Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial di Kabupaten Samosir

(1)

SKRIPSI

ANALISIS POLA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR

POTENSIAL KABUPATEN SAMOSIR

OLEH

ANITA AYU NEHE

070501028

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ABSTRAK

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah memberikan kesempatan bagi pemerintah dan masyarakat di daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri. Sektor – sektor ekonomi daerah perlu dikembangkan sebagai sektor potensial. Kabupaten Samosir sebagai salah satu daerah agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan potensi daerah yang dimiliki untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Kabupaten Samosir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir, mengetahui sektor potensial Kabupaten samosir, dan untuk mengetahui prospek sektor – sektor ekonomi di Kabupaten Samosir.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan, baik laju pertumbuhan, kontribusi, dan perkapitanya. Alat analisi yang digunakan adalah Tipologi Klassen, Location Quotients (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), overlay, dan Trend. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir periode tahun 2006 – 2012 termasuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Sektor ekonomi potensial Kabupaten Samosir adalah sektor Pertanian dan sektor Jasa – jasa. Sektor ekonomi yang memiliki prospek paling baik adalah sektor Jasa – jasa.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas kasihNya yang luar biasa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial di Kabupaten Samosir”.

Adapun skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan tahun akademik 2013/2014.

Skripsi ini tidak terlepas dari jasa berbagai pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Karena itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Orang tua, Young Aye Nehe dan Sarma Sitanggang.

2. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec, Ac, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec selaku Ketua Departemen dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution , Msi selaku Sekretaris Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.Sc, Ph.D selaku Ketua Program Studi dan Bapak Paidi Hidayat, SE, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE selaku dosen pembimbing yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.


(4)

6. Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku dosen pembaca penilai yang telah memberikan masukan.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh Pegawai Departemen Ekonomi Pembangunan dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

9. Semua teman-teman Ekonomi Pembangunan stambuk 2007.

10.Semua pihak yang turut membantu penyelesaian skripsi ini, namun tidak dituliskan pada lembaran ini, penulis memohon maaf.

Tulisan ini masih jauh dari sempurna, karena itu semua kritik dan saran dari pembaca akan sangat berharga bagi penulis, demi perbaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membutuhkannya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih.

Medan, Juni 2014

Penulis


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK....……… i

DAFTAR ISI………. ii

DAFTAR TABEL………. iv

DAFTAR GAMBAR……… v

DAFTAR LAMPIRAN………. vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Perumusan Masalah……… 8

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi………... 10

2.1.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah………. 11

2.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi……… 12

2.2.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah………. 13

2.3 Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB)…... 18

2.3.1 Metode Perhitungan PDRB………... 19

2.4 Pola Pertumbuhan Ekonomi………. 21

2.5 Sektor Potensial……….... 21

2.6 Penelitian Terdahulu………. 21

2.7 Kerangka Konseptual……… 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian………. 27

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………... 27

3.3 Batasan Operasional………. 27

3.4 Jenis Data………. 27


(6)

3.6 Teknik Analisis………... 28

3.6.1 Tipologi Klassen………. 28

3.6.2 Location Quotient……….. 30

3.6.3 Analisis Model Rasio Pertumbuhan………... ... 32

3.6.4 Analisis Overlay………. 33

3.6.5 Analisis Trend……… 34

3.7 Definisi Operasional………... 35

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Samosir……… 37

4.1.1. Kondisi Geografis………... 37

4.1.2. Administrasi Pemerintahan………. 38

4.1.3. Demografi………... 39

4.1.4. Kondisi Perekonomian……… 39

4.2. Analisis dan Pembahasan……… 41

4.2.1. Analisis Tipologi Klassen………... 41

4.2.2. Analisis Location Quotiens (LQ)……… 44

4.2.3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)…… 45

4.2.4. Analisis Overlay……….. 47

4.2.5. Analisis Trend………. 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan……… 55

5.2. Saran………. 56

DAFTAR PUSTAKA……….. 57


(7)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1.1 Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Samosir Atas

Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 4 1.2 Sumber Pertumbuhan PDRB Kabupaten Samosir Atas

Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun

2006 – 2012 (persen) 6

1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Samosir Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 –

2012 (persen) 7

3.1 Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi

Klassen 30

3.2 Keterangan Hasil Analisis LQ dan MRP 34 4.1 Luas Wilayah Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten

Samosir 2012 38

4.2 Data Kecamatan, Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten

Samosir 2012 39

4.3 PDRB, PDRB Perkapita, dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir ADHK 2000, Tahun 2006 – 2012 40 4.4 Hasil Analisis Tipologi Klassen 43 4.5 Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir Menurut Tipologi Klassen Tahun 2006 – 2012 44 4.6 Hasil Analisis LQ Kabupaten Samosir Kabupaten Samosir

Tahun 2006 – 2012 45

4.7 Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten Samosir

Tahun 2006 – 2012 47

4.8 Hasi Analisis Overlay Sektor Ekonomi di Kabupaten Samosir

Tahun 2006 – 2012 48

4.9 Peramalan Nilai LQ Kabupaten Samosir Tahun 2013 – 2019 50 4.10 Peramalan Nilai RPs Kabupaten Samosir Tahun 2013 – 2019 51 4.11 Peramalan Nilai RPr Sumatera Utara Tahun 2013 – 2019 52 4.12 Hasil Analisis Overlay Kabupaten Samosir dengan mengguna


(8)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Halaman

2.1 Kerangka Konseptual 26


(9)

ABSTRAK

Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah memberikan kesempatan bagi pemerintah dan masyarakat di daerah untuk membangun daerahnya secara mandiri. Sektor – sektor ekonomi daerah perlu dikembangkan sebagai sektor potensial. Kabupaten Samosir sebagai salah satu daerah agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam mengembangkan potensi daerah yang dimiliki untuk meningkatkan pembangunan ekonomi di Kabupaten Samosir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir, mengetahui sektor potensial Kabupaten samosir, dan untuk mengetahui prospek sektor – sektor ekonomi di Kabupaten Samosir.

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan, baik laju pertumbuhan, kontribusi, dan perkapitanya. Alat analisi yang digunakan adalah Tipologi Klassen, Location Quotients (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), overlay, dan Trend. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir periode tahun 2006 – 2012 termasuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Sektor ekonomi potensial Kabupaten Samosir adalah sektor Pertanian dan sektor Jasa – jasa. Sektor ekonomi yang memiliki prospek paling baik adalah sektor Jasa – jasa.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia meliputi pembangunan segala aspek kehidupan yang pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan landasan pembangunan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang menuju masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan nasional tersebut perlu memperhatikan pembangunan daerah, karena pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan di daerah.

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya-sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. Pertumbuhan ekonomi daerah merupakan gambaran dari hasil kerja pemerintah daerah dalam mensejahterakan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh keunggulan komparatif suatu daerah, spesialisasi wilayah, serta potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Oleh karena itu pemanfaatan


(11)

dan pengembangan seluruh potensi ekonomi menjadi prioritas utama yang harus digali dan dikembangkan dalam melaksanakan pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan (Arsyad, 1999).

Resesi perekonomian pada tahun 1997 merupakan hal yang menjadi pemicu gelombang reformasi yang melatarbelakangi disahkannya kebijakan otonomi daerah. Penetapan otonomi daerah ini ditandai dengan keluarnya UU No 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintah Daerah. Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah memiliki wewenang untuk menggali pendapatan dan melakukan peran alokasi secara mandiri dalam menetapkan prioritas pembangunan. Sehingga dengan adanya otonomi daerah diharapkan dapat lebih memeratakan pembangunan berdasarkan potensi masing-masing daerah.

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara atau wilayah dalam satu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pasar pada tahun bersangkutan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada tahun


(12)

(2005) mendefenisikan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebagai Produk Domestik Bruto di bagian wilayah yang merupakan agregasi dari Nilai Tambah Bruto (NTB) dari semua unit produsen residen di suatu region tertentu. Nilai Tambah yang dimaksud berasal dari output (nilai produksi) dikurangi biaya antara, yang mencakup komponen – komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Kabupaten Samosir merupakan hasil pemekaran dari induknya Kabupaten Toba Samosir yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 36 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Samosir Dan Kabupaten Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara, yang diresmikan pada tanggal 7 Januari 2004 oleh Menteri Dalam Negeri atas nama Presiden Republik Indonesia. Kabupaten Samosir memiliki letak wilayah yang sangat strategis, selain itu kita juga mengetahui bahwa wilayah kabupaten Samosir dikelilingi oleh Danau Toba. Oleh karena itu berbagai macam aspek kegiatan perekonomian dapat dilaksanakan di daerah tersebut. Baik sektor perikanan, pariwisata, pertanian, dan kehutanan. Hal tersebut dapat meningkatkan pendapatan lokal sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

PDRB Kabupaten Samosir disumbang oleh 9 (Sembilan) sektor yaitu: Pertanian; Pertambangan dan Penggalian; Industri Pengolahan; Listrik, Gas dan Air Bersih; Bangunan; Perdagangan, Hotel dan Restoran; Pengangkutan dan Komunikasi; Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; Jasa – Jasa.


(13)

Tabel 1.1.

Laju Pertumbuhan Riil PDRB Kabupaten Samosir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 – 2012 (persen) Lapangan Usaha

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertanian 3,77 4,81 5,16 5,17 5,58 5,71 5,66 Pertambangan dan Penggalian 3,52 4,33 4,90 5,21 6,27 8,06 8,59 Industri Pengolahan 3,84 1,74 2,12 2,50 3,25 4,18 4,04 Listrik, Gas, dan Air Bersih 2,50 6,09 6,86 8,26 9,49 9,92 10,55 Bangunan 4,77 9,32 9,78 9,88 10,25 10,77 10,55 Perdagangan, Hotel dan Rest. 3,32 4,38 5,08 5,20 5,40 6,50 6,75 Pengangkutan dan Komunikasi 3,47 3,72 4,59 5,00 5,85 6,35 7,24 Keu. Persewaan dan Jasa

Perusahaan

2,78 2,93 4,27 4,96 5,48 7,90 10,27

Jasa – Jasa 3,35 4,26 4,58 4,87 5,76 6,44 6,74 Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)

3,64 4,59 5,00 5,10 5,59 5,96 6,07

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, PDRB Samosir 2006 – 2012

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir tahun 2012 yang digambarkan melalui Laju Pertumbuhan PDRB ADHK 2000 sebesar 6,07 persen. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan yang positif meskipun pertumbuhan melambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 2011. Namun pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir selama tahun 2012 masih berada di bawah laju pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yaitu mencapai 6,22 persen. Laju tersebut menurun jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahun 2011 sebelumnya yaitu 6,63 persen.


(14)

Secara sektoral/ lapangan usaha pada tahun 2012 laju petumbuhan yang tertinggi dialami berada pada sektor bangunan dan sektor listrik, gas, dan air bersih yaitu masing-masing sebesar 10,55 persen. Laju pertumbuhan tersebut di atas mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan bila dibanding tahun 2010. Sumber Pertumbuhan yang diberikan oleh sektor ini terhadap total pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir sebesar 0,04 persen. Sektor listrik, gas dan air bersih dengan laju pertumbuhan sektoral sebesar 10,55 persen, sumber pertumbuhan yang diberikan adalah sebesar 0.02 persen.

Kontribusi yang terbesar terhadap total pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir pada tahun 2012 diberikan oleh sektor pertanian, yaitu sebesar 3,85 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 5,66 persen disusul oleh sektor jasa – jasa yaitu sebesar 1,24 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 6,74 persen, sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 0,59 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 6,75 persen serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 0,20 persen dengan laju pertumbuhan sebesar 10.27 persen.


(15)

Tabel 1.2.

Sumber Pertumbuhan PDRB Kabupaten Samosir Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2006 – 2012 (persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 2,56 3,27 3,51 3,52 3,80 3,89 3,85 Pertambangan dan Penggalian 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Industri Pengolahan 0,06 0,03 0,03 0,04 0,05 0,06 0,05 Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,02 Bangunan 0,01 0,03 0,03 0,03 0,04 0,04 0,04 Perdagangan, Hotel dan Rest. 0,29 0,38 0,44 0,45 0,47 0,57 0,59 Pengangkutan dan Komunikasi 0,04 0,04 0,05 0,05 0,06 0,07 0,08 Keu. Persewaan dan Jasa

Perusahaan

0,06 0,06 0,08 0,10 0,11 0,15 0,20

Jasa – Jasa 0,62 0,78 0,84 0,89 1,05 1,18 1,24 Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB)

3,64 4,59 5,00 5,10 5,59 5,96 6,07

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2006 – 2012

Kabupaten Samosir memiliki struktur perekonomian agraris. Ekonomi Kabupaten Samosir didominasi oleh sektor pertanian. Sektor pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian besar penduduknya.

Kontribusi sektor ekonomi terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Samosir dapat dilihat pada tabel berikut.


(16)

Tabel 1.3.

Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Kabupaten Samosir Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 – 2012

(Persen)

Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 67.82 67.96 68.07 68.12 68.12 67.95 67.69 Pertambangan dan

Penggalian

0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.04

Industri Pengolahan 1.50 1.46 1.42 1.39 1.36 1.33 1.31 Listrik, Gas, dan Air

Bersih

0.13 0.13 0.13 0.13 0.14 0.14 0.15

Bangunan 0.30 0.32 0.33 0.35 0.36 0.38 0.39

Perdagangan, Hotel dan Rest.

8.71 8.70 8.70 8.71 0.70 8.74 8.80

Pengangkutan dan Komunikasi

1.11 1.10 1.09 1.09 1.10 1.10 1.11

Keu. Persewaan dan Jasa Perusahaan

1.98 1.95 1.94 1.93 1.93 1.97 2.04

Jasa – Jasa 18.41 18.35 18.28 18.24 18.27 18.35 18.47 Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB)

100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara, 2006 – 2012

Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Kabupaten Samosir yaitu sebesar 67,69 persen. Disusul oleh sektor jasa – jasa yaitu sebesar 18,47 persen, sektor perdagangan hotel dan restoran sebesar 8,80 persen, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 2,04 persen.


(17)

Sektor unggulan harus menjadi prioritas utama dalam pembangunan ekonomi, sehingga pertumbuhan ekonomi lebih optimal. Maka penggalian informasi tentang sektor potensial yang harus dikembangkan dalam suatu daerah harus terus dilakukan. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial Kabupaten Samosir”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan bahwa masalah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir?

2. Sektor ekonomi apakah yang potensial untuk dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Samosir?

3. Bagaimana prospek sektor – sektor ekonomi di Kabupaten Samosir? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian:

1. Untuk menganalisis pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir

2. Untuk menganalisis sektor potensial yang perlu dikembangkan sebagai penunjang pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Samosir


(18)

Manfaat Penelitian:

1. Untuk memperluas wawasan ilmiah penulis mengenai bidang yang diteliti

2. Sebagai tambahan informasi bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian dengan topik yang sejenis.

3. Sebagai tambahan informasi dan bahan kajian tentang potensi pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Samosir sehingga pemerintah daerah dapat lebih mengembangkan daerahnya.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pembangunan Ekonomi

Menurut Adam Smith (1776) terdapat dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk. Pada pertumbuhan output total terdapat tiga unsur pokok dari sistem produksi suatu negara ialah sumber daya alam yang tersedia, sumber daya insani dan stok barang modal yang ada. Menurut Adam Smith, sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jika suatu saat nanti semua sumber daya alam tersebut telah digunakan secara penuh maka pertumbuhan output pun akan berhenti. Sedangkan sumber daya insani memiliki peranan yang pasif dalam proses pertumbuhan output dan stok modal merupakan unsur produksi yang secara aktif menentukan tingkat output. Sedangkan pada pertumbuhan penduduk, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsisten yaitu tingkat upah yang pas-pasan untuk hidup.

Malthus (1820), menyoroti hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pertambahan penduduk. Menurut Malthus kenaikan jumlah penduduk yang terus menerus merupakan unsur yang perlu untuk adanya tambahan permintaan, tetapi kenaikan jumlah penduduk saja tanpa dibaringi dengan kemajuan faktor-faktor atau unsur-unsur perkembangan yang lain sudah tentu tidak akan menaikan


(20)

memperbesar keuntungan-keuntungan para kapitalis dan mendorong mereka untuk terus berproduksi.

Karl Marx (1867), memandang proses kemajuan ekonomi sebagai proses evolusi sosial. Menurutnya, faktor pendorong perkembangan ekonomi adalah kemajuan teknologi. Barang modal yang ada bukan merupakan milik pribadi (pemilik modal), melainkan milik bersama. Manusia bekerja bukan sekadar untuk makan, tetapi sebagai bagian dari ekspresi diri.

Arthur Lewis (1954), menjelaskan bahwa pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan meningkatkan pertumbuhan sektor industri. Menurut Lewis, syarat yang dibutuhkan untuk menjadikan sektor industri sebagai mesin pertumbuhan adalah investasi (barang modal) di sektor industri harus ditingkatkan. Pada saat yang bersamaan, upah kerja di sektor industri harus ditetapkan lebih tinggi dari tingkat upah di sektor pertanian. Perbedaan tingkat upah tersebut akan menarik pekerja di sektor pertanian pindah ke sektor industri. 2.1.1. Teori Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya – sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad, 1999).

Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif,


(21)

perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, dan transformasi pengetahuan (Adisasmita, 2005). Pembangunan regional sebaiknya lebih memperhatikan keunggulan-keunggulan dan karakteristik khusus suatu daerah. Pembangunan juga harus dapat meningkatkan pendapatan per kapita dari penduduk tersebut dan akan meningkatkan daya tarik daerah untuk menarik investor-investor baru untuk menanamkan modalnya di daerah, yang pada akhirnya akan mendorong kegiatan ekonomi yang lebih tinggi (Kuncoro, 2000).

2.2. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Kuznets dalam Jhingan (2008), pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi bagi para penduduknya. Definisi ini memiliki 3 komponen utama, yaitu pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat. Menurut Boediono (1999), pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output dalam jangka panjang. Pengertian ini mencakup tiga aspek, yaitu proses, output perkapita, dan jangka panjang. Boediono (1999) juga menyebutkan secara lebih lanjut bahwa Pertumbuhan ekonomi juga berkaitan dengan kenaikan ”output


(22)

perkapita”. Dalam pengertian ini, teori tersebut harus mencakup teori mengenai pertumbuhan GDP dan teori mengenai pertumbuhan penduduk.

Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perluasan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999).

2.2.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi (Tarigan,2005). Perhitungan Pendapatan Wilayah pada awalnya dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riel, artinya dinyatakan dalam harga konstan.

Ada beberapa teori pertumbuhan ekonomi wilayah yang biasa kita kenal diantaranya: (1) Teori Ekonomi Klasik; (2) Teori Harrod-Domar; (3) Teori Solow-Swan; (4) Teori Jalur Cepat (Turnpike); (5) Teori Basis - Ekspor dan; (6) Model Interregional.

(1). Teori Ekonomi Klasik

Inti ajaran Adam Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan kegiatan ekonomi apa yang dirasanya terbaik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem ekonomi pasar bebas akan menciptakan


(23)

efisiensi, membawa ekonomi kepada kondisi full employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stasioner (stationary state). Pemerintah tidak perlu mencampuri urusan perekonomian. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian. Pandangan Smith kemudian dikoreksi oleh Keynes (1936) dengan mengatakan bahwa untuk menjamin pertumbuhan yang stabil pemerintah perlu menetapkan kebijakan fiskal (perpajakan dan perberbelanjaan pemerintah), kebijakan moneter (tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar), dan pengawasan.

(2). Teori Harrod – Domar Dalam Sistem Regional

Teori ini didasarkan pada asumsi:

1. perekonomian bersifat tertutup,

2. hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan,

3. proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return to scale), serta 4. tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan

tingkat pertumbuhan penduduk.

Atas dasar asumsi-asumsi khusus tersebut, Harrod-Domar membuat analisis dan menyimpulkan bahwa pertumbuhan jangka panjang yang mantap ( seluruh kenaikan produksi dapat diserap oleh pasar) hanya bisa tercapai apabila terpenuhi syarat – syarat keseimbangan sebagai berikut.


(24)

Di mana: g = growth (tingkat pertumbuhan output)

k = capital (tingkat pertumbuhan modal)

n = tingkat pertumbuhan angkatan kerja

Untuk perekonomian daerah, Harry W. Richardson mengatakan bahwa kekakuan di atas diperlunak oleh kenyataan bahwa perekonomian daerah bersifat terbuka. Artinya, faktor-faktor produksi/ hasil produksi yang berlebihan dapat diekspor dan yang kurang dapat diimpor. Impor dan tabungan adalah kebocoran-kebocoran dalam menyedot output daerah. Sedangkan ekspor dan investasi dapat membantu menyedot output kapasitas penuh dari faktor-faktor produksi yang ada di daerah tersebut.

