ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)

(1)

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

(Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)

ANALYSIS OF POTENTIAL AND LEADING ECONOMIC SECTORS IN REGIONAL DEVELOPMENT POLICY

(Case Study in Kubu Raya Region Period 2011-2015) SKRIPSI

Oleh:

Gusti Andre Kharisma Putra 20130430348

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ANALISIS SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH

(Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)

ANALYSIS OF POTENTIAL AND LEADING ECONOMIC SECTORS IN REGIONAL DEVELOPMENT POLICY

(Case Study in Kubu Raya Region Period 2011-2015) SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

Gusti Andre Kharisma Putra 20130430348

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini,

Nama : Gusti Andre Kharisma Putra Nomor Mahasiswa : 20130430348

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS

SEKTOR EKONOMI POTENSIAL DAN UNGGULAN DALAM

PENENTUAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH (Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015)” adalah hasil karya saya sendiri dan tidak terdapat karya lainnya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di Perguruan Tinggi. Sepanjang pengetahuan saya, tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis dan diterbitkan dari orang lain kecuali yang diacu dalam skripsi ini dan dituliskan dalam Daftar Pustaka. Apabila terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain maka saya bersedia menanggung sanksi yang telah ditetapkan.

Yogyakarta, 20 Maret 2017 Materai, 6.000,-


(4)

Motto

Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi „Ala Diini'” (HR.Tirmidzi 3522)

Hasbiyallahu laillaaha illa huwa alaihi tawakkaltu wahuwa

rabbul arsyil aziim”

(Q.S. AT-Taubah: 129)

Allah lebih excited kepada hambaNya yang beristighfar, jadi

kalau mau buat Allah tersenyum, Istighfar.. “Allah senyum yah?”

(Ustadz Hanan Attaki)

“Orang yang berjiwa besar memiliki dua hati, satu hati menangis dan satu lagi hati yang bersabar”

(Khalil Gibran)

Istiqomah ya nak..‟


(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Kedua orang tuaku

Papa Gusti Tajuddin dan Mama Yani

Seluruh Saudara dan Keluarga Besar

Semua Teman-Teman Seperjuangan dan Sahabat Sepanjang

Hidup

Beserta almamater & Kampus terbaik

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

UCAPAN TERIMAKASIH ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 10

C. Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian... 11

E. Manfaat Penelitian ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

A. Landasan Teori ... 13

1. Pembangunan Ekonomi ... 13


(7)

3. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 19

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah ... 20

a. Teori Klasik ... 20

b. Teori Neo-Klasik ... 22

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern ... 24

d. Teori Pertumbuhan Modern Kuznet ... 26

e. Teori Pertumbuhan Mantap Harrod-Domar ... 28

5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah ... 28

B. Penelitian Terdahulu ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

A. Objek Penelitian ... 37

B. Jenis Data ... 37

C. Sumber Data ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 39

F. Metode Analisis Data ... 42

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 42

2. Analisis Shift Share ... 46

3. Analisis Location Quotient (LQ) ... 49

4. Analisis Overlay ... 50

5. Analisis Klassen Typology ... 51

BAB IV GAMBARAN UMUM ...54

A.Kondisi Geografis ... 54

B. Kependudukan dan Ketenagakerjaan Kabupaten Kubu Raya ... 54

1. Kependudukan... 55

2. Angkatan Kerja ... 58


(8)

1. Pendidikan ... 60

2. Kesehatan ... 62

D. Kondisi Perekonomian Kabupaten Kubu Raya ... 65

1. Pendapatan Domestik Regional Bruto ... 65

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 68

A. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ... 68

B. Analisis Shift Share ... 71

C. Analisis Location Quotient ... 102

D. Analisis Overlay ... 105

E. Analisis Klassen Typology ... 108

F. Pembahasan ... 111

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 114

A. Simpulan ... 117

B. Saran ... 120

C. Keterbatasan Penelitian ... 121 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

2.1. Penelitian Terdahulu ... 31 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Klassen Typology ... 53 4.1. Perkembangan Jumlah Penduduk Kabupaten Kubu Raya Tahun

2011-2015 ... 56 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Kubu Raya Berdasarkan Jenis Kelamin Pada

Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya, 2015 ... 57 4.3. Jumlah Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja Menurut Kegiatan Utama di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 58 4.4. Angka Partisipasi Sekolah (APS) Umur 7-12 Tahun, 13-15 Tahun,16-18 Tahun (%) di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013-2015 ... 60 4.5. Jumlah Sekolah di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2013-2015

(Satuan Unit)... 61 5.1. Hasil Perhitungan MRP Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015... 69 5.2. Hasil Perhitungan Shift Share Kabupaten Kubu Raya

Tahun 2011-2015 ... 77 5.3. Hasil Perhitungan Location Quotient Kabupaten Kubu Raya

Tahun 2011-2015 ... 103 5.4. Hasil Perhitungan Overlay Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 .... 106 5.5. Klasifikasi Sektor PDRB Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 ... 109


(10)

DAFTAR GAMBAR

1.1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat Tahun 2010-2015

(Persen) ... 4 1.2. Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya Tahun

2011-2015 (Persen) ... 6 1.3. Perbandingan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat

Tahun 2015 (Juta Rp) ... 7 2.1. Kerangka Pemikiran ... 36 4.1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Kubu Raya

(km2), 2015 ... 55 4.2. Fasilitas Kesehatan Pemerintah dan Swasta di Kabupaten Kubu Raya

Tahun 2015 ... 62 4.3. Perbandingan PERS dan CI Kabupaten Kubu Raya Tahun

2014-2015 (persen) ... 64 4.4. Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kubu

Raya Tahun 2011-2015 (Triliun) ... 66 4.5. Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kubu Raya dan


(11)

(12)

(13)

(14)

INTISARI

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Kabupaten Kubu Raya. Analisis yang dilakukan dengan membandingkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Kabupaten Kubu Raya dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Provinsi Kalimantan Barat 2010 dengan menggunakan periode tahun 2011-2015, dengan menggunakan pendekatan analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Shift Share, Location Location (LQ), analisis Overlay, dan analisis Klassen Typology. Hasil penelitian analisis MRP menunjukkan sektor Pengadaan Listrik dan Gas, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, sektor Transportasi dan Pergudangan, sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, sektor Informasi dan Komunikasi, dan sektor Real Estate merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat kabupaten maupun provinsi. Hasil penelitian analisis Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor Industri Pengolahan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB Provinsi Kalimantan Barat dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama pada tingkat provinsi. Hasil penelitian analisis LQ menunjukkan tiga sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor industri pengolahan, sektor pengadan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan. Hasil penelitian analisis Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor industri pengolahan, sektor pengadan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan. Hasil Penelitian Klassen Typology sektor industri pengolahan, sektor pengadaan listrik dan gas, dan sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju.


(15)

ABSTRACT

This study aims to analyze the primary sectors in Kubu Raya Region. The analysis is conducted by comparing the gross domestic regional product based on 2010 constant price in Kubu Raya region and the gross domestic regional product in West Borneo Province based on 2010 constant price with period from 2011-2015. This study uses the analysis of growth ratio model (GRM), shift share, location quotient, overlay, and Klassen Typology. The GRM result shows that the Electricity and Gas sector, Construction sector, Wholesale and Retail Trade; Repair of Motor Vehicles and Motorcycles, Transportation and Storage sector, Accomodation and Food Service Activities sector, Information and Communication sector, and Real Estate sector are the most dominant sectors in Kubu Raya Region or West Borneo Province. The Shift Share analysis shows that the Manufacturing because it has the highest contribution for GDRP in West Borneo and has rapid economy than the same sector in region. The result of LQ shows three sectors that have basis sector which are Manufacturing, Electricity and Gas, Transportation and Storage. The Overlay analysis which has growth and high contribution are Manufacturing, Electricity and Gas, and Transportation and Storage. The result of Klassen Typology, Manufacturing, Electricity and Gas, Transportation and Storage are the advanced sectors in that regional.


(16)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan yang kian marak dilakukan oleh setiap pemerintah daerah pada era reformasi ini merupakan suatu proses yang memiliki tujuan untuk mensejahterakan dan mengangkat kualitas hidup masyarakat agar menjadi lebih baik. Pembangunan yang dilakukan oleh sekian banyak Negara berkembang khususnya negara Indonesia sendiri lebih mengacu pada pembangunan ekonomi. Tentunya pada proses pembangunan ekonomi ini memiliki positif dan negatif, maka dari itu diperlukan suatu indikator sebagai tolak ukur untuk menilai apakah pembangunan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil (Novrilasari, 2008).

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting pada suatu wilayah yang sedang berproses pada pembangunan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi menggambarkan bahwa pembangunan yang dilakukan dapat dikatakan berhasil. Kondisi ekonomi pada suatu wilayah dapat dilihat melalui data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) wilayah tersebut. Dalam hal ini cakupan dari hasil pertumbuhan suatu sektor perekonomian juga berdampak tidak hanya pada wilayah tersebut, melainkan wilayah lainnya yang memiliki hubungan ekonomi dengan wilayah yang sedang melakukan pembangunan tersebut.


(17)

Dalam penentuan kebijakan pembangunan ekonomi di suatu daerah harus di sesuaikan dengan kondisi dan fakta yang ada mengenai daerah tersebut. Perencanaan pembangunan yang baik dibutuhkan suatu perencanaan yang teliti dalam menggunakan sumber-sumber daya serta sektor-sektor yang berperan dalam proses perencanaan pembangunan tersebut (Basuki, 2009). Pemekaran wilayah merupakan salah satu perwujudan dari kebijakan desentralisasi yang diterapkan di Indonesia yang diatur dalam perundang-undangan yaitu UU No.22 Tahun 1999, yang menyatakan bahwa sistem pemerintahan tidak lagi dikendalikan penuh oleh Pemerintahan Pusat, melainkan adanya pemberlakuan asas desentalisasi yaitu penyerahan kekuasaan dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintahan Daerah/Otonom sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, yang kemudian direvisi menjadi UU No.32 Tahun 2004 dan UU No.25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004 dan kembali di revisi terakhir untuk sampai saat ini menjadi UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.

Pembangunan daerah sepenuhnya di serahkan kepada pemerintah untuk melakukan kegiatan ekonomi di daerahnya yang dijadikannya undang-undang tersebut sebagai landasan untuk membangun daerahnya sendiri secara mandiri dengan memanfaatkan sumber-sumber daya alam dan potensi lainnya yang dimiliki daerah. Perwujudan dari kebijakan pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah dalam mengurus daerahnya sendiri adalah pemekaran daerah, yaitu dibagi duanya


(18)

pemerintah daerah menjadi dua pemerintah baru atau lebih dalam rangka menjadikan pemerintah daerah yang efektif yang dapat meningkatkan pelayanan publik, dan mendekatkan pemimpin daerah menjadi lebih dekat dengan masyarakatnya (Firman, 2009).

Otonomi daerah tersebut merupakan kebijakan yang berasal dari keinginan daerah untuk melakukan pemekaran yang kemudian diatur pada Peraturan Pemerintah No.129 tahun 2000 tentang persyaratan pembentukan dan kriteria pemekaran, penghapusan dan penggabungan daerah.Maka dari itu, otomatis peran pemerintah daerah sebagai pihak yang berkewajiban dalam pembangunan ekonomi semakin besar.

Provinsi Kalimantan Barat dilihat dari sisi sektor lapangan usaha sebagian masyarakat masih didominasi oleh sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan. Sektor yang dapat dikatakan sebagai penyumbang terbesar pada tahun 2015 selain dari sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan adalah dari sektor Industri Pengolahan, dilanjutkan oleh sektor Perdagangan Besar dan Eceran, sektor Konstruksi dan sektor Administrasi Pemerintahan dan seterusnya sektor lainnya yang masih dibawah lima persen.


(19)

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016 GAMBAR 1.1

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat 2010-2015 (Persen)

Pada Gambar 1.1 diatas dapat dilihat grafik laju pertumbuhan Provinsi Kalimantan Barat dari tahun 2010-2015. Dari tahun 2010-2013 laju pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat cenderung meningkat, dapat dilihat dari angka pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 dalam persen sebesar 5.47 kemudian pada tahun 2011 meningkat menjadi 5.98 persen, dan kemudian seterusnya pada tahun 2012 sebesar 5.81 persen dan 6.05 persen pada tahun 2013. Pada dua tahun terakhir ini pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat mengalami penurunan cukup tajam yang pada grafik tercatat bahwa pertumbuhan ekonomi sebesar 5.03 persen pada tahun 2014 dan 4.81 persen pada tahun 2015.Seluruh sektor lapangan usaha ekonomi pada tahun 2015 mencatat pertumbuhan yang positif. Angka tertinggi dicapai pada sektor


(20)

Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 11.19 persen, dan pertumbuhan ekonomi terendah terdapat pada sektor usaha Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 0.60 persen.

Kabupaten Kubu Raya merupakan salah satu kabupaten yang berada diantara 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Kalimantan Barat.Kabupaten Kubu Raya merupakan kabupaten baru yang berdiri dari tahun 2007 peresmiannya yang mana merupakan hasil pemekaran wilayah dari Kabupaten Pontianak.Kabupaten Kubu Raya memiliki luas daerah 6.985,24 km2dengan jumlah penduduk 545.405 ribu jiwa pada tahun 2015. Laju pertumbuhan ekonomi tertinggi pada tahun 2015 dicapai oleh Kabupaten Kubu Raya, diikuti Kota Singkawang dan Kabupaten Sekadau masing-masing sebesar 6.21 persen, 6.18 persen, dan 5.75 persen. Ini mengartikan bahwa pertumbuhan dari ketiga Kabupaten/Kota tersebut relatif lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan dari Kalimantan Barat. Ini ditandai dengan angka pertumbuhan ekonomi pada tiga Kabupaten/Kota tersebut yang melampaui pertumbuhan Kalimantan Barat yang hanya mencapai 5,06 persen.

Indikator untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi pada suatu wilayah salah satunya adalah PDRB atas dasar harga konstan.Skala pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2011-2015 dapat dikatakan cukup stabil dilihat dari grafik 1.1 dalam angka persenan Kabupaten Kubu Raya terdapat pada jumlah 6 persen keatas.Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2015 sedikit mengalami penurunan. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya pada tahun 2015 tercatat sebesar 6.2 persen, sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten


(21)

Kubu Raya pada tahun 2014 mencapai 6.4 persen. Pada tahun 2015 tercatat hanya ada 4 sektor yang mengalami kenaikan, yaitu sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, sektor Jasa Keuangan dan Asuransi, sektor Jasa Perusahaan, dan sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib.

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016

GAMBAR 1.2

Laju Pertumbuhan PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015 (Persen)

Dilihat dari Gambar 1.2 laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya selama periode 2011-2015, menunjukkan bahwa pada tahun 2012 Kabupaten Kubu Raya mencapai laju pertumbuhan tertingginya yaitu sebesar 6.6 persen dan yang paling rendah adalah tahun 2015 yaitu sebesar 6.2 persen. Melambatnya laju pertumbuhan pada tahun 2015 dikarenakan penurunan yang cukup signifikan terjadi

6.5 6.6 6.5

6.4

6.2

4.5 5 5.5 6 6.5 7

2011 2012 2013 2014 2015

Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Kubu Raya


(22)

pada sektor Pengadaan Listrik dan Gas. Namun melambatnya laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya tahun 2015 pada keenam belas sektor lapangan usaha mengalami pertumbuhan yang positif terkecuali sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang. Pertumbuhan tertinggi terdapat pada sektor lapangan usaha Informasi dan Komunikasi yaitu sebesar 9.8 persen dan pertumbuhan ekonomi paling rendah terjadi pada sektor lapangan usaha Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang.

Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Barat 2016

GAMBAR 1.3

Perbandingan PDRB ADHK Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat Tahun 2015 (Juta Rp)

Gambar 1.3 menunjukkan masing-masing besaran kontribusi dilihat dari PDRB ADHK Tahun 2015 di tiap Kabupaten/Kota se Kalimantan Barat terhadap pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat. Kota Pontianak sebagai ibukota

10.72 4.65 5.76 4.12 10.99 13.53 7.84 5.30

3.43 2.81 2.06 14.49 20.80 5.64 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00


(23)

Provinsi Kalimantan Barat memiliki kontribusi dengan PDRB terbesar yaitu 20,796,723.5 juta rupiah, dan yang terendah adalah Kabupaten Kayong Utara dengan PDRB sebesar 2,061,792.6 juta rupiah. Kabupatan Kubu Raya sendiri berada di peringkat kedua setelah Kota Pontianak yaitu dengan besaran PDRB mencapai 14,486,722.0

Pemilihan Kabupaten Kubu Raya sebagai objek penelitian bagi penulis adalah karena Kabupaten Kubu Raya merupakan wilayah baru yang mengalami pemekaran di Provinsi Kalimantan Barat dan wilayah Kabupaten Kubu Raya merupakan daerah yang mempunyai potensi sebagai daerah yang dapat berkembang besar melalui sektor-sektor unggulannya. Maka dari itu melalui kebijakan otonomi daerah ini diharapkan akan tercapainya pembangunan yang efektif dan berkelanjutan sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi bangsa Indonesia.

Semenjak pemekaran sampai sekarang dapat dilihat langsung oleh penulis, daerah Kabupaten Kubu Raya mengalami pembangunan yang cukup signifikan dengan banyaknya pembangunan yang sedang dilakukan oleh baik pemerintahan daerah maupun pihak swasta yang melakukan investasi di wilayah Kabupaten Kubu Raya. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kubu Raya yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Ditinjau dari indikator pertumbuhan ekonomi yaitu PDRB ADHK Kabupaten Kubu Raya dalam periode 2011-2015 mengalami kenaikan baik di PDRB total maupun di seluruh sektor ekonomi dan lapangan usaha.


(24)

Penelitian sebelumnya menemukan dengan data PDRB atas dasar harga konstan 2010 melalui sektor ekonomi dengan menggunakan ketiga alat analisis yaitu Klassen Typology, Location Quotient, dan Shift Share ditemukan bahwa sektor ekonomi yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh Utara adalah sektor pertanian (Fachrurrazy, 2009). Dalam penelitian serupa lainnya menemukan bahwa dengan analisis Klassen Typology sektor yang merupakan sektor yang maju dan tumbuh cepat pada Kabupaten Kuantan Singingi adalah sektor pertambangan dan penggalian dan Location Quotient menemukan sektor yang merupakan sektor basis adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan (Novrilasari, 2008).

Penelitian ini mengacu pada penelitian (Basuki dan Gayatri, 2009) yang menggunakan data kuantitatif yaitu PDRB atas dasar harga konstan dengan alat alternatif yang sama. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada data PDRB ADHK dengan tahun dasar 2010, dengan studi wilayah berbeda dan periode tahun berbeda. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis terdorong untuk menganalisis dan mengkaji lebih lanjut tentang sektor-sektor ekonomi yang terdapat pada Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalimantan Barat dengan judul “Analisis Sektor Ekonomi Potensial dan Unggulan dalam Penentuan Kebijakan Pembangunan Daerah (Studi Kasus di Kabupaten Kubu Raya Tahun


(25)

B. Batasan Masalah

Mengingat pembangunan ekonomi daerah yang begitu luas, maka dari itu peneliti disini bermaksud untuk membatasi pengkajian dan pembahasan masalah pada sektor-sektor ekonomi yang terdapat pada wilayah Kabupaten Kubu Raya dengan data tahunan melalui pendekatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) periode 2011-2015.

C. Rumusan Masalah

Berdasar pada uraian diatas maka penelitian ini memiliki perumusan masalah, yaitu sebagai berikut :

1. Sektor ekonomi apa saja yang potensial dan memiliki pertumbuhan yang dominan dan yang berperan sebagai sektor basis dan non basis?

2. Bagaimana perkembangan pergeseran perekonomian dilihat dari perkembangan sektor-sektor ekonomi?

3. Sektor apa saja yang merupakan sektor unggulan dan memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan PDRB dan pembangunan?

4. Bagaimana pola struktur atau klasifikasi pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi dan sektor apa saja yang dapat menjadi acuan untuk masa yang datang?


(26)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sektor-sektor ekonomi yang berpotensi dan memiliki pertumbuhan yang dominan dan yang berperan sebagai sektor basis dan non basis.

2. Untuk mengetahui perkembangan pergeseran perekonomian dilihat dari perkembangan sektor-sektor ekonomi.

3. Untuk mengetahui sektorapa saja yang merupakan sektor unggulan dan memiliki kontribusi besar terhadap pembentukan PDRB dan pembangunan.

4. Untuk mengetahui bagaimana pola struktur atau klasifikasi pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi dan sektor apa saja yang dapat menjadi acuan untuk masa yang datang.


(27)

E. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi sebagai berikut :

1. Bagi Penulis

Menambah wawasan dalam hal ruang lingkup penelitian khususnya pembangunan perekonomian sehingga dapat membandingkan dan menggunakan teori yang telah diterima pada bangku perkuliahan dan praktek langsung di lapangan.

2. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai kondisi perekonomian Kabupaten Kubu Raya.

3. Bagi Pemerintah Daerah

Memberikan informasi dan analisa tentang kondisi perekonomian Kabupaten Kubu Raya yang mana diharapkan agar di gunakan sebagai bahan acuan dalam penentuan kebijakan pemerintah daerah dalam pembangunan ekonomi.


(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pembangunan Ekonomi

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yaitu pemerintah bersama masyarakat menggunakan dan mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta untuk menciptakan sebuah lapangan pekerjaan dan memacu perkembangan kegiatan ekonomi sehingga taraf hidup masyarakat pada Negara tersebut dapat meningkat. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari naik atau turun atau tinggi rendahnya tingkat pendapatan riil perkapita yang indikatornya adalah Produk Domestik Bruto (PDB) dalam satu tahun tertentu.

(Irawan dan Suparmoko, 1992) berpendapat bahwa tujuan dari pembangunan ekonomi selain dari meningkatkan pendapatan nasional riil namun juga untuk meningkatkan produktivitas. Maka dari itu masyarakat di tuntut sebagai sumber daya manusia agar dapat terus bergerak dan dapat memanfaatkan sumber daya alam dan memacu perekonomian negara agar terus berkembang dan menambah dan menaikkan pendapatan nasional.


(29)

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang berindikasi terhadap naiknya pendapatan riil perkapita yang terjadi pada suatu negara dalam jangka panjang dengan diikuti dengan pembenahan sistem kelembagaan yang ada pada negara tersebut(Arsyad, 1999). Pengertian lain dari pembangunan ekonomi adalah perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) pada masyarakat dan diikuti oleh modernisasi pada struktur yang pada umunya adalah tradisional (Sukirno, 1981).

Pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) dapat digunakan sebagai alat atau indikator untuk melihat laju pembangunan ekonomi (Mariska, 2015). Siklus yang terjadi adalah selama ada kegiatan ekonomi di masyarakat, terjadi pula pertambahan penduduk. Maka dari itu kegiatan ekonomi masyarakat ini di peruntukkan agar kesejahteraan masyarakat tersebut meningkat. Ketika tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu daerah lebih rendah dari jumlah pertambahan penduduk pada wilayah tersebut maka dapat diartikan pendapatan perkapita tidak mengalami kenaikan atau bahkan cenderung menurun. Dari fakta tersebut dapat diartikan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) belum dapat atau tidak memperbaiki tingkat kesejahteraan ekonomi.Istilah pembangunan ekonomi menurut para ekonom sebagai (Arsyad, 1999) :

1. Pembangunan ekonomi sebagai peningkatan perkapita penduduk yaitu tingkat pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) pada suatu tahun tertentu adalah melebihi tingkat pertambahan penduduk


(30)

2. Perkembangan Produk Domestik Bruto (PDB) yang terjadi pada suatu negara diikuti oleh perbaikan dan pembaruan struktur ekonominya.

Menurut (Sukirno, 1996) pembangunan ekonomi merupakan suatu usaha untuk menambah pendapatan perkapita dengan cara mengolah kekuatan ekonomi potensial menjadi ekonomi riil dengan melakukan penanaman modal, penggunaan teknologi, penambahan pengetahuan, penigkatan keterampilan, penambahan kemampuan berorganisasi dan manajemen.

Todaro dalam (Arsyad, 1999) menyatakan bahwa pembangunan ekonomi yang berhasil dapat dilhat dari 3 nilai pokok, yaitu:

1. Kemampuan masyarakat yang berkembang untuk memenuhi kebutuhan pokoknya

2. Meningkatkan harga diri masyarakat sebagai manusia

3. Kemampuan masyarakat yang meningkat dalam memilih yang merupakan hak asasi manusia

Pengertian dari pembangunan ekonomi bukan hanya menaikkan Produk Domestik Regional Bruto (PDB) tiap tahunnya saja namun pembangunan ekonomi ini dapat diartikan sebagai negara yang berupaya dalam artian melakukan kegiatan-kegiatan yang berimplikasi kepada perkembangan kegiatan-kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya.


(31)

2. Pertumbuhan Ekonomi

Para ekonom mengartikan pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan atau kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) tanpa melihat apakah kenaikan tersebut lebih besar ataukah lebih kecil dibandingkan dengan tingkat pertambahan penduduk atau apakah struktur ekonomi mengalami perubahan atau tidak (Arsyad, 1999). Definisi tersebut selaras dengan pendapat (Irawan dan Suparmoko, 1992) dalam bukunya bahwa indikator dari pertumbuhan ekonomi adalah Produk DomestikBruto (PDB) perkapita.Semakin tinggi tingkat Produk Domestik Bruto (PDB) maka semakin makmur negara tersebut.

Menurut Prof. Kuznets dalam (Suryana, 2000) pertumbuhan ekonomi sebagai kemampuan jangka panjang untuk menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus menigkatkan kepada masyarakat. Kemampuan ini tumbuh berdasarkan dengan kemajuan teknologi, institusional dan ideologis yang diperlukannya. Dalam definisi pertumbuhan ekonomi tersebut terdapat tiga komponen penting, yaitu:

1. Pertumbuhan ekonomi suatu negara terlihat dari meningkatnya persediaan barang secara terus menerus. Peningkatan output terus menerus merupakan manivestasi pertumbuhan ekonomi. Kemampuan untuk menyediakan berbagai macam barang merupakan tanda dari perekonomian suatu negara tersebut sudah matang.


(32)

2. Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang dapat menentukan derajat kemampuan pertumbuhan dalam penyediaan berbagai macam barang kepada penduduk.

3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien diperlukan dengan adanya penyesuaian terhadap kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan dengan tepat. Modernisasi teknologi haruslah diikuti dengan pembaharuan sosial pula.

Prof. Kuznets dalam (Jhingan M. , 1990) mengatakan dalam bukunya Modern Economic Growth, 1966 definisi dari pertumbuhan ekonomi adalah sebagai kenaikan terus-menerus dalam produk per kapita atau per pekerja, seringkali diikuti oleh kenaikan jumlah penduduk dan biasanya dengan perubahan struktural.

Menurut (Basuki dan Prawoto, 2014) faktor-faktor penentu pertumbuhan ekonomi yaitu :

1. Sumber-sumber Alam

Faktor ini meliputi luas tanah, sumber mineral tambang, iklim dan lain-lain.Sumber daya alam yang sedikit merupakan kendala yang serius yang dimiliki oleh negara-negara yang sedang berkembang.Bahkan kendala sumber daya alam ini dinilai lebih serius dibandingkan dengan sedikitnya kuantitas dan rendahnya persediaan kapital dan sumber daya manusia.


(33)

2. Sumber-sumber Tenaga Kerja

Masalah yang dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang di bidang sumber daya manusia adalah jumlah penduduknya yang terlalu banyak, daya gunanya yang rendah dan kualitas dari penduduk masih rendah.

3. Kualitas Tenaga Kerja yang Rendah

Kelemahan dari negara-negara sedang berkembang yang belum mampu untuk mengadakan investasi yang memadai dalam rangka menaikkan kualitas sumber daya manusia yang berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan, pendidikan, dan latihan ketenagakerjaan untuk penduduk. 4. Akumulasi Kapital

Usaha-usaha dalam proses mendorong laju pertumbuhan ekonomi dipusatkan kepada akumulasi kapital. Maka dari itu akumulasi kapital sering dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan ekonomi.Hal tersebut dikarenakan negara-negara sedang berkembang hamper semua mengalami kelangkaan barang-barang kapital dan penambahan perbaikan kualitas barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa ditanami.


(34)

3. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses langkah nyata untuk mewujudkan kebijakan pemerintah yaitu asas desentralisasi yang melimpahkan tugas dan wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengurus daerahnya masing-masing dengan tujuan untuk pembangunan ekonomi secara merata dan menggunakan sumber-sumber daya yang ada semaksimal mungkin dengan harapan untuk menambah pendapatan nasional. Menurut pendapat dari (Arsyad, 1999) pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu kegiatan atau proses dari pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara sektor swasta dan pemerintah daerah untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan memicu kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) pada wilayah tersebut.

