PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN SNAWBALL THROWING DI KELAS VII SMP NEGERI 3 MEDAN T.A. 2016/2017.
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN SNAWBALL THROWING DI KELAS VII
SMP NEGERI 3 MEDAN T.A. 2016/2017
Oleh:
Juwita Fransisca Putri
NIM. 4121111017
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Juwita Fransisca Putri dilahirkan di Tarutung, pada tanggal 22 Juni 1994. Ibu
bernama Marlin Sihombing dan ayah bernama Posma Simamora, dan merupakan
anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri
101887 Tanjung Morawa, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis
melanjutkan sekolah di SMP Swasta Santa Maria Medan, dan lulus pada tahun
2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 10 Medan,
dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus ujian pada tanggal 24
Agustus 2016.
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN SNAWBALL THROWING DI KELAS VII
SMP NEGERI 3 MEDAN T.A. 2016/2017
Juwita Fransisca Putri (4121111017)
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan Snawball Throwing
kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII-E sebagai kelas eksperimen A dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan siswa kelas VII-G
sebagai kelas eksperimen B dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Snawball Throwing. Jenis penulisan ini adalah eksperimen semu. Data yang
diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah
matematika berupa uraian sebanyak 4 soal. Dari hasil analisis data diperoleh nilai
rata-rata pretest kelas eksperimen A 32,344 dan nilai rata-rata pretest kelas
eksperimen B 33,125. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen A 86,094 dan nilai
rata-rata posttest kelas eksperimen B 75,234. Kedua kelas berdistribusi normal dan
homogen. Untuk uji hipotesis digunakan uji t dua pihak, dari hasil perhitungan
pretest diperoleh
dan
dengan kriteria pengujian
terima Ho dan tolak Ha jika
sehingga terlihat bahwa
ternyata
berada dalam interval tersebut yang berarti bahwa
diterima dan
ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
pemecahan masalah matematika siswa. Dari hasil perhitungan posttest diperoleh
dan
dengan kriteria pengujian terima Ho dan
tolak Ha jika
sehingga terlihat bahwa ternyata
tidak berada dalam interval tersebut yang berarti bahwa
ditolah dan
diterima
atau dengan kata lain terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
dengan pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing Kelas VII SMP Negeri 3
Medan Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil penelitian ini, model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Snawball Throwing dapat
dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya pada materi luas
bangun datar segiempat.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Dengan Snawball Throwing Di Kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A
2016/2017”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:
1.
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2.
Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, Bapak Prof. Dr. S. Saragih, M.Pd, dan Bapak
Dr. Mulyono, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang
telah membimbing penulis selama perkuliahan.
4.
Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
5.
Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
v
6.
Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan.
7.
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.
8.
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika.
9.
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.
10. Ibu Hj. Nurhalimah Sibuea, S.Pd, M.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 3 Medan.
11. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta P. Simamora dan M. Sihombing
untuk setiap tetes keringat dan air mata, untuk kasih sayang yang tak pernah
berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang tak henti, yang
selalu membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan, dan perjuangan
dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.
12. Abangku terganteng Benny Putra Simamora untuk dukungannya sehingga adek
mampu menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
13. Kepada keluarga besar saya, tulang, nantulang, maktua, kakak dan adik sepupu
yang telah memberikan do’a, semangat, serta dukungan.
14. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi (Terkhusus Maria Claudia
Silalahi) untuk dukungan yang sangat luar biasa dan suka duka yang telah
dilewati bersama.
15. Seluruh sahabat Matematika DIK-B 2012 (terkhusus Agnes Agustina Purba,
Yessika Pramita Tambunan dan Irawati Silalahi) yang sangat luar biasa, terima
kasih untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa menyenangkan di
beberapa semester, untuk petualangan bersama yang telah kita lewati, dan
untuk suka duka yang tercipta.
vi
16. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita
dan membekaskan kenangan.
17. Terimakasih banyak untuk kak Martalia Siregar yang selalu menjadi teman
berbagi dan selalu memberikan semangat serta motivasi.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan
menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Medan,
Agustus 2016
Penulis,
Juwita Fransisca Putri
NIM 4121111017
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vii
ix
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penenlitian
1.7. Defenisi Operasional
1
1
10
11
11
11
12
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Masalah dalam Matematika
2.1.2. Pemecahan Masalah Matematika
2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
2.1.4. Belajar dan Pembelajaran Matematika
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.1. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
2.1.6.1. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT
2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snawball Throwing
2.1.7.1. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snawball Throwing
2.2. Materi Bangun Datar Segiempat
2.2.1. Persegi Panjang dan Persegi
2.3. Teori Belajar yang Mendukung
2.4. Penelitian yang Relevan
2.5. Kerangka Konseptual
2.5.1. Terdapat Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
2.5.2. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa dalam
14
14
14
15
16
18
21
23
24
25
27
31
32
34
35
35
39
41
42
42
viii
Menyelesaiakan Soal Pemecahan Masalah
2.6. Hipotesis Penelitian
43
45
BAB III PENUTUP
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
3.2.2. Sampel Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Janis dan Desain Penelitian
3.5. Langkah-langkah Penelitian
3.6. Instrumen Penelitian
3.6.1. Test Kemampuan
3.6.2. Teknik Pemberian Skor
3.6.3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1. Menghitung Rata-rata Skor
3.7.2. Menghitung Standar Deviasi
3.7.3. Uji Normalitas
3.7.4. Uji Homogenitas
3.7.5. Uji Hipotesis
46
46
46
46
46
46
47
48
51
51
51
52
53
53
54
54
54
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
4.1.2. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
4.2. Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1. Uji Normalitas Data
4.2.2. Uji Homogenitas Data
4.2.3. Pengujian Hipotesis
4.3. Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa
4.3.1. Proses Penyelesaian Pretest Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
4.3.2. Proses Penyelesaian Posttest Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
4.5. Keterbatasan Penelitian
58
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
79
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
79
79
DAFTAR PUSTAKA
81
58
59
60
60
61
61
63
63
69
74
77
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kebun Bunga
35
Gambar 2.2a. Persegi Panjang
37
Gambar 2.2b. Persegi
37
Gambar 2.3. Model Persegi Panjang
37
Gambar 2.4. Ilustrasi Sifat Persegi Panjang
38
Gambar 2.5. Ilustrasi Sifat Persegi
38
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
49
Gambar 4.1. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
63
Gambar 4.2. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
64
Gambar 4.3. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
64
Gambar 4.4. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
65
Gambar 4.5. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
65
Gambar 4.6. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
66
Gambar 4.7. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
66
Gambar 4.8. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
67
Gambar 4.9. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
69
Gambar 4.10. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
69
x
Gambar 4.11. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
70
Gambar 4.12. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
70
Gambar 4.13. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
71
Gambar 4.14. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
71
Gambar 4.15. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
72
Gambar 4.16. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
72
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Kerja Siswa
4
Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa
6
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
26
Tabel 3.1. Desain Penelitian
47
Tabel 3.2. Teknik Pemberian Skor
52
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa
53
Tabel 4.1. Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
59
Tabel 4.2. Data Posttest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
60
Tabel 4.3. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest
Kedua Kelas
60
Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data
61
Tabel 4.5. Ringkasan Data Hasil Uji Homogenitas
61
Tabel 4.6. Ringkasan Data Hasil Uji Hipotesis Pretest
62
Tabel 4.7. Ringkasan Data Hasil Uji Hipotesis Posttest
63
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen A
83
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen A
92
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen B
101
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen B
109
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I
117
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II
120
Lampiran 7 Lembar Validitas Pretest
123
Lampiran 8 Lembar Validitas Posttest
126
Lampiran 9 Kisi-kisi Pretest
129
Lampiran 10 Kisi-kisi Posttest
130
Lampiran 11 Pretest
131
Lampiran 12 Posttest
134
Lampiran 13 Alternatif Pemecahan Pretest
137
Lampiran 14 Alternatif Pemecahan Posttest
141
Lampiran 15 Teknik Pemberian Skor
145
Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Guru
146
Lampiran 17 Daftar Nilai Butir Soal Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B
150
Lampiran 18 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen A
dan Kelas Eksperimen B
158
Lampiran 19 Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians,
dan Simpangan Baku
164
Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Data
167
Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas Data
171
Lampiran 22 Perhitungan Uji Hipotesis Data
174
Lampiran 23 Perhitungan Tingkat Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z
178
182
xiii
Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
183
Lampiran 26 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
184
Lampiran 27 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
186
Lampiran 28 Dokumentasi Penelitian
187
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi
kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan merupakan hal yang dapat
menentukan kemajuan peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dapat
dijadikan parameter seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa.
Di dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern dan mengembangkan daya pikir
manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat
tergantung kepada perkembangan pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah
terutama pendidikan matematika. Matematika merupakan salah satu di antara
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan persentase jam pelajaran yang
lebih dibandingkan dengan pelajaran lainnya.
Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya
tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar
matematika siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada
bidang studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya
Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas
capaian hasil belajar matematika siswa, baik melalui peningkatan kualitas guru
matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan standar minimal
nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun
ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil
TIMSS
(Trend
in
International
Mathematics
and
Science
Study)
http://litbang.kemdikbud.go.id/, Survei Internasional tentang prestasi matematika
dan sains siswa SMP Kelas VIII, yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih di
bawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada di
peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor
rata-rata internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada di
1
2
peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor
rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru, yaitu hasil studi 2011, Indonesia
berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386,
sedangkan skor rata-rata internasional 500. Jika dibandingkan dengan negara
ASEAN misal Singapura dan Malaysia, Posisi Indonesia masih di bawah negaranegara tersebut. Hasil studi TIMSS 2003, Singapura dan Malaysia berada di
peringkat 1 dan 10 dengan skor rata-rata 605 dan 508. Hasil studi 2007, Singapura
dan Malaysia berada di peringkat 3 dan 20 dengan skor rata-rata 593 dan 474.
Hasil studi TIMSS 2011, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 2 dan 26
dengan skor rata-rata 611 dan 440.
Survey di atas sebagai bukti bahwa prestasi siswa Indonesia khususnya di
bidang studi matematika masih rendah dan kurang memuaskan, salah satunya
disebabkan karena kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah.
Dengan melihat pentingnya matematika maka pelajaran matematika perlu
diberikan kepada peserta didik mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP, SMA,
sampai pada perguruan tinggi. Untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analisis, sistematik, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Kompetisi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah tidak pasti dan kompetitif. Menurut
Cornelius (dalam Abdurrahman 2009 : 253) menyatakan bahwa:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola- pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Cockroft (dalam Abdurrahman 2009 : 253) mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunkan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
3
Tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus
dengan hasil belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Padahal penemuan atau pengembangan dari banyak bidang matematika
merupakan hasil langsung dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah sangat
penting dalam pembelajaran matematika untuk menguasai konsep dan memahami
dalil atau teorema.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian masalah
tersebut
siswa
dimungkinkan
memperoleh
pengalaman
menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Abdurrahman (2009 : 254)
menyatakan bahwa : “Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan
keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa
kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang
berbeda”.
Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah
dibandingkan mata pelajaran lain. Selain itu, jika dilihat pada proses belajar
mengajarnya ternyata matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak
diminati siswa karena matematika dianggap sulit dan menakutkan. Akibatnya
siswa tidak memahami arti penting matematika dalam kehidupan dan siswa
kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar matematika. Siswa lebih
bersifat pasif, enggan, takut, atau malu untuk mengungkapkan ide-ide ataupun
penyelesaian atas soal atau masalah yang diberikan oleh guru.
Terlebih jika soal yang diberikan adalah soal cerita terkait pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari. Soal-soal cerita merupakan bentuk soal yang
sangat kita kenal karena setiap hari kita senantiasa berhadapan dengan masalahmasalah yang harus kita selesaikan. Kemampuan memahami suatu masalah
berhubungan dengan pengalaman yang pernah kita jalani atau masalah-masalah
sejenis yang pernah kita hadapi, dan kemampuan menyelesaikannya merupakan
dasar untuk bertahan hidup. Dengan demikian, mendidik siswa untuk menjadi
pemecah masalah yang baik merupakan hal yang sangat penting di dalam
4
pendidikan. Pengembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalahmasalah matematika dipandang sebagai sebuah tujuan penting di dalam program
pengajaran matematika.
Berdasarkan observasi awal (tanggal 4 Februari 2016) dengan pemberian
tes kepada siswa kelas VII-G di SMP Negeri 3 Medan. Tes yang diberikan berupa
tes diagnostik yang berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dalam matematika. Soal yang diujikan kepada siswa
adalah sebagai berikut:
1. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 13 m. Dalam
taman tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk persegi
panjang dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 7 m. Berapakah luas
tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga ?
a. Dari informasi di atas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan
berdasarkan soal!
b. Bagaimana cara menentukan luas tanah dalam taman yang dapat
ditanami bunga?
c. Tentukan luas tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga!
d. Menurut Ari luas tanah yang dapat ditanami bunga adalah 99 ,
sedangkan menurut Leo luas tanah yang dapat ditanami bunga adalah
100 . Menurut anda jawaban atau pendapat siapa yang benar ?
Jelaskan jawabanmu !
Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dan reaksi siswa terhadap
masalah yang diberikan.
Tabel 1.1. Hasil Kerja Siswa
No.
1.
Hasil Kerja Siswa
Reaksi Terhadap
Masalah
Ada siswa yang masih
tidak
teliti
dalam
menuliskan
apa
yang
ditanya dan diketahui atau
dapat dikatakan siswa
salah menginterpretasikan
soal sehingga siswa tidak
dapat memahami masalah.
5
2.
Siswa salah merencanakan
strategi
yang
akan
digunakan.
3.
Siswa
menggunakan
langkah-langkah
penyelesaian
yang
mengarah ke solusi yang
benar tetapi tidak lengkap
dan
masih
salah
menghitung.
4.
Siswa yang tidak mampu
memeriksa
kembali
penyelesaian
yang
dikerjakan dan dalam
menyimpulkan
hasil
jawaban masih salah.
Dari keseluruhan jawaban ditemukan kendala pada kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VII-G SMP Negeri 3 Medan yang
berjumlah 32 siswa yang diberi tes tentang materi persegi dan persegi panjang
yaitu dapat dilihat dari tabel berikut ini:
6
Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan
Pemecahan Masalah Pada Tes Diagnostik Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Indikator Tes Diagnostik
Persentase Jumlah
Banyak Siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa
Memahami Masalah
11 orang
30,6 %
Merencanakan Penyelesaian
11 orang
30,6 %
Melaksanakan Penyelesaian
8 orang
22,2 %
Memeriksa Kembali
5 orang
13,9 %
Berdasarkan hasil dari tes diagnostik yang diperoleh dari siswa kelas VII-G
SMP Negeri 3 Medan dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menentukan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara yang
diketahui dengan yang ditanya dari soal dan banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam memisalkan mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika
(membuat model). Mereka cenderung mengambil kesimpulan untuk melakukan
operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa
memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal. Siswa masih
mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan
persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Dalam setiap
langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan
yang sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil kesimpulan siswa
dalam pemecahan masalah masih sangat rendah dan pembelajaran matematika
jarang dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa.
Pemilihan model pembelajaran sangat penting dan sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dalam menentukan keberhasilan belajar matematika.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi kejenuhan siswa
menerima pelajaran matematika. Selama ini model pembelajaran yang digunakan
guru cenderung monoton yang mengakibatkan siswa pasif. Sehingga siswa merasa
7
jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak optimal.
Slameto (2010 : 65) menyatakan bahwa :
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar guru yang kurang baik itu
dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak
jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu
sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau
gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Demikian juga Usman (2001 : 30) mengungkapkan bahwa :
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendah atau kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya
adalah metode yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang
menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
pendengar, sebaliknya peran guru atau pengajar pada pembelajaran
sangat dominan.
Siswa aktif belajar karena baginya pelajaran tersebut menarik dan
menyenangkan. Agar anggapan tersebut juga diperlakukan terhadap pelajaran
matematika, maka guru harus mampu mengubah persepsi siswa yang menganggap
matematika itu pelajaran yang sulit pada proses pembelajaran.
Kegiatan mengajar merupakan suatu keterampilan mengajar yang harus
dikuasai oleh guru baik secara teori maupun praktek. Seorang guru harus bersifat
layaknya sebagai sosok yang mampu mengajak semua siswa untuk mengikuti
pelajarannya dengan baik dan kondusif dalam kelas, seperti artis yang berada di
depan panggung. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tidak cukup
hanya dengan mentransfer ilmu dari guru ke siswa. Oleh karena itu, guru
memerlukan keterampilan untuk membuat pembelajaran yang lebih inovatif
melalui strategi belajar dan berbagai teknik-teknik mengajar yang lebih memacu
semangat siswa dan menjadikan belajar itu menyenangkan sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Dalam
upaya
meningkatkan
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa
melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan
memecahkan masalah matematika yang ada. Mengajarkan pemecahan masalah
8
akan memberikan banyak manfaat dan memberikan dampak yang sangat penting.
Pentingnya pemilihan teknik pengajaran dilakukan oleh guru dengan cermat
sehingga siswa dapat memahami dengan jelas setiap materi yang disampaikan dan
akhirnya akan mampu membuat proses belajar mengajar lebih optimal dan
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat meningkat. Seperti yang
dituliskan Hudojo (2005 : 130) :
Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan
siswa itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam
kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk
menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil
keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang
bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil
yangtelah diperolehnya.
Kemampuan
pemecahan
masalah
yang
dikembangkan
melalui
pembelajaran matematika sangat penting bagi setiap siswa, karena dalam
kehidupan sehari-hari akan selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus
dipecahkan
dan
menuntut
pengetahuan
untuk
menemukan
solusi
dari
permasalahan yang dihadapi tersebut. Peran aktif siswa sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan kemampuan pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu perlu
diusahakan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu
solusi yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Artz dan Newman (dalam Huda, 2011 : 32) mengungkapkan bahwa ;
Pembelajaran kooperatif sebagai small group of learners working
together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a
common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama
dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah
tugas, atau mencapai satu tujuan bersama.
Selain itu Abdulhak (dalam Rusman, 2014 : 203) menyatakan bahwa
“Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta
belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar
itu sendiri”.
9
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika. Karena antara siswa dalam kelompok kooperatif dapat saling
membantu temannya dengan bahasanya sendiri yang lebih mudah dipahami
daripada penjelasan guru.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing. Maksud dari model kooperatif
tipe NHT yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka
dalam menguasai materi. (Huda, 2014 : 203) mengemukakan bahwa : “Tujuan
dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa
dalam mereviuw berbagai materi yang dibahas karena siswa diberikan kesempatan
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pe;ajaran itu. Dengan
begitu timbullah saling ketergantungan postif, tanggung jawab individual, dan
keterampilan sosial dalam diri peserta didik yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik sehingga cocok
untuk dapat diterapkan dalam materi segiempat.
Pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing dapat melatih siswa
untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snawball Throwing ini
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat menyerupai bola
kemudian dilemparkan secara bergilir diantara sesama anggota kelompok. Disini
siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara, akan tetapi mereka
juga melakukan kegiatan seperti permainan yang menghibur dan memacu daya
pikir siswa yaitu menggulung kertas dan melemparkan pada siswa lain. Di dalam
kertas tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dari kelompok
10
yang lain. Semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggung jawab baik
individu maupun kelompok.
Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Snawball
Throwing merupakan dua model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat
membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika dan membuat
siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu
materi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Selain dari alasan-alasan di atas peneliti tertarik meneliti kedua teknik
karena ingin mengetahui teknik mana yang lebih tepat dan seberapa besar
perbedaan keunggulan kedua teknik tersebut apabila diterapkan dalam
pembelajaran matematika pada materi yang sama yaitu bangun datar segiempat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang diajar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
Snawball Throwing di Kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
1. Materi Bangun Datar Segiempat merupakan pokok bahasan yang
dianggap sulit oleh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 3
Medan masi tergolong rendah.
3. Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika karena dalam
kesehariannya guru lebih dominan daripada siswa.
4. Pemahaman konsep matematika siswa pada materi yang diajarkan oleh
guru masih kurang.
11
1.3. Batasan Masalah
Agar masalah yang ditelliti lebih jelas dan terarah maka perlu ada
pembatasan masalah dari identifikasi masalah. Adapun masalah dalam penelitian
ini dibatasi pada :
1.
Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui
model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan siswa
yang diajar melalui model kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017.
2.
Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah matematika yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model
kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A. 2016/2017.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1.
Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe
Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017 ?
2.
Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa terkait pemecahan
masalah yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe
Snawball Throwing?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah
1.
Untuk
mengetahui
perbedaan
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model
12
kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A 2016/2017.
2.
Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa terkait pemecahan
masalah yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe
Snawball Throwing.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.
Bagi siswa, dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin
hubungan yang lebih baik antar siswa, sehingga siswa dapat saling
membentu dalam pembelajaran akademis.
2.
Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
3.
Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan
sebagai informasi tentang model pembelajaran kooperatif.
4.
Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat di masa yang akan datang.
5.
Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi jika ingin melakukan
penelitian sejenis.
1.7. Definisi Operasional
Defini operasional penelitian ini adalah :
1.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
adalah model pembelajaran kooperatif dimana guru melakukan
penomoran kepada setiap siswa dalam kelompok guna melibatkan
keaktifan seluruh siswa sewaktu diskusi berjalan, yakni dengan menyebut
salah satu nomor dan menunjuk perwakilan dari masing-masing
kelompok secara acak untuk menjawab setiap masalah yang diajukan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing adalah salah satu
13
model pembelajaran aktif yang digunakan guru untuk meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar serta memilih kesiapan siswa terhadapa
materi pembelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran ini
menggunakan permainan yaitu dengan cara membuat bola pertanyaan
yang ditulis oleh siswa dan dilempar seperti bola salju, kemudian
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang didapat.
2.
Kemampuan pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal ditinjau dari aspek : pemahaman terhadap masalah, perencanaan
penyelesaian masalah, melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah,
melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, dan melihat kembali
penyelesaian.
3.
Proses penyelesaian jawaban dalam kemampuan pemecahan masalah
adalah suatu rangkaian tahapan penyelesaian jawaban yang dibuat siswa
secara lebih rinci dan benar berdasarkan 4 indikator yaitu memahami,
merencanakan, melaksanakan, dan melihat kembali. Indikator memahami
dilihat dari kemampuan siswa menulis data/informasi yang ada pada soal.
Indikator merencanakan dilihat dari kemampuan siswa memilih strategi
dengan menerapkan konsep matematika. Indikator melaksanakan dilihat
dari kemampuan siswa menyelesaikan langkah-langkah dari strategi yang
telah direncanakan. Indikator melihat kembali dilihat dari kemampuan
siswa memberi kesimpulan terhadap solusi yang sudah didapat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing Kelas VII SMP Negeri 3 Medan
dengan rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematika berturut-turut
adalah 86,094 dan 75,234. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis
pada taraf signifikansi
dan dk = 62 dengan
dan
.
2.
Proses jawaban siswa dalam kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas
eksperimen A yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered head Together (NHT) dan di kelas eksperimen B yang diajar melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing sama-sama memliki
kelebihan dan kekurangan di setiap indikator kemampuan pemecahan masalah
matematika.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:
1.
Kepada Guru
a. Dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai salah
satu alternatif dalam memilih model pembelajaran dibandingkan dengan
menggunakan
Snawball
Throwing
yang
diharapkan
dapat
lebih
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
b. Dapat memanfaatkan waktu degan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
c. Hendaknya lebih banyak melatih siswa dalam dua indikator pemecahan
masalah yakni merencanakan penyelesaian masalah dan memeriksa kembali
karena dilihat dari hasil postest kemampuan pemecahan masalah matematika
79
80
yang dilakukan di kelas eksperimen A dan B diperoleh bahwa siswa masih
mengalami kesulitan saat berada pada kedua tahap tersebut. Diharapkan
dengan latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru, kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa semakin baik kedepannya terutama
dalam indikator merencanakan penyelesaian masalah dan memeriksa
kembali.
2.
Kepada Peneliti Lanjutan
Hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
menggunakan model Numbered Head Together (NHT) dan Snawball Throwing
pada materi luas bangun datar segiempat atau materi ajar lainnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar: Teori,
Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati, R. dan Mudijono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Jakarta
Herdian, (2009), Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together),
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nhtnumbered-head-together/ diakses Feberuari 2016
Huda, M., (2011), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Huda, M., (2014), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
UM Press, Malang.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Lie, A., (2010), Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta
Rosyada, D., (2004), Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana, Jakarta
Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sanjaya, W., (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana,
Jakarta.
Sobel, M.A. dan Maletsky, E.M., (2001), Mengajar Matematika, Erlangga,
Jakarta
82
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugandi, A.I., (2013), Peranan Matematika dalam Menumbuhkan Karakter Siswa,
Volume 1, Tahun 2013. ISSN 977-2338831.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Zuriah, N., (2007), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta
SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN SNAWBALL THROWING DI KELAS VII
SMP NEGERI 3 MEDAN T.A. 2016/2017
Oleh:
Juwita Fransisca Putri
NIM. 4121111017
Program Studi Pendidikan Matematika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
i
ii
RIWAYAT HIDUP
Juwita Fransisca Putri dilahirkan di Tarutung, pada tanggal 22 Juni 1994. Ibu
bernama Marlin Sihombing dan ayah bernama Posma Simamora, dan merupakan
anak kedua dari dua bersaudara. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri
101887 Tanjung Morawa, dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis
melanjutkan sekolah di SMP Swasta Santa Maria Medan, dan lulus pada tahun
2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 10 Medan,
dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi
Pendidikan Matematika Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan, dan lulus ujian pada tanggal 24
Agustus 2016.
iii
PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
SISWA YANG DIAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)
DENGAN SNAWBALL THROWING DI KELAS VII
SMP NEGERI 3 MEDAN T.A. 2016/2017
Juwita Fransisca Putri (4121111017)
ABSTRAK
Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dengan Snawball Throwing
kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017. Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh siswa SMP Negeri 3 Medan. Sampel dalam penelitian ini adalah
siswa kelas VII-E sebagai kelas eksperimen A dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan siswa kelas VII-G
sebagai kelas eksperimen B dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe Snawball Throwing. Jenis penulisan ini adalah eksperimen semu. Data yang
diperlukan diperoleh dengan menggunakan tes kemampuan pemecahan masalah
matematika berupa uraian sebanyak 4 soal. Dari hasil analisis data diperoleh nilai
rata-rata pretest kelas eksperimen A 32,344 dan nilai rata-rata pretest kelas
eksperimen B 33,125. Nilai rata-rata posttest kelas eksperimen A 86,094 dan nilai
rata-rata posttest kelas eksperimen B 75,234. Kedua kelas berdistribusi normal dan
homogen. Untuk uji hipotesis digunakan uji t dua pihak, dari hasil perhitungan
pretest diperoleh
dan
dengan kriteria pengujian
terima Ho dan tolak Ha jika
sehingga terlihat bahwa
ternyata
berada dalam interval tersebut yang berarti bahwa
diterima dan
ditolak atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
pemecahan masalah matematika siswa. Dari hasil perhitungan posttest diperoleh
dan
dengan kriteria pengujian terima Ho dan
tolak Ha jika
sehingga terlihat bahwa ternyata
tidak berada dalam interval tersebut yang berarti bahwa
ditolah dan
diterima
atau dengan kata lain terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
dengan pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing Kelas VII SMP Negeri 3
Medan Tahun Ajaran 2016/2017. Berdasarkan hasil penelitian ini, model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dan Snawball Throwing dapat
dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa khususnya pada materi luas
bangun datar segiempat.
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa dianugrahkan kepada penulis
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perbedaan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Yang Diajar Melalui
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
Dengan Snawball Throwing Di Kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A
2016/2017”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat
diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:
1.
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak awal
penyusunan proposal penelitian sampai selesainya penulisan skripsi ini.
2.
Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, Bapak Prof. Dr. S. Saragih, M.Pd, dan Bapak
Dr. Mulyono, M.Si sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan
saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.
3.
Bapak Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang
telah membimbing penulis selama perkuliahan.
4.
Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri
Medan.
5.
Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.
v
6.
Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang
Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Negeri Medan.
7.
Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.
8.
Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Matematika.
9.
Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.
10. Ibu Hj. Nurhalimah Sibuea, S.Pd, M.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah
mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 3 Medan.
11. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis
sampaikan kepada kedua orang tua tercinta P. Simamora dan M. Sihombing
untuk setiap tetes keringat dan air mata, untuk kasih sayang yang tak pernah
berkurang, untuk harapan yang tak pernah pudar, do’a yang tak henti, yang
selalu membanggakan tak peduli berapa kali mengecewakan, dan perjuangan
dan pengorbanan yang telah dilakukan untuk penulis selama ini.
12. Abangku terganteng Benny Putra Simamora untuk dukungannya sehingga adek
mampu menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
13. Kepada keluarga besar saya, tulang, nantulang, maktua, kakak dan adik sepupu
yang telah memberikan do’a, semangat, serta dukungan.
14. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi (Terkhusus Maria Claudia
Silalahi) untuk dukungan yang sangat luar biasa dan suka duka yang telah
dilewati bersama.
15. Seluruh sahabat Matematika DIK-B 2012 (terkhusus Agnes Agustina Purba,
Yessika Pramita Tambunan dan Irawati Silalahi) yang sangat luar biasa, terima
kasih untuk perjuangan bersama yang berat tapi terasa menyenangkan di
beberapa semester, untuk petualangan bersama yang telah kita lewati, dan
untuk suka duka yang tercipta.
vi
16. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita
dan membekaskan kenangan.
17. Terimakasih banyak untuk kak Martalia Siregar yang selalu menjadi teman
berbagi dan selalu memberikan semangat serta motivasi.
Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini,
namun penulis menyadari banyak kelemahan, baik isi maupun tata bahasa,
karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan
menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.
Medan,
Agustus 2016
Penulis,
Juwita Fransisca Putri
NIM 4121111017
vii
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel
Daftar Lampiran
i
ii
iii
iv
vii
ix
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Identifikasi Masalah
1.3. Pembatasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penenlitian
1.7. Defenisi Operasional
1
1
10
11
11
11
12
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teoritis
2.1.1. Masalah dalam Matematika
2.1.2. Pemecahan Masalah Matematika
2.1.3. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
2.1.4. Belajar dan Pembelajaran Matematika
2.1.5. Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.1. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.2. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif
2.1.5.3. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
2.1.6.1. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT
2.1.7. Pembelajaran Kooperatif Tipe Snawball Throwing
2.1.7.1. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Snawball Throwing
2.2. Materi Bangun Datar Segiempat
2.2.1. Persegi Panjang dan Persegi
2.3. Teori Belajar yang Mendukung
2.4. Penelitian yang Relevan
2.5. Kerangka Konseptual
2.5.1. Terdapat Perbedaan Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
2.5.2. Proses Penyelesaian Jawaban Siswa dalam
14
14
14
15
16
18
21
23
24
25
27
31
32
34
35
35
39
41
42
42
viii
Menyelesaiakan Soal Pemecahan Masalah
2.6. Hipotesis Penelitian
43
45
BAB III PENUTUP
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1. Populasi Penelitian
3.2.2. Sampel Penelitian
3.3. Variabel Penelitian
3.4. Janis dan Desain Penelitian
3.5. Langkah-langkah Penelitian
3.6. Instrumen Penelitian
3.6.1. Test Kemampuan
3.6.2. Teknik Pemberian Skor
3.6.3. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1. Menghitung Rata-rata Skor
3.7.2. Menghitung Standar Deviasi
3.7.3. Uji Normalitas
3.7.4. Uji Homogenitas
3.7.5. Uji Hipotesis
46
46
46
46
46
46
47
48
51
51
51
52
53
53
54
54
54
55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian
4.1.1. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
4.1.2. Nilai Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
4.2. Analisis Data Hasil Penelitian
4.2.1. Uji Normalitas Data
4.2.2. Uji Homogenitas Data
4.2.3. Pengujian Hipotesis
4.3. Analisis Proses Penyelesaian Jawaban Siswa
4.3.1. Proses Penyelesaian Pretest Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
4.3.2. Proses Penyelesaian Posttest Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika
4.4. Pembahasan Hasil Penelitian
4.5. Keterbatasan Penelitian
58
58
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
79
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
79
79
DAFTAR PUSTAKA
81
58
59
60
60
61
61
63
63
69
74
77
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Kebun Bunga
35
Gambar 2.2a. Persegi Panjang
37
Gambar 2.2b. Persegi
37
Gambar 2.3. Model Persegi Panjang
37
Gambar 2.4. Ilustrasi Sifat Persegi Panjang
38
Gambar 2.5. Ilustrasi Sifat Persegi
38
Gambar 3.1. Skema Prosedur Penelitian
49
Gambar 4.1. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
63
Gambar 4.2. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
64
Gambar 4.3. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
64
Gambar 4.4. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
65
Gambar 4.5. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
65
Gambar 4.6. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
66
Gambar 4.7. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
66
Gambar 4.8. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Pretest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
67
Gambar 4.9. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
69
Gambar 4.10. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 1 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
69
x
Gambar 4.11. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
70
Gambar 4.12. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 2 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
70
Gambar 4.13. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
71
Gambar 4.14. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 3 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
71
Gambar 4.15. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen A
72
Gambar 4.16. Proses Jawaban Butir Soal Nomor 4 Postest Siswa
Pada Kelas Eksperimen B
72
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1. Hasil Kerja Siswa
4
Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa
6
Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
26
Tabel 3.1. Desain Penelitian
47
Tabel 3.2. Teknik Pemberian Skor
52
Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Penguasaan Siswa
53
Tabel 4.1. Data Pretest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
59
Tabel 4.2. Data Posttest Kelas Eksperimen A dan Kelas
Eksperimen B
60
Tabel 4.3. Ringkasan Rata-rata Nilai Pretest dan Posttest
Kedua Kelas
60
Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data
61
Tabel 4.5. Ringkasan Data Hasil Uji Homogenitas
61
Tabel 4.6. Ringkasan Data Hasil Uji Hipotesis Pretest
62
Tabel 4.7. Ringkasan Data Hasil Uji Hipotesis Posttest
63
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen A
83
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen A
92
Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I Kelas Eksperimen B
101
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II Kelas Eksperimen B
109
Lampiran 5 Lembar Aktivitas Siswa I
117
Lampiran 6 Lembar Aktivitas Siswa II
120
Lampiran 7 Lembar Validitas Pretest
123
Lampiran 8 Lembar Validitas Posttest
126
Lampiran 9 Kisi-kisi Pretest
129
Lampiran 10 Kisi-kisi Posttest
130
Lampiran 11 Pretest
131
Lampiran 12 Posttest
134
Lampiran 13 Alternatif Pemecahan Pretest
137
Lampiran 14 Alternatif Pemecahan Posttest
141
Lampiran 15 Teknik Pemberian Skor
145
Lampiran 16 Lembar Observasi Aktivitas Guru
146
Lampiran 17 Daftar Nilai Butir Soal Pretest dan Posttest
Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B
150
Lampiran 18 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen A
dan Kelas Eksperimen B
158
Lampiran 19 Prosedur Perhitungan Rata-Rata, Varians,
dan Simpangan Baku
164
Lampiran 20 Perhitungan Uji Normalitas Data
167
Lampiran 21 Perhitungan Uji Homogenitas Data
171
Lampiran 22 Perhitungan Uji Hipotesis Data
174
Lampiran 23 Perhitungan Tingkat Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika Siswa
Lampiran 24 Tabel Wilayah Luas Di Bawah Kurva Normal 0 Ke Z
178
182
xiii
Lampiran 25 Daftar Nilai Kritis Untuk Uji Liliefors
183
Lampiran 26 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi F
184
Lampiran 27 Daftar Nilai Persentil Untuk Distribusi t
186
Lampiran 28 Dokumentasi Penelitian
187
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bidang pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi
kemajuan suatu bangsa. Kualitas pendidikan merupakan hal yang dapat
menentukan kemajuan peradaban suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan dapat
dijadikan parameter seberapa baik kualitas pembangunan suatu bangsa.
Di dalam dunia pendidikan, matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern dan mengembangkan daya pikir
manusia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) sangat
tergantung kepada perkembangan pendidikan dan pengajaran di sekolah-sekolah
terutama pendidikan matematika. Matematika merupakan salah satu di antara
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan persentase jam pelajaran yang
lebih dibandingkan dengan pelajaran lainnya.
Matematika disadari sangat penting peranannya. Namun tingginya
tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus dengan hasil belajar
matematika siswa. Kenyataan yang ada menunjukkan hasil belajar siswa pada
bidang studi matematika kurang menggembirakan. Pemerintah, khususnya
Departemen Pendidikan Nasional telah berupaya untuk meningkatkan kualitas
capaian hasil belajar matematika siswa, baik melalui peningkatan kualitas guru
matematika melalui penataran-penataran, maupun peningkatan standar minimal
nilai Ujian Nasional untuk kelulusan pada mata pelajaran matematika. Namun
ternyata prestasi belajar matematika siswa masih jauh dari harapan. Dari hasil
TIMSS
(Trend
in
International
Mathematics
and
Science
Study)
http://litbang.kemdikbud.go.id/, Survei Internasional tentang prestasi matematika
dan sains siswa SMP Kelas VIII, yang diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan
dan Kebudayaan memperlihatkan bahwa skor yang diraih Indonesia masih di
bawah skor rata-rata internasional. Hasil studi TIMSS 2003, Indonesia berada di
peringkat ke-35 dari 46 negara peserta dengan skor rata-rata 411, sedangkan skor
rata-rata internasional 467. Hasil studi TIMSS 2007, Indonesia berada di
1
2
peringkat ke-36 dari 49 negara peserta dengan skor rata-rata 397, sedangkan skor
rata-rata internasional 500. Dan hasil terbaru, yaitu hasil studi 2011, Indonesia
berada di peringkat ke-38 dari 42 negara peserta dengan skor rata-rata 386,
sedangkan skor rata-rata internasional 500. Jika dibandingkan dengan negara
ASEAN misal Singapura dan Malaysia, Posisi Indonesia masih di bawah negaranegara tersebut. Hasil studi TIMSS 2003, Singapura dan Malaysia berada di
peringkat 1 dan 10 dengan skor rata-rata 605 dan 508. Hasil studi 2007, Singapura
dan Malaysia berada di peringkat 3 dan 20 dengan skor rata-rata 593 dan 474.
Hasil studi TIMSS 2011, Singapura dan Malaysia berada di peringkat 2 dan 26
dengan skor rata-rata 611 dan 440.
Survey di atas sebagai bukti bahwa prestasi siswa Indonesia khususnya di
bidang studi matematika masih rendah dan kurang memuaskan, salah satunya
disebabkan karena kemampuan pemecahan matematika siswa masih rendah.
Dengan melihat pentingnya matematika maka pelajaran matematika perlu
diberikan kepada peserta didik mulai dari prasekolah (TK), SD, SMP, SMA,
sampai pada perguruan tinggi. Untuk membekali peserta didik dengan
kemampuan berpikir logis, analisis, sistematik, kritis dan kreatif serta kemampuan
bekerja sama. Kompetisi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah tidak pasti dan kompetitif. Menurut
Cornelius (dalam Abdurrahman 2009 : 253) menyatakan bahwa:
Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan
(1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan
masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola- pola hubungan
dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan
kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap
perkembangan budaya.
Cockroft (dalam Abdurrahman 2009 : 253) mengemukakan bahwa:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena (1) selalu digunakan
dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan
keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi
yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunkan untuk menyajikan
informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir
logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kepuasan
terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang.
3
Tingginya tuntutan untuk menguasai matematika tidak berbanding lurus
dengan hasil belajar matematika dan kemampuan pemecahan masalah siswa.
Padahal penemuan atau pengembangan dari banyak bidang matematika
merupakan hasil langsung dari pemecahan masalah. Pemecahan masalah sangat
penting dalam pembelajaran matematika untuk menguasai konsep dan memahami
dalil atau teorema.
Pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang
sangat penting karena dalam proses pembelajaran maupun penyelesaian masalah
tersebut
siswa
dimungkinkan
memperoleh
pengalaman
menggunakan
pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada
pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Abdurrahman (2009 : 254)
menyatakan bahwa : “Pemecahan masalah adalah aplikasi dari konsep dan
keterampilan. Dalam pemecahan masalah biasanya melibatkan beberapa
kombinasi konsep dan keterampilan dalam suatu situasi baru atau situasi yang
berbeda”.
Hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika lebih rendah
dibandingkan mata pelajaran lain. Selain itu, jika dilihat pada proses belajar
mengajarnya ternyata matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang tidak
diminati siswa karena matematika dianggap sulit dan menakutkan. Akibatnya
siswa tidak memahami arti penting matematika dalam kehidupan dan siswa
kurang berminat dan kurang termotivasi dalam belajar matematika. Siswa lebih
bersifat pasif, enggan, takut, atau malu untuk mengungkapkan ide-ide ataupun
penyelesaian atas soal atau masalah yang diberikan oleh guru.
Terlebih jika soal yang diberikan adalah soal cerita terkait pemecahan
masalah kehidupan sehari-hari. Soal-soal cerita merupakan bentuk soal yang
sangat kita kenal karena setiap hari kita senantiasa berhadapan dengan masalahmasalah yang harus kita selesaikan. Kemampuan memahami suatu masalah
berhubungan dengan pengalaman yang pernah kita jalani atau masalah-masalah
sejenis yang pernah kita hadapi, dan kemampuan menyelesaikannya merupakan
dasar untuk bertahan hidup. Dengan demikian, mendidik siswa untuk menjadi
pemecah masalah yang baik merupakan hal yang sangat penting di dalam
4
pendidikan. Pengembangan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalahmasalah matematika dipandang sebagai sebuah tujuan penting di dalam program
pengajaran matematika.
Berdasarkan observasi awal (tanggal 4 Februari 2016) dengan pemberian
tes kepada siswa kelas VII-G di SMP Negeri 3 Medan. Tes yang diberikan berupa
tes diagnostik yang berbentuk uraian untuk melihat kemampuan siswa dalam
memecahkan masalah dalam matematika. Soal yang diujikan kepada siswa
adalah sebagai berikut:
1. Sebuah taman berbentuk persegi dengan panjang sisinya 13 m. Dalam
taman tersebut terdapat sebuah kolam renang yang berbentuk persegi
panjang dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 7 m. Berapakah luas
tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga ?
a. Dari informasi di atas buatlah hal-hal yang diketahui dan ditanyakan
berdasarkan soal!
b. Bagaimana cara menentukan luas tanah dalam taman yang dapat
ditanami bunga?
c. Tentukan luas tanah dalam taman yang dapat ditanami bunga!
d. Menurut Ari luas tanah yang dapat ditanami bunga adalah 99 ,
sedangkan menurut Leo luas tanah yang dapat ditanami bunga adalah
100 . Menurut anda jawaban atau pendapat siapa yang benar ?
Jelaskan jawabanmu !
Berikut adalah hasil pengerjaan beberapa siswa dan reaksi siswa terhadap
masalah yang diberikan.
Tabel 1.1. Hasil Kerja Siswa
No.
1.
Hasil Kerja Siswa
Reaksi Terhadap
Masalah
Ada siswa yang masih
tidak
teliti
dalam
menuliskan
apa
yang
ditanya dan diketahui atau
dapat dikatakan siswa
salah menginterpretasikan
soal sehingga siswa tidak
dapat memahami masalah.
5
2.
Siswa salah merencanakan
strategi
yang
akan
digunakan.
3.
Siswa
menggunakan
langkah-langkah
penyelesaian
yang
mengarah ke solusi yang
benar tetapi tidak lengkap
dan
masih
salah
menghitung.
4.
Siswa yang tidak mampu
memeriksa
kembali
penyelesaian
yang
dikerjakan dan dalam
menyimpulkan
hasil
jawaban masih salah.
Dari keseluruhan jawaban ditemukan kendala pada kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa kelas VII-G SMP Negeri 3 Medan yang
berjumlah 32 siswa yang diberi tes tentang materi persegi dan persegi panjang
yaitu dapat dilihat dari tabel berikut ini:
6
Tabel 1.2. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa Melaksanakan
Pemecahan Masalah Pada Tes Diagnostik Berdasarkan
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Indikator Tes Diagnostik
Persentase Jumlah
Banyak Siswa
Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa
Memahami Masalah
11 orang
30,6 %
Merencanakan Penyelesaian
11 orang
30,6 %
Melaksanakan Penyelesaian
8 orang
22,2 %
Memeriksa Kembali
5 orang
13,9 %
Berdasarkan hasil dari tes diagnostik yang diperoleh dari siswa kelas VII-G
SMP Negeri 3 Medan dapat diketahui bahwa kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa masih rendah, banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam
menentukan konsep matematika yang akan digunakan dalam menyelesaikan suatu
permasalahan, siswa mengalami kesulitan dalam mengaitkan antara yang
diketahui dengan yang ditanya dari soal dan banyak siswa yang mengalami
kesulitan dalam memisalkan mengubah kalimat soal kedalam kalimat matematika
(membuat model). Mereka cenderung mengambil kesimpulan untuk melakukan
operasi hitung pada bilangan-bilangan yang ada dalam soal cerita tanpa
memahami dan memikirkan apa yang diminta dalam soal. Siswa masih
mengalami kesulitan untuk menggunakan pengetahuannya dalam menyelesaikan
persoalan matematika yang menyangkut kehidupan sehari-hari. Dalam setiap
langkah kegiatan pemecahan masalah siswa dikategorikan dalam kemampuan
yang sangat rendah, karena itu secara keseluruhan diambil kesimpulan siswa
dalam pemecahan masalah masih sangat rendah dan pembelajaran matematika
jarang dikaitkan dengan masalah kehidupan sehari-hari siswa.
Pemilihan model pembelajaran sangat penting dan sangat berpengaruh
terhadap hasil belajar siswa dalam menentukan keberhasilan belajar matematika.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mengatasi kejenuhan siswa
menerima pelajaran matematika. Selama ini model pembelajaran yang digunakan
guru cenderung monoton yang mengakibatkan siswa pasif. Sehingga siswa merasa
7
jenuh dan bosan yang menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak optimal.
Slameto (2010 : 65) menyatakan bahwa :
Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar
siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar guru yang kurang baik itu
dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang
menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak
jelas atau sikap guru terhadap siswa dan atau terhadap mata pelajaran itu
sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau
gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar.
Demikian juga Usman (2001 : 30) mengungkapkan bahwa :
Banyak faktor yang menjadi penyebab rendah atau kurangnya
pemahaman siswa terhadap konsep matematika, salah satu diantaranya
adalah metode yang digunakan oleh pengajar, misalnya dalam
pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan tradisional yang
menempatkan peserta didik dalam proses belajar mengajar sebagai
pendengar, sebaliknya peran guru atau pengajar pada pembelajaran
sangat dominan.
Siswa aktif belajar karena baginya pelajaran tersebut menarik dan
menyenangkan. Agar anggapan tersebut juga diperlakukan terhadap pelajaran
matematika, maka guru harus mampu mengubah persepsi siswa yang menganggap
matematika itu pelajaran yang sulit pada proses pembelajaran.
Kegiatan mengajar merupakan suatu keterampilan mengajar yang harus
dikuasai oleh guru baik secara teori maupun praktek. Seorang guru harus bersifat
layaknya sebagai sosok yang mampu mengajak semua siswa untuk mengikuti
pelajarannya dengan baik dan kondusif dalam kelas, seperti artis yang berada di
depan panggung. Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika tidak cukup
hanya dengan mentransfer ilmu dari guru ke siswa. Oleh karena itu, guru
memerlukan keterampilan untuk membuat pembelajaran yang lebih inovatif
melalui strategi belajar dan berbagai teknik-teknik mengajar yang lebih memacu
semangat siswa dan menjadikan belajar itu menyenangkan sehingga dapat
mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Dalam
upaya
meningkatkan
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa, hendaknya guru berusaha melatih dan membiasakan siswa
melakukan kegiatan pembelajaran seperti memberikan latihan-latihan soal dan
memecahkan masalah matematika yang ada. Mengajarkan pemecahan masalah
8
akan memberikan banyak manfaat dan memberikan dampak yang sangat penting.
Pentingnya pemilihan teknik pengajaran dilakukan oleh guru dengan cermat
sehingga siswa dapat memahami dengan jelas setiap materi yang disampaikan dan
akhirnya akan mampu membuat proses belajar mengajar lebih optimal dan
kemampuan siswa dalam pemecahan masalah dapat meningkat. Seperti yang
dituliskan Hudojo (2005 : 130) :
Mengajar siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan
siswa itu menjadi lebih analitik di dalam mengambil keputusan di dalam
kehidupan. Dengan perkataan lain, bila seorang siswa dilatih untuk
menyelesaikan masalah, maka siswa itu akan mampu mengambil
keputusan sebab siswa itu menjadi mempunyai keterampilan tentang
bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis
informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil
yangtelah diperolehnya.
Kemampuan
pemecahan
masalah
yang
dikembangkan
melalui
pembelajaran matematika sangat penting bagi setiap siswa, karena dalam
kehidupan sehari-hari akan selalu dihadapkan pada berbagai masalah yang harus
dipecahkan
dan
menuntut
pengetahuan
untuk
menemukan
solusi
dari
permasalahan yang dihadapi tersebut. Peran aktif siswa sangat dibutuhkan untuk
keberhasilan kemampuan pemecahan masalah matematika. Oleh karena itu perlu
diusahakan suatu model pembelajaran yang mengaktifkan siswa dalam kegiatan
pembelajaran.
Menerapkan model pembelajaran kooperatif dapat menjadi salah satu
solusi yang diharapkan dapat mengaktifkan siswa dalam proses belajar mengajar.
Artz dan Newman (dalam Huda, 2011 : 32) mengungkapkan bahwa ;
Pembelajaran kooperatif sebagai small group of learners working
together as a team to solve a problem, complete a task, or accomplish a
common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang bekerja sama
dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan sebuah
tugas, atau mencapai satu tujuan bersama.
Selain itu Abdulhak (dalam Rusman, 2014 : 203) menyatakan bahwa
“Pembelajaran cooperative dilaksanakan melalui sharing proses antara peserta
belajar, sehingga dapat mewujudkan pemahaman bersama diantara peserta belajar
itu sendiri”.
9
Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah
matematika. Karena antara siswa dalam kelompok kooperatif dapat saling
membantu temannya dengan bahasanya sendiri yang lebih mudah dipahami
daripada penjelasan guru.
Ada beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat
dikembangkan dalam pembelajaran matematika, diantaranya adalah model
pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dan model
pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing. Maksud dari model kooperatif
tipe NHT yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor
mendapatkan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka
dalam menguasai materi. (Huda, 2014 : 203) mengemukakan bahwa : “Tujuan
dari NHT adalah memberi kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat”.
Model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan banyak siswa
dalam mereviuw berbagai materi yang dibahas karena siswa diberikan kesempatan
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pe;ajaran itu. Dengan
begitu timbullah saling ketergantungan postif, tanggung jawab individual, dan
keterampilan sosial dalam diri peserta didik yang pada akhirnya akan dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik sehingga cocok
untuk dapat diterapkan dalam materi segiempat.
Pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing dapat melatih siswa
untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain dan menyampaikan pesan
tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Snawball Throwing ini
menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat menyerupai bola
kemudian dilemparkan secara bergilir diantara sesama anggota kelompok. Disini
siswa tidak hanya berpikir, menulis, bertanya, atau berbicara, akan tetapi mereka
juga melakukan kegiatan seperti permainan yang menghibur dan memacu daya
pikir siswa yaitu menggulung kertas dan melemparkan pada siswa lain. Di dalam
kertas tersebut terdapat pertanyaan yang harus dijawab oleh siswa dari kelompok
10
yang lain. Semua anggota kelompok diberi tugas dan tanggung jawab baik
individu maupun kelompok.
Model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dan Snawball
Throwing merupakan dua model pembelajaran kooperatif yang dianggap dapat
membangkitkan ketertarikan siswa terhadap materi matematika dan membuat
siswa lebih aktif, mendorong kerjasama antar siswa dalam mempelajari suatu
materi sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa. Selain dari alasan-alasan di atas peneliti tertarik meneliti kedua teknik
karena ingin mengetahui teknik mana yang lebih tepat dan seberapa besar
perbedaan keunggulan kedua teknik tersebut apabila diterapkan dalam
pembelajaran matematika pada materi yang sama yaitu bangun datar segiempat.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti
tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa yang diajar Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
Snawball Throwing di Kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017.”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah antara lain sebagai berikut :
1. Materi Bangun Datar Segiempat merupakan pokok bahasan yang
dianggap sulit oleh siswa kelas VII SMP Negeri 3 Medan.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa di SMP Negeri 3
Medan masi tergolong rendah.
3. Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika karena dalam
kesehariannya guru lebih dominan daripada siswa.
4. Pemahaman konsep matematika siswa pada materi yang diajarkan oleh
guru masih kurang.
11
1.3. Batasan Masalah
Agar masalah yang ditelliti lebih jelas dan terarah maka perlu ada
pembatasan masalah dari identifikasi masalah. Adapun masalah dalam penelitian
ini dibatasi pada :
1.
Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajar melalui
model kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan siswa
yang diajar melalui model kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas
VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017.
2.
Proses penyelesaian jawaban siswa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah matematika yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model
kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A. 2016/2017.
1.4. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas maka yang menjadi rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah
1.
Apakah terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika
siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered Head
Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe
Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan T.A. 2016/2017 ?
2.
Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa terkait pemecahan
masalah yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe
Snawball Throwing?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah
1.
Untuk
mengetahui
perbedaan
kemampuan
pemecahan
masalah
matematika siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT
(Numbered Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model
12
kooperatif tipe Snawball Throwing di kelas VII SMP Negeri 3 Medan
T.A 2016/2017.
2.
Untuk mengetahui proses penyelesaian jawaban siswa terkait pemecahan
masalah yang diajar melalui model kooperatif tipe NHT (Numbered
Head Together) dengan siswa yang diajar melalui model kooperatif tipe
Snawball Throwing.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1.
Bagi siswa, dapat mengembangkan tingkah laku kooperatif dan menjalin
hubungan yang lebih baik antar siswa, sehingga siswa dapat saling
membentu dalam pembelajaran akademis.
2.
Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih model
pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
3.
Bagi sekolah, sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dan
sebagai informasi tentang model pembelajaran kooperatif.
4.
Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk dapat menerapkan model
pembelajaran yang tepat di masa yang akan datang.
5.
Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi jika ingin melakukan
penelitian sejenis.
1.7. Definisi Operasional
Defini operasional penelitian ini adalah :
1.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
adalah model pembelajaran kooperatif dimana guru melakukan
penomoran kepada setiap siswa dalam kelompok guna melibatkan
keaktifan seluruh siswa sewaktu diskusi berjalan, yakni dengan menyebut
salah satu nomor dan menunjuk perwakilan dari masing-masing
kelompok secara acak untuk menjawab setiap masalah yang diajukan.
Model pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing adalah salah satu
13
model pembelajaran aktif yang digunakan guru untuk meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar serta memilih kesiapan siswa terhadapa
materi pembelajaran yang disampaikan. Model pembelajaran ini
menggunakan permainan yaitu dengan cara membuat bola pertanyaan
yang ditulis oleh siswa dan dilempar seperti bola salju, kemudian
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang didapat.
2.
Kemampuan pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum
dikenal ditinjau dari aspek : pemahaman terhadap masalah, perencanaan
penyelesaian masalah, melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah,
melaksanakan perencanaan penyelesaian masalah, dan melihat kembali
penyelesaian.
3.
Proses penyelesaian jawaban dalam kemampuan pemecahan masalah
adalah suatu rangkaian tahapan penyelesaian jawaban yang dibuat siswa
secara lebih rinci dan benar berdasarkan 4 indikator yaitu memahami,
merencanakan, melaksanakan, dan melihat kembali. Indikator memahami
dilihat dari kemampuan siswa menulis data/informasi yang ada pada soal.
Indikator merencanakan dilihat dari kemampuan siswa memilih strategi
dengan menerapkan konsep matematika. Indikator melaksanakan dilihat
dari kemampuan siswa menyelesaikan langkah-langkah dari strategi yang
telah direncanakan. Indikator melihat kembali dilihat dari kemampuan
siswa memberi kesimpulan terhadap solusi yang sudah didapat.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1.
Terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa melalui
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing Kelas VII SMP Negeri 3 Medan
dengan rata-rata nilai kemampuan pemecahan masalah matematika berturut-turut
adalah 86,094 dan 75,234. Hal ini juga dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis
pada taraf signifikansi
dan dk = 62 dengan
dan
.
2.
Proses jawaban siswa dalam kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas
eksperimen A yang diajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered head Together (NHT) dan di kelas eksperimen B yang diajar melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Snawball Throwing sama-sama memliki
kelebihan dan kekurangan di setiap indikator kemampuan pemecahan masalah
matematika.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:
1.
Kepada Guru
a. Dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebagai salah
satu alternatif dalam memilih model pembelajaran dibandingkan dengan
menggunakan
Snawball
Throwing
yang
diharapkan
dapat
lebih
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.
b. Dapat memanfaatkan waktu degan sebaik-baiknya agar proses pembelajaran
dapat berjalan dengan baik.
c. Hendaknya lebih banyak melatih siswa dalam dua indikator pemecahan
masalah yakni merencanakan penyelesaian masalah dan memeriksa kembali
karena dilihat dari hasil postest kemampuan pemecahan masalah matematika
79
80
yang dilakukan di kelas eksperimen A dan B diperoleh bahwa siswa masih
mengalami kesulitan saat berada pada kedua tahap tersebut. Diharapkan
dengan latihan-latihan soal yang diberikan oleh guru, kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa semakin baik kedepannya terutama
dalam indikator merencanakan penyelesaian masalah dan memeriksa
kembali.
2.
Kepada Peneliti Lanjutan
Hasil dan perangkat penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk
menggunakan model Numbered Head Together (NHT) dan Snawball Throwing
pada materi luas bangun datar segiempat atau materi ajar lainnya.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar: Teori,
Diagnosis, dan Remediasinya, Rineka Cipta, Jakarta.
Dimyati, R. dan Mudijono, (2006), Belajar dan Pembelajaran, Rineka Cipta,
Jakarta
Herdian, (2009), Model Pembelajaran NHT (Numbered Head Together),
http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nhtnumbered-head-together/ diakses Feberuari 2016
Huda, M., (2011), Cooperative Learning, Pustaka Belajar, Yogyakarta.
Huda, M., (2014), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Pustaka Belajar,
Yogyakarta.
Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,
UM Press, Malang.
Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan.
Lie, A., (2010), Cooperative Learning, Mempraktikkan Cooperative Learning di
Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta
Rosyada, D., (2004), Paradigma Pendidikan Demokratis, Kencana, Jakarta
Rusman, (2010), Model-Model Pembelajaran (Mengembangkan Profesionalisme
Guru), Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sanjaya, W., (2008), Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Kencana,
Jakarta.
Sobel, M.A. dan Maletsky, E.M., (2001), Mengajar Matematika, Erlangga,
Jakarta
82
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Rineka
Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung.
Sugandi, A.I., (2013), Peranan Matematika dalam Menumbuhkan Karakter Siswa,
Volume 1, Tahun 2013. ISSN 977-2338831.
Trianto, (2011), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Kencana,
Jakarta.
Zuriah, N., (2007), Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, Bumi Aksara,
Jakarta