Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Konsumen Dalam Mengkonsumsi Cabai Merah

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP

KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH

(Studi Kasus: Pasar Brayan, Pasar Denai, Pasar Petisah, Pasar Marelan di Kota Medan)

SKRIPSI

Oleh:

AISYAH ARFANI 080309043 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2 0 1 3


(2)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP

KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH

(Studi Kasus: Pasar Brayan, Pasar Denai, Pasar Petisah, Pasar Marelan di Kota Medan)

SKRIPSI Oleh: AISYAH ARFANI

080309043 AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melaksanakan Penelitian di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(DR. Ir. Salmiah, MS) (Ir. M. Jufri, M.Si)

NIP : 195702171986032001 NIP : 196011101988031003

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2 0 1 3


(3)

ABSTRAK

AISYAH ARFANI (080309043/AGRIBISNIS) dengan judul penelitian

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN

DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH”. Studi kasus Pasar Brayan,

Pasar Denai, Pasar Petisah, Pasar Marelan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu DR. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap konsumen terhadap konsumsi cabai merah; mengetahui pengaruh harga, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi cabai merah; dan perkembangan harga dan permintaan konsumen terhadap cabai merah di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan nilai determinasi (R2) sebesar 0,607. Hal ini berarti 60,7% variasi yang terjadi pada variabel harga, pendapatan dan, jumlah tanggungan dapat menjelaskan jumlah konsumsi cabai merah, sedangkan 39,9% lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah. Secara parsial hanya variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah.


(4)

RIWAYAT HIDUP

AISYAH ARFANI, lahir di Merbau Selatan pada tanggal 23 Mei 1990 anak dari Bapak Junaidi Wongso dan Ibu Sustriana. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar di SD N 117476 Sei Daun, dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Panglima Polem Rantau Prapat, tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA N 10 Medan, tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bulan Juli 2012 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Bagan Asahan Induk, Kecamatan Tanjung Balai, Kabupaten Asahan.

6. Bulan Maret s/d April 2013 melakukan penelitian skripsi di Pasar Tradisional Petisah, Kota Medan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul dari skripsi ini adalah “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH”. Studi kasus Pasar Petisah Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu DR. Ir. Salmiah, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 3. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah membantu penulisan dalam memperoleh data-data yang diperlukan.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ayahanda Junaidi Wongso dan Ibunda Sustriana atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun do’a yang diberikan kepada penulis selama


(6)

menjalani kuliah, tak lupa kepada adinda Novi Arista, Diky Pradina Putra dan Anisa Suci Patiwi atas semangat yang diberikan.

Terima kasih juga penulis ucapkan khususnya kepada Delsi Yani, Amd., Reni Ardilla Sinaga, SE., dan Roni Johannes Sinaga atas semangat dan dukungan yg telah diberikan, beserta teman-teman yang penulis sayangi, Mawaddah Faliha Lubis, SP., Puspita Ayu Rahmadyanti, SP., Amanda Rizka Nabilla., Lisa Chyntia, SP., Arief Gibran Siregar, SP., dan kawan-kawan lainnya yang tidak bisa disebutkan satu per satu, yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan dalam penyusunannya. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2013


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... . ix

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 7

Tujuan Penelitian ... 8

Kegunaan Penelitian ... 8

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 9

Tinjauan Pustaka ... 9

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran ... 22

Hipotesis Penelitian ... 23

METODODOLOGI PENELITIAN ... 24

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

Metode Penarikan Sampel ... 24

Metode Pengumpulan Data ... 25

Metode Analisis Data ... 25

Defenisi dan Batasan Operasional ... 31

Defenisi ... 31

Batasan Operasional ... 32

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK KONSUMEN SAMPEL ... 33

Deskripsi Daerah Penelitian ... 33

Letak dan Keadaan Geografis ... 33


(8)

Keadaan penduduk ... 34

Sarana dan Prasarana ... 36

Karkteristik Sampel ... 39

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

Sikap konsumen terhadap cabai merah ... 43

Uji kesesuaian model dan uji hipotesis ... 44

Uji pengaruh variabel secara serempak ... 45

Uji pengaruh secara parsial ... 46

Perkembangan harga dan permintaan terhadap cabai merah ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

Kesimpulan ... 52

Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Hal

1. Perkembangan Harga Komoditi Cabai Merah Dipusat Pasar medan

(tingkat grosir) Tahun 2011 ... 5

2. Perbandingan harga Komoditi sayuran di Kota medan Tahun 2011 ... 6

3. Jumlah Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk di Kota Medan 2012 ... 24

4. Parameter Sikap Konsumen ... 35

5. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012 ... 36

6. Sarana dan Prasarana Tahun 2011 ... 37

7. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Kelompok Umur ... 40

8. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 40

9. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan ... 41

10. Skor Rata-rata Tingkat Interpretasi Konsumen cabai Merah ... 43


(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... ... 22 2. Perkembangan Harga cabai Merah di Kota Medan ... 50 3. Perkembangan Konsumsi Cabai Merah di Kota Medan ... 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1. Karakteristik sampel Konsumen 2. Pernyataan Sikap Positif dan Negatif 3. Hasil Perhitungan sikap Positif dan Negatif 4. Nilai Standar Deviasi Kelompok

5. Frekwensi Jawaban Sikap Likert 6. Parameter perilaku Konsumen 7. Input Data SPSS

8. Hasil Output Regresi Linier Berganda

9.

Harga Eceran Sayur 2009-2011


(12)

ABSTRAK

AISYAH ARFANI (080309043/AGRIBISNIS) dengan judul penelitian

“FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP KONSUMEN

DALAM MENGKONSUMSI CABAI MERAH”. Studi kasus Pasar Brayan,

Pasar Denai, Pasar Petisah, Pasar Marelan di Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu DR. Ir. Salmiah, MS dan Bapak Ir. M. Jufri, M.Si.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap konsumen terhadap konsumsi cabai merah; mengetahui pengaruh harga, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap konsumsi cabai merah; dan perkembangan harga dan permintaan konsumen terhadap cabai merah di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis regresi linier berganda. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret s/d April tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan nilai determinasi (R2) sebesar 0,607. Hal ini berarti 60,7% variasi yang terjadi pada variabel harga, pendapatan dan, jumlah tanggungan dapat menjelaskan jumlah konsumsi cabai merah, sedangkan 39,9% lagi dipengaruhi oleh variabel lain. Secara serempak menunjukkan bahwa dari keseluruhan variabel bebas memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah. Secara parsial hanya variabel pendapatan berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah.


(13)

PENDAHULUAN Latar belakang

Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi mayarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat. Produksi hortikultura yaitu sayuran dan buah-buahan menyumbang pertumbuhan sektor pertanian nasional masing-masing sebanyak 3,1 juta ton dan 2,6 juta ton (Sugiarti, 2003).

Hortikultura merupakan komoditas pertanian khas tropis yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia dan memiliki prospek yang cerah di masa mendatang sekaligus sebagai sumber perolehan devisa bagi Indonesia. Nilai ekspor hortikultura pada bulan Februari 2007 mengalami peningkatan sebesar 34,46 persen dari bulan Januari 2007. Permintaan pasar domestik maupun pasar internasional terhadap komoditas hortikultura di masa mendatang diperkirakan akan meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan (Departemen Pertanian, 2007).

Salah satu produk dari holtikultura tersebut adalah cabai. Cabai merupakakan produk holtikultura sayuran yang digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu cabai besar, cabai kecil dan cabai hias. Di antara ketiga jenis cabai tersebut, cabai besar merupakan jenis cabai yang paling banyak diperdagangkan dalam masyarakat. Cabai merah terdiri dari cabai merah besar dan cabai merah keriting. Cabai merah besar memiliki permukaan lebih halus dibandingkan cabai merah keriting. Sedangkan cabai merah keriting memiliki rasa lebih pedas dibandingkan cabai merah besar (Muharlis, 2007).


(14)

Cabai merah merupakan jenis cabai yang mempunyai daya adaptasi tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, di lahan sawah maupun lahan tegalan. Sifat inilah yang menyebabkan tanaman cabai dapat dijumpai hampir di semua daerah. Cabai merah berasal dari Mexico, sebelum abad ke-15 spesies ini lebih banyak dikenal di Amerika Tengah dan Selatan. Sekitar tahun 1513 Columbus membawa dan menyebarkan cabai merah dan diperkirakan masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Persia ketika singgah di Aceh (Kusandriani, 1996).

Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu komoditas sayuran yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Ciri dari jenis sayuran ini rasanya pedas dan aromanya khas, sehingga bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Permintaan cabai menunjukkan indikasi yang terus meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan stabilitas ekonomi nasional yang mantap. Seiring dengan berkembangnya industri pangan nasional, cabai merupakan salah satu bahan baku yang dibutuhkan secara berkesinambungan. Karena merupakan bahan pangan yang dikonsumsi setiap saat, maka cabai akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional. Pola permintaan cabai relatif tetap sepanjang waktu, sedangkan produksi berkaitan dengan musim tanam. Maka dari itu pasar akan kekurangan pasokan kalau masa panen raya belum tiba. Dalam kesempatan seperti ini beruntung bagi petani yang dapat memproduksi cabai sepanjang tahun. Fenomena ini perlu dicermati oleh petani yang ingin berbisnis cabai (Prajnanta, 1999).


(15)

Dalam hal ini cabai memiliki nilai ekonomi tinggi dan fenomenal sehingga dijuluki sebagai emas merah. Cabai merah merupakan salah satu komoditi yang sangat potensial untuk dibudidayakan. Kendati demikian petani cabai merah tidak selamanya mengalami keuntungan. Ada waktu dimana petani sering mengalami kerugian yang sangat besar. Hal ini terkait dengan resiko yang dihadapi petani terutama dari sisi harga. Harga cabai merah sangat fluktuatif, hal ini tidak terlepas dari adanya pengaruh permintaan dan penawaran yang terjadi dipasar. Dari sisi penawaran menunjukkan bahwa proses penyediaan (produksi dan distribusinya) cabai merah belum sepenuhnya dikuasai para petani. Faktor utama yang menjadi penyebab adalah bahwa petani cabai merah adalah petani kecil-kecil yang proses pengambilan keputusan produksinya diduga tidak ditangani dan ditunjang dengan suatu peramalan produksi dan harga yang baik. Oleh karena itu, penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi cabai perlu dilakukan (Rachma, 2008).

