KONFLIK INTERPERSONAL PADA NARAPIDANA WANITA
i
KONFLIK INTERPERSONAL PADA NARAPIDANA WANITA
SKRIPSI
Oleh:
Likita Gustin Andriani NIM: 07.810.137
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011
(2)
KONFLIK INTERPERSONAL PADA NARAPIDANA WANITA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai salah satu persyaratan untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
Likita Gustin Andriani NIM: 07.810.137
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2011
(3)
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul skripsi : Konflik Interpersonal Pada Narapidana Wanita 2. Nama peneliti : Likita Gustin Andriani
3. NIM : 07810137
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang 6. Waktu Penelitian : 11 - 29 Juli 2011
7. Tanggal Ujian : 5 November 2011
Malang, 5 November 2011
Pembimbing I
Dr. Latipun, M. Kes
Pembimbing II
(4)
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji Pada tanggal, 5 November 2011
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dr. Latipun, M. Kes ( )
Anggota Penguji :1.. Zakarija Achmat, S. Psi, M. Si ( )
2. Istiqomah, S. Psi, M. Si ( )
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang
(5)
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawaah ini:
Nama : Likita Gustin Andriani
NIM : 07810137
Fakultas/Jurusan : Psikologi
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul:
Konflik Interpersonal Pada Narapidana Wanita
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah atau skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai undang-undang yang berlaku.
Mengetahui: Malang, 5 November 2011
Ketua Program Studi Yang menyatakan
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Konflik Interpersonal Pada Narapidana Wanita”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
2. Dr. Latipun, M. Kes. dan Yuni Nurhamida , S.Psi., M.Psi selaku Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna , hingga terselesaikannya skripsi ini. 3. Dra. Iswinarti, M.Si dan Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si selaku dosen
wali yang telah banyak memberi masukan-masukan bijak serta mendukung sejak awal perkuliahan.
4. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang, secara spesial saya mengucapkan terimakasih banyak kepada bu Zahroh atas semangat, kesempatan dan kemurahan hatinya.
5. Seluruh petugas Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang yang begitu ramah dan terbuka selama penulis melakukan penelitian.
6. Seluruh warga binaan yang mampu bekerjasama dengan baik selama proses penelitian, setiap kepercayaan yang terjalin serta pengalaman saya bersama kalian memberikan saya banyak pelaja ran hidup tidak ternilai yang belum pernah saya temukan dari siapapun dan dimanapun.
7. Papa dan mamaku yang selalu memberi dukungan, do’a, kasih sayang, kepercayaan dan cinta yang luar biasa , sehingga selalu mampu memberikan energi positif kepada penulis untuk dapat kembali termotivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
(7)
vii
8. Malaikat kecilku Miracle yang tidak henti-hentinya memberi keajaiban untuk penulis agar melakukan yang terbaik, adikku Farid yang selalu dapat diandalkan, serta nenek tersayang yang tidak pernah berhenti peduli dan bangga terhadap penulis. Saya menyayangi kalian!
9. Keluarga besarku dimanapun berada Banjar, Malang, dan Bali (Setiap waktu dan hal yang kalian berikan, memberikan saya banyak pelajaran dan harapa n untuk dapat menjadi lebih baik).
10. Kelas F-2007 (grandma Santi, mamah Titin, Udhe t, Fitria, mak Iem, Balqis, Zaki, Muvi, Lia, bunda Reni, Ani, Rahma, Awan, Ali, om Hendra) yang sudah kita lalui begitu bermakna sebagai bekal perjalanan saya selanjutnya. Setiap tawa, airmata, persahabatan hingga persaudaraan yang kalian tawarkan membuat saya begitu spesial karena memiliki kalian sebagai kenangan terindah (semua tentang kita menjadi hal yang paling merindukan).
11. Sahabat-sahabatku yang berada jauh disana namun selalu ada dihati (Ria, Isna, Fiz, Wym, Tika dan Dinik) terima kasih atas do’a dan semangat kalian untuk penulis. Sekarang saya bisa bertemu kalian dengan sebuah kebanggaan, ini harga yang perlu saya bayar untuk perpisahan kita dan waktu yang terbatas. 12. Seluruh kader IMM Komisariat Psikologi dan tehnik, terima kasih banyak atas
semua ilmu dan pengalaman yang begitu berharga.
13. Linkga, teman-teman bimbingan dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberikan semangat serta bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pembaca pada umumnya.
Malang, 23 Oktober 2011 Penulis
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………... i
INTISARI……… iii
DAFTAR ISI………... iv
DAFTAR TABEL……….. v i DAFTAR GAMBAR.………...……….. v ii DAFTAR LAMPIRAN……….. v iii BAB I. PENDAHULUAN……….. 1
A. Latar Belakang Masalah………. 1
B. Rumusan Masalah……….. 6
C. Tujuan Penelitian……… 6
D. Manfaat Penelitian………. 6
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………... 7
A. Konflik Interpersonal………. 7
1. Konflik... 7
a. Definisi Konflik... 7
b. Teori-teori Penyebab Konflik... 8
c. Alat Bantu Analisis Konflik…... 10
d. Macam-macam Konflik... 12
e. Tipe -tipe Konflik... 13
f. Sumber atau Sebab Konflik... 17
2. Definisi Konflik Interpersonal....……… 19
a. Sumber Penyebab Konflik Interpersonal... 20
b. Kekuasaan Dalam Konflik Interpersonal... 21
B. Narapidana Wanita……….……….. 23
1. Definisi Narapidana ……..……….. 23
(9)
ix
BAB III. METODE PENELITIAN………... 25
A. Rancangan Penelitian………. 25
B. Batasan Istilah……… 25
C. Subjek Penelitian dan Informan………. 26
D. Konteks Penelitian………. 26
E. Jenis Data, Instrumen Penelitian, dan Metode Pengumpulan Data………. 27
F. Prosedur Penelitian……… 29
G. Teknik Analisis Data………. 30
H. Keabsahan Data………. 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………. 32
A. Hasil Penelitian………... 32
1. Deskripsi subjek dan informan penelitian……….. 32
2. Deskripsi data……… 33
B. Hasil Analisis Data………. 50
C. Pembahasan……… 58
BAB V. PENUTUP………... 68
A. Kesimpulan………. 68
B. Saran-saran……….. 69
DAFTAR PUSTAKA……….. 71
(10)
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Data Narapidana di LPW Kelas IIA Malang.………..……….. 2 Tabel 2.4 Deskripsi Subjek...…….……. 33
(11)
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 1.4 Konflik interpersonal pada narapidana wanita
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN……….. 73
Surat izin turun lapangan fakultas psikologi……...……….. 74
Surat izin Kantor Wilayah Surabaya..……….……….. 75
Surat kesepakatan (Inform consent)……….. 76
Pedoman Wawancara...……….. 82
Verbatim subjek 1...……….. 84
Verbatim subjek 2...……….. 88
Verbatim subjek 3...……….. 92
Verbatim subjek 4...……….. 104
Verbatim subjek 5...……….. 119
Verbatim subjek 6...……….. 129
Verbatim informan 1...……….. 136
(13)
xiii
DAFTAR PUSTAKA
Atmasasmita, R. (1983). Kepenjaraan dalam suatu bunga rampai. Bandung: Armico.
Chandra, R. I. (1992). Konflik dalam hidup sehari-hari. Yogyakarta: Kanisius. Dayakisni, T., Hudaniyah. (2009). Psikologi sosial. (Edisi Revisi, Cetakan Keempat).
Malang: UMM Press.
Gerungan, W. A. (2004). Psikologi sosial. Edisi Ketiga. Bandung: PT. Refika Aditama.
Fakih, M. (2001). Analisis gender dan transformasi sosial. (Cetakan Keenam). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset
Fisher, S., Ludin, J., Williams, S., et al., (2000). Mengelola konflik keterampilan dan strategi untuk bertindak. Inggris: The British Council.
Harsono, C. I. (1995). Sistem Baru pembinaan narapidana. Jakarta: Djambatan. Hocker, J. L., Wilmot, W. W. (1991). Interpersonal conflict. (Third Edition). USA:
Wm. C. Brown Publishers.
