BAB8 KEBIJAKAN FISKAL

BAB 8
KEBIJAKAN 
FISKAL

KEBIJAKAN FISKAL









Konsep, format, komponen APBN
Instrumen Kebijakan Fiskal
Penyeimbang otomatis/Built in Stability
Kebijakan fiscal dan Model Permintaan dan 
Penawaran Aggregat
Implementasi Kebijakan Fiskal
Mengevaluasi Kebijakan Fiskal

Utang Negara
Kesinambungan Fiskal /Fiscal Sustainability

KEBIJAKAN FISKAL
Kebijakan fiskal adalah kebijakan pemerintah dalam bidang 
anggaran dan belanja negara yang bertujuan untuk 
mempengaruhi jalannya perekonomian
Kebijakan fiskal bukan semata‐mata kebijakan dibidang 
perpajakan, akan tetapi menyangkut bagaimana mengelola 
pemasukan dan pengeluaran negara untuk mempengaruhi 
perekonomian.
Jenis Kebijakan fiskal : kebijakan fiskal deskresioner 
(menyangkut kebijakan anggaran belanja –surplus atau defisit) 
dan kebijakan fiskal Penstabil Otomatik berupa pajak, asuransi 
pengangguran dan kebijakan harga minimum)

LATAR BELAKANG KEBIJAKAN FISKAL

1. Semakin diperlukannya peran pemerintah dalam 
perekonomian

2. Kegagalan kebijakan Moneter menangani ketidakstabilan 
ekonomi terutama yang berhubungan dengan 
ketenagakerjaan (pengangguran terbuka semakin 
meningkat)
3. Pembagian dan distribusi pendapatan sebagian besar 
terkonsentrasi pada kelompok tertentu tertentu yang 
mendominasi perekonomian

FUNGSI DAN TUJUAN KEB. FISKAL
•Fungsi kebijakan fiskal :
– Fungsi alokasi
– Fungsi distribusi
– Fungsi stabilisasi
•Tujuan kebijakan Fiskal





Mencegah pengangguran

Stabilitas harga
Untuk mendorong investasi sosial secara optimal
Meningkatkan stabilitas ekonomi ditengah 
ketidakstabilan internasional
– Untuk meningkatkan dan meredistribusikan Pendapatan 
Nasional

MACAM KEBIJAKAN FISKAL
•Pembiayaan Fungsional
•Pengelolaan anggaran
•Stabilisasi anggaran otomatis
•Anggaran belanja seimbang (kebijakan anggaran 
belanja defisit untuk mengatasi depresi dan 
pengangguran. Bila terjadi inflasi maka kebijakan 
anggaran surplus dilakukan)

Macam Kebijakan Stabilisasi

1. Kebijakan Fiskal (dipelopori kaum Keynesian)
2. Kebijakan Moneter (Monetarist misalnya Milton 

Friedman)
3. Kebijakan Upah dan Pendapatan
4. Kebijakan Industri dan Perdagangan

HAMBATAN DALAM KEBIJAKAN STABILISASI
1. Kebijakan pemerintah yang “setengah hati” dan salah menggunakan 
rujukan “resep” ekonomi, sehingga yang seharusnya tetap disubsidi 
dihapusnya subsidinya. Yang seharusnya harga diturunkan, malah dinaikan
2. Adanya sebagian masyarakat pelaku ekonomi yang “berkhianat” dan selalu 
ingin mencari untung sendiri dengan cara memanfaatkan kondisi, misalkan 
memanfaatkan spread nilai tukar, menimbun kebutuhan dasar (seperti 
beras, minyak tanah, gas)
3. Pemerintah terlalu cepat mengabil kebijakan ekonomi tanpa 
mempersiapkan infrastrukturnya, misalkan kebijakan pemerintah 
Indonesia untuk mengganti minyak tanah dengan gas, kebijakan 
penggunaan biodiesel dan lain sebagainya.
4. Sebagian masyarakat yang tidak percaya dengan kebijakan pemerintah dan 
mudahnya terprovokasi dengan hasutan dari fihak‐fihak yang akan 
dirugikan dengan kebijakan baru pemerintah.


