RANCANGAN PEMANAS AIR METODOLOGI PENELITIAN

19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PEMANAS AIR

Gambar rancangan pemanas air dengan menggunakan bahan seng dan pipa tembaga. Disajikan pada Gambar 3.1 sampai Gambar 3.7.Gambar 3.1 memperlihatkan rancangan pemanas air, Gambar 3.2 memberikan informasi tentang lengkungan pipa dan diameternya, Gambar 3.3 memperlihatkan lengkungan pipa dan sirip tembaga yang sudah terpasang, Gambar 3.4 memperlihatkan tinggi lengkungan pipa dan sirip, Gambar 3.5 memberikan informasi tentang penutup bagian atas, Gambar 3.6 memperlihatkan pemanas air tampak dari bawah dan Gambar 3.7 memperlihatkan tinggi pemanas air. Gambar 3.1 Rancangan pemanas air Gambar 3.2 Lengkungan pipa Gambar 3.3 Lengkungan dan sirip Gambar 3.4 Sirip Gambar 3.5 Penutup Gambar 3.6 Pemanas air tampak dari bawah Gambar 3.7 Pemanas air tampak dari luar Skematis pengujian pada pemanas air telah tergambar dan dijelaskan pada Gambar 3.8. Gambar 3.8 Skema rangkaian alat Cara kerja dari pemanas air ini sebenarnya sangat sederhana yaitu sama seperti memasak air. Perbedaanya adalah terletak pada kondisikeadaan air yang dipanaskan. Pada pemanas air ini, air yang dipanaskan mengalir secara terus menerus. Oleh karena itu, agar kalor yang dihasilkan kompor dapat diserap secara maksimal maka dipasang sirip-sirip tembaga. Telah diketahui bahwa sirip-sirip tembaga berfungsi sebagai penyerap panas dan mengalirkan panas yang diterima dari nyala api pada pipa tembaga. Pemilihan bahan tembaga sebagai sirip dan pipa tembaga sebagai media untuk aliran air berdasarkan nilai konduktor termal bahan koefisien perpindahan kalor konduksi yaitu tembaga murni memiliki harga k = 386 Wm°C dan nilai ekonomimnya. Sebenarnya masih banyak bahan yang memiliki nilai konduktor termal lebih tinggi dibandingkan tembaga seperti emas dan perak. Akan tetapi jika dilihat dari segi ekonomi, tembaga lebih murah dibandingkan emas dan perak. Mekanisme perpindahan kalor yang terjadi pada pemanas air yaitu perpindahan kalor secara konduksi dan perpindahan kalor konveksi. Proses perpindahan kalor konveksi terjadi pada saat nyala api menyentuh sirip-sirip tembaga, kemudian, dari sirip-sirip tembaga panas yang diterima mengalir menuju pipa tembaga, proses ini disebut perpindahan kalor secara konduksi dan perpindahan panas secara konveksi terjadi dari pipa tembaga ke air yang mengalir. 3.2. PERALATAN DAN BAHAN 3.2.1. Alat yang Digunakan