Sikap Petani Terhadap Program Demplot Pertanian Organik”. Studi Kasus : Desa Timbang Lawan, Kecamatan Bahorok, Kabupaten Langkat

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dunia mulai sadar bahaya yang
ditimbulkan oleh pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian. Orang semakin
arif dalam memilih bahan pangan yang aman bagi kesehatan dan ramah
lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “ Back to Nature ” telah menjadi
trend baru meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non
alami, seperti pupuk, pestisida kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi
pertanian. Pangan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode
baru yang dikenal dengan pertanian organik (Anonimusa , 2007).
Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan
bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama
pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan
pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak
merusak lingkungan. Gaya hidup sehat demikian telah melembaga secara
internasional yang mensyaratkan jaminan bahwa produk pertanian harus
beratribut aman dikonsumsi (food safety attributes), kandungan nutrisi tinggi
(nutritional attributes) dan ramah lingkungan (eco-labelling attributes). Preferensi
konsumen seperti ini menyebabkan permintaan produk pertanian organik dunia
meningkat pesat. Pakar pertanian barat menyebutkan bahwa sistem pertanian

organik merupakan “hukum pengembalian (low of return)” yang berarti suatu
sistem pertanian organik yang berusaha untuk mengembalikan semua jenis bahan

Universitas Sumatera Utara

organik ke dalam tanah, baik dalam bentuk residu dan limbah pertanaman maupun
ternak yang selanjutnya bertujuan memberi makanan pada tanaman (Agus, 2008).
Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya hayati tropika yang unik,
kelimpahan sinar matahari, air dan tanah, serta budaya masyarakat yang
menghormati alam, potensi pertanian organik sangat besar. Pasar produk pertanian
organik dunia meningkat 20% per tahun, oleh karena itu pengembangan budidaya
pertanian organik perlu diprioritaskan pada tanaman bernilai ekonomis tinggi
untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dan ekspor. Negara-negara sedang
berkembang seperti Indonesia yang secara tradisional kehidupan ekonomi, sosial
dan budaya bertumpu pada pertanian, atau memperoleh dari insprasi dari
pertanian, maka pembangunan ekonomi untuk tinggal landas memang harus
bertumpu pada pertanian. Industrialisasi tidak berhasil kalau pertanian tidak lebih
dahulu dimajukan dan didinamiskan (Sabastian, 2010).
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk bersaing di pasar
internasional walaupun secara bertahap. Hal ini karena berbagai keunggulan

komparatif antara lain : 1) masih banyak sumberdaya lahan yang dapat dibuka
untuk mengembangkan sistem pertanian organik, 2) teknologi untuk mendukung
pertanian organik sudah cukup tersedia seperti pembuatan kompos, tanam tanpa
olah tanah, pestisida hayati dan lain-lain (Anonimusb , 2012).
Pengembangan selanjutnya pertanian organik di Indonesia harus ditujukan
untuk memenuhi permintaan pasar global. Oleh sebab itu komoditas-komoditas
eksotik seperti sayuran dan perkebunan seperti kopi dan teh yang memiliki potensi
ekspor cukup cerah perlu segera dikembangkan. Produk kopi misalnya, Indonesia

Universitas Sumatera Utara

merupakan pengekspor terbesar kedua setelah Brasil, tetapi di pasar internasional
kopi Indonesia tidak memiliki merek dagang (Anonimus a , 2007).
Meskipun sistem pertanian organik dengan segala aspeknya jelas
memberikan keuntungan banyak kepada pembangunan pertanian rakyat dan
penjagaan lingkungan hidup, termasuk konservasi sumber daya lahan, namun
penerapannya tidak mudah dan akan menghadapi banyak kendala. Faktor-faktor
kebijakan umum dan sosio-politik sangat menentukan arah pegembangan sistem
pertanian sebagai unsur pengembangan ekonomi.
Paradigma masyarakat terhadap penerapan pertanian organik berbeda dan

bahkan cenderung di abaikan, karena presepsi masayakat terhadap pertanian
organik masih kurang baik. Kuantitas hasil yang tidak signifikan pada saat-saat
awal penerapan pertanian organik membuat beberapa petani susah menerima
pertanian organik, sedangkan pertanian moderen dapat memberikan kuantitas
hasil yang lebih cepat dan signifikan. Padahal sebenarnya untuk jangka panjang
pertanian organik merupakan sistem pertanian yang memberikan hasil sama baik
dari pada pertanian moderen bahakan kualitas kesehatan dari hasil pertanian
organik lebih baik (Agus, 2008).
Untuk mengetahui bagaimana sikap petani terhadap program demplot
pertanian organik didesa Timbang Lawan, kecamatan Bahorok, Kabupaten
Langkat. maka perlu dilakukan penelitian secara ilmiah.

Universitas Sumatera Utara

Identifikasi Masalah
1. Bagaimana perkembangan program demplot pertanian organik di daerah
penelitian?
2. Bagaimanakah sikap petani terhadap program demplot pertanian organik di
daerah penelitian?
3. Bagaimana hubungan antara karakteristik petani dengan sikap petani terhadap

program demplot pertanian organik di daerah penelitian?
4. Apakah ada hambatan yang dihadapi pelaksana program demplot pertanian
organik ?

Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perkembangan program demplot pertanian organik di
daerah penelitian
2. Untuk mengetahui sikap petani terhadap program demplot pertanian organik
di daerah penelitian
3. Untuk mengetahui hubungan antara karekteristik petani dengan sikap petani
terhadap program demplot pertanian organik di daerah penelitian
4. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi pelaksana program demplot
pertanian organik di daerah penelitian.

Universitas Sumatera Utara

Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan masukan bagi Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH)
Desa Timbang Lawan Kec.Bahorok Kab. Langkat dalam pengembangan
Program Demplot Pertanian Organik.

2. Sebagai bahan masukan dari petani ke PPLH dan sebagai bahan informasi
bagi petani dalam mengelola dan megembangkan usahataninya.
3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara