DINAMIKA DAN INTERAKSI SOSIAL PADA PASAR TRADISIONAL GOTONG ROYONG DI DESA TIMBANG JAYA KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT.

DINAMIKA DAN INTERAKSI SOSIAL
PADA PASAR TRADISIONAL GOTONG ROYONG
DI DESA TIMBANG JAYA KECAMATAN BAHOROK
KABUPATEN LANGKAT
TESIS
DiajukanGunaMemenuhi Salah SatuSyarat
UntukMemperolehGelar Magister Sains
Program StudiAntropologiSosial

Oleh :
RITA ANDRIANI
NIM8126152015

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK
Penelitian ini menganalisis Dinamika dan Interaksi Sosial Pada Pasar
Tradisional Gotong Royong di Desa Timbang Jaya Kecamatan Bahorok
Kabupaten Langkat. Dalam pasar gotong royong kegiatan yang terjadi tidak

hanya sebatas transaksi jual beli atau ekonomi saja, tetapi terdapat juga hubunganhubungan sosial.
Permasalahan dalam tesis ini adalah : a. Bagaimana dinamika sosial pasar
Gotong Royong di kecamatan Bahorok, b. Bagaimana interaksi ekonomi pasar
Gotong Royong di kecamatan Bahorok. Penelitian ini bertujuan untuk a.
Mengetahui dinamika sosial pasar Gotong Royong di kecamatan Bahorok, b.
Mengetahui interaksi ekonomi pasar Gotong Royong di kecamatan Bahorok.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif.
Untuk mendapatkan data dilakukan penelitian lapangan melalui observasi dan
wawancara, didukung dengan penelitian kepustakaan melalui sejumlah literatur
yang berkaitan dengan penelitian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pasar gotong royong tidak hanya
sebagai fungsi ekonomi melainkan terdapat fungsi sosial, budaya dan politik.
Perkembangan pasar gotong royong dari tahun ketahun memberikan kemajuan
ekonomi masyarakat, dimana pasar tidak hanya menyediakan barang pada
umumnya namun juga sebagai tempat perputaran uang karena terdapat penjualan
kebutuhan kehidupan sehari-hari dan terdapat juga penjualan getah karet di pasar
gotong royong, dinamika ekonomi di dalam pasar terjadi semenjak harga karet
turun, para petani dan pedagang mengeluh karena sangat berpengaruh terhadap
perekonomian mereka, pendapatan berkurang sedangkan biaya hidup semakin
mahal. Dinamika sosial yang terjadi antar pedagang terdapat kompetisi tetapi

kompetisi yang ditemukan tidak mengarah kepada konflik.2) Interaksi di pasar
gotong royong tidak hanya sebatas transaksi ekonomi melainkan terdapat
hubungan-hubungan sosial sesama pedagang dan juga pembeli. Para pedagang
tetap menjaga hubungan baik kepada para pembeli dengan sikap selalu ramah dan
memberikan layanan yang terbaik kepada para pembeli serta menjaga hubungan
baik kepada pedagang lainnya dengan cara membangun komunikasi yang baik.
Dinamika yang terjadi di pasar gotong royong kerap terjadi tetapi tidak
sampai menimbulkan konflik antar pedagang dan pembeli. Kompetisi
(persaingan) secara sehat menciptakan suatu hubungan dagang yang sehat dan
memicu para pedagang untuk berbuat lebih baik lagi dalam mencapai keuntungan.
kata kunci : Dinamika, interaksi sosial, Pasar tradisional

i

ABSTRACT
This research analyzes the Dynamics of Social and Social Interaction
Traditional Market in Gotong Royong market, Timbang Jaya village,
Bahorok district, Langkat regency. Furthermore, the activity happened in
Gotong Royong market is not merely an economic transaction, but also the social
relationship between seller and buyer.

The problems in the thesis are: a. How is the social dynamics in Gotong
Royong village, Bahorok district? b. How is the economic interaction in Gotong
Royong market, Bahorok district? Besides, this research is conducted to: a.
Understand the social dynamics in Gotong Royong market, Bahorok district.
The method used in this research is qualitative. Meanwhile, observation
and interview are used to gather the data from research field. Besides, this
research is supported as well by library research through some literature
contributed in the research itself.
The result of the research displays that: 1) Gotong Royong market
functions not only as an economic core but also as a social, culture, and political
function. The development of Gotong Royong market, year by year, shows the
growth of society economic that market does not merely provide the supplies
generally, but also as money revolving, because there are the daily needs and
rubber or latex materials selling in Gotong Royong market. The economic
dynamic in the market occurred since the decreasing price of latex product, the
farmer and the seller complains that it has an imminent effect towards their
economic, their income whereas the life cost is highly improved. The social
dynamic happened among seller will trigger the competition but the competition
itself does not concern on conflict. 2) The interaction in Gotong Royong market is
not only an economic transaction, it also involves the social relationship between

