Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur

(1)

PENGAJARAN AGAMA ISLAM BAGI NARAPIDANA

WANITA DI RUMAH TAHANAN NEGARA (RUTAN)

KELAS II A PONDOK BAMBU JAKARTA TIMUR

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan Agama Islam (S.Pd.I)

Oleh :

Dian Hayati 1110011000073

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2015


(2)

LEMBAR PEN GESAHAN SI(RIPS

I

PENGAJARAN AGAMA ISLAN{ BAGI NARAPIDANA \YANITA DI

RUNTAH TAHANAN NEGARA (RUTAN) KELAS

II A PONDOK BANIBU

JAKARTA TIMUR

Skripsi ini Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan (S.pd.l)

Oleh:

Dian Hayati

NIM: 1110011000073

Menyetujui,

Fembimbing

NIP. 1

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

JAKARTA

2015


(3)

LEMBAR

PENGBSAHAN

Skripsi berjudul 'oPengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas

II A

Pondok Bambu Jakarta

Timur

"

disusun oleh Dian Hayati Nomor Induk Mahasiswa 1110011000073, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan I(eguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 26 Januari 2015 di hadapan dewan pengrrji. I(arena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S1 (S.Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agarra Islam.

Jakarta, 9 Februari 2015

Panitia Ujian Munaqasah

I(etua Panitia (I(etua Jurusan PAI)

Dr.H.Abd@

NIP. 19580707 198703

|

005

S ekretaris (S ekretarisJurusan,PAI)

Marhamah Saleh. Lc. MA NiP. 197203i3 200801 2 0t0

Penguji I

Dr.H. M. Suparta. MA

NIP. 19540107 t98402

|

001 Penguji II

Heni Narendrani Hidayati. M. Pd

NIP. 19710512 t99603 2 002

Tanggal

,*r,,

m

t'l

tl,rC/

A

gltlo,,U-s

4r,,1

-14f2

I

)

t4lq

I

eo i


(4)

SURAT PERNYATAAN KARYA

ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

NIM

Jurusan

Alamat Kayu Tinggi RT 003/011 NO 110 Cakung Timur, JakartaTimur

MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengajaran Agama rslam Bagi Narapidana Wanita Kelas

II

A Pondok Bambu Jakarta

Timur adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

Nama Pembimbing : Bahrissalim M.Ag

NIP

: 19680307 199803

I002

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, 16 Januari 2015 Dian Hayati

1 1 1001 1000073

Pendidikan Agama Islam


(5)

i

ABSTRAK

Dian Hayati (NIM: 1110011000073). Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.

Meningkatnya angka kriminalitas yang terjadi di Indonesia, maka mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengajaran agama Islam bagi orang yang melakukan tindak kriminal. Penelitian ini dilakukan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur untuk mengetahui bagaimana pengajaran agama Islam yang akan diberikan untuk narapidana wanita dan bagaimana program pengajaran agama Islam di RUTAN. Dalam penelitian ini peneliti mengamati upaya RUTAN memberikan pengajaran agama Islam bagi narapidana yang terdiri dari pengajar, materi dan pelaksanaannya. Dari hasil pengamatan/ observasi dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di RUTAN diberikan oleh tim pengajar, dan segala bentuk pelaksanaanya ditentukan oleh masing-masing tim pengajar. RUTAN hanya memberikan sarana dan prasarana serta mengawasi selama pelaksanaannya yaitu oleh Staf Bimker Kerohanian Islam. pelaksanaan pengajaran agama Islam terlaksana dengan baik. Meskipun dari masing-masing tim pengajar berbeda materi dan strategi dinilai banyak memberikan kesadaran beragama bagi narapidana dan meningkatkan keimanannya untuk tobat. Dari hasil pelaksanaan pengajaran agama Islam dilihat dari perubahan akhlak narapidana yang berubah, baik melaksanakan peribadatan di RUTAN dan keseriusan untuk mengikuti pengajaran agama Islam.selain dari observasi peneliti juga melakukan wawancara kepada narapidana wanita tentang presepsi tim pengajar dalam melakukan proses pengajaran agama Islam, baik dalam materinya dan pelaksanaannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi tim pengajar dalam pelaksanaan pengajaran agama Islam terhadap narapidana wanita adalah baik.


(6)

ii ABSTRACT

Dian Hayati (NIM: 1110011000073). Teaching Islam For Women In Prison Inmates State (Rutan) Class II A Pondok Bambu, East Jakarta.

Rising crime that occurred in Indonesia, it encourages researchers to conduct research on the teaching of Islam for people who commit crimes. This research was conducted at the State Prison (Rutan) Class II A Pondok Bambu, East Jakarta to find out how Islamic religious instruction to be given to female inmates and how to program the teaching of Islam in the crease. In this study, researchers looked at the efforts crease provide Islamic religious instruction for inmates which consists of teachers, materials and execution. From the observation / observation can be seen that the implementation of the teaching of Islam for women inmates at the detention center by the teaching team, and all forms of implementation are determined by each teaching team. Rutan only provide infrastructure and supervise over its implementation, namely by staff Bimker Islamic Spirituality. implementation of Islamic teachings performing well. Although from each team is different teaching materials and strategies assessed much give religious awareness for prisoners and increase the faith to repent. From the results of the implementation of Islamic teaching visits of inmates has changed character change, either carry out worship in the crease and seriousness to follow religious instruction Islam.selain of observations researchers also conducted interviews to female inmates about the perception of the teaching team in the process of teaching the Islamic religion, both in material and implementation. It can be concluded that the perception of the teaching team in the implementation of Islamic teachings against female inmates is good


(7)

iii

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah memberikan beribu-ribu nikmat kehidupan, yang menjadi satu-satunya tempat bersandar bagi hamba penghapus segala lara dan penyempurna kebahagiaan. Ya Allah.. hamba bersujud kepada Mu telah menghantarkan nikmat perjalanan kuliah ini sampai akhir kuliah ini, sungguh takkan pernah terjadi jika tanpa izin dan keridhoan yang Engkau berikan.

Shalawat serta salam kepada sang revolusioner yang memberikan banyak perubahan sebagai panutan untuk selalu menghidupkan kehidupan ini dengan perjuangan yang tak kenal kata lelah yaitu Baginda Nabi Muhammad SAW tercinta beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya sampai akhir zaman. Selama penulisan skripsi yang berjudul “Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita Di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur” peneliti sangat menyadari tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang terjadi, semua dilaksanakan harus dengan perjuangan yang selalu dimotivasikan dengan kata-kata keep fighting by fighter dan militansi tanpa batas dan perjalanan skripsi ini tidak akan terjadi tanpa keridhoan Allah SWT, do`a Orang tua, orang tercinta, para sahabat, dan keikhlasan para dosen khususnya dosen pembimbing dan obyek penelitian skripsi ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua tercinta Drs. H. Madroji dan Dra Hj Hasnawati yang tak pernah putus mendo`akan – siang dan malam, keridhoannya dan keikhlasannya membesarkan putrinya dan memberikan arti kehidupan. ya Allah berikanlah kebahagiaan dunia dan akhirat untuk keduanya, sayangilah mereka yang menyangiku sepanjang masa.


(8)

iv

3. Nurlena Rifa`I, MA, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Drs. H. Abdul Majid Khon. M.Ag. Ketua Jurusan Pendidikan Agma Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Marhamah Saleh Lc. MA. Sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bahrissalim. MA. Dosen pembimbing yang penuh keikhlasan dalam membimbing, membagi waktu, pikiran, dan tenaga. Kesabaran dalam mengarahkan proses skripsi ini dengan sebaik-baiknya dan saya sangat berterima kasih beliau selalu tepat waktu dan komitmen

7. Sri Sulastri, Bc. I. P., S.H., M. Si. Kepala Rutan Kelas II A Jakarta Timur yang telah memberikan izin peneliti untuk melakukan penelitian di RUTAN.

8. Muhammad Solihin selaku koordinator kerohanian Islam di RUTAN yang selama proses penelitian selalu membimbing pelaksanaan penelitian ini dan membantu proses penelitian skripsi peneliti.

9. Staf Bimker kerohanian Islam dan tim pengajar kerohanian Islam yang sangat terbuka kepada peneliti selama proses penelitian ini.

10.Para Narapidana wanita yang memberikan banyak motivasi untuk selalu belajar dan sabar, dan keterbukaan sebagai obyek observasi dan wawancara.

11.Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum UIN Jakarta dan Perpustakaan Tarbiyah dan Keguruan serta Perpustakaan Universitas Terbuka yang telah memberikan fasilitas berupa kemudahan meminjam buku referensi skripsi. 12.Laki-lakiku motivator skripsi ini Rifki Arsilan yang memperjuangkan

menghalalkan wanitanya dan totalitas perjuangan judul, permohanan izin skripsi, wawasan, dan fasilitas wawancara serta waktu yang telah diberikan, semoga selalu diberikan kesabaran dan kebahagiaan di bahtera keluarga kita.

13.Helena Marin, kakak kamar yang telah ikhlas memberikan sarana skripsi peneliti, dan banyak memberikan motivasi skripsi peniliti.


(9)

v

14.Sahabat-sahabatku “WP” khususnya Serli, Winda, Ade, dan Untung terima kasih atas kebersamaan yang telah diberikan, semangat, dan dukungannya.

15.Keluarga KM UIN Jakarta yang memberikan banyak arti segala perjuangan kehidupan menjadi mahasiswa “berani punya cita-cita berani menderita”.

16.Sahabat-sahabat pejuangan PAI B, terima kasih atas kebersamaan, dukungan, bantuan dan motivasi. Semua akan jadi kenangan indah.

17.Kahfi Motivator School yang memberikan motivasi-motivasi kehidupan dan ilmu yang bermanfaat.

18.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan yang sangat bermanfaat selama saya menjadi mahasiswi dan skripsi ini.

Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali Jazakumullah

Ahsanal Jazaa”. Semoga Allah melimpahkan pahala dan amal baiknya diterima oleh Allah SWT.

Semoga skripsi ini dapat membawa manfaar bagi pembaca/ pengkaji dan bagi penulis sendiri.


(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ……….. ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Identifikasi Masalah ... 6

C.Pembatasan Masalah ... 6

D.Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI ... 9

A.Deskripsi Teoritik ... 9

1. Pengajaran Agama Islam ... 9

a. Pengertian Pengajaran ... 9

b. Pengertian Agama Islam ... 11

c. Tujuan Pengajaran Agama Islam ... 13

d. Strategi Pengajaran ... 14

e. Ruang Lingkup Pengajaran Agama ... 15

f. Evaluasi Pengajaran ... 20

2. Agama Bagi Manusia ... 20

a. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ... 20

b. Peran dan Fungsi Agama ... 21

c. Unsur – Unsur Keagamaan ... 22

3. Narapidana ... 23


(11)

vii

b. Hukum Pidana ... 23

c. Jenis Sanksi Pidana ... 25

d. Pidana Menurut Agama Islam ... 27

e. Hak dan Kewajiban Narapidana ... 28

f. Efektivitas Pidana Penjara ... 29

B.Hasil Penelitian yang Relevan... 29

C.Kerangka Berpikir ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 33

A.Latar Penelitian ... 33

B.Metode Penelitian ... 33

C.Unit Analisis ... 34

D.Instrumen Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 39

A.Temuan Penelitian.. ... 39

B.Pembahasan terhadap Temuan Penelitian ... 52

BAB V KESIMPUAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ………... 64

B. Implikasai ... 65

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ...


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Dalam lingkungan sosial pada zaman modern era globalisasi kemajuan teknologi sangat bertumbuh pesat, kemajuan teknologi itu memberikan sisi positif yang menjadikan kemajuan hidup lebih efektif dan efisien dalam memenuhi kebutuhan, namun memberikan sisi negatif yang memberikan efek yang berkepanjangan bagi masyarakat. Salah satu dampaknya adalah angka kriminalitas meningkat dengan keberagaman aksi kekerasan di dalamnya baik dari perbuatan individu maupun perbuatan kelompok yang mengakibatkan kerugian untuk orang lain.

Angka kriminalitas yang meningkat, menyebabkan Lembaga Pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara sangat harus produktif dalam membina para narapidana. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM merubah pemaknaan narapidana sebagai warga binaan. Perubahan istilah warga binaan tersebut dilakukan guna mensejajarkan hak setiap warga Negara Indonesia baik yang hidup diluar lingkungan penjara maupun didalam wilayah binaan/penjara, khususnya hak untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan dengan harapan para pelaku kriminalitas itu dapat berinteraksi dengan masyarakat serta merubah perilaku negatif setelah usai menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) atau Rumah Tahanan Negara (RUTAN).

Mungkin, tidak pernah dalam benak kita terlintas mengenai hiruk pikuknya kehidupan di suatu lembaga pemasyrakatan atau rumah tahanan, bahkan tidak terlintas dalam benak kita untuk memikirkan dan membayangkannya. Termasuk bukan suatu kesalahan dengan ketidaktahuan masyarakat bahwa adanya pendidikan di dalam Penjara atau Rumah Tahanan Negara, dan bagaimana pelaksanaan pengajarannya dalam membina narapidana. Karena banyak opini masyarakat yang mengatakan narapidana adalah orang-orang yang jauh dari agama yang mengakibatkan dirinya menjadi narapidana dengan kasus yang


(13)

2

diperbuatnya, seperti koruptor, pencemaran nama baik, penipuan, pelecehan seksual dan sebagainya.

Tingginya angka kriminalitas itulah yang menyebabkan Penjara atau Rumah Tahanan Negara diberbagai wilayah mengalami peningkatan jumlah narapidana (napi). Seperti yang terjadi di Rumah Tahanan Pondok Bambu melebihi kapasitas hunian 619 orang menjadi 1011 orang pada data tanggal 14/11/2014. Saat melihat keadaan Narapidana di RUTAN dan mengetahui keadaan Narapidana dari bincangan awal penelitian dengan Koordinator Kerohanian Islam menurut peneliti, dari beberapa kasus kriminalitas tersebut tidak hanya diakibatkan karena kondisi kemiskinan dari aspek struktural, namun aspek kultural mempunyai pengaruh jauh lebih tinggi. Rendahnya pengetahuan dan pemahaman tentang agama (aspek kultural) mempunyai andil besar dalam memicu tingginya kriminalitas. 1

Dengan sendirinya, sebagai sebuah lembaga pembinaan yang dikonstruksi secara sosial, penjara memiliki tanggung jawab yang tidak ringan dalam menormalisasi kehidupan narapidana. Melalui penerapan mekanisme pendisiplinan, Penjara atau Rumah dapat merubah narapidana menjadi manusia (tubuh) patuh dan berguna. Sebab itu, disamping program pembinaan yang mengarah pada pendisiplinan dan ketrampilan. Program pembinaan agama `mau tidak mau` perlu diperhatikan, bahkan harus diutamakan. Pembinaan agama yang dimaksud adalah program pemberian pemahaman agama yang dapat membentuk pribadi narapidana sebagai manusia yang lebih baik dan berkualitas, serta mampu mengimplementasikan nilai-nilai agama pada kehidupan pasca penjara.

Pembentukan agama untuk narapidana menjadi pondasi yang memberikan mental dalam bermasyarakat agar narapidana dapat beradaptasi dengan masyarakat setelah keluar dari penjara dengan akhlak yang lebih baik dari sebelumnya. Bagi ajaran agama Islam masalah akhlak merupakan masalah yang

1 Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin) Jum`at 23 Agustus 2014, pukul 09:30, di Masjid Al-Ikhlas RUTAN.


(14)

3

penting setiap individu membutuhkan bekal pengajaran agama Islam yang menjadikannya berakhalakul karimah.

Pengajaran agama Islam dilihat dari segi penanaman suatu pelajaran, sebenarnya agama Islam bukan suatu mata pelajaran. Islam itu adalah suatu agama diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW yang berisi ajaran agama tentang tata hidup dan pedoman pokok yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Allah SWT) dengan dirinya sendiri, dengan manusia sesamanya, dengan makhluk bernyawa yang lain, dengan benda mati dan alam semesta lainnya. Dengan demikian ruang lingkup pengajaran agama Islam itu luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.2 Tidak keterbatasan ruang lingkup termasuk di Rumah Tahanan.

Pengajaran agama Islam memberikan kontribusi yang sangat besar untuk memberikan motivasi hidup lebih baik dengan akhlakul karimah. Karena secara arti pada hakikinya manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang sempurna, yang mempunyai akal pikiran untuk selalu bergerak dinamis dalam menjalani proses setiap perjalanan hidupnya di dunia demi mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hakiki di akhirat, sehingga menjadikan manusia bersifat sosial. Manusia sosial yang baik dimiliki yaitu bermanfaat bagi manusia lainnya dengan potensinya agar bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungannya. Untuk mencapai kebutuhan itu semua dapat diwujudkan dalam bentuk pengajaran yang menekankan pada penguasaan wawasan agama pada penanaman jiwa atau sikap keagamaan sehingga banyak tentang agama diketahui dan dipahami yang mewarnai tingkah lakunya.

Pencapaian kebutuhan tersebut tidak hanya diwujudkan dengan pengajaran tetapi juga dengan pendidikan, pendidikanpun tidak mempunyai persyaratan tertentu dan tidak ada keterbatasan umur, usia pendidikan adalah seumur hidup manusia. Pendidikan moral yang terpenting menjadikan manusia itu sendiri menjadi beretika dalam hidupnya. Dalam pelaksanaan pendidikannya pun tidak

2 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), Cet. 4, hlm 59.


(15)

4

mempunyai keterbatasan ruang lingkup. Seperti, pelaksanaan pendidikan berlangsung dalam keluarga sebagai pendidikan informal, di sekolah sebagai pendidikan formal, dan dimasyarakat sebagai pendidikan nonformal serta berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia secara manusiawi3. Dan pendidikan juga sebagai bentuk pengajaran di lembaga pemasyarakatan dan rumah tahanan negara yang mengajarkan tentang segala prilaku keagamaan, nilai kehidupan, dan mengajarkan kematangan mental narapidana.

Oleh karena itu pendidikan di Rumah Tahanan Negara sangat tidak bisa dipisahkan dengan masalah akhlak, kondisi tersebut menjadi Persoalan terpenting yang harus dilihat oleh para pengajar sebagai mentransfer ilmu adalah prinsip bahwa penggunaan metode dalam proses kependidikan Islam harus mampu membimbing, mengarahkan dan membina anak didik menjadi manusia yang matang atau dewasa dalam sikap dan kepribadiaanya, sehingga tergambar dalam dirinya tingkah laku yang sesuai dengan nilai-nilai Islam4.

Pemicu pendidikan agama Islam mempunyai tuntutan bagi narapidana di dalamnya. Untuk efektif dan efisen dalam pelaksanaan pengajarannya dibutuhkan pengajar yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikan yang bermoral kearah tujuan yang di cita-citakannya. Pendidikan pengajaran agama Islam itu tidak akan berarti apa-apa manakala tidak memiliki cara yang tepat untuk mentransformasikannya kepada yang diajarkan. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang akan berakibat membuang waktu dan tenaga secara percuma5.

Upaya pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara bagi Narapidana untuk membina narapidan menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya dan dapat diterima kembali oleh masyarakat pasca penjara yaitu bukan hanya

3 Ary H. Gunawan, kebijakan-kebijakan Pendidikan di Indonesia, (Jakarta:Bina Aksara,1986), hal 1.

4 Al-Rasyidin, Samsul Nizar, Filsafar Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Ciputat Press, 2005), Cet.2, hlm 71.


(16)

5

pemberian hukuman, penanaman bakat dan ketrampilan, tetapi juga terdapat pembinaan moral dan pengajaran kerohanian berupa pembinaan kesadaran beragama guna menunjang jiwa keagamaan narapidana. Kegiatan pengajaran agama para narapidana misalnya, kegiatan pengajian setiap harinya selalu membaca Al-Qur`an yang dibimbing oleh pengajar yaitu beberapa ustad dan ustadzah, serta diberikan tausiah-tausiah keagamaan yang berguna dan beberapa program keagamaan yang berguna untuk menambah pengetahuan ilmu agama dan memahaminya, setiap bulannya terdapat program-program keagamaan seperti, khataman Al-Qur`an, hafalan Qur`an, pengajian kitab, dan sebagainya.

Pengajaran agama tersebut menjadi kontrol agama dalam dirinya yang berperan dalam setiap tindakannya setelah selesai masa hukumannya, karena upaya pengajaran agama di Rumah Tahanan sangat mengharapkan narapidana dapat memahami berbagai teori ibadah dan tata cara pelaksanaanya. Dengan teori tersebut narapidana secara sadar mampu melaksanakan ibadah secara baik, benar, dan bagus, serta beretika dalam bermasyarakat. Walaupun terkadang masih ada saja narapidana yang telah mendapatkan pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara ketika bebas hukuman dan kembali di masyarakat, tidak melaksanakan kewajiban agamanya seperti yang biasa dilakukan di rumah tahanan Negara sebelumnya. Maka dari itu, pengajaran agama yang telah didapat menjadi kontrolnya.

Seperti yang telah dipaparkan diatas, penulis menilai bahwa pengajaran agama Islam sangat penting untuk diterapkan sebagai basis penguatan moralitas individu setiap manusia baik dalam pendidikan formal maupun non-formal, terlebih pada menggaris bawahi esensi dari diterapkannya hukuman bagi masyarakat yang melanggar peraturan perundang-undangan untuk mengurangi angka kriminalitas di Indonesia. Sebagai bentuk pengajaran agama Islam yang dilakukan bagi narapidana di Rumah Tahanan Negara adalah dengan memberikan pengajaran keagamaan bagi narapidana. Karena walaupun narapidana adalah pelanggar hukum, narapidana tetap mendapatkan haknya seperti yang ada di UU No.12 Thn 1995-Pemasyarakatan Pasal (14) pada point (a), (b), dan (c) yaitu :


(17)

6 Narapidana Berhak:

a. Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya, b. Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani, c. Mendapatkan pendidikan dan pengajaran.6

Dengan pengajaran agama tersebut, diharapkan para narapidana sadar akan perbuatannya dan bertobat sehingga kembali pada jalan yang benar dan tegar dalam menjalani kehidupan pasca penjara.

Ada beberapa hal yang mendorong mengapa wanita yang diteliti dalam hal ini, bahwa yang menarik perhatian peneliti adalah kenyataan yang tak dapat dipungkiri yaitu terdapat perbedaan antara wanita dan kaum laki-laki yang nyata adalah secara bentuk fisik maupun dalam hal lemah lembut(sensistif). Namun dalam kenyataan bahwa kejahatan yang dilakukan wanita sering terjadi walaupun lebih besar kriminalitas dilakukan oleh laki-laki.

Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur. Rumah Tahanan Negara ini memiliki peranan yang sama seperti lembaga – lembaga pemasyarakatan atau Rumah Tahanan Negara lainnya yang ada di Indonesia, yang berkaitan dengan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara. Maka penulis mengambil judul skripsi sebagai berikut “Pengajaran Agama Islam Bagi Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur”

B.Identifikasi Masalah

Sejalan dengan judul penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis menyajikan permasalahan yang muncul sehingga dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Tindak kejahatan sering terjadi di masyarakat..


(18)

7

2. Pelaksanaan pengajaran agama Islam pada masyarakat dipertanyakan karena meningkatnya angka kriminalitas.

3. Kurang memahami teori keagamaan dan menanamkan nilai-nilai agama sehingga melakukan tindak pidana yang mengakibatkan menjadi narapidana.

4. Efektifitas Rumah Tahanan kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur meningkatkan pengajaran agama Islam sehingga berpengaruh bagi narapidana wanita dalam kesadaran beragama.

C.Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dan untuk lebih terarahnya penelitian ini, maka penulis membatasi masalah penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengajaran agama Islam yang dimaksud adalah materi agama Islam untuk menanamkan nilai-nilai agama Islam bagi Narapidana Wanita yang ada di Rumah Tahanan Negara Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.

2. Pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita yang dimaksud adalah presentase pengajaran agama Islam memberikan efek jera bagi narapidana wanita dan menjadi controlling untuk masyarakat yang dapat mengurangi kriminalitas, dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.

3. Narapidana wanita yang dimaksud adalah narapidana wanita yang mengikuti pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur yang berjumlah 1011 narapidana wanita, sedang yang menjadi subyek penelitian berjumlah 3 narapidana karena rekomendasi yang diizinkan diteliti oleh Sub.Sie Keamanan dan narapidana yang dipilih sebagai subyek penelitian oleh Koordinator Kerohanian Islam

D.Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:


(19)

8

1. Bagaimana materi pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur?.

2. Bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur?.

E.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana program pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi

Narapidana Wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur

F. Manfaat Penelitian

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam menambah ilmu pengetahuan tentang program pengajaran agama Islam di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.

2. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pengajaran agama Islam bagi narapidana wanita di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur.

3. Manfaat penelitian ini secara teoritis adalah untuk mengembangkan ilmu pengajaran agama Islam terutama pada kesadaran beragama untuk masyarakat dan narapidana.


(20)

9

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik

1. Pengajaran Agama Islam a. Pengertian Pengajaran

Dalam bahasa Indonesia, kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapatkan awal pen dan akhiran an. Kata tersebut sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah perbuatan (hal, cara, dan sebagainya) mendidik. Pengertian ini memberi kesan bahwa kata pendidikan dalam bahasa Indonesia terdapat pula kata pengajaran. Kata ini sebagaimana dijelaskan Poerwardaminta adalah cara (perbuatan dan sebagainya) mengajar atau mengajarkan. Kata yang lain serumpun dengan kata tersebut adalah mengajar yang berarti memberi pengatahuan atau pelajaran.

Jika pengertian secara semantik, (kebahasaan) dari kata pendidikan, pengajaran (education atau teaching) sebagaimana disebutkan diatas diperhatikan secara seksama nampak bahwa kata – kata tersebut menunjukan pada suatu kegiatan atau proses yang berhubungan dengan pembinaan yang dilakukan seseorang kepada orang lain. Pengertian tersebut menunjukkan adanya program, sistem, dan metode yang lazimnya digunakan dalam melakukan pendidikan atau pengajaran.1

Pengertian kata pengajaran selanjutnya adalah suatu aktivitas (proses) belajar mengajar. Yang merupakan pepaduan dua aktivitas, yaitu : aktivitas mengajar dan aktivitas belajar. Di dalamnya ada dua subjek yaitu guru dan peserta didik. Aktivitas mengajar menyangkut peranan seorang guru dalam konteks mengupayakan terciptanya jalinan komunikasi harmonis antara mengajar itu sendiri dengan belajar. Jalinan komunikasi yang harmonis inilah menjadi indikator suatu aktivitas atau proses pengajaran itu akan berjalan baik.2

1 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 4-5.