Kerlinger, F. N. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Koentjaraningrat. (1997). Metode-metode penelitian masyarakat. (Edisi Ketiga, Cetakan Keempatbelas). Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
Liliweri, Alo M. S. (2005). Prasangka dan konflik (Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur). Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Moleong, L. J. (2007). Metode penelitian kualitatif. (Edisi Revisi). Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sarwono, S.W. (2004). Teori-Teori psikologi sosial. (Cetakan Kesembilan). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Sugiyono. (2008). Memahami penelitian kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta. Walgito. (2007). Psikologi kelompok. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Zuriah, N. (2009). Metode penelitian sosial dan pendidikan teori-aplikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
(14)
A. Latar Belakang
Wanita adalah perempuan dewasa atau kaum, kaum putri (dewasa) (http://kamusbahasaindonesia.org). Kepada para wanita ini terbentuk konstruksi sosial maupun kultural, misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan (Fakih, 2001). Hal ini tentu saja menjadi pembentukan citra positif tersendiri bagi setiap wanita, terutama wanita Indonesia. Indonesia Negara yang masih kental dengan budaya ketimuran, masih memegang teguh kepercayaan bahwa seorang wanita yang baik merupakan wanita yang memiliki sopan santun dan memiliki kelembutan, baik dalam tutur kata maupun tindakan, hal ini masih sangat tercermin dalam budaya di beberapa daerah Indonesia terutama kebudayaan jawa.
Gambaran citra positif pada wanita ini setidaknya juga memiliki pengar uh terhadap peran-peran yang dimiliki oleh wanita. Peran wanita ini disosialisasikan dan direkonstruksi oleh masyarakat, misalnya saja sering sekali diungkapkan bahwa mendidik anak, mengelola dan merawat keluarga dalam rumah tangga merupakan kodrat mutlak bagi seorang wanita yang baik dan ideal, sebagai ibu rumah tangga maupun seorang istri.
Banyaknya isu-isu sosial mengenai wanita di media massa yang sedang marak belakangan ini, justru menjadi sebuah pemberitaaan yang dapat berdampak negatif terhadap citra wanita yang selama ini sudah terbentuk positif , sebut saja maraknya pemberitaan mengenai tingginya tingkat aborsi, penipuan yang dilakukan karyawan wanita dalam sebuah Bank, hingga pemberitaan mengenai kasus -kasus pembunuhan seorang TKW terhadap majikannya.
Fenomena sosial mengenai para wanita ini bisa saja menjadi faktor yang berpengaruh dalam menentuka n persepsi dan kehidupan wanita , terlebih lagi melalui data statistik yang diperoleh dalam salah satu Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang per iode 2011, terdapat peningkatan kuota penghuni Lembaga P ermasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang dalam beberapa bulan terakhir.
(15)
Malang.
Bulan Jumlah Total
Januari 257 orang
Febuari 255 orang
Maret 280 orang
April 280 orang
Mei 330 orang
Dari data diatas terangkum data tindakan kriminal yang telah dilakukan oleh wanita dalam beberapa jenis pelanggaran, dimulai dari kasus ringan hingga kasus yang berat, sehingga hal ini menjadi hal yang perlu dikaji lebih lanjut mengenai kehidupan wanita itu sendiri.
Sebagai seseorang yang telah melakukan tindakan kriminal maupun amoral, tentu saja sesuai hukum Negara yang ada , maka para wanita ini diwajibkan untuk menjadi narapidana atau orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana). Setelah menjadi seorang narapidana, bukan berarti proses sos ial dari wanita tersebut berakhir, karena para wanita ini justru memasuki sebuah dimensi kehidupan yang baru, dimana mereka diharuskan menjalani hukuman dan hidup berdampingan bersama narapidana yang lain di Lembaga Permasyarakatan.
Pada awalnya Lembaga Permasyarakatan memang dikenal sebagai penjara, yang selama ini sangat identik sebagai tempat pesakitan (hukuman), tetapi sejak istilah penjara tidak lagi digunakan dan dirubah menjadi Lembaga Permasyarakatan, maka diharapkan Lembaga Permasyarakatan ini tidak lagi memiliki stigma negatif dikalangan masyarakat, pembentukan kesan di masyarakat dan narapidana sendiri tidak hanya mengalami perubahan hanya dalam perubahan nama pada penjara saja , tetapi juga disesuaikan dengan program-program yang ada di dalam Lembaga Permasyarakatan itu sendiri. Selama narapidana tin ggal di Lembaga Permasyarakatan, mereka nantinya akan diberikan program binaan sedemikian rupa untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan dapat diterima saat mereka kembali di tengah-tengah masyarakat.
(16)
pembinaan secara rohaniah diberikan dan diterapkan di Lembaga Permasyarakatan wanita terhadap para narapidana wanita agar setelah mereka kembali ke lingkungan sosial, mereka dapat hidup normal kembali ditengah masyarakat.
