Mediakom Edisi 26 Oktober 2010 - [MAJALAH]



Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Etalase
SuSunan REDaKSI

Mediakom
Penanggung Jawab
drg. Tritarayati,SH
Redaktur
Dyah Yuniar Setiawati, SKM, MPS
Drs. Sumardi
Editor/Penyunting
Dra. Hikmandari A., M.Ed
drg. Anitasari SM.
Prawito, SKM, MM
Busroni S.IP
Mety Setyowati, SKM
Aji Muhawarman, ST
Desain Grafis dan Fotografer

Resty Kiantini, SKM, M.Kes
Dewi Indah Sari, SE, MM
Sri Wahyuni, S.Sos, MM
Giri Inayah, S.Sos.
R. Yanti Ruchiati
Wayang Mas Jendra, S.Sn
Sekretariat
Agus Tarsono
Waspodo Purwanto
Hambali
Yan Zefrial
Alamat Redaksi
Pusat Komunikasi Publik
Gedung Kementerian Kesehatan RI
Blok A, Ruang 107
Jl. HR Rasuna Said Blok X5 Kav. 4-9
Jakarta 12950
Telepon
021-5201590; 021-52907416-9
Fax

021- 5223002; 021-52960661
Email
info@depkes.go.id
kontak@depkes.go.id
Call Center
021-500567, 021-30413700
Redaksi menerima naskah
dari pembaca:
dapat dikirim ke alamat email redaksi

drg. Tritarayati, SH

Jiwa-jiwa
Yang Terpanggil

S

elalu ada kepiluan, duka dan lara. Terasa perih, merintih lirih
dan sedih. Mereka terasing, keluargapun pusing tujuh keliling.
Mecari solusi atas derita mendampingi orang dengan masalah

kejiwaan (ODMK). Terus berjuang dengan berbagai cara, demi
kesembuhannya. Ia memerlukan orang lain tempat mengadu dan
menyelesaikan masalah yang menjeratnya.
Kondisi ini menyebabkan tampilnya jiwa-jiwa yang terpanggil untuk
mendampingi ODMK. Dia hadir bukan karena popularitas, harta dan tahta,
tapi pengabdian yang tulus untuk sesama. Sigap mendatangi rumah demi
rumah, mendata keluarga dan berinteraksi memberi solusi. Bagimana
hasilnya? Tak terduga, ternyata banyak ditemukan anggota keluarga yang
potensial menjadi ODMK.
Diantara mereka yang tulus dalam pengabdian itu bernama Septia Herlin
Artati, kader kesehatan jiwa dari Puskesmas Sindang Barang, Provinsi Banten.
Ia kader yang tangguh, tak mudah berkeluh kesah menghadapi sulitnya
medan dan celaan orang yang mencela. Ia mengakui, sedikit sekali orang
yang bersedia menjadi kader kesehatan jiwa. Tapi, Ia tetap berkarya demi
menolong sesama. Dia berdo’a “Semoga diberi kekuatan tetap berada pada
kelompok yang sedikit”. Inilah sebagian kecil kisah mengharukan dalam
Peringatan Hari Kesehatan Jiwa Se Dunia ke 17, yang jatuh pada tanggal
10-10-10. Untuk itu Mediakom mengangkat “Indonesia Bebas Pasung 2014”
menjadi bahasan utama.
Selanjutnya, Mediakom juga mengetengahkan kegiatan Peringatan Hari

Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTS) Se Dunia ke 3, yang jatuh pada tanggal
15-10-10 dan bulan kampanye imunisiasi penyakit campak dan polio. Tak
ketinggalan, beberapa rubrik ringan yang menyajikan informasi kesehatan,
info sehat, siapa dia, potret dan lentera yang menyuguhkan “teman sejati”
dan “membangun integritas”. Selamat menikmati. n
Redaksi
No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom



Daftar Isi
8
20
24

17

10
28


Cover: Peringatan Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia
Foto: Rifani S.

3

Etalase

4

Daftar Isi

6

Surat Pembaca

7

Info Sehat
Tips Menurunkan Berat Badan

Menyibak Lebih Jauh Khasiat apel
4 Jenis Olahraga untuk Jantung Lebih Kuat
dan Sehat

10 Ragam
Dokter Dapat Sanksi Jika Tidak Menulis
Resep Obat Generik
Jamkesmas Mempercepat Reformasi Bidang
Kesehatan


Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

16 Kolom
Jamkesmas Dipuji dan Diuji

17 Media utama
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (Ctps)
Dapat Turunkan Insiden Diare
Jalan Sehat Peringati Hari Kesehatan Jiwa

Sedunia
Dukamu Kepiluanku
Peta Jalan Menuju Indonesia Bebas Pasung
Bali Bebas Pasung 2014

28 Peristiwa
Menkes Kunjungi Pengungsi Bencana alam
Letusan Gunung Sinabung
Kementerian Kesehatan RI Raih Juara umum
anugerah Media Humas Tahun 2010
Selayang Pandang Praktek Keperawatan di
Primary Health Care Post Gwangju, Korea
Selatan

Daftar Isi

35

38
42


42

54

33 Stop Press
Kemenkes Dukung Pendirian Rumah Sakit
Pelita Rakyat
Laksa dan Oasis
Studi Banding Program Penyehatan
Lingkungan Berbasis Masyarakat
Kampanye Campak dan Polio untuk Cegah
Kematian

42 Potret
Irwandi Yusuf
Desty ariani

56


Calon Jemaah Haji Divaksin Halal

52 Daerah
Pelayanan Kesehatan arus Mudik di
Bakauheni Bandar Lampung
Suka - Duka Mudik di Dermaga Bakauheni
Mendidik arus Mudik

56 Siapa Dia
Deswita Maharani
Marcelino Lefrandt
Sarah Sechan
Tika Panggabean

45 nasional
Menuju Indonesia Bebas Malaria
130 Tenaga Kesehatan Puskesmas Teladan
Peroleh Penghargaan
Kesiapan Pelayanan Kesehatan Ibadah Haji
Tahun 1431 H/2010 M


58 Lentera
Teman Sejati
Mengembangkan Integritas

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom



Surat Pembaca
Jamkesmas Dan
Jamkesda ?
Sesorang miskin tidak terdaftar
pada Jamkesmas dan Jamkesda.
Sementara orang tersebut
memerlukan rujukan perawatan
dan tindakan ke rumah sakit, dulu
ada SKTM ( surat keterangan tidak
mampu). Sekarang bagaimana ?
http://mail.ovi.com

Jawab:
Jamkesmas merupakan program
pemerintah bidang kesehatan untuk
membantu warga tidak mampu
atau miskin. Peserta Jamkesmas
di tetapkan berdasarkan kuota
Kabupaten / Kota yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Bupati /
Wali Kota dan MOU. Dalam MOU ada
klausul yang menjelaskan, apabila
masih ada warga miskin yang
belum tertampung pada program
Jamkesmas maka menjadi tanggung
jawab pemda setempat.
Untuk mengurus Jamkesda
(Jaminan kesehatan daerah )
masyarakat dapat mengurus surat
keterangan tidak mampu dari RT/RW
setempat, puskesmas, kelurahan,
kecamatan kemudian mengurus ke
Dinas Kesehatan setempat, sebab

Perpustakaan
Kementerian Kesehatan
masing-masing daerah mempunyai
kebijakan dan aturan yang berbedabeda.

Buku Referensi.
Saya Gladys Yolanda, mahasiswa
fakultas keperawatan tk.VI.
Sekarang sedang menyusun
skripsi mengenai prilaku ibu-ibu
terhadap pemeriksaan payudara
sendiri (SADARI). Oleh karena itu
saya mohon bantuannya, untuk
memperoleh informasi mengenai
kanker payudara dan SADARI, serta
referensi buku yang berhubungan
dengan instrument penelitian.
Atas perhatiannya saya ucapkan
terimakasih,
Hormat kami
Gladys Yolanda
qreipixy@yahoo.com
Jawab:
Sdr. Gladys Yolanda, terima
kasih atas pertanyaannya. Untuk
memperoleh informasi mengenai
kanker payudara dan SADARI, serta
referensi buku yang berhubungan
dengan instrument penelitian,
Saudara dapat menghubungi



Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Perpustakaan Kementerian
Kesehatan, Jl. HR. Rasuna Said Blok
X-5 Kav No. 4-9 Jakarta Selatan telp.
(021) 5201500 eks. 1004

Rentra Kemenkes
2010-2014
Mohon dikirimkan informasi
rencana strategi 2010-2014, saya
sangat memerlukan data tersebut.
Terima kasih atas bantuannya.
Hormat kami,
SISWANI SARIYO
mas.siswani@gmail.com
Jawab:
Saudara Siswani Sariyo, terima
kasih atas pertanyaannya. Informasi
Mengenai Rencana Strategi
Kementerian Kesehatan 2010 - 2014
dapat Saudara download di Web
Kemenkes : www.depkes.go.id .
Silakan klik Downloads, di bagian
Downloads pilih kategori Pedoman.
Semoga bermanfaat.

Info Sehat

Tips

Menurunkan
Berat Badan
WWW.BREAKTHROUGHEMPOWERMENT.COM / CORBIS.COM

"S

usahnya
menurunkan
berat badan!”,
begitu komentar
yang biasa kita
dengar. Jangan putus asa dulu. Kalau
tahu caranya, anda pasti bisa. Ada
beberapa tips yang mudah dan
bagus untuk dijalankan. Selamat
mencoba
1. Kurangi karbohidrat (nasi, roti,
dll) dan hindari lemak (gorengan,
santan).
Meski demikian jangan hilangkan
karbohidrat dari porsi makan
anda karena karbohidrat tetap
dibutuhkan tubuh, hanya tidak
terlalu banyak.
2. Hindari gula dalam minuman
anda!
Minuman yang membawa paling
banyak pasokan gula adalah soft
drink. Sangat disarankan untuk
tidak minum minuman ini lagi.
Selalu minta air mineral jika anda

3.

4.

5.

6.

sedang makan keluar. Sekali-kali
teh manis untuk pelega masih
tidak apa.
Makan paling akhir 2-3 jam
sebelum tidur.
Karena lemak mulai ditumpuk
saat anda tidur. Jika anda makan
sebelum tidur maka akan
menjadi sasaran empuk untuk
penumpukan lemak. Jika anda
lapar, lebih baik minum saja susu
non fat atau semacamnya.
Tidak lagi gorengan, ganti
dengan yang bakar atau rebus
Tetapi hati-hati, biasanya ayam
bakar diolesi minyak. Paling baik,
katakan dulu pada koki agar
jangan pakai minyak.
Latihan kardio (jogging, lari,
berenang, lompat tali, treadmill)
Jenis ini akan membuat
anda membakar lemak yang
menumpuk. Lakukan dengan
rutin setiap hari.
Pagi hari yang indah untuk
berlatih.

Berlatih pada pagi hari akan
lebih efektif, karena perut anda
sudah kosong dan tentunya
pembakaran yang utama akan
mengambil dari lemak anda.
7. Berjalan kaki yang sehat.
Usahakan anda bisa berjalan
kaki jika jaraknya tidak terlalu
jauh. Ataupun ketika ada pilihan
antara eskalator atau tangga, pilih
tangga! Anda tetap bisa berjalan
kaki meski sedang menaiki
eskalator.
8. Istirahatlah secukupnya.
Usahakan waktu istirahat anda 8
jam sehari.
9. Nikmati hidup anda.
Atur semua diet dan latihan anda
agar menyenangkan sehingga
nanti tidak menjadi diet yoyo
(berat kadang turun kadang naik).
Kalau anda menikmati gaya hidup
sehat anda yang baru, tentu anda
tidak sampai bosan. n
gi/berbagai sumber

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom



Info Sehat

A

n apple a day keeps the
doctor away. Pepatah
lama itu lahir bukan
tanpa arti. Tahukah Anda,
ada sekitar 7.000 jenis
apel di dunia ini dengan khasiat yang
beraneka ragam. Meski kandungan
gizi setiap jenis apel berbedabeda namun sejauh ini ilmuwan
mengetahui kandungan kalium
atau potassium buah ini mampu
mencegah stroke, mengurangi kadar
gula dan kolesterol darah.
Kebanyakan orang mengonsumsi
apel secara langsung begitu saja.
Ada juga yang suka mengolahnya
menjadi jus, sirup atau perasa
tambahan. Ada juga yang mengolah
apel menjadi cuka. Cuka apel
merupakan sumber serat terlarut
paling baik, yang tak mengandung
kolesterol,lemak, dan natrium.
Kandungan pektin efektif menekan
kolesterol jahat penyumbat
pembuluh darah (LDL) dan
meningkatkan kadar kolesterol baik


Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

(HDL), sehingga mengurangi risiko
terserang penyakit jantung.
Sebagai sumber serat yang baik,
apel merupakan camilan yang
sangat baik untuk orang yang
sedang menurunkan berat badan,
sehingga mencegah rasa lapar
datang lebih cepat.
Untuk kaum perempuan,
kandungan boron dalam apel
terbukti membantu wanita
mempertahankan kadar hormon
estrogen saat menopause.
Mempertahankan estrogen
berarti mengurangi gangguan
yang disebabkan oleh ketidak
seimbangan hormon
dikala menopause,
misalnya semburan
panas, nyeri, depresi,
penyakit jantung,
osteoporosis.
Apel juga
melindungi tubuh
dari virus flu dan
bermanfaat mencegah

kerusakan gigi periodontal.
Selain dapat dimakan langsung
atau dijus, sari apel juga dapat
dibuat cuka. Sifatnya yang antiseptic,
mampu membunuh bakteribakteri dalam saluran pencernaan,
memperbaiki metabolisme
tubuh, memperlancar aliran darah
untuk mengatasi toxeemia alias
keracunan dalam peredaran darah
dan mencegah obesitas serta
meningkatkan daya tahan tubuh.n
gi/berbagai sumber

MANYWALLPAPERS.COM

JAMESANDTHEGIANTCORN.COM

Menyibak Lebih Jauh
Khasiat apel

Info Sehat

4 Jenis Olahraga untuk
Jantung Lebih Kuat dan Sehat

O

WWW.WATERSIDEINFO.COM

JAEL12.WORDPRESS.COM

lahraga sederhana yang dilakukan secara signifikan dapat
mengurangi risiko penyakit jantung dan penyakit kronis lainnya.
Latihan kardiovaskular adalah bentuk kegiatan yang
meningkatkan pernapasan dan denyut jantung. Olahraga ini
pada dasarnya menantang jantung untuk bekerja lebih keras
dan menjadi lebih kuat.
Olahraga kardiovaskular akan memperbaiki cara tubuh menggunakan
oksigen. Ini akan membuat jantung lebih kuat dan lebih efisien dalam
memompa darah ke tubuh.
Seperti dilansir dari Sheknow, 4 olahraga kardiovaskular terbaik untuk
meningkatkan kesehatan jantung yaitu:

1. Jalan cepat
Tubuh manusia dilahirkan untuk
berjalan. Jalan cepat adalah
cara alami untuk meningkatkan
kebugaran tubuh, terutama
jantung. Selain itu, jalan cepat
bekerja lebih baik untuk orang
dengan gemuk atau overweight.
Hal ini karena jalan cepat dapat
membantu mengurangi lemak
otot di area dekat sendi.