Pembangunan ekonomi daerah dapat diartikan sebagai penyediaan lapangan pekerjaan untuk penduduk di suatu wilayah agar sumber daya manusia yaitu penduduk dapat mengolah sumber-sumber daya yang ada sehingga menjadi produktif dan pada akhirnya akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Secara nasional pembangunan memiliki arti peningkatan terus menerus pada Produk Domestik Bruto (PDB) suatu negara. Dengan kata lain pembangunan daerah memiliki arti peningkatan secara terus menerus terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang di fokuskan kepada wilayah tersebut mengenai Provinsi, Kabupaten dan Kota. Maka demikian pembangunan ekonomi daerah mestinya dapat meningkatkan


(35)

pendapata perkapita dari penduduk setempat dan meningkatkan daya tarik daerahnya sehingga para investor tertarik untuk menanamkan modal pada daerah tersebut dan memicu pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan perekonomiannya (Kuncoro, 2000)

4. Teori Pertumbuhan dan Pembangunan Daerah

Dalam pembahasan dari pertumbuhan dan pembangunan daerah tersebut, masing-masing memiliki teori yang di kemukakan oleh para ekonom yang teori tersebut digunakan hingga sekarang yang diuraikan sebagai berikut :

a. Teori Klasik

Para ahli ekonomi klasik sudah sejak lama mengemukakan pendapatnya melalui teori pembangunan (teori pertumbuhan) dalam menjawab beberapa masalah yang terjadi dalam perekonomian. Adam Smith, sebagai salah satu ahli ekonomi klasik mengemukakan bahwa jika pembangunan sudah terjadi maka prosesnya terjadi secara terus menerus dan kumulatif. Kenaikan pendapatan nasional yang bermula dengan modal awal dan terjadinya kemungkinan-kemungkinan pasar, pembagian kerja dan spesialisasi akan terjadi yang membuat produktivitas dan pendapatan nasional meningkat. Spesialisasi dan perluasan pasar sebagai perangsang bagi para pengusaha, pengembangan teknologi dan melakukan inovasi dan mejadikan pembangunan berkelanjutan.

Ricardo dan Malthus dalam (Suryana, 2000) melalui pendapat mereka yang bertentangan dengan teori yang dikemukakan oleh Adam Smith mengatakan bahwa


(36)

proses pembangunan dalam jangka panjang akan mencapai suatu keadaan dimana perkembangan ekonomi tidak terjadi sama sekali. Pendapat tersebut berdasar kepada hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (the law of diminishing return). Menurut David Ricardo, peranan dari teknologi dan akumulasi modal dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan menghambat bekerjanya the law of diminishing return. Singkatnya pertumbuhan ekonomi menurut David Ricardo adalah proses dari tarik menariknya law of diminishing return dengan keamajuan teknologi.

Robert Malthus sendiri melihat kepada pembangunan ekonomi yang dapat dicapai dengan meningkatkan kesejahteraan suatu negara. Produksi dan distribusi merupakan dua unsur utama kesejahteraan yang dapat dicapai dalam jangka pendek. Kemudian faktor-faktor yang menentukan pembangunan ekonomi tergantung pada tenaga kerja, modal, dan organisasi. Menurut Malthus peningkatan kesejahteraan haruslah dibarengi dengan penanaman modal secara terus menerus. Dalam pembangunan ekonomi sangat diperlukan pembangunan berimbang antara sektor pertanian, dan industri dan perlunya untuk meningkatkan permintaan efektif.

Salah satu ahli ekonomi klasik, Stuart Mill mengemukakan teorinya dengan menekankan faktor-faktor seperti tabungan, tingkat laba, kemajuan teknologi, distribusi yang adil, perluasan perdagangan luar negeri, perubahan kelembagaan dan lain-lain (Suryana, 2000). Menurut Mill laju akumulasi modal tergantung pada jumlah dana yang dapat menghasilkan tabungan atau besarnya sisa hasil usaha, kuatnya kecenderungan untuk menabung. Selanjutnya Mill mengemukakan bahwa


(37)

pembangunan ekonomi bergantung kepada perbaikan dalam tingkat pengetahuan masyarakat dan perbaikan yang berupa beberapa usaha untuk menghapus penghambat pembangunan.

b. Teori Neo-Klasik

Menurut Yoseph Schumpeter dalam (Suryana, 2000), salah satu ahli ekonomi Neo-klasik pembangunan ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus. Faktor terpenting dari pembangunan adalah entrepreneur. Schumpeter berpendapat bahwa pembangunan ekonomi diciptakan oleh golongan masyarakat yang mengorganisasi barang-barang yang diperlukan masyarakat. Golongan masyarakat tersebut yang membuat inovasi dan melakukan pembaharuan. Pembaharuan tersebut terjadi dalam bentuk barang baru, cara produksi baru, daerah pasaran yang baru, bahan baku baru, dan organisasi baru.

Teori pertumbuhan Neo-klasik adalah teori yang melandaskan kepada pandangan-pandangan klasik. Neo-klasik memiliki pendapat tentang perkembangan ekonomi sebagai berikut ;

a. Adanya akumulasi kapital yang merupakan faktor penting dalam pembangunan ekonomi.

b. Perkembangan merupakan proses yang gradual.


(38)

d. Adanya pemikiran yang optimis terhadap perkembangan.

e. Aspek internasional merupakan faktor bagi perkembangan.

Tingkat bunga dan tingkat pendapatan menentukan tingginya tingkat tabungan. Investasi yang kemudian meningkat akan menambah jumlah tingginya tingkat tabungan. Apabila tingkat permintaan investasi menurun yang bearri hasrat menabung turun maka pada tingkat perkembangan inilah akumulasi modal berakhir, perekonomian tidak mengalami perkembangan.

Proses perkembangan ekonomi menurut teori Marshall adalah hasil hubungan harmonis antara faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ekonomi timbul dari adanya kenaikan skala produksi sebagai akibat dari adanya efisiensi (hasil dari adanya spesialisasi, mesin baru, pasar yang lebih luas, dan manajemen yang lebih baik). Sedangkan faktor eksternal ekonomi timbul dari adanya perkembangan industry yang saling ketergantungan dan komplementer dari berbagai sektor produksi dalam perekonomian. Neo-klasik yakin dengan kemajuan teknologi dan perbaikan kualitas buruh cenderung meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi sehingga permintaan masyarakat cenderung meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi dan berakibat permintaan masyarakat akan meningkat.


(39)

c. Teori Pertumbuhan Ekonomi Modern 1. Teori Pertumbuhan Rostow

Rostow dalam (Suryana, 2000) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai suatu proses yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat, yaitu perubahan politik, struktur sosial, nilai sosial dan struktur kegiatan ekonominya. Rostow

mengemukakan dalam bukunya “The Stages of Economics” (1960) yaitu tahap-tahap

dalam proses pembangunan ekonomi yang dialami oleh suatu negara pada umunya yang dibagi dalam 5 tahapan yaitu :

a. The Traditional Society (Masyarakat Tradisional)

Masyarakat tradisional merupakan masyarakat yang mempunyai cara berfikir, berproduksi dan teknologi primitif dan tradisional. Jika ciri-ciri penting masyarakat tersebut menyebabkan pertumbuhan selalu berlaku, yaitu pertumbuhan ekonomi sering terjadi, maka ini boleh dianggap sebagai berada pada kondisi dimana akan leps landas.

b. Precondition for take-off (Persyaratan Tinggal Landas)

Persyaratan tinggal landas merupakan suatu masa transisi dimana masyarakat mempersiapkan dirinya atau dipersiapkan dari luar untuk mencapai pada pertumbuhan yang mempunyai kekuatan untuk berkembang secara terus menerus. Pada tahap ini dan seterusnya akan bergerak secara otomatis.


(40)

c. Take off (Tinggal Landas)

Tinggal Landas merupakan suatu masa dimana terjadinya perubahan yang drastis dalam masyarakat.Kemajuan yang sangat cepat dalam bentuk inovasi dan terciptanya pasar baru. Analisis lainnya, Rostow mengartikan tinggal landas adalah revolusi industri yang berkaitan langsung dengan perubahan radikal dalam metode produksi dan dalam waktu yang relatif singkat menimbulkan konsekuensi yang menentukan. Penanaman modal merupakan prasyarat untuk tinggal landas, karena penanaman modal yang meningkat dapat menyebabkan perekonomian berkembang melebihi jumlah pertambahan penduduk. Munculnya kerangka budaya merupakan prasyarat terakhir untuk tinggal landas yang dapat mendiring ekspansi pada sektor modern. Hal ini memerlukan kemampuan perekonomian untuk menggalakkan tabungan untuk meningkatkan produksi barang-barang pabrik dan kemampuan untuk menciptakan ekonomi eksternal.

d. The Drive to Maturity

Merupakan suatu masa dimana pada masyarakat tersebut secara efektif dalam menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan sumber daya alam.Ciri penting yang ada pada tahap ini adalah (1) Teknologi yang menyebar pada sektor-sektor perekomian, dan (2) Adanya perluasan produksi.


(41)

e. The Age of High Mess Consumption

Merupakan suatu kondisi dimana pada suatu masyarakat tersebut lebih memperhatikan kepada masalah konsumsi dan kesejahteraan, sehingga masalah produksi dikesampingkan.Masyarakat akan bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang ada, dengan cara seperti (1) Memperbesar kekuasaan dan pengaruh negara tersebut keluar negeri yang berakibat cenderung kepada penaklukan dari negara lain. (2) Menciptakan walfare state, yaitu suatu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya yang dilakukan dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui sistem pajaknya. (3) Kebutuhan pokok tidak menjadi masalah lagi bagi masyarakat, namun konsumsi terhadap barang-barang mewah dan tahan lama lebih tinggi.

d. Teori Pertumbuhan Modern Kuznet

Menurut Profesor Kuznet, 1871 (Jhingan, 2000) pertumbuhan ekonomi merupakan kemampuan jangka panjang suatu negara dalam menyediakan berbagai jenis barang ekonomi yang terus meningkat kepada masyarakat. Dalam pengertian yang disampaikan Kuznet tentang pertumbuhan ekonomi tersebut terdapat 3 komponen penting, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa dilihat dari meningkatnya persediaan barang secara terus menerus. Peningkatan output yang terus menerus


(42)

merupakan manivestasi pertumbuhan ekonomi, hal tersebut merupakan tanda kematangan ekonomi.