Sistem pembinaan narapidana yang dikenal dengan Permasyarakatan ini, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam Konferensi Dinas Kepenjaraan di Lembang, tanggal 27 april 1964. Dr. Sahardjo S.H. melontarkan gagasan tujuan pembinaan narapidana dari sistem kepenjaraan ke sistem Permasyarakatan (Harsono, 1995).
Permasyarakatan berarti: memasyarakatkan kembali terpidana sehingga menjadi warga yang baik dan berguna (Atmasasmita, 1983). Menurut Departement Kehakiman RI, Lembaga Permasyarakatan adalah unit pelaksanaan teknis permasyarakatan yang menampung, merawat, dan membina narapidana , sedangkan Lembaga Permasyarakatan Wanita adalah suatu badan hukum yang menjadi wadah/menampung kegiatan pembinaan bagi narapidana wanita yang dikhususkan pada para wanita dewasa, berusia dia tas 18 tahun keatas.
Semua kegiatan warga binaan (baca: narapidana wanita), diatur oleh petugas Lembaga Permasyarakatan secara disiplin dari pagi hingga malam. Para warga binaan dalam seharinya wajib mengikuti kegiatan selama 12 jam dengan pemograman jadw al yang telah ditentukan sejak pukul 06.30 pagi hingga 18.30 petang, tanpa boleh absen dari kegiatan kecuali jika narapidana tersebut sedang sakit (dengan keterangan dokter dari Lembaga Permasyarakatan). Setiap narapidana hanya bisa menerima kunjungan keluarga sebanyak tiga kali dalam seminggu terhitung hanya 15 menit setiap kunjungan.
Terbatasnya ruang sosial yang dimiliki warga binaan membuat mereka hanya dapat menjalin hubungan interpersonal kepada sesama warga binaan dan petugas LPW. Melalui hasil proses wawancara awal yang dilakukan kepada beberapa petugas LPW dari beberapa bagian maupun beberapa warga binaan, diantara warga binaan biasanya terjalin hubungan timbalbalik antara sesama warga binaan seperti menjadi sahabat, pasangan kekasih, juga menjalin hubungan ibu dan anak angkat, tetapi beberapa warga binaan terkadang juga terlibat dalam beberapa pertengkaran akibat
(17)
merasa ditipu dan difitnah oleh sesama warga binaa n.
Konflik-konflik yang muncul diantara warga binaan memang merupakan hal yang bisa terjadi dimana saja, tetapi hal ini tentu saja menjadi berbeda karena setiap warga binaan ini tetap akan tinggal bersama dalam kurun waktu tertentu, dimana setiap dari war ga binaan ini merupakan kumpulan orang dengan berbagai macam pengalaman hidup yang berbeda, serta tidak menutup kemungkinan berasal dari ragam budaya yang berbeda, karena dari sekian warga binaan yang kini sedang menjalanani masa hukuman di Lembaga Permas yarakatan Kelas IIA Malang, beberapa diantaranya juga berasal dari berbagai daerah yang berbeda seperti Malang, Bojonegoro, Situbondo, Madura, Surabaya, Solo bahkan hingga luar negeri. Sampai saat ini Lapas Wanita Kelas IIA Malang telah memiliki empat orang warga binaan yang merupakan warga Negara asing yaitu: dari Singapura, Filiphina, China dan Iran.
Selain budaya, ada pula latarbelakang pendidikan serta status sosial yang beragam. Secara umum diketahui, banyak dari warga binaan di Lembaga Permasyarakata n Wanita Kelas IIA Malang berasal dari jenjang pendidikan yang bervariasi, seperti dari lulusan pondok pesantren, SD, mahasiswi, sarjana, hingga wanita karir dengan posisi yang cukup tinggi pada tempatnya bekerja sebelumnya. Sykes dan Messinger (dalam Atmasamita, 1983), telah mengemukakan bahwa kehidupan sistem sosial narapidana dalam penjara sangat unik sebab situasi yang mengelilingi narapidana yang diadaptasi oleh mereka sangat unik pula.
Konflik sendiri adalah suatu proses sosial dimana individu-individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan (Huraerah dan Purwanto, 2006).