seller and buyer. The seller constantly keeps the good relationship towards the
buyer with hospitality, offers the best services to them, and maintains the better
communication among them.
The dynamics in Gotong Royong market always occurs even does not
cause the conflict between the seller and the buyer. The great competition among
sellers creates a deep economic relationship and triggers the seller to perform
better in order to gain the profit.
Key words : Dynamics, Social Interaction, Traditional Market

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan
nikmat kesehatan, kesempatan dan keluangan waktu untuk dapat menyelesaikan
penulisan tesis ini. Salawat beriring salam disampaikan kepada Rasulullah saw.
yang telah membawa umatnya kepada jalan kebenaran yang diridhoi Allah swt.
dari dunia sampai ke akhirat.
Tesis ini berjudul “DINAMIKA SOSIAL DAN EKONOMI PASAR
TRADISIONAL DI PASAR GOTONG ROYONG DESA TIMBANG JAYA
KECAMATAN BAHOROK KABUPATEN LANGKAT”, ditulis dengan

tujuan untuk menyelesaikan pendidikan guna memperoleh gelar sarjana strata dua
(S.2) pada program studi Antropologi Sosial di Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan.
Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak
memperoleh bantuan baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
tulus kepada :
Kedua orang tua penulis tercinta, ayahanda Suwarno dan Ibunda Sumiarti
yang selalu mendo’akan dan telah memberikan segala-galanya sehingga dapat
menghantarkan penulis menyelesaikan pendidikan gelar sarjana strata dua (S.2)
pada program studi Antropologi Sosial di PPs UNIMED. Semoga Allah Swt.
membalas jasa-jasa kebaikan keduanya dengan balasan yang sebaik-baiknya.
Khusus kepada kedua orang tua tercinta dengan rasa bangga penulis mendoa’kan
semoga selalu dalam naungan Allah swt.

iii

Ucapan terima kasih kepada suami tercinta Hery Sahputra, M.TH untuk
doa’, kasih sayang, perhatian, semangat, motivasi, pengertian dan dukungannya
untuk segera menyelesaikan tesis ini dan akhirnya kita bisa tersenyum bahagia.

Mudah-mudahan kita menjadi keluarga yang diridhoi Allah swt. dan cinta kita
selamanya baik di dunia maupun di akhirat.
Terimakasih yang dalam penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Phil.
Ichwan Azhari, M.S sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Pujiati, M.Soc
sebagai dosen pembimbing II yang dengan sabar dan tulus memberikan arahan
bagi penulis dari awal hingga selesainya tesis ini. Rasa terima kasih yang tak
terhingga juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.Si,
Dr. Deny Setiawan, M.Si dan Dr. Hidayat, M.si selaku dosen penguji yang juga
banyak memberikan arahan dan dukungan dalam tesis ini.
Terimakasih kepada bapak kepala desa serta ibu Sekretaris Desa Tengku
Mardiah beserta jajarannya yang banyak membantu penulis ketika mengambil
data di Desa Timbang Jaya Kecamatan Bahorok.
Ucapan Terimakasih kepada kakek penulis Poniman dan nenek penulis
Nasipah yang telah banyak mendoa’kan dan memberi motivasi agar tetap sabar
dalam menuntut ilmu. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan kepada
keduanya. Kakak tersayang Rini Andriani AMK, Andi Heri Kurniawan Amd,adik
tersayang Agung Ramdhani, ponakan tersayang yang selalu buat tersenyum Albi
pasa kurniawan dan seluruh keluarga yang saya sayangi.

iv


Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Eka F. Sitinjak, Bambang
Suharsono, Natalia Febriani, Rinta Naibaho, Taufik Hidayat, Yusda Novianti,
Hamidah Hanim, Alan Darmawan, Ade Panjaitan, Ikhwan Rifai, Maharani, Zaini,
Irma Irawan, Fadhilatun Mahfudzah, Darmayanti Rotonga, Winda Siska Sari
Dewi dan teman-teman yang lain yang telah banyak membantu dan memberikan
semangat kepada penulis. Mudah-mudahan persahabatan kita sampai kita tua
kelak.
Sebagai ungkapan rasa terima kasih, penulis memohon kepada Allah Swt.
semoga kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan dukungan dan
bantuan selalu mendapat karunia-Nya.
Penulis menyadari, tesis ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi
maupun penulisan. Penulis mengharapkan saran dan masukan yang bersifat
membangun demi kesempurnaan tesis ini, Akhirnya penulis mengharapkan agar
tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2016

Rita Andriani


v

DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................. 12
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 12
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 12
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Defenisi Konsep ...................................................................... 14
2.1.1 Pasar ..................................................................................... 14
2.1.2 Ekonomi Pasar .................................................................... 17
2.1.3 Aktor Ekonomi Pasar ......................................................... 20
2.1.4 Hubungan Antar Pedagang ................................................ 22
2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................. 29
2.3 Landasan Teori....................................................................... 30

2.3.1 Interaksi Sosial .................................................................... 30
2.3.2 Dinamika Sosial ................................................................... 37
2.4 Kerangka Berfikir .................................................................. 44
BAB III Metodologi Penelitian
3. 1 Pendekatan Penelitian .......................................................... 45
3.2 Lokasi Penelitian .................................................................... 45

vi

3.3 Informan Penelitian ............................................................... 48
3.4 Metode Pengumpulan Data ................................................... 48
3.5 Teknik Analisis Data.............................................................. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Pasar ................................................ 52
4.2 Dinamika Sosial di Pasar Gotong Royong ............................... 57
4.4 Interaksi Ekonomi di Pasar Gotong Royong ........................... 93
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ................................................................................ 110
5.2 Saran........................................................................................... 113
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 114

LAMPIRAN

vii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan hubungan dan kerja sama
dengan sesama manusia lainnya, namun itu saja tidak cukup karena manusia
masih memerlukan hubungan dengan yang lainnya yaitu alam sekitar. Disebut
sebagai manusia sosial maka manusia itu akan selalu hidup berkelompok. Melalui
kerja sama dengan kelompoknya itulah manusia dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya. Upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya sudah berlangsung
sejak manusia itu ada. Semua dorongan itu akan terlihat dalam bentuk kelompok
sosial. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut setiap individu harus
berinteraksi dengan individu lain atau lingkungan sekitar. Usaha untuk mencapai
hal tersebut manusia menggunakan tempat untuk memenuhi kebutuhannya di
samping sarana yang lain yaitu pasar.
Pasar menurut KBBI berarti tempat orang berjual beli; pekan, kekuatan
penawaran dan permintaan , tempat penjual yang ingin menukar barang atau jasa

dengan uang dan pembeli yang ingin menukar uang dengan barang atau jasa (
KBBI, 2007 : 833 ). Dalam bahasa latin pasar ditelusuri melalui akar dari kata
mercatu yang bermakna berdagang atau tempat berdagang. Terdapat tiga makna
yang berbeda didalam pengertian tersebut: satu, pasar dalam artian secara fisik;
dua, pasar dimaksudkan sebagai tempat mengumpulkan; tiga Hak atau ketentuan
legal tentang suatu pertemuan pada suatu market place. Pada abad ke 16,
pengertian pasar menurut Swedberg dalam Damsar menemukan arti baru yaitu
“membeli dan menjual secara umum” dan “penjualan(interaksi pertukaran) yang
dikontrol oleh demand dan supply” (Damsar, 2009:253).

1

Pasar juga merupakan sisi dunia usaha yang mempunyai karakteristik
kerakyatan yang lekat dengan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya. Sebagai
tumpuan kehidupan dari generasi ke generasi. Kegiatan di pasar melibatkan
masyarakat baik selaku pembeli maupun penjual saling membutuhkan satu sama
lainnya. Keberadaan pasar pada hakekatnya bertujuan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat agar bisa memenuhi berbagai keinginan yang
dibutuhkan bagi kelangsungan hidup.
Pasar berperan sebagai tempat pengumpulan hasil usaha tani dan sebagai
tempat pembagian barang untuk konsumsi lokal (Dewey dalam Majid, 1988: 308).
Kemudian aktivitas ekonomi pasar merupakan tempat dimana proses antara
pembeli dan penjual berlangsung, serta sebagai tempat untuk mendapatkan alat
pemuas kebutuhan dengan harga yang sesuai ( Damsar, 2002: 14). Dalam pasar
terdapat tiga unsur yang tidak dapat dipisahkan yakni: penjual, pembeli dan
barang. Pertemuan antara penjual dan pembeli menimbulkan transaksi jual beli.
Namun bukan berarti bahwa setiap orang yang masuk ke pasar akan membeli
barang, tetapi ada yang datang hanya sekedar main saja, atau ingin berjumpa
dengan seseorang guna mendapatkan informasi tentang sesuatu.
Pasar juga menjadi saluran rantai pemasaran hasil bumi paling utama.
Tidak adanya ketentuan yang rigid atas dasar kuantitas dan kualitas, menyebabkan
pasar mampu menampung hasil produksi petani berapapun besarnya, mulai dari
hitungan kilogram atau ton, semua bisa masuk pasar. Demikian pula tidak perlu
standarisasi produk yang butuh biaya besar yang tak mampu dipenuhi, petani kecil
dapat membawa semua barangnya ke pasar. Ia cukup dapat membawa sekarung
sayuran hasil panen dari kebun dengan naik sepeda atau sepeda motor ke pasar

