi
dalam
keluarga.
Metode
kontrasepsi pria dan wanita, puskesmas dan
kontrasepsi
vasektomi
digunakan
untuk
mobil KB keliling.Faktor pendorong terdiri dari
melihat partisipasi pria dalam penggunaan
testimoni
akseptor
vasektomi,
peranan
kontrasepsi pasangan usia subur didukung
Petugas Lapangan Keluarga Berencana, tokoh
oleh fasilitas pemerintah. Fokus penelitian ini
masyarakat
adalah pasangan usia subur (PUS), dalam hal
3
setempat
dan
keberadaan
kelompok KB Pria yang menjadi referensi
4.1 Peranan Badan Keluarga Berencana
perilaku kesehatan masyarakat.
Kabupaten Badung
Program
Keluarga
Berencana
di
Kecamatan Abiansemal menunjukkan bahwa
3. METODE PENELITIAN
pengguna alat kontrasepsi dari beberapa jenis
alat kontrasepsi yang tersedia, menunjukkan
Jenis penelitian yang dilakukan adalah
penelitian lapangan (field research)
menggunakan
jenis
penelitian
partisipasi jenis kontrasepsi vasektomi (MOP)
yang
masih minim (BKBKS Badung, 2013). Hal
kuantitatif
tersebut menjadi permasalahan, meskipun
didukung oleh data kualitatif. Data kuantitatif
telah dilakukan upaya oleh Badan Keluarga
yang didapatkan dengan teknik pengumpulan
Berencana dan Keluarga Sejahtera Kabupaten
data kuesioner didukung oleh data wawancara
Badung,
.Jumlah sampel diambil menggunakan metode
sampling
multistage
bertingkat
random
secara
acak
sampling.
seperti
pembentukan
atau
akseptor
Teknik
pelayanan
kelompok
vasektomi,
jemput
yang
penempatan
bola,
mewadahi
petugas
lapangan keluarga berencana pada setiap
pengambilan sampel dengan rumus Slovin
desa, hingga sosialisasi melibatkan pengguna
(Suhardono, 2001), dimana jumlah populasi
vasektomi.
KK yang termasuk PUS sebesar 15.344,
menggunakan tingkat presisi sebesar 10%
4.2 Faktor-faktor dalam Penggunaan
dengan tingkat kepercayaan 90% diperoleh
Kontrasepsi Pasangan Usia Subur
sampel sebesar 102 responden.Pengumpulan
data
menggunakan
teknik
Berdasarkan data yang diperoleh di
observasi,
lapangan dengan kuesioner, diperoleh hasil
kuesioner, wawancara dan dokumentasi.
berdasarkan variabel dari 3 faktor model
perilaku kesehatan dari Lawrence Green, yaitu
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
faktor predisposisi, faktor pendukung dan
faktor pendorong.
4
4.2.1 Faktor Predisposisi
partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi
secara umum mendapatkan jawaban dengan
Berdasarkan hasil jawaban responden
kategori sedang (rerata skor 2,08).
dari delapan faktor predosisi diperoleh hasil
bahwa
dalam
menggunakan
kontrasepsi,
4.2.3 Faktor Pendorong
secara umum partisipasi sedang atau cukup
Faktor pendorong dalam penelitian ini meliputi
(rerata
skor
2,17).
Tingkat
pengetahuan
: keberadaan kelompok KB pria, pengetahuan
responden
yang
tinggi
mengenai
alat
kelompok
KB
pria,
sumber
informasi
kontrasepsi pria (rerata skor 2,39) tidak
kontrasepsi pria, kejelasan informasi keluarga,
memberikan kontribusi terhadap keputusan
pengaruh
testimoni
akseptor
vasektomi,
dalam memilih kontrasepsi vasektomi (rerata
pengaruh dari kelompok KB pria, ketertarikan
skor 2,26). Selain itu insentif uang yang
setelah penyuluhan, dan pengetahuan lomba
diberikan pemerintah bukan menjadi alasan
KB
responden menjadi akseptor vasektomi (rerata
Berdasarkan
skor 1,58)
mengenai
4.2.2 Faktor Pendukung
faktor
hasil
kuesioner
pendorongdari
beberapa
jawaban responden diperoleh hasil bahwa
Adapun faktor pendukung meliputi
keberadaan
kelompok
KB
Priabelum
benkontribusi
positif
terhadap
ketertarikan
fasilitas puskesmas, motivator penggunaan
selain pemerintah, penentu kontrasepsi dari
responden terhadap kontrasepsi vasektomi
penyuluh,
sumber
memperoleh
kondom,
(rerata skor 1,74). Kelompok KB Pria hanya
pelayanan
gratis
dari
pemerintah,
terdapat di desa Angantaka dan Sibang Kaja
kekhawatiran menggunakan kondom, deskripsi
dari seluruh desa di kecamatan Abiansemal.