Konflik juga pasti ada di dalam setiap aspek kehidupan manusia, banyak hal yang bisa menjadi sebab-sebab terjadinya konflik, seperti perbedaan pendirian atau perasaan antara tiap individu, adanya perbedaan kepribadian diantara mereka disebabkan faktor latarbelakang kebudayaan, ada pula kepentingan indiv idu maupun kelompok yang ada di Lembaga Permasyarakatan, serta adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat di dalam masyarakat karena adanya perubahan-perubahan nilai/sistem yang berlaku. Secara singkat, menurut Wood (dalam Dayakisni dan
(18)
menjadikan mustahil suatu hubungan interpersonal akan terbebas dari konflik yang sebenarnya mempengaruhi sehat tidaknya suatu hubungan. Konflik yang terjadi antarwarga binaan ini dikenali sebagai konflik interpersonal, yaitu menurut Johnson dan Johnson (dalam Dayakisni dan Hudaniyah, 2009) , konflik interpersonal adalah konflik antarpribadi adalah suatu situasi dimana tindakan seseorang berakibat menghalangi, menghambat, mengganggu tindakan orang lain .
P otensi konflik sendiri dapat terjadi manakala terjadi kontak antarmanusia, sebagai individu yang terorganisasi dalam kelompok, individu ingin mencari jalan dalam tujuannya, hal ini diungkapkan Liliweri (2005) bahwa di dalam setiap masyarakat selalu ada peluang sangat besar bagi terjadinya kompetisi atau konflik.
Sehingga situasi sosial juga merupakan salah satu aspek atas terciptanya sebuah konflik, karena situasi sosial merupakan tempat terjadinya interaksi sosial, dimana terdapat hubungan antara manusia ya ng satu dengan manusia yang lainnya (Gerungan, 2004).
Sigmund Freud mengungkapkan (dalam Sarwono, 2004) manusia dan lingkungan sosialnya selalu berada dalam konflik yang tiada henti, masyarakat berada dalam posisi dalam konflik ini karena individu takut pada ancaman destruktif masyarakat, tetapi setiap konflik itu berbeda, setiap konflik tidaklah sama, karena adanya aspek-aspek perbedaan dalam konteks terjadinya konflik dan faktor situasional dan personal sumber-sumber konflik itu sendiri.
Dampak dari konflik bisa beragam, baik itu secara positif maupun negatif, hal ini lebih kita kenal dengan istilah konflik destruktif dan konflik konstruktif. Konflik destruktif timbul apabila seseorang atau anggota kelompok merasa tidak puas dengan hasil yang didapat dan arahnya dapat merusak. Konflik destruktif dapat menimbulkan dampak seperti gangguan psikis, gangguan fisik yang meliputi: rasa pusing dan sulit tidur, serta gangguan perilaku, seperti mengasingkan diri dari lingkungan, sulit mengadakan hubungan dengan orang lain dan dapat pula berperilaku agresif. Konflik yang bersifat konstruktif dapat berdampak positif, antara lain: meningkatkan harga diri apabila konflik dapat dipecahkan dengan baik: kepercayaan yang lebih besar, meningkatkan harga diri kelompok, serta meningkatkan hubungan antarkelompok, sehingga hubungan akan menjadi lebih erat.
(19)
lebih fokus pada konflik interpersonal serta ingin mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana gambaran konflik interpersonal pada narapidana wanita?
B . Rumusan Masalah
Bagaimana jenis -jenis konflik interpersonal yang terjadi dikalangan narapidana Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang, sumber-sumber yang menjadi penyebab konflik interpersonal, dan tipe penyelesaian narapidana terhadap konflik interpersonal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis, sumber-sumber penyebab dan tipe penyelesaian konflik interpersonal pada narapidana wanita.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi, terutama psikologi klinis dan psikologi sosial.
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai data dari gambaran umum mengenai jenis-jenis konflik-konflik interpersonal pada narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi pihak-pihak pembina di Lembaga Permasyarakatan untuk memahami sumber-sumber konflik interpersonal yang ada, apakah konflik tersebut merupakan konflik yang destruktif maupun konstruktif. Sehingga dapat ditentukan penanganan yang efektif terhadap narapidana-narapidana yang sedang mengalami konflik interpersonal.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi umum mengenai pola konflik yang biasa terjadi di Lembaga Permasyarakatan Wanita, sehingga pihak pembina Lembaga Permasyarakatan dapat meminimalisir kemunculan konflik baru yang mungkin merugikan.