2 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta, 2004), h. 1 dan 4.


(21)

10

Pengajaran sering diartikan dengan kegiatan mengajar. Dalam arti yang lain pengajaran diartikan telah terjadinya interaksi belajar mengajar antara komponen – komponen pengajaran khususnya antara guru dengan siswa antara siswa dengan siswa, dan antara guru dan siswa dengan komponen lainnya. Oleh karena itu pengajaran juga sering diartikan sama dengan kegiatan pendidikan.

Suatu pengajaran akan disebut berjalan dan berhasil secara baik, manakala ia mampu mengubah peserta didik dalam arti luas serta mampu menumbuh kembangkan kesadaran peserta didik untuk belajar, sehingga pengalaman yang diperoleh peserta didik selama ia terlibat di dalam proses pengajaran itu, dapat dirasakan manfaatnya secara langsung bagi perkembangannya.3 Selain itu ukuran keberhasilan pengajaran adalah tercapainya komunikasi yang harmonis antara guru dengan siswa. Indikator keberhasilan pengajaran lainnya adalah terjadinya perubahan prilaku pada diri siswa, serta tertanamnya dalam diri siswa tentang kebutuhan akan belajar serta manfaat belajar. 4

Berdasarkan pengertian diatas, maka anak didik dapat dicirikan sebagai orang yang tengah memerlukan pengetahuan atau ilmu, bimbingan, dan pengarahan. Dalam pandangan Islam, hakikat ilmu berasal dari Allah. Sedangkan proses memperolehnya dilakukan melalui belajar kepada guru. Karena ilmu dari Allah, maka membawa konsekuensi perlunya anak didik mendekatkan diri kepada Allah atau menghiasi diri dengan akhlak yang mulia yang disukai Allah, dan sedapat mungkin menjauhi perbuatan yang tidak disukai Allah. Dalam hubungan ini. Munculah aturan normatif tentang perlunya kesucian jiwa bagi seseorang yang sedang menuntut ilmu, karena ia sedang mengharapkan ilmu yang merupakan anugerah Allah. Hal ini dapat dipahami dari ucapan Imam Syafi`I sebagai berikut:

3 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran,(Jakarta: PT Rineka Cipta Jakarta, 2004), h. 4. 4 Darwyn Syah, dkk., Perencanaan Sistem Pengajaran Pendidikan agama Islam,(Jakarta: Gaung Pesada Press,2007), h. 19.


(22)

11

Aku mengadukan masalah kepada guruku bernama Waki`, karena kesulitan dalam mendapatkan Ilmu (sulit menghafal). Guruku menasehatiku agar menjauhi perbuatan maksiat. Ia lebih lanjut mengatakan bahwa ilmu itu cahaya, dan cahaya Allah itu tidak akan diberikan kepada orang yang maksiat.5

b. Pengertian Agama Islam

Agama Islam adalah agama yang bersifat universal dan menjadi rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil`alamin). Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, tetapi juga memberikan tuntutan bagaimana manusia behubungan dengan sesamanya, dan bagaimana kedudukan manusia di tengah – tengah alam semesta (QS 3:112).6









































































“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka (berpegang) pada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia. Mereka mendapat murka dari Allah dan (selalu) diliputi kesengsaraan. Yang demikian itu karena mereka mengingkari ayat – ayat Allah dan membunuh para Nabi, tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu karena mereka durhaka dan melampui batas. (QS. Al – Imran: 112)7

Agama Islam adalah satu – satunya agama yang diturunkan Allah kepada umat manusia. Allah Berfirman:



















































5 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 132.

6 Kaelany HD, Islam Agama Universal, (Jakarta: Midada Rahmah Press, 2006), h. 37. 7 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 64.


(23)

12

“Sesungguhnya agama disisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang – orang yang telah diberi kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian diantara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat – ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhintungan –Nya” (QS. Al – Imran: 19)8























































































































“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama Allah, padahal apa yang di langit dan di bumi berserah diri kepada – Nya (baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada – Nya mereka dikembalikan (83).

Katakanlah (Muhammad), “kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang

diturunkan kepada kami dan yang diturunkan kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya`kub, dan anak cucunya, dan apa yang diberikan kepada Musa, Isa dan para nabi dari Tuhan mereka. Kami tidak membeda – bedakan seorangun diantara mereka dan hanya kepada – Nya kami berserah diri” (84). Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi (85). (QS: Al – Imran 83 – 85)9

Secara estafet melalui para Nabi dan Rasul – Nya sehingga sampai kepada Nabi terakhir, Muhammad SAW sebagai penyempurna ajaran Islam sebelumnya10. Seperti yang di dalam firman Allah:

8 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 52. 9 Ibid.,h 61.


(24)

13































Muhammad itu bukanlah bapak dari seseorang diantara kamu, tetapi dia adalah utusan Allah dan penutup para Nabi. Dan Allah mengetahui segala

sesuatu” (QS Al – Ahzab: 40).11

Dari beberapa pengertian pengajaran dan agama Islam tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa pengajaran agama Islam adalah suatu kegiatan, proses, dan interaksi yang dibekali pengetahuan atau ilmu serta pembekalan akhlak mulia yang secara sadar diberikan oleh pendidik kepada peserta didik guna menjadi menghiasi dirinya dengan akhlak yang mulia, menjadi kekuatan spiritual keagamaan, dan bermanfaat dengan ketrampilan yang berguna bagi Nusa dan Bangsa.

c. Tujuan Pengajaran Agama Islam

Sebenarnya tujuan cakupannya amat luas. Di dalam tujuan tercakup berbagai masalah, yaitu mencakup keinginan, proses, ramalan, dan maksud. Dengan terbinanya seluruh potensi manusia secara sempurna diharapkan dapat melaksanakan fungsi dan pengabdiannya sebagai khalifah di muka bumi. Quraish Sihab berpendapat bahwa kita dapat berkata bahwa tujuan pendidikan Al-Qur`an (Islam) adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok sehingga mampu menjelaskan fungsinya sebagai hamba dan khalifah – Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang ditetapkan Allah, atau dengan kata yang lebih singkat dan sering digunakan oleh Al – Qur`an, untuk bertaqwa kepada – Nya.12

11 Departemen Agama RI, Mushaf Al-Quran Terjemah, (Jakarta: Pena, 2008), Cet.3, h. 423. 12 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam Edisi Baru, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 104.


(25)

14

Tujuan tersebut memiliki ciri – ciri sebagai berikut:

1) Mengarahkan manusia agar menjadi khalifah Tuhan di muka bumi dengan sebaik – baiknya, yaitu melaksanakan tugas – tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai dengan kehendak Tuhan.

2) Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahannya di muka bumi dilaksanakan dalam rangka beribadah kepada Allah, sehingga tugas tersebut terasa ringan dilaksanakan,

3) Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia, sehinggga ia tidak menyalahgunakan fungsi kekhalifahannya.

4) Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa, dan jasmaninya, sehingga ia memiliki ilmu, akhlak, dan ketrampilan semua ini dapat digunakan guna mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

5) Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Ciri – ciri diatas secara umum adalah manusia yang baik. Atas dasar ini, dapat dikatakan bahwa pada hakikatnya sependapat bahwa tujuan umumnya ialah terbentuknya manusia yang baik, yaitu manusia yang beribadah kepada Allah dalam rangka pelaksanaan fungsi kekhalifahannya di muka bumi.13

d. Strategi Pengajaran

Strategi pengajaran merupakan penerjamahan filsafat atau teori mengajar menjadi rumusan tentang cara mengajar yang harus ditempuh dalam situasi – situasi khusus atau dalam keadaan tertentu yang spesifik. Secara teoritik, ada juga pandangan mengenai proses belajar mengajar, yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.

1) Belajar penerimaan (reception learning). Pendukung utama pandangan itu adalah Ausabel dan beberapa penganut behavioristik lainnya.

13 Ibid., h. 106.


(26)

15

2) Belajar penemuan (discovery learning). Pendukung utama pendekatan itu adalah Piaget dan Bruner dan para penganut psikologi kognitif dan humanistik lainnya.14

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative mantap berkat latihan dan pengalaman. Belajar sesungguhnya adalah ciri khas manusia dan dan yang membedakannya dengan binatang. Belajar yang dilakukan oleh manusia adalah merupakan bagian dari hidupnya, berlangsung seumur hidup, kapan saja dan dan dimana saja15, sehingga menjadi sebuah kewajiban seperti yang ada di dalam kitab Ta`lim Muta`lim tentang kewajiban belajar yaitu:

Ketahuilah, bahwa tidak diharuskan bagi setiap muslim menuntut segala ilmu, tetapi yang diharuskan adalah menuntut ilmu Hal, sebagaimana dinyatakan

“ilmu paling utama adalah ilmu Hal”, dan perbuatan paling utama adalah

memelihara al -Hal”16

e. Ruang Lingkup Pengajaran Agama

Dilihat dari sudut ruang lingkup pembahasan pengajaran agama Islam yang umum dilaksanakan sudah menjadi mata pelajaran yang berdiri sendiri, pembahasan dan pengelompokannya menjadi bidang – bidang studi yang mungkin semakin banyak. Tetapi prinsip pokok dan sumber tidak akan mengalami perubahan, karena wahyu dan sabda Rasulullah tidak akan bertambah

14 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet ke4, h. 183.