efek penggunaan dari petugas, dan pelayanan
penyampaian
pengalaman
yang
diberikan
puskesmas atau mobil keliling.
pengguna
Dari
hasil
penyebaran
dalam
upaya
terhambat
dalam
memotivasi responden untuk menggunakan
kuesioner
vasektomi (rerata skor 2,08).
terhadap 102 responden mengenai faktor
pendukung
vasektomi,
meningkatkan
5. KESIMPULAN
5
untuk berperan serta menjadi pengguna
Kesimpulan yang didapatkan dari
alat kontrasepsi vasektomi. Diperlukan
hasil penelitian yang dilakukan adalah:
komunikasi, edukasi dan informasi kepada
a. Faktor predisposisi yang menjadi gambaran
pasangan usia subur yang belum berumah
umumpartisipasi pasangan usia subur di
tangga
Kecamatan
Abiansemal
dalam
mengenai
menggunakan
kontrasepsi
tergolong
keluarga ideal dan mulai memprioritaskan
sedang atau cukup dengan rata-rata skor
alat kontrasepsi pria, dalam hal ini metode
predisposisi sebesar 2,17. Taget Kontrak
operasi
Kinerja Program
kontrasepsi jangka panjang. Hal ini juga
yang diberikan oleh
dan
pasangan
pentingnya
vasektomi
suami
istri
merencanakan
sebagai
alternatif
BKBKS untuk aseptor vasektomi tidak
bertujuan
terpenuhi dan insentif dana bagi akseptor
kewajiban menggunakan kontrasepsi bagi
vasektomi sesuai data lapangan (skor
istri/ibu.
untuk
tidak
membebankan
rerata 1,58) yang menunjukkan rendahnya
b.Kebijakanpemerintah
penerimaan responden terhadap bantuan
meningkatkan
pemerintah. Responden pria di Kecamatan
Abiansemal
memilih
pendukung
apabila pihak istri belum menggunakan
lebih
dikarenakan responden pria belum berani
memutuskan
meskipun
jangka
mengetahui
panjang.Tingginya
berkontribusi
Perilaku
Green.
dari
Lawrence
Berdasarkan
hasil
dari
8
pertanyaan
yang
termasuk
kategori
sedang.Terdapat kekurangan yang perlu
pengetahuan
secara
Model
Kesehatan
2,08
dampak
diperbaiki, khususnya dalam memenuhi
responden mengenai alat kontrasepsi pria
belum
teori
diperoleh rerata skor keseluruhan sebesar
untuk operasi vasektomi
telah
kontrasepsi
dijelaskan dengan mengacu pada faktor
kondom sebagai alat kontrasepsi pria
kondom
partisipasi
dalam
vasektomi untuk pasangan usia subur
menggunakan
kontrasepsi.Penggunaan
daerah
kebutuhan
signifikan
metode
vasektomi.Contohnya
terhadap pengambilan keputusan mereka
kontrasepsi
fasilitas
operasi
yang membutuhkan dokter spesialis dan
6
tidak
semua
puskesmas
ragu-ragu (rerata skor 2,25). Sumber
bisa
informasi
memenuhinya.
responden
mengenai
kontrasepsi pria paling banyak diterima
c.
Beberapa faktor yang mempengaruhi
dari tokoh masyarakat (kepala desa) atau
partisipasi
pria
dalam
menggunakan
tokoh agama, yaitu sebanyak 41 orang
kontrasepsi berdasarkan faktor pendorong
responden diikuti dengan media massa
yang
disusun
dalam
8
pertanyaan,
sebanyak 33 orang dan PLKB sebanyak
diperoleh rata-rata sebesar 1,94 yang
12 orang (rerata skor 2,12). Kejelasan
tergolong sedang. Namun hasil tersebut
informasi
tidak
sebanding
dengan
yang
disampaikan
diterima
keberadaan
dengan baik oleh 46 orang responden
kelompok KB Pria yang belum diketahui
dengan rerata skor 2,28. Dengan informasi
oleh 64 responden (rerata skor 1,41) dan
yang telah diterima, sebanyak 52 orang
tergolong rendah. Hal ini dikarenakan 44
responden menyatakan masih ragu-ragu
orang responden tidak mengetahui nama
dan 29 orang tidak tertarik untuk menjalani
kelompok KB Pria di desanya (rata-rata
operasi vasektomi atau bergabung dengan
skor 1,81) dan keberadaan Lomba KB
kelompok KB Pria (rerata skor 1,92).