2. Faktor yang menentukan derajat kemampuan pertumbuhan dalam menyediakan barang-barang ekonomi pada penduduk adalah teknologi yang maju.

3. Penggunaan teknologi yang luas dan efisien membutuhkan penyesuaian pada bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan dapat dimanfaatkan dengan baik.

Enam ciri pertumbuhan ekonomi modern yang dimanivestasikan dalam proses pertumbuhan oleh semua negara yang telah maju. Enam ciri karakteristik itu adalah, dua variabel kuantitatif yang berhubungan dengan pertumbuhan produksi nasional dan pertumbuhan penduduk, dua berhubungan dengan peralihan struktur dan dua lainnya berhubungan dengan penyebaran internasional.

 Dua variabel ekonomi yang bersamaan ;

1. Tingginya tingkat produk perkapitadan laju pertumbuhan penduduk. 2. Tingginya peningkatan produktivitas terutama produktivitas tenaga

kerja.

 Dua struktural variabel transformasi :

3. Tingginya tingkat transformasi struktur ekonomi. 4. Tingginya tingkat struktur sosial dan ideologi.


(43)

 Dua variabel penyebaran internasional :

5. Kecenderungan negara-negara yang ekonominya sudah maju untuk pergi keseluruh dunia untuk mendapatkan pasaran dan bahan baku. 6. Arus barang, modal, dan orang antar bangsa meningkat.

Keenam karakteristik ekonomi modern tersebut saling memperkuat dan berhubungan. Tingginya tingkat produktivitas perkapita merupakan hasil dari meningkatnya tingkat tenaga kerja yang cepat. Tingginya tingkat pendapatan perkapita menyebabkan tingginya tingkat konsumsi perkapita, dengan demikian memberikan insentif untuk mengubah struktur produksi. Teknologi yang maju sangat diperlukan fungsinya adalah untuk mencapai tingkat output dan mencapai perubahan struktural.

e. Teori Pertumbuhan Mantap Harrod-Domar

Harrod Domar ahli ekonomi yang mengembangkan teori dari Keynes yang menekankan perlunya penanaman modal dalam menciptakan suatu pertumbuhan ekonomi. Menurutnya pada tiap usaha ekonomi harus menyelamatkan bagian tertentu dari pendapatan nasional yaitu dengan menambah stok modal yang akan digunakan dalam investasi baru. Harrod Domar mengatakan bahwa ada hubungan ekonomi antara besarnya stok modal (K) dengan jumlah produksi nasional (Y). Sebagai contoh $300 unit modal yang diperlukan untuk menghasilkan $1 unit pendapatan, maka COR (Capital Output Ratio) adalah 3:1, yang berarti COR=3.


(44)

5. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah dapat dianggap sebagai perencanaan untuk memperbaiki penggunaan sumber-sumber daya milik publik yang terdapat pada daerah tersebut dan untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya-sumberdaya swasta secara bertanggung jawab (Arsyad, 1999). Terdapat 3 implikasi pokok dari perencanaan pembangunan ekonomi daerah, yaitu :

Pertama, perencanaan pembangunan ekonomi daerah yang realistik memerlukan pemahaman tentang hubungan antara daerah dengan lingkungan nasional yang mana daerah tersebut merupakan bagiannya, keterkaitan mendasar antara keduanya, dan konsekuensi dari akhir dari interaksi tersebut.

Kedua, sesuatu yang terlihat baik untuk nasional belum tentu baik untuk daerah, dan sebaliknya, yang baik bagi daerahnya belum tentu baik bagi nasional.

Ketiga, perangkat kelembagaan yang tersedia untuk pembangunan daerah seperti administrasi, proses pengambilan keputusan, otoritas biasanya pada tingkat daerah berbeda dengan yang tersedia di tingkat pusat.

Dalam penelitian (Basuki dan Gayatri, 2009) tujuan dari perencanaan menurut Hatta adalah mengadakan suatu perekonomian nasional yang diatur, direncanakan tujuan dan jalannya. Sedangkan menurut Widjojo Nitisastro perencanaan memiliki kaitan dengan dua hal, yaitu pertama adalah penentuan pilihan yang akan dicapai


(45)

dalam jangka waktu tertentu dengan dasar nilai yang dimiliki masyarakat. Kedua, pilihan-pilihan diantara cara-cara alternatif yang efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal tersebut, diperlukan kriteria khusus untuk penentuan tujuan yang meliputi jangka waktu tertentu maupun bagi pemilihan cara-cara tersebut yang sebelumnya harus dipilih terlebih dahulu.

Perencanaan ekonomi terdiri atas sederet fungsi dari kewenangan masyarakat dalam mengoptimalisasi sumber-sumber daya ekonomi dalam penggunaannya guna untuk mencapai sebuah tatanan ekonomi yang jauh lebih baik. Yang artinya, perencanaan ekonomi adalah suatu pengarahan dan pengaturan atas kegiatan ekonomi melalui tindakan yang terkoordinasi secara sisetamtis oleh badan perencanaan pusat dalam tujuan dan periode tertentu. Urgensi dari adanya perencanaan pembangunan ekonomi daerah ini adalah agar alokasi dari sumber-sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh negara dapat lebih efisien dan efektif dan terhindar dari pemborosan, pertumbuhan ekonomi mantap dan selalu berkesinambungan, serta terjadinya perekonomian yang stabil.

B. Penelitian Terdahulu

Pada bagian penelitian terdahulu ini memuat tentang penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya dan yang menjadi pertimbangan dan acuan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. Penelitian terdahulu dapat dilihat melalui Tabel 2.1 dibawah ini :


(46)

TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu

No Penulis, tahun, judul

Metode Analisis Hasil 1. Agus Tri Basuki

dan Utari Gayatri, 2009, Penentu Sektor Unggulan dalam

Pembangunan Daerah: Studi

Kasus di

Kabupaten Ogan Komering Ilir

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) 2. AnalisisShift Share 3.Analisis Location Quotient(LQ) 4. Analisis Overlay 5. Analisis Klassen Typology

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa sektor pertanian merupakan sektor unggulan atau sangat dominan karena menunjukkan pertumbuhan dan kontribusi yang sangat besar terhadap pembentukan PDRB dan pembangunan di kabupaten OKI. Sektor industri pengolahan menunjukkan sektor yang pertumbuhannya dominan tetapi kontribusinya kecil. Artinya, sektor ini perlu lebih ditingkatkan dan dikembangkan untuk menjadi sektor yang dominan. Sektor bangunan; sektor perdagangan, restoran dan hotel dan sektor jasa- jasa menunjukkan sektor yang pertumbuhannya kecil tetapi kontribusinya besar. Hal ini sangat memungkinkan sektor tersebut merupakan sektor yang mengalami penurunan yang salah satunya disebabkan oleh kurang tersedianya lapangan kerja. Empat sektor lainnya, antara lain sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi serta keungan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang tidak potensial baik dari segi pertumbuhan maupun dari kontribusi.

2. Fachrurrazy, 2009, Analisis

1. Analisis Klassen Typology

Hasil analisis Klassen Typology menunjukan sektor yang maju dan


(47)

Penentuan Sektor Unggulan

Perekonomian Wilayah

Kabupaten Aceh Utara dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB

2. Analisis Location Quotient (LQ)

3. Analisis Shift Share

tumbuh dengan pesat yaitu sektor pertanian dan sektor pengangkutan dan komunikasi. Hasil LQ menunjukkan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta sektor pengangkutan dan komunikasi merupakan sektor basis di Kabupaten Aceh Utara. Hasil analisis Shift Share menunjukan bahwa sektor yang merupakan sektor kompetitif , yaitu sektor pertanian, sektor bangunan dan konstruksi sektor bank dan lembaga keuangan lainnya.

Hasil analisis persektor berdasarkan ketiga alat analisis menunjukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan di Kabupaten Aceh Utara adalah sektor pertanian.

3. S.Andy Cahyono dan Wahyu Wisnu Wijaya, 2014, Identifikasi Sektor Ekonomi

Unggulan dan Ketimpangan Pendapatan antar Kabupaten di sub das Bengawan Solo Hulu

1. Analisis Klassen Typology

2. Analisis Location Quotient (LQ) 3. Analisis Indeks Williamson

4. Analisis Kontribusi Sektoral

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor unggulan ditiap kabupaten berbeda, yaitu Wonogiri (pengangkutan dan komunikasi), Karanganyar (industry pengolahan), Boyolali (keuangan, real estate, dan jasa perusahaan), Sragen(pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan), dan Klaten (konstruksi). Sektor ekonomi unggulan di setiap kabupaten bervariasi tergantung ketersediaan sumberdaya dan keunggulan komparatif. Berdasarakan pola dan struktur ekonominya, kabupaten karanganyar termasuk daerah maju dan berkembang pesat tetapi Wonogiri termasuk daerah terbelakang. Hasil penelitian juga menunjukkan disparitas pendapatan antar daerah masing-masing kabupaten Lanjutan Tabel 2.1


(48)

terkategori rendah (0,25) dan cenderung meningkat.