15 Ibid., h. 154.

16Ilmul-hal (= ilmu tingkah laku, ilmu keadaan / kondisi ) yang dimaksud disini adalah ilmu pengetahuan yang selalu diperlukan dalam melaksanakan agama, yaitu ilmu Ushuluddin dan ilmu Fiqih. Dua macam ilmu inilah tidak dapat diabaikan oleh setiap muslim/muslimah, karena ilmu yang pertama akan membimbing kehidupan iman dan ruhaninya, sedang yang kedua akan membimbing perbuatan jasmani dalam menunaikan tugas amanat agamanya (syaikh Ibrahim bin Ismail, Syarah Ta`lim Muta`allim, hal4)


(27)

16

lagi. Pengajaran agama Islam yang umum dilaksanakan terdiri dari sejumlah mata pelajaran; dua belas diantaranya akan dikemukakan berikut ini:

1) Pengajaran Keimanan

Iman berarti peracaya. Pengajaran keimanan berarti proses belajar – mengajar tentang berbagai aspek kepercayaan. Ilmu tentang keimanan ini disebut juga “Tauhid” (tauhid = keesaan). Dalam ilmu ini dibicarakan aqidah Islam, maka ilmu ini disebut juga “Ilmu Aqidah” atau “Aqaid” (aqidah, jamaknya aqaid). Karena yang dibicarakan dalam ilmu ini ialah masalah kepercayaan, keimanan kepada wujud dan keesaan Allah, para ulama menganggap bahwa yang dibicarakan itu merupakan prinsip agama – agama Islam. Tanpa beriman, orang tidak dapat dianggap beragama. Karena itu, ilmu ini disebut juga “Ilmu Ushuluddin” (Ushuluddin = pokok agama)17.

2) Pengajaran Akhlak

Pengajaran akhlak berarti pengajaran tentang bentuk seseorang yang kelihatan pada tindak-tanduknya (tingkah lakunya). Dalam pelaksanannya, pengajaran ini berarti proses kegiatan belajar mengajar dalam mencapai tujuan supaya yang diajar berakhlak baik. Artinya orang atau anak yang diajar itu memiliki bentuk batin yang baik menurut ukuran nilai ajaran agama Islam; dan bentuk batin ini hendaknya kelihatan dalam tindak-tanduknya sehari – hari. Dalam bentuk yang sederhana dapat dikatakan: supaya orang atau anak berakhlak baik atau terpuji menurut ajaran agama Islam. Dengan demikian bidang studi ini dinamai studi“Aqidah–Akhlak”18

. 3) Pengajaran Ibadat

Dalam pengajaran ibadat, ibadat pokok yang merupakan rukun Islam Tadilah yang harus diajarkan. Pengajaran ibadat ini termasuk salah satu bagian dari pelajaran Fiqih. Dibicarakan berbagai aspek ibadat itu, seperti bentuknya, macamnya, caranya, waktunya, hukumnya, fadhilah atau hukumnya, dan sebagainya. Dalam ruang lingkup pengajaran agama merupakan inti agama dan

17 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h. 64 – 65.


(28)

17

diantaranya yang wajib dikerjakan setiap hari. Pekerjaan harian ini merupakan cermin dari rasa keagamaan seseorang19.

4) Pengajaran Fiqih

Dilihat dari segi pengamalan ajaran Islam, yang jelas pengajaran Fiqih ini adalah pengajaran yang bersifat amaliah, harus mengandung unsur teori dan praktek. Belajar Fiqih untuk diamalkan, bila berisi suruhan atau perintah, harus dilaksanakan, bila berisi larangan, harus dapat ditinggalkan atau dijauhi. Bukan sekedar teori yang berarti ilmu untuk ilmu. Lebih ekstrim lagi dikatakan ilmu Fiqih untul diketahui, diamalkan dan sekaligus menjadi pedoman atau pegangan hidup. Untuk itu, tentu saja materi yang praktis diamlkan sehari-hari didahulukan dalam pelaksanaannya, mulai dari pengajaran rendah20.

5) Pengajaran Ushul Fiqih

Ushul Fiqih itu ialah suatu ilmu yang sangat berguna dalam pengembangan syari`at (ajaran) Islam. Dengan mempelajari Ushul Fiqih, orang mengetahui bagaimana hukum Fiqih diformulasikan dari sumbernya. Dengan itu, orang juga dapat memahami apa formulasi itu masih dapat dipertahankan dalam mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan sekarang, atau apakah ada kemungkinan untuk direformulasika. Dengan demikian orang juga dapat merumuskan hukum atau penilaian terhadap kenyataan yang ditemuinya sehari-hari dengan ajaran Islam yang bersifat universal itu. 21

6) Pengajaran Qiraat Qur`an

Yang paling penting dalam pengajaran Qiraat Al-Qur`an ini ialah keterampilan membaca Al Qur`an dengan baik sesuai dengan kaidah yang disusun dalam Ilmu Tajwid. Untuk dapat membaca dengan baik, tentu harus dapat memahami bermacam irama yang dibicarakan dalam Ilmu Nagham. Sebelum itu hendaknya sudah memahami dan dapat menggunakan berbagai tanda-tanda baca, disamping sudah dapat membunyikan simbol-simbol huruf dan kata sesuai dengan

19 Ibid., h,74 dan 77.

20 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h.85


(29)

18

bunyi yang diucapkan oleh orang Arab. Kita mencontoh bunyi yang diucapkan oleh orang Arab karena bahasa Al Qur`an itu adalah bahasa mereka.

7) Pengajaran Tafsir

Pengajaran tafsir ini bukan bukan berarti pengajaran “bagaimana menafsir” tetapi apa dan bagaimana tafsirnya. Karena itu pengajaran ini bahannya ialah kitab-kitab tafsir, atau buku-buku tafsir yang ditulis oleh pengarang yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan atau kurikulum suatu sekolah. Pengajaran Tafsir ini seharusnya berisi tafsir dari keseluruhan ayat Al Qur`an. Tetapi karaena banyaknya bahan, meliputi keseluruhan dari ayat Al Qur`an, mulai dari surat Al Qur`an, mulai dari surat Al Fatihah sampai dengan surat An Naas menurut urutan Mushhaf Utsmani, sulit untuk diajarkan dalam satu tingkatan sekolah. Apalagi kalau mengikuti tafsir yang ditulis oleh para mufassirin besar, ada yang sampai lebih dari 30 jilid, dalam bahasa Arab lagi, sulit untuk diajarkan dalam satu tingkatan sekolah.22

8) Pengajaran Ilmu Tafsir

Pengajaran Ilmu Tafsir berarti proses kegiataan belajar-mengajar yang berisi bahan Ilmu Tafsir. Dalam pengajaran ini dibicarakan sejumlah teori atau ilmu yang berhubungan dengan berbagai petunjuk dan ketentuan untuk menafsirkan Al Qur`an. Dengan memahami pengetahuan ini diharapkan agar orang dapat menafsir Al Qur`an, sekurang-kurangnya mengerti akan cara para mufassirin menafsirkan akan Al Qur`an setelah membaca buku-buku tafsir yang ada. Bahan atau alat apa saja yang digunakan oleh para mufassirin dalam menafsirkan Al Qur`an, dapat difahami.23

9) Pengajaran Hadis

Ruang l;ingkup pengajaran hadis ini sebenarnya bergantung pada tujuan pengajarannya pada suatu tingkat perguruan yang dimuat. Yang jelas, semuanya adalah pelajaran tentang teks dan pengertiannya, baik teks itu berasal dari ucapan Nabi, atau ucapan para sahabat tentang Nabi. Isinya tentu ucapan Nabi, kehidupan

22 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h.94.


(30)

19

Nabi Muhammad SAW. Sejauh mana teks itu dibicarakan atau dibahs, bergantung tentang tujuan pengajaran dan tingkatan perguruannya.24

10) Pengajaran Ilmu Hadis

Ilmu Hadis ialah sekelompok teori (ilmu) yang dapat digunakan untuk mempelajari Hadis, baik dari segi wurudnya, dari segi matan dan maknanya, dari segi riwayat dan riyahnya, dari segi sejarah dan tokoh-tokohnya, dari segi dapat dianggap menjadi dalil atau tidaknya, dan dari istilah-istilah yang digunakan dalam menilainya, ataupun dari segi syarat-syarat dan berbagai ketentuan dalam memahaminya.25

Pengajaran ilmu Hadis artinya proses belajar-mengajar yang materinya beriisi bagaimana menilai sesuatu teks Hadis untuk dijadikan sember hukum dalam ajaran Islam. Apakah Hadis ini kuat dan memunahi syarat syarat untuk dijadikan hujjah, baik dari segi matannya, maknanya, wurudnya, dalalahnya, atau tidak dapak dijadikan hujja, baik karena lemahnya atau palsunya. 26

11) Pengajaran Tarikh Islam

Tarikh Islam disebut juga Sejarah Islam. Pengajaran Tarikh islam sebenarnya pengajaran sejarah, yaitu sejarah yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Sejarah ini merupakan salah satu aspek dari agama Islam. Islam lahir dan terus berkembang melalui garis lintas sejarah. Islam hadir dalam kehidupan di gelanggang sejarah sejak orang pertama mulai menganut ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dilihat dari segi kenyataannya, setiap peristiwa yang terjadi, tidak mungkin peristiwa itu terpisah dari lingkungan yang melatarbelakanginya, tentu saja termasuk peristiwa sejarah.27

12) Pengajaran Tarikh Tasyri`

24 Ibid., h. 103.

25 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h.. 104.

26 Ibid., h. 107. 27 Ibid., h 109.


(31)

20

Ruang lingkup Tarikh Tasyri` itu meliputi pemunculan dan pengukuhan berlakunya ajaran (hukum) Islam dalam masyarakat. Dengan kata lain, sejarah membentuk, mengembangkan dan memasyarakatkan ajaran Islam. Masanya dimulai sejak Al Qur`an pertama kali diturunkan di Gua Hira`, sampai saat ini. Tujuannya ialah agar setelah mempelajarinya, orang mengerti, memahami asal-usul Syaria`at Islam, bagaimana perkembangannya, sejauh mana pasang surutnya, mengapa sampai umat Islam itu terpecah menjadi golongan-golongan politik, aliran-aliran mazhab yang fanatik. Kapan Ilmu Agama Islam itu disusun dan untuk apa kaidah-kaidah ilmu agama itu disusun.28

f. Evaluasi Pengajaran

Program pengajaran agama dapat dipandang sebagai suatu usaha mengubah tingkah laku dengan menggunakan pengajaran agama. Tingkah laku yang diharapkan itu terjadi setelah mempelajari pelajaran agama dan dinamakan hasil belajar dalam bidang pengajaran agama. Hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku yang diharapkan meliputi tiga aspek, yaitu: pertama, aspek kognitif,

meliputi perubahan-perubahan dalam segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan ketrampilan atau kemampuan yang diuperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut. Kedua, aspek afetif, meliputi bahan perubahan-perubahan dalam segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. Ketiga,

aspek psikomotor, meliputi perubahan-perubahan dalam bentuk-bentuk tindakan motorik.29 Jadi dari pengajaran Agama Islam bagi Narapidana memberikan hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku dari sebelumnya, bertambahnya ilmu agama sehingga memberikan mental yang baik, kesadaran agama yang baik sehingga menjadikan Narapidana berakhlakul karimah setelah keluar dari Rumah Tahanan Negara (RUTAN).

28 Zakiyah Darajat, Dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), cet4, h 116.


(32)

21

2. Agama Bagi Manusia

a. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama

Agama sebagai sumber nilai, sumber etika, dan pandangan hidup yang dapat diperankan dalam kehidupan bermasyrakat dan berbangsa. Pemikiran ini didasarkan pada alasan karena agama mengandung beberapa faktor, yaitu:

1) Faktor kreatif, yaitu ajaran agama dapat mendorong manusia melakukan kerja produktif.

2) Faktor inovatif, yaitu ajaran agama dapat melandasi cita-cita dan amal perbuatan manusia dalam seluruh aspek kehidupan.

3) Faktor sublimatif, yaitu ajaran agama dapat meningkatkan dan mengkuduskan fenomena kegiatan manusia, tidak hanya hal keagamaan, tapi juga berdimensi keduniaan.

4) Faktor integratif, yaitu ajaran agama dapat mempersatukan sikap dan pandangan manusia serta aktivitasnya baik secara individual maupun kolektif dalam berbagai tantangan hidup.

Manusia butuh terhadap agama, selain karena agama menyediakan berbagai faktor tersebut, juga karena keyakinan keagamaan menyebabkan pengaruh-pengaruh positif yang luar biasa dipandang dari kemampuannya, mampu menciptakan kebahagiaan atau memperbaiki hubungan-hubungan sosial atau mengurangi, bahkan menghapuskan sama sekali kesulitan-kesulitan yang sebelumnya tak terhindarkan di dalam sistem dunia ini. 30

b. Peran dan Fungsi Agama

Kebutuhan manusia terhadap agama semakin diperlukan dalam menjalani kehidupan , mana kala manusia tersebut menghadapi masalah, kehilangan jati diri dan dan arahan kehidupan, mendewakan materi yang tidak bisa sepenuhnya dapat diatasainya seperti: kemerosotan moral, konflik sosial, stress, cemas, gelisah gangguan keamanan, dan berbagai gejala penyakit sosial dan kejiwaan yang akan

30 Abuddin Nata, Ilmu Pendidikan Islam Dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2010), cet 2, h, 37-38.


(33)

22

mempengaruhi pikiran dan perasaannya. Jelas tidak dapat diatasi dengan materi, melainkan dengan kembali ke ajaran agama .

Peran dan fungsi agama, sebagaimana tersebut diatas, dijumpai pada semua agama, baik agama yang diturunkan oleh Allah SWT. (agama samawi) maupun agama – agama yang tergolong agama hasil renungan intiuisi manusia biasanya disebut agama wadh`I (agama budaya). Dalam Islam, misalnya, agama berperan sebagai hudan yakni pebimbing dan pemberi petunjuk; li yukhrijakum min al – dzulumat ila al-nur (mengeluarkan manusia dari kegelapan jiwa kepada pencerahan dan ketenangan jiwa) syifa (sebagai obat penawar jiwa yang tegang, gelisah, dan cemas); rahmat (sebagai kasih sayang Tuhan atas keterbatasan manusia); al-burhan (sebagai bukti kekuasaan Tuhan); basyiran (pemberi kabar gembira), nadzira (sebagai pemberi peringatan), darn al-furqan (yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil), dan masih banyak lagi.31

Dengan demikian, semakin jelas bahwa peran dan fungsi agama terkait erat dengan peran dan fungsi memberikan landasan normatif (norma erat hubungannya dengan akhlak, yaitu serangkaian perbuatan yang dinilai baik dan buruk oleh Tuhan yang kemudian mempengaruhi tingkah laku manusia32). Sehingga kita sudah mengetahui bagaimana peran dan fungsi agama yang menjadi rambu-rambu kehidupan manusia seperti bagaimana menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya dan itu membentuk bagaimana hubungan dengan TuhanNya, prilaku kepada sesamanya dan kepada makhluk lainNya. Semua itu akan menjadi tanggung jawab apa yang diperbuat dan akan dinilai oleh Tuhan yang menciptakan manusia.

c. Unsur – Unsur Keagamaan

Dalam proses pencarian ajaran untuk dianut manusia yang berkembang menjadi suatu kepercayaan atau agama. Ada yang timbul dan dianut oleh sejumlah besar manusia, tetapi ada pula yang muncul dalam masa tertentu lalu lenyap tanpa penganut.

31 Ibid., h, 39- 40.


(34)

23

Contoh : pencarian Tuhan oleh manusia yang digambarkan pada kisah Nabi Ibrahim As. mulanya ia melihat bintang-bintang dan mengira Tuhan adalah bintang, kemudian bulan karena ia lihat lebih besar dan dahsyat (QS 6:74-79) tetapi dengan kecerdasannya Ibrahim menyanggah pikirannya sendiri (QS 6:78). Akhirnya ia berucap:



























sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan Yang Menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benara, dan aku bukanlah termasuk orang –orang yang mempersukutukan Tuhan” (QS Al – An`am :79).

Dalam proses pencarian itu kita perhatiakan segala keperacayaan itu selalu mengandung unsur-unsur antara lain:

1) Adanya kepercayaan bahwa di luar kekuatan manusia ada kekuatan yang lebih perkasa yaitu kekuatan ghaib. Manusia merasa dirinya lemah dan berhajat pada kekuatan ghaib itu sebagai tempat memohon pertolongan. Manusia merasa harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut dengan mematuhi perintah – Nya dan menjauhi laranganNya.

2) Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan kebahagiaan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut. Tanpa adanya hubungan baik itu, manusia akan sengsara hidupnya di dunia dan di akhirat.

3) Adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan takut atau perasaan cinta. Selanjutnya respon itu mengambil bentuk pemujaan atau penyembahan dan tatacara hidup tertentu bagi masyrakat yang bersangkutan.