Kebijakan campuran
•Kebijakan Fiskal dan Moneter dapat dijalankan secara 
bersama‐sama bila misalkan pemerintah ingin 
mengurangi beban pengeluarannya akan tetapi 
perekonomian tetap bisa ekspansi dengan cara :
1.Menaikan pajak pendapatan lalu diiringi dengan:
2.Menaikan suku bunga perbankan dengan cara 
menaikan suku bunga sertifikat bank central
3.Mengurangi pengeluaran pemerintah untuk pos‐pos 
yang bersifat non rutin (misalnya biaya perjalan 
pejabat negara)

Lanjutan …


1.
2.
3.
4.


5.

Bila misalkan pemerintah berniat untuk 
menghambat konsumsi masyarakat terhadap 
barang impor dan menggalakan ekspor dilakukan 
dengan cara :
Mempertinggi pajak impor terutama untuk jenis 
barang mewah
Menurunkan kuota impor atas barang tertentu
Pengawasan valas
Memberi rangsangan ekspor (menyediakan 
fasilitas kredit ekspor dengan bunga sangat 
rendah)
Melakukan kebijakan devaluasi

Kebijakan Upah dan Pendapatan
• Tingkat upah dan pendapatan sepanjang umur 
perekonomian selalu saja menjadi masalah, 
meskipun masalahnya tidak teralu berbahaya bagi 
perekonomian seperti misalnya masalah moneter 

dan fiskal.  Akan tetapi stabilisasi perekonomian 
jelas akan terpengaruh bila kebijakan upah dan 
pendapatan tidak dibenahi dengan baik.

KONSEP APBN
• Pertama,   Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), 
adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Indonesia yang 
disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN ditetapkan 
dengan undang‐undang. Tahun anggaran APBN meliputi masa 
satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 
31 Desember. Dasar hukum yang dipakai sekarang adalah 
Undang‐Undang Republik Indonesia. Nomor 17 Tahun 2003 
Tentang Keuangan Negara. 
• Kedua, Konsep yang sangat penting tentang APBN adalah bahwa 
APBN mempunyai multi fungsi, yaitu  otorisasi, perencanaan, 
pengawasan, alokasi, distribusi, dinamisasi, dan stabilisasi. 
Artinya sejak penggagasan, perencanaan, pelaksanaan, 
pengawasan maupun pelaporan dan evaluasi APBN harus 
bertumpu pada fungsi‐fungsi itu.  


KONSEP APBN
• Ketiga, Semua penerimaan yang menjadi hak dan 
pengeluaran yang menjadi kewajiban negara dalam 
suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. 
• Keempat, Presiden menyampaikan rancangan undang‐
undang tentang pertanggungjawaban pelaksanaan 
APBN kepada DPR berupa laporan keuangan yang telah 
diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan, selambat‐
lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran 
berakhir.

PASCA KRISIS EKONOMI 1997 
Memasuki rezim reformasi yang menggantikan rezim orde baru, banyak hal‐hal 
baru dan/atau perubahan mendasar dalam ketentuan keuangan negara meliputi 
:  a) pengertian dan ruang lingkup keuangan negara, b) asas‐asas umum 
pengelolaan keuangan negara, d)  kedudukan Presiden sebagai pemegang 
kekuasaan pengelolaan keuangan negara, c) pendelegasian kekuasaan Presiden 
kepada Menteri Keuangan dan Menteri/Pimpinan Lembaga, d) susunan APBN 
dan APBD, e) ketentuan mengenai penyusunan dan penetapan APBN dan APBD, 
f) pengaturan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, 

pemerintah daerah dan pemerintah/lembaga asing, g) pengaturan hubungan 
keuangan antara pemerintah dengan perusahaan negara, perusahaan daerah 
dan perusahaan swasta, dan badan pengelola dana masyarakat, serta h) 
penetapan bentuk dan batas waktu penyampaian laporan pertanggungjawaban 
pelaksanaan APBN dan APBD. 