4. Dylla Novrilasari, 2008, Analisis Sektor Unggulan dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi

1. Analisis Klassen Typology

2. Analisis Location Quotient (LQ)

3. Analisis Skalogram

Berdasarakan Klassen Typology pola pertumbuhan sektor ekonomi yang dapat dikategorikan sebagai sektor maju dan tumbuh cepat adalah sektor pertambangan dan penggalian. Berdasarkan hasil perbandingan laju pertumbuhan PDRB dan kontribusi PDRB di masing-masing sektor, pertanian termasuk kuadran II yaitu sektor maju tetapi tertekan. Dilihat dari hasil Klassen Typology tidak ada satu sektor pun yang berada pada kuadran III yaitu sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan pesat. Hal ini karena tidak ada sektor yang mampu menunjukkan laju pertumbuhannya yang melebihi kontribusi dan laju pertumbuhan di Provinsi Riau. Klassen Typology juga menjelaskan bahwa masih banyak sektor ekonomi yang berada pada dalam kuadran IV yaitu sektor yang relative tertinggal. Dari analisis LQ dapat diketahui bahwa sektor basis di Kabupaten Kuantan Singingi adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan. Sektor pertambangan dapat dijadikan sebagai sektor basis perekonomian dan dapat di prioritaskan sebagai sektor unggulan di Kabupaten Kuantan Singingi untuk meningkatkan perekonomian daerahnya. Hasil analisis Skalogram Kecamatan Kuantan Tengah memegang peringkat pertama dalam ketersediaan fasilitas pembangunan. Peringkat terendah dipegang oleh Kecamatan Hulu Kuantan. Jika Lanjutan Tabel 2.1


(49)

dilihat dari hasil metode skalogram Kecamatan Kuantan Tengah masih berada pada peringkat pertama, Kecamatan Hulu Kuantan masih tetap peringkat terakhir.

5. Nadia Hilda Mariska, 2015, Analisis Penentu Sektor Unggulan Pembangunan

Daerah dan

Strategi

Pengembangannya Studi kasus di Kabupaten

Jembrana Tahun 2010-2014

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan(MRP) 2. Analisis Shift Share 3. Analisis Location Quotient (LQ)

4. Analisis Overlay 5. Analisis Klassen Typology

6. Analisis SWOT

Hasil penelitian MRP menunjukkan sektor Pertambangan dan Penggalian merupakan sektor ekonomi yang memiliki pertumbuhan menonjol dari sektor ekonomi yang lain pada tingkat kabupaten Jembrana maupun Provinsi Bali. Hasil penelitian Shift Share sektor yang berpotensi adalah sektor transportasi dan pergudangan karena memiliki nilai terbesar dalam kontribusi PDRB provinsi Bali dan memiliki pertumbuhan pendapatan yang lebih cepat dari sektor yang sama di tingkat Provinsi. Hasil penelitian LQ menunjukkan enam sektor yang merupakan sektor basis yaitu sektor pertanian, kehutanan dan perikanan dst., Hasil analisis Overlay yang memiliki pertumbuhan dan kontribusi terbesar adalah sektor transportasi dan pergudangan. Hasil penelitian Klassen Typology sektor transportasi dan pergudangan merupakan sektor maju. Sedangkan berdasarkan analisis SWOT, strategi kebijakan pembangunan sektor unggulan yang perlu diambil adalah meningkatkan perekonomian daerah melalui potensi sektor basis, meningkatkan kualitas pelayanan bidang kesehatan, pendidikan dan sosial dasar lainnya, meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana publik dan peningkatan daya saing ekonomi.


(50)

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah penelitian yang dilakukan sekarang berada pada objek penelitian pada wilayah Provinsi Kalimantan Barat khususnya pada sektor-sektor ekonomi yang terdapat di daerah Kabupaten Kubu Raya. Dengan alat analisis yang digunakan adalah analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ), analisis Overlay, analisis Klassen Typology. Dengan sumber data yang di peroleh dari BPS Provinsi Kalimantan Barat dan BPS Kabupaten Kubu Raya dengan periode tahun 2011-2015. Kontribusi yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah dengan hasil berupa analisis yang dapat digunakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kubu Raya dalam rangka menyusun dan merencanakan pembangunan ekonomi di daerah Kabupaten Kubu Raya dengan menggunakan sektor-sektor ekonomi yang dapat diandalkan untuk pembangunan daerahnya.


(51)

GAMBAR 2.1 Kerangka Pemikiran

Potensi Ekonomi Kabupaten Kubu Raya

Sektor Potensial Dalam Pengembangan

Wilayah

Pengembangan Potensi Ekonomi Daerah

Pembangunan dan Teori Pertumbuhan Ekonomi

Wilayah

Penentu Sektor dengan Keunggulan

Kompetitif

Analisis LQ, Analisis Overlay, dan Analisis

Shift Share (sektor ekonomi basis )

Analisis Klassen Typology (wilayah kategori maju

dan berkembang/tidak)

Analisis MRP (pertumbuhan sektor

ekonomi)

RKPD Kabupaten Kubu Raya (kebijakan daerah)


(52)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada daerah Kabupaten Kubu Raya, yang merupakan satu dari 14 Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan Barat memiliki sejumlah 14 Kabupaten/Kota yang terdiri dari Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Landak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Sanggau, Kabupaten Ketapang, Kabupaten Sintang, Kabupaten Kapuas Hulu, Kabupaten Sekadau, Kabupaten Melawi, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kubu Raya, Kota Pontianak, Kota Singkawang. Pemilihan Kabupaten Kubu Raya sebagai obyek penelitian karena peneliti melihat Kabupaten Kubu Raya sebagai salah satu daerah yang memiliki potensi untuk memajukan pertumbuhan ekonomi baik dari skala regional maupun nasional.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang terdapat pada buku-buku, jurnal, dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini atau melalui sumber-sumber lainnya yang diterbitkan oleh lembaga yang berkompeten berupa data PDRB Kabupaten Kubu Raya dan Provinsi Kalimantan Barat dalam periode 2011-2015.


(53)

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari berbagai macam sumber yang diperoleh melalui data sekunder yang diperoleh dari BPS Kabupaten Kubu Raya, BPS Provinsi Kalimantan Barat, dan dari sumber lainnya seperti wawancara langsung dari pihak terkait internet dan studi kepustakaan. Dengan menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Kubu Raya berdasarkan harga konstan 2010 dari tahun 2011-2015. Data yang digunakan yaitu sebanyak tujuh belas sektor lapangan usaha yang terdapat dalam data PDRB tersebut dengan cara mebandingkan dengan PDRB di tingkat Provinsi Kalimantan Barat berdasakan harga konstan 2010 dengan periode 2011-2015.

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan data dokumentasi. Teknik pengumpulan data dokumentasi merupakan salah satu cara dari teknik pengumpulan data mengenai segala sesuatu informasi yang berkaitan dengan penelitian. Teknik dokumentasi sendiri dilakukan dengan melihat kembali data tertulis yang merupakan angka maupun keterangan. Dalam penelitian ini, teknik dokumentasi digunakan untuk mengambil data PDRB Kabupaten Kubu Raya dengan data terbaru berdasarkan atas dasar harga konstan, kondisi umum Kabupaten Kubu Raya serta gambaran umum wilayah yang dijadikan sebagai obyek penelitian yang bersumber dari dokumentasi BPS Provinsi Kabupaten/Kota dan BPS Provinsi


(54)

Kalimantan Barat, BAPPEDA Kabupaten Kubu Raya. Selain dari laporan-laporan tertulis dari pemerintah tersebut, penulis juga menggali berbagai data dan referensi dari sumber pustaka dan internet.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Potensi Ekonomi

Kontribusi dari masing-masing sektor lapangan usaha terhadap pendapat di masing-masing daerah kabupaten dan kota. Kontribusi tersebut biasanya dihitung melalui jumlah PDRB yang dihasilkan.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB merupakan indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi perekonomian pada suatu wilayah. PDRB dapat dilihat dari dua jenis PDRB itu sendiri, yaitu PDRB atas dasar berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan. PDRB di definisikan sebagai nilai tambah terakumulasi yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha yang terdapat pada suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Produk Domestik regional Bruto (PDRB) yang digunakan pada penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan usaha dan menggunakan periode waktu 2011-2015.

3. Sektor-sektor Ekonomi

Sektor ekonomi pada setiap Kabupaten/Kota terdapat tujuh belas sektor. Sektor-sektor yang dimaksudkan tersebut adalah :


(55)

- Pertanian, Kehutanan dan Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan

- Pengadaan Listrik dan Gas

- Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang - Konstruksi

- Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor - Transportasi dan Pergudangan

- Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum - Informasi dan Komunikasi

- Jasa Keuangan dan Asuransi - Real Estat

- Jasa Perusahaan

- Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib - Jasa Pendidikan

- Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial - Jasa Lainnya

4. Sektor Basis dan Non Basis

Sektor basis merupakan sektor yang mampu mengekspor barang-barang dan jasa-jasa keluar dari perekonomian masyarakatnya bila dibandingkan dengan sektor yang sama namun pada lingkup yang lebih luas. Dapat disebut sebagai sektor basis apabila besarnya LQ>1. Sedangkan sektor non basis adalah sektor


(56)

yang tidak dapat mengekspor barang-barang dan jasa-jasa keluar dalam artian sektor basis hanya mampu untuk mencukupi kebutuhan daerahnya sendiri. Dapat disebut sektor non basis apabila besarnya LQ<1.

5. Sektor Unggulan

Merupakan sektor yang memiliki peranan menonjol atau relatif lebih besar terhadap perekonomian wilayah dibandingkan dengan sektor lainnya.

6. Keunggulan Kompetitif

Adalah suatu sektor yang memiliki keunggulan kompetitif jika laju pertumbuhan sektor tersebut pada tingkat kabupaten/kota lebih tinggi dari pada tingkat laju pertumbuhan pada sektor yang sama di tingkat provinsi yaitu apabila (rij – rin) > 0.

7. Spesialisasi

Suatu sektor yang memiliki spesialisasi bila variabel wilayah nyata lebih besar dari pada variabel yang diharapkan, yaitu (Eij – Eij*) > 0.


(57)

F. Metode Analisis Data

1. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Alat analisis ini merupakan alat analisis yang digunakan dalam mendeskripsikan kegiatan atau sektor ekonomi yang potensial berdasar kepada kriteria pertumbuhan struktur ekonomi wilayah baik itu secara eksternal maupun internal (Yusuf, 1999).