2

kemudian ditawarkannya disana dan pulang dengan sudah mendapat uang untuk
keperluan lain.
Pada saat ini pusat-pusat perbelanjaan modern berkembang dengan pesat
sampai kepinggiran kota kecamatan, namun peranan pasar tradisional masih tetap
penting dan menyatu dalam kehidupan masyarakat. Pasar tradisional merupakan
tempat untuk mendapatkan berbagai keperluan dan kebutuhan pokok mayoritas
penduduk di tanah air dengan harga yang terjangkau. Pasar tradisional masih
merupakan wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang
dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah, kecil dan mikro yaitu
para petani, nelayan, pengrajin dan home industri (industri rakyat). Para pedagang
yang pada umumnya menggunakan modal sendiri dalam jumlah pas-pasan
memulai usahanya dan menyandarkan hidupnya kepada pasar tradisional. Pada
sisi lain, interaksi sosial sangat kental terjadi di dalam pasar tradisional, karena
mekanisme transaksinya menggunakan metode tawar menawar. Para pedagang
atau produsen dan pembeli atau konsumen dapat secara langsung berkomunikasi
dan saling mengenal lebih jauh, bukan hanya menyangkut barang yang di
perdagangkan tetapi juga menyangkut hal lainnya (Http://e-journal.uajy.ac.id/pdf
diakses pada tanggal 2 april 2014).
Selain pasar tradisional terdapat pasar modern yang berkembang pada saat
ini yaitu:
1. Pasar AFTA (Asean Free Trade Area) merupakan wujud dari kesepakatan
dari

negara-negara

ASEAN

untuk

membentuk

suatu

kawasan

perdagangan bebas dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi
kawasan regional ASEAN dengan menjadikan ASEAN sebagai basis

3

produksi dunia serta menciptakan pasar regional bagi 500 juta penduduk
ASEAN. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA ialah adanya
kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi
Brunai Darussalam, Indonesia, Malaysia, Philipina, Singapura, Thailand,
Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam. AFTA menjamin perdagangan
luar negeri dan mengembangkan kemungkinan konsumsi suatu bangsa.
Perdagangan luar negeri memungkinkan suatu negara mengkonsumsi
lebih banyak barang dibanding pada keadaan swasembada tanpa
perdagangan luar negeri. AFTA adalah kawasan perdagangan bebas
ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun
hambatan non tarif bagi negara-negara anggota ASEAN melalui skema
CEPT-AFTA. Sebagai contoh dari kerja AFTA adalah sebagai berikut,
Vietnam menjual sepatu ke Thailand, Thailand menjual radio ke
Indonesia dan Indonesia melengkapi lingkaran tersebut dengan menjual
kulit ke Vietnam. Melalui spesialisasi bidang usaha, tiap bangsa akan
mengkonsumsi lebih banyak dibanding yang dapat diproduksinya sendiri.
Dalam konsep perdagangan tersebut tidak ada hambatan tarif (bea masuk
0-5%) maupun hambatan nontarif bagi negara-negara ASEAN melalui
skema CEPT-AFTA. Common Effective Preferential Tarif Scheme
(CEPT) adalah program tahapan penurunan tarif dan penghapusan
hambatan non tariff yang disepakati bersama oleh negara-negara ASEAN.
Dalam melakukan perdagangan sesama anggota, biaya operasional
mampu ditekan sehingga akan menguntungkan. Tujuan AFTA adalah
meningkatkan daya saing ekonomi negara-negara ASEAN dengan

4

menjadikan ASEAN sebagai basis produksi pasar dunia, untuk menarik
investasi

dan

meningkatkan

perdagangan

antaranggota

ASEAN.