Kecenderungan konsumen dalam memilih cabai bermutu dan aman untuk dikonsumsi sudah semakin tinggi. Hal ini didukung oleh semakin tingginya keinginan konsumen untuk mengkonsumsi cabai yang benar-benar baik kondisinya. Oleh karena itu, bukan mustahil lagi kalau produk dalam negeri akhirnya tersisih karena kalah bersaing pada produk impor yang punya kualitas baik dari pada lokal. Cabai merah merupakan produk holtikultura yang menarik. Investor menilai bahwa cabai merah memiliki harga yang sangat tinggi. Sedangkan bagi konsumen cabai merah memiliki peran yang cukup penting dalam bahan rempah, penghias makanan, aroma, dan pemberi rasa pedas. Selain itu


(16)

cabai juga mengandung banyak gizi seperti vitamin A, B, C, dan betakaroten (Pranjnanta, 1999).

Cabai merah akan terus dibutuhkan dengan jumlah yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perekonomian nasional. Ditinjau dari segi pengembangan produk, cabai merah dapat dikonsumsi dalam bentuk segar maupun olahan seperti tepung cabai, pasta acar, atau sambal. Dengan demikian pengusahaan komoditi cabai merah ini memiliki peluang pasar yang cukup luas, yaitu untuk memenuhi permintaan konsumen rumah tangga dan industri pengolahan. Kebutuhan akan cabai merah, diduga masih dapat ditingkatkan dengan pesat sejalan dengan kenaikan pendapatan dan atau jumlah penduduk sebagaimana terlihat dari trend permintaan yang cenderung meningkat yaitu tahun 1988 sebesar 4,45 kg/kapita, menjadi sebesar 2,88 kg/kapita pada tahun 1990, dan pada tahun 1992 mencapai sebesar 3,16 kg/kapita. Sekalipun ada kecenderungan peningkatan kebutuhan, tetapi permintaan terhadap cabai merah untuk kebutuhan sehari-hari dapat berfluktuasi, yang disebabkan karena tingkat harga yang terjadi di pasar eceran. Fluktuasi harga yang terjadi di pasar eceran, selain disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi permintaan juga disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi sisi penawaran. Dapat dijelaskan bahwa kadang-kadang keseimbangan harga terjadi pada kondisi jumlah yang ditawarkan relatif jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah yang diminta. Hal inilah yang mengakibatkan harga akan sangat tinggi. Demikian pula terjadi sebaliknya sehingga harga sangat rendah (Adiyoga, 1996).

Pasar tradisional dan pasar swalayan adalah tempat yang akan dipilih oleh konsumen untuk membeli cabai tersebut. Keunggulan pasar tradisional yaitu


(17)

harga murah, sedangkan di swalayan pasti lebih mahal. Pasar tradisional yang terkenal dengan lokasi yang kotor dan kurang nyaman membuat konsumen memilih untuk belanja di pasar swalayan. Walaupun demikian masih banyak para ibu-ibu rumah tangga yang lebih memilih untuk berbelanja di pasar tradisional tersebut.

Tabel 1. Perkembangan Harga Komoditi Cabai Merah dipusat Pasar Medan (tingkat grosir) tahun 2011.

No. Bulan Harga (Rp/kg)

1 Januari 11.725

2 Februari 32.313

3 Maret 17.325

4 April 11.569

5 Mei 19.700

6 Juni 7.592

7 Juli 8.605

8 Agustus 40.000

9 September 20.700

10 Oktober 27.533

11 November 25.500

12 Desember 29.963

Rata-rata 21.044

Sumber: Dinas Pertanian, Sumatera Utara 2012

Dari Tabel 1 diatas dapat dilihat bahwa harga cabai yang terus meningkat. Menurut Kabid Perdagangan dalam negeri (disperindag) Sumatera Utara, Rouly Tambunan (2012) naiknya harga cabai akibat pasokan dari produsen tersendat dan efeknya harga cabai mulai membumbung tinggi. Kenaikan harga cabai tersebut terkait dengan pola konsumsi masyarakat yang tinggi sementara kuantitas produksi rendah. Fluktuasi harga cabai merah di Kota Medan tergolong ekstrim jika dibandingkan dengan kebutuhan pokok lainnya yang masih terbilang stabil. Hanya dalam sehari cabai merah dapat meningkat sampai Rp 4000/kg dari Rp 14.000/kg menjadi Rp 18.000/kg.


(18)

Kepala Seksi Statistik harga konsumen dan harga perdagangan besar badan pusat statistik SUMUT, Nurbaity menyatakan kenaikan atau penurunan harga cabai merah di Medan sangat mempengaruhi inflasi dan deflasi di Sumatera Utara mencapai 1,3% , karena konsumsi cabai merah yang tinggi tiap bulan dalam bentuk bumbu-bumbuan, maka biaya konsumsi cabai merah menempati posisi yang paling tinggi yaknisebesar Rp 33.395/bulan/rumah tangga. Konsumsi bumbu rumah tangga yang kedua adalah bawang merah sebesar Rp 12.570/bulan/rumah tangga. Bawang putih menempati urutan ketiga yakni 5.236/bulan. Hal ini terkait dengan lidah orang Sumatera Utara, khususnya Medan. Bagi orang SUMUT, makan rasanya tidak pas jika tidak merasakan pedasnya cabai merah (Anonimusa).

Tabel 2. Perbandingan Harga Komoditi Sayuran di Kota Medan tahun 2011

No. Komoditi Harga (Rp)

1 Bawang Merah 13.973

2 Bawang Putih 13.133

3 Bawang Prei 7.523

4 Tomat 4.442

5 Kol Bulat 1.606

6 Buncis 3.886

7 Cabai Merah 21.044

8 Cabai Hijau 11.588

9 Cabai Rawit 16.607

10 Labu Jipang 321

Sumber: Dinas pertanian Sumatera Utara 2012

Dari Tabel 2 diatas dapat dilihat bahwa cabai merah merupakan komoditas sayuran yang paling mahal jika dibandingkan dengan komoditas sayuran lainnya. Harga rata-rata cabai merah tahun 2011 mencapai Rp 21.044/Kg. Cabai rawit menempati posisi kedua yang paling mahal di antara komoditas sayuran yang lainnya yaitu Rp 16.607/Kg. Hal inilah yang membuat peneliti tertarik untuk


(19)

menganalisis tentang cabai merah dimana kebiasaan masyarakat Kota Medan yang gemar mengkonsumsi makanan pedas walaupun harga cabai merah mahal. Lokasi dekat dengan sumber air, jauh dari area Sejarah lahan sangat penting untuk diperhatikan, paling baik lahan tidak ditanami Lokasi atau tempat yang disebut dengan pasar merupakan tempat pertemuan pembeli dan penjual yang bertemu secara teratur dan melakukan transaksi jual beli, tempat pembelian sangat berpengaruh saat konsumen membeli karena tempat menentukan gengsi bagi sebahagian orang (Mangkunegara, 2002).

Alasan penelitian ini dilakukan dikarenakan cabai merah merupakan bahan pokok makanan yang selalu dibutuhkan dan diperlukan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangg. Selain itu harga cabai merah yang berfluktuasi apalagi ketika hari-hari besar tiba akan melonjak naik, namun tidak membuat masyarakat untuk mengurangi jumlah pembelian.

Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana sikap konsumen terhadap konsumsi cabai merah di lokasi penelitian?

2. Apakah harga, pendapatan dan jumlah tanggungan mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah?

3. Bagaimana perkembangan harga dan permintaan konsumen cabai merah di Kota Medan?


(20)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui sikap konsumen terhadap konsumsi cabai merah di lokasi penelitian

2. Untuk mengetahui pengaruh harga, pendapatan dan jumlah tanggungan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah

3. Untuk mengetahui perkembangan harga dan permintaan konsumen terhadap cabai merah di Kota Medan.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi bagi penulis yang melakukan penelitian.

2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah untuk menjaga stabilitas harga cabai merah di pasar tradisional.


(21)

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka

Cabai merah (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis cabai yang mempunyai daya adaptasi tinggi. Tanaman ini dapat tumbuh dan berkembang baik di dataran rendah maupun dataran tinggi, di lahan sawah maupun lahan tegalan. Sifat inilah yang menyebabkan tanaman cabai dapat dijumpai hampir di semua daerah. Cabai merah berasal dari Mexico, sebelum abad ke-15 spesies ini lebih banyak dikenal di Amerika Tengah dan Selatan. Sekitar tahun 1513 Columbus membawa dan menyebarkan cabai merah dan diperkirakan masuk ke Indonesia melalui pedagang dari Persia ketika singgah di Aceh.

Klasifikasi tanaman cabai Kingdom : Plantae

Dividi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Subkelas : Sympetalae

Ordo : Tubiflorae (solanales) Famili : Solanaceae

Genus : Capsicum

Species : Capsicum annum L. (Kusandriani, 1996).

Komoditas cabai merah saat ini merupakan salah satu komoditas andalan petani sayuran di Indonesia karena dapat ditanam pada berbagai lahan, tidak mengenal musim tanam, dapat dijual dalam bentuk segar maupun olahan, serta mempunyai


(22)

nilai sosial ekonomi yang tinggi. Tanaman cabai banyak menga da pedas dan memberikan kehangatan panas bila digunakan untuk rempah-rempah (bumbu dapur). Cabai dapat ditanam dengan mudah sehingga bisa dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa harus membelinya di pasar. Tanaman cabai cocok ditanam pada air, pH tanah yang ideal sekitar 5-6. Waktu tanam yang baik untuk lahan kering adalah pada akhir musim hujan (Maret-April). Untuk memperoleh harga cabai yang tinggi, bisa juga dilakukan pada bulan Oktober dan panen pada bulan Desember, walaupun ada risiko kegagalan. Tanaman cabai diperbanyak melalui biji yang ditanam dari tanaman yang sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Buah cabai yang telah diseleksi untuk bibit dijemur hingga kering. Kalau panasnya cukup dalam lima hari telah kering kemudian baru diambil bijinya. Untuk areal sat (Sugiarti, 2003).

Cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran (hortikultura) yang banyak digemari masyarakat Indonesia dan mempunyai nilai ekonomi tinggi. Sesuai dengan namanya, cabai merah memiliki warna kulit buah yang merah sewaktu buah sudah tua dan masak. Bentuk buahnya silindris dan mengecil ke arah ujung buah. Ciri dari jenis sayuran ini rasanya pedas dan aromanya khas dimasak atau dikonsumsi mentah, sehingga sayuran bagi orang-orang tertentu dapat membangkitkan selera makan. Selain itu, cabai merah mengandung vitamin, khususnya vitamin C. Meskipun cabai merah bukan bahan pangan utama bagi masyarakat kita, namun komoditi ini tidak dapat ditinggalkan, harus tersedia


(23)

setiap hari dan harus dalam bentuk segar. Ketersediannya secara teratur setiap hari bagi ibu rumah tangga menjadi suatu keharusan. Meningkatnya harga cabai merah atau kelangkaan pasokan di pasaran mendapat reaksi sangat cepat dari masyarakat dan insan pers. Oleh sebab itu penyediaan cabai merah dalam bentuk segar setiap hari sepanjang tahun perlu dirancang secara baik (Santika, 2001).

Sikap konsumen terhadap suatu produk berarti mempelajari kecenderungan konsumen untuk mengevaluasi produk, baik itu yang disenangi ataupun yang tidak disenangi secara konsisten. Dengan demikian konsumen mengevaluasi produk tersebut secara keseluruhan dari yang paling buruk sampai yang paling baik (Mangkunegara, 2002).

Untuk mengetahui dan memahami apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen, maka pelaku usaha harus senantiasa melakukan monitoring terhadap perkembangan lingkungan pasar yang senantiasa berubah setiap saat sejalan dengan perubahan tuntutan kebutuhan dan keinginan konsumen. Maka pelaku usaha perlu mempelajari dengan cermat tentang konsumen dan segala perilakunya (Nitisusatro, 2012).

Teori Maslow masih sangat berhubungan dengan perilaku konsumen tentang kebutuhan dan keinginannya terhadap barang dan jasa, ternyata konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor individu dan lingkungannya. Bagi para pelaku usaha mengetahui dan memahami kedua faktor yang dimaksud akan sangat membantu dalam merencanakan dan menetapkan strategi pemasaran ( Nitisusastro, 2012).


(24)

Landasan Teori Konsumen

Istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis konsumen yaitu: konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen individu mungkin juga membeli barang dan jasa untuk hadiah teman, saudara, atau orang lain. Dalam konteks barang dan jasa yang dibeli kemudian digunakan langsung oleh individu sering disebut sebagai “pemakai akhir” atau “konsumen akhir”. Konsumen organisasi terdiri dari organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya. Semua jenis organisasi harus membeli produk peralatan atau jasa-jasa lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya (Sumarwan, 2004). Konsumen biasanya bersedia membeli lebih banyak jika harga turun. Sebagai contoh, harga yang lebih rendah dapat mendorong konsumen yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah besar lagi, dan memungkinkan pembeli lain sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut membeli juga. Tingkat kepuasan maksimum konsumen dapat dicapai pada waktu konsumen dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan. Ada beberapa faktor yang dapat memenuhi kebutuhan konsumen antara lain pendapatan konsumen, harga barang dan selera konsumen (Anonimousb, 2012).

Satu perangkat psikologi berkombinasi dengan karakteristik konsumen tertentu untuk menghasilkan proses keputusan dan keputusan pembelian. Tugas pemasar adalah memahami apa yang terjadi dalam kesadaran konsumen antara datangnya rangsangan pemasaran luar dengan keputusan pembelian akhir. Empat proses psikologis (motivasi, persepsi, ingatan dan pembelajaran) secara fundamental,


(25)

mempengaruhi tanggapan konsumen terhadap rangsangan pemasaran (Ratni, 2012)

Dari dasar proses psikologis ini sehingga disusun pertanyaan-pertanyaan yang menitikberatkan kepada persepsi konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi cabai merah, sehingga dalam penelitian ini diputuskan ada beberapa parameter yang digunakan untuk melihat persepsi konsumen terhadap cabai merah.

Skala yang digunakan untuk melihat jawaban-jawaban yang diberikan konsumen dalam penelitian ini adalah skala ordinal, skala ordinal sering juga disebut sebagai skala peringkat. Hal ini karena dalam skala ordinal, lambang-lambang bilangan hasil pengukuran selain menunjukkan pembedaan juga menunjukkan urutan atau tingkatan obyek yang diukur menurut karakteristik tertentu. Misalnya tingkat persepsi seseorang terhadap produk. Bisa kita beri angka dengan 4= sangat setuju, 3= setuju, 2= kurang setuju, 1= tidak setuju dan 0= sangat tidak setuju (Permana, 2012).

Setelah diperoleh jawaban-jawaban dari skala ordinal, selanjutnya data yang diperoleh dibuat ke dalam bentuk skala rasio, yang dimana dibuat ke dalam bentuk persen untuk melihat perbedaan seberapa besar perbedaan jawaban dari masing-masing parameter yang telah ditawarkan.

Skala rasio adalah skala data dengan kualitas paling tinggi. Pada skala rasio, terdapat semua karakteristik skala nominal, ordinal, dan skala interval ditambah dengan sifat adanya nilai nol yang bersifat mutlak. Nilai nol mutlak ini artinya adalah nilai dasar yang tidak bisa diubah meskipun menggunakan skala yang lain. Oleh karenanya, pada skala ratio, pengukuran sudah mempunyai nilai perbandingan/rasio (Permana, 2012).


(26)

Sikap Konsumen

Sikap konsumen merupakan studi yang mengkaji bagaimana individu membuat keputusan membelanja kan sumberdaya yang tersedia dan dimiliki (waktu, uang, dan usaha) untuk mendapatkan barang atau jasa yang nantinya akan dikonsumsi. Dalam studi ini juga dikaji tentang apa yang mereka beli, mengapa mereka membeli, dimana mereka membeli dan bagaimana mereka menggunakannya (Suryani, 2008).

Sikap merupakan sesuatu yang mengarah pada tujuan yang dihadapi dalam bentuk tindakan, ucapan, perbuatan maupun emosi seseorang. Sikap konsumen merupakan suatu kecenderungan yang dipelajari untuk bereaksi terhadap penawaran produk dalam masalah-masalah yang baik ataupun kurang baik secara konsekuen. Apabila seseorang mempunyai sikap yang positif terhadap produk yang dijual, maka kita akan berusaha mempertahankan sikap mereka terhadap produk yang dijual. Dan sebaliknya, apabila seseorang mempunyai sikap yang negatif terhadap produk yang dijual maka kita berusaha melakukan sesuatu agar sikap tersebut positif (Sunyoto, 2012).

Sikap konsumen tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan karena itu perlu dicari informasi semaksimal mungkin. Banyak pengertian perilaku konsumen yang dikemukakan ahli, salah satunya oleh “Enggel” yaitu suatu tindakan yang langsung mendapatkan, mengkonsumsi serta menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang mendahuluinya dan penyusul tindakan tersebut. Sikap konsumen terbagi 2 yaitu sikap yang tampak diantaranya jumlah pembelian, waktu, karena siapa, bagaimana dilakukan pembelian itu, sedangkan


(27)

yang kedua adalah sikap yang tidak tampak di antaranya persepsi, ingatan terhadap informasi dan pemasaran kepemilikan oleh konsumen (Umar, 2000). Sikap konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok, keluarga, peran dan status konsumen. Kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan yang bersama. Kelompok mempunyai pengaruh langsung dan seorang yang menjadi anggotanya disebut kelompok acuan. Kelompok acuan berfungsi sebagai titik pembanding atau acuan langsung (tatap muka) atau tidak langsung dalam membentuk sikap atau tingkah laku seseorang. Keluarga adalah dua atau lebih orang yang dipersatukan oleh hubungan darah, pernikahan atau adopsi, yang hidup bersama. Anggota keluarga konsumen dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap sikap konsumen. Peran dan status merupakan posisi seseorang menjadi anggota kelompok, keluarga, klub, dan organisasi (Simamora, 2008).

Sikap seseorang konsumen terhadap suatu merek atau produk akan bervariasi tingkatnya, ada yang sangat menyukainya atau bahkan ada yang begitu sangat tidak menyukainya. Ketika konsumen menyatakan derajat tingkat kesukaan terhadap suatu produk, maka konsumen mengungkapkan intensitas sikapnya. Intensitas sikap disebut sebagai karakteristik ekstrimity dari sikap (Sumarwan, 2002).

Sikap timbul karena adanya stimulus. Terbentuknya sikap dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan kebudayaan. Sikap seseorang tidak selamanya tetap ia dapat berkembang manakala dapat pengaruh baik dari dalam maupun luar dirinya yang dapat bersifat positif ataupun negatif. Di dalam perkembangannya sikap banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan hal ini menyebabkan perbedaan sikap antara


(28)

individu yang satu dengan yang lain karena perbedaan lingkungan yang diterima (Sunyoto, 2012).

Skala Likert

Skala Likert adalah suatu skala psikometrik yang umum digunakan dalam kuesioner, dan merupakan skala yang paling banyak digunakan dalam riset berupa survei. Sewaktu menanggapi pertanyaan dalam skala Likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan jawaban yang tersedia. Biasanya disediakan lima pilihan skala dengan format seperti: (0) Sangat tidak setuju; (1) Tidak setuju; (2) Netral; (3) Setuju; (4) Sangat setuju.

Tujuan dari Skala Likert adalah untuk mengertahui perbandingan sikap positif dan negatif dari konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah yang diambil dari beberapa kuisioner.

Skala Likert merupakan Metode Skala Bipolar yang mengukur baik tanggapan positif ataupun negatif terhadap suatu pernyataan. Empat skala pilihan juga kadang digunakan untuk kuesioner Skala Likert yang memaksa orang memilih salah satu kutub karena pilihan "netral" tak tersedia.

Konsumsi

Manusia memiliki kebutuhan yang beranekaragam. Manusia menginginkan agar semua kebutuhannya dapat terpenuhi. Alat pemuas kebutuhan manusia yang terdiri dari barang dan jasa yang terbatas jumlahnya. Konsumsi adalah setiap kegiatan memakai, menggunakan, atau menikmati barang dan jasa untuk


(29)

memenuhi kebutuhan. Konsumsi merupakan proses pemenuhan yang dilakukan konsumen untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tubuhnya. Dengan konsumsi seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga dapat bekerja dan beraktifitas dengan baik (Simamora, 2003).

Konsumsi makanan yang bermutu dan seimbang tidak akan melupakan kelompok makanan sumber zat pengatur, sumber vitamin, dan mineral seperti sayuran dan buah-buahan. Sayuran umumnya memiliki serat yang sangat berguna bagi pencernaan makanan bagi tubuh manusia (Sjaifullah, 1996).