Model analisis MRP ini diturunkan dari persamaan awal komponen utama dalam analisis Shift and Share yaitu Different Shift dan Proportionality Shift. Secara matematis Differential Shift dan Proportional Shift dapat di tuliskan sebagai berikut:

Differential Shift

[

] Proportional Shift

[ ]

Dari persamaan diatas dapat diperoleh rumus-rumus dari perhitungan berikut:


(58)

Keterangan :

ij : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah studi pada periode waktu t

IR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi

R : Perubahan PDRB di wilayah referensi

Eij : Pendapatan kegiatan i di wilayah studi

EIR : Pendapatan kegiatan i di wilayah referensi

ER : PDRB di wilayah referensi

t+n : tahun antara dua periode

Pendekatan analisis MRP ini dibagi menjadi dua rasio, yaitu: (1) rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPR) dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs).

a. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPR)

Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi atau yang di tuliskan (RPR) adalah

perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan PDRB wilayah referensi.

RPR

Keterangan :

iR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi


(59)

ER : Perubahan PDRB di wilayah referensi

ER(t) : PDRB pada awal penelitian wilayah referensi

Jika nilai RPR > 1 dikatakan positif (+), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih besar daripada pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.

Jika nilai RPR < 1 dikatakan negatif (-), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan suatu sektor tertentu dalam wilayah referensi lebih kecil daripada pertumbuhan PDRB total wilayah referensi.

b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)

Rasio Pertumbuhan Wilayah atau yang dituliskan (RPs) adalah perbandingan

antara laju pertumbuhan kegiatan i di wilayah studi dengan laju pertumbuhan kegiatan i di wilayah referensi.

RPs =

Keterangan :

Eij : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah studi

Eij(t) : Pendapatan kegiatan i awal periode penelitian di wilayah studi

EiR : Perubahan pendapatan kegiatan i di wilayah referensi


(60)

Jika nilai RPs > 1 dikatakan positif (+), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

Jika nilai RPs < 1 dikatakan negatif (-), artinya menunjukkan bahwa

pertumbuhan sektor pada tingkat wilayah studi lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada wilayah referensi.

Hasil dari analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) ini diklasifikasikan sebagai berikut:

Klasifikasi 1, yaitu nilai RPR(+) dan RPs(+) dapat diartikan bahwa kegiatan tersebut

terdapat pada tingkat provinsi mengenai pertumbuhan yang menonjol, demikian pula dengan tingkat kabupaten termasuk pertumbuhan yang menonjol. Kegiatan ini selanjutnya disebut dominan pertumbuhan.

Klasifikasi 2, yaitu nilai RPR (+) dan RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat

provinsi mempunyai pertumbuhan yang menonjol sedangkan pada tingkat kabupaten masih belum menonjol.

Klasifikasi 3, yaitu nilai RPR (-) dan RPs (+) berarti kegiatan tersebut pada tingkat

provinsi mempunyai pertumbuhan yang tidak menonjol sedangkan pada tingkat kabupaten pertumbuhannya termasuk menonjol.


(61)

Klasifikasi 4, yaitu nilai RPR (-) dan RPs (-) berarti kegiatan tersebut pada tingkat

provinsi dan pada tingkat kabupaten pula mempunyai pertumbuhan yang rendah dalam artian tidak menonjol.

2. Analisis Shift Share

Analisis Shift Share merupakan teknik atau alat analisis yang berguna untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi pada suatu daerah atau wilayah sebagai perubahan suatu indikator ekonomi dalam pertumbuhan perekonomian di wilayah tersebut dalam kurun waktu tertentu. Tujuan dari analisis Shift Share adalah untuk menentukan kinerja atau produktifitas kerja perekonomian daerah dibandingkan dengan perekonomian pada tingkat regional (provinsi) atau nasional.

Analisis Shift Share memberi data tentang kinerja perekonomian ke dalam tiga bidang yang saling berkaitan (Arsyad, 1999) :

1. Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibanding dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan sebagai patokan.

2. Pergeseran proporsional mengukur perubahan secara relatif, peningkatan atau penurunan, pada daerah dibanding dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan patokan.

3. Pergeseran differensial membantu dalam menentukan seberapa jauh daya saing industri daerah dengan perekonomian yang dijadikan sebagai patokan.


(62)

Teknik analisis Shift Share ini membandingkan laju pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya dan mengamati penyimpangan-penyimpangan dari berbagai perbandingan yang dilakukan. Jika penyimpangan-penyimpangan yang di dapatkan adalah positif, berarti suatu sektor dalam daerah tersebut memiliki keunggulan kompetitif. Pengaruh pertumbuhan nasional disebut juga dengan proportional shift atau bauran komposisi, dan pengaruh keunggulan kompetitif dinamakan differential shift atau regional share (Soepono, 1993).

Persamaan dan komponen-komponen dalam analisis shift share adalah sebagai berikut:

Dij = Nij + Mij + Cij………(7)

Dalam penelitian ini variabel-variabel yang digunakan adalah:

Dij = E*ij – Eij………..(8)

Nij = Eij .rn………...(9) Mij = Eij (rin – rn)………..(10)

Cij = Eij (rij – rn)………(11)

Dalam artian, rij, relatif mewakili laju pertumbuhan wilayah kabupaten dan laju pertumbuhan wilayah provinsi yang masing-masing didefinisikan sebagai berikut:


(63)

rij =

rin =

rn =

Keterangan :

Eij : Pendapatan sektor i di wilayah j (kabupaten)

Ein : Pendapatan sektor i di wilayah n (provinsi)

En : Pendapatan wilayah n

E*ij : Pendapatan tahun terakhir

rij : Laju pertumbuhan sektor i di wilayah j (kabupaten)

rin : Laju pertumbuhan sektor i di wilayah n (provinsi)

rn : Laju pertumbuhan pendapatan di wilayah n (provinsi)

Sehingga didapat persamaan Shift Share untuk sektor i di wilayah j (Soepono, 1993) sebagai berikut:

Dij = Eij.rn + Eij (rin-rn) + Eij (rij-rin)………....(15)


(64)

Dij : Perubahan variabel output sektor i di wilayah j

Nij : Pertumbuhan ekonomi nasional

Mij : Bauran industri sektor i di wilayah j

Cij : Keunggulan kompetitif sektor i di wilayah j

Eij : Pendapatan sektor i di wilayah j

3. Analisis Location Quotient (LQ)

Analisis LQ merupakan suatu alat analisis yang berguna untuk menunjukkan basis ekonomi pada suatu wilayah terutama dari kriteria kontribusi. Alat analisis LQ ini juga digunakan dalam mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan (industri) dalam suatu daerah itu dengan peranan kegiatan atau industri sejenis dalam perekonomian regional atau nasional. Perhitungan tersebut menggunakan PDRB wilayah sebagai variabel atas suatu kegiatan dalam struktur ekonomi wilayah. Rumus menghitung LQ (Arsyad, 1999) adalah:

LQ =

Keterangan :

LQ : Koefisien Location Quotient


(65)

vt : pendapatan total daerah tersebut

Vi : Pendapatan sektor i secara regional/nasional

Vt : Pendapatan total regional/nasional

Dari rumus di atas ada 3 kategori hasil perhitungan Location Quotient (LQ) dalam perekonomian daerah, yaitu:

Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut di wilayah studi lebih berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi. Dengan demikian, sektor tersebut dalam perekonomian daerah di wilayah studi memiliki keunggulan komparatif dan dapat dikategorikan sebagai sektor basis.

Jika nilai LQ < 1, maka sektor tersebut di wilayah studi kurang berspesialisasi dibandingkan dengan wilayah referensi. Sektor tersebut termasuk ke dalam kategori sektor non basis.

Jika nilai LQ = 1, maka sektor tersebut di wilayah studi dan juga di wilayah referensi memiliki peningkatan.

4. Analisis Overlay

Analisis Overlay merupakan suatu metode yang berguna untuk menentukan sektor ekonomi yang potensial yang berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria


(1)

Hasil Perhitungan dengan Alat Analisis Overlay

Lapangan Usaha

MRP (RP

S

)

LQ

Nilai

Nominal Nilai

Nominal

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

0.40

-

0.70

-

Pertambangan dan Penggalian

-11.20

-

0.74

-

Industri Pengolahan

1.29

+

1.97

+

Pengadaan Listrik dan Gas

1.72

+

2.44

+

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang

-0.18

-

0.28

-

Konstruksi

1.27

+

0.93

-

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor

1.50

+

0.70

-

Transportasi dan Pergudangan

1.14

+

1.91

+

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

1.02

+

0.73

-

Informasi dan Komunikasi

1.03

+

0.96

-

Jasa Keuangan dan Asuransi

0.92

-

0.44

-

Real Estate

1.14

+

0.95

-

Jasa Perusahaan

0.88

-

0.99

-

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib

5.71

+

0.58

-

Jasa Pendidikan

1.91

+

0.78

-

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

1.17

+

0.55

-

Jasa lainnya

0.89

-

0.93

-

Keterangan:

MRP

: Model Rasio Pertumbuhan

RPs

: Nilai dari Rasio Petumbuhan Wilayah

LQ

: Nilai dari Koefisien

Location Quotient


(2)

Hasil Perhitungan dengan Alat Analisis Klassen Typology

Proporsi

Pertumbuhan

Sektor Maju dan Tumbuh Cepat: Industri Pengolahan

(1.97 dan 1.22) Pengadaan Listrik dan Gas

(2.45 dan 1.82) Transportasi dan Pergudangan

(1.91 dan 1.12)

Sektor Berkembang Cepat: Pertambangan dan Penggalian

(0.74 dan 2.70) Konstruksi (0.93 dan 1.30)

Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (0.70 dan 1.43)

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum (0.73 dan 1.03)

Informasi dan Komunikasi (0.96 dan 1.04) Real Estate (0.95 dan 1.15)

Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan Jaminan Sosial

Wajib (0.58 dan 1.43) Jasa Pendidikan

(0.78 dan 1.87) Jasa Lainnya (0.93 dan 1.01)

Sektor Maju tetapi Tertekan: -

Sektor Tertinggal: Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.70 dan 0.69) Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang (0.28 dan -0.59) Jasa Keuangan dan Asuransi