(3). Teori Solow – Swan

Model Solow – Swan menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Solow – Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara kapital (K) dan tenaga kerja (L)

Dalam kerangka ekonomi wilayah, Richardson menderivasikan rumus dari Solow - Swan menjadi sebagai berikut.

Yi = ai ki + ( 1 - ai ) ni + T Di mana:


(25)

ki = Tingkat pertumbuhan modal ni = Tingkat pertumbuhan tenaga kerja Ti = Kemajuan teknologi

a = Bagian yang dihasilkan oleh faktor modal

( 1 – a ) = Bagian yang dihasilkan oleh faktor di luar modal

(4). Teori Pertumbuhan Jalur Cepat

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat ( Turnpike ) diperkenalkan oleh Samuelson (1955). Menurut teori ini, setiap negara perlu melihat sektor/ komoditi apa yang memiliki potensi besar dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu yang relatif singkat dan volume sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar.

(5). Teori Basis Ekspor Richardson

Teori ini membagi kegiatan produksi/ jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service (pelayanan), atau disebut sektor nonbasis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan


(26)

pekerjaan service (nonbasis) adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Walaupun teori basis ekspor (esport base theory) adalah yang paling sederhana dalam membicarakan unsur – unsur pendapatan daerah, tetapi dapat memberikan kerangka teoritis bagi banyak studi empiris tentang multiplier regional. Jadi teori ini memberikan landasan yang kuat bagi studi pendapatan regional.

Teori basis ekspor membuat asumsi pokok bahwa ekspor adalah satu – satunya unsur eksogen (independen) dalam pengeluaran. Artinya, semua unsur pengeluaran lain terikat (dependen) terhadap pendapatan. Jadi, satu – satunya yang bisa meningkat secara bebas adalah ekspor. Ekspor tidak terikat di dalam siklus pendapatan daerah. Asumsi kedua ialah bahwa fungsi pengeluaran dan fungsi impor bertolak dari titik nol sehingga tidak akan berpotongan (intercept). Harry W. Richardson dalam bukunya dalam bukunya Elements of Regional Economics (Tarigan, 2005) memberi uraian sebagai berikut.

Yi = (Ei – Mi) + Xi Di mana:

Yi = pendapatan daerah Ei = pengeluaran daerah Mi = impor daerah Xi = ekspor daerah


(27)

Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor – faktor yang bersifat eksogen. Selain itu, model basis ekspor hanya membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daerah tetangga. Model ini memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya maka dinamakan model interregional. Dalam model ini diasumsikan bahwa selain ekspor pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan erat. Richardson (Tarigan, 2005) dengan memanipulasi rumus pendapatan yang dikemukakan pertama kali oleh Keynes, merumuskan model interregional ini sebagai berikut.

Yi = Ci + Ii + Gi + Xi - Mi Di mana:

Yi = Pendapatan daerah Ci = Konsumsi daerah Ii = Investasi daerah

Gi = Pengeluaran pemerintah daerah Xi = Ekspor daerah

Mi = Impor daerah

2.3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Pengukuran PDRB dapat disajikan melalui 2 (dua) jenis pendekatan antara lain yaitu:


(28)

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku merupakan jumlah seluruh Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit – unit produksi dalam suatu periode tertentu yang dinilai dengan harga tahun yang bersangkutan. NTB atas dasar harga berlaku yang didapat dari pengurangan NPB/ Output dengan biaya masing – masing dinilai atas dasar harga berlaku.

b). PDRB Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).

Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan pengertiannya sama dengan Atas Dasar Harga Berlaku, tetapi penilaiannya dilakukan dengan harga tahun dasar tertentu. NTB Atas Dasar Harga Konstan menggambarkan perubahan volume/ quantum. Pengaruh perubahan harga telah dihilangkan dengan cara menilai produksi dengan harga suatu tahun dasar tertentu. Penghitungan atas dasar konstan berguna untuk melihat pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau sektoral.

2.3.1. Metode Penghitungan PDRB

Ada dua metode yang dapat dipakai untuk menghitung PDRB, yaitu Metode Langsung dan Metode Tidak Langsung.

1. Metode Langsung

Penghitungan didasarkan sepenuhnya pada data daerah, hasil penghitungannya mencakup seluruh produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh daerah tersebut. Pemakaian metode ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan


(29)

Berdasarkan Pendekatan Produksi, PDRB merupakan jumlah Nilai Tambah Bruto (NTB) atau nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh unit – unit produksi di suatu wilayah dalam periode tertentu. Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB/ Output ) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Unit – unit produksi tersebut akan dikelompokkan menjadi 9 (Sembilan) lapangan usaha yaitu : 1. Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, dan Kehutanan, 2. Pertambangan dan Penggalian, 3. Industri Pengolahan, 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih, 5. Bangunan, 6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran, 7. Pengangkutan dan Komunikasi, 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, 9. Jasa – jasa termasuk pelayanan pemerintah.

b). Pendekatan Pendapatan

Berdasarkan Pendekatan Pendapatan, PDRB adalah jumlah seluruh balas jasa yang diterima oleh faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan. c). Pendekatan Pengeluaran

Berdasarkan Pendekatan Pengeluaran, PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari : (1) Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga dan Lembaga Swasta Nirlaba, (2) Konsumsi Pemerintah, (3) Pembentukan Modal Tetap Bruto, (4) Perubahan Stok, dan (5) Ekspor Neto (ekspor dikurangi impor). 2. Metode Tidak Langsung (Alokasi)


(30)

Dengan Metode Tidak Langsung/ Alokasi, nilai tambah suatu kelompok ekonomi dihitung dengan mengalokasikan nilai tambah nasional ke dalam masing – masing kelompok kegiatan ekonomi pada tingkat regional. Sebagai alokator digunakan indikator yang paling besar pengaruhnya atau erat kaitannya dengan produktivitas kegiatan ekonomi tersebut.

2.4. Pola Pertumbuhan Ekonomi

Menurut Sumitro (Erawati, 2012), pertumbuhan ekonomi bersangkut paut dengan proses pembangunan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan hasil pendapatan. Perbedaan pertumbuhan ekonomi akan membawa masing-masing daerah membentuk suatu pola pertumbuhan dimana dapat digolongkan dalam klasifikasi tertentu untuk mengetahui potensi relatif perekonomian suatu daerah yang dapat dilihat dengan menggunakan analisis Klassen Typology.

2.5. Sektor Potensial

Potensi ekonomi suatu daerah adalah kemampuan ekonomi yang ada di daerah yang mungkin dan layak dikembangkan sehingga akan terus berkembang menjadi sumber penghidupan rakyat setempat bahkan dapat menolong perekonomian daerah secara keseluruhan untuk berkembang dengan sendirinya dan berkesinambungan (Soeparmoko, 2002).

2.6. Penelitian Terdahulu

Mangun (2007), tentang “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Propinsi Sulawesi Tengah”, menggunakan data sekunder kurun waktu tahun 2000-2005. Model analisis yang digunakan yakni Analisis LQ, Shift-Share,


(31)

Tipologi Klassen serta Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak satupun Kabupaten/Kota yang masuk kriteria pertama yakni notasi overlay ketiga komponen bertanda positif (+++), sebaliknya terdapat 4 Kabupaten yang memiliki sektor ekonomi yang bernotasi negatif untuk ketiga komponen (---) dengan sektor yang sama. Demikian pula hasil analisis Shift – Share menunjukkan bahwa tidak terdapat sektor yang mempunyai keunggulan kompetitif di semua Kabupaten/Kota di Propinsi Sulawesi Tengah, tetapi memiliki spesialisasi. Di Propinsi Sulawesi Tengah tidak ada Kabupaten/Kota masuk Tipologi daerah cepat maju dan cepat tumbuh dan Tipologi daerah berkembang cepat. Tiga Kabupaten/Kota masuk Tipologi daerah maju tapi tertekan dan 7 Kabupaten masuk Tipologi daerah tertinggal. Kabupaten Tojo Una-Una mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan wilayah semua sektor basis yang dimilikinya.

Safitri (2009), tentang “Analisis Potensi Ekonomi Derah Kabupaten Pati Pada Periode Sebelum Dan Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah (Periode 1995 – 2006)” menggunakan data sekunder yang berupa variabel PDRB beserta komponenkomponennya di Kabupaten Pati dan Propinsi Jawa Tengah. Adapun metode analisis data yang digunakan antara lain Analisis Shift-Share, analisis LQ dan DLQ, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), analisis Overlay, analisis Indeks Spesialisasi, analisis tekanan penduduk dan daya dukung lahan serta Human Development Index (HDI). Selain itu, untuk menguji apakah terjadi peran sector ekonomi pada periode sebelum dan selama pelaksanaan otonomi daerah digunakan uji beda dua mean untuk sampel berpasangan. Dari hasil perhitungan


(32)

uji beda dua mean didapat hasil bahwa komponen Dij dan Mij yang berbeda secara significant (thit < ttsb) pada periode sebelum dan selama pelaksanaan otonomi daerah, sedangkan komponen Cij dan Nij tidak berbeda secara significant pada kedua era tersebut. Hasil analisis LQ menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan sektor basis pada kedua periode, hal ini diperkuat dengan uji beda dua mean. Berdasarkan analisis MRP menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan sektor potensial pada kedua periode, hal ini diperkuat dengan uji beda dua mean. Hasil analisis Overlay menunjukkan bahwa sektor unggulan pada periode sebelum otonomi daerah adalah sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; listrik, gas dan air bersih; dan keuangan, sewa dan jasa perusahaan. Pada periode selama pelaksanaan otonomi daerah, sector unggulan Kabupaten Pati adalah sektor pertanian; listrik, gas dan air bersih; keuangan, sewa dan jasa perusahaan; dan jasa-jasa. Berdasarkan analisis indeks spesialisasi didapat hasil bahwa pola pertumbuhan ekonomi baik pada era sebelum maupun pada era otonomi daerah adalah semakin menyebar/tidak terspesialisasi. Dari pengujian beda 2 mean didapat hasil bahwa perubahan koefisien spesialisasi antara kedua era tersebut tidak terdapat perbedaan yang significant.

Rosyetti (2011), tentang “Analisis Sektor Potensial Kabupaten Kuantan Singingi”, menggunakan data time series 2001 – 2005. Metode yang digunakan adalah metode Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share. Dari hasil pengamatan, diperoleh temuan : (a) sektor potensial yang berpotensi dalam meningkatkan perekonomian dan penyerapan tenaga kerja adalah sektor pertanian. Sektor jasa kurang berpotensi dalam peningkatkan perekonomian daerah dan


(33)

penyerapan tenaga kerja. (b) Perubahan struktur ekonomi terjadi pada sektor pertambangan. Faktor spatial atau lokasional yang menguntungkan menyebabkan berpotensinya sektor pertambangan dalam meningkatkan kesempatan kerja wilayah.