4) Paham adanya kudus (the sacred) dan suci, seperti Tuhan, Nabi, kitab suci, tempat – tempat suci, tempat ibadah dan sebagainya. 33


(35)

24

3. Narapidana

a. Pengertian Narapidana

Istilah narapidana secara terminologi berarti orang yang sedang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga pemasyarakatan34. Arti dari pidana itu sendiri secara terminologi adalah hukuman yang dijatuhkan terhadap orang yang terbukti bersalah melakukan delik berdasarkan putusan yang berkekuatan hukum yang tetap35. Dan pidana penjara (KUHP, 10) yaitu pidana yang berupa hilang kemerdekaan seumur hidup atau sementara waktu yang harus dijalani narapidana di lembaga pemasyarakatan.36

b. Hukum Pidana

Hukum pidana ialah peraturan-peraturan hukum yang berisi tentang kejahatan dan pelanggaran yang digantungkan pada kepentingan umum . tujuan hukum pidana ialah:

1) Untuk menakut-nakuti setiap orang agar mereka tidak melakukan tindak pidana (delict) baik berupa kejahatan maupun pelanggaran. Fungsi ini disebut fungsi preventif (pencegahan).

2) Untuk mendidik orang yang telah melakukan tindak pidana (delict) baik berupa kejahatan maupun pelanggaran, agar setelah keluar dari lembaga pemasyarakatan, dia menjadi orang yang baik berguna bagi masyarakat dan Negara. Fungsi ini disebut fungsi represif (perbaikan).37

Tindak pidana pada hakikatnya adalah perbuatan yang melawan hukum, baik secara formal maupun secara material. Untuk lebih jelas, berikut ini dikutipkan beberapa ketentuan di dalam konsep (edisi Maret 1993)

Pasal 14: Tindak Pidana ialah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang – undangan dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.

34Andi Hamzah, Terminologi Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), cet 2, h, 107. 35 Ibid., 119.

36 Ibid., h, 121.


(36)

25

Pasal 15: Perbuatan yang dituduhkan harus merupakan perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh suatu peraturan perundangan – perundangan. Agar perbuatan tersebut dapat dijatuhi pidana, perbuatan harus juga bertentangan dengan hukum.

Pasal 16: Setiap tindak pidana dianggap selalu bertentangan dengan hukum, kecuali ada alasan pembenar yang dijatuhkan oleh pembuat.

Pasal 17: Hakim harus selalu mengkaji apakah perbuatan yang dituduhkan itu bertentangan dengan hukum dalam arti kesadaran hukum rakyat. Hasil pengkajiannya harus dikemukakan sebagai bahan pertimbangan dalam putusannya.

Pasal 14 s/d 17 Konsep 1993 itu, dalam konsep 2004-2008 dirangkum dalam pasal 11 sebagai berikut:

(1) Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang oleh peraturan perundang – undang dinyatakan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana.

(2) Untuk dinyatakan sebagai tindak pidana, selain perbuatan tersebut dilarang dan diancam pidana oleh peraturan perundang – undangan, harus juga bersifat melawan hukum – hukum yang hidup dalam masyarakat.

(3) Setiap tindak pidana selalu dipandang bersifat melawan hukum, kecuali ada alasan pembenar. 38

c. Jenis Sanksi Pidana

Jenis sanksi yang digunakan dalam konsep KUHP, terdiri dari jenis “pidana” dan “tindakan”. Masing-masing jenis sanksi ini terdiri dari:

1) Pidana:

a) Pidana Pokok (1) Pidana penjara. (2) Pidana tutupan. (3) Pidana pengawasan.

38 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 83-84.


(37)

26 (4) Pidana denda.

(5) Pidana Kerja sosial. b) Pidana Tambahan

(1) Pencabutan hak – hak tertentu.

(2) Perampasan barang – barang tertentu dan tagihan. (3) Pengumuman putusan hakim.

(4) Pembayaran ganti kerugian. (5) Pemenuhan kewajiban ada. 2) Tindakan:

a) Untuk orang yang tidak atau kurang mampu bertanggung jawab (“tindakan” dijatuhkan tanpa pidana) :

(1) Perawatan di rumah sakit jiwa. (2) Penyerahan kepada pemerintah. (3) Penyerahan kepada seseorang.

b) Untuk orang pada umumnya yang mampu bertanggung jawab (dijatuhkan bersama-sama dengan pidana) :

(1) Pencabutan surat izin mengemudi.

(2) Perampasan keuntungan yang diperoleh dari tindak pidana. (3) Perbaikan akibat – akibat tindak pidana.

(4) Latihan kerja. (5) Rehabilitasi.

(6) Perawatan di dalam suatu lembaga. 39

Menurut konsep hanya ada tiga kategori pengelompokan tindak pidana, yaitu:

a) Yang hanya diancam pidana denda (untuk delik yang bobotnya dinilai kurang dari 1 tahun penjara).

b) Yang diancam pidana penjara atau denda secara alternatif (untuk delik yang diancam dengan pidana penjara 1 – 7 tahun).

c) Yang hanya diancam dengan pidana penjara (untuk delik yang diancam dengan pidana penjara lebih dari 7 tahun).

39 Ibid., h. 152 – 153.


(38)

27 No. BOBOT DELIK JENIS

PIDANA

KETERANGAN

1. Sangat Ringan Denda - Perumusan tunggal

- Denda ringan (kategori 1 atau 2). 2. Berat Penjaran dan

Denda

-Perumusan alternative

- Penjara berkisar 1 s/d 7 tahun

-Denda lebih berat (Kategori III – IV ) 3. Sangat Serius -Penjara saja

-mati/penjara

-Perumusan tunggal atau alternatif. -Dapat dikumulasikan dengan denda.

Namun demikian perlu dicatat, bahwa tetap dimungkinkan ada “penyimpanan” dari pola tersebut, antara lain:

1) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang meresahkan masyrakat ancaman pidananya akan ditingkatkan secara khusus dan sebaliknya dengan alasan khusus dapat diturunkan ancaman pidananya.

2) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang dapat menimbulkan keuntungan ekonomis / keuangan yang cukup tinggi, pidana penjara yang diancamkan dapat dialternatifkan dan dikumulasikan dengan pidana denda. 3) Untuk beberapa tindak pidana yang dipandang dapat menimbulkan

“disparitas pidana” dan “meresahkan masyarakat” akan diancam dengan pidana minimum khusus.40

d. Pidana Menurut Agama Islam

Pengertian pidana menurut agama Islam yaitu larangan-larangan agama yang diancam dengan hukuman – hukuman had (yang telah ditentukan hukumannya).

40 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h. 155-156.


(39)

28

Adapun larangan-larangan adakalanya mengerjakan sesuatu perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang diperintahkan agama.

Suatu hukuman yang diancamkan kepada seorang pembuat pidana ialah agar supaya orang banyak tidak melakukan sesuatu tindak pidana (jarimah), sebab larangan atau perintah-perintah semata – mata tidak akan cukup. Meskipun hukuman itu sendiri bukanlah merupakan suatu kebaikan, bahkan suatu pengrusakan bagi sipembuat pidana itu sendiri, akan tetapi meskipun demikian hukuman tersebut sangat diperlukan, oleh karena hal itu dapat membawa keuntungan bagi masyarakat.

Disamping itu agama Islam menentukan pula bagi perbuatan – perbuatan pidana suatu hukuman dunia, sehingga oleh karenanya diharapkan oleh agama Islam kedua macam hukuman itu dapatlah hendaknya saling bekerja sama dalam menumpas dan mencegah terjadinya suatu kejahatan atau pelanggaran ; dengan cara menggunakan pencegahan secara agama dan kekuasaan, yakni dengan ancaman dan hukuman.41

e. Hak dan Kewajiban Narapidana

Dalam Undang-Undang (UU) No.12 Tahun 1995 – Pemasyarakatan BAB III (Warga Binaan Pemasyarakatan – Narapidana) Pasal 14 dan Pasal 15 , berbunyi: Pasal 14 – Narapidana Berhak:

1) Melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya; 2) Mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupun jasmani; 3) Mendapatkan pendidikan dan pengajaran;

4) Mendapatkan pelayanan kesehatan dan makanan yang layak; 5) Menyampaikan keluhan;

6) Mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang;

7) Mendapatkan upah atau premi atas pekerjaan yang dilakukan;

41 Badan Pembina Hukum Nasional (J.C.T Simorangkir, SH). Simposium Pengaruh Kebudayaan / Agama Terhadap Hukum Pidana, (Bali: Binacipta, 1975), h. 60-61.


(40)

29

8) Menerima kunjungan keluarga, penasihat hukum, atau orang tertentu lainnya;

9) Mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi);

10) Mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga;

11) Mendapatkan pembebasan bersyarat; 12) Mendapatkan cuti menjelang bebas;

13) Mendapatkan hak – hak lain sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

Pasal 15 – Narapidana Wajib :

(1)Narapidana wakib mengikuti secara tertib program pembinaan dan kegiatan tertentu.