Lestari
diadakan
untuk
kegiatan
kelompok
KB
diketahui
oleh
orang
52
menunjang
Pria
belum
responden
6. DAFTAR PUSTAKA
(dengan rerata skor 1,80).
Berdasarkan
hal tersebut, 51 orang responden ragu-
Adrina., Purwandari, K., Triwijati,
N.K.E.,dan Sabaroedin, S. (1998).
Hak-Hak Reproduksi Perempuan
Yang Terpasung. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan
Bappeda Litbang Kabupaten Badung.
(2013).
Badung
Dalam
Angka.Kabupaten Badung: Badan
Pusat Statistik
BKKBN.(2004). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:
ragu dengan keberadaan kelompok KB
Pria dapat mempengaruhi pilihan mereka
terhadap metode vasektomi (rerata skor
2,00).
Testimoni
(pengalaman)
dari
akseptor vasektomi sebelumnya hanya
diterima dengan baik oleh 42 orang
responden dan 44 orang responden masih
7
dan
Tabel
Krejcie-Morgan:
Telaah Konsep dan Aplikasinya.
Bandung: Universitas Padjajaran
_______. (2004). Pedoman Penggarapan
Peningkatan Partisipasi Pria,
Dalam Program KB & Kesehatan
Reproduksi Yang Berwawasan
Jender, Jakarta : BKKBN
_______. (2005). KIE Kontrasepsi.
Jakarta: BKKBN
_______. (2010). Kontrasepsi Bagi
Pasangan Baru Menikah.Jakarta:
BKKBN
_______. (2013). Profil Keluarga
Kabupaten Badung.Badung:
BKKBN
Dep.Kes
RI.(1991).
Partisipasi
Masyarakat
Dalam
Bidang
Kesehatan, Jakarta: Depkes. RI
Patilima,H. (2004). Metode Penelitian
Kualitatif. Jakarta: Alfabeta
Puspawati,I.D.
(2013).
“Peranan
PLKBMeningkatkan
Kesertaan
Pria Dalam Program Keluarga
Berencana di Kecamatan Kuta
Selatan,” dalam Skripsi, Program
Studi Ilmu Administrasi Negara,
Denpasar:STISPOL Wira Bhakti
Samosir,O.B.
(2010),
Dasar-dasar
Demografi,
Jakarta,
Lembaga
Demografi
Fakultas
Ekonomi
Universitas Indonesia
Sarwono,S. (2012). Sosiologi Kesehatan.
Yogyakarta:
Gadjah
Mada
University Press
Suhardono,E. (2001). Refleksi Metodologi
Riset: Panorama Survei, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama
Erviantono,T., Gelgel,A., Ras,N.M., dan
Pascarani,N.N.D.
(2012).
Implementasi Kebijakan Program
KB di Kota Denpasar dalam
Perspektif
New
Public
Service.Karya Unud Untuk Anak
Bangsa. 2. 194-207
Irawati,T. (2010). “Hegemoni Budaya
Patriarki
Terhadap
Kesehatan
Reproduksi
Perempuan
di
Masyarakat
Kabupaten
Bima
NTB.”Tesis, Program Studi Kajian
Budaya. Denpasar: Universitas
Udayana
Kantor Kecamatan Abiansemal. (2012).
Monografi Kecamatan Abiansemal.
Kabupaten Badung: Dokumen
Pemerintah
Suprihastuti, (2000), ”Beberapa Faktor
yang Mempengaruhi Penggunaan
Vasektomi,” dalam Survey Mini
BKKBN di Provinsi Jawa Barat
dan Sumatera Selatan, Jakarta :
BKKBN
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia. (2012) Jakarta: Badan
Pusat Statistik
Suryani,N.M. (2012) ”Peranan Banjar
Adat
dalam
Mensukseskan
Program Keluarga Berencana di
Desa Kediri, Kabupaten Tabanan,”
dalam Skripsi, Jurusan Ilmu
Pemerintahan, Denpasar : FISIP
Universitas Warmadewa
Mantra, I. B. (2004).Demografi Umum,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nawawi,H. (2012), Metode Penelitian
Bidang Sosial, Yogyakarta :
Gadjah Mada University Press.
Nugraha,S. (2007). Penentuan Ukuran
Sampel Memakai Rumus Slovin
8
Warna,M. (2003). “Resistensi Pasangan
Usia Subur Etnis Tionghoa Dalam
Program Keluarga Berencana di
Desa
Sidakarya
Kecamatan
Denpasar Selatan.”Tesis, Pasca
Sarjana Program Studi Kajian
Budaya. Denpasar: Universitas
Udayana
Yusuf,M. (2014). Metode Penelitian
Kuantitatif,
Kualitatif
dan
Penelitian Gabungan. Jakarta:
Kencana
9