Erawati (2012), tentang “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Dan Sektor Potensial Kabupaten Klungkung”, menggunakan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan, baik pertumbuhan, kontribusi dan per kapitanya, dan data jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja. Metode analisis dengan menggunakan alat analisis Tipologi Klassen, Location Quotients (LQ), Model Rasio Pertumbuhan (MRP), Overlay, dan Rasio Penduduk Pengerjaan (RPP). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Klungkung periode 2008-2010 berada pada zone daerah makmur yang sedang menurun. Sektor ekonomi yang potensial dikembangkan, yaitu sektor bangunan dan jasa-jasa. Dari sektor-sektor tersebut muncul beberapa sub sektor yang potensial, yaitu sub sektor jasa swasta. Peluang/kesempatan kerja yang diciptakan sektor bangunan rata hanya 3,01 persen dan sektor jasa rata-rata 5,96 persen, masih sangat minim bila dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten Klungkung.

Umaroh (2012), tentang “Analisis Sektor Unggulan Dalam Meningkatkan Perekonomian Dan Pembangunan Di Wilayah Kabupaten Probolinggo”, menggunakan data time series 2005 – 2009. Alat analisis yang digunakan adalah Klassen Typologi, Location Quotient, Shift Share. Hasil dari analisis Klassen Typologi dengan pendekatan sektoral, menunjukkan bahwa sektor pertambangan


(34)

dan penggalian menduduki kuadran I yaitu sektor maju dan tumbuh cepat. Disusul oleh sektor pertanian pada kuadran II yaitu sektor maju tetapi tertekan. Hasil perhitungan LQ terdapat dua sektor yang menjadi basis perekonomian Kabupaten Probolinggo yang dapat diprioritaskan menjadi sektor unggulan pada tahun 2005-2009 yaitu sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran.

Putra (2013), tentang “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten Dan Kota Di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”, menggunakan data sekunder dalam kurun waktu tahun 2006-2010. Model analisis yang digunakan yakni Analisis LQ, Shift-Share, Tipologi Klassen serta Model Rasio Pertumbuhan (MRP). Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kabupaten/kota mempunyai potensi masing-masing sesuai dengan kondisinya. Sektor Petanian, Sektor pertambangan dan penggalian, sektor Industri pengolahan serta sektor jasa-jasa merupakan sektor basis yang dominan di Provinsi DIY karena 3 Kabupatennya mempunyai basis/unggulan di sektor ini; sedangkan sektor lainnya bervariasi khusus sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pengangkutan dan komunikasi hanya dimiliki Kota Yogyakarta sekaligus sebagai Kota yang paling banyak memiliki sektor basis sama seperti Kabupaten Sleman (5 Sektor basis). Kota Yogyakarta masuk dalam Tipologi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Kemudian Kabupaten Sleman yang masuk dalam Tipologi daerah berkembang cepat. Tiga kabupaten lainnya masuk dalam tipologi daerah relatif tertinggal. Dari hasil analisis LQ, Shift-Share, Tipologi daerah dan pertumbuhan sektoral dapat ditentukan kabupaten/kota yang menjadi prioritas pengembangan sektor-sektor unggulan yang dimiliki. Kota Yogyakarta


(35)

dan Kabupaten gunung Kidul mempunyai prioritas pertama untuk pengembangan wilayah atas semua sektor basis yang dimilikinya.

2.7. Kerangka Konseptual

Perekonomian daerah dapat dinilai dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapitanya. Dari total PDRB dapat dilihat sektor apa yang menjadi sektor potensial suatu daerah. Sementara dari pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita dapat ditentukan pola pertumbuhan ekonomi daerah tersebut. Dengan merujuk pada sektor potensial dan pola pertumbuhan ekonomi daerah, maka pemerintah dapat mengambil kebijakan untuk pembangunan ekonomi daerah.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Pembangunan Ekonomi Daerah

Perekonomian Daerah

Kebijakan Pemerintah Daerah

Pola Pertumbuhan

Ekonomi Potensi Wilayah

PDRB

Prospek Sektor Ekonomi


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Samosir dalam pada tahun akademis 2006 – 2012. Pemilihan Kabupaten Samosir sebagai lokasi penelitian adalah sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara dengan pertumbuhan ekonomi yang rendah namun memiliki banyak sumber daya untuk dikembangkan, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia.

3.3. Batasan Operasional

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka variabel yang akan digunakan adalah, Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB), Pertumbuhan Ekonomi, dan Sektor Potensial.

3.4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka dan berkala (time series)


(37)

dengan kurun waktu tujuh tahun (2006-2012). Sumber data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan melalui bahan bahan kepustakaan berupa buku-buku, tulisan-tulisan ilmiah, jurnal, artikel, dan laporan-laporan penelitian yang ada hubungannya dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan melakukan pencatatan langsung berupa data time series dari tahun 2006-2012 dari BPS Provinsi Sumatera Utara. 3.6. Teknik Analisis

Untuk menjawab permasalahan pertama, maka diperlukan alat analisis sebagai berikut:

3.6.1. Tipologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan alat analisis tipologi daerah yang digunakan untuk mengetahui pola daan struktur pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi dan Pendapatan Domestik Regional Bruto per kapita (PDRB per kapita). Dengan menggunakan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata PDRB per kapita sebagai sumbu horizontal, kemudian daerah yang diamati dapat dibagi ke dalam empat klasifikasi atau bidang kuadran, yaitu :

Kuadran I : Daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh (high growth and high income), memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan


(38)

perkapita yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Kuadran II : Daerah maju tapi tertekan (high income but low growth), memiliki pendapatan perkapita lebih tinggi, tetapi tingkat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Kuadran III : Daerah yang berkembang cepat (high growth but low income), memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, tetapi tingkat pendapatan yang lebih rendah dibandingkan dengan rata–rata Provinsi Sumatera Utara.

Kuadran IV : Daerah yang relatif tertinggal (low growth and low income), memiliki tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Sumatera Utara.

Analisis pola pertumbuhan ekonomi dengan Tipologi Klassen secara rinci dapat di lihat pada Tabel 3.1.


(39)

Tabel 3.1.

Klasifikasi Pola Pertumbuhan Ekonomi Menurut Tipologi Klassen

PDRB per kapita (y)

Laju

Pertumbuhan (r)

ydi > yni (+) (tinggi)

ydi < yni (-) (rendah)

rdi > rni (+) (tinggi)

Tipe I Daerah Makmur

Tipe II Daerah tertinggal

dalam

proses membangun rdi < rni (-)

(rendah)

Tipe III

Daerah makmur yang sedang menurun

(potensial untuk tertinggal)

Tipe IV Daerah tertinggal

Sumber: Arsyad (2010) Keterangan :

rdi : laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Samosir rni : laju pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara ydi : PDRB per kapita Kabupaten Samosir

yni : PDRB per kapita Provinsi Sumatera Utara

Untuk menjawab permasalahan kedua, maka diperlukan alat analisis sebagai berikut:

3.6.2. Location Quotient

Location Quotient (LQ) merupakan suatu metode untuk menghitung perbandingan relatif sumbangan nilai tambah sebuah sektor di suatu daerah (kabupaten/kota) terhadap nilai tambah sektor yang bersangkutan dalam skala


(40)

menganalisis dan menghitung potensi ekonomi (sektor-sektor ekonomi) yang dimiliki suatu daerah yang terdiri atas sektor basis dan sektor non basis. Dengan menggunakan metode LQ ini maka akan diketahui sektor-sektor apa saja yang menjadi sektor unggulan penunjang pembangunan dan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Rumus LQ adalah sebagai berikut :

LQ

ij

=

dimana :

LQij : Koefisien Location Quotient

Yij : PDRB sektor i di Kabupaten Samosir (Rupiah) Yj : PDRB Kabupaten Samosir (Rupiah)

Yi : PDRB sektor I di Provinsi Sumatera Utara (Rupiah) Y : PDRB Provinsi Sumatera Utara (Rupiah)

Kriteria hasil perhitungan koefisien LQ adalah jika suatu sektor memiliki koefisien LQ > 1, mengindikasikan adanya kegiatan ekspor di sektor tersebut atau sektor basis, dan sekaligus mengindikasikan bahwa sektor tersebut merupakan sektor yang berpotensi (sektor unggulan) dalam meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Namun bila suatu sektor memilki koefisien LQ < 1, mengindikasikan tidak ada kegiatan ekspor di sektor tersebut atau disebut sektor non basis, yang berarti bahwa sektor tersebut tidak/kurang potensional (unggul) untuk meningkatkan pembangunan dan pertumbuhan


(41)

ekonomi di daerah tersebut. Dalam perhitungan nilai koefisien LQ ini, penulis menggunakan data PDRB menurut lapangan usaha Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) 2000.

3.6.3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan

Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP) merupakan kegiatan membandingkan pertumbuhan suatu kegiatan baik dalam skala yang lebih kecil maupun dalam skala yang lebih luas. Terdapat dua rasio pertumbuhan dalam analisis tersebut, yaitu rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr) dan rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs).

1) RPr =

∆ ∆

2) RPs =

∆ ∆

Dimana:

RPr : Rasio pertumbuhan wilayah Provinsi Sumatera Utara. RPs : Rasio pertumbuhan wilayah Kabupaten Samosir.

ΔYin : Yin(t+1) - Yin(t) adalah perubahan PDRB Provinsi Sumatera Utara di sektor i.


(42)

ΔYn : Yn(t+1) - Yn(t) perubahan PDRB Provinsi Sumatera Utara.

Yn(t) : PDRB Provinsi Sumatera Utara pada tahun awal periode penelitian. ΔYij : Yij(t+1) - Yij(t) adalah perubahan PDRB Kab. Samosir di sektor i. Yij(t) : PDRB Kabupaten Samosir di sektor i tahun awal periode penelitian. ΔYj : Yj(t+1) – Yj(t) perubahan PDRB Kabupaten Samosir.