Berbicara soal AFTA tentu berkaitan erat dengan perdagangan, dan
berbicara soal perdagangan tidak hanya berkaitan dengan barang atau jasa
melainkan juga berkaitan dengan manusia. Negara-negara

yang

ekonominya maju, rakyatnya pasti dapat hidup mapan. Hal inilah yang
diimpikan oleh ASEAN

melalui AFTA. AFTA mengusahakan agar

perdagangan antar negara ASEAN dapat berlangsung lancar, sehingga
mendukung perkembangan ekonomi seluruh anggota ASEAN. Bila
seluruh negara anggota ASEAN telah mapan ekonominya. Hal ini tentu
mendorong terbentuknya masyarakat sejahtera.
2. MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean ) merupakan sebuah gagasan yang
muncul pada KTT Asean ke -9 di Bali pada 7 oktober 2003. Indonesia
merupakan salah satu negara Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). MEA
merupakan realisasi pasar bebas di ASIA tenggara. Tujuan dibentuknya
MEA untuk meningkatkan stabilitas perekonomian dikawasan ASEAN,
serta diharapkan mampu mengatasi masalah-masalah dibidang ekonomi
antar negara ASEAN. Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar
tunggal dan basis produksi; kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi;
kawasan dengan pembangunan ekonomi yang adil; dan kawasan yang
terintegrasi ke dalam ekonomi global. Dampak terciptanya MEA adalah
terciptanya pasar bebas di bidang permodalan barang dan jasa serta tenaga
kerja. konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni dampak aliran bebas
barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus

5

bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil dan dampak arus
bebas modal. Tujuan dibentuknya MEA adalah untuk membentuk pasar
tunggal dikawasan Asia Tenggara untuk menarik investasi asing sehingga
bisa menyaingi China dan India. Tidak bisa dipungkiri bahwa persaingan
yang terjadi akan semakin ketat, bukan hanya bagi ke -10 negara ASEAN,
tetapi juga lebih khususnya bagaimana Indonesia bisa bersaing dengan
negara ASEAN lain terutama Singapura, Malaysia, dan Thailand yang
mengusai sektor perdagangan di ASEAN. Lalu apakah Indonesia bisa
bersaing? banyak yang beranggapan Indonesia belum mampu bersaing
dengan negara-negara anggota ASEAN yang lain. Hambatan yang
mendasar antara lain yaitu, imprastruktur, birokrasi, kualitas SDM, tenaga
kerja, korupsi, peraturan daerah dan peraturan pusat yang bertentangan
serta ekonomi biaya tinggi yang diakibatkan oleh pungutan liar. juga ada
kekhawatiran, angka pengangguran di dalam negeri yang sudah besar dan
kemungkinan semangkin besar. namun, mau tidak mau, siap tidak siap
Indonesia harus siap dengan MEA. MEA memberikan tantangan besar
bagi Indonesia, dimana dengan adanya MEA Indonesia dapat menarik
sebanyak mungkin penanam modal asing secara langsung. Indonesia
diharapkan tidak hanya menjadi target semata melainkan memilih
Indonesia sebagai proction base untuk pasar regional maupun global.
Hanya saja, Indonesia lemah dalam beradaptasi dengan sistem global
supply chain dimana dalam hal ini, sekali lagi, imprastruktur pendukung
harus segara dibenahi.

6

3. Online shop adalah berbelanja digital yang hanya bisa digunakan ketika
perangkat

terhubung

dengan

jaringan

internet

memungkinkan

penggunaanya untuk dapat berhubungan dengan toko-toko yang menjual
berbagai kebutuhan mulai dari pakaian, sepatu, tas, buku, peralatan
elektronik, peralatan rumah tangga dan segala macam kebutuhan manusia
dapat dengan mudah ditemukan melalui situs-situs belanja yang ada pada
internet. Fenomena online shop sudah menyebar diberbagai kalangan
sosial, secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan sosial.
Online shop memberikan warna baru bagi perubahan konsumsi
masyarakat, online shop bukan hanya sekedar perubahan pemilihan
berbelanja, namun sudah menjadi bagian dari perubahan sosial budaya
dalam masyarakat.
Belanja online (online shop) merupakan proses pembelian barang atau
jasa oleh konsumen ke penjual realtime, tanpa pelayan, dan melalui
internet. Tak perlu harus bertemu penjual atau pembeli secara langsung,
tak perlu menemukan wujud „pasar‟ secara fisik, namun hanya dengan
menghadap layar monitor computer, dengan koneksi internet tersambung,
kita dapat melakukan transaksi jual beli secara cepat dan nyaman. Tetapi,
barang yang hanya di lihat secara gambar masih tidak cukup sebelum
dilihatnya, serta diraba nya secara langsung. Sebagian lagi beranggapan,
jika hanya melihat gambar, dan mengira wujudnya saja, bisa jadi barang
yang di beli tidak sesuai dengan ekspektasi atau bayangan kita. Atau lebih
gamblangnya, mereka takut merasa kecewa atau di kecewakan dengan
barang yang di dapatkannya setelah melakukan transfer sejumlah uang