ALT.COXNEWSWEB.COM

WWW.THEEPOCHTIMES.COM

2. Lari
Meski lebih menantang
ketimbang jalan, lari adalah
aktivitas fisik jantung sehat yang
mudah untuk dilakukan. Selain
itu, lari juga merupakan salah satu
cara terbaik unutk membakar
kalori. Dengan begitu, ketika anda
sedang berusaha menurunkan
berat badan, ada bonus lain yaitu
kesehatan jantung.

3. Berenang
Kolam renang bisa jadi merupakan
tempat terbaik untuk bermalasmalasan sambil mengapung,
tapi air di kolam renang bisa
menjadi tantangan kebugaran
tubuh. Berenang atau olahraga
air lain tidak hanya akan
meningkatkan denyut jantung dan
meningkatkan kesehatan jantung,
air memberikan resistensi multiarah yang akan meningkatkan
kekuatan otot dan suara.
4. Bersepeda
Aktivitas kardiovaskular lain yang
mudah adalah bersepeda. Dengan
bersepeda, Anda bisa jalan-jalan
keliling komplek rumah atau
taman sambil meningkatkan
kesehatan jantung, membangun
kekuatan dan mengencangkan
tubuh. n gi/detikhealth

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom



Ragam

Dokter Dapat Sanksi
Jika Tidak Menulis
Resep Obat Generik

O

bat merupakan
komponen terbesar
dalam pembiayaan
kesehatan yaitu
mencapai hingga 70
persen. Namun, selama ini pasien
selalu dalam posisi menerima saja
apa yang diresepkan dokter. Pasien
terpaksa tidak mempunyai pilihan
karena memang sebagian besar
masyarakat tidak mengerti jenis obat
generik atau bermerek.
Untuk melindungi rakyat,
pemerintah melalui Kementerian
Kesehatan sejak 1989 telah
meluncurkan program obat generik.
Tujuannya memudahkan akses
masyarakat terhadap obat yang
mutunya terjamin dengan harga
yang terjangkau. Menkes saat itu,
mengeluarkan surat keputusan
nomor 085/Menkes/SK/I/89 tentang

10

Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

kewajiban menuliskan resep dan/
atau menggunakan obat generik
di fasilitas pelayanan kesehatan
pemerintah.
Ternyata penggunaan obat
generik belum seperti yang
diharapkan. Konsumen kesehatan
atau pasien masih saja sangat
tergantung pada dokter. Untuk
mengatasi hal ini, Menteri Kesehatan
dr Endang Rahayu Sedyaningsih,
MPH, Dr.PH, mengeluarkan Peraturan
Menteri Kesehatan No.02.02/
Menkes/068/I/2010 tanggal 14
Januari 2010 yang menginstruksikan
semua fasilitas kesehatan
pemerintah wajib menuliskan
resep dan atau menggunakan obat
generik.
Permenkes tersebut, mewajibkan
dokter yang mencakup dokter
umum, dokter gigi, dokter spesialis,

dan dokter gigi spesialis yang
bertugas di fasilitas pelayanan
kesehatan pemerintah wajib
menulis resep obat generik bagi
semua pasien sesuai indikasi medis.
Dokter dapat menulis resep untuk
diambil di apotek atau di luar fasilitas
pelayanan kesehatan jika obat
generik tidak tersedia di fasilitas
pelayanan kesehatan.
Di samping itu, jika obat generik
yang dimaksud belum tersedia,
dokter di rumah sakit, puskesmas
dan unit pelaksana teknis lainnya
dapat menyetujui pergantian resep
obat generik dengan obat generik
bermerek dagang. Begitupun
dengan apoteker, apoteker
diperbolehkan mengganti obat
merek dagang atau obat paten
dengan obat generik yang sama
komponen aktifnya atau obat merek

Ragam

dagang lain atas persetujuan dokter dan atau
pasien.
Bagi pengelola instalasi farmasi rumah
sakit, diwajibkan mengelola obat di rumah
sakit secara efektif dan efisien serta membuat
prosedur perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan
pemantauan obat yang digunakan fasilitas
pelayanan kesehatan.
Dinas kesehatan provinsi dan kabupaten/
kota, juga diwajibkan membuat perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, penyediaan,
pengelolaan dan pendistribusian obat kepada
puskesmas dan pelayanan kesehatan lain.
Sanksi administratif
Untuk pembinaan dan pengawasan,
menurut peraturan itu, pemerintah pusat,
provinsi dan kabupaten/kota dapat memberi
peringatan lisan atau tertulis kepada dokter,
tenaga kefarmasian dan pimpinan fasilitas
pelayanan kesehatan pemerintah yang

Masyarakat perlu
mengetahui mengapa
menggunakan obat
generik?
Sebenarnya, obat hanya
dibedakan menjadi dua yaitu
obat paten dan obat generik.
Obat paten adalah obat yang
baru ditemukan berdasarkan
riset dan memiliki masa paten
tergantung jenis obatnya.
Menurut UU No.14/2001
masa berlaku paten di
Indonesia adalah 20 tahun.
Selama 20 tahun itu,
perusahaan farmasi tersebut
memiliki hak eksklusif
untuk memproduksi dan
memasarkan. Perusahaan lain
tidak boleh memproduksi
dan memasarkan obat serupa
jika tidak memiliki perjanjian
dengan pemilik paten.
Setelah obat paten habis
masa patennya, kemudian
disebut obat generik yaitu
obat dengan nama zat
berkhasiatnya.
Obat generik di Indonesia
dikenal dengan nama zat
berkhasiat/aktif dan obat
generik bermerek, yaitu
yang diberi nama dagang
atau nama dari industrinya.
Obat generik yang bermerek
maupun tidak bermerek tidak
ada bedanya kandungan zat
berkhasiatnya.
Obat generik umumnya
disebut generik saja,
sedangkan obat generik
bermerek sering dipahami
sebagai obat paten. Padahal
ini adalah anggapan yang
salah, apalagi pengertian
obat paten seringkali
diterjemahkan sebagai obat
yang sangat manjur sehingga
dapat menyesatkan.

Kenapa harga obat
generik lebih murah?
Harga obat generik lebih
murah karena dijual dalam
kemasan yang sederhana
dan tidak ada biaya untuk
promosi. Penyebab harga
obat mahal antara lain
adanya biaya promosi
yang bisa mencapai 2030 persen. Sehingga akan
mempengaruhi harga obat
secara signifikan. Harga obat
generik dikendalikan dan
dipantau oleh pemerintah,
dalam hal ini oleh
Kementerian Kesehatan.
Apakah obat generik
mutunya terjamin?
Obat generik terjamin
mutu, khasiat, keamanan, dan
harganya terjangkau karena
obat generik diproduksi
oleh perusahaan farmasi
yang telah menerapkan
cara pembuatan obat yang
baik (CPOB) dengan standar
yang ditetapkan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan
(Badan POM).
Dimana memperoleh
obat generik?
Obat generik dapat
diperoleh di Puskesmas,
instalasi farmasi rumah sakit,
apotek dan sarana kesehatan
lainnya.
Bagaimana cara
memperolehnya?
Obat generik dapat
diperoleh dengan resep dari
dokter dan dibeli di apotek/
instalasi farmasi rumah sakit,
dan toko obat berizin.

Untuk memperoleh informasi lebih lanjut dapat menghubungi
Pusat Tanggap dan Respon Cepat Kementerian Kesehatan
021 500567 dan email: info@depkes.go.id.

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom

11

Ragam
melakukan pelanggaran terhadap
ketentuan dalam Peraturan Menteri
ini.
Peringatan lisan atau tertulis
diberikan paling banyak tiga kali dan
apabila peringatan tidak dipatuhi,
pemerintah akan menjatuhkan
sanksi administratif kepegawaian
kepada yang bersangkutan.
Pelaksanaan peraturan tersebut
juga terus dipantau secara
berjenjang dan diatur dengan
Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.03.01/MENKES/ 159/I/2010
tentang Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penggunaan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah.
“Sebagai bagian dari pembinaan,
maka pelanggaran terhadap
kewajiban peresepan dapat
dikenakan sanksi administratif
sesuai ketentuan yang berlaku,” jelas
Menkes.
Direktur Jenderal Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan
Kemenkes, Dra. Sri Indrawaty, Apt.
menjelaskan, sejak Permenkes
tersebut diterapkan pada bulan
Januari 2010, tingkat peresepan obat
generik di rumah sakit yang rata-rata
Dokter memberi
resep obat generik
pada pasien.

1

Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

65 persen terus meningkat meski
belum signifikan.
“Hingga bulan April 2010,
rata-rata penggunaan obat
generik menjadi 68 persen. Hal
itu didasari pada hasil monitoring
cepat penggunaan obat generik
di 44 Rumah Sakit Propinsi dan
Kabupaten/Kota di 33 Propinsi.
Diharapkan, penggunaannya dapat
meningkat menjadi 80-90 persen di
tahun 2014,” jelasnya.
Untuk pembinaan dan
pengawasan penggunaannya
dituangkan dalam Keputusan
Menteri Kesehatan No. HK.03.01/
MENKES/ 159/I/2010 tentang
Pedoman Pembinaan dan
Pengawasan Penggunaan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan Pemerintah.
Tak hanya sampai disitu, guna
memastikan obat generik dapat
digunakan oleh semua kalangan,
pemerintah juga terus memantau
dan mengendalikan harga obat
generik melalui Keputusan Menteri
Kesehatan (Kepmenkes) RI yang
telah beberapa kali direvisi. Terakhir
diatur dalam Kepmenkes Nomor
HK.03.01/Menkes/146/I/2010, yang

berisi penetapan harga dari 453 item
obat generik.
Dalam regulasi tersebut, Pabrik
Obat dan/atau Pedagang Besar
Farmasi (PBF) dalam menyalurkan
Obat Generik kepada Pemerintah,
Rumah Sakit, Apotek dan Sarana
Pelayanan Kesehatan lainnya harus
menggunakan Harga Netto Apotek
(HNA) plus Pajak Pertambahan Nilai
(PPN) sebagai harga patokan tertinggi.
Dalam rangka menjamin
ketersediaan dan pemerataan obat
generik, pabrik obat dan/atau PBF
dapat menambahkan biaya distribusi
maksimum sebesar 5 persen untuk
Regional II, 10 persen untuk Regional
III dan 20 persen untuk Regional
IV. Mengingat bahwa lebih dari 98
persen industri farmasi berada di
Pulau Jawa dan hanya beberapa
yang ada di Sumatera (Palembang
dan Medan).
“Jadi, mulai sekarang jangan
segan untuk meminta resep obat
generik pada dokter jika terkena
penyakit. Dengan harga yang lebih
terjangkau anda bisa menghemat
dan penyakit pun bisa tertangani
dengan baik,” saran Menkes.n

Ragam

Jamkesmas Mempercepat
Reformasi Bidang Kesehatan

K

ementerian Kesehatan pada tahun 2005, telah
berinisiasi melaksanakan program Askeskin
yang kemudian diubah namanya menjadi
Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)
karena yang dijamin tidak hanya masyarakat
miskin tetapi juga masyarakat yang masuk kategori
tidak mampu. Program Jamkesmas merupakan langkah
awal menuju jaminan kesehatan semesta, sebagai
kewajiban negara sesuai amanat UUD 1945 pasal 28-H
dan pasal 34 ayat (1) dan (2) dan bentuk implementasi
UU No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN). Bahkan Jamkesmas diyakini mampu
mempercepat reformasi di bidang kesehatan.
Peserta Jamkesmas berjumlah 76,4 juta jiwa, tersebar
di seluruh Indonesia yang meliputi lebih kurang 34%
dari total penduduk. Peserta Jamkesmas secara makro
didasari atas data BPS yang kemudian dibagi pagu
kab/kota. Berdasarkan pagu kabupten/kota tersebut
pemerintah kab/kota menetapkan siapa yang menjadi
peserta Jamkesmas (nama dan alamat lengkap), yang
kemudian dikompilasi menjadi data Nasional. Kemudian
diterbitkan kartu bagi setiap peserta, dengan demikian
peserta Jamkesmas bukan mendaftarkan diri menjadi
peserta, tetapi ditetapkan oleh bupati/walikota dengan
identitas peserta ditentukan berdasarkan kepemelikan
kartu Jamkesmas.
Sesuai kebijakan Menteri Kesehatan, apabila masih
ada masyarakat miskin dan tidak mampu tetapi

tidak masuk dalam penetapan bupati/walikota maka
pembiayaanya menjadi tanggug jawab pemerintahan
prov/kab/kota. Berdasarkan kebijakan ini, kemudian
menjadi pemacu berkembangnya Jaminan Kesehatan
Daerah (Jamkesda), bahkan banyak daerah yang justru
mengembangkan jaminan kesehatan tidak hanya
untuk penduduk miskin dan tidak mampu tetapi
dikembangkan untuk seluruh penduduk di daerahnya,
sehingga di beberapa daerah telah mencapai jaminan
kesehatan untuk seluruh penduduknya (NAD, Sumsel
dan Bali). Sedangkan di daerah lainnya seperti Jawa
Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Lampung, Sulsel,
Sumatera Barat, dan NTB sedang uji coba untuk
mendorong jaminan seluruh penduduk di wilayahnya.
Perkembangan yang menggembirakan ini telah sesuai
dengan roadmap yang dikembangkan oleh Kementerian
Kesehatan dalam rangka pencapaian universal coverage
bagi seluruh penduduk Indonesia pada tahun 2014.
Untuk menyelesaikan masalah portabilitas, masalah
kesamaan hak tentang manfaat, pengelolaan keuangan
yang harus nirlaba dan dana amanah, akuntabel dan
transparan, pada saatnya Jamkesmas dan Jamkesda ini
akan disatukan (dilebur) menjadi Jaminan kesehatan
yang bersifat nasional dengan tetap mengedepankan
peran pemerintahan prov/kab/kota dengan tetap
mengacu pada Undang-Undang No. 40 Tahun 2004
tentang SJSN.
Selain data yang telah terkumpul secara Nasional,
No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom

1

Ragam

Pemegang kartu
Jamkesmas mendapat
pelayanan kesehatan
yang sama dengan
pasien pada umumnya

bagi gelandangan, pengemis,
anak dan orang terlantar yang
tidak mempunyai identitas dan
tidak memiliki kartu Jamkesmas,
tetap dapat mengakses pelayanan
kesehatan melalui program
Jamkesmas dengan mengajukan
bukti bahwa yang bersangkutan
miskin atau tidak mampu dan
disyahkan oleh dinas sosial setempat.
Pada tahun 2010 kepesertaan
Jamkesmas diperluas yang
meliputi masyarakat miskin
penghuni panti sosial, masyarakat
miskin penghuni Lembaga
Pemasyarakatan/Rumah Tahanan
dan masyarakat miskin korban
bencana yang diatur tersendiri atas
kerja sama Kementerian Kesehatan,
Kementerian Sosial, Kementerian
Hukum dan HAM dan Kementerian
Dalam Negeri.
Kepala Pusat Pembiayaan
dan Jaminan Kesehatan (PPJK),
Usman Sumantri mengatakan
bahwa program Jamkesmas bagi
Kementerian Kesehatan tidak hanya
1

Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

persoalan masyarakat terjamin
kesehatannya, tetapi merupakan
kendaraan untuk mempercepat
reformasi subsistem pelayanan
kesehatan yang selaras dengan
subsistem pembiayaan kesehatan,
subsitem farmasi, subsistem
pengembangan SDM kesehatan dan
subsistem manajamen kesehatan
secara keseluruhan.
Percepatan reformasi dalam
bidang kesehatan melalui Sistem
Jaminan Kesehatan sebagaimana
dimaksud akan mendorong
penerapan penggunaan standar
pelayanan medik yang berlaku
secara Nasional, (sebagai instrumen
mutu pelayanan kesehatan
yang terukur), mempercepat
penatalaksanaan sistem rujukan
yang baik dengan pelayanan
kesehatan dasar sebagai gate keeper,
mendorong pemanfaatan obat
generik sehingga dapat menekan
medical cost, mendorong perbaikan
terhadap manajemen kesehatan
untuk melakukan kendali mutu dan

kendali biaya (cost containment),
mendorong fasilitas kesehatan untuk
menata manajemen pelayanan
seperti perbaikan medical record,
penataan pasien, monitoring,
utilisazation review, dan tata laksana
manajamen obat, sehingga fasilitas
kesehatan akan lebih transparan dan
akuntabel, mendorong dilakukan
standarisasi alat dan menekan
standarisasi harga sehingga dapat
menekan biaya kesehatan dengan
tetap mempertimbangkan win-win
solution antar para pihak. Kedepan,
melalui Jaminan Kesehatan ini
akan didorong untuk peningkatan
penggunaan alat dan bahan
kesehatan produksi dalam negeri
sehingga bangsa Indonesia tidak
tergantung kepada impor alat dan
bahan kesehatan.
Pendanaan pemerintah dalam
program Jamkesmas medapatkan
perhatian khusus karena merupakan
program prioritas yang langsung
dapat dinikmati oleh masyarakat
peserta Jamkesmas. Sejak
digulirkankanya program ini tahun
2005 anggarannya mengalami
peningkatan dari 3,6 Triliun menjadi
5,1 Triliun pada tahun 2010 dengan
premi rata-rata Rp 5.000,- sd Rp
6.200,- per orang/bulan. Manfaat
yang diberikan kepada peserta
bersifat komprehensif yang diukur
berdasarkan indikasi medis dengan
hampir seluruh penyakit termasuk

Ragam
yang bersifat katastropik dijamin
dalam program Jamkesmas.
Menurut Menteri Kesehatan dr.
Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH,
Dr. PH, kedepan semua penduduk
tidak terkecuali, kaya, miskin, tidak
mampu, seharusnya wajib masuk
dalam sistem Jaminan kesehatan
ini, sehingga pada saat mengalami
musibah sakit tidak dipusingkan
karena tidak adanya biaya kesehatan.
Tentu ada kewajiban pemerintah
untuk membayar iuran bagi fakir
miskin dan tidak mampu, tetapi bagi
yang mampu dituntut membayar
iuran sebagai bentuk kontribusi
peserta dan tentu harus sharing
dengan majikan atau pemberi kerja
bagi yang mempunyai gaji.
Fasilitas pemberi pelayanan
kesehatan bagi peserta Jamkesmas
disediakan di semua fasilitas
kesehatan pemerintah/TNI/Polri
maupun fasilitas kesehatan swasta
yang bersedia bekerjasama dalam
program Jamkesmas. Lebih dari 30%
dari 1.002 fasilitas kesehatan rujukan
swasta, yang telah bekerja sama
dengan program ini
Pengiriman dana pelayanan
kesehatan dasar bagi peserta
Jamkesmas di Puskesmas dan
jaringannya, langsung dikirim
melalui Kantor Pos ke Rekening
Puskesmas. Dana tersebut dikirim
berdasarkan formula perhitungan
dan dimanfaatkan oleh Puskesmas
berdasarkan Plan Of Action (POA)
yang disetujui Kepala Dinas
Kesehatan Kab/Kota yang kemudian
hasil pelaksannaan kegiatan kerjanya
diverifikasi oleh Tim Pengelola
Kabupaten/Kota.
Dana pelayanan untuk pelayanan
kesehaan rujukan langsung
ditransfer ke rekening RS/Balai dari
Kantor Kas Negara yang kemudian
dimanfaatkan oleh peserta dan
dipertanggung oleh RS/Balai dengan
menggunakan INA-DRG (Indonesia
Diagnosis Related Groups)
Menkes mengatakan, untuk
tahun 2011 akan ada perubahan
data Jamkesmas yang mengacu
kepada data PPLS dari Badan Pusat

Statistik (BPS) 2008.
Lebih lanjut Menkes dr. Endang
Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr. PH,
mengatakan program Jamkesmas
dapat mempercepat reformasi di
bidang kesehatan serta mendorong
rumah sakit lebih sadar biaya dan
sadar kendali mutu pelayanan. Hal
tersebut dapat terjadi karena rumah
sakit yang melayani Jamkesmas
diharuskan menerapkan tarif sistem
paket INA-DRG.
Diungkapkan pula, setiap
tahunnya penggunaan kartu
Jamkesmas pada pelayanan
kesehatan terus meningkat. Untuk
pelayanan rujukan tahun 2008,
telah melayani rawat jalan sebanyak
2,68 juta peserta Jamkesmas,
rawat inap 951,4 ribu peserta dan
pelayanan Instalasi Gawat Darurat
(IGD) sebanyak 415,9 ribu peserta.
Sedangkan tahun 2009, untuk
pelayanan rujukan meningkat
dengan melayani rawat jalan
sebanyak 4,4 juta peserta, dan rawat
inap 1,1 juta peserta.
Rata-rata kunjungan berdasarkan
kelompok umur, terbanyak usia
15-64 tahun.”Data ini belum
termasuk pelayanan peserta pada
Puskesmas yang mencapai ratusan
juta peserta. Ini membuktikan bahwa
program Jamkesmas benar-benar
telah dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat,” ujarnya..
Lebih lanjut dikatakan, pada
tahun 2011 pemerintah berencana
akan membuat usulan jaminan
persalinan bagi seluruh penduduk
yang belum memiliki jaminan
keshatan. Hal ini menjadi sangat
penting untuk mempercepat
penurunan kematian ibu melahirkan
dan bayi sehingga diharapkan
mendorong pencapaian MDG’s
tahun 2015. Disamping itu melalui
program ini akan mendorong akses
mayarakat terhadap pelayanan
keluarga berencana.
Menurut Menkes, negara
juga akan menanggung biaya
pemeriksaan ibu dan bayinya pasca
melahirkan sebanyak dua kali.
Begitupun saat persalinan, obat dan

alat kesehatan juga ditanggung
oleh pemerintah. Ditambahkan
pula, program jaminan persalinan
ini dilakukan guna menekan angka
kematian ibu melahirkan hingga
mencapai batas yang ditetapkan
dalam Millenium Development Goals
(MDG’s). Saat ini, angka kematian ibu
melahirkan di Indonesia mencapai
228 per 100.000 kelahiran hidup.
Dalam MDGs ditargetkan, angka
tersebut pada 2015 turun menjadi
103 per 100.000 kelahiran hidup.
“Dengan adanya biaya persalinan
ini, ke depan tidak boleh ada
lagi bayi yang ditahan di tempat
pelayanan kesehatan karena alasan
biaya. Program ini tidak hanya bisa
dinikmati oleh peserta Jamkesmas,
tapi juga masyarakat lainnya yang
belum memiliki Jaminan kesehatan
dan mau dilayani di Puskesmas,
Klinik Swasta, Rumah Bersalin,
Klinik bersalin, Bidan praktek,
dokter praktek swasta dan rujukan
ke Rumah Sakit dengan sarana
pelayanan kelas tiga.
Menurut Usman Sumantri, sudah
banyak keberhasilan yang dicapai
dalam program Jamkesmas namun
masih banyak juga kendala dan
masalah yang harus diselesaikan
utamanya masalah data yang harus
segera diselesaikan agar kedepan
semua program kemiskinan akan
mengacu pada satu data. Spesifikasi
untuk peserta Jamkesmas ini, pada
saat kita bicara tidak mampu dalam
dunia kesehatan akan menjadi
melebar karena hampir semua
orang menjadi tidak mampu apabila
mengalami musibah sakit yang
berat. Selain itu diperlukan peñata
lasakaan pelayanan dan peningkatan
kesadaran para pemberi pelayaan
kesehatan untuk lebih sadar biaya
dan sadar mutu pelayanan. Semua
harus kita benahi secara terencana.
Dalam kondisi darurat semua faslitas
kesehatan berkewajiban memberi
pertolongan, jika dia peserta
Jamkesmas berilah pertolongan
terlebih dahulu, urus adminstrasi
kemudian”, kata Usman. n