Yj(t) : PDRB Kabupaten Samosir pada tahun awal periode penelitian. 3.6.4. Analisis Overlay

Analisis Overlay dilakukan untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial dikembangkan di Kabupaten Samosir, berdasarkan kriteria pertumbuhan dan kriteria kontribusi. Dalam hal ini teknik Overlay dilakukan untuk menunjukkan hasil kombinasi analisis LQ dan MRP. Koefien dari komponen Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr), Rasio Pertumbuhan Wilayah Studi (RPs) dan Location Quotient (LQ) disamakan satuannya dengan diberikan notasi Positif (+) yang berarti koefisien komponen bernilai lebih dari satu dan Negatif (-) berarti kurang dari satu. RPr bernotasi positif berarti pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibanding pertumbuhan total diwilayah referensi. RPs bernotasi positif berarti pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama diwilayah referensi. Sedangkan LQ bernotasi positif berarti kontribusi sektor i terhadap PDRB di wilayah studi lebih tinggi dibanding kontribusi sektor yang sama terhadap PDRB di wilayah referensi. Ringkasnya dapat dibuat sebagai berikut.


(43)

Tabel 3.2.

Keterangan Hasil Analisis LQ dan MRP

Notasi Keterangan Analisis

RPr + Bermakna bahwa pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan total di wilayah referensi.

RPs + Bermakna bahwa pertumbuhan sektor i lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah referensi.

LQ + Bermakna bahwa kontribusi sektor i terhadap PDRB di wilayah studi lebih tinggi dibandingkan kontribusi sektor yang sama terhadap PDRB di wilayah referensi.

RPr - Bermakna bahwa pertumbuhan sektor i lebih rendah dibandingkan pertumbuhan total di wilayah referensi.

RPs - Bermakna bahwa pertumbuhan sektor i lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah referensi.

LQ - Bermakna bahwa pertumbuhan sektor i lebih rendah dibandingkan pertumbuhan sektor yang sama di wilayah referensi.

Untuk menjawab permasalahan ketiga, maka diperlukan alat analisis sebagai berikut.

3.6.5. Analisis Trend

Analisis trend merupakan analisis data time series untuk mengamati kecenderungan data dan meramalkan kondisi yang akan datang. Dalam penelitian ini, analisis trend digunakan untuk melihat prospek setiap sektor ekonomi di Kabupaten Samosir kedepan. data analisis trend ini menggunakan data hasil perhitungan LQ. Metode LQ ini dipergunakan untuk menganalisis dan menghitung potensi ekonomi (sektor-sektor ekonomi) yang dimiliki suatu daerah yang terdiri atas sektor basis dan sektor non basis.


(44)

Dalam penelitian ini menggunakan data time series selama tujuh tahun yaitu mulai tahun 2006 sampai tahun 2012, untuk mengetahui bagaimana prospek sector ekonomi ke depan dengan peramalan selama lima tahun ke depan. Berikut persamaan linear untuk peramalan sektor ekonomi yaitu:

Yn = a + bXn

Keterangan :

Y : variabel nilai LQ tahun ke n X : variabel waktu (tahun). a : konstanta

b : parameter a : ΣY / N

b : ΣXY/ΣX2

3.7. Definisi Operasional Variabel

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah PDRB Kabupaten Samosir dan PDRB Provinsi Sumatera Utara, atas dasar harga konstan dalam satuan rupiah.

2. Pertumbuhan Ekonomi adalah persentase perubahan PDRB Kabupaten Samosir dan persentase perubahan PDRB Provinsi Sumatera Utara dari tahun ke tahun, atas dasar harga konstan dalam satuan persen.

3. Sektor Potensial adalah sektor yang memiliki keunggulan atau kelebihan, dilihat dari besar peranan sektor tersebut di Kabupaten Samosir terhadap besar peranan sektor tersebut di Provinsi Sumatera Utara.


(45)

4. Prospek sektor ekonomi adalah gambaran perkembangan sektor – sektor ekonomi di Kabupaten Samosir.


(46)

BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Kabupaten Samosir 4.1.1. Kondisi Geografis

Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah kabupaten di Provinsi Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Samosir terletak di antara 2°21’38” - 2°49’48” Lintang Utara dan 98°24’00” - 99°01’48” Bujur Timur dengan ketinggian antara 904 – 2157 meter di atas permukaan laut. Batas – batas wilayah Kabupaten Samosir, yaitu:

- Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

- Sebelah Selatan :Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Humbang Hasundutan

- Sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Barat - Sebelah Timur : Kabupaten Toba Samosir

Keadaan topografi dan kontur tanahnya beraneka ragam, yaitu datar, landai, miring dan terjal. Struktur tanahnya labil dan berada pada jalur gempa tektonik dan vulkanik.

Menurut kecamatan, wilayah daratan yang paling luas adalah Kecamatan Harian dengan luas 560,45 km2 (38,81 persen). Sedangkan wilayah daratan yang paling sempit adalah Kecamatan Sitiotio dengan luas 50,76 km2 (3,51 persen).


(47)

Tabel 4.1

Luas Wilayah Daratan Menurut Kecamatan di Kabupaten Samosir 2012

Kecamatan Luas Area (km2) Persentase Terhadap Luas

Kabupaten Samosir

Sianjur Mulamula 140,24 9,71

Harian 560,45 38,81

Sitiotio 50,76 3,51

Onanrunggu 60,89 4,22

Nainggolan 87,86 6,08

Palipi 129,55 8,97

Ronggurnihuta 94,87 6,57

Pangururan 121,43 8,41

Simanindo 198,20 13,72 Kabupaten Samosir 1444,25 100,00

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Daerah Kabupaten Samosir tergolong daerah beriklim tropis basah dengan suhu berkisar antara 17° C - 29° C dan rata-rata kelembaban udara sebesar 85,04 persen.

4.1.2. Administratif Pemerintahan

Wilayah administrasi Pemerintah Kabupaten Samosir Tahun 2012 terdiri dari 9 kecamatan dengan 134 desa / kelurahan, yaitu 128 desa dan 6 kelurahan.


(48)

Tabel 4.2

Data Kecamatan, Jumlah Desa dan Kelurahan di Kabupaten Samosir 2012

Kecamatan Desa Kelurahan Jumlah

Sianjur Mulamula 12 0 12

Harian 13 0 13

Sitiotio 8 0 8

Onanrunggu 12 0 12

Nainggolan 13 2 15

Palipi 17 0 17

Ronggurnihuta 8 0 8

Pangururan 25 3 28

Simanindo 20 1 21

Kabupaten Samosir 128 6 134

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara 4.1.3. Demografi

Jumlah penduduk Kabupaten Samosir tahun 2012 adalah 121.594 jiwa dengan kepadatan penduduk 50 jiwa/km2, dan 29.775 rumah tangga dengan rata – rata banyaknya anggota rumah tangga 4,08 jiwa. Sex Ratio Kabupaten Samosir adalah sebesar 98,65 artinya jika ada 10.000 perempuan maka ada 9.865 laki – laki di Kabupaten Samosir pada tahun 2012, dimana jumlah penduduk laki – laki adalah sebanyak 60.384 jiwa dan jumlah penduduk perempuan adalah sebanyak 61.210 jiwa.

4.1.4. Kondisi Perekonomian

Kondisi perekonomian suatu wilayah secara makro dapat digambarkan oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan indikator ini seringkali digunakan sebagai alat ukur tingkat pertumbuhan ekonomi maupun struktur


(49)

perekonomian sektoral. PDRB Kabupaten Samosir pada tahun 2012 atas dasar harga konstan 2000 sebesar 1.189,69 milyar meningkat sebesar 68,07 milyar dibandingkan tahun 2011 sebesar 1.121,62 milyar. Bila nilai PDRB Kabupaten Samosir ini dibandingkan dengan jumlah penduduk, maka didapatkan bahwa PDRB perkapita Kabupaten Samosir pada tahun 2012 atas dasar harga konstan 2000 adalah sebesar Rp. 9.784.130 dengan jumlah penduduk 121.594 jiwa. PDRB perkapita ini semakin meningkat dari tahun sebelumnya, dimana pada tahun 2011, PDRB perkapita Kabupaten Samosir adalah sebesar Rp. 9.287.060.

Tabel 4.3

PDRB, PDRB Perkapita, dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir Atas Dasar Harga Konstan 2000, Tahun 2006 – 2012

Tahun PDRB (Juta Rupiah)

PDRB Perkapita (Rupiah)

Pertumbuhan Ekonomi

(%)

2006 868.588,78 7.066.230 3.64

2007 908.457,60 7.439.480 4.59

2008 953.851,03 7.864.480 5.00

2009 1.002.459,21 8.323.170 5.10

2010 1.058.485,11 8.846.290 5.59

2011 1.121.617,00 9.287.060 5.96

2012 1.189.691,10 9.784.130 6.07

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Kabupaten Samosir memiliki pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Bila diperhatikan trennya, dari tahun 2006 hingga 2012, PDRB Kabupaten Samosir terus mengalami peningkatan, hingga pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir adalah 6,07 persen.


(50)

Gambar 4.1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir 4.2. Analisis dan Pembahasan

4.2.1. Analisis Tipologi Klassen (Pola Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir)

Untuk menentukan pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir digunakan metode Tipologi Klassen. Tipologi Klassen membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal. Daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi yaitu : 1. Daerah cepat maju dan cepat tumbuh (High growth and high income) adalah laju pertumbuhan PDRB dan pendapatan perkapita lebih tinggi dari rata -rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita rata- rata provinsi.

0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

Pertumbuhan

 

Ekonomi

 

Samosir

Pertumbuhan Ekonomi Samosir


(51)

2. Daerah maju tapi tertekan. (high income but low growth ) yaitu daerah yang relatif maju, tapi dalam beberapa tahun terakhir laju pertumbuhan menurun akibat tertekannya kegiatan utama daerah yang bersangkutan. Daerah ini merupakan daerah yang telah maju tapi di masa mendatang pertumbuhannya tidak akan begitu cepat walaupun potensi pengembangan yang dimiliki pada dasarnya sangat besar. Daerah ini mempunyai pendapatan perkapita lebih tinggi tapi tingkat pertumbuhan ekonominya lebih rendah dibandingkan rata- rata provinsi.

3. Daerah berkembang cepat (high growth but low income) adalah daerah yang dapat berkembang cepat dengan potensi pengembangan yang dimiliki sangat besar tapi belum diolah sepenuhnya secara baik. Tingkat pertumbuhan ekonomi daerah sangat tinggi, namun tingkat pendapatan perkapita yang mencerminkan dari tahap pembangunan yang telah dicapai sebenarnya masih relatif rendah. Daerah ini memiliki tingkat pertumbuhan tinggi tetapi tingkat pendapatan perkapita lebih rendah dibandingkan dengan rata- rata provinsi.

4. Daerah relatif tertinggal (low growth and low income ) adalah daerah yang masih mempunyai tingkat pertumbuhan dan pendapatan perkapita lebih rendah dari pada rata- rata provinsi.