(2)Ketentuan mengenai program pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 42

f. Efektivitas Pidana Penjara

Efektivitas pidana penjara dilihat dari aspek perlindungan masyarakat dlihat dari aspek perlindungan / kepentingan masyrakat, maka suatu pidana dikatakan efektif apabila pidana itu sejauh mungkin dapat mencegah atau mengurangi kejahatan. Jadi, kriteria efektivitas dilihat dari seberapa jauh frekuensi kejahatan dapat ditekan. Dengan kata lain, kriterianya terletak pada seberapa jauh efek “pencegahan umum” (general prevention) dari pidana penjara dalam mencegah warga masyarakat pada umumnya untuk tidak melakukan kejahatan43.

B.Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Sri Hesti Hardiyati dengan judul “Peranan Pembimbing Rohani Islam Dalam Membina Akhlakul Karimah Di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta”, menyimpulkan bahwa tugas pembing dalam membina akhlakul karimah remaja di Panti Sosial Bina Remaja yaitu memberikan contoh dan teladan kepada anak bimbing, memberikan

42 Undang – Undang Pemasyarakatan (Bandung: Fokusindo Mandiri, 2014), h. 9 – 10. 43 Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Penyusunan Konsep KUHP Baru), (Jakarta: Kencana, 2011), cet, 3, h.. 214.


(41)

30

pencerahan, pembimbing bertindak sebagai orang tua asuh yang mengawasi anak – anak selama ada dalam panti, sebagai pendidik dan pengajr, serta menjadi tempat bertanya dan pemberi nasihat.

Harapan masyrakat pada pembinaan akhlakul karimah ini agar bisa menjadi orang yang berakhlakul karimah, mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam kehidupan sehari-harinya.

Harapan masyarakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja tentang tugas pembimbing rohani Islam dalam membina akhlakul karimah remaja sesuai dengan tugas pembimbing rohani yang ada di Panti Sosial Bina Remaja Bambu Apus Jakarta menurut masyrakat di sekitar Panti Sosial Bina Remaja.

Persamaan dalam penelitian peneliti adalah bimbingan rohani kepada warga binaan agar menjadi berakhlakul karimah yang membedakan adalah prosesnya jika di penjara sebagai bentuk hukuman tindakan yang dilakukan untuk menyadarkan warga binaan untuk kembali ke jalan yang benar dan diterima oleh masyrakat sebagai pribadi yang berakhlak mulia.

2. Berdasarkan penelitian yang ditulis oleh Novalian Kusumasari dengan judul penelitian “Pengaruh Pembinaan Kerohanian Islam Terhadap Kesadaran Beragama Narapidana (studi kasus di lembaga pemasyarakatan kelas II A wanita, Tanggerang)” yaitu pelaksanaan pembinaan kerohanian Islam Tanggerang terbentuk program pengajaran, pelatihan, dan pembinaan. Terdapat pengaruh yang sangat signitifkan antara pembinaan kerohanian Islam terhadap kesadaran beragama dikarenakan adanya pengaruh positif pembinaan kerohanian Islam terhadap kesadaran beragama Narapidana, materi sudah baik dan struktur sudah jelas. Namun yang perlu ditingkatkan adalah penyadaran keagamaan bukan hanya sekedar pemberian materi, tetapi demi meningkatkan kesadaran beragama Narapidana dalam melaksanakan tugasnya sebagi hamba, maka perlu ditingkatkan dengan memberi kesempatan Narapidana berbagi pengalaman spritualnya ataupun memberikan kesempatan untuk memimpin sebuah pengajian.


(42)

31

Persamaan pada penelitian ini memberikan kerohanian islam untuk kesadaran beragama narapidana dan memberi materi yang memberikan pengaruh positif pada narapidana dengan program pengajaran, pelatihan dan pembinaan.

C. Kerangka Berfikir

Uraian diatas memberikan penjelasan bahwa pengajaran agama Islam sangat berperan penting dalam kehidupan manusia untuk menjalani proses semasa hidupanya, sebagai pembekalan hidup menjadi manusia yang selalu mengingat bahwa dunia hanya sementara. Sehingga mengawasi koneksi antara hubungannya dengan Tuhannya, hubungan sesamanya, serta kepada makhluk lainnya. Semua itu karena agama Islam yang diberikan Allah SWT, yang didalamnya talah tertata rapi ajaran yang beriisikan aturan – aturan dalam menjalani kehidupan.

Sehingga mengarahkan manusia yang menjalani sesuai agama akan menjadi manusia yang berakhlak mulia dan sebaliknya, manusia yang tidak menjalani sesuai ajaran agama Islam maka dia akan terjerat hukuman, baik di dunia dan di akhirat. Sebagaimana hukuman yang ada di dunia yaitu hukum pidana bagi orang – orang yang melanggar norma – norma yang berlaku di dunia dan tidak kasat mata seperti korupsi, narkoba, menipu, dan sebagainya akan ditindak lanjuti sebagai narapidana. Itu menunjukan adanya hukuman yang berlaku didunia, sedangkan yang kasat mata hubungan dengan Tuhannya seperti tidak beriman, munafik, dan tidak menjalani ibadah, maka hukuman tersebut akan didapatkan di akhirat sesuai ganjarannya di yaumul kiyamah.

Hukuman tersebut sangat menekankan pada proses pengajaran agama Islam yang mengarahkan selalu tertanam untuk bertaubat, kembali menjalankan kewajiban sebagai makhluk ciptaan Tuhan, serta menjadi suri tauladan seperti Nabi Muhammad SAW. Proses kemudian itulah menjadikan patokan pembinaan bagi yang melanggar aturan – aturan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) atau Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS). Yang di dalamnya harus memberikan pengajaran agama Islam bagi narapidananya dengan memberikan ilmu yang positif supaya binaan menyadarkan kewajiban seorang hamba kepada Tuhannya agar selalu bertakwa, sehingga dapat meningkatkan kesadaran beragama bagi


(43)

32

narapidana, dan tak mengulangi kesalahan yang sama sehingga kembali kejalan yang benar.

Oleh karena itu pengajaran agama Islam sangat menjadi ujung tombak untuk kesadaran beragama, yang seharusnya menurunkan angka kriminalitas, minimnya perbuatan buruk, serta mengkaji pedoman – pedoman kehidupan seperti Al – Qur`an dan hadist sehingga akan menjadi pembiasaan ummat beragama dan bertakwa. Namun masih banyak yang manusia yang terperangkap akan bujukan syaithan, sehingga kita harus selalu membenahi diri untuk selalu menjadi pribadi yang baik. Maka dari itu Pengajaran agama Islam bagi narapidana sangat penting sebagai pembekalan hidupnya agar diterima masyarakat setelah dari binaannya.


(44)

33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Latar Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat peneliti ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Negara (RUTAN) Kelas II A Pondok Bambu Jakarta Timur, Jl Pondok Bambu Duri 1, Kelurahan: Pondok Bambu, Kecamata: Duren Sawit, Kota Jakarta Timur 13430. Merupakan salah satu fasilitas penahanan kota atau Negara bagian bagi mereka yang salah.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Juli sampai bulan Agustus 2014 melakukan penyerahan surat penelitian dari KEMENHUMHAM dan persutujuan kepala RUTAN mahasiswa penelitian skripsi, panjajakan lapangan, serta mentor untuk peneliti. Bulan selanjutnya merupakan waktu peneliti melakukan penelitian lanjutan, yaitu menggali data dan mengenai program yang diangkat.

B.Metode Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Yaitu, penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Data yang terkumpul diklasifikasikan atau dikelompok-kelompokkan menurut jenis, sifat, atau kondisinya. Sesudah datanya lengkap, kemudian dibuat kesimpulan.1 Penelitian ini tentang pengajaran agama Islam bagi Narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas IIA Pondok Bambu Jakarta Timur, oleh peneliti dipaparkan luar daerah, keadaan geografis, banyaknya pegawai, banyaknya narapidana dan kegiatan narapidana, tim pengajar kerohanian Islam, dan materi kerohanian Islam. Semua data dipaparkan secara lugas-apa adanya, selanjutnya disusun laporan penelitiannya. Dari laporan tersebut, ada koordinator

1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), cet15, h.3.


(1)

• Mengusulkan pengadaan filter air

• Menambah atau memperbaiki sarana dan prasarana yang ada

• Menyediakan tempat penyimpanan barang-barang Milik Negara yang sudah rusak/tidak layak pakai.


(2)

Foto di depan gerbang RUTAN saat observasi

Foto saat kegiatan pengajaran Agama Islam di Masjid Al-Ikhlas RUTAN


(3)

Foto Saat Kegiata Program Pemberdayaan Warga Binaan Narapidana Wanita

Training of Trainer “Batik


(4)

Narapidana sedang berkreatifitas

Hasil Karya Narapidana


(5)

Saat Observasi dengan Sub Sie Pelayanan Tahanan (Ibu Ari Budiningsih, Amd. IP, SH

Saat Observasi dan Wawancara dengan Pak Aginto (Unit Pengelolaan)

Observasi dan Wawancara dengan Sub. Sie Bimbingan Kegiatan (Ibu Yeyen, Amd. IP, SH.MH)

Sa


(6)

Wawancara dengan Koordinator Kerohanian Islam (Bapak Solihin)

Wawancara dengan Tim Pengajar ESQ (Ibu Eva)