Format Anggaran Terpadu. 
• Format baru, yakni anggaran belanja terpadu (unified 
budget). 
• Selama lebih dari 32 tahun, Pemerintah melaksanakan 
sistem anggaran yang dikenal dengan “dual 
budgeting,” dimana anggaran belanja negara 
dipisahkan antara anggaran belanja rutin dan anggaran 
pembangunan. 
• Dimaksudkan untuk menekankan arti pentingnya 
pembangunan, namun dalam pelaksanaannya telah 
menunjukkan banyak kelemahan  seperti 
menimbulkan peluang terjadinya duplikasi, 
penumpukan, dan penyimpangan anggaran. 


Struktur  I‐account

Struktur I‐account yang berlaku saat ini 
terdiri atas 
(i)pendapatan negara dan hibah,
(ii)belanja negara, 
dan (iii) pembiayaan. 

Prinsip‐prinsip Penganggaran Yang Baik 
Untuk bisa menjamin terpenuhinya fungsi‐fungsi 
anggaran dan reformasi di bidang anggaran berjalan 
sesuai dengan harapan banyak pihak (pemangku 
kepentingan)  maka APBN/D perlu disusun 
berdasarkan prinsip‐prinsip penganggaran yang baik 
yaitu :
transparansi dan akuntabilitas,
disiplin, 
keadilan,
efisiensi dan efektivitas, 
serta berbasis pendekatan kinerja.


Asas‐asas Umum Pengelolaan Keuangan 
Negara
Good governance  : pengelolaan keuangan negara perlu 
diselenggarakan secara profesional, terbuka, dan bertanggung 
jawab sesuai dengan aturan pokok yang telah ditetapkan dalam 
Undang‐Undang Dasar. 
Asas‐asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan 
negara : seperti asas tahunan, asas universalitas, asas kesatuan, 
dan asas spesialitas, 
Asas‐asas baru sebagai pencerminan best practices (penerapan 
kaidah‐kaidah yang baik) dalam pengelolaan keuangan negara, 
antara lain: akuntabilitas berorientasi pada hasil; profesionalitas; 
proporsionalitas; keterbukaan dalam pengelolaan keuangan 
negara; pemeriksaan keuangan oleh badan pemeriksa yang bebas 
dan mandiri.

Kebijakan Fiskal Diskresi
Adalah tindakan strategis di bidang fiskal yang  mandatoris sudah melekat dan 
yang bersifat aktif menjadi wewenang serta tanggung jawab dari pejabat 
pembuat kebijakan sebagaimana yang sudah diatur oleh undang‐undang. 
(Karena melaksanakan undang‐undang, berarti sudah mendapat ijin dari DPR). 
Ketika tindakan strategis yang akan diambil belum diatur / tidak menjadi 
kewenangannya, maka presiden bisa membuat peraturan pemerintah 
pengganti undang‐undang untuk itu. Perubahan kebijakan fiscal  yang diajukan 
oleh presiden (diusulkan oleh ekonom penasehat presiden) dimana tindakan‐
tindakan yang harus diambil misalnya dalam perubahan tingkat pajak,  dan 
dalam program pemberian subsidi,  memerlukan persetujuan dari DPR dan jika 
akhirnya DPR bisa menyetuji, maka perubahan ini merupakan diskresi dari 
pejabat atau institusi terkait

Kebijakan Fiskal Non‐Diskresi
Kebijakan fiskal  non diskresi atau Non Discretionary 
Fiskal Policy / Non Mandatory adalah  tindakan‐
tindakan atau mekanisme‐mekanisme di bidang fiscal  
yang bersifat non‐mandatory,  bersifat built in flexible 
atau pasif.  Tindakan‐tidakan atau mekanisme‐
mekanisme yang muncul tidak lebih dulu harus 
dimintakan persetujuan kepada DPR. Misalnya dalam 
penerapan sistem perpajakan ; progressive tax, 
proportional tax, atau regressive tax.

PENYEIMBANG OTOMATIS/BUILT IN STABILITY

• Penyeimbang otomatis adalah sebuah mekanisme yang 
dapat menaikkan  atau menurunkan penerimaan pajak 
(T) maupun belanja pemerintah (G) secara otomatis 
tanpa  secara khusus menetapkan kebijakan untuk 
menaikkan atau menurunkan T dan G. Jadi 
penyeimbang otomatis adalah mekanisme yang dapat 
menaikkan deficit anggaran belanja pemerintah 
(menurunkan surplus anggaran pemerintah) selama 
kurun waktu resesi dan menaikkan surplus anggaran 
pemerintah (atau menurunkan deficit anggaran 
pemerintah) selama periode ekspansi tanpa 
memerlukan tindakan yang nyata / spesifik  dari 
pembuat kebijakan.

BUILT IN FLEXIBILITY

a

Dalam ekonomi makro dikenal dua 
system pajak yaitu :
a)System pajak sederhana (lumpsum tax) 
dimana Tx = To
b)System pajak yang memiliki progesivitas 
dimana Tx = To + t Y
Progresivitas pajak :  
Pajak Progresif (t makin besar) : PPh., PKB.
Pajak Proporsinal (t tidak berubah) : Pajak 
Penjualan.
Pajak Regresif (t makin kecil) : Pajak Badan 
Usaha.

Kebijakan fiscal ekspansif 

qq

Kebijakan fiscal kontraktif.

qq

MENGEVALUASI KEBIJAKAN FISKAL
Untuk mengevaluasi status sebuah deskresi 
kebijakan fiscal perlu melakukan penyesuaian 
terhadap surplus atau deficit untuk 
mengeliminasi perubahan secara otomatis 
penerimaan pajak serta membandingkan 
besarnya suplus atau deficit anggaran yang 
sudah disesuaikan terhadap potensi tingkat 
PDB.

MENGEVALUASI KEBIJAKAN FISKAL
Standardized budget mengukur berapa besar deficit 
atau surplus APBN yang akan terjadi pada tingkat 
pengenaan pajak (tax rates)  dan tingkat belanja 
pemerintah yang berlaku saat ini jika tingkat PDB 
berada pada kondisi full‐employment, atau PDB 
pada tingkat potensinya. Intinya sebenarnya adalah 
ingin membandingkan antara (G), belanja pemeritah 
yang terjadi (actual) dengan (Tx), penerimaan pajak 
yang akan terjadi jika perekonomian mencapai 
tingkat full‐employmen. 

UTANG NEGARA
• 1) Utang merupakan bagian dari Kebijakan Fiskal (APBN) 
yang menjadi bagian dari Kebijakan Pengelolaan Ekonomi 
secara keseluruhan.
• 2) Utang adalah konsekuensi dari pilihan mengenai postur 
APBN (yang mengalami defisit), dimana Pendapatan Negara 
lebih kecil daripada Belanja Negara. Pembiayaan APBN 
melalui utang merupakan bagian dari pengelolaan keuangan 
negara yang lazim dilakukan oleh suatu negara.
• 3) Utang merupakan instrumen utama pembiayaan APBN 
untuk menutup defisit APBN, dan untuk membayar kembali 
utang yang jatuh tempo (debt refinancing).  Refinancing 
dilakukan dengan terms conditions (biaya dan risiko) utang 
baru yang lebih baik. (“gali lubang –tutup lubang”).

Pengelolaan Utang. 
Utang  bukanlah  sesuatu  yang  buruk,  ketika  utang  bisa 
dikelola  dengan  baik  dan  produktif,  bahkan  oleh 
penganut  neo  klasik  diakui  utang  (luar  negeri  atau 
eksternal)  memiliki  aspek  positip  karena  bisa  menutup 
celah  antara  tabungan  dengan  kebutuhan  investasi 
(saving‐investment  gap),  menutup  celah  kekurangan 
devisa  untuk  bisa  membiayai  pembangunan  (exchange 
rate gap), dan menutup celah antara pendapatan negara 
dengan  belanja  negara  (Income‐revenue  gap).  Oleh 
karena itu utang harus dikelola dengan lebih baik bahkan 
menetapkan  strategi  pengelolaan  utang  yang  mampu 
menjamin keberlangungan fiscal. 