Pada Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pola dan struktur pertumbuhan Kabupaten Samosir diklasifikasikan ke dalam kuadran IV, yaitu daerah yang relatif tertinggal, yang memberikan arti bahwa tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita Kabupaten Samosir lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara


(52)

hasil analisis tipologi klassen berdasarkan laju pertumbuhan dan PDRB perkapita Kabupaten Samosir yang dibandingkan dengan Provinsi Sumatera Utara periode tahun 2006-2012 yaitu Kabupaten Samosir memiliki laju pertumbuhan yang lebih rendah (-) dan PDRB perkapita lebih rendah (-) daripada Provinsi Sumatera Utara.

Tabel 4.4

Hasil Analisis Tipologi Klassen

PDRB Perkapita Kategori Laju Pertumbuhan Kategori Tahun Samosir Sumut Samosir Sumut

2006

7,066,230

7,494,360 rendah (-)

3.64

6.20 rendah (-) 2007

7,439,480

7,926,530 rendah (-)

4.59

6.90 rendah (-) 2008

7,864,480

8,344,280 rendah (-)

5.00

6.39 rendah (-) 2009

8,323,170

8,675,860 rendah (-)

5.10

5.07 tinggi (+) 2010

8,846,290

9,110,780 rendah (-)

5.59

6.42 rendah (-) 2011

9,287,060

9,660,520 rendah (-)

5.96

6.63 rendah (-) 2012

9,784,130

10,174,790 rendah (-)

6.07

6.22 rendah (-)

Rata-rata

8,372,977

8,769,589 rendah (-)

5.14

6.26 rendah (-) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara

Dari hasil analisis tipologi klassen ini terlihat bahwa pola dan struktur pertumbuhan Kabupaten Samosir diklasifikasikan ke dalam kuadran IV, yaitu daerah yang relatif tertinggal, yang memberikan arti bahwa tingkat pertumbuhan dan pendapatan per kapita Kabupaten Samosir lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan dan pendapatan perkapita Provinsi Sumatera Utara


(53)

Tabel 4.5

Klasifikasi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Samosir Menurut Tipologi Klassen Tahun 2006-2012 PDRB

per kapita (y)

Laju

Pertumbuhan (r)

ydi > yni (+) (tinggi)

ydi < yni (-) (rendah)

rdi > rni (+) (tinggi)

Tipe I Daerah Makmur

Tipe II

Daerah tertinggal dalam proses membangun

rdi < rni (-) (rendah)

Tipe III Daerah makmur yang

sedang menurun (potensial untuk

tertinggal)

Tipe IV (Samosir) Daerah tertinggal

Sumber : Tabel 4.4 (data diolah)

4.2.2. Analisis Location Quotients (LQ)

Untuk mengetahui sektor potensial di suatu daerah, alat analisis yang digunakan adalah dengan melihat nilai Location Quotients (LQ), yang merupakan perbandingan kontribusi masing – masing sektor terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Samosir dengan PDRB Provinsi Sumatera Utara. Jika nilai LQ > 1, maka sektor tersebut dapat dikatakan sektor potensial (basis). Apabila nilai LQ < 1 maka sektor tersebut bukan merupakan sektor potensial (non basis). Pada Tabel 4.6 hasil analisis LQ menunjukkan bahwa tahun 2006-2012, hanya ada 2 (dua) sektor yang nilai LQnya lebih besar dari satu, yaitu sektor pertanian dan sektor jasa – jasa.


(54)

Tabel 4.6

Hasil Analisis LQ Kabupaten Samosir Tahun 2006 - 2012

Lap Usaha LQ Kabupaten Samosir

Rata-rata 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Pertanian 2.79 2.84 2.86 2.86 2.88 2.93 2.96 2.87 Pertambangan & Penggalian 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 Industri Pengolahan 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 Listrik, gas & air bersih 0.16 0.17 0.18 0.18 0.19 0.19 0.20 0.18 Bangunan 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.05 0.06 0.05 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.48 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 0.47 Pengangkutan & Komunikasi 0.13 0.12 0.12 0.11 0.11 0.11 0.11 0.12 Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perush. 0.31 0.29 0.27 0.27 0.26 0.25 0.25 0.27 Jasa-Jasa 1.94 1.91 1.84 1.81 1.81 1.79 1.78 1.84

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Utara (data diolah)

Dari tabel di atas bisa disimpulkan bahwa yang menjadi sektor potensial atau basis di Kabupaten Samosir adalah sektor Pertanian dan sektor Jasa – jasa. 4.2.3. Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

Analisis model rasio pertumbuhan (MRP) merupakan salah satu alat analisis alternatif guna mendukung penentuan deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial bagi kabupaten Samosir. MRP ini memiliki kemiripan dengan LQ, perbedaannya terletak pada cara menghitung, jika LQ menggunakan distribusi sedangkan MRP menggunakan kriteria pertumbuhan. Pendekatan MRP dapat dibagi menjadi dua, yaitu: (1) rasio pertumbuhan wilayah referensi (RPr), dan (2) rasio pertumbuhan wilayah studi (RPs). RPr membandingkan pertumbuhan masing – masing kegiatan dalam konteks Provinsi Sumatera Utara dengan PDRB Provinsi Sumatera Utara (lingkup Provinsi). Analisis yang lebih jauh


(55)

Kabupaten Samosir dengan PDRB wilayah Kabupaten Samosir (lingkup regional). Jika nilai RPr lebih besar dari 1 maka RPr dikatakan (+) dan jika RPr lebih kecil dari 1 maka RPr dikatakan (-). RPr (+) menunjukkan bahwa pertumbuhan suatu kegiatan tertentu dalam tingkat Provinsi Sumatera Utara lebih tinggi dari pertumbuhan PDRB Provinsi Sumatera Utara. Demikian pula sebaliknya jika RPr (-). Sedangkan RPs membandingkan pertumbuhan kegiatan dalam tingkat wilayah Kabupaten Samosir dengan pertumbuhan kegiatan yang bersangkutan pada tingkat Provinsi Sumatera Utara. Bila pertumbuhan suatu kegiatan pada tingkat wilayah Kabupaten Samosir lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kegiatan tersebut pada tingkat wilayah Provinsi Sumatera Utara diidentifikasikan sebagai (+), demikian sebaliknya jika RPs (-).

Dari hasil analisis LQ sebelumnya diperoleh 2 sektor basis di Kabupaten Samosir dilihat dari sisi kontribusi. Dalam analisis MRP ini akan dilanjutkan terhadap pertumbuhan kedua sektor tersebut. Dari Tabel 4.7 dapat dilihat bahwa sektor basis yang memiliki nilai RPr positif yaitu sektor Jasa – jasa. Sedangkan sektor basis yang memiliki RPs positif adalah sektor Pertanian dan sektor Jasa – jasa.


(56)

Tabel 4.7

Hasil Analisis Model Rasio Pertumbuhan Kabupaten Samosir Tahun 2006 - 2012

No Lapangan Usaha RPr RPs

Nilai Tanda Nilai Tanda

1 Pertanian 0.84 - 1.00 +

2 Pertambangan & Penggalian 0.70 - 1.14 +

3 Industri Pengolahan 0.55 - 0.54 -

4 Listrik, gas & air bersih 0.78 - 1.57 +

5 Bangunan 1.19 + 1.89 +

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 1.09 + 1.03 + 7 Pengangkutan & Komunikasi 1.44 + 1.00 + 8

Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan 1.72 + 1.08 +

9 Jasa-Jasa 1.25 + 1.01 +

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara (data diolah) 4.2.4. Analisis Overlay

Analisis Overlay merupakan gabungan dari perhitungan LQ dan MRP untuk mendapatkan hasil identifikasi kegiatan sektor yang unggul, baik dari sisi kontribusi maupun sisi pertumbuhannya (Yusuf,1999).

Dalam analisis ini kriteria kontribusi yang dipergunakan adalah nilai LQ rata-rata selama periode 2006-2012, sedangkan untuk kriteria pertumbuhan dalam analisis MRP digunakan nilai RPs rata-rata selama periode 2006-2012. Hasil analisis overlay pada Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang sangat dominan dikembangkan sebagai sektor potensial di Kabupaten Samosir dengan LQ dan nilai MRP positif selama periode tahun 2006-2012 yaitu dari sektor Pertanian dan sektor Jasa-jasa.


(57)

Tabel 4.8

Hasil Analisis Overlay Sektor Ekonomi di Kabupaten Samosir Tahun 2006-2012

No Lapangan Usaha LQ (kontribusi)

MRP

(pertumbuhan) Gabungan Nilai Tanda Nilai Tanda

1 Pertanian 2.87 + 1.00 + + +

2 Pertambangan & Penggalian 0.03 - 1.14 + - + 3 Industri Pengolahan 0.06 - 0.54 - - - 4 Listrik, gas & air bersih 0.18 - 1.57 + - +

5 Bangunan 0.05 - 1.89 + - +

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.47 - 1.03 + - + 7 Pengangkutan & Komunikasi 0.12 - 1.00 + - + 8

Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan 0.27 - 1.08 + - +

9 Jasa-Jasa 1.84 + 1.01 + + +

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Utara (data diolah)

Salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan di Kabupaten Samosir adalah sektor Pertanian. Hal ini didukung beberapa hal, yaitu lahan yang bisa dikembangkan untuk pertanian masih sangat luas. Selain itu ekosistem Samosir yang merupakan ekosistem hujan tropis juga sangat baik untuk pertanian. Bentangan hutan yang panjang juga memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Namun harus diikuti oleh kebijakan untuk tetap menjaga keberadaan hutan. Selain sektor Pertanian yang potensial di Kabupaten samosir adalah sektor Jasa – jasa. Terutama pada sub sektor Pemerintahan Umum, yang terdiri dari upah dan gaji rutin pegawai Pemerintah Daerah Kabupaten Samosir.

Jika kedua sektor ini dikembangkan sebagai sektor potensial/basis diharapkan dapat menunjang pertumbuhan sektor-sektor lainnya sehingga kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Samosir dapat lebih meningkat dan sektor potensial di Kabupaten Samosir juga lebih beragam di masa mendatang. Namun


(58)

pengembangan sektor pertanian sebagai sektor potensial memiliki kendala antara lain jenis tanah yang berbatu dan tingkat keasaman (Ph) juga tinggi, jadi perlu penanganan khusus untuk meningkatkan kesuburan lahan.