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom

1

Kolom
Jamkesmas Dipuji dan Diuji
Oleh: Prawito

J

aminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas)
program lawas Kementerian Kesehatan yang
di puji sekaligus di uji. Di puji karena pro
rakyat. Masyarakat miskin merasakan langsung
manfaatnya. Tapi, Jamkesmas juga masih banyak
kendala dan hambatan yang harus dituntaskan. Mulai
dari kepesertaan, pendanaan, pengorganisasian sampai
pelayanan kesehatan di unit-unit pelayanan. Disinilah
ujiannya. Mampukah melewati masa-masa sulit yang
penuh jebakan dan tantangan, sehingga lulus ujian?
Tak dipungkiri, Jamkesmas mendapat banyak
dukungan berbagai pihak. Mulai dari wakil rakyat,
birokrat, konglomerat sampai rakyat melarat. Bahkan
ketika hanya ada isu entah siapa yang meniupkan, yakni
Jamkesmas akan dihilangkan, mereka ramai-ramai
berteriak melakukan penolakan. Itu bukti terhadap
dukungan program Jamkesmas secara nyata dan luar
biasa.
Memang, Jamkesmas dari sisi kepesertaan telah
menjamin 19,1 juta rumah tangga miskin atau 76,4
juta jiwa dengan rata-rata 4 jiwa per keluarga. Cakupan
kepesertaan juga telah diperluas kepada seluruh
gelandangan, pengemis, anak terlantar dan anak jalanan.
Selanjutnya, melalui program 100 hari bidang
kesehatan ditetapkan perluasan penjaminan
kepesertaan telah Jamkesmas meliputi masyarakat
miskin korban bencana, penguni panti asuhan, panti
jompo, penghuni Lapas dan Rutan. Pada tahun 2014,
diharapkan seluruh penduduk akan masuk dalam
jaminan kesehatan.
Mekanisme pelayanan kepesertaan sangat mudah.
Masyarakat miskin mendapat kartu Jamkesmas dari
pemerintah, anak gelandangan dan pengemis cukup
dengan menggunakan surat rekomendasi dari Dinas
Sosial setempat. Sedangkan penghuni Lapas dan Rutan
cukup mendapat rekomendasi dari kepala Lapas dan
Rutan.
Sejarah Jamkesmas, memang sudah cukup tua dan
1

Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

panjang. Berulang kali evolusi menyesuaikan dengan
kondisi untuk memperbaiki diri, termasuk melakukan
penyesuaian penggunaan nama. Awalnya bernama
Jaminan Pembiayaan Kesehatan Masyarakat (JPKM),
kemudian Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin
(Askeskin), dan saat ini Jamkesmas. Berikutnya?, mungkin
akan menyesuaikan lagi sesuai kebutuhan zaman,
sebagai bagian upaya penyempurnaan.
Ujian Jamkesmas masih akan terus mengalir, seiring
dengan proses pendewasaan usianya. Masih ada pasien
Jamkesmas yang belum terlayani secara baik, masih
ada masyarakat miskin yang belum masuk jaminan
kesehatan apapun, masih perlu peningkatan verifikasi
yang transparan dan akuntabel, ketersediaan pendanaan,
kecukupan SDM, serta berbagai kendala dilapangan
lainnya yang akan silih berganti menghampiri.
Semua ujian di atas, harus menjadi tanggung jawab
bersama para pihak terkait, baik pemerintah pusat
maupun daerah. Mulai dari Dinas Kesehatan Provinsi,
Kabupaten/Kota, Pemda, Rumah Sakit dan Puskesmas.
Tak hanya menjadi tanggung jawab Kementerian
Kesehatan saja.
Pertanyaannya, apakah semua pihak menyadari
ujian itu, kemudian saling bersinergi dan bekerja sama
mencari solusi terbaik bagi pelayanan kesehatan
masyarakat di negeri ini? Ataukah mereka saling
menyalahkan dan mau menang sendiri? Ataukah mereka
masa bodoh, merasa bukan tanggung jawabnya? Semua
itu akan kembali kepada tingkat kedewasaan para pihak
terkait menyikapi kepentingan bersama ini.
Bila semua pihak memilih bersatu, saling membatu,
bersinergi mencari solusi, sampai program Jamkesmas
makin jitu, berarti lulus ujian. Dapat dipastikan pujian
akan mengalir kepada para pihak terkait. Sebaliknya,
bila para pihak memilih masa bodoh dan saling
menyalahkan, tentu raport merah Jamkesmas akan
diarahkan pula kepadanya. Pilihan manakah yang akan
diambil? Waktulah yang akan menentukan.n

Media Utama

Media
utama

Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun
(CTPS) Dapat Turunkan Insiden Diare

P

enyakit diare masih merupakan masalah
global dan banyak berjangkit di negaranegara berkembang dengan kondisi
sanitasi lingkungan yang buruk, tidak
cukup pasokan air bersih, kemiskinan,
dan pendidikan yang rendah. Insiden
diare bervariasi di setiap daerah di
setiap wilayah, musim, dan masa-masa endemik seperti
kejadian luar biasa kolera. Umumnya insiden tertinggi
terjadi pada dua tahun pertama usia anak yang menurun
seiring dengan meningkatnya usia.
Demikian sambutan Dirjen Pengendalian Penyakit
dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Prof. dr. Tjandra Yoga
Aditama, Sp.P (K), MARS, DTM&H yang dibacakan Direktur
Pengendalian Penyakit Menular langsung (P2ML) Dr.

HM. Subuh, MPPM pada Seminar memperingati Hari
Cuci Tangan Pakai Sabun (HCTPS) Sedunia ke 3 Tahun
2010, 7 Oktober 2010, di Jakarta. Turut hadir dalam
seminar sebagai narasumber Kepala Pusat Promosi
Kesehatan dr. Lily S. Sulistyowati, MM, Kepala Perwakilan
WHO untuk Indonesia Dr. Khanchit Limpakarnjanarat,
Direktur Penyehatan Lingkungan drh. Wilfried Hasiholan
Purba, MM, M.Kes, pakar psikologi anak Dr. Seto Mulyadi
dan sebagai moderator public figure dan pemerhati
perkembangan anak dr. Lula Kamal. Peserta seminar
adalah kepala sekolah dan guru-guru Sekolah Dasar yang
berjumlah sekitar 100 orang.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
(Riskesdas, 2007), menemukan 34% kejadian Infeksi
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dan 16% kejadian
No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom

1

Media Utama
diare pada anak umur 1–4 tahun.
Walaupun perilaku CTPS sudah
dipahami masyarakat secara luas,
namun praktiknya masih belum
banyak diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini menunjukkan
perlunya perhatian khusus secara
berkesinambungan terhadap upaya
pencegahan penyebaran penyakit
tersebut terutama anak-anak. Kajian
ilmiah yang dilakukan oleh Curtis
and Cairncross (2003) menyarankan
bahwa perilaku cuci tangan pakai
sabun (CTPS) khususnya setelah
kontak dengan feses (setelah ke
jamban dan membantu anak ke
jamban), dapat menurunkan insiden
diare hingga 42 – 47%.
Selain menurunkan insiden diare,
kata Dirjen P2PL, perilaku CTPS
juga dapat menurunkan transmisi
ISPA hingga lebih dari 30%, bahkan
pada kondisi lingkungan dengan
kontaminasi feses yang sangat tinggi
serta sanitasi yang buruk (penelitian
Rabie dan Curtis 2005). Bahkan
UNICEF menemukan perilaku CTPS
dapat juga menurunkan 50% insiden
Avian Influenza.
Menurut Prof. Tjandra, semakin
banyak anak yang melakukan
CTPS, akan memberikan kontribusi
signifikan terhadap pencapaian
Tujuan Pembangunan Millenium
(MDGs) untuk menurunkan 2/3
kasus kematian anak pada tahun
2015 yang akan datang. Secara
sinergis, perilaku ini juga diharapkan
membantu mencegah penyebaran
virus H1N1 di Indonesia.
Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) pada tahun
2008 menyerukan perlunya
peningkatan praktik higiene sanitasi
di seluruh dunia. Untuk itu sejak
tahun 2008, “Hari Cuci Tangan Pakai
Sabun Sedunia” (HCTPS) ditetapkan
pelaksanaannya secara global pada
tanggal 15 Oktober setiap tahun,
tambah Prof. Tjandra.
Berkaitan dengan kegiatan
CTPS, Kementerian Kesehatan telah
1

Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

menerbitkan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat (STBM) No. 852/Menkes/
SK/IX/2008, yang menetapkan CTPS
sebagai salah satu pilar strategi
yang penting untuk dilaksanakan
di Indonesia. Dengan demikian
pelaksanaan kegiatan CTPS di
Indonesia dapat berkesinambungan.
Menurut Kak Seto, anak sebagai
bagian anggota keluarga, patut
diakui sebagai agen perubahan
yang potensial. Mereka memiliki
kemampuan untuk berpartisipasi
dalam membudayakan perilaku

hidup bersih sehari-hari. Pada
dasarnya anak adalah dunia yang
polos, cenderung berperilaku
alami. Dengan mengembangkan
pola perilaku hidup bersih dalam
perilaku mereka, memungkinkan
mereka tampil sebagai ‘model’
bagi lingkungan sekitar dalam
menerapkan perilaku positif.
“Perilaku cuci tangan pakai sabun,
dapat dibudayakan melalui program
dokter kecil, yang memperkenalkan
hubungan antara tangan kotor
yang mengandung bakteri dapat
menimbulkan sakit. Jadi cuci tangan
pakai sabun dapat membersihkan

Media Utama
Peserta Rakerkesnas

Gubernur Jawa Barat, Ahmad
Heriawan (tengah) dan Dirjen
P2PL, Prof Tjandra Yoga (kiri)
pada peringatan Hari Cuci
Tangan Pakai Sabun Sedunia
(HCTPS)

tangan, sehingga terbebas dari
penyakit”, kata Kak Seto.
Kak Seto menambahkan,
penayangan sinetron maupun film
kartun, dapat menjadi sarana untuk
membudayakan CPTS pada anakanak, karena hal tersebut mampu

menjadi daya tarik yang luar biasa
bagi anak-anak. Sebagai contoh,
dalam sinetron “ Si Entong” yang
ditayangkan TPI, mengisahkan
Entong sebagai penyuluh cilik,
mengajak masyarakat untuk
mencuci tangan di pos kesehatan di

kediamannya.
Diakhir sambutan, Prof.
Tjandra menyampaikan bahwa
seminar ini diadakan bertujuan
untuk meningkatkan dukungan
Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Swasta dan Masyarakat terhadap
program CTPS, meningkatkan
kemitraan, meningkatkan kuantitas
dan kualitas informasi tentang
perilaku hidup sehat dengan
CTPS di seluruh kalangan, memicu
dan meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya
CTPS dan menjadikan Anak sekolah
(SD) sebagai Agent of Change.n
Pra, Echi
No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom

1

Media Utama

Jalan Sehat
Peringati Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia

S

eseorang dengan
penyakit fisik terutama
kronis seperti hipertensi,
diabetes, kanker, penyakit
pada saluran nafas,
nyeri kronis, dan epilepsi diduga
juga menderita secara kejiwaan.
Penyakit ini, umumnya memerlukan
pengobatan dalam jangka waktu
panjang, menyebabkan penurunan
daya tahan seseorang dan putus asa
karena menghadapi ketidakpastian
kesembuhannya. Penderita penyakit
ini seringkali juga mengalami putus
obat yang berakibat kekambuhan,
perburukan, dan akhirnya
menurunkan kualitas hidup, bahkan
mempercepat kematian.
Hal itu disampaikan oleh Menteri
Kesehatan dr. Endang Rahayu
Sedyaningsih, MPH, Dr.PH dalam
acara Jalan Sehat Memperingati Hari
Kesehatan Jiwa Sedunia di Lapangan
Monas Barat Daya, Minggu, 10
0

Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Oktober 2010.
Tema peringatan Hari Kesehatan
Jiwa Sedunia ini adalah “Kesehatan
jiwa dan penyakit kronis: kebutuhan
layanan berkesinambungan dan
terintegrasi.” Dengan tujuan untuk
mengurangi gangguan kesehatan
jiwa, memperluas pelayanan yang
memadai, dan meningkatkan upaya
perbaikan kesehatan jiwa secara
optimal bagi penduduk dunia.
Menurut Menkes, masalah
kejiwaan yang terkait MDGs adalah
masalah kesehatan ibu. Ibu hamil
sering mengalami perubahan emosi
yang diikuti pula dengan perubahan
tingkah laku. Ciri-ciri yang
ditimbulkan adalah sang ibu menjadi
sensitif, kurang memperhatikan
keadaan diri sendiri, dan enggan
untuk memeriksakan kesehatan dan
kehamilannya. Atau ada keadaan
lain sehingga ibu menjadi cemas
terhadap persalinannya kelak yang

membuat ibu menjadi sulit tidur,
gelisah, dan tidak dapat menjaga
kebutuhan makan. Padahal, keadaan
ini secara tidak langsung dapat
mempengaruhi tumbuh kembang
anak, sehingga kualitas anak tidak
seperti yang diharapkan.
Ditambahkan, penderita penyakit
kronis dan lain sebagainya serta
ibu hamil, tidak hanya memerlukan
obat untuk pengobatan penyakit
yang dideritanya, namun juga
membutuhkan perhatian dan kasih
sayang dalam perawatan serta
sangat mungkin juga memerlukan
terapi kejiwaan yang lebih
spesifik ataupun obat-obat untuk
memperbaiki emosi dan perasaan
yang negatif, kata Menkes
Masalah kejiwaan lain yang
menjadi perhatian Kementerian
Kesehatan adalah peristiwa bunuh
diri. WHO mencatat angka bunuh
diri di Indonesia mencapai 1,6-1,8

Media Utama
Peserta jalan sehat memperingati
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia.

tiap 100.000 penduduk dengan
kecenderungan terjadi pada usia
muda. Untuk mengatasi masalah
ini, Kementerian Kesehatan akan
mengembangkan layanan konsultasi
melalui telepon (hot-line service)
dengan nomor 021-500454 yang
sudah bisa dimanfaatkan sejak
peringatan Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia tanggal 10 Oktober 2010.
Dalam rangkaian peringatan
Hari Kesehatan Jiwa Sedunia,
Kementerian Kesehatan juga
melakukan berbagai kegiatan seperti
seminar dengan mengundang
tenaga kesehatan maupun
masyarakat luas yang bertujuan
untuk menyebarkan informasi dan
meningkatkan pengertian tentang
kesehatan jiwa. Pada bagian lain
peringatan Hari Kesehatan Jiwa
Sedunia juga diisi dengan pameran
lukisan dan foto karya penyandang
masalah kejiwaan. Manfaat
dari kegiatan ini adalah untuk
menyadarkan masyarakat bahwa
orang dengan masalah kejiwaan
(ODMK) bila ditangani dengan baik
dan diberi kesempatan akan mampu
hidup normal dan produktif di
tengah masyarakat.
Menkes berharap peringatan