Penyebab Kenaikan Nilai Nominal Utang 
o
adanya defisit APBN setiap tahun;
o
kebutuhan pelunasan utang jatuh tempo (refinancing);
o
perubahan nilai tukar rupiah yang menyebabkan 
perubahan nilai nominal utang luar negeri dalam rupiah;
o
pengeluaran pembiayaan untuk pendanaan risiko fiskal 
dan partisipasi pemerintah dalam menunjang program 
pembangunan infrastruktur; dan
o
berkurangnya sumber pembiayaan APBN dari non 
utang, misalnya privatisasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) 
dan hasil pengelolaan aset

Tujuan Pengelolaan Utang
Jangka panjang pengelolaan utang adalah 
•1)  Mengamankan kebutuhan pembiayaan APBN 
melalui utang dengan biaya minimal pada tingkat risiko 
terkendali, sehingga kesinambungan fiskal dapat 
terpelihara.
•2)  Mendukung upaya untuk menciptakan pasar Surat 
Berharga Negara (SBN) yang dalam, aktif dan likuid.
Jangka pendek adalah memastikan tersedianya dana 
untuk menutup defisit dan pembayaran kewajiban 
pokok utang secara tepat waktu dan efisien.

MATERI
SUPLEMEN

KEBIJAKAN APBN BERIMBANG DAN DINAMIS 
DI MASA ORBA
• Merupakan sistem kebijakan fiskal yg diperkenalkan 
oleh kabinet Ampera pada awal Orba
• Kebijakan ini memasukkan pinjaman luar negeri 
sebagai bagian dari penerimaan negara
• Kebijakan ini ditujukan untuk mengatasi hiper‐inflasi
• Pada tahun 1966 terjadi defisit anggaran yang dibiayai 
dengan pencetakan uang
• APBN berimbang dan dinamis mempunyai tugas untuk 
penertiban defisit anggaran serta dimungkinkan 
adanya defisit anggaran yang dibiayai melalui hutang 
luar negeri bukan dengan pencetakan uang

SISTEM KERJA
• Struktur APBN terdiri dari anggaran 
penerimaan dan anggaran belanja
• Sisi Penerimaan Æ Penerimaan dalam negeri 
dan penerimaan luar negeri (hutang LN)
• Sisi Pengeluaran Æ Belanja rutin dan belanja 
Pembangunan

• Penerimaan dalam negeri digunakan untuk 
membiayai belanja rutin
• Penerimaan luar negeri digunakan untuk 
belanja pembangunan
• Belanja Rutin hanya disediakan sepanjang ada 
dana dari penerimaan dalam negeri
• Belanja pembangunan dilakukan jika ada 
penerimaan/ pinjaman luar negeri
Æ Tercipta internal balance APBN

• Internal balance APBN berimbang dan dinamis 
akan menciptakan internal saving
• Internal saving merupakan selisih positif 
antara penerimaan dalam negeri dengan 
belanja rutin.

• APBN berimbang dan dinamis dalam 
penyusunannya mengintegrasikan 
pendekatan ekonomis (welfare economics) 
dan pendekatan politis (public choice theory)
• 3 kriteria dasar welfare economics yg harus 
dipenuhi:

1. Alokasi resources secara efisisien
2. Distribusi pendapatan secara adil
3. Stabilisasi harga dan kegiatan‐kegitan 
ekonomi
Ketiga kriteria tsb menjadi pedoman dalam 
penyusunan termasuk dalam pembahasan di 
DPR.



APBN berimbang dan dinamis tidak hanya 
sebagai kebijakan tetapi juga sebagai suatu 
institusi
1. Institusi ekonomi berencana Æ Repelita
2. Institusi Demokrasi Æ merehabilitasi hak 
budget DPR
3. Institusi kontrol sosial Æ diajukan dalam 
dibicarakan dalam sidang terbuka DPR

4. Intitusi dimana para donor dan lembaga 
keuangan internasional menilai kinerja 
pemerintah dalam bidang fiskal, moneter 
dan pembangunan
5. Institusi yang menjadi parameter bagi 
kepercayaan pasar dan investor