4.2.5. Analisis Trend

Dalam penelitian ini, analisis trend digunakan untuk melihat prospek setiap sektor ekonomi di Kabupaten Samosir kedepan yaitu tahun 2013 sampai tahun 2019. Data untuk analisis trend ini menggunakan data hasil perhitungan LQ dan MRP (yaitu Rps dan Rpr) dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 sampai tahun 2012 seperti perhitungan Ovelay untuk menggambarkan deskripsi ekonomi. Berikut persamaan linear untuk peramalan sektor ekonomi dalam analisis trend yaitu:

Yn = a + bXn

Keterangan :

Y : variabel nilai LQ tahun ke n X : variabel waktu (tahun). a : konstanta

b : parameter a : ΣY / N

b : ΣXY/ΣX2

Berdasarkan persamaan linear di atas dapat diramalkan bagaimana perkembangan sektor ekonomi kabupaten samosir dari tahun 2013 sampai 2019 menggunakan data hasil perhitungan LQ dan MRP (yaitu RPr dan RPs) dari tahun sebelumnya yaitu tahun 2006 sampai tahun 2012 yaitu:


(59)

Tabel 4.9

Peramalan Nilai LQ Kabupaten Samosir tahun 2013 – 2019

No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rata-rata Notasi 1 Pertanian 2.98 3.00 3.03 3.05 3.08 3.10 3.13 3.05 + 2

Pertambangan &

Penggalian 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 0.03 - 3 Industri Pengolahan 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 - 4 Listrik, gas & air bersih 0.21 0.22 0.22 0.23 0.24 0.24 0.25 0.23 - 5 Bangunan 0.06 0.06 0.06 0.06 0.06 0.07 0.07 0.06 - 6

Perdagangan, Hotel &

Restoran 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 0.46 - 7

Pengangkutan &

Komunikasi 0.10 0.10 0.10 0.09 0.09 0.09 0.09 0.09 - 8

Keuangan, Persewaan, &

Jasa Perusahaan 0.23 0.22 0.21 0.20 0.19 0.18 0.17 0.20 - 9 Jasa-Jasa 1.74 1.71 1.68 1.66 1.63 1.61 1.58 1.66 +

Sumber: data diolah

Nilai LQ menggambarkan bagaimana kontribusi sektor-sektor ekonomi kedepan yaitu tahun 2013 sampai 2019. Dalam periode ini terdapat dua sektor yang berkontribusi besar terhadap perekonomian Kabupaten Samosir yaitu sektor pertanian dan sektor jasa-jasa.


(60)

Tabel 4.10

Peramalan Nilai RPs Kabupaten Samosir tahun 2013 sampai 2019

No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rata-rata Notasi 1 Pertanian 0.78 0.77 0.75 0.74 0.72 0.71 0.70 0.74 - 2 Pertambangan & Penggalian 0.64 0.62 0.61 0.59 0.58 0.56 0.54 0.59 - 3 Industri Pengolahan 0.45 0.43 0.40 0.38 0.36 0.33 0.31 0.38 - 4 Listrik, gas & air bersih 1.15 1.25 1.34 1.43 1.53 1.62 1.71 1.43 + 5 Bangunan 1.14 1.13 1.12 1.11 1.10 1.09 1.08 1.11 + 6

Perdagangan, Hotel &

Restoran 1.18 1.21 1.23 1.26 1.28 1.31 1.33 1.26 + 7 Pengangkutan & Komunikasi 1.43 1.42 1.42 1.42 1.41 1.41 1.41 1.42 + 8

Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan 1.87 1.90 1.94 1.98 2.01 2.05 2.09 1.98 + 9 Jasa-Jasa 1.15 1.13 1.10 1.08 1.05 1.03 1.00 1.08 +

Sumber: data diolah

Nilai RPs menunjukkan gambaran pertumbuhan sektor ekonomi Kabupaten Samosir tahun 2013 – 2019. Dari tabel di atas dapat dilihat sektor yang diramalkan memiliki pertumbuhan paling tinggi adalah sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar 1,98. Kemudian sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih, sebesar 1,43, disusul sektor Pengangkutan dan Komunikasi sebesar 1,42. Sementara sektor Pertanian, sektor Pertambangan dan Penggalian, dan sektor Industri Pengolahan memiliki nilai RPs ramalan negatif, yang artinya pertumbuhan ketiga sektor tersebut diramalkan negatif.

Nilai RPr pada tabel di bawah menunjukkan gambaran pertumbuhan sektor – sektor ekonomi di Provinsi Sumatera Utara. Sektor yang diramalkan memiliki pertumbuahn yang paling tinggi adalah sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan sebesar 2,11, sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih sebesar 2,04 dan sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,71.


(61)

Tabel 4.11

Peramalan Nilai RPr Sumatera Utara tahun 2013 sampai 2019

No Sektor 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Rata-rata Notasi 1 Pertanian 0.92 0.91 0.89 0.87 0.85 0.83 0.81 0.87 - 2

Pertambangan &

Penggalian 1.46 1.55 1.63 1.71 1.79 1.87 1.95 1.71 +

3 Industri Pengolahan 0.76 0.81 0.87 0.92 0.97 1.03 1.08 0.92 - 4 Listrik, gas & air bersih 1.84 1.91 1.98 2.04 2.11 2.18 2.25 2.04 + 5 Bangunan 1.70 1.66 1.61 1.57 1.52 1.47 1.43 1.57 + 6

Perdagangan, Hotel &

Restoran 1.11 1.13 1.15 1.17 1.19 1.21 1.23 1.17 +

7

Pengangkutan &

Komunikasi 1.21 1.27 1.32 1.37 1.43 1.48 1.53 1.37 +

8

Keuangan, Persewaan, &

Jasa Perusahaan 1.67 1.81 1.96 2.11 2.25 2.40 2.55 2.11 + 9 Jasa-Jasa 1.14 1.17 1.20 1.24 1.27 1.30 1.34 1.24 +

Sumber: data diolah

Hasil perhitungan peramalan nilai LQ dan MRP dengan menggunakan analisis trend dapat dianalisis lebih lanjut dengan metode overlay. Overlay bertujuan untuk menggambarkan deskripsi kegiatan ekonomi Kabupaten Samosir selama tahun 2013 sampai 2019. Setelah nilai permalan hasil LQ dan MRP selama delapan tahun diberikan notasi positif atau negative berdasarkan hasil rata-rata. Notasi positif jika nilai LQ dan MRP lebih besar dari satu dan notasi negative jika nilai LQ dan MRP lebih kecil dari satu. Nilai LQ menggambarkan bagaimana kontribusi sektor-sektor ekonomi kedepan sedangkan nilai MRP menggambarkan pertumbuhan sektor tersebut.


(62)

Tabel 4.12

Hasil Analisis Overlay Kabupaten Samosir Dengan Menggunakan Analisis Trend Tahun 2013 -2019

No Lapangan Usaha LQ (kontribusi)

MRP

(pertumbuhan) Gabungan

Rata-rata Tanda

Rata-rata Tanda

1 Pertanian 3.05 + 0.86 - + -

2 Pertambangan & Penggalian 0.03 - 1.70 + - + 3 Industri Pengolahan 0.06 - 0.92 - - - 4 Listrik, gas & air bersih 0.23 - 2.04 + - +

5 Bangunan 0.06 - 1.56 + - +

6 Perdagangan, Hotel & Restoran 0.46 - 1.16 + - + 7 Pengangkutan & Komunikasi 0.10 - 1.37 + - + 8

Keuangan, Persewaan, & Jasa

Perusahaan 0.20 - 2.10 + - +

9 Jasa-Jasa 1.66 + 1.23 + + +

Sumber: data diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan deskripsi perekonomian Kabupaten Samosir selama tahun 2013 sampai tahun 2019. Selama periode ini sektor yang memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian samosir adalah sektor jasa-jasa. Sektor jasa-jasa ini juga memiliki pertumbuhan yang cepat yaitu dengan rata-rata sekitar 1,23 selama tahun 2013 sampai tahun 2019. Dengan demikian sektor jasa-jasa merupakan sektor yang memiliki kontribusi besar dan pertumbuhan cepat dan tinggi.

Sektor pertanian memiliki kontribusi paling besar dalam perekonomian Samosir dalam periode tahun 2013-2019 tetapi sektor pertanian ini mengalami pertumbuhan yang sangat lambat bahkan mengalami penurunan. Hal ini mengakibatkan sektor pertanian memiliki potensi yang menurun meskipun kontribusi terhadap perekonomian sangat besar.


(63)

Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran merupakan sektor dengan kontribusi ketiga terbesar di kabupaten Samosir meskipun nilai perhitungan LQ sektor ini masih dibawah satu, tetapi Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran memiliki tingkat pertumbuhan yang positif dan tinggi.

Pertumbuhan sektor ekonomi di Kabupaten Samosir yang paling tinggi adalah sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan tetapi sektor ini memiliki kontribusi yang kecil dalam perekonomian Kabupaten Samosir. Industri Pengolahan memiliki peranan yang kecil dan pertumbuhan yang lambat. Sektor

Listrik, gas & air bersih, Sektor Bangunan, Sektor Pengangkutan & Komunikasi memiliki kontribusi yang kecil tetapi pertumbuhannya cenderung tinggi.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka penulis mengungkapkan beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Dari hasil analisis Tipologi Klassen dapat disimpulkan bahwa Pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir dalam periode Tahun 2006-2012 termasuk dalam klasifikasi relatif tertinggal.

2. Hasil analisis Overlay menunjukkan bahwa sektor ekonomi potensial di Kabupaten Samosir dengan LQ dan nilai MRP positif selama periode 2006-2012 yaitu sektor Pertanian dan sektor Jasa – jasa.

3. Prospek sektor ekonomi di Kabupaten Samosir berdasarkan deskripsi perekonomian melelui peramalan analisis trend tahun 2013-2019 yaitu sektor jasa-jasa merupakan sektor yang memiliki kontribusi besar dan pertumbuhan cepat dan tinggi. sektor pertanian memiliki potensi yang menurun meskipun kontribusi terhadap perekonomian sangat besar. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran merupakan sektor dengan kontribusi ketiga terbesar di kabupaten Samosir dan memiliki tingkat pertumbuhan yang positif dan tinggi. sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan merupakan sektor dengan pertumbuhan paling tinggi tetapi sektor ini memiliki kontribusi yang kecil.


(65)

5.2. Saran

Dari hasil analisis dan pembahasan, maka penulis memberikan saran kepada pihak – pihak yang membutuhkan yaitu sebagai berikut:

1. Pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir yang relatif tertinggal dalam periode Tahun 2006-2012 harus diperbaiki dengan mengutamakan pengembangan sektor potensial/basis dengan tidak mengabaikan sektor non basis dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan sehingga PDRB dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Samosir dapat ditingkatkan. Sebaiknya peluang untuk perusahaan jasa swasta lebih besar lagi, dan pemberdayaan masyarakat petani yang sudah ada seperti PNPM tetap diberdayakan.