7

tertentu. Karena transaksi sebagian besar online shop, dilakukan dengan
cara mengirimkan sejumlah uang tertentu terlebih dulu kepada toko
online, baru barang di kirim. Saat ini pun masih banyak beredar penipuan
berkedok online shop alias online shop fiktif. Gambar, harga miring,
diskon besar besaran, komentar komentar positif yang tertera pada toko
online tersebut, belum bisa di jadikan jaminan yang cukup untuk kita
mempercayainya.
Meskipun pasar di atas sekarang sedang berkembang tetapi masyarakat
masih banyak yang memilih pasar tradisional dimana keunggulan dari pasar
tradisional adalah para pembeli dan penjual bertemu langsung untuk melakukan
suatu transaksi jual beli. Didorong pula dengan defenisi pasar itu sendiri dimana
pasar adalah suatu tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam satu lokasi dan
melakukan transaksi jual beli baik itu barang ataupun jasa. Sedangkan pada pasar
modern tidak ditemukan pembeli dan penjual yang melakukan transaksi jual beli
secara langsung, yang ada hanyalah para pembeli melakukan pembelian suatu
barang dengan hanya memperhatikan harga yang telah tertempel dalam kemasan
atau label yang ada dari jenis barang yang telah ditentukan dan membawanya
langsung ketempat pembayaran dan membayar harga seperti yang telah tertera
pada kemasan, tidak ditemukan adanya proses tawar menawar dalam transaksi
jual beli seperti pada pasar tradisional. Tindakan ini merupakan suatu nilai lebih
untuk pasar tradisional dimana pembeli dan penjual dapat melakukan transaksi
tawar menawar barang yang akan dibeli oleh pembeli, mutu dari barang yang
akandibeli dan yang terpenting menumbuhkan kesan akrab antara pembeli dan
penjual.

8

Di beberapa negara maju (negara produsen) Seperti Inggris, Korea selatan
dan lain-lain, pemerintahnya sangat membatasi ekspansi ritel modern dari luar
yang melemahkan budaya produksi sekaligus mengikis modal sosial. Di negara
tersebut ada pembatasan penguasaan asing di sektor ritel dengan penguasaan
pangsa pasar 1 sampai 3 persen sedangkan di Indonesi, penguasaan pangsa pasar
rite lasing dan perusahaan besar justru mencapai di atas 13 persen sehingga tidak
ada perlakuan yang adil bagi pedagang kecil (Santoso, 2011).
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya
ada proses tawar-menawar, bangunan biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los
dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Di
pasar tradisional budaya masing-masing yang terkait dengan jenis masakan dan
cara berpakaian, telah berkumpul dan berintekraksi dengan damai dengan latar
belakang suku dan ras mulai dari keturunan Arab, Cina, Batak, Padang, Sunda,
Jawa, Madura, Bugis dan lainnya. Selain itu, pasar tradisional selalu menjadi
indikator nasional dalam kaitannya dengan pergerakan tingkat kestabilan harga
atau inflasi domestic. Dalam menghitung inflasi, harga kebutuhan pokok
penduduk yang dijual di pasar tradisional seperti beras, gula, dan sembilan
kebutuhan pokok lainnya menjadi objek monitoring ahli statistik setiap bulannya
(www.menlh.go.id/pasarberseri/Pasarberseri.pdf di akses pada tanggal 7 maret
2014).
Dalam mempelajari pertukaran, ilmu ekonomi mempunyai cara tersendiri
jika dibandingkan dengan antropologi ekonomi. Ilmu ekonomi hanya berurusan
dengan pertukaran yang menggunakan mekanisme uang. Sedangkan antropologi