(1)
1 A. Latar Belakang
Wanita adalah perempuan dewasa atau kaum, kaum putri (dewasa) (http://kamusbahasaindonesia.org). Kepada para wanita ini terbentuk konstruksi sosial maupun kultural, misalnya bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional dan keibuan (Fakih, 2001). Hal ini tentu saja menjadi pembentukan citra positif tersendiri bagi setiap wanita, terutama wanita Indonesia. Indonesia Negara yang masih kental dengan budaya ketimuran, masih memegang teguh kepercayaan bahwa seorang wanita yang baik merupakan wanita yang memiliki sopan santun dan memiliki kelembutan, baik dalam tutur kata maupun tindakan, hal ini masih sangat tercermin dalam budaya di beberapa daerah Indonesia terutama kebudayaan jawa.
Gambaran citra positif pada wanita ini setidaknya juga memiliki pengar uh terhadap peran-peran yang dimiliki oleh wanita. Peran wanita ini disosialisasikan dan direkonstruksi oleh masyarakat, misalnya saja sering sekali diungkapkan bahwa mendidik anak, mengelola dan merawat keluarga dalam rumah tangga merupakan kodrat mutlak bagi seorang wanita yang baik dan ideal, sebagai ibu rumah tangga maupun seorang istri.
Banyaknya isu-isu sosial mengenai wanita di media massa yang sedang marak belakangan ini, justru menjadi sebuah pemberitaaan yang dapat berdampak negatif terhadap citra wanita yang selama ini sudah terbentuk positif , sebut saja maraknya pemberitaan mengenai tingginya tingkat aborsi, penipuan yang dilakukan karyawan wanita dalam sebuah Bank, hingga pemberitaan mengenai kasus -kasus pembunuhan seorang TKW terhadap majikannya.
Fenomena sosial mengenai para wanita ini bisa saja menjadi faktor yang berpengaruh dalam menentuka n persepsi dan kehidupan wanita , terlebih lagi melalui data statistik yang diperoleh dalam salah satu Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang per iode 2011, terdapat peningkatan kuota penghuni Lembaga P ermasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang dalam beberapa bulan terakhir.
(2)
Tabel 1.1 Data narapidana di Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang.
Bulan Jumlah Total
Januari 257 orang
Febuari 255 orang
Maret 280 orang
April 280 orang
Mei 330 orang
Dari data diatas terangkum data tindakan kriminal yang telah dilakukan oleh wanita dalam beberapa jenis pelanggaran, dimulai dari kasus ringan hingga kasus yang berat, sehingga hal ini menjadi hal yang perlu dikaji lebih lanjut mengenai kehidupan wanita itu sendiri.
Sebagai seseorang yang telah melakukan tindakan kriminal maupun amoral, tentu saja sesuai hukum Negara yang ada , maka para wanita ini diwajibkan untuk menjadi narapidana atau orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena tindak pidana). Setelah menjadi seorang narapidana, bukan berarti proses sos ial dari wanita tersebut berakhir, karena para wanita ini justru memasuki sebuah dimensi kehidupan yang baru, dimana mereka diharuskan menjalani hukuman dan hidup berdampingan bersama narapidana yang lain di Lembaga Permasyarakatan.
Pada awalnya Lembaga Permasyarakatan memang dikenal sebagai penjara, yang selama ini sangat identik sebagai tempat pesakitan (hukuman), tetapi sejak istilah penjara tidak lagi digunakan dan dirubah menjadi Lembaga Permasyarakatan, maka diharapkan Lembaga Permasyarakatan ini tidak lagi memiliki stigma negatif dikalangan masyarakat, pembentukan kesan di masyarakat dan narapidana sendiri tidak hanya mengalami perubahan hanya dalam perubahan nama pada penjara saja , tetapi juga disesuaikan dengan program-program yang ada di dalam Lembaga
Permasyarakatan itu sendiri. Selama narapidana tin ggal di Lembaga
Permasyarakatan, mereka nantinya akan diberikan program binaan sedemikian rupa untuk menjadi seseorang yang lebih baik dan dapat diterima saat mereka kembali di tengah-tengah masyarakat.
(3)
Pembinaan narapidana adalah sebuah sistem. Pembinaan secara fisik maupun pembinaan secara rohaniah diberikan dan diterapkan di Lembaga Permasyarakatan wanita terhadap para narapidana wanita agar setelah mereka kembali ke lingkungan sosial, mereka dapat hidup normal kembali ditengah masyarakat.
Sistem pembinaan narapidana yang dikenal dengan Permasyarakatan ini, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam Konferensi Dinas Kepenjaraan di Lembang, tanggal 27 april 1964. Dr. Sahardjo S.H. melontarkan gagasan tujuan pembinaan narapidana dari sistem kepenjaraan ke sistem Permasyarakatan (Harsono, 1995).