Hari Kesehatan Jiwa Sedunia
tahun ini, dapat digunakan untuk
melakukan introspeksi dan melihat
permasalahan kesehatan jiwa
mendasar di Indonesia. Diantaranya
masih banyaknya ODMK yang
dipasung atau yang terbengkalai
serta yang menggelandang di jalanjalan.
Meski pemasungan dan
pengabaian ODMK adalah
melanggar HAM, namun
menghilangkan kondisi ini
bukanlah hal yang mudah. “Kita

harus mengevaluasi diri untuk
memperbaiki keadaan ini. Salah
satu hal penting yang harus
dijalankan adalah kerjasama antar
lintas sektor. Masalah pasung
tidak dapat diselesaikan oleh
Kementerian Kesehatan saja. Untuk
masalah ini beberapa waktu yang
lalu Kementerian Kesehatan telah
membuat kesepakatan antar
kementerian dalam penanganan
Pasung di Indonesia”, ujar Menkes. n
Pra, Yuli

No.XXVI/OKTOBER/2010 Mediakom

1

Media Utama

Dukamu Kepiluanku

R

oni, bukan nama
sebenarnya. Anak semata
wayang dari orang tua
yang sangat menyayangi
dan banyak harta. Tinggal
di Pujorahayu, Belitang OKU Timur
Sumatera Selatan. Sayang selepas
SMA, gagal melanjutkan kuliah pada
salah satu fakultas di Universitas
Lampung Tanjung Karang. Ia gagal
bukan karena bodoh, malas atau
drop out, tapi karena sakit jiwa
yang tak kunjung sembuh, walau
pengobatan telah puluhan tahun
dilakukan, kasihan…!
Kini, Roni hanya tinggal bersama
ibunya Atik (samaran) yang sudah
mulai lemah, menderita berbagai
penyakit komplikasi. Roni dan
ibunya sama-sama sakit. Keduanya
memerlukan orang lain untuk
membantunya. Syukurlah, mereka
dikaruniai harta yang berkecukupan,
sehingga berbagai kebutuhan dapat
dipenuhi, tanpa hambatan yang
berarti.


Mediakom No.XXVI/OKTOBER/2010

Roni, teman akrab sewaktu kecil.
Selalu bersama dalam suka dan
duka. Bersama satu sekolah, mulai
dari SD, SMP dan SMA, bahkan
bersama dalam bermain bola kaki,
bola voli dan kasti. Ceria, bersorak
dan bertepuk tangan menyambut
cemesan bola voli yang menukik
atau tendangan gol ke gawang
lawan. Tak mengira, bila kemudian
hari Ia menjadi merana, kemanamana sendiri, sebatang kara, tak
ada teman dan handai tolan yang
menemaninya. Ia asik sendiri dengan
dunianya.
Kepiluan itu bermula tahun 1985,
ketika Roni berniat meneruskan
kuliah di Universitas Sriwijaya(Unsri)
Palembang. Mendengar saya akan
mendaftar ke Universitas Lampung
(Unila), Tanjung Karang. Ia pun urung
ke Unsri, kemudian ikut ke Unila.
Orang tuanya juga menyetujui,
sebab di Unila juga banyak saudara
yang telah kuliah lebih dahulu.
Berangkat menuju Tanjung

Karang dengan semangat 45.
Menumpang bus angkutan lawas
berbekal beberapa lembar kain ganti
untuk 15 hari. Sampai di Tanjung
Karang, kami numpang nginap di
kamar kos saudara yang cukup besar
berpenghuni 7 orang. Sambutan dari
saudara sangat antusias, karena akan
tambah saudara baru yang sedang
menuntut ilmu di Tanjung Karang.
Malam kedua, sekitar pukul
21.00 melihat gejala aneh pada
Roni. Ia menyebar seluruh uang
saku di tempat tidur. Hatiku
bertanya-tanya, apakah mau pamer
uang ? Tak berkomentar, hanya
mengamati dari jauh. Tapi, setengah
jam kemudian, tampak Ia sedang
menutupkan kedua belah tangan
dan menempelkan di dada, seperti
menyembah. Tak lama kemudian
keluar kos dan mengembara ke jalan
raya. Akhirnya, keesokan hari diantar
pulang ke kampung.
Kepiluan itu kian bertambah
menyayat hati, ketika pulang

Media Utama
kampung, kemudian berkunjung
kerumahnya dengan membawa
4 anak laki-laki yang sehat dan
ceria. Terlihat di wajah Atik, tatapan
sedih dan rasa kehilangan yang
sangat mendalam. Salah satu
kepiluan anggota masyarakat yang
anggotanya menderita gangguan
kesehatan jiwa.
Kini, banyak anggota masyarakat
yang bernasib sama, sedih dan pilu
karena ada anggota keluarga yang
mengalami hidup dengan gangguan
kesehatan jiwa. Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar 2007 jumlah
pasien dengan gangguan jiwa berat
adalah 4,6 per seribu penduduk.
Sehingga diperkirakan jumlah
pasien pada kelompok usia 15-64
tahun adalah 650.000-700.000 orang.
Dari kepustakaan diketahui pula
bahwa dengan pengobatan yang
efektif, 50% pasien akan sembuh/
pulih, 25% akan sembuh tetapi
membutuhkan dukungan yang
kuat dari orang lingkungannya, 15%
tidak menunjukkan perbaikan yang
berarti yang biasanya membutuhkan
perawatan di rumah sakit, sedangkan
10% sama sekali tidak menunjukkan
perbaikan.
Tidak diperoleh data nasional
jumlah orang yang dipasung. Jika
diperkirakan setiap kecamatan
mempunyai 2 hingga 5 orang. Jika
jumlah kecamatan 5.263 (2005) maka
diperhitungkan jumlah orang yang
dipasung 10.000 - 26.000 orang .
Berbagai alasan mengenai mengapa
mereka dipasung. Sebagian
masyarakat memasung anggota
keluarganya untuk melindungi dari
kecelakaan. Seorang kader di suatu
daerah memberikan kesaksian
bahwa adiknya dipasung karena
kecenderungan melemparkan
dirinya ke dalam api. Ibu yang lain
meminta warga memasung putranya
karena tidak mampu menjaga.
Putranya sering bepergian tanpa

Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan
Dasar 2007
jumlah pasien
dengan gangguan
jiwa berat adalah
4,6 per seribu
penduduk.
tujuan dan setelah beberapa hari
diantar pulang oleh petugas.
Hindari pemasungan
Anggapan sebagian orang
bahwa pasung dan penelantaran
hanya terjadi di pedesaan, karena
mereka menganut logika bahwa
pemasungan terjadi karena akses
yang sulit untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Tetapi pada
kenyataannya warga di kota besar
juga melakukan pemasungan
meskipun dengan cara yang
berbeda. Jika di pedesaan penderita
dipasung pada halaman belakang
rumah jauh maupun dekat, sehingga
warga desa yang lain dapat melihat
atau menonton jika mereka berteriak
atau karena tingkah lakunya, tidak
demikian halnya diperkotaan. Pasien
dikurung didalam kamar untuk

menutupi rasa malu bagi keluarga.
Untuk menghindari pemasungan
dan penelantaran, pemerintah sejak
zaman Belanda telah berusaha
mengurangi dengan menerapkan
kebijakan yang humanis. Belanda
mengikuti gerakan moral Eropa
dan Amerika abad ke 20. Penderita
gangguan jiwa yang disel dalam
penjara (asilum) dibebaskan dan
dirawat dengan perhatian.
Sedangkan di In