Harga

Harga, nilai dan manfaat merupakan konsep yang saling berkaitan. Manfaat adalah atribut barang yang mempunyai kemampuan untuk memuaskan keinginan. Nilai adalah ukuran kuantitatif bobot sebuah produk yang dapat dipertukarkan dengan produk lain. Harga adalah jumlah uang yang dibutuhkan untuk memperoleh beberapa kombinasi sebuah produk dan pelayanan yang menyertainya. Kepercayaan konsumen terhadap ekonomi, psikologi konsumen dan perilaku beli konsumen ditentukan terutama oleh naik turunnya harga. Konsumen sangat tergantung pada harga sebagai indikator kualitas sebagai produk terutama pada waktu mereka harus membuat keputusan beli sedangkan informasi yang dimiliki tidak lengkap. Persepsi konsumen terhadap kualitas produk berubah-ubah seiring dengan perubahan yang terjadi pada harga. Harga merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian, apabila harga murah maka konsumen akan dengan sendirinya tertarik serta jumlah atau volume pembelian akan lebih banyak. Lonjakan harga disebabkan pasokan petani


(30)

merosot setelah sebagian besar hasil panen rusak diserang jamur yang merebak saat curah hujan tinggi. Sementara sebagian petani cabai lain memilih mengganti komoditas tanam karena menghindari kerugian puluhan juta rupiah yang selalu dialami setiap musim hujan ekstrem. (Stranton, 1996).

Pendapatan

Pendapatan sangat mempengaruhi konsumsi konsumen. Apabila pendapatan meningkat maka kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi akan besar. Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendapatan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pendapatan yang lebih rendah berarti bahwa secara total hanya ada uang yang sedikit untuk dibelanjakan, sehingga masyarakat akan membelanjakan lebih sedikit uang untuk beberapa dan mungkin pula terhadap sebagian besar barang. Jika permintaan terhadap sebuah barang berkurang ketika pendapatan berkurang, dan sebaliknya jika permintaan terhadap sebuah barang bertambah ketika pendapatan bertambah barang tersebut dinamakan barang normal (Normal good). Pendapatan seseorang akan mempengaruhi pilihan produk. Pemasar produk yang peka terhadap pendapatan mengamati kecendrungan dalam pendapatan pribadi, tabungan, dan tingkat minat (Simamora, 2008).

Jumlah Tanggungan

Jumlah tanggungan sangat mempengaruhi keputusan konsumen saat pembelian, Jumlah tanggungan juga akan mempengaruhi jumlah permintaan. Makin banyak jumlah tanggungan, maka jumlah permintaan akan meningkat. Hal ini berkaitan


(31)

dengan usaha pemenuhan akan kecukupan kebutuhan setiap individu yang ada dalam suatu keluarga (Simamora, 2008)

Permintaan Cabai Merah

Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang mempunyai kemampuan untuk membeli pada berbagai tingkat harga. Salah satu konsep permintaan dalam pasar yaitu permintaan konsumen. Permintaan konsumen (secara perseorangan) tidak akan mampu mempengaruhi harga dan persediaan barang, akan tetapi jika bersama-sama akan membentuk sisi permintaan dalam pasar (Umar, 2000).

Konsumen biasanya bersedia membeli lebih banyak jika harga turun. Sebagai contoh, harga yang lebih rendah dapat mendorong konsumen yang sudah membeli barang itu untuk membeli dalam jumlah yang lebih besar lagi, dan memungkinkan pembeli lain yang sebelumnya tidak mampu membeli barang tersebut membeli juga.

Dalam Ilmu Ekonomi, istilah permintaan menunjukkan jumlah barang dan jasa yang akan dibeli konsumen dan dikonsumsi pada periode waktu dan keadaan tertentu. Periode waktu tersebut bisa satu tahun dan keadaan yang harus diperhatikan antara lain harga barang yang akan dibeli, harga barang lain, pendapatan konsumen, selera, dan lain-lain (Arsyad, 2000).

Konsumsi cabai merah berkembang dengan cepat. Cabai merah telah menjadi menu utama bagi rumah tangga masyarakat di Indonesia, untuk bumbu masakan ataupun hidangan makan. Tingginya konsumsi cabai merah selain rasanya cocok


(32)

di lidah masyarakat Indonesia, juga untuk memperolehnya tidak susah (Setyono dan Maria, 2011).

Tingginya permintaan cabai merah dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut: 1. Memiliki karakteristik yang disukai masyarakat luas;

2. Permintaan terhadap cabai merah lebih tinggi dibandingkan bahan rempah lainnya;

3. Harga yang fluktuatif tetap membuat konsumen ingin membeli cabai merah; 4. Perkembangan usaha yang mudah bagi pemula dibidang agribisnis;

(Anonimousc, 2010).

Pada tahun atau bulan-bulan tertentu harga cabai merah bisa saja tiba-tiba menjulang sangat tinggi, itu disebabkan karena cuaca ataupun produksi cabai merah yang kurang baik mengakibatkan kerugian pada petani sehingga pasokan cabai merah menjadi sedikit dan harga pun mahal. Meskipun begitu tetap saja konsumen membeli cabai merah tersebut karena kebutuhan yang tidak dapat dihindarkan lagi. Tingkat konsumsi cabai merah di indonesia cukup tinggi. Jumlah penduduk di Indonesia yang lebih dari 225 juta jiwa dengan perrtumbuhan di atas 1,5% merupakan potensi pasar domestik yang luar biasa dalam pemasaran cabai merah (Setyono dan Maria, 2011).

Kerangka Pemikiran

Konsumen adalah individu yang melakukan kegiatan pembelian untuk dikonsumsi sendiri sehingga kebutuhannya terpenuhi. Konsumen akan memenuhi semua kebutuhan yang diperlukan oleh tubuhnya, sehingga tubuhnya tidak akan


(33)

kekurangan apapun karena tubuhnya yang sehat akan memudahkan konsumen dalam beraktifitas.

Ada beberapa faktor yaitu harga, pendapatan dan jumlah tanggungan yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam mengkonsumsi cabai. Harga mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi cabai karena kalau harga murah maka permintaanpun akan banyak atau bertambah. Begitu juga dengan pendapatan, bila pendapatan tinggi maka tingkat kemauan untuk membeli juga besar. Jumlah tanggungan juga mempengaruhi konsumen dalam mengkonsumsi, apabila anggota di dalam keluarga itu banyak maka keputusan untuk membeli dan juga jadi banyak.

Setelah mempertimbangkan berbagai faktor dalam membuat keputusan konsumen akhirnya memutuskan untuk membeli ataupun tidak membeli. Apabila sikap konsumen telah diputuskan, maka dari keputusan mengkonsumsi tersebut dapat dilihat tinggi atau rendah.


(34)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat didalam skema kerangka pemikiran berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Keterangan :

: menyatakan ada hubungan Konsumen

Positif Perkembangan

harga dan

permintaan cabai merah

Sikap konsumen

Negatif Konsumsi Cabai Merah

Jumlah Konsumsi

Faktor Yang Mempengaruhi : 1. Harga

2. Pendapatan


(35)

Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh pernyataan sikap positif dan negatif pada jumlah konsumsi cabai merah.

2. Harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan, berpengaruh nyata terhadap jumlah konsumsi cabai merah.

3. Adanya fluktuasi harga dan permintaan cabai merah terhadap jumlah konsumsi cabai merah.


(36)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Lokasi penelitian ditentukan secara purposive (sengaja),yaitu di pasar tradisional yang ada di Kota Medan yaitu Pasar Medan Brayan (timur), Pasar Medan Denai (selatan), Pasar Medan Petisah (barat), dan Pasar Medan Marelan (utara), dan dengan pertimbangan pengambilan sampel sebanyak 30 responden.

Tabel 3. Pasar Tradisional dan Jumlah Penduduk Tahun 2012

Kecamatan Penduduk

(jiwa)

Luas Pasar (m2)

Jumlah Pasar (unit) 1. Medan Brayan

2. Medan Denai 3. Medan Petisah 4. Medan Marelan

113.874 139.939 68.120 126.619 18.560 24.130 22.256 26.112 1 1 1 1

Jumlah 448.552 91.058 4

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka, 2012

Metode Penarikan Sampel

Dengan populasi yang banyak dan tidak terhingga di pasar tersebut, maka peneliti menggunakan metode pen arikan sampel konsumen cabai merah yang dilakukan secara tidak sengaja (Accidental). Peneliti melakukan penelitian di keempat pasar tersebut dikarenakan alasan dari beragam pembeli yang datang berbelanja di pasar tersebut karena dekat dari rumah dan sudah berlangganan sejak lama dan menetap. Walaupun rumah mereka tidak didaerah pasar tersebut, mereka tetap mau datang dan membeli cabai merah di pasar tersebut. Hasil pembagian sampel dari 30 responden dengan metode 5-10-5-10 yaitu berdasarkan pengamatan lokasi


(37)

lapang pada Medan Denai dan Medan Marelan lebih luas dan lebih ramai dikunjungi pembeli.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditetakan sebanyak 30 responden yaitu hanya ditujukan kepada konsumen cabai merah saja. Menurut Wirartha, 2006 peneliti menggunakan analisis data dengan statistik ukuran sampel paling kecil yaitu 30 responden.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawa ncara langsung responden dengan mempergunakan pertanyaan/kuesioner yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi-instansi terkait yang berhubungan dengan penelitian ini seperti Kantor PD Pasar, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Pertanian, dan literatur yang mendukung penelitian.

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara metode pengumpulan data dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan. (Daniel, 2002).

Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah 1, yaitu sikap konsumen cabai merah d Pasar Petisah digunakan metode Likert, dengan mencatat (tally) penguatan respon pada setiap pilihan jawaban pada setiap pilihan jawaban atas suatu pernyataan positif ataupun negatif. Parameter sikap konsumen dapat dilihat pada Tabel 3 berikut:


(38)

Tabel 4. Daftar Pernyataan Sikap Positif dan Negatif

No. Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1 Konsumen mengetahui manfaat kandungan didalam cabai merah

Harga cabai merah yang tidak stabil (fluktuasi) mempengaruhi jumlah konsumsi

2 Membeli cabai merah untuk dikonsumsi sendiri

Harga tidak mempengaruhi jumlah konsumsi pembelian cabai merah 3 Membeli cabai merah untuk

diolah kembali (berjualan)

Pendapatan konsumen

mempengaruhi dalam membeli cabai merah

4 Konsumen membeli cabai merah karena tampilannya yang segar

Cabai merah merupakan bahan rempah yang tidak mudah rusak (busuk)

5 Konsumen membeli cabai merah karena pengaruh jumlah anggota keluarga

Cabai merah susah didapat dipasar

6 Anda selalu membeli cabai merah pasar Petisah

Timbangan / bobot yang tidak jujur (tidak sesuai) saat membeli cabai merah mempengaruhi konsumen 7 Ketersediaan cabai merah selalu

terpenuhi dipasar

Keramahan penjual cabai merah saat berjualan tidak berjualan tidak mempengaruhi jumlah konsumsi 8 Biaya pengorbanan yang

dikeluarkan konsumen sesuai dengan mutu produk

Tata lokasi atau penempatan cabai merah mempengaruhi pembelian anda

9 Cabai merah merupakan rempah yg paling dicari ketika berbelanja

Butuh biaya yang besar bagi konsumen untuk membeli cabai merah

10 Konsumen membeli cabai merah hanya satu jenis / varietas. (Mis : konsumen hanya mau membeli cabai merah berastagi)

Anda sebagai konsumen selalu membeli cabai merah di pasar tradisional

Pemberian skor pada setiap pilihan jawaban yang diberikan sebagai berikut:

• Untuk pernyataan positif : Sangat setuju (SS) = 4

: Setuju (S) = 3

: Ragu-ragu (RR) = 2 : Tidak setuju (TS) = 1


(39)

: Sangat tidak setuju (STS) = 0

• Untuk pernyataan Negatif : Sangat setuju (SS) = 0

: Setuju (S) = 1

: Ragu-ragu (RR) = 2 : Tidak setuju (TS) = 3 : Sangat tidak setuju (STS) = 4

Pengukuran sikap konsumen digunakan dengan skala pengukuran sikap Likert, dengan rumus:

� = 50 + 10 �x

2 x s �

Dimana, T = skor standart X = skor responden

S = deviasi standart kelompok Kriteria uji apabila;

T ≥ 50 = sikap positif

T < 50 = sikap negatif (Mueller, 1992).

Berdasarkan uji t tersebut, dapat diketahui secara langsung sikap konsumen apakah positif atau negatif terhadap konsumsi cabai merah . Jika positif, maka itu menunjukkan bahwa sikap konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah tinggi. Dan sebaliknya jika negatif, maka hal itu menunjukkan bahwa sikap konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah rendah.

Untuk menganalisis masalah 2, digunakan metode Analisis Regresi Linier Berganda yang diturunkan dengan Metode Kuadrat Terkecil (Ordinary Least Square/OLS).

Analisis Regresi Berganda digunakan oleh peneliti, bila peneliti bermaksud meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih variabel independen dinaikturunkan nilainya. Jadi analisis


(40)

regresi ganda akan dilakukan apabila jumlah variabel independennya minimal dua.

Data yang dibutuhkan adalah jumlah konsumsi konsumen rata-rata perbulan, jumlah tanggungan, pendapatan rata-rata perbulan, dan harga cabai. Dimana nilai parameter tersebut selanjutnya akan diduga, sehingga modelnya menjadi:

� = �0+�11+�22+�33+ µ

Dimana:

Y = Jumlah konsumsi cabai merah (kg/bulan) a = Konstanta/Koefisien Intersep

b1-b3 = Koefisien variable regresi

X1 = Jumlah tanggungan (jiwa)

X2 = Pendapatan (Rp/bln)

X3 = Harga cabai merah (Rp/kg)

µ = Kesalahan pengganggu Koefisien Determinasi (R2)

R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat. Sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. R2 dihitung dengan rumus sebagai berikut:

�2 = � ���� ����� .�����

2

Dimana :

R2 = koefisien determinasi JKyy = jumlah kuadrat-kuadrat y JKxx = jumlah kuadrat-kuadrat x


(41)

JKxy = jumlah kuadrat-kuadrat xy (Supriana, 2009).

Uji F

Untuk mengetahui apakah masing-masing faktor tersebut secara serempak berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah konsumsi cabai (Y), maka digunakan uji F.

Kriteria uji F:

Jika F-hitung ≤ F-tabel, maka H0 diterima, H1 ditolak

Jika F-hitung ≥ F-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima

Keterangan:

H = 0 tidak ada pengaruh atau signifikansi > 0,05 H ≠ 0 ada pengaruh atau signifikansi ≤ 0,05 Uji t

Dan untuk mengetahui apakah masing-masing faktor secara parsial berpengaruh nyata atau tidak terhadap jumlah konsumsi cabai (Y), maka digunakan uji t. Kriteria uji t:

Jika t-hitung ≤ t-tabel, maka H0 diterima, H1 ditolak

Jika t-hitung ≥ t-tabel, maka H0 ditolak, H1 diterima

Keterangan:

H = 0 tidak ada pengaruh atau signifikan > 0,05 H ≠ 0 ada pengaruh atau signifikansi ≤ 0,05 (Sudjana, 1989).

Untuk identifikasi masalah (3) perkembangan harga dan permintaan konsumen terhadap cabai merah di Kota Medan dianalisis dengan menggunakan metode


(42)

analisis deskiptif berdasarkan data harga serta konsumsi Cabai Merah di kota Medan.

Defenisi Dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional.

Defenisi

1. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi dalam memenuhi kebutuhan tubuhnya sendiri.

2. Pasar tradisional adalah suatu tempat dimana para pembeli dan penjual melakukan transaksi perdagangan dengan sistem tawar hingga terjadi kesepakatan harga.

3. Harga adalah uang yang dikeluarkan untuk membeli sesuatu baik barang ataupun jasa.

4. Pendapatan adalah pemasukan dari penjualan produk dan pelayanan.

5. Jumlah tanggungan adalah jumlah anggota keluarga yang menjadi tanggungan untuk dibiayai kebutuhan hidupnya.

6. Sikap merupakan sesuatu yang mengarah pada tujuan yang dihadapi dalam bentuk tindakan, ucapan, perbuatan maupun emosi seseorang.

7. Keputusan konsumen adalah pemilihan atau tindakan dari dua orang atau lebih yang diputuskan saat membeli dan mengkonsumsi sesuatu.

8. Konsumsi adalah proses pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan oleh tubuh. 9. Permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan konsumen yang


(43)

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di pasar tradisional yaitu Pasar Petisah di Kota Medan. 2. Waktu penelitian dilakukan pada tahun 2013.

3. Sampel penelitian adalah konsumen yang membeli cabai di Pasar Petisah tersebut.


(44)

DESKRIPTIF DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian Letak dan Keadaan Geogarafis

Penelitian dilakukan di Kota Medan yang merupakan Ibu Kota dari Provinsi Sumatera Utara. Kota Medan terletak antara 2°27'-2°47'LU - 98°35' - 98°44'BT. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah Utara dan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Selatan, Barat dan Timur.

Kota medan merupakan salah satu dari 30 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 km2. Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah utara, selatan, barat dan timur. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli.

Kota Medan mempunyai iklim tropis dengan suhu minimum menurut Stasiun Polonia berkisar antara 23,04°C – 24,08°C dan suhu maksimum berkisar antara 32,15°C – 34,21°C serta menurut Stasiun Sampali suhu minimumnya berkisar antara 22,50°C – 24,10°C dan suhu maksimum berkisar antara 31,40°C – 33,30°C. Rata-rata curah hujan menurut Stasiun Sampali per bulannya 133,75 mm dan pada Stasiun Polonia per bulannya 161,67 mm (BPS Medan, 2012).

Tata Guna Tanah/Lahan

Pola penggunaan tanah di Kota Medan sangat beragam jenisnnya. Penggunaan tanah terdiri dari bangunan-bangunan yang menjulang tinggi dan sangat besar


(45)

yaitu mulai dari bangunan pemukiman, perkantoran, pemerintahan, tempat ibadah, pusat-pusat perbelanjaan modern, pasar-pasar tradisional, fasilitas umum, bangunan pendidikan, tempat rekreasi, restoran, hotel dan lahan pertanian di pinggiran kota. Kota Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia sehingga keadaan bangunan sangat padat dan rapat dengan jumlah penduduk yang banyak.

Keadaan Penduduk

a. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Medan

Penduduk Kota Medan berjumlah 2.097.610 orang dengan rumah tangga yang tersebar di setiap kecamatan dan kelurahan di Kota Medan. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai jumlah dan persentase penduduk kota Medan berdasarkan golongan umur dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 5.


(46)

Tabel 5. Jumlah Penduduk Kota Medan menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2012

Golongan Umur

Laki-laki Perempuan

Jumlah

Jiwa Persentase

(%)

Jiwa Persentase

(%)

0-4 98.437 9,49 92.857 8,75 191.294

5-9 99.961 9,64 93.532 8,82 193.493

10-14 97.514 9,40 91.828 8,66 189.342

15-19 102.556 9,89 107.423 10,1 209.989

20-24 112.860 10,9 123.092 11,6 235.952

25-29 100.935 9,73 103.459 9,75 204.394

30-34 85.609 8,26 87.265 8,23 172.874

35-39 77.344 7,46 80.795 7,62 158.139

40-44 69.238 6,68 71.727 6,76 140.965

45-49 57.718 5,57 59.997 5,66 117.715

50-54 48.163 4,64 49.244 4,64 97.407

55-59 34.548 3,33 34.282 3,23 68.830

60-64 20.373 1,96 22.555 2,13 42.928

65-69 14.573 1,41 17.556 1,66 32.129

70-74 9.596 0,93 12.384 1,17 21.980

75+ 7.491 0,72 12.688 1,2 20.179

Jumlah 1.036.926 100 1.060.684 100 2.097.610

Sumber: BPS, Medan dalam Angka 2012

Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Medan pada tahun 2010 sebesar 2.097.610 jiwa yang terdiri dari 1.036.926 jiwa laki-laki (49,43 %) dan 1.060.684 jiwa perempuan (50,57 %). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk laki-laki. Tabel 5 menunjukkan bahwa usia non produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi, balita, anak-anak dan remaja berjumlah 574.129 jiwa (27,37 %). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar 1.337.435 jiwa (63,76%). Dan jumlah manula (≥ 55 tahun) sebesar 186.046 jiwa (8,87%).


(47)

b. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Penduduk Kota Medan menurut tingkat pendidikan terdiri dari tamat SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi. Untuk mengetahui lebih jelas mengenal tingkat pendidikan penduduk Kota Medan dapat dilihat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2012

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 SD 268.921 32.27

2 SMP 114.381 13.72

3 SMA 121.843 14.62

4 Perguruan Tinggi 328.185 39.38

Jumlah 833.330 100

Sumber : BPS, Medan dalam angka 2012

Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk Kota Medan paling besar berada pada tingkat pendidikan menengah yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebesar 121.843 orang (14,62%), Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebesar 114.381 orang (13,72%), Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 268.921 orang (32,27%), dan Perguruan Tinggi berjumlah 328.185 orang (39,38%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju pembangunan. Sarana dan prasarana di Kota Medan sekarang ini sangat baik, hal


(48)

ini dapat dilihat dari jenis-jenis sarana yang tersedia baik sarana pendidikan, kesehatan, tempat peribadatan, transportasi dan pasar yang cukup memadai.

Tabel 7. Sarana dan Prasarana

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1 Sekolah a. SD b. SMP c. SMA d. SMK

e. Perguruan Tinggi

805 353 205 134 33 2 Kesehatan

a. Puskesmas b. Pustu c. BPU

d. Rumah Bersalin e. Rumah Sakit

39 41 349 117 76 3 Tempat Peribadatan

a. Mesjid/Musholla b. Gereja c. Kuil d. Wihara e. Klenteng 1.706 634 26 21 5 4 Transportasi

a. Jalan Baik b. Jalan Sedang c. Jalan Rusak d. Jalan rusak berat

3.254,3 km 15,8 km 20,1 km 1,3 km 5 Pasar

a. Pasar Tradisional b. Pasar Modern

56 239

Sumber: BPS, Medan Dalam Angka 2012

Sarana pendidikan di Kota Medan sangat lengkap mulai dari Play group, Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar berjumlah 805 unit, Sekolah Menengah Pertama berjumlah 353 unit, Sekolah Menengah Atas berjumlah 205 unit, Sekolah Menengah berjumlah 134 unit, hingga ke Perguruan Tinggi berjumlah 33 unit dengan berbagai tingkat strata. Status sekolah pun beragam mulai dari negeri,


(49)

swasta, maupun sekolah luar negeri yang tersebar di setiap sudut dan pelosok Kota Medan dengan kualitas yang beragam.

Sarana Kesehatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk besar. Sarana kesehatan yang ada yaitu Puskesmas 39 unit, Pustu 41 unit, BPU 349 unit, Rumah Bersalin 117 unit dan Rumah Sakit 76 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana peribadatan sangat diperlukan oleh penduduk kota besar seperti Kota Medan yang berpenduduk beragama. Sarana peribadatan yang ada yaitu Mesjid/Musholla 1.706 unit, Gereja 634 unit, Kuil 26 unit, Wihara 21 unit, dan Klenteng 5 unit yang tersebar di seluruh kecamatan.

Sarana transportasi sangat lengkap di dalam Kota, angkutan kota sangat banyak kesegala penjuru Kota Medan. Panjang jalan Kota Medan 3.191,5 km, jalan yang dalam kondisi baik sepanjang 3.254,3 km, jalan dalam kondisi sedang 15,8 km dan 20,1 km rusak sedangkan yang dalam kondisi rusak berat 1,3 km.

Pasar tradisonal maupun pasar modern banyak sekali terdapat di Kota Medan. Masyarakat dengan mudah memilih tempat berbelanja di pasar tradisional atau di pasar modern. Pasar tradisional ada 56 unit dan pasar modern ada 239 unit yang terdiri dari supermarket/minimarket dan mall/plaza yang tersebar di seluruh kecamatan.

Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah konsumen Cabai Merah yang terdapat pada pasar tradisional Brayan,Denai, Petisah, dan Marelan. Karakteristik konsumen


(50)

sampel yang dimaksud adalah meliputi karakteristik harga, pendapatan, dan jumlah tanggungan.

a. Umur

Adapun keadaan umur konsumen (sampel) di daerah penelitian dapat dilihat berdasarkan Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Kelompok Umur

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah

(Jiwa) Jumlah (%)

1 30-35 2 6,67

2 36-40 4 13,33

3 41-45 7 23,33

4 46-50 9 30

5 51-55 8 26,67

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat jumlah konsumen sampel terbesar berada pada kelompok umur 46-50 tahun dengan jumlah 9 orang (30 %) dan yang terkecil pada umur 30-35 tahun dengan jumlah 2 orang (6,67 %).

b. Tingkat Pendidikan

Pendidikan konsumen sangat erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap suatu barang baik dari segi kualitas maupaun manfaatnya. Adapun pendidikan konsumen sampel di daerah penelitian Pasar Petisah Kota Medan dimulai dari SMA sampai Pertguruan Tinggi. Adapun tingkat pendidikan konsumen sampel dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.


(51)

Tabel 9. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah

(Jiwa) Jumlah (%)

1 SMA 19 63,33

2 Diploma 7 23,33

3 Sarjana 4 13,33

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat tingkat pendidikan konsumen yang terbesar berada pada tingkat SMA dengan jumlah 19 jiwa (63,33 %) dan yang terkecil p ada tingkat sarjana dengan jumlah 4 jiwa (13,33 %.).

c. Pendapatan

Pendapatan konsumen sampel sangat bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendapatan Rata-rata Keluarga per Bulan

No Pendapatan (Rp) Jumlah

(Jiwa)

Jumlah (%)

1 < Rp 2.000.000 8 26,67

2 Rp 2.000.000 - Rp 4.000.000 15 50 3

4

Rp 4.000.000 – Rp 5.000.000 > Rp 5.000.000

4 3

13,33 10

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan rata-rata konsumen yang terbesar berada pada kelompok Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 dengan jumlah 15 jiwa (26,67 %) dan yang terkecil pada kelompok > Rp. 5.000.000 dengan jumlah 3 jiwa (10 %).


(52)

d. Jumlah Tanggungan

Adapun jumlah tanggungan konsumen sampel dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini.

Tabel 11. Distribusi Konsumen Sampel Berdasarkan Jumlah Tanggungan

No Jumlah Tanggungan

(Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

Jumlah (%)

1 0-3 3 10

2 4-6 21 70

3 ≥ 6 6 20

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah tanggungan konsumen yang terbesar berada pada kelompok 4-6 dengan jumlah 21 jiwa (70 %) dan yang terkecil pada kelompok 0-3 dengan jumlah 3 jiwa (10 %).


(53)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sikap Konsumen Terhadap Konsumsi Cabai Merah di Daerah Penelitian.

Cabai Merah merupakan salah satu kebutuhan dapur yang sangat digemari oleh banyak orang. Oleh karena itu tidak heran bila harga meningkat maka konsumen tetap saja mau membeli karena kebutuhan yang tidak bisa dihindarkan.

Berdasarkan hasil analisis sikap konsumen terhadap konsumsi cabai dapat dilihat pada interpretasi konsumen terhadap konsumsi cabai merah didaerah penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Skor Rata-Rata Tingkat Interpretasi Konsumen Cabai Merah

No. Interpretasi Jumlah Presentase (%)

1. Pernyataan Positif 27 90

2. Pernyataan Negatif 3 10

Total 30 100

Sumber : Data dolah dari Lampiran 4

Dari Tabel diatas dapat dilihat pada lampiran 4 bahwa sikap konsumen terhadap konsumsi cabai merah menunjukkan pernyataan positif yang nilainya lebih besar 90% dari pada pernyataan negatif yaitu 10%. Hal ini menunjukkan bahwa sikap konsumen sangat tinggi terhadap konsumsi cabai merah.

Dari frekwensi jawaban pada lampiran 5, sikap konsumen terhadap 20

pernyataan sikap positif dan negatif yang telah di berikan, maka pada pernyataan positif diperoleh sebannyak 29 sikap setuju pada pernyataan “cabai merah merupakan rempah yang paling dicari ketika berbelanja”, dan pada pernyataan


(54)

negatif diperoleh sebanyak 30 sikap tidak setuju pada pernyataan “cabai merah merupakan bahan rempah yang tidak mudah busuk”.

Hipotesis 1 diterima, Ada pengaruh pernyataan sikap positif dan negatif pada jumlah konsumsi cabai merah.

Uji kesesuaian (test goodness of fit) model dan uji hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka dilakukan uji kesesuaian model dan uji hipotesis. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah disajikan pada lampiran 7. Lampiran 7 menunjukkan bahwa terdapat tiga variabel yang berpengaruh terhadap variabel jumlah konsumsi cabai (Y), yaitu luas harga (X1), pendapatan (X2), dan jumlah tanggungan (X3). Untuk mempermudah pembacaan hasil dan interpretasi analisis regresi, maka digunakan bentuk persamaan yang berisi konstanta dan koefisien-koefisien regresi yang didapat dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya. Persamaan regresi faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah adalah sebagai berikut.

Y= 23,083 + 0,01X1 + 3,3575E-6X2 – 1,672X3

Keterangan :

* Signifikansi R² : 0,607


(55)

Pada model regresi ini, nilai konstanta yang tercantum adalah sebesar 23,083. Hal ini menunjukkan bahwa besar efek rata-rata dari seluruh variabel eksogen

terhadap variabel jumlah konsumsi cabai merah adalah sebesar 23,083.

Lampiran 8 menunujukkan bahwa nilai koefisien determinasi (R²) yang diperoleh adalah sebesar 0,607. Hal ini menunjukkan bahwa sebesar 60,7% variasi variabel jumlah konsumsi cabai merah (Y) telah dapat dijelaskan oleh variabel harga (X1), pendapatan (X2), dan jumlah tanggungan (X3). Sedangkan sisanya, sebesar 39,3%, dipengaruhi oleh variabel lain yang belum dimasukkan ke dalam model. Untuk menguji hipotesis secara serempak, dilakukan dengan uji F, dan secara parsial, dilakukan dengan uji t, dengan tingkat signifikasi dalam penelitian ini

menggunakan α 5% atau 0,05. Hasil pengujian hipotesis diuraikan dalam bagian

berikut.

Uji pengaruh variabel secara serempak

Hasil uji pengaruh variabel secara serempak dengan menggunakan Uji F disajikan pada lampiran 8. Lampiran 8 menunjukkan bahwa nilai signifikansi F adalah sebesar 0,007. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang

ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1

diterima, yaitu variabel harga (X1), pendapatan (X2), dan jumlah tanggungan (X3), secara serempak, berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah konsumsi cabai merah (Y).

Hipotesis 2 diterima, yaitu harga, pendapatan, jumlah konsumsi mempengaruhi jumlah konsumsi cabai merah


(56)

Uji pengaruh variabel secara parsial

Setelah dilakukan uji pengaruh variabel secara serempak, pembahasan dilanjutkan dengan pengujian pengaruh variabel secara parsial. Hasil uji pengaruh variabel secara parsial dengan menggunakan Uji t disajikan pada lampiran 8.

Harga (X1)

Lampiran 8 menunjukkan bahwa variabel harga (X1) memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,153. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas kesalahan yang

ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel harga (X1), secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah konsumsi cabai merah (Y).

Pendapatan (X2)

Lampiran 8 menunjukkan bahwa variabel pendapatan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,011. Nilai yang diperoleh lebih kecil dari probabilitas kesalahan yang

ditolerir, yaitu α 5% atau 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak atau H1 diterima, yaitu variabel pendapatan (X2) secara parsial, berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah konsumsi cabai merah (Y). Nilai koefisien regresi sebesar 3,375E-6 menunjukkan bahwa setiap adanya peningkatan pendapatan sebesar 1 rupiah, maka terjadi pertambahan jumlah konsumsi cabai merah sebesar 3,375E-6 kg. Sebaliknya, jika terjadi penurunan pendapatan, akan menyebabkan turunnya jumlah konsumsi cabai merah.

Jumlah tanggungan (X3)

Lampiran 8 menunjukkan bahwa variabel jumlah tanggungan memiliki nilai signifikansi t sebesar 0,412. Nilai yang diperoleh lebih besar dari probabilitas


(57)

diterima atau H1 ditolak, yaitu variabel jumlah tanggungan (X3) secara parsial, tidak berpengaruh nyata terhadap variabel jumlah konsumsi cabai merah (Y).

Uji asumsi Ordinary Least Square (OLS)

Sebelum dilakukan uji kesesuaian (goodness of fit) model, perlu dilakukan uji asumsi untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi- asumsi dalam model regresi linier pendapatan petani padi organik yang dispesifikasi. Hasil pengujian asumsi klasik diuraikan pada bagian berikut.

Uji asumsi multikolinearitas

Hasil uji asumsi multikolinearitas untuk model jumlah konsumsi cabai merah disajikan pada lampiran 8. Lampiran 8 menunjukkan bahwa masing-masing variabel eksogen memiliki nilai toleransi (tolerance) lebih besar dari 0,1 dan nilai

VIF lebih kecil dari 10. Hal ini menunjukkan tidak terjadinya multikolinearitas. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linier jumlah konsumsi cabai merah terbebas dari masalah multikolinearitas.

Uji asumsi heteroskedastisitas

Hasil uji asumsi heteroskedastisitas dengan menggunakan analisis grafik untuk jumlah konsumsi cabai merah disajikan pada lampiran 8. Lampiran 8 menunjukkan bahwa penyebaran titik-titik varian residual adalah sebagai berikut. a. Titik-titik menyebar disekitar angka 0

b. Penyebaran titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja

c. Penyebaran titik-titik data tidak membentuk pola tertentu, seperti bergelombang menyebar kemudian menyempit dan melebar kembali.


(58)

Hal ini menunjukkan tidak terjadinya heteroskedastisitas. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier jumlah konsumsi cabai merah terbebas dari masalah heteroskedastisitas.

Uji Asumsi Normalitas Analisis Grafik

Hasil uji asumsi normalitas residual model jumlah konsumsi cabai merah dengan menggunakan analisis grafik disajikan pada lampiran 8. Lampiran 8 menunjukkan bahwa data terlihat menyebar mengikuti garis diagonal dan diagram histogram yang tidak condong ke kiri maupun ke kanan. Hal ini menunjukkan bahwa data residual model terdistribusi dengan normal. Maka dapat dinyatakan bahwa model regresi linier jumlah konsumsi cabai merah memenuhi asumsi normalitas.

Perkembangan Harga dan Permintaan Konsumen Terhadap Cabai Merah Di Kota Medan

Konsumsi cabai merah termasuk berkembang dengan cepat, walaupun kadang tetap mengalami penurunan dan peningkatan tiap tahunnya. Hal ini disebabkan selera konsumen yang berbeda-beda serta berubah-ubah. Bagi rumah tangga masyarakat di Indonesia umumnya dan Kota Medan, cabai merah telah menjadi menu utama, untuk hidangan makan. Konsumsi cabai merah selain rasanya cocok di lidah masyarakat Indonesia, juga karena harganya murah walaupun terkadang harga cabai bisa saja tiba-tiba melonjak naik.

Peranan alokasi dari harga cabai merah yaitu membantu pembeli memutuskan cara memperoleh utilitas maksimal sesuai dengan daya belinya. Sedangkan


(59)

peranan informasi dari harga tersebut, dapat menunjukkan pada konsumen mengenai faktor-faktor produk, misalnya kualitas.

Perkembangan permintaan konsumen cabai merah dapat dilihat dari jumlah rata-rata konsumsi konsumen, jumlah konsumsi cabai merah berbanding lurus terhadap perkembangan permintaan cabai merah itu sendiri. Semakin meningkat jumlah konsumsi maka dapat diasumsikan semakin meningkat pula

permintaannya, begitu juga sebaliknya apabila jumlah konsumsi berkurang dapat diasumsikan permintaan akan menurun pula.

Berikut perkembangan harga dan perkembangan konsumsi Cabai Merah di Kota Medan.

Tabel 13. Perkembangan Harga dan Konsumsi Cabai Merah 3 Tahun Terakhir di Kota Medan

Keterangan Tahun

2009 2010 2011

Harga (Rp/kg) 20.487 22.556 21.044 Konsumsi

(kg/perkapita/tahun)

- 2,27 11,09

Sumber: BPS Medan & BKP Medan 2012

Dari Tabel 13 diperoleh perkembangan harga dan konsumsi cabai merah saling mengalami fluktuasi, dapat dilihat bahwa peningkatan harga pada tahun 2009-2010 tidak mempengaruhi terhadap jumlah konsumsi yang menurun. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi yaitu apabila harga meningkat maka permintaan akan suatu barang akan menurun, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya cabai merah adalah rempah yang paling dicari dari rempah lainnya.


(60)

Perkembangan Harga

Pada Tabel 13 telah dijelaskan bawah harga cabai merah mengalami fluktuasi tiap tahunnya, yaitu mengalami kenaikan dan penurunan. Secara grafik dapat dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2. Perkembangan Harga Cabai Merah di Kota Medan

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 harga rata-rata cabai merah berada pada titik terendah yaitu pada harga Rp 20.487, sedangkan harga rata-rata tertinggi yaitu pada tahun 2010 sebesar Rp 22.556 berikutnya pada tahun 2011 mengalami penurunan kembali tetapi tidk terlalu pesat yaitu sebesar Rp 21.044.

Perkembangan Permintaan

Seperti telah dijelaskan sebelumnya, jumlah konsumsi berbanding lurus dengan permintaan cabai merah. Tidak jauh berbeda dengan harga, permintaan akan cabai merah juga terus meningkat.

19.000 19.500 20.000 20.500 21.000 21.500 22.000 22.500 23.000

2009 2010 2011

harga


(61)

Gambar 3. Perkembangan Konsumsi Cabai Merah di Kota Medan

Pada gambar 3 dapat dijelaskan bahwa kosongnya jumlah rata-rata konsumsi cabai merah pada tahun 2009 disebabkan karena baru di mulai pembentukan untuk perhitungan rata konsumsi cabai merah. Tahun 2010 diperoleh rata-rata konsumsi cabai merah yaitu sebesar 2,27 kg/perkapita/tahun. Tahun 2011 jumlah rata-rata konsumsi cabai merah terus mengalami peningkatan yang signifikan mencapai 11,09 kg/kapita/tahun. Dapat disimpulkan bahwa

permintaan cabai merah meningkat drastis selama 1 tahun terakhir. Tidak adanya lagi data konsumsi pada tahun 2012 disebabkan karena anggaran neraca bahan makanan untuk cabai merah sudah tidak ada, sehingga hanya berhenti pada tahun 2011 saja.

Hipotesis 3 diterima, yaitu adanya fluktuasi harga dan permintaan cabai merah terhadap jumlah konsumsi cabai merah.

0 2 4 6 8 10 12

2009 2010 2011

konsumsi (Kg/perkapita/tahun)

konsumsi


(62)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka didapat beberapa kesimpulan yaitu:

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah adalah harga, pendapatan dan jumlah konsumsi.

2. Pernyataan sikap positif lebih banyak ditunjukkan konsumen dalam mengkonsumsi cabai merah yaitu diperoleh dengan persentase sebanyak 90%.

3. Peerkembangan dan permintaan cabai merah berfluktuasi setiap tahunnya

Saran

Kepada Konsumen

Sebaiknya konsumen jangan hanya dipengaruhi oleh harga cabai merah yang mahal atau murah, tetapi konsumen juga harus memperhatikan bagaimana kualitas dari cabai merah tersebut.

Kepada Pedagang

Sebaiknya dalam memasarkan cabai merah, pedagang tidak menjual diatas harga rata-rata tetapi mengikuti harga yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Kepada Peneliti Lain

Sebaiknya peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen terhadap bahan rempah lain nya, misalnya lokasi penjualan cabai merah.


(63)

Kepada Pemerintah

Sebaiknya pemerintah lebih bijak lagi dalam memberikan harga untuk pasar agar bahan makanan yang dijual tidak memberatkan masyarakat.


(64)

DAFTAR PUSTAKA

Adiyoga. 1996. Produksi dan Konsumsi Cabai Merah. Bandung: Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Anonimousa. Inflasi, Pedasnya Cabai Merah.

http://health.kompas.com diakses 3 Februari 2013

Anonimousb. 2012. Konsep Sikap Konsumen. (elearning.upnjatim.ac.id/) diakses pada 28-12-2012

Anonimousc. 2010.Peluang Usaha bertanam Cabai.

pada 31-11-2012

Arsyad, L. 2000. Ekonomi Manajerial. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. BPS Medan. 2012. Medan dalam Angka. Medan: BPS

Daniel, M. 2002. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara. Dinas pertanian. 2012. Perkembangan Harga Komoditi Cabai. Medan

Departemen Pertanian. 2007. Tanaman Hortikultura

15 Desember 2012.

Kusandriani. 1996. Botani Tanaman Cabai Merah. Bandung: Balai Penelitian Sayuran.

Mangkunegara, P. A. 2002. Sikap Konsumen. Bandung: Refika Aditama.

Muharlis, A. 2007. Peramalan dan Faktor-Faktor Penentu Fluktuasi Harga Cabai Merah (Skripsi). Bogor: Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Nitisusastro, M. 2012. Sikap Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan. Bandung: Alfabeta.

Permana, Bagus. 2012. Macam-macam Skala Pengukuran Statistik.


(65)

Rachma, M. 2008. Efisiensi Tataniaga Cabe Merah, Kab.Ciamis, Provinsi Jawa Barat (Skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ratni. 2012. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen.

Rouly, T. 2012. Dalam Sehari Harga Cabai di Medan Naik Rp 4000/kg.

www.tribunnews.com diakses 2 februari 2013 Santika. 2001. Agribisnis Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Setiadi, N. J. 2003. Sikap Konsumen dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenanda Media.

Setyono, D. J dan Maria Ulfah. 2011. 7 Jurus Sukses Menjadi penanam cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.

Simamora, B. 2003. Membongkar Kotak Hitam Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Simamora, B. 2008. Paduan Riset sikap dan Perilaku Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sjaifullah. 1996. Petunjuk Memilih Tanaman Segar. Jakarta: Penebar Swadaya. Stranton, W, J. 1996. Prinsip Pemasaran. Penerjemah Yohanes Lemarto.

Erlangga: Jakarta

Sudjana. 1989. Metode Statistika. Bandung: TARSITO.

Sugiarti, S. 2003. Usaha Tani dan Pemasaran Cabai Merah. Yogyakarta: Jurnal Akta Agrosia.

Sumarwan, Ujang. 2004. Sikap Kosumen. Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Bogor: Ghalia Indonesia.

Supriana, Tavi. 2009. Pengantar Ekonometrika Aplikasi dalam Bidang Ekonomi Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Suryani, Tatik. 2008. Sikap Konsumen. Implikasi pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Umar, H. 2000. Riset Pemasaran dan Sikap Konsumen. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama dan JBRC.

Wirartha, I.M. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Penerbit Andi.


(66)

Lampiran 1. Karakteristik Sampel Konsumen

No. Nama Umur

Tingkat

Pendidikan Pekerjaan

Jumlah konsumsi cabai (bulan) Harga cabai (Rp) Pendapatan (Rp) Jumlah tanggungan (jiwa)

1 41 SMA Ibu rumah tangga 5 24000 2000000 2

2 43 SMA Dagang 5 24000 2000000 2

3 43 DIPLOMA perawat 5 24000 2500000 3

4 45 SMA Dagang 5 24000 2000000 3

5 45 SMA Dagang 5 24000 2500000 4

6 42 SMA Guru 5 24000 3000000 4

7 45 SMA Dagang 5 28000 3500000 4

8 36 SMA PNS 5 28000 3500000 4

9 40 SMA Guru 5 28000 4000000 3

10 39 SMA Dagang 15 28000 4000000 3

11 37 DIPLOMA Wiraswasta 15 28000 4500000 3

12 30 SMA Dagang 15 28000 4000000 4

13 46 S1 Dosen 15 28000 5000000 3

14 35 SMA Guru 30 28000 3000000 2

15 47 SMA Guru 30 28000 3000000 3

16 47 SMA PNS 30 28000 3500000 3

17 49 DIPLOMA Wiraswasta 30 28000 5500000 4

18 49 S1 Usaha Butik 30 28000 7000000 4

19 50 S1 Konsultan 30 28000 7000000 3

20 50 SMA Dagang 10 24000 3500000 5

21 50 S1 PNS 10 24000 6000000 3

22 50 SMA Dagang 20 24000 4500000 3

23 48 SMA PNS 20 24000 4500000 3

24 55 DIPLOMA Bidan 25 24000 5000000 4

25 55 SMA Wiraswasta 25 24000 4500000 5

26 54 DIPLOMA Wiraswasta 10 24000 6000000 5

27 55 DIPLOMA PNS 10 24000 2500000 3

28 52 SMA Dagang 10 24000 3000000 3

29 51 SMA Dagang 10 24000 3000000 4


(67)

Lampiran 2. Pernyataan Sikap Positif dan Negatif

No.

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 SS SS T

S SS SS S SS SS S S S TS S TS STS S S RR TS S

2 SS S S S S S S RR RR S

R

R STS TS TS TS S RR S TS S

3 SS SS S SS S S S TS S S S RR S TS STS TS S STS TS S

4 S S SS S S S S S S S S S RR TS TS RR S STS S S

5 SS S S S S S S S S S S S TS TS TS S S TS S

R R

6 S SS S S S S S S S RR SS TS TS TS TS TS S TS RR S

7 S SS SS S S S S S S S

T

S TS S TS STS TS S STS TS S

8 S S S S S S S S S RR

T

S S S TS STS TS TS TS S S

9 S S S S S SS S S S S S TS S TS TS TS TS STS TS SS

10 S S S S S S S SS S S

S T

S S TS TS TS TS TS STS S SS

11 S S S S S SS S S S S S TS TS TS STS S TS STS S SS

12 S SS S S S SS S S S SS

S T

S STS TS TS RR TS TS STS S S

13 SS S S S S SS S S S SS

T

S RR S TS STS RR SS TS S S

14 SS S SS SS S SS S S S S S TS S TS RR S TS TS S S

15 S S S S S S S S S S

T

S SS RR TS STS TS TS TS RR S

16 S SS S S S S S S S SS

S T

S S S TS TS S TS TS S S

17 S S S SS S S S SS S SS S S S TS STS TS TS TS S S

18 SS SS S S SS S S S S S S RR S TS TS S S TS S SS

19 SS S S S S SS SS S S SS

R

R S S TS TS TS TS RR TS SS

20 S S S SS S S S S S S

T

S TS S TS TS S TS S TS S

21 S S S S SS S S S S SS S TS TS TS TS STS TS TS TS S

22 S S S S S SS S S S S S TS S TS TS S TS TS TS S

23 S S S S S SS S S S S

T

S TS TS TS RR STS S TS TS S

24 S SS S S S S S S S SS S S S TS TS TS TS TS TS S

25 SS S S S S S S

S

S S S S SS TS S S TS TS STS S

26 SS S S S S S S S S S S RR S TS RR TS TS TS STS S

27 SS S S S S S S S S S S SS S TS TS S TS TS S S

28 SS S SS S SS S S S S SS S S S TS TS S TS TS S S

29 SS SS S SS S SS SS S S SS S S S TS S S TS TS STS S


(68)

Frekwensi Jawaban Sikap Likert

SS 14 10 4 6 4 9 3 3 0 10 1 4 1 0 0 0 1 0 0 5

S 16 20 25 24 26 21 27 25 29 18 18 12 18 0 2 13 8 2 14 24

RR 0 0 0 0 0 0 0 1 1 2 2 4 2 0 4 4 1 2 3 1

TS 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 6 10 9 30 15 11 20 19 10 0

STS 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 0 0 8 33 0 7 3 0

Jumlah 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Positif Negatif

SS = 4 SS = 0

S = 3 S = 1

RR =2 RR = 2

TS = 1 TS = 3


(69)

Lampiran 3. Hasil Perhitungan Sikap Positif dan Negatif No.

Sampel

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif

Xi Per-nyataan

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

1 4 4 1 4 4 3 4 4 3 3 1 3 1 3 4 1 1 2 3 1 54 Positif

2 4 3 3 3 4 3 3 2 2 3 2 4 3 3 3 1 2 1 3 1 53 Positif

3 4 4 3 4 3 3 3 1 3 3 1 2 1 3 4 3 1 4 3 1 54 Positif

4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 3 3 2 1 4 1 1 50 Positif

5 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 1 1 3 1 2 50 Positif

6 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 0 3 3 3 3 3 1 3 2 1 52 Positif

7 3 4 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 1 3 4 3 1 4 3 1 57 Positif

8 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 1 1 3 4 3 3 3 3 1 54 Positif

9 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 1 3 3 3 3 4 3 0 55 Positif

10 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 1 3 3 3 3 3 4 1 0 56 Positif

11 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 3 3 4 1 3 4 1 0 54 Positif

12 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 2 3 3 4 1 1 61 Positif

13 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 2 1 3 4 2 0 3 1 1 53 Positif

14 4 3 4 4 3 4 3 3 3 3 1 3 1 3 2 1 3 3 1 1 53 Positif

15 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 2 3 4 3 3 3 2 1 55 Positif

16 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 1 1 3 3 1 3 3 1 1 53 Positif

17 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 1 1 1 3 4 3 3 3 1 1 54 Positif

18 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 1 2 1 3 3 3 3 3 1 0 53 Positif

19 4 3 3 3 3 4 4 3 3 4 2 1 1 3 3 1 3 2 3 0 53 Positif

20 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3 3 4 3 1 3 1 56 Positif

21 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 1 3 3 3 3 4 3 3 3 1 59 Positif

22 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 1 3 1 3 3 1 3 3 3 1 53 Positif

23 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 2 4 1 3 3 1 55 Positif

24 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 1 3 3 3 3 3 3 1 54 Positif

25 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 1 4 3 3 4 1 55 Positif

26 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 2 1 3 2 3 3 3 4 1 54 Positif

27 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 1 3 3 4 3 3 1 1 53 Positif

28 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 1 1 1 3 3 4 3 3 1 1 55 Positif

29 4 4 3 4 3 4 4 3 3 4 1 1 1 3 1 1 3 3 4 1 55 Positif

30 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 1 1 3 3 3 4 3 3 1 1 56 Positif

Jumlah 162 9 rata-rata 52,8 7


(1)

(2)

(3)

(4)

Lampiran 9. Harga Eceran Sayur Tahun 2009-2011

No Jenis Barang Satuan Kualitas

Tahun

2009 2010 2011

1 Bawang Merah Kg Segar 15.223 16.800 13.973

2 Bawang Putih Kg Segar 13.500 12.512 13.133

3 Bawang Prei Kg Segar 9.988 9.122 7.523

4 Tomat Kg Segar 5000 5.500 4.442

5 Kol Bulat Kg Segar 2.666 2.123 1.606

6 Buncis Kg Segar 1.888 2.343 3.886

7 Cabai Merah Kg Segar 20.487 22.556 21.044

8 Cabai Hijau Kg Segar 14.111 12.015 11.588

9 Cabai Rawit Kg Segar 15.233 16.000 16.607

10 Labu Jipang Kg Segar 591 400 321


(5)

Pasar Denai


(6)