Permasyarakatan berarti: memasyarakatkan kembali terpidana sehingga menjadi warga yang baik dan berguna (Atmasasmita, 1983). Menurut Departement Kehakiman RI, Lembaga Permasyarakatan adalah unit pelaksanaan teknis permasyarakatan yang menampung, merawat, dan membina narapidana , sedangkan Lembaga Permasyarakatan Wanita adalah suatu badan hukum yang menjadi wadah/menampung kegiatan pembinaan bagi narapidana wanita yang dikhususkan pada para wanita dewasa, berusia dia tas 18 tahun keatas.
Semua kegiatan warga binaan (baca: narapidana wanita), diatur oleh petugas Lembaga Permasyarakatan secara disiplin dari pagi hingga malam. Para warga binaan dalam seharinya wajib mengikuti kegiatan selama 12 jam dengan pemograman jadw al yang telah ditentukan sejak pukul 06.30 pagi hingga 18.30 petang, tanpa boleh absen dari kegiatan kecuali jika narapidana tersebut sedang sakit (dengan keterangan dokter dari Lembaga Permasyarakatan). Setiap narapidana hanya bisa menerima kunjungan keluarga sebanyak tiga kali dalam seminggu terhitung hanya 15 menit setiap kunjungan.
Terbatasnya ruang sosial yang dimiliki warga binaan membuat mereka hanya dapat menjalin hubungan interpersonal kepada sesama warga binaan dan petugas LPW. Melalui hasil proses wawancara awal yang dilakukan kepada beberapa petugas LPW dari beberapa bagian maupun beberapa warga binaan, diantara warga binaan biasanya terjalin hubungan timbalbalik antara sesama warga binaan seperti menjadi sahabat, pasangan kekasih, juga menjalin hubungan ibu dan anak angkat, tetapi beberapa warga binaan terkadang juga terlibat dalam beberapa pertengkaran akibat
(4)
adanya sebuah pertentangan, t idak jarang beberapa dari warga binaan terkadang juga merasa ditipu dan difitnah oleh sesama warga binaa n.
Konflik-konflik yang muncul diantara warga binaan memang merupakan hal yang bisa terjadi dimana saja, tetapi hal ini tentu saja menjadi berbeda karena setiap warga binaan ini tetap akan tinggal bersama dalam kurun waktu tertentu, dimana setiap dari war ga binaan ini merupakan kumpulan orang dengan berbagai macam pengalaman hidup yang berbeda, serta tidak menutup kemungkinan berasal dari ragam budaya yang berbeda, karena dari sekian warga binaan yang kini sedang menjalanani masa hukuman di Lembaga Permas yarakatan Kelas IIA Malang, beberapa diantaranya juga berasal dari berbagai daerah yang berbeda seperti Malang, Bojonegoro, Situbondo, Madura, Surabaya, Solo bahkan hingga luar negeri. Sampai saat ini Lapas Wanita Kelas IIA Malang telah memiliki empat orang warga binaan yang merupakan warga Negara asing yaitu: dari Singapura, Filiphina, China dan Iran.
Selain budaya, ada pula latarbelakang pendidikan serta status sosial yang beragam. Secara umum diketahui, banyak dari warga binaan di Lembaga Permasyarakata n Wanita Kelas IIA Malang berasal dari jenjang pendidikan yang bervariasi, seperti dari lulusan pondok pesantren, SD, mahasiswi, sarjana, hingga wanita karir dengan posisi yang cukup tinggi pada tempatnya bekerja sebelumnya. Sykes dan Messinger (dalam Atmasamita, 1983), telah mengemukakan bahwa kehidupan sistem sosial narapidana dalam penjara sangat unik sebab situasi yang mengelilingi narapidana yang diadaptasi oleh mereka sangat unik pula.
Konflik sendiri adalah suatu proses sosial dimana individu-individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan (Huraerah dan Purwanto, 2006).
Konflik juga pasti ada di dalam setiap aspek kehidupan manusia, banyak hal yang bisa menjadi sebab-sebab terjadinya konflik, seperti perbedaan pendirian atau perasaan antara tiap individu, adanya perbedaan kepribadian diantara mereka disebabkan faktor latarbelakang kebudayaan, ada pula kepentingan indiv idu maupun kelompok yang ada di Lembaga Permasyarakatan, serta adanya perubahan-perubahan sosial yang cepat di dalam masyarakat karena adanya perubahan-perubahan nilai/sistem yang berlaku. Secara singkat, menurut Wood (dalam Dayakisni dan
(5)
Hudaniyah, 2009) kombinasi dari saling ketergantungan dan perbedaan perspektif menjadikan mustahil suatu hubungan interpersonal akan terbebas dari konflik yang sebenarnya mempengaruhi sehat tidaknya suatu hubungan. Konflik yang terjadi antarwarga binaan ini dikenali sebagai konflik interpersonal, yaitu menurut Johnson dan Johnson (dalam Dayakisni dan Hudaniyah, 2009) , konflik interpersonal adalah konflik antarpribadi adalah suatu situasi dimana tindakan seseorang berakibat menghalangi, menghambat, mengganggu tindakan orang lain .
P otensi konflik sendiri dapat terjadi manakala terjadi kontak antarmanusia, sebagai individu yang terorganisasi dalam kelompok, individu ingin mencari jalan dalam tujuannya, hal ini diungkapkan Liliweri (2005) bahwa di dalam setiap masyarakat selalu ada peluang sangat besar bagi terjadinya kompetisi atau konflik.
Sehingga situasi sosial juga merupakan salah satu aspek atas terciptanya sebuah konflik, karena situasi sosial merupakan tempat terjadinya interaksi sosial, dimana terdapat hubungan antara manusia ya ng satu dengan manusia yang lainnya (Gerungan, 2004).
Sigmund Freud mengungkapkan (dalam Sarwono, 2004) manusia dan lingkungan sosialnya selalu berada dalam konflik yang tiada henti, masyarakat berada dalam posisi dalam konflik ini karena individu takut pada ancaman destruktif masyarakat, tetapi setiap konflik itu berbeda, setiap konflik tidaklah sama, karena adanya aspek-aspek perbedaan dalam konteks terjadinya konflik dan faktor situasional dan personal sumber-sumber konflik itu sendiri.
Dampak dari konflik bisa beragam, baik itu secara positif maupun negatif, hal ini lebih kita kenal dengan istilah konflik destruktif dan konflik konstruktif. Konflik destruktif timbul apabila seseorang atau anggota kelompok merasa tidak puas dengan hasil yang didapat dan arahnya dapat merusak. Konflik destruktif dapat menimbulkan dampak seperti gangguan psikis, gangguan fisik yang meliputi: rasa pusing dan sulit tidur, serta gangguan perilaku, seperti mengasingkan diri dari lingkungan, sulit mengadakan hubungan dengan orang lain dan dapat pula berperilaku agresif. Konflik yang bersifat konstruktif dapat berdampak positif, antara lain: meningkatkan harga diri apabila konflik dapat dipecahkan dengan baik: kepercayaan yang lebih besar, meningkatkan harga diri kelompok, serta meningkatkan hubungan antarkelompok, sehingga hubungan akan menjadi lebih erat.
(6)
Berdasarkan latar belakang ini pula peneliti akhirnya memutuskan untuk lebih fokus pada konflik interpersonal serta ingin mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana gambaran konflik interpersonal pada narapidana wanita?
B . Rumusan Masalah
Bagaimana jenis -jenis konflik interpersonal yang terjadi dikalangan narapidana Lembaga Permasyarakatan Wanita Kelas IIA Malang, sumber-sumber yang menjadi penyebab konflik interpersonal, dan tipe penyelesaian narapidana terhadap konflik interpersonal?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis, sumber-sumber penyebab dan tipe penyelesaian konflik interpersonal pada narapidana wanita.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sumbangan pengetahuan dalam bidang psikologi, terutama psikologi klinis dan psikologi sosial.
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai data dari gambaran umum mengenai jenis-jenis konflik-konflik interpersonal pada narapidana wanita di Lembaga Permasyarakatan.
2. Sebagai bahan rujukan bagi pihak-pihak pembina di Lembaga Permasyarakatan untuk memahami sumber-sumber konflik interpersonal yang ada, apakah konflik tersebut merupakan konflik yang destruktif maupun konstruktif. Sehingga dapat ditentukan penanganan yang efektif terhadap narapidana-narapidana yang sedang mengalami konflik interpersonal.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi umum mengenai pola konflik yang biasa terjadi di Lembaga Permasyarakatan Wanita, sehingga pihak pembina Lembaga Permasyarakatan dapat meminimalisir kemunculan konflik baru yang mungkin merugikan.