2. Sektor Jasa – jasa dan sektor pertanian yang memiliki prospek yang baik untuk menjadi sektor potensial pada periode Tahun 2013-2019 sebaiknya dimasukkan ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Samosir.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Nugraha Putra, 2013. “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Aisha Fitri Umaroh, 2012. “Analisis Sektor Unggulan Dalam Meningkatkan Perekonomian dan Pembangunan di Wilayah Kabupaten Probolinggo”. Skripsi. Universitas Jember, Jember.

Badan Pusat Statistik, 2012. Pendapatan Regional Kabupaten Samosir 2006-2012, BPS Sumatera Utara.

Boediono, 1999. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. Lincolin Arsyad, 1999. Pengantar Perencanaan Pembangunan Ekonomi Deaerah, Edisi Kedua, BPFE, Yogyakarta.

J. Supranto, 2000. Statistik, Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta.

Lincolin Arsyad, 2010. Ekonomi Pembangunan, Edisi Kelima, UPP STIE YKPN, Yogyakarta.

M.L. Jhingan, 2008. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Maulana Yusuf, 1999. “Model Rasio Pertumbuhan (MRP) Sebagai Salah Satu Analisis Alternatif dalam Perencanaan Wilayah dan Kota”, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Indonesia, Volume XLVII Nomor 2.

Mudrajad Kuncoro, 2000. Ekonomika Pembangunan: Teori, Masalah dan Kebijakan, Erlangga, Jakarta.

Ni Komang Erawati, 2012. “Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial Kabupaten Klungkung”. Tesis. Universitas Udayana, Bali.

Nudiatulhuda Mangun, 2007. “Analisis Potensi Ekonomi Kabupaten dan Kota di Provinsi Sulawesi Tengah”. Tesis. Universitas Diponegoro, Semarang. Panca Dian Safitri, 2009. “Analisis Potensi Ekonomi Daerah Kabupaten Pati pada

Periode Sebelum dan Selama Pelaksanaan Otonomi Daerah”. Skripsi. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Rahardjo H. Adisasmita, 2005. Dasar – Dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Robison Tarigan, 2005, Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Bumi Aksara, Medan.


(67)

Rosyetti, 2011. “Analisis Sektor Potensial Kabupaten Kuantan Singingi”, Jurnal Ekonomi UNRI, Volume 19 Nomor 01.

Soeparmoko, 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah, Edisi Pertama, Andi, Yogyakarta.

Suryana, 2000. Ekonomi Pembangunan: Problematika dan Pendekatan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.


(1)

2. Pertambangan & Penggalian

Pertambangan & Penggalian

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 0.94 -3 -2.82 9 2007-2008 0.98 -2 -1.96 4 2008-2009 1.02 -1 -1.02 1 2009-2010 1.12 1 1.12 1 2010-2011 1.35 2 2.7 4 2011-2012 1.42 3 4.26 9

Jumlah 6.83 0 2.28 28 Y = a + b Xn a = ΣY / N = 1.138333

b =ΣXY/ΣX2 = 0.081429

Tahun X a B

2013 1.464048 4 1.138333 0.081429 2014 1.545476 5 1.138333 0.081429 2015 1.626905 6 1.138333 0.081429 2016 1.708333 7 1.138333 0.081429 2017 1.789762 8 1.138333 0.081429 2018 1.87119 9 1.138333 0.081429 2019 1.952619 10 1.138333 0.081429 2020 2.034048 11 1.138333 0.081429 3. Industri Pengolahan

Industri Pengolahan

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 0.38000 -3 -1.14 9 2007-2008 0.42000 -2 -0.84 4 2008-2009 0.49000 -1 -0.49 1 2009-2010 0.58000 1 0.58 1 2010-2011 0.70000 2 1.4 4


(2)

Tahun X a B

2013 0.757143 4 0.54 0.054286 2014 0.811429 5 0.54 0.054286 2015 0.865714 6 0.54 0.054286 2016 0.92 7 0.54 0.054286 2017 0.974286 8 0.54 0.054286 2018 1.028571 9 0.54 0.054286 2019 1.082857 10 0.54 0.054286 2020 1.137143 11 0.54 0.054286 4. Listrik, gas & air bersih

Listrik, gas & air bersih

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 1.33000 -3 -3.99 9 2007-2008 1.37000 -2 -2.74 4 2008-2009 1.62000 -1 -1.62 1 2009-2010 1.70000 1 1.7 1 2010-2011 1.66000 2 3.32 4 2011-2012 1.74000 3 5.22 9

Jumlah 9.42 0 1.89 28 Y = a + b Xn a = ΣY / N = 1.57

b =ΣXY/ΣX2 = 0.0675

Tahun X a B

2013 1.84 4 1.57 0.0675 2014 1.9075 5 1.57 0.0675 2015 1.975 6 1.57 0.0675 2016 2.0425 7 1.57 0.0675 2017 2.11 8 1.57 0.0675 2018 2.1775 9 1.57 0.0675 2019 2.245 10 1.57 0.0675 2020 2.3125 11 1.57 0.0675


(3)

5. Bangunan

Bangunan

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 2.03000 -3 -6.09 9 2007-2008 1.96000 -2 -3.92 4 2008-2009 1.94000 -1 -1.94 1 2009-2010 1.83000 1 1.83 1 2010-2011 1.81000 2 3.62 4 2011-2012 1.74000 3 5.22 9

Jumlah 11.31 0 -1.28 28 Y = a + b Xn a = ΣY / N = 1.885

b =ΣXY/ΣX2 = -0.04571

Tahun X a b

2013 1.702143 4 1.885 -0.04571 2014 1.656429 5 1.885 -0.04571 2015 1.610714 6 1.885 -0.04571 2016 1.565 7 1.885 -0.04571 2017 1.519286 8 1.885 -0.04571 2018 1.473571 9 1.885 -0.04571 2019 1.427857 10 1.885 -0.04571 2020 1.382143 11 1.885 -0.04571 6. Perdagangan, Hotel & Restoran

Perdagangan, Hotel & Restoran

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 0.95000 -3 -2.85 9 2007-2008 1.02000 -2 -2.04 4 2008-2009 1.02000 -1 -1.02 1 2009-2010 0.97000 1 0.97 1 2010-2011 1.09000 2 2.18 4 2011-2012 1.11000 3 3.33 9


(4)

Tahun X a B 2013 1.108095 4 1.026667 0.020357

2014 1.128452 5 1.026667 0.020357 2015 1.14881 6 1.026667 0.020357 2016 1.169167 7 1.026667 0.020357 2017 1.189524 8 1.026667 0.020357 2018 1.209881 9 1.026667 0.020357 2019 1.230238 10 1.026667 0.020357 2020 1.250595 11 1.026667 0.020357 7. Pengangkutan & Komunikasi

Pengangkutan & Komunikasi

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 0.81000 -3 -2.43 9 2007-2008 0.92000 -2 -1.84 4 2008-2009 0.98000 -1 -0.98 1 2009-2010 1.05000 1 1.05 1 2010-2011 1.06000 2 2.12 4 2011-2012 1.19000 3 3.57 9

Jumlah 6.01 0 1.49 28 Y = a + b Xn a = ΣY / N = 1.001667

b =ΣXY/ΣX2 = 0.053214

Tahun X a b

2013 1.214524 4 1.001667 0.053214 2014 1.267738 5 1.001667 0.053214 2015 1.320952 6 1.001667 0.053214 2016 1.374167 7 1.001667 0.053214 2017 1.427381 8 1.001667 0.053214 2018 1.480595 9 1.001667 0.053214 2019 1.53381 10 1.001667 0.053214 2020 1.587024 11 1.001667 0.053214


(5)

8. Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 0.64000 -3 -1.92 9 2007-2008 0.85000 -2 -1.7 4 2008-2009 0.97000 -1 -0.97 1 2009-2010 0.98000 1 0.98 1 2010-2011 1.33000 2 2.66 4 2011-2012 1.69000 3 5.07 9

Jumlah 6.46 0 4.12 28 Y = a + b Xn a = ΣY / N = 1.076667

b =ΣXY/ΣX2 = 0.147143

Tahun X a B

2013 1.665238 4 1.076667 0.147143 2014 1.812381 5 1.076667 0.147143 2015 1.959524 6 1.076667 0.147143 2016 2.106667 7 1.076667 0.147143 2017 2.25381 8 1.076667 0.147143 2018 2.400952 9 1.076667 0.147143 2019 2.548095 10 1.076667 0.147143 2020 2.695238 11 1.076667 0.147143 9. Jasa-Jasa

Jasa-Jasa

Tahun RPs (Y) X XY X2 2006-2007 0.93000 -3 -2.79 9 2007-2008 0.92000 -2 -1.84 4 2008-2009 0.96000 -1 -0.96 1 2009-2010 1.03000 1 1.03 1 2010-2011 1.08000 2 2.16 4


(6)

Tahun X a B 2013 1.137857 4 1.005 0.033214

2014 1.171071 5 1.005 0.033214 2015 1.204286 6 1.005 0.033214 2016 1.2375 7 1.005 0.033214 2017 1.270714 8 1.005 0.033214 2018 1.303929 9 1.005 0.033214 2019 1.337143 10 1.005 0.033214 2020 1.370357 11 1.005 0.033214


Dokumen yang terkait

ANALISIS POLA PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN MAGETAN Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dan Sektor Potensial Kabupaten Magetan Tahun 2011-2015.

0 3 17

ANALISIS POLA PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH DAN SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN MAGETAN Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dan Sektor Potensial Kabupaten Magetan Tahun 2011-2015.

0 2 17

PENDAHULUAN Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi Daerah Dan Sektor Potensial Kabupaten Magetan Tahun 2011-2015.

0 2 9

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN JEPARA Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Jepara (Pendekatan Model Basis Ekonomi) (1995-2010).

0 3 15

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN JEPARA Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Jepara (Pendekatan Model Basis Ekonomi) (1995-2010).

0 2 15

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2005 -2009.

0 0 12

ANALISIS SEKTOR POTENSIAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN BANJARNEGARA.

0 1 1

ANALISIS POLA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN KLUNGKUNG

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Pembangunan Ekonomi - Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial di Kabupaten Samosir

0 4 17

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Analisis Pola Pertumbuhan Ekonomi dan Sektor Potensial di Kabupaten Samosir

0 0 9