(0.44 dan 0.85) Jasa Perusahaan

(0.99 dan 0.87) Jasa Kesehatan dan Kegiatan


(3)

Angka Kontribusi dan Pertumbuhan Tiap Sektor di Kabupaten Kubu Raya Tahun 2011-2015

Kategori

Proporsi

Pertumbuhan

Rerata

Proporsi

Rerata

Pertumbuhan

2011 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

A 17.78752 17.1541 17.31932 15.78946 15.25959 2.816391 7.517394 -3.0277 2.650302 16.66 2.49

B 3.63403 3.38049 3.226002 3.227995 3.209116 -0.82505 1.624834 6.433798 5.593522 3.34 3.21

C 33.95903 33.5514 32.84328 33.00786 32.99768 5.333386 4.243953 6.901083 6.181963 33.27 5.67

D 0.165943 0.16447 0.181307 0.226693 0.220039 5.66974 17.39025 32.99481 3.097135 0.19 14.79

E 0.047948 0.04523 0.042814 0.038902 0.034787 0.570616 0.804245 -3.35161 -5.02083 0.04 -1.75

F 8.375897 9.14722 9.770591 10.35458 10.64385 16.43077 13.74897 12.72563 9.182063 9.66 13.02

G 10.34127 10.4132 10.43553 10.81746 10.88716 7.355022 6.719533 10.26101 6.89916 10.58 7.81

H 7.984949 8.01161 7.938188 7.975945 8.00 6.968985 5.515694 6.873991 6.529315 7.98 6.47

I 1.675892 1.70473 1.690409 1.669777 1.646791 8.447422 5.597171 5.069771 4.752609 1.68 5.97

J 3.311627 3.62294 3.770321 3.964121 4.09921 16.63516 10.82383 11.83551 9.834337 3.75 12.28

K 1.430312 1.50162 1.518317 1.518229 1.524486 11.92803 7.675869 6.361911 6.652498 1.50 8.15

L 2.831142 2.87081 2.830787 2.880782 2.824745 8.106844 5.006955 8.246652 4.14866 2.85 6.38

M,N 0.477938 0.46046 0.471821 0.4683 0.474319 2.713122 9.120194 5.574435 7.579859 0.47 6.25

O 2.763486 2.77595 2.776994 2.786693 2.859145 7.093751 6.531813 6.739558 8.976254 2.79 7.34

P 3.228734 3.31599 3.368247 3.471752 3.552699 9.494104 8.169972 9.636696 8.69125 3.39 9.00

Q 0.871702 0.8343 0.817054 0.801958 0.784078 2.038696 4.290181 4.402813 3.846597 0.82 3.64

R,S,T,U 1.112572 1.04541 0.999014 0.999491 0.982736 0.176994 1.765619 6.418785 4.434227 1.03 3.20


(4)

Angka Kontribusi dan Pertumbuhan Tiap Sektor di Provinsi Kalimantan Barat Tahun 2011-2015

Kategori

Proporsi

Pertumbuhan

Rerata

Proporsi

Rerata

Pertumbuhan

2011 2012 2013 2014 2015 2012 2013 2014 2015

A

24.55209

24.1274

23.92775

23.29841

22.89757

4.076206

5.172937

2.27119

3.002396

23.76

3.63

B

4.858866

4.77395

4.500934

4.289692

4.117526

4.057188

-0.01433

0.104212

0.599186

4.51

1.19

C

17.15646

16.9151

16.97495

16.8472

16.63282

4.418276

6.42568

4.243301

3.471923

16.91

4.64

D

0.074571

0.0761

0.074947

0.083282

0.082042

8.079895

4.443451

16.71423

3.245963

0.08

8.12

E

0.159071

0.15284

0.145387

0.144317

0.14445

1.756597

0.882154

4.260712

4.901752

0.15

2.95

F

9.46682

10.0605

10.37751

10.94595

11.21203

12.54916

9.392848

10.78712

7.35321

10.41

10.02

G

15.28089

15.0085

15.16258

15.08023

15.28697

4.020028

7.139467

4.463297

6.242394

15.16

5.47

H

4.179325

4.13176

4.152596

4.198621

4.230156

4.702607

6.585499

6.197907

5.59269

4.18

5.77

I

2.279935

2.29176

2.26843

2.285157

2.309016

6.457258

4.971105

5.80824

5.899781

2.29

5.78

J

3.463034

3.71099

3.860294

4.117326

4.368312

13.49117

10.31731

12.02728

11.19432

3.90

11.76

K

3.106416

3.31455

3.521166

3.597351

3.615346

13.00401

12.66139

7.306317

5.329779

3.43

9.58

L

2.977886

3.01634

2.990346

3.021647

2.985346

7.275537

5.136808

6.13321

3.546412

3.00

5.52

M,N

0.461765

0.47118

0.477499

0.481017

0.493142

8.067422

7.472767

5.807624

7.447492

0.48

7.20

O

4.89757

4.95802

4.689905

4.723871

4.833669

7.215187

0.315763

5.794456

7.241562

4.82

5.14

P

4.38752

4.34455

4.337746

4.352356

4.280298

4.87076

5.884568

5.387538

3.070367

4.34

4.80

Q

1.531624

1.52599

1.464803

1.456313

1.443925

5.518258

1.798511

4.425025

3.913976

1.48

3.91

R,S,T,U

1.166152

1.12048

1.073162

1.077265

1.067369

1.759996

1.572327

5.435298

3.842744

1.10

3.15


(5)

Data PDRB Provinsi Kalimantan Barat ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha

Kategori Uraian Provinsi Kalimantan Barat

2011 2012 2013 2014 2015

A Pertanian, kehutanan, dan perikanan 22,292,710.10 23,201,406.80 24,401,601.00 24,955,807.80 25,705,080.00 B Pertambangan dan penggalian 4,411,733.20 4,590,725.50 4,590,067.60 4,594,851.00 4,622,382.70 C Industri pengolahan 15,577,650.20 16,265,913.80 17,311,109.30 18,045,671.80 18,672,203.60

D Pengadaan listrik dan gas 67,708.80 73,179.60 76,431.30 89,206.20 92,101.80

E Pengadaan air, pengolahan sambah, limbah, dan daur ulang 144,432.70 146,969.80 148,266.30 154,583.50 162,160.80

F Kontruksi 8,595,644.10 9,674,325.40 10,583,020.10 11,724,623.70 12,586,759.90

G Perdagangan besar dan eceran ; reparasi mobil dan sepeda

motor 13,874,682.90 14,432,449.10 15,462,849.10 16,153,002.00 17,161,336.00

H Transportasi dan pergudangan 3,794,726.80 3,973,177.90 4,234,831.50 4,497,302.40 4,748,822.60 I Penyediaan akomodasi dan makan/minum 2,070,126.30 2,203,799.70 2,313,352.90 2,447,718.00 2,592,128.00 J Informasi dan komunikasi 3,144,351.10 3,568,561.00 3,936,740.60 4,410,223.30 4,903,918.00 K Jasa keuangan dan asuransi 2,820,550.90 3,187,335.70 3,590,896.60 3,853,258.90 4,058,629.10

L Real estat 2,703,848.40 2,900,567.90 3,049,564.50 3,236,600.70 3,351,383.90

M,N Jasa perusahaan 419,271.50 453,095.90 486,954.70 515,235.20 553,607.30

O Administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib 4,446,875.60 4,767,726.00 4,782,780.70 5,059,916.80 5,426,333.80

P Jasa pendidikan 3,983,762.60 4,177,802.10 4,423,647.70 4,661,973.40 4,805,113.10

Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 1,390,677.90 1,467,419.10 1,493,810.80 1,559,912.30 1,620,966.90

R,S,T,U Jasa lainnya 1,058,837.80 1,077,473.30 1,094,414.70 1,153,899.40 1,198,240.80


(6)

Data PDRB Kabupaten Kubu Raya ADHK 2010 Menurut Lapangan Usaha

Kategori Uraian Kabupaten Kubu Raya

2011 2012 2013 2014 2015

A Pertanian, kehutanan, dan perikanan 2,008,925.83 2,065,505.04 2,220,777.19 2,153,538.76 2,210,614.04

B Pertambangan dan penggalian 410,427.88 407,041.63 413,655.38 440,269.13 464,895.68

C Industri pengolahan 3,835,338.60 4,039,892.00 4,211,343.10 4,501,971.40 4,780,281.60

D Pengadaan listrik dan gas 18,741.60 19,804.20 23,248.20 30,918.90 31,876.50

E Pengadaan air, pengolahan sambah, limbah, dan daur ulang 5,415.20 5,446.10 5,489.90 5,305.90 5,039.50

F Kontruksi 945,975.10 1,101,406.10 1,252,838.10 1,412,269.70 1,541,945.20

G Perdagangan besar dan eceran ; reparasi mobil dan sepeda

motor 1,167,944.90 1,253,847.50 1,338,100.20 1,475,402.80 1,577,193.20

H Transportasi dan pergudangan 901,821.40 964,669.20 1,017,877.40 1,087,846.20 1,158,875.10

I Penyediaan akomodasi dan makan/minum 189,275.50 205,264.40 216,753.40 227,742.30 238,566.00

J Informasi dan komunikasi 374,015.70 436,233.80 483,451.00 540,669.90 593,841.20

K Jasa keuangan dan asuransi 161,539.70 180,808.20 194,686.80 207,072.60 220,848.10

L Real estat 319,749.60 345,671.20 362,978.80 392,912.40 409,213.00

M,N Jasa perusahaan 53,978.40 55,442.90 60,499.40 63,871.90 68,713.30

O Administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib 312,108.50 334,248.70 356,081.20 380,079.50 414,196.40

P Jasa pendidikan 364,653.70 399,274.30 431,894.90 473,515.30 514,669.70

Q Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 98,450.20 100,457.30 104,767.10 109,379.80 113,587.20

R,S,T,U Jasa lainnya 125,654.10 125,876.50 128,099.00 136,321.40 142,366.20