9

ekonomi pada masa awal perkembangannya, lebih banyak berurusan dengan
gejala pertukaran tradisional yang tidak menggunakan mekanisme uang (Sjafri
Sairin, 2002: 38).
Pasar tradisional juga menjadi salah satu pemicu kemajuan ekonomi suatu
wilayah dan dapat dijadikan sebagai indikator paling nyata dari kegiatan ekonomi
masyarakat di suatu wilayah. Pemerintah harus tanggap terhadap keberadaan
pasar tradisional sebagai salah satu sarana publik yang mendukung kegiatan
ekonomi masyarakat. Perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup yang
dipromosikan oleh berbagai media telah membuat eksistensi pasar tradisional
mengalami perubahan. Namun demikian, pasar tradisional ternyata masih mampu
untuk bertahan dan bersaing walaupun adanya peningkatan pertumbuhan pasar
modern dalam berbagai bentuknya.
Secara umum, karakteristik pasar Tradisional menjual kebutuhan seharihari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging,
kain, pakaian, barang elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu, ada pula yang
menjual kue-kue dan barang-barang lainnya. Pasar seperti ini masih banyak
ditemukan di Indonesia, dan umumnya terletak dekat kawasan perumahan agar
memudahkan pembeli untuk mencapai pasar. Kegiatan jual beli di pasar
tradisional di lakukan secara langsung dengan proses tawar menawar. Di dalam
pasar tradisional juga selain kegiatan tawar menawar dilakukan secara langsung
pasar juga sebagai tempat pertemuan sosial dan pertukaran informasi.
Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian di Pekan atau
Pasar Gotong Royong Desa Timbang Jaya Kabupaten Langkat. Desa Timbang
Jaya merupakan desa di sebuah kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat,

10

Sumatera Utara, Indonesia. Sebagian wilayah kecamatan ini terletak di dalam
Taman Nasional Gunung Leuser termasuk Bukit Lawang.
Adapun latar belakang peneliti memilih judul penelitian ini sebagai
berikut:
1. Dilihat sehari-hari masyarakat kecamatan Bahorok masih lebih banyak
mencari atau memenuhi kebutuhan hidupnya di pasar-pasar tradisional,
walaupun ada supermarket tetapi itu tidak membuat masyarakat
meninggalkan pasar-pasar tradisional yang sudah ada, mereka masih
senang berbelanja di pasar tradisional karena semuanya masih segar
seperti ikan dan sayuran masih segar serta masih berlaku sistem tawar
menawar.
2. Pasar Gotong Royong yang buka setiap jumatnya dimana transaksinya
berlangsung dalam waktu yang terbatas sehingga menekan para pembeli
dan para penjual untuk segera melaksanakan transaksi ekonomi.
3. Setiap Jumatnya selain ada jual beli kebutuhan pokok, ada juga penjualan
getah. Hasil dari penyadapan getah dalam setiap minggunya dapat di jual
di pasar Gotong Royong royong kemudian setelah menjual ada yang
langsung membelanjakannya ke pasar. Pertukaran dalam bentuk barter
memang tidak secara langsung terjadi. Getah Karet dan aktifitas warga
yang membelanjakan kembali hasil penjualan karetnya setidaknya telah
menggambarkan adanya pertukaran kebutuhan .
4. Pasar tradisional masih menjadi tumpuan atau andalan tempat belanja
murah bagi masyarakat, umumnya bagi rumah tangga menengah ke bawah
berpendapatan kecil. Dengan sedikit uang mereka masih dapat

11

memperoleh beberapa barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga seharihari.
Penjelasan diatas, merupakan alasan peneliti untuk memilih judul penelitian
maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti pasar tradisional yang terdapat di
Desa Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat Sumatera Utara,
atau yang lebih dikenal dengan nama “Pasar Gotong Royong”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebagaimana
diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana dinamika sosial di Pasar Gotong Royong di Kecamatan
Bahorok?
2. Bagaimana interaksi ekonomi di Pasar Gotong Royong di Kecamatan
Bahorok?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dinamika sosial di Pasar Gotong Royong di
Kecamatan Bahorok
2. Untuk mengetahui interaksi ekonomi di Pasar Gotong Royong di
Kecamatan Bahorok
1.4 Manfaat Penelitian
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
ilmiah bagi pengembangan ilmu antropologi yang terkait dengan persoalan
tentang tindakan ekonomi pedagang dalam proses-proses pasar yang melibatkan
pelaku pasar.

12

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
maupun pemerintah daerah Kabupaten Langkat untuk mengambil kebijakan
berkenaan dengan penanganan manajemen Pasar Gotong Royong agar menjadi
lebih baik.

13

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian, Jakarta: PT. Rineka Cipta
Basrowi dan Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka
Cipta.
Belshaw, Cyril S, 1981, Tukar Menukar Tradisional dan Pasar Modern, Jakarta:
PT. Gramedia.
Damsar, 2002, Sosiologi Ekonomi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
_______, 2009, Pengantar Sosiologi Ekonomi Edisi kedua, Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
D. H. Penny, 1990, Kemiskinan Peranan Sistem Pasar, Jakarta : UI-Press
Elly M Setiadi dan Usman Kolip, 2011. Pengantar Sosiologi, Bandung: Kencana
Prenada Media Group.
Evers, Hans Dieter, 1997, Globalisasi dan Kebudayaan Ekonomi Pasar. Dalam
Prisma No.5 Jakarta. LP3ES.
Geertz, Clifford, 1986, Penjaja dan Raja, Jakarta : LPEM Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Iskandar, 2009, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Gaung Persada Press.
Laba, A. Wahab, 1979, Ekonomi Pasar dan Perusahaan, Jakarta, LP3ES
Univ.Indonesia.
Miles, B. Matthew, dan A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif,
Jakarta:UI Press.
Majid, M Dien dkk, 1988, Perdagangan, Pengusaha Cina, Perilaku Pasar,
Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita.

114

Moleong, Lexy j, 2004, Metode penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Rosdakarya
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2007, Kamus Besar Bahasa
Indonesia Edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka.
Sairin, Sjafri, dkk, 2002, Pengantar Antropologi Ekonomi, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Sadillah, Emiliana dkk, 2011, Eksistensi Pasar Tradisional, Yogyakarta: Balai
Sejarah dan Nilai Tradisional.
Suharsono, 2003, Register Tawar Menawar pada Warung Penjaja Buah-buahan,
Yogyakarta: Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia (PIBSI) XXV.
Soekanto, Soerjono, 2006, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT.Raja Grafindo.
Soemardi, Sulaeman dkk, 1977, kumpulan istilah-istilah sosiologi, Jakarta,
Fakultas Ilmu Sosial Universitas Indonesia.
Tohir, Kalsan A. 198, Ekonomi Selayang Pandang, I, Bandung-s’Gravenhage,
Vorkonk-van Hoeve Vredenbregt, J. Metode dan Teknik Penelitian
Masyarakat, Jakarta, PT Gramedia.
Usman Husaini dan Purnomo Setiady Akbar, 2009, Metodologi Peneletian Sosial,
Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyono Tejo, 1986, Peranan Pasar Roda Masyarakat Pedeesaan (Pasar Nayak
Wamena),

Jakarta:

Direktorat

Jendral

Kebudyaan

Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.
Wiji Slamet, 2001, Pengantar Ekonomi, Jilid 1. Jakarta
www.menlh.go.id/pasarberseri/Pasarberseri.pdf di akses pada tanggal 7 maret
2014

115

http://e-journal.uajy.ac.id/835/3/2TA12704.pdf di akses pada tanggal 2 april 2014.
www.menlh.go.id/pasarberseri/Pasarberseri.pdf di akses pada tanggal 2 april 2014
Http://id.wikipedia.org/wiki/pasar di akses pada tanggal 7 Juni 2014
http://pasartradisional.blogspot.com/ diakses tanggal 7 juni 2014

116

Dokumen yang terkait

Kajian Pemanfaatan Bambu di Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang

4 47 59

Kontribusi Aktivitas Wisata Terhadap Sosial Ekonomi Masyarakat Di Desa Timbang Jaya Kecamatan Bahorok Kabupaten Langkat

12 77 103

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT Implementasi Nilai Gotong-Royong Dan Solidaritas Sosial Dalam Masyarakat (Studi Kasus pada Tradisi Malam Pasian di Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora).

0 3 16

IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT Implementasi Nilai Gotong-Royong Dan Solidaritas Sosial Dalam Masyarakat (Studi Kasus pada Tradisi Malam Pasian di Desa Ketileng, Kecamatan Todanan, Kabupaten Blora).

2 4 13

IMPLEMENTASI KARAKTER KEPEDULIAN SOSIAL MELALUI KEGIATAN GOTONG ROYONG Implementasi Karakter Kepedulian Sosial Melalui Kegiatan Gotong Royong (Studi Kasus Pembangunan Jalan di Desa Widodaren Kecamatan Widodaren Kabupaten Ngawi).

0 2 18

Sikap Petani Terhadap Program Demplot Pertanian Organik”. Studi Kasus : Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

0 1 11

Sikap Petani Terhadap Program Demplot Pertanian Organik”. Studi Kasus : Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

0 0 5

Sikap Petani Terhadap Program Demplot Pertanian Organik”. Studi Kasus : Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

0 2 25

Sikap Petani Terhadap Program Demplot Pertanian Organik”. Studi Kasus : Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

0 2 3

Sikap Petani Terhadap Program Demplot Pertanian Organik”. Studi Kasus : Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

0 0 16