2.2.5. Istilah-istilah dalam Penjadwalan
Dalam melakukan sebuah penjadwalan, terdapat beberapa istilah yang digunakan diantaranya adalah:
Processing time t
i
: waktu yang diiperlukan untuk menyelesaikan satu operasi termasuk persiapan dan pengaturan proses.
Due date d
i
: batas
waktu yang
perbolehkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan. Completion time c
i
: rentang waktu mulai dari awal t=0 sampai pekerjaan selesai dikerjakan.
Lateness L
i
: perbedaan antara Completion time dengan Due date, sehingga bisa positif + atau negative -.
L
i
= c
i
– d
i
Keterngan : positif yaitu saat penyelesaian memenuhi batas = tardy job.
Tardiness T
i
: keterlambatan penyelesaian suatu pekerjaan dari due date.
Slack time S
i
: waktu sisa yang tersedia bagi suatu pekerjaan waktu proses
– due date. S
i
= d
i
- t
i
Flow time F
i
: waktu antara dimana pekerjaan 1 telah siap untuk dikerjakan sampai pekerjaan selesai.
Waiting time W
i
: waktu tunggu pekerjaan 1 dari saat pekerjaan siap dikerjakan sampai saat operasi pendahuluan selesai.
Maskepan M
s
: jangka
penyelesaian suatu
penjadwalan penjumlahan seluruh waktu proses.
M
s
= C
max
Ready time R
i
: menunjukkan saat pekerjaan ke-I dapat dikerjakan siap dijadwalkan.
2.2.6. Tipe Lingkungan Penjadwalan
Lingkungan penjadwalan dalam suatu system produksi dapat dibedakan
beberapa macam
yang masing-masing
mempunyai karakteristik yang berbeda.
Tipe-tipe lingkungan penjadwalan dalam system produksi, antara lain: 1. Classic Job Shop
Karakteristik system produksi ini adalah produksi diskrit, alirannya kompleks, job unik dan part-part tidak multi purpose kegunaan.
2. Open Job Shop Sistem produksi ini hamper sama dengan job shop, tetapi
perbedaannya pada job yang berulang dan part yang multi purpose. Selain sistem produksi ini job-job yang dikerjakan sering kali
mempunyai alternative routing. 3. Batch Shop
Proses produksinya bisa diskrit atau kontinyu, aliran kurang komplek, banyak job berulang, part multi purpose, pengelompokkan dan
penentuan ukuran lot menjadi suatu yang penting.
4. Flow Shop Proses produksinya bisa diskrit atau kontinyu, aliran linear, job
mempunyai kemiringan yang tinggi, pengelompokan dan penentuan ukuran lot menjadi suatu yang penting.
5. BatchFlow Shop Mirip dengan flow shop, dengan perbedaan mempunyai proses batch
yang kontinyu. 6. Manufacturing Cell
Proses produksinya diskrit, mempunyai tipe open shop atau batch shop yang terotomatis.
7. Assembly Shop Versi perakitan Assembly Version dari open job shop atau batch
shop. 8. Assembly Line
Volume produksinya tinggi dan variasinya rendah. 9. Transfer Line
Sistem ini bercirikan volume produk sangat tinggi dan bervariasi rendah, fasilitas produksi yang linear dengan operasi yang
terotomatis. 10. Flexible Transfer Line
Versi yang lebih modern dari sel dan lini transfer dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan dari tingginya produksi ke item job shop.
2.3. Aturan Prioritas
Aturan prioritas digunakan untuk memenuhi job mana yang akan dikerjakan terlebih dahulu Baker; 1947 mengklasifikasikan aturan-aturan
prioritas ke dalam 2 tipe, yaitu: 1.
Aturan Prioritas Lokal Pada aturan prioritas ini penugasan didasarkan pada informasi yang
berkaitan dengan job yang berada pada antrian suatu mesin secara individual. Aturan yang termasuk pada tipe ini adalah:
Short Processing Time SPT Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses
terpendek. Aturan ini cenderung mengurangi work in process, mean flow serta mean lateness.
Least Work Remaining LWRK Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki sisa waktu
yang terpendek. Fisrt Come First Served FCFS
Most Work Remaining MWKR Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses
terbanyak. Most Operation Remaining MOPNR
Prioritas tertinggi diberikan pada job yang memiliki waktu proses terbanyak